Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 120-127
Kandungan Protein dan Kepadatan Sel Nannochloropsis oculata pada Media Kultur Limbah Cair Karet Rino Pratama Hadi1, Tri Rima Setyawati1, Mukarlina1 1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, email:
[email protected]/
[email protected] Abstract Liquid waste rubber has potential compounds as nutriens for the growth of microalgae. The purpose of this study was to determine the effect of culture media on liquid waste rubber and the growth of cell microalgae N. oculata. The study was conducted from November to December 2013. The culture media used liquid waste rubber with a concentration of 10% 20%, 30% and 40%. The result of ANOVA test showed that the liquid waste rubber have an effect on the proteint content and cell density of N. oculata. The highest percentage of protein content in the culture medium 40% was 30,17%. Microalgae growth in the culture medium 20% with a mean cell density was 112,97 x 108 cell/ml. Keywords : Liquid waste rubber, N. oculata, protein content, cell density PENDAHULUAN Pabrik karet menghasilkan limbah dalam bentuk padat, gas maupun cair yang dibuang langsung ke lingkungan. Darussamin et al., (1989) dalam Panji dan Siswanto (2007) menyatakan bahwa limbah cair karet memiliki nilai COD (Chemical Oxygen Demand) berkisar 25.000-100.000 ppm, BOD (Biochemical Oxygan Demand) sebesar 6.9007.500 ppm dan kandungan nitrogen total lebih dari 4.000 ppm. Limbah cair karet dengan kandungan nitrogen lebih dari 4.000 ppm dan unsur lainnya merupakan modal dasar yang dapat dijadikan sebagai media kultur dan budidaya mikroalga (Dedi et al., 2010; Darussamin et al,1989 dalam Panji dan Siswanto, 2007). Dedi et al., (2010) menyatakan bahwa mikroalga Chlorella sp. yang dibudidaya pada media limbah cair karet dengan konsentrasi 15% mampu menghasilkan biomassa dan kepadatan sel tertinggi sebesar 37,256 x 105 (sel/ml). Chrismadha et al., (2006) dalam Ernest (2012) menyatakan bahwa kandungan protein dan klorofil mikroalga yang dikultur dapat dipengaruhi oleh persentasi nitrogen dalam media. Nigam et al (2011), menyatakan bahwa penurunan kandungan nitrogen pada media kultur Chlorella pyrenoidosa memberikan dampak terhadap penurunan biomassa mikroalga.
N. oculata merupakan salah satu mikroalga keluarga Eustigmataceae yang potensial dikembangkan. Nannochloropsis sp. umumnya digunakan sebagai pakan rotifer, artemia, dan bahan suplement makanan karena memiliki nutrisi penting seperti Eicosapentaenoic Acid (EPA) sebesar 30,5%, Omega 3 HUFAs sebesar 42,7 %, kandungan lipid antara 31-68% berat kering dan kandungan protein sebesar 52,11% (Fulks dan Main, 1991; Kawaroe, 2008; Fachrullah, 2011). Kandungan protein N. oculata dapat dipengaruhi oleh banyaknya kandungan nitrogen dalam media kultur. Oleh sebab itu, diperlukan informasi ilmiah mengenai media kultur N. oculata yang tepat untuk mendapatkan kepadatan sel dan protein tinggi sehingga potensial untuk dikembangkan. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian tentang protein dan pertumbuhan N. oculata pada media kultur limbah cair karet penting dan perlu dilakukan. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan mulai dari bulan November hingga Desember 2013. Tempat penelitian di laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Zoologi, FMIPA UNTAN, Pontianak.
120
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 120-127
Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Prosedur Kerja Sterilisasi Alat dan Bahan Alumunium foil, gelas beaker, pipet tetes, pipet ukur tabung reaksi dan sebanyak 15 buah botol kultur yang digunakan dicuci terlebih dahulu dengan deterjen dan dibilas lalu dikering anginkan. Alat-alat tersebut dibungkus dengan kertas sampul dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 2 atm selama ±15 menit. Sterilisasi bahan meliputi sampel limbah cair karet dan air laut. Masing-masing bahan tersebut disaring kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 2 atm selama 15 menit.
