Kajian Potensi Energi Angin untuk Perencanaan Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) di Kota Pontianak Andi Ihwan1) dan Ibrahim Sota2)
Abstrak: Krisis energi telah banyak melanda negara di berbagai belahan bumi diantaranya Indonesia, hal ini disebabkan karena cadangan bahan bakar fosil semakin berkurang sedangakan kebutuhan akan energi semakin meningkat salah satu jalan keluarnya adalah melakukan pencarian energi alternatif dalam bentuk energi baru dan terbarukan salah satu energi alternatif adalah energi angin. Dalam penelitian ini akan dikaji potensi energi angin di Kota Pontianak. Dari hasil analisis menggunakan metode Fungsi Weibull diperoleh bahwa kecepatan angin yang bertiup di Kota Pontianak termasuk dalam golongan angin rendah, yaitu berkisar pada kecepatan 2,5 - 3,5 m/s. Potensi energi yang dapat dihasilkan dari tenaga angin di Kota Pontianak berkisar antara 3,21 - 4,82 KW. Kata Kunci: angin, Weibull, energi, turbin
PENDAHULUAN Angin
rendah. Arah gaya gradien tekanan
disebabkan
oleh
di atmosfer tegak lurus permukaan
yang
isobar. Beberapa karakteristik angin
tidak merata di atas permukaan
lokal yang menjadi dasar kajian
bumi. Udara yang lebih panas akan
Sistem
mengembang menjadi ringan dan
(SKEA) adalah:
bergerak naik ke atas, sedangkan
a. Angin Darat-Laut
pemanasan sinar matahari
udara yang lebih dingin akan lebih berat
dan
bergerak
Konversi
Energi
Angin
Wilayah Indonesia merupa-
menempati
kan daerah kepulauan dengan luas
daerah tersebut. Perbedaan tekanan
lautan lebih besar dari daratan.
atmosfer pada suatu daerah yang
Angin darat-laut disebabkan karena
disebabkan oleh perbedaan tempe-
daya serap panas yang berbeda
ratur akan menghasilkan sebuah
antara daratan dan lautan. Perbeda-
gaya. Perbedaan dalam tekanan
an
dinyatakan
tersebut
dalan
istilah
gradien
karakteristik
laut
menyebabkan
dan
darat
angin
di
tekanan merupakan laju perubahan
pantai akan bertiup secara kontinyu
tekanan karena perbedaan jarak.
sehingga cocok dengan SKEA.
Gaya gradien merupakan gaya yang
b. Angin Orografi
bekerja dalam arah dari tekanan
Angin
lebih tinggi ketekanan yang lebih 1)
2)
orografi
merupakan
angin yang dipengaruhi oleh per-
Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak email: iwankonjo@yahoo.com Staf Pengajar PS Fisika, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
130
Ihwan, A. dan Sota, I, Kajian Potensi Energi ..............
131
bedaan tekanan antara permukaan
Fungsi distribusi frekuensi
tinggi dengan permukaan rendah
kecepatan angin adalah turunan dari
(angin gunung dan angin lembah).
fungsi distribusi kumulatif yaitu:
Pada siang hari berasal dari lembah
f (v )
berhembus ke atas gunung (angin lembah) dan sebaliknya pada malam hari.
relatif
dF (v ) (k / c)(v / c)k 1 e((v / c )k ) dv ...........….… (2)
Parameter distribusi kecepatan angin k dan c masing-masing
c. Kecepatan Angin Terhadap Kekasaran Permukaan & Ketinggian
menyatakan faktor
bentuk (tidak
berdimensi)
faktor
dan
skala
-2
Kekasaran permukaan me-
distribusi (ms ). Bila parameter k
nentukan berapa lambat kecepatan
dan c disuatu daerah telah diketahui
angin dekat permukaan. Di area
maka karakteristik distribusi kecepat-
dengan kekasaran tinggi, seperti
an angin dapat ditentukan juga.
hutan atau kota, kecepatan angin
Kecepatan
dekat permukaan cenderung lambat
terdispersi harga berada diantara 1,0
dan sebaliknya kecepatan angin
dan 2,0 sedangkan kecepatan angin
cukup tinggi pada area kekasaran
relatif tinggi dan kurang terdispersi
rendah
harga k berada antara 2,0 dan 4,0
seperti
daerah
datar,
nilai
lapangan terbuka.
