Pengertian Kalimat Pengertian kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh . Pengertian Kalimat Fakta & Opini Kalimat Fakta adalah kalimat yang berisi peristiwa atau berita yang pasti. Mempunyai data yang valid dan dapat dibuktikan Kalimat Opini adalah kalimat pernyataan yang berupa perkiraan atau pendapat terhadap suatu hal baik yang tidak pasti atau belum terjadi, tidak membutuhkan data yang valid dan bersifat subjektif perbedaan kalimat fakta dan kalimat opini adalah sebagai berikut : kalimat opini : 1. Umumnya bersifat objektif, kalimat di sajikan berdasarkan penalaran (logis). 2. Dilengkapi data otentik berupa angka dan bukti tentang objek/peristiwa. 3. Umumnya berisi jawaban atas pertanyaan apa,siapa,kapan,di mana dan berapa. 4. Acuan peristiwa terjadi pada masa lampau dan sekarang. kalimat fakta : 1. Umumnya bersifat subjektif, kalimat di sajikan berdasarkan perasaan (emosi). 2. berupa saran , pendapat,dan ramalan tentang sebab atau akibat terhadap objek /peristiwa 3. Umumnya berisi jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana. 4. acuan peristiwa terjadi pada masa yang akan datang.
Kalimat menurut Struktur Gramatikalnya Dalam bahasa Indonesia, kalimat dari segi struktur gramatikalnya dapat dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal digunakan untuk mengungkapkan gagasan tunggal, sedangkan kalimat majemuk digunakan untuk mengungkapkan gagasan yang lebih dari satu gagasan. Perihal kalimat tunggal dapat dipelajari lagi uraian kalimat sebelumnya. Pada kesempatan ini kita akan membicarakan jenis kalimat lain, yaitu kalimat majemuk. Kalimat majemuk dipahami sebagai kalimat yang terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal. Kalimat majemuk setara, yang terbagi lagi atas: * Kalimat majemuk setara perjumlahanKalimat majemuk ini dahubungkan oleh kata sambung dan atau serta. Contoh: 1. Adik menari. 2. Kakak melukis. K: Adik menari dan kakak melukis. * Kalimat majemuk setara pertentangan Kalimat majemuk ini dihubungkan oleh kata sambung tetapi, sedangkan, atau melainkan. Contoh: 1. Dia tidak cantik, tetapi menarik. 2. Amerika tergolong negara maju, tergolong negara berkembang. * Kalimat majemuk setara perurutan
sedangkan
Kalimat majemuk ini dihubungkan oleh kata sambung kemudian.
Indonesia
lalu dan
Contoh: 1. Dia bangkit dari duduknya, lalu meninggalkannya sendiri. * Kalimat majemuk setara pemilihan Kata majemuk ini dihubungkan oleh kata sambung atau. Contoh: 1. Pilih dia atau aku? Di samping itu, dalam bahasa Indonesia dikenal pula kalimat majemuk setara rapatan. Unsur yang dirapatkan biasanya subjek. Contoh: a. Dia berlatih. b. Dia bertanding. c. Dia berhasil menang. K: Dia berlatih, bertanding, dan berhasil menang. * Kalimat majemuk tidak setara Kalimat majemuk ini terdri atas dua atau lebih kalimat. Salah satu dari kalimat itu adalah induk kalimat yang berisi gagasan inti, Anak kalimat kata sambung kalau, agar, majemuk tidak Kaidah I: kalimat1
+
———induk kalimat
sedangkan kalimat lainnya disebut anak kalimat. memiliki ciri yaitu di depannya didahului oleh seperti walaupun, meskipun, karena, apabila, supaya, sehingga, dan setelah. Kaidah kalimat setara adalah sebagai berikut.
kata sambung + kalimat2 —————————— anak kalimat
Contoh : 1. Kami segera pulang karena pekerjaan sudah selesai.
Kaidah II kata sambung + kalimat2, ——————————
kalimat1
———
anak kalimat
induk kalimat
Contoh : 1. Karena pekerjaan sudah selesai, kami segera pulang. Perhatikan tanda koma dalam kaidah II yang sifatnya wajib. Kalimat menurut Fungsinya Kalimat bahasa Indoneaia berdasatkan fungsinya dapat pula dibedakan sebagai berikut. a) Kalimat pernyataan (deklaratif ), yaitu kalimat yang berisi informasi lengkap. Contoh: Positif 1. Presiden mengadakan kunjungan ke Aceh. Negatif 1. Tidak semua korban selamat. b). Kalimat pernyataan (interogratif) Jika penutur memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Contoh:
Positif 1. Kapan Saudara pulang? Negatif 1. Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai konstruksi? c). Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif) Jika penutur ingin menyuruh sesuatu.
atau melarang orang berbuat
Contoh: Positif 1. Tolong buatkan saya kopi! Negatif 1. Janganlah kita enggan menolong orang yang sedang menderita! d). Kalimat Seruan. Jika penutur ingin mengungkapkan perasaan yang kuat atau yang mendadak. Contoh: Positif 1. Bukan main, hebatnya. Negatif 1. Aduh, saya gagal dalam kesempatan ini.