Kepadatan sel dalam 1 ml sampel dihitung dengan rumus berikut: k = n x p x 2500 keterangan : k = kepadatan sel N. oculata (sel/ml) n = jumlah total sel N. oculata pada keempat kotak kamar hitung p = tingkat pengenceran yang digunakan (Dedi et al., 2010; Isnansetyo dan Kurniastuti, 1995).
Analisis Kandungan Protein N. oculata Analisis kandungan protein dilakukan pada hari ke-16 pasca penelitian. Pengujian kandungan protein menggunakan metode Semimikro Kjedhal. Perhitungan kandungan nitrogen N. oculata menggunakan rumus: Nitrogen = VH2SO4 (s-b) x N H2SO4 x14,007x100 BS x 1000
Pembuatan Media Kultur Media kultur N. oculata yang digunakan terdiri dari limbah cair karet dan air laut. Limbah cair karet yang digunakan pada konsentrasi 0%, 10%, 20%, 30% dan 40%.
Keterangan : V H2SO4 : Volume asam sulfat (mL) N H2SO4 : Normalitas asam sulfat (N) BS : Berat Sampel (g) s : sampel b : blanko
Penebaran Bibit N. oculata Biakan murni N. oculata sebanyak 100 ml sama dengan 1 x 106 sel. Semua bibit dimasukkan ke media kultur, selanjutnya diberi aerasi dengan memasukkan selang aerasi yang dilengkapi dengan batu apung (Dedi et al., 2010).
Perhitungan kandungan protein total N. oculata dengan menggunakan rumus :
Pemeliharaan Pemeliharaan sel N. oculata meliputi pengontrolan aerasi dan perlakuan pengadukan setiap hari sekali. Media kultur yang digunakan kemudian ditambah pupuk Mequel Solution masing-masing sebanyak 0,15 ml kemasing-masing 2500 liter media kultur setiap hari sekali. Pencahayaan pada media kultur menggunakan dua buah lampu neon dengan kekuatan 38 Watt (1000-5000 lux) (Dedi et al., 2010). Pengamatan Kepadatan N. oculata Pengamatan kepadaatan sel N. oculata dilakukan setiap hari mulai dari hari ke-3 sampai ke-16 (Ernest, 2012; Dedi et al., 2010). N. oculata diambil 1 ml dan dimasukkan ke botol film serta ditambah tiga tetes alkohol 70%. Kepadatan sel N. oculata dihitung menggunakan haemocytometer yang diamati di bawah mikroskop cahaya menggunakan kamar hitung Improved Neubauer.
%Protein = F x %N total Keterangan : F = Faktor konversi 6,25 (setara dengan 0,16 gr nitrogen per gram protein) (Sigit, 2010).
Analisis Data Data kepadatan sel dan protein N. oculata yang diperoleh dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik kimia pada limbah cair karet diketahui dapat mempengaruhi pertumbuhan dan biomassa dari N. oculata kultur. Beberapa Kandungan nutrien limbah diantaranya nitrogen (N), fospat (P), besi (Fe), magnesium (Mg) dan Seng (Zn) seperti terlihat pada Tabel 1.