angin
faktor
rendah
skala
dan
besar
untuk
kepatan angin tinggi dan bernilai kecil
Model Keadaan Angin Angin
bersifat
tidak
ajeg
maka untuk menganalisis kecepatan angin permukaan guna memperoleh karakteristik kecepatan angin, harus didasarkan atas analisis statistik.
bila
angin
distribusi
adalah
dan
deviasi
Weibull
(Kennedy, dkk dalam Himran, 2002) menyatakan bahwa Fungsi Weibul distribusi kumulatif adalah:
F (v) 1 e((v / c) k ) .... (1)
standar
obsevasi
ditentukan berdasarkan relasi: n
v i 1
t i vi ti
.…............ (3)
v v
2
i
2
kecepatan
Fungsi
anginnya
rendah. Kecepatan angin rata-rata
Model statistik yang cocok untuk menjelaskan
kecepatan
i
N
N 1
..(4)
dengan:
v : kecepatan rata-rata angin pada observasi (m/s)
132
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (130 – 140)
ti : jumlah waktu untuk kecepatan vi
maka ukuran pemusatan data dari
N : jumlah jam pengamatan
distribusi kecepatan angin tersebut
σ : standar deviasi
dapat ditentukan.
Kecepatan
rata-rata
dapat
dimodelkan berdasarkan persamaan
Kajian Energi Angin
berikut:
Energi
prospek baik, karena mempunyai
o
v t v.k / c . v / c
merupakan
energi alternatif yang mempunyai
v t v. f v dv
angin
k 1
.e v / c dv k
o
sumber yang bersih dan terbarukan kembali serta memiliki kerapatan energi dan kemudahan perubahan/
v t c1 1 / k …….…….... (5) adalah parameter fungsi
perpindaan energi yang cukup baik, namun
tidak
semua
daerah
di
gamma. Penentuan harga parameter
Indonesia memiliki tingkat kecepatan
distribusi kecepatan angin k dan c
angin yang merata. Menurut laporan
dapat
cara
DESDM (2005) potensi energi angin
metode regresi linier. Bila pada
di Indonesia masih sangat mungkin
Persamaan 5 dilakukan logaritma
dilakukan pengkajian, karena ter-
natural dua kali maka diperoleh
dapat daerah-daerah tertentu yang
persamaan:
mempunyai kecepatan di atas rata-
ln ln 1 F v k ln v k ln c ...(6)
rata (5 – 6 m/s). Disamping itu pula
dilakukan
dengan
Susandi, (2007) mengatakan bahwa Persamaan di atas dapat disederhanakan dalam bentuk persamaan garis lurus:
potensi
energi
angin
sangat
memungkinkan untuk dikembangkan di Indonesia yakni potensi 73 GW,
y ax b
kapasitas terpasang optimum 25
diketahui bahwa x dan y merupakan
MW, sedangkan kapasitas saat ini
sebuah
baru 0,6 MW, sehingga potensi
variabel,
kemiringan
a
merupakam
sebuah garis (slope)
energi
angin
secara
ekonomis
serta b adalah garis perpotongan
memiliki
(axis).
berprospek di masa depan. Dari
hasil
pengelompokan
peluang
Untuk
investasi
pemanfaatan
yang
kincir
data kecepatan angin berdasarkan
angin sebagai tenaga listrik skala
hasil dari distribusi frekuensi relatif,
kecil
diperlukan
suatu
pengatur
Ihwan, A. dan Sota, I, Kajian Potensi Energi ..............
