perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN PRAGMATIK TUTURAN PERSUASIF DALAM WACANA POLITIK (Studi Kasus Kampanye Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pasuruan Tahun 2008)
DISERTASI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Pragmatik
Oleh: KANI SULAM TAUFIK NIM: T130906013
PROGRAM DOKTOR ILMU LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2014
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN PRAGMATIK TUTURAN PERSUASIF DALAM WACANA POLITIK (Studi Kasus Kampanye Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pasuruan Tahun 2008)
DISERTASI Oleh KANI SULAM TAUFIK NIM: T130906013
Pembimbing Promotor
Kopromotor
Tanda Tangan Prof. Dr.M.Sri Samiati Tarjana NIP.194406021965112001
----------------------
Prof. Dr.Joko Nurkamto, M.Pd NIP. 196101241987021001
----------------------
Tanggal 11-09-2014
11-09-2014
Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal 11 September 2014
Ketua Program Doktor Ilmu Linguistik Program Pascasarjana UNS
to user Prof. commit Dr. Djatmika,M.A, NIP. 196707261993021001
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN PRAGMATIK TUTURAN PERSUASIF DALAM WACANA POLITIK (Studi Kasus Kampanye Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pasuruan Tahun 2008)
DISERTASI Oleh KANI SULAM TAUFIK NIM: T130906013
Tim Penguji Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Prof. Dr. Okid MS ....................... Nip Sekretaris Prof. Dr. Sumarlam, M.S ........................ Nip Anggota Penguji Prof. Dr. Prof. Dr.M.Sri Samiati Tarjana ........................ Nip 194406021965112001 Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd ........................ Nip 196101241987021001 Prof. Dr.H.D. Edi Soebroto ........................ Nip Drs. Riyadi Santoso, M.Ed., Ph.D ........................ Nip Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A. ...................... Nip
Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal 24 Juli 2014
Ketua Program Doktor Ilmu Linguistik Program Pascasarjana UNS
Prof. commit Dr. Djatmika,M.A, to user NIP. 196707261993021001
Tanggal 24-07-2014 22-07-2014 21-07-2014 22-07-2014 22-07-2014 23-07-2014 24-07-2014
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN PRAGMATIK TUTURAN PERSUASIF DALAM WACANA POLITIK (Studi Kasus Kampanye Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pasuruan Tahun 2008)
DISERTASI Oleh KANI SULAM TAUFIK NIM: T130906013
Tim Penguji Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS ................... Nip 19570707071981031006 Sekretaris Prof. Dr. Ir.Ahmad Yunus, M.S ........................ Nip Anggota Prof. Dr. Djatmika, M.A .................... Penguji Nip 196707261993021001 Prof. Dr. Sumarlam, M.S ........................ Nip Prof. Dr.H.D. Edi Soebroto ..................... Nip Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A. ...................... Nip Telah dipertahankan di depan penguji pada sidang Senat Terbuka Terbatas Universitas Sebelas Maret Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Pada tanggal .................. 2014 Mengetahui Universitas Sebelas Maret Surakarta Rektor,
commit Karsidi, to user MS Prof. Dr. Ravik Nip 19570707071981031006
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Kani Sulam Taufik. T130906013. 2014. Kajian Pragmatik Tuturan Persuasif dalam Wacana Politik: Studi Kasus Kampanye Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pasuruan Tahun 2008. DISERTASI. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing: 1. Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana (Promotor); 2. Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd (Kopromotor). Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian „kualitatif dalam bentuk etnografi‟. Tujuan penelitian ini secara spesifik adalah untuk mengungkap dan menjelaskan bentuk, strategi dan nilai-nilai sosial budaya setiap tuturan yang terkait dengan perilaku santun dan sosial para jurkam (pasangan calon) dalam kegiatan kampanye. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti mengkaji sebanyak 460 tuturan-persuasif yang tersusun dalam korpus data. Tuturan tersebut dikaji dengan menggunakan pendekatanpendekatan atau teknik yang didasarkan pada: (a) dimensi teori pragmatik, (b) dimensi teori persuasi, dan (c) dimensi teori sosial budaya. Hasil temuan penelitian dipaparkan sebagai berikut: Pertama, secara pragmatik bentuk-bentuk tuturan-persuasif yang digunakan oleh para jurkam terdiri atas: (a) tindak-tutur „direktif langsung‟ yang berisi ujaran-ujaran perintah atau permintaan secara langsung, seperti pada ungkapan „Coblos nomor 2‟ dan (b) tindaktutur „direktif taklangsung‟ seperti pada ungkapan „Pasangan JaDi adalah pasangan terbaik‟. Tindak-Tutur taklangsung tersebut dikelompokkan ke dalam tindak-tutur direktifasertif, direktif-komisif, direktif-ekspresif dan direktif-deklarasi (Searle,1979) dalam