121
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 120-127
Tabel 1 Karakteristik Kimia Limbah Cair Karet Parameter Uji
Hasil Uji
Nitrogen Total (mg/L) Nitrogen Organik (mg/L) Nitrat (NO3-N) (mg/L) Nitrit (NO2-N) (mg/L) Amoniak (mg/L) Total fosfat (P) (mg/L) Besi (Fe) (mg/L) Magnesium (mg) (mg/L) Mangan (Mn) (mg/L) Natrium (Na) (mg/L) Seng (Zn) (mg/L) Tembaga (Cu) (mg/L)
3,42 2,61 0,137 0,002 0,671 0,010 3,36 0,189 0,058 23,0 0,334 <0,001
Berdasarkan hasil uji Anova (F1,14=9,37; p<0,05), perlakuan konsentrasi media limbah cair karet berpengaruh nyata terhadap kepadatan sel dan kandungan protein N. oculata (Tabel 2). Tabel 2. Rerata Kepadatan Sel dan Protein N. oculata pada Media Kultur Limbah Cair Karet Pelakuan
Rerata Kepadatan Protein N. oculata N.oculata (sel/ml) (%) Kontrol (0%) 10,23 x 108 a 12,39a 10% 32,66 x 108 b 15,13 a 8 c 20% 112,97 x 10 21,83 b 8d 30% 72,02 x 10 25,82 c 40% 40,21 x 108 b 30,17 d Keterangan: a,b,c dan d = Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji Duncan
Konsentrasi media 40% menghasilkan protein sel N. oculata tertinggi sebesar 30,17% dan berbeda-
nyata terhadap N. oculata media kontrol dan media lainnya. Perlakuan media konsentrasi 10% menghasilkan biomassa protein N. oculata terendah yaitu 12,39%. (Tabel 2). Berdasarkan hasil uji Anova (F1,14=9,37; p<0,05), konsentrasi media limbah cair karet juga berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan mirkroalga N. oculata. Laju pertumbuhan terlihat dari perhitungan kepadatan sel selama empat belas hari masa pengamatan. Rerata kepadatan sel mikroalga N. oculata pada media konsentrasi 20% berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan lainnya dengan kepadatan sel tertinggi 112,97 x 108 sel/ml (Tabel 2). N. oculata didapati mengalami fase adaptasi selama enam hari. Peningkatan pertumbuhan N.oculata terjadi pada hari ke-7 sampai ke-8, namun menurun kembali pada hari ke-9 dan meningkat di semua perlakuan pada hari ke-10 penelitian (fase logaritmik) (Gambar 1). Memasuki hari ke-12, N. oculata mengalami penurunan pertumbuhan kecuali perlakuan 10% dan 20%. Hari ke-13 sampai ke-14 N. oculata mengalami pertumbuhan kembali pada semua perlakuan kecuali pada media 30% (Gambar 1). Kepadatan sel N. oculata pada tiap perlakuan dapat pula dilihat dari kepekatan warna media kultur. Kepadatan sel yang tinggi akan menyebabkan warna media tumbuh semakin pekat (Gambar 2).
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan N. oculata pada Media Kultur Limbah Cair Karet dengan Konsentrasi 0% ( 10% ( ), 20% ( ), 30% ( ) dan 40% ( )
),
122
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 120-127
(b)
(a)
(c)
(e)
(d)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
(k)
(l)
(m)
(n)
Gambar 2. (a) Media kultur pada pengamatan hari ke-1; (b) Media kultur pada pengamatan hari ke-2; (c) Media kultur pada pengamatan hari ke-3; (d) Media kultur pada pengamatan hari ke-4; (e) Media kultur pada pengamatan hari ke-5 ; (f) Media kultur pada pengamatan hari ke-6. (g) Media kultur pada pengamatan hari ke-7; (h) Media kultur pada pengamatan hari ke-8; (i) Media kultur pada pengamatan hari ke-9; (j) Media kultur pada pengamatan hari ke-10; (k) Media kultur pada pengamatan hari ke-11; (l) Media kultur pada pengamatan hari ke-12; (m) Media kultur pada pengamatan hari ke-13 dan (n) Media kultur pada pengamatan hari ke-14.