tegangan, karena kecepatan angin
kinetik
berubah-ubah,
suatu
kecepatan v, massa jenis ρ, yang
bate-rai untuk menyimpan energi,
melalui sebuah penampang A =
jika angin tidak bertiup. Menurut Hawley R. dalam Jurnal Power
2 d 4
Generation
maka daya yang dihasilkan adalah:
diperlukan
in
the
Future,
mengemukakan bahwa untuk mendapatkan angin
energi
yang
optimum
pada
berkecepatan
tinggi
aliran
angin
133
dengan d diameter turbin
P
1 Av 3 .................... (7) 2
dengan:
maka diperlukan suatu mekanisme
P : Daya (Watt)
yang
ρ
disebut
mekanisme
vortex
dengan
: Massa jenis udara (Kg/m2)
A : Luas Penampang (m2)
mengantisipasi. Angin adalah udara yang
v
: Kecepatan angin (m/s)
bergerak dari tekanan udara yang Namun
lebih tinggi ke tekanan udara yang
demikian
tidak
lebih rendah. Perbedaan tekanan
semua daya angin tersebut dapat
udara disebabkan oleh perbedaan
dimanfaatkan
suhu
pada kenyataannya ada kerugian
udara
akibat
pemanasan
oleh
sudu-sudu
karena
atmosfir yang tidak merata oleh sinar
gesekan
matahari, oleh karena pergerakan-
yang disebut
nya itu, angin memiliki energi kinetik.
aerodinamik (η) dan koofisien daya
Energi angin dapat dikonversi atau
rotor (Cp). Sehingga daya yang
ditransfer ke dalam bentuk energi
diekstraki oleh kincir adalah:
lain seperti listrik atau mekanik
pada
kincir
turbin
efisiensi tansmisi
dengan menggunakan kincir atau
1 Av 3 .............. (8) 2
turbin angin. Oleh karena itu, kincir
Nilai Koefisien daya rotor
atau
turbin angin sering disebut
sebagai
Sistem
Konversi
Energi
satuan
pada prakteknya yang paling ideal adalah Cp = 0.5, nilai ini disebut batas Betz (Betz limit, diambil dari
Angin (SKEA). Daya
P Cp
adalah
waktu.
energi
Daya
per angin
ilmuwan Jerman Albert Betz). Angka ini
secara
teori
menunjukkan
berbanding lurus dengan kerapatan
efisiensi maksimum dan paling ideal
udara, dan kubik kecepatan angin.
yang dapat dicapai oleh rotor turbin
Daya yang disebabkan oleh energi
angin
tipe
sumbu
horisontal.
134
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (130 – 140)
Sedangkan
transmisi
khusus dengan aliran udara pada
aerodinamik berkisar pada harga
salah satu sisinya dapat bergerak
maksimum yang ideal η = 0.5 untuk
lebih cepat dari aliran udara di sisi
sudu yang dirancang dengan sangat
yang lain ketika angin melewatinya.
baik pada turbin dan nilai massa
Fenomena ini menimbulkan daerah
jenis
efisiensi
udara
ρ
=
1.204
2
Kg/m .
(Himran, 2002)
dan daerah tekanan tinggi di depan
Model data angin yang aktual yang
diperoleh
probabilitas
tekanan rendah pada belakang sudu
dari
frekuensi
fungsi
relatif
f(v),
sudu. Perbedaan tekanan ini membentuk gaya yang menyebabkan sudu berputar.
maka rata-rata daya yang dihasilkan oleh angin adalah:
Turbin angin dengan jumlah sudu banyak lebih cocok digunakan
1 P w Cp A v 3 f ( v) dv .. (9) 2 0 dengan f(v) adalah fungsi distribusi frekuensi Weibull, maka rata-rata
pada daerah dengan potensi energi angin yang rendah karena rated wind
speed-nya
tercapai
pada
putaran rotor dan kecepatan angin yang tidak terlalu tinggi. Sedangkan
daya yang dihasilkan adalah:
turbin angin dengan sudu sedikit
3
1 v t (1 3 / k ) Pw Cp A (10) 2 [ (1 1 / k )]3
(untuk pembangkitan listrik) tidak akan beroperasi secara effisien pada daerah dengan kecepatan angin
Teknologi Turbin Angin Daerah-daerah
rata-rata kurang dari 4 m/s. dengan
potensi energi angin rendah, yaitu
METODE PENELITIAN
kecepatan angin rata-rata kurang
Dalam penelitian ini meng-
dari 4 m/s, jenis turbin yang cocok
gunakan data sekunder berupa data
untuk dikembangkan adalah turbin
karakteristik angin selama 10 tahun
angin tipe horisontal. Turbin angin
di Kota Pontianak. Metode yang
dengan sumbu horisontal mempu-
digunakan
nyai sudu yang berputar dalam
menganalisis nilai distibusi frekuensi
bidang
halnya
relatif dan kumulatif kecepatan angin
propeler pesawat terbang. Turbin
permukaan dengan menggunakan
angin biasanya mempunyai sudu
Fungsi Weibull Persamaan (1) dan
dengan bentuk irisan melintang yang
Persamaan (2). Setelah diperoleh
vertikal
seperti
untuk menghitung dan
Ihwan, A. dan Sota, I, Kajian Potensi Energi ..............