Metodologi penelitian Metode Ilmiah Pengertian Metode Ilmiah
Definisi-definisi penelitian yang diungkapkan di atas menunjukkan penelitian yang menggunakan metode ilmiah (scientific method). Secara umum penelitian itu dapat dilakukan dengan metode ilmiah dan metode naturalis (naturalistic approach). Penelitian yang menggunakan metode naturalis sejalan dengan grounded theory atau metode ini sering juga disebut dengan pendekatan kualitatif. Pembahasan mengenai perbedaan kedua pendekatan ini akan dibahas lebih lanjut dalam sub-bab paradigma penelitian.
Metode ilmiah merupakan prosedur atau cara-cara tertentu yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang disebut dengan ilmu/pengetahuan ilmiah (Senn,1971:4-6). Epistemoligi (filsafat pengetahuan) merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan dalam kajian filsafat. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan epistemologi ilmu yang mengkaji sumber-sumber untuk memperoleh kajian yang benar. Penelitian ilmiah berfokus pada metode yang kokoh untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan yang valid. Penelitian ilmiah bersifat lebih obyektif karena tidak berdasarkan pada perasaan, pengalaman dan intuisi peneliti semata yang bersifat subyektif. Penelitian ilmiah melibatkan theory construction dan theory verification. Kontruksi teori merupakan suatu proses untuk membentuk struktur dan kerangka teori yang akan digunakan untuk mengembangkan suatu hipotesis yang relevan dengan struktur teorinya. Selanjutnya dengan menggunakan fakta, maka hipotesis
tersebut diuji secara empiris.
Meskipun tidak ada konsensus tentang urutan dalam metode ilmiah, metode ilmiah umumnya memiliki beberapa karakteristik umum sebagai berikut (Davis & Cosenza, 1993: 37; Sekaran, 1992, 2003): Kritis dan analitis: mendorong suatu kepastian dan proses penelitian untuk mengidentifikasi masalah dan metode untuk mendapatkan solusinya. Logis: merujuk pada metode dari argumentasi ilmiah. Kesimpulan rasional diturunkan dari bukti yang ada. Testabiity: penelitian ilmiah harus dapat menguji hipotesis dengan pengujian statistik yang menggunakan data yang dikumpulkan. Obyektif: hasil yang diperoleh ilmuwan yang lain akan sama apabila studi yang sama dilakukan pada kondisi yang sama. Hasil penelitian dikatakan ilmiah apabila dapat dibuktikan kebenarannya. Konseptual dan Teoretis: ilmu pengetahuan mengandung arti pengembangan suatu struktur konsep dan teoretis untuk menuntun dan mengarahkan upaya penelitian. Empiris: metode ini pada prinsipnya berstandar pada realitas. Sistematis: mengandung arti suatu prosedur yang cermat. Suatu penelitian dikatakan penelitian ilmiah yang baik jika memenuhi kriteria berikut (Sekaran, 1992, 2003); Indriantoro & Supomo, 1999: 14-15). Menyatakan tujuan secara jelas. Rigor (kokoh): penelitian ilmiah menunjukkan proses penelitian yang dilakukan secara hati-hati (prudent) dengan keakurasian yang tinggi. Basis teori dan rancangan penelitian yang baik akan menambah kekokohan dari penelitian ilmiah. Menggunakan landasan teoretis dan metode pengujian data yang relevan.
Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah teoretis atau berdasarkan pengungkapan data Mempunyai kemampuan untuk diuji ulang (replikasi). Memilih data dengan presisi sehingga hasilnya dapat dipercaya. Tidak ada penelitian yang sempurna dan ketepatannya tergantung pada keyakinan peneliti yang dapat diterima umum. Kesalahan pengukuran data dapat menyebabkan ketepatan penelitian menurun. Desain penelitian harus dilakukan dengan baik sehingga hasil penelitian dapat dekat dengan kenyataannya (precision) dengan tingkat probabilitas keyakinan (confidence) yang tinggi. Menarik kesimpulan dilakukan secara obyektif. Hasil penelitian ilmiah akan memberikan hasil dan konklusi yang obyektif jika tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif peneliti. Melaporkan hasilnya secara parsimony (simpel), yaitu penelitian ilmiah mempunyai kemudahan menjelaskan hasil penelitiannya.
di
dalam
Temuan penelitian dapat digeneralisasi. Hasil penelitian ilmiah mampu untuk diuji ulang dengan hasil yang konsisten dengan waktu, obyek, dan situasi yang berbeda.
Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaanpertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya. Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan
prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.” Metode ilmiah dalam meneliti mempunyai kriteria serta langkahlangkah tertentu dalam Metode ilmiah bekerja. seperti di bawah ini. Kriteria Metode Ilmiah Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut: Berdasarkan Fakta Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legendalegenda atau kegiatan sejenis. Bebas dari Prasangka Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif. Menggunakan Prinsip Analisa Dalam memahami serta member! arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
Menggunakan Hipotesa Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti. Menggunakan Ukuran Obyektif Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras. Menggunakan Teknik Kuantifikasi Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating Langkah Dalam Metode Ilmiah Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti langkah-langkah tertentu. Marilah lebih dahulu ditinjau langkah-langkah yang diambil oleh beberapa ahli dalam mereka melaksanakan penelitian. Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin dipecahkan. 3. Membangun sebuah bibliografi. 4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah. 5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan. 6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung. 7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah. 8. Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak. 9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak. 10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan. 11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa. 12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi. 13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan. 14. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki). 15. Menulis laporan penelitian.