123
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 120-127
Parameter lingkungan yang diukur selama masa kultur N. oculata diantaranya pH media, suhu dan salinitas media (Tabel 3). Tabel 3. Data pH media, salinitas media dan Suhu Perlakuan Kontrol (0%) 10% 20% 30% 40%
pH Media 6–8 6–8 6–8 6 – 10 6–8
Salinitas Media (‰) 30 – 36 25 – 32 20 – 30 19 – 25 17 – 20
Suhu (oC) 19 – 24 19 – 24 19 – 24 19 – 24 19 – 24
Pembahasan Kandungan Protein N. oculata pada Media Kultur Limbah Cair Karet Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan protein N. oculata pada media kultur 0% sebesar 12,39% dan tertinggi pada media kultur 40% sebesar 30,17%. Kandungan kimia pada media kultur yang dapat mempengaruhi pertumbuhan untuk pembentukan protein sel yaitu nitrogen. Limbah cair karet memiliki kandungan nitrogen total (3,42 mg/L), nitrogen organik (2,61 mg/L), nitrat (NO3-N) (0,137 mg/L), nitrit (NO2-N) (0,002 mg/L) dan amoniak (NH3) (0,671 mg/L) (Tabel 1). Kandungan kimia limbah cair karet yang mempengaruhi biosintesis protein sel yaitu nitrogen (N) dan fospat (P) (Djariah, 1995). Tingginya kandungan nitrogen pada media kultur 40% menyebabkan persentasi biomassa akhir protein dari N. oculata kultur juga tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hu dan Gao (2003) dalam Widianingsih et al., (2008) bahwa tingginya sumber nitrogen pada media kultur dapat meningkatkan biomassa protein sel pada mikroalga budidaya. Chrismadha et al., (2006) dalam Ernest (2012) menyatakan bahwa mikroalga Spirulina fusiformis mengalami penurunan kandungan protein pada media kultur yang konsentrasi nitrogennya rendah. Nitrogen dalam bentuk NO3, NO2 ataupun amoniak (NH3) pada limbah dimanfaatkan oleh N. oculata untuk keperluan metabolisme sel seperti katabolisme maupun asimilasi khususnya biosintesis protein (Borowizka dan Lesly, 1988). Nitrogen merupakan bahan penting untuk penyusunan asam amino, amida, nukleotida, dan nukleo protein, serta essensial untuk pembelahan
sel sehingga nitrogen juga penting untuk pertumbuhan (Gardner et al., 1991). Asam glutamat berfungsi sebagai bahan dasar dalam biosintesis asam amino yaitu sebagai penyusun utama dari makromolekul protein. Asam glutamat juga dapat menjadi prekursor cincin porfirin untuk pembentukan klorofil (Suharja dan Sutarno, 2009). Unsur-unsur essensial dalam jumlah kecil yang diperlukan mikroalga untuk tumbuh diantaranya besi (Fe) (3,36 mg/L), magnesium (Mg) (0,189 mg/L) dan seng (Zn) (0,034 mg/L). Besi berperan sebagai kofaktor pembentukan klorofil, sehingga secara tidak langsung unsur besi mempengaruhi laju pertumbuhan dan pigmentasi N. oculata (Sartika, 2014). Magnesium (Mg) berfungsi sebagai unsur penyusun klorofil N. oculata (Minowa et al., 1995 dalam Astuti et al., 2011). Unsur seng (Zn) dan mangan (Mn) juga berperan dalam memacu terjadinya fotosintesis N. oculata, sehingga apabila media kultur mengalami defisiensi unsur seng dan mangan dapat berpengaruh terhadap biosintesis dan metabolisme akhir dari molekul penyusun sel (Sriharti dan Carolina, 2012). Kaplan et al., (1986) dalam Jati et al., (2012) menyatakan bahwa unsur besi (Fe) memiliki kemampuan untuk mereduksi nitrat menjadi nitrit, kemudian mereduksi nitrit menjadi amonium. Nitrogen merupakan nutrien yang dibutuhkan paling banyak untuk pertumbuhan fitoplankton yaitu sebagai unsur penting dalam pembentukan protein (Wijaya, 2006; Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Natrium (Na) berperan dalam proses pembentukan klorofil sehingga akan berpengaruh terhadap fotosintesis N. oculata (Djariah, 1995). Laju fotosintesis berjalan baik yang ditandai dengan menurunnya transparansi pada media atau meningkatnya pigmentasi N. ocalata kultur dan secara visual media kultur tampak hijau. Kondisi lingkungan diantaranya suhu ruang, pH media dan salinitas media secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan biosintesis protein N. oculata. Ketiga kondisi lingkungan secara umum telah sesuai dengan syarat hidup kultur N. oculata yaitu pH media kisaran 6-8, salinitas media antara 17-36 ‰ dan kisaran suhu ruang antara 19-24 oC (Hu dan Gao, 2006; Hodaifa et al., 2009) (Tabel 3). 124