penelitian Prabarani, (2000). Dari masing-masing tindak-tutur tersebut, jenis tindak-tutur yang paling dominan penggunaannya adalah tindak-tutur „direktif-taklangsung‟. Dikatakan demikian karena dari 460 tuturan yang dikaji, 307 tuturan di antaranya tergolong direktif taklangsung dan 153 tuturan lainnya tergolong direktif langsung. Jumlah tersebut dirinci sesuai frekuensi penggunaan masing-masing tindak-tutur, yakni: (a) direktif-asertif 81 tuturan (17,60 %), (b) direktif-komisif 106 tuturan (23,04 %) , (c) direktif-ekspresif 76 tuturan (16,52 %), (d) direktif-deklarasi 44 tuturan (9,57 %) dan (e) direktif langsung sebanyak 153 ujaran (33,26 %). Jika dilihat satu per satu, bentuk tindak-tutur „direktiflangsung‟ jumlahnya paling dominan, yakni 153 ujaran (33,26%). Namun, jika dilihat secara menyeluruh, tindak-tutur yang paling dominan adalah „direktif-taklangsung‟ karena tindak-tutur jenis ini berisi 4 macam tindak-tutur sehingga jumlahnya dapat mengungguli tindak-tutur langsung. Kedua, strategi tuturan-persuasif yang digunakan penutur terdiri atas (a) strategi tuturan langsung, dan (b) strategi tuturan taklangsung. Dalam hal ini, „strategi tuturan langsung‟ tercermin dalam „bentuk tuturan-langsung‟, dan „strategi tuturan taklangsung‟ tercermin dalam „bentuk tuturan taklangsung‟. Setelah dikaji berdasarkan prinsip-prinsip persuasif yang dikemukakan Cialdini (1984), yaitu prinsip konsistensi, otoritas, timbalbalik, pembuktian sosial, rasa suka, dan kelangkaan, tuturan-persuasif yang digunakan oleh para jurkam juga mencerminkan tindakan-tindakan yang terdapat pada prinsip-prinsip tersebut. Jika dicermati secara teliti, prinsip-prinsip persuasif tersebut juga dapat dikategorikan sebagai strategi taklangsung karena cara-cara yang digunakan sebagian besar diwujudkan dalam bentuk perilaku sosial, seperti: memberi sumbangan kepada fakir miskin, yatim piatu, jalan sehat berhadiah, konvoi kendaraan bermotor, kunjungan ke pondok-pondok pesantren, silatur rahmi kepada para kiai atau ulama, dan bantuan commit to user langsung untuk renovasi fasilitas-fasilitas umum.
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketiga, strategi-strategi yang dikemukakan di atas juga mencerminkan nilai-nilai sosial budaya tuturan-persuasif yang digunakan karena sikap dan perilaku para jurkam ketika berbicara dan juga ketika menggelar penggalangan massa, seperti jalan sehat, konvoi massa, blusukan ke tempat-tempat umum dan lain-lain merupakan cerminan dari tuturan-persuasif yang diujarkan. Maka dari itu, berdasarkan nilai-nilai sosial budaya tersebut dapat diketahui bahwa kesantunan tuturan-persuasif yang digunakan oleh para jurkam tergolong relatif tinggi. Menurut peneliti, tingkat kesantunan yang relatif tinggi ini banyak dipengaruhi oleh isi tuturan yang tidak merugikan lawan-tutur dan/atau tidak mengancam muka pihak lain. Indikatornya adalah tuturan tersebut sebagian besar disampaikan dengan menggunakan 6 maksim kesantunan Leech (1983), yakni: kebijaksanaan, kedermawanan, penghargaan, kesederhanaan, kesepakatan, dan simpati. Selain itu, sikap dan perilaku sosial para jurkam yang santun benar-benar mencerminkan norma-norma sosial dan budaya masyarakat setempat. Jenis kampanye simpati seperti ini diselenggarakan di lapangan dalam nuansa santai dan penuh keakraban. Akhirnya, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tuturan-persuasif dalam kampanye pemilihan bupati dan wakil bupati tersebut, dapat menghasilkan „tindak-tutur direktif baru‟ yang di dalamnya mengandung nilai-nilai persuasif, yaitu tindak-tutur “direktif-persuasif”. Tindak-tutur tersebut terdiri atas direktif-langsung, dan taklangsung. Di antara keduanya, tindak-tutur yang paling dominan adalah direktif taklangsung yakni: direktif-asertif, direktif-komisif, direktif-ekspresif, dan direktif-deklarasi. Kelima jenis tindak-tutur tersebut menggunakan strategi-strategi tuturan yang sejalan dengan prinsipprinsip persuasif Cialdini (1984) dan prinsip-prinsip kesantunan Leech (1983). Dengan demikian, secara sosial budaya tuturan tersebut dapat berdampak positif terhadap tingginya nilai-nilai kesantunan para jurkam. Temuan tersebut secara pragmatik memiliki implikasi bahwa nilai-nilai persuasif dalam setiap tindak-tutur dapat menghasilkan tindak-tutur direktif-persuasif yang bentuk dan strateginya mengandung nilai-nilai sosial-budaya, seperti: budaya santun, tolongmenolong (gotong royong), dan hormat-menghormati. Dengan menggunakan prinsipprinsip tersebut, maka ujaran yang berisi ajakan, perintah, dan permintaan yang selama ini hanya berwujud tindak-tutur direktif semata, dalam penelitian ini ujaran-ujaran tersebut dapat berwujud tindak-tutur asertif, komisif, ekspressif dan deklarasi. Hal ini bisa terjadi karena ujaran-ujaran tersebut digunakan untuk menarik simpati lawan-tutur terhadap pasangan calon. Oleh sebab itu, dalam