nilai
dari
parameter
(c),
Total durasi waktu kecepatan angin
parameter bentuk kurva (k), maka
pada musim penghujan sebesar
diperoleh kecepatan angin rata-rata
2.125,5
dari
sedangkan pada musim kemarau
distribusi
skala
135
tersebut
menggunakan
dengan
atau
88,6
hari
(5).
sebesar 2.347 jam atau 97,7 hari.
Menganalisis pengaruh angin lokal
Rata-rata durasi waktu kecepatan
dan angin musiman berdasarkan
angin
distribusi frekuensi kecepatan dan
periode
arah
Pontianak.
sebesar 732,2 jam atau 30,5 hari.
mendapatkan
Pada musim pancaroba periode ke
angin
di
Sedangkan potensi
Persamaan
jam
untuk
energy
Pontianak
Kota angin
dengan
di
pada
musim
pertama
pancaroba
(Maret
-
Mei)
Kota
dua (September - Nopember), rata-
menggunakan
rata durasi waktu kecepatan angin
Persamaan (10).
sebesar 733,83 jam atau 30,58 hari. Melihat
HASIL DAN PEMBAHASAN
hasil
dari
durasi
waktu kecepatan angin di atas,
1. Analisis Distribusi Frekuensi Relatif dan Kumulatif Kecepatan Angin Permukaan
terlihat bahwa angin tidak selalu bertiup secara kontinyu setiap saat.
Berdasarkan hasil perhitung-
Tiupan angin hanya terjadi pada
an nilai distribusi frekuensi relatif dan
separuh waktu dari periode harian,
kumulatif kecepatan angin bulanan,
bulanan, bahkan tahunan. Peristiwa
diketahui
ini
bahwa
durasi
waktu
menunjukkan
bahwa
periode
kecepatan angin yang paling lama
angin calm (kecepatan angin sama
terjadi
yakni
dengan nol) sangat besar. Periode
sebesar 791,1 jam atau 32,9 hari.
angin calm dominan terjadi pada
Sedangkan durasi waktu kecepatan
waktu malam hari.
pada
bulan
Juni
angin yang paling singkat terjadi
Hasil
dari
perhitungan
pada bulan Pebuari yakni sebesar
distribusi frekuensi relatif kecepatan
663,5 jam atau 27,6 hari.
angin bulanan yang bertiup di kota
Rata-rata kecepatan
angin
durasi
waktu
Pontianak dan sekitarnya berkisar
untuk
musim
antara 0,5 - 10,5 m/s. Distribusi
penghujan sebesar 708,5 jam atau
kecepatan
29,5
rata-rata
dominan berada pada 2,5 - 3,5 m/s.
durasi waktu untuk musim kemarau
Pada periode musiman, distribusi
sebesar 782,3 jam atau 32,59 hari.
frekuensi relatif kecepatan angin di
hari.
Sedangkan
angin
yang
paling
136
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (130 – 140)
atas 2,5 m/s untuk musim kemarau
didapat variasi bulanan, untuk nilai
lebih
musim
parameter skala (c) berkisar pada
kecepatan
2,957 - 3,373 m/s. Nilai parameter
angin di atas 2,5 m/s pada musim
skala (c) tertinggi terjadi pada bulan
kemarau
%
Januari yaitu sebesar 3,373 m/s dan
sedangkan pada musim penghujan
nilai parameter skala (c) terendah
sebesar 77,78 %. Pada musim
terjadi pada bulan Oktober yaitu
pancaroba, distribusi frekuensi relatif
2,957
kecepatan angin di atas 2,5 m/s
skala setiap bulannya 3.1 m/s.
besar
penghujan.
dari
pada
Frekuensi
sebesar
78,41
untuk musim pancaroba periode
m/s.