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 120-127
Salinitas pada media kultur dapat mempengaruhi biomassa N. oculata kultur. Salinitas pada media 0% masih tinggi yaitu mencapai 36‰, sehingga biomassa protein N. oculata yang terbentuk rendah (12,39%) (Tabel 2 dan Tabel 3). Hal ini sesuai pernyataan Hu dan Gao (2006) bahwa Nannochloropsis sp. mengalami penurunan pembentukan protein pada media yang bersalinitas di atas 31‰. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa media 40% pada penelitian ini merupakan media yang efektif untuk meningkatkan biomassa protein N. oculata (Tabel 2). Media 40% dengan keadaan pH media kisaran 6-8, salinitas media antara 17-20‰ dan suhu ruang kultur antara 19-24 o C merupakan keadaan lingkungan yang efektif bagi N. oculata untuk menghasilkan biomassa protein sel secara lebih optimal (Tabel 3). Spirulina sp. yang ditumbuhkan pada media ekstrak tauge (MET) mampu mengakumulasi protein sel antara 6,73-20,99%. Jika dibandingkan kandungan protein yang diperoleh pada penelitian ini (12,39-30,17%), maka persentase protein N. oculata yang dikultur pada limbah cair karet lebih tinggi daripada protein Spirulina sp. yang dikultur pada media ekstrak touge (MET) (Amanatin dan Nurhidayati, 2011). Pertumbuhan Sel N. oculata pada Media Kultur Limbah Cair Karet Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pertumbuhan N. oculata yang signifikan antar perlakuan dan terjadi fluktuasi untuk setiap harinya. Hari ke-1 sampai ke-6, N. oculata mengalami fase adaptasi di seluruh media perlakuan (Gambar 1). Biakan N. oculata berada pada fase lag (istirahat) memerlukan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi di media limbah cair karet. Faktor lain yang menyebabkan lamanya fase adaptasi yaitu umur inokulum. Umur inokulum yang berada pada fase lag (istirahat) memerlukan waktu yang lama untuk beradaptasi di media baru. Waktu adaptasi N. oculata pada penelitian ini lebih lama dibandingkan penelitian Fachrulloh (2011) yang menunjukkan bahwa Nannochloropsis sp. hanya memerlukan waktu adaptasi selama empat hari pada media sisa dari pertambangan timah. Fase logaritmik terjadi pada hari ke-10 yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah sel
(Gambar 1). Rerata kepadatan sel N. oculata tertinggi terlihat pada media 20% sebanyak 512 x 108 sel/ml. N. oculata hari ke-10 mulai beradaptasi dengan baik sehingga sel dapat memanfaatkan nutrisi secara lebih optimal dalam media kultur. Kondisi lingkungan pada hari ke-10 diketahui sesuai dengan kondisi optimal untuk pertumbuhan mikroalga N. oculata yaitu dengan pH media berkisar 7-8 dan salinitas antara 20-34 ‰ (Elzenga et al., 2000; Effendi, 2003). Pertumbuhan lambat terjadi pada hari ke-11-12 kecuali pada perlakuan 20%. Memasuki hari ke-13 N. oculata mengalami peningkatan pertumbuhan di seluruh media perlakuan. Peningkatan laju pertumbuhan dikarenakan adanya tambahan nutrisi baru yang berasal dari lisis sel N. oculata yang mati (Annisa, 2005). Konsentrasi 20% merupakan konsentrasi yang tepat untuk meningkatkan kepadatan sel N. oculata secara lebih optimal (Tabel 3 dan Gambar 1). Unsur besi (Fe), seng (Zn), Magnesium (Mg) dan Mangan (Mn) digunakan N. oculata untuk sintesis klorofil, sedangkan nitrogen (N) untuk pembentukan protein dan karbon (C) pemicu pembelahan sel yang akan berpengaruh langsung terhadap laju pertumbuhan (Hu dan Gao, 2006; Djariah, 1995; Dedi et al., 2010). Konsentrasi media kultur N. oculata pada limbah cair karet menghasilkan data yang tidak seragam antar laju pertumbuhan dan biomassa protein. Konsentrasi media 40% baik bagi N. oculata untuk pembentukan protein sel. Tingginya sumber nitrogen di media 40% menyebabkan pertumbuhan N. oculata untuk pembentukan protein lebih optimal (Tabel 2). Hu dan Gao (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan protein yang dihasilkan maka persentasi lipid yang dihasilkan semakin kecil, begitu pula sebaliknya jika protein sel tinggi maka lipid rendah. Hal ini sesuai pula dengan penelitian Sartika (2014) bahwa kandungan lipid N. oculata pada media kultur limbah cair karet konsentrasi 40% lebih rendah (35,05% lipid) dibandingkan dengan konsentrasi media 20% (40,34% lipid). Konsentrasi 20% limbah karet cair memberikan pengaruh yang baik dan nyata untuk pembelahan N. oculata. Beberapa penelitian mengenai pertumbuhan mikroalga menggunakan limbah cair organik telah dilakukan. Komarawidjaja (2010) menyatakan 125
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 120-127
bahwa limbah organik sisa pengolahan susu dan rumput laut dapat meningkatkan pertumbuhan mikroalga Chlorella sp., sampai konsentrasi 40%. Hasil penelitian Dedi et al (2010) menunjukkan konsentrasi 15% limbah cair karet merupakan konsentrasi terbaik meningkatkan pertumbuhan Chlorella sp. Mikroalga N. oculata pada penelitian ini mengalami pertumbuhan tertinggi pada media konsentrasi 20% dan tumbuh lambat pada media limbah cair karet konsentrasi 0%, 10%, 30% dan 40% (Gambar 1 dan Tabel 2). Daftar Pustaka Amanatin DR, & Nurhidayati R, 2011, Pengaruh Konsentrasi Kombinasi Media Ekstrak Toege (MET) dengan Pupuk Urea terhadap Kadar Protein Spirulina sp., Jurnal Sains dan Seni Pomits. Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). vol.2,no.2, hal.2337-3520 diakses 10 November 2011 Annisa, 2005, Respon Chlorella pyrenoidosa terhadap Senyawa Klorporifos, Tesis. Departemen Biologi, Institut Teknologi Bandung. Bandung Astuti, JT, Sriwuryandari, L, & Sembiring, T, 2011, ‘Pengaruh Penambahan Mg2+ terhadap Produktifitas dan Komposisi Asam Lemak Mickroalga Scenedesmus sebagai Bahan Biodiesel’, Riset Industri vol.3, hal.265-274, diakses tanggal 7 Januari 2014
Borowitzka, AM, dan Lesly BJ, 1988. Microalgal Biotechnology. Cambridge University Press, Australia Dedi, F, Hendra, H, Maliana, Y, Ningsih, RL, & Hadi, RP, 2010, Pemanfaatan Limbah Cair Karet sebagai Media Alternatif Budidaya Chlorella sp., Ilmiah Mahasiswa Universitas Tanjungpura vol.1, no.1., hal. 81-90 Djariah, AS, 1995, Pakan Ikan Alami. Percetakan Kanisius. Yogyakarta Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Percetakan Kanisius. Yogyakarta Elzenga, JTM, Prins, HBA, & Stefels, J, 2000, The Role of Extracellular Carbonic Anhydrase Activity in Inorganic Carbon Utilization of Phaeocystis globosa (Prymnesiophyceae) A Comparison With Other Marine Algae Using The Isotopic Disequilibrium Technique. Limnology Ernest, P, 2012, Pengaruh Kandungan Ion Nitrat terhadap Pertumbuhan Nannochloropsis sp. Skripsi, Universitas Indonesia, Depok Fachrullah, MR, 2011, ‘Laju Pertumbuhan Mikroalga Penghasil Biofuel Jenis Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. yang Dikultivasi