berujar penutur perlu menambahkan ungkapanungkapan yang dapat meningkatkan daya tarik lawan-tutur, meski ujaran yang dibuat terkesan panjang dan kurang langsung. Dengan begitu, bentuk dan strategi tindak-tutur direktif-persuasif yang digunakan oleh para jurkam dapat dikatakan memiliki dampak positif terhadap sikap dan perilaku sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat setempat, seperti: budaya santun, budaya tolong-menolong, budaya rukun dan budaya patuh terhadap kiai atau ulama. Sikap dan perilaku para jurkam yang demikian ini secara pragmatik dapat menghasilkan kesantunan positif. Sayangnya, strategi kesantunan jenis ini penggunaannya kurang signifikan karena ragam bahasa yang digunakan oleh para jurkam sebagian besar adalah ragam bahasa formal yang menghasilkan nilai-nilai „kesantunan negatif’. Dengan demikian, ada dua jenis kesantunan yang terdapat dalam tuturan-persuasif yang dibuat oleh para jurkam, yakni: kesantunan positif dan kesantunan negatif. Namun, jenis kesantunan yang paling dominan dalam temuan ini adalah kesantunan negatif. Kata Kunci: tuturan-persuasif, wacana politik, pendekatan pragmatik, tindak-tutur commit to user langsung/taklangsung, kesantunan positif/negatif
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Kani Sulam Taufik. T130906013. 2014. Pragmatic Study of Persuasive-Utterance in The Political Discourse: The Case Study of Election Campaign of The Regent and Vice Regent of Pasuruan, in 2008. DISERTATION. Post Graduate Program of Sebelas Maret University of Surakarta. Supervisors: 1. Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana (Promotor); 2. Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd (Copromotor). This research is categorized as „qualitative‟ in the form of „ethnography‟. Related to the form of the research mentioned, then the aims of the study are specifically focused on the descriptions of the utterance patterns, strategies, and norms of social life and culture which have relationship with the politeness and social behavior of the speakers in campaign activities. To achieve the goal of the study, then the researcher analyzed 460 utterances which were available in a data corpus. Those utterances were analyzed using approaches and techniques of the following demensions: (a) dimension of pragmatic theories, (b) dimension of persuasion theories, and (c) dimension of social and cultural theories. The findings of the research are presented as below: The first, pragmatically, the patterns of persuasive-utterances used by the speakers are classified into two types, namely: (a) direct-speech acts and (b) indirect speech acts. „Direct-speech acts‟ are the ones that contain demand or requests. These utterances are spoken directly (on record) such as in „Choose number 2‟, while „indirect speech acts‟ are spoken indirectly (off record), such as in „JaDi is the best‟. These ones are classified into: Assertive-Directive, Commissive-Directive, Expressive-Directive, and DeclarationDirective (Searle, 1979) as it was used in Prabarani‟s research (2000). In use, the indirectspeech acts were more dominant than the direct speech acts. It is so called, as there were 460 utterances in this study, 307 utterances of them were speech acts of indirect-directives and 153 utterances of them were speech acts of direct-directives. In this study, the number of each was identified as follow: (a) assertive-directives 81 utterances (17.60%), (b) commissive-directives 106 utterances (23.04%), (c) expressive-directives 76 utterances (16.52%), (d) declaration-directives 44 utterances (9.57 %) and (e) directive-speech acts 153 utterances (33.26%). If the speech-acts are identified from each aspect, the dominant number in use is the directive-speech acts. However, if they are identified from the total aspects, it can be said that indirect-speech acts are more dominant because these ones contain 4 kinds of different speech-acts. The second, the strategy of persuasive-utterances used by the speakers consist of (a) utterances with direct strategy, and (b) utterances with indirect strategy. In this case, the strategies used by the speakers pragmatically illustrate the patterns of utterances. Thus, the direct-speech acts reflected the direct strategies, while the indirect-speech acts reflected indirect strategies. Having analized using the six principles of persuasives argued by Cialdini (1984), namely: consistence, otority, reciprocal, social-evidence, preference and rareness, the persuasive-utterances used by the speakers also reflected the acts which were done in the six principles above. If it is carefully observed, the six principles above can also be categorized as indirect strategies because the techniques which were mostly used by the speakers were presented in the forms of social behavior, such as: giving charity to the poor and orphans, fun walk with rewards, motor cycle parades, visiting pesantren houses, visiting kiai or ulama and giving immediate contribution for public facilities. The third, the strategies described above, provide the reflection of social and cultural to userof the speakers while they were norms of persuasive-utterances because commit the behavior