Rata-rata
parameter
Perhitungan nilai parameter
pertama (Maret - Mei) lebih besar
bentuk
dari pada musim pancaroba periode
bulanan serkisar antara 3,025 -
kedua (September - Nopember).
3,686. Nilai parameter bentuk kurva
Frekuensi kecepatan angin di atas
(k) tertinggi terjadi pada bulan Juni
2,5
yaitu
m/s
pada
musim
kemarau
kurva
sebesar
(k),
untuk
3,686
dan
variasi
nilai
sebesar 78,16 % sedangkan pada
parameter bentuk kurva (k) terendah
musim hujan sebesar 73,61 %.
terjadi pada bulan Desember yaitu
Berdasarkan hasil perhitung-
sebesar 3,025. Rata-rata parameter
an nilai distribusi frekuensi kumulatif
bentuk kurva sebesar 3,3.
Tabel 1. Nilai frekuensi relatif kecepatan angin di kota Pontianak selama 10 tahun Kec Angin (m/s)
Jan
Feb
Mar
Apr
0.5 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5 10.5
0.9 19.3 29.0 28.5 15.7 5.5 1.0 0.1 0.0 0.0 0.1
1.4 18.8 30.2 30.2 13.6 5.0 0.6 0.1 0.1 0.0 0.0
0.9 21.0 38.6 25.3 10.4 3.3 0.3 0.1 0.0 0.1 0.0
1.2 1.3 0.5 1.1 1.5 1.4 1.6 1.3 18.9 21.5 16.5 19.6 23.3 24.0 26.0 25.0 37.4 37.3 34.7 34.9 35.7 37.7 38.3 35.7 29.7 29.0 34.4 29.8 26.4 25.2 22.4 24.1 10.4 8.7 11.4 11.0 10.4 8.3 8.5 10.2 2.0 1.5 1.9 2.9 2.0 2.4 2.2 2.8 0.2 0.5 0.5 0.6 0.6 0.8 0.9 0.7 0.1 0.2 0.3 0.2 0.2 0.2 0.1 0.2 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Frekuensi relative (%) kecepatan angin bulanan Mei
Jun
Jul
Ags Sep Okt
Nov Des 2.1 30.7 39.1 29.3 15.1 4.8 0.6 0.2 0.0 0.0 0.0
Ihwan, A. dan Sota, I, Kajian Potensi Energi ..............
137
Berdasarkan data perhitung-
yang simetris, sehingga pemusatan
an nilai distribusi kumulatif dan telah
data kecepatan angin berada di
diketahuinya nilai parameter skala
tengah-tengah. Melihat hasil dari
(c) dan parameter bentuk kurva (k)
probabilitas
maka probabilitas distribusi frekuensi
kecepatan angin, maka rata-rata
kecepatan angin akan diperoleh.
nilai kecepatan angin terpusat pada
Rata-rata
dari
rentang 2,5 - 3,5 m/s dan rata-rata
probabilitas distribusi frekuensi relatif
parameter skala sebesar 3,1 m/s
kecepatan
terlihat bahwa kecepatan angin di
bentuk
angin
kurva
untuk
setiap
bulannya menyerupai pola distribusi
frekuensi
relatif
Kota Pontianak masih rendah.
Gambar 1. Kurva frekuensi kumulatif kecepatan angin Kota Pontianak selama 10 tahun Gambar 1 kurva frekuensi
yang terukur menjadi lebih besar;
kumulatif berikut ini dapat dilihat
dengan nilai kecepatan mendekati
50% kecepatan angin yang terjadi di
nilai maksimum 8 m/s.
Kota Pontianak kurang dari atau sama dengan 3,5 m/s. Begitupun dengan modus
kecepatan angin
2. Analisis Potensi Daya Angin Berdasarkan nilai rata-rata
yang sering terjadi adalah 2,5 dan
kecepatan
3,5 m/s. Pada siang hari ketika
perhitungan
terjadi angin alami, kecepatan angin
dilakukan
angin
tersebut
potensi dengan
daya
maka angin
menggunakan
138
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (130 – 140)
jenis turbin horisontal. Jenis turbin
angin yang mempunyai frekuensi
yang dipakai adalah turbin horisontal
terbanyak berada pada kecepatan
2
2,5 – 3,5 m/s maka potensi energi
dengan luas penampang turbin 1 m
dan besarnya pontensi energi listrik
optimum
yang
dihasilkan
pula
(daya) yang dihasilkan dapat dilihat
terpusat pada kecepatan tersebut
pada Gambar 2, karena distribusi
yakni berkisar 24,42 - 36,06 KW.