Menggunakan Air Limbah Hasil Penambangan Timah di Pulau Bangka’, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor Fulks, W., & Main, K.I., 1991, Rotifer & Microalgae Culture Systems. Proceeding of U.S. Asia Workshop, The Oceanic Institute, Honolulu, Hawai Fogg GE, & Thake, B, 1987, Algal Cultures and Phytoplankton Ecology, 3rd ed., The University of Wisconsin Press, Wisconsin Gardner FP, Pierce RB & Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press, Jakarta Hu, H & Gao, K, 2006, Response of Growth and Fatty Acid Compositions of Nannochloropsis sp. to Environmental Factors Under Elevated CO2 Concentration, Biotechnology Letters, vol.28, hal.987–992, diakses tanggal 16 Januari 2013
Hodaifa, G, Martinez, ME, & Sanches, S, 2009, Influences of pH on the Culture of Scenedesmus obliquus in Olive-mill Wastewater, Biotechnology & Bioprocess Engineering vo.14, hal.854-860, diakses tanggal 20 Juli 2013
Isnansetyo, A & Kurniastuty, 1995, Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton, Kanisius, Yogyakarta Jati, Fhibia, Hutabarat J, dan Herawati E.V., 2012, Pengaruh Penggunaan Dua Jenis Media Kultur Teknis yang Berbeda Terhadap Pola Petumbuhan, Kandungan Protein dan Asam Lemak Omega 3 EPA (Chaetoceros gracilis). Journal of Aqualculture Management and Technology. vol.1, hal. 221-235 Kawaroe, M, 2008, Mikroalga Sebagai Bahan Baku Biofuel. Surfactant dan Bioenergy Research Centre, Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Bogor Komarawidjaja, W, 2010, Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Organik Sebagai Substitusi Media Kultur Mikroalga dalam Upaya Mereduksi CO2, Laporan Akhir Program Insentif Riset DIKTIDIKNAS, Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nigam, Subhasha., Monika PR., & Sharma R, 2011, Effect of Nitrogen on Growth and Lipid Content of Chlorella pyrenoidosa. American Journal of Biochemistry and Biotechnology. Vol.7, no.3, hal.126-131 Panji, T, S., & Siswanto, 2007, Pemanfaatan Limbah Lateks Pekat untuk Produksi Biogas dan Bioindustri Menuju Produksi Bersih, Laporan Kemajuan Penelitian Proyek Riset Insentif Terapan, Bogor, Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia Sartika., 2014. Kandungan Klorofil dan Lipid Nannochloropsis oculata yang dikultur dalam Media Limbah Cair Karet. Journal Protobiont, vol.3. No.3, hal. 25-30
126
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 120-127
Sigit, H., 2010, Analisis Proksimat dan Uji Aktivitas Metabolit Sekunder Caulerpa lentilifera Sebagai Makanan Fungsional, Skripsi, Universtitas Tanjungpura, Pontianak Steel, RGD, & Torrie, JH, 1993, ‘Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik’, Edisi kedua, Diterjemahkan oleh Sumantri B, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Suharja & Sutarno, 2009, Biomassa, Kandungan Klorofil dan Nitrogen Daun Dua Varietas Cabai (Capsicum annum) pada Berbagai Perlakuan Pemupukan, Bioteknologi vol.6, no.1, hal.11-20, diakses tanggal 9 Januari 2013 Sriharti & Carolina, 2012, Pengaruh Berbagai Media terhadap Kualitas Algae Bersel Tunggal Scenedesmus sp., Seminar Nasional Biologi vol.XV, hal. 877-882, diakses tanggal 21 Januari 2013 Tomascik, T, Mali AJ, Nontji A, & Moosa MK., 1997, The Ecology of the Indonesian Seas. Part Two, The Ecology of Indonesian Series. vol.8, Periplus Editions (HK) Ltd Yamasaki, S., & Hirata, H., 1995, CO2 Concentration Change in Nannochloropsis sp. Culture Medium. Vol.13, hal.357-365 Widianingsih, Ridho A, Hartati R & Harmoko, 2008, ‘Kandungan Nutrisi Spirulina platensis yang Dikultur pada Media yang Berbeda’ Ilmu Kelautan, vol.13, no.3, hal.167-170, diakses tanggal 7 Februari 2013 Wijaya. S. A. 2006. Pengaruh Pemberian Konsentrasi Urea yang Berbeda Terhadap pertumbuhan Nannochloropsis oculata. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. hal. 23.
127