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
speaking and gathering the people as it was done in the fun walk, mass-convoy, visiting public areas etc. were the reflections of the persuasive-utterances that they have uttered. That‟s why, based on the social and cultural norms above, it can be identified that the politeness of the persuasive-utterances used by the speakers is relatively high. The researcher thinks that the height of politeness is mostly influenced by the contents of utterances which were not producing the impolite acts. The indicators of the politeness are the utterances were expressed using the 6 maxims of politeness, namely: tact-maxim, generosity-maxim, approbation-maxim, modesty-maxim, agreement-maxim and sympathetic-maxim (Leech, 1983). Besides, the politeness of speakers‟ behavior and attitudes in the campaigns clearly reflected the norms of social life and culture of the local society. The type of the sympathetic campaigns like this was held in the field using funny, friendly and intimately ways. The last, the conclusion of the research study shows that the persuasive utterances used in the campaign of regent and vice regent election above, can produce the new speech-acts, namely: „persuasive-directives’. These speech-acts consist of direct and indirect utterances. In this study, the use of the indirect utterances were more dominant than the direct ones. Then, these utterances were classified into speech-acts of assertivedirectives, commissive-directives, expressive-directives and declaration-directives.These utterances, then yielded the strategies in which the persuasive-principles of Cialdini (1984) and the politeness-principles of Leech (1983) were used. As a result, the utterances culturally had a positive effect to the height of politeness values owned by the campaign speakers. Pragmatically, the findings above imply that the persuasive values of each utterance can produce the speech-acts of persuasive-directives in which their patterns and strategies contain social and cultural values, such as: the culture of politeness, help to help with others, and honor of one another. Using these principles, the utterances related to requests, imperatives and demands which have been recently categorized into the directives only, in this research they can take their position in the scope of assertives, commissives, expressives, and declaration. It occurs as the main aim of using these utterances are to attract the voters‟sympathy to the pairs of candidates. That‟s why, the speakers need to use the utterances which might be able to increase the hearers‟ power of attraction while they are speaking although what they say feel more complete and indirective. Thus, the types of the persuasive-directives used in the speech-acts have some positive effects to the attitudes and social-culture behaviors of the campaign speakers, such as: politeness culture, help to help culture, in unity-culture, and the obedience to the kiai or ulama. Pragmatically, the speakers‟ attitudes and their behaviors like these can yield the positive politeness. Unfortunately, these strategies were not significantly used by the campaign speakers because they used large number of formal languages which probably produced the negative politeness. Thus, the speakers had made two kinds of politeness in their persuasive utterances, namely: positive and negative politeness. But, in these findings, the most dominant types of politeness which were used by the campaign speakers were negative politeness. Key words: persuasive-utterances, political discourse, pragmatic approaches, direct/indirect utterances, positive/negative politeness commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa: 1. Disertasi yang berjudul: “KAJIAN PRAGMATIK TUTURAN PERSUASIF DALAM WACANA POLITIK” (Studi Kasus Kampanye Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pasuruan Tahun 2008) ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak tedapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah disertasi ini dapat di buktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi baik disertasi beserta gelar doctor saya di batalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi disertasi pada jurnal atau forum ilmiah harus menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS sebagai instituisinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 11 September 2014 Mahasiswa,
Kani Sulam Taufik T130906013
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji dan syukur ke hadirat Allah swt. atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang dicurahkan kepada penulis, akhirnya berbagai macam tantangan dan hambatan selama penyelesaian disertasi ini dapat teratasi. Penulis menyadari bahwa penyelesaian disertasi ini bukanlah hal yang mudah sebagaimana yang ia bayangkan selama ini. Penulis harus mencurahkan tenaga dan pikirannya di samping harus dapat mengatur waktu di tengah-tengah kesibukannya sebagai dosen. Tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait, penulis yakin disertasi yang ia kerjakan tidak akan terwujud. Maka dengan selesainya disertasi ini, penulis merasa berhutang budi kepada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Untuk itu, penulis berkewajiban menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya dan setulus-tulusnya. Pertama, kepada Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. yang telah berkenan menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh program doktor (S3) di UNS Surakarta. Kedua, kepada Direktur Pascasarjana UNS, Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS yang telah memberi peluang dan motivasi yang tinggi kepada penulis untuk menyelesaikan studinya. Ketiga, kepada Ketua Program Studi Linguistik S3, Prof. Dr. Djatmika, M.A. dan Seketaris Program Studi Linguistik S3, Prof. Dr. Sumarlam, M.S. yang dengan lapang dada selalu melakukan pemantauan perkembangan studi penulis sehingga penulis memiliki semangat yang tinggi untuk menyelesaikan penulisan disertasinya. Beliau juga banyak memberikan masukan terkait dengan penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang benar. Kemudian, hal yang sama juga disampaikan kepada Prof. Dr. M. Sri Samiati Tarjana, selaku Promotor dan Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. selaku Kopromotor yang telah banyak mengurbankan waktu, tenaga dan pikiran guna memberikan bimbingan kepada penulis sehingga tahap demi tahap penulisan disertasi ini dapat terselesaikan. Beliau berdua dengan sabar telah memberi koreksi, saran/nasihat, dan masukan yang sangat berharga bagi penulis sehingga berkat bimbingan beliau berdua wawasan tentang penelitian kualitatif dalam bentuk etnografi dalam kajian pragmatik dan sistematika penulisannya yang sangat jelas dapat dipahami oleh penulis. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah Prof. Dr. H. D. Edi Soebroto, selaku pengelola Prodi Linguistik S3 pada periode sebelumnya dan juga selaku penguji disertasi yang telah banyak memberikan masukan-masukan yang berharga berkaitan dengan kajian pragmatik dan semantik. Beliau juga banyak memberi dorongan yang sangat tinggi dan nasihat yang sangat berharga kepada penulis selama mengikuti program doktor di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selanjutnya, juga disampaikan kepada Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A., selaku pakar linguistik dan penguji yang banyak memberikan masukan dan pengarahan terkait dengan kajian pragmatik sehingga sangat membantu penulis dalam menyelesaikan disertasi ini. Semoga jasa-jasa yang telah diberikan oleh beliau-beliau yang telah penulis sebutkan di atas semuanya tercatat sebagai amal sholeh dan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda di sisi Allah swt. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Drs. H. Imam Moelyono, M.Pd, Ketua STKIP PGRI Sidoarjo, Jawa timur yang telah banyak mendorong dan membantu penulis baik moril maupun materiil untuk menyelesaikan program doktor yang ditempuhnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para jurkam, dan pasangan calon yang telah bersedia memberi kesempatan kepada penulis untuk merekam pidato kampanye dalam rangka pengumpulan data penelitian. Begitu juga kepada pihak-pihak lain yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu di dalam tulisan ini namun banyak commit topengetikan user berperan membantu penulis dalam pegumpulan dan data dari awal hingga akhir
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kampanye. Yang terakhir, disampaikan kepada istri tercinta, Anis Sholichah, S.Pd dan anak-anak tersayang, Akhmad Sholihuddin Muttaqin, Faizal Firdiansyah dan Akhmad Fajrul Falah yang dengan sabar dan tabah mendampingi dan mendoakan penulis selama menyelesaikan disertasinya. Semoga perjuangan, pengurbanan dan doa mereka yang tulus dapat mengantarkan penulis mewujudkan cita-citanya. Demikian ungkapan terima kasih penulis kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penyelesaian disertasi ini. Semoga tulisan ini menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini tak lain karena keterbatasan kemampuan penulis yang masih dalam taraf belajar. Maka dari itu, dengan lapang dada dan hati yang tulus penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak dalam rangka untuk menyempurnakan disertasi ini.
Surakarta, 11 September 2014 Penulis K.S.T
commit to user
vi