Gambar 2. Proyeksi energi listrik berdasarkan distribusi kecepatan angin
Gambar 3. Energi listrik rata-rata bulanan di Kota Pontianak
Ihwan, A. dan Sota, I, Kajian Potensi Energi ..............
Nilai
kecepatan
angin
Kurva
probabilitas
139
distribusi
bulanan di Kota Pontianak tidak
kecepatan angin yang dihasilkan
konstan
berbentuk
simetris
berinplikasi kepada potensi energi
pemusatan
kecepatan
listrik yang dihasilkan energi rata-
berkisar pada 2,5 - 3,5 m/s.
rata
(berfluktuasi)
perbulannya
hal
tertinggi
ini
dengan angin
pada
2. Frekuensi kumulatif kecepatan
bulan Juni yakni berkisar 4,82 KW,
angin di kota Pontianak 50%
sedangkan terendah pada bulan
kurang dari 3,5 m/s.
Januari yakni bekisar 3,21 KW. Nilai
3. Potensi
energi
yang
dapat
tersebut masih rendah dibandingkan
dihasilkan dari tenaga angin di
dengan cost pembangunan turbin
Kota Pontianak berkisar antara
angin yang memerlukan biaya yang
3,21 - 4,82 KW. Nilai tersebut
sangat besar. Daya yang dihasilkan
masih
oleh tenaga angin tersebut hanya
dengan
dapat digukan pada skala rumah
turbin angin yang memerlukan
tangga.
biaya yang sangat besar.
Tingginya potensi daya angin yang
terjadi
pada
bulan
Juni
dikarenakan frekuensi dan durasi tiupan angin pada bulan tersebut lebih banyak pada kecepatan angin yang lebih tinggi. Sedangkan pada bulan Januari potensi daya angin yang
terjadi
sangat
rendah
dikarenakan frekuensi dan durasi tiupan angin pada bulan tersebut lebih banyak pada kecepatan angin rendah.
KESIMPULAN 1. Kecepatan Pontianak
angin termasuk
di
Kota dalam
golongan angin yang rendah.
rendah
dibandingkan
cost
pembangunan
DAFTAR PUSTAKA Bayong, C. H. K., 2004, Klimatologi, Edisi kedua, Penerbit ITB, Bandung Culp, W. A., 1985, Prinsip-Prinsip Konversi Energi, Sitompul, Darwin (Alih Bahasa), Erlangga, Jakarta. Daryanto, Y., 2007, Kajian Potensi Angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu, Jurnal BALAI PPTAGG – UPT-LAGG, Yogyakarta. Frick, H., dan Mulyani, T. H., 2006, Arsitektur Ekologis, Seri EkoArsitektur, Jilid 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hendry, J. G., Heinke, W. G., Environmental Science and Engineering, Second Edition, Prentice-Hall International, London.
140
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No.2, Agustus 2010 (130 – 140)
Himran, S., 2002, Potensi Energi Angin, Jurnal Forum Teknik, Jilid 26, No.1, Makasar Mulyati, 2008, Kajian Potensi Energi Angin Indonesia Studi Kasus di NTT, ITB, Bandung Nasir, N. S., 1993, Estimation Of Wind Energy Potentials In Pakistan, University of Baloshistan, Pakistan (Thesis). Regariana, C. M., 2004, Geografi (Cuaca dan Iklim),Modul Online, http://www.edukasi.net/mol/mo_full.php?mo id=96, 21:56, 2-12-2008.
Tipler, A. P., 1998, Fisika Untuk Sains dan Teknik, Prasetio L., Rahmad, W. Adi, (Alih Bahasa), Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Trewartha, T. G., 1995, Pengantar Iklim, Andani, M.S.S (Alih Bahasa), Edisi kelima, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta