KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Yartiwi dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km 6,5 Bengkulu HP: 085381995753 Email:
[email protected]
ABSTRAK
Salah satu faktor yang berperan penting dalam peningkatan produktivitas padi adalah penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi. Sampai saat ini telah dilepas sekitar 200 varietas unggul padi, namun adopsinya di lapangan masih terbatas. Suatu penelitan tentang penggunaan varietas unggul padi berlabel telah dilaksanakan di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu pada bulan November sampai dengan Desember 2011. Data dikumpulkan melalui survei terhadap 30 responden petani padi sawah untuk mengetahui: (1) penggunaan varietas padi di Kecamatan Curup Selatan Kabupaten Rejang Lebong, (2) alasan petani dalam menggunakan varietas unggul, dan (3) pengaruh BLBU terhadap minat adopsi varietas unggul padi berlabel. Data yang dikumpulkan meliputi keadaan umum lokasi penelitian, deskripsi responden, penggunaan varietas unggul padi di tingkat petani, dan alasan-alasan petani menggunakan varietas unggul. Analisis data secara deskriptif dengan analisis tabel dan statistik menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Petani padi di Kecamatan Curup Selatan Kabupaten Rejang Lebong telah menggunakan varietas unggul padi Ciherang, Cigeulis, dan IR 64; (2) Petani menanam padi berlabel karena benih mudah diperoleh dari bantuan pemerintah melalui BLBU; (3) Program BLBU tidak mempengaruhi minat petani menggunakan benih berlabel. Kata kunci: padi, varietas unggul, Kabupaten Rejang Lebong. PENDAHULUAN
Keberhasilan peningkatan produksi padi tidak terlepas dari ketersediaan dan adopsi teknologi. Revolusi hijau yang terjadi pada banyak negara berkembang, termasuk Indonesia sejak awal tahun 1970-an telah membuktikan bahwa peranan teknologi sangat penting dalam mengatasi kekurangan pangan. Penggunaan varietas padi unggul yang berdaya hasil tinggi, responsif terhadap pemupukan dan tahan hama penyakit utama disertai dengan perbaikan irigasi dan teknik budidaya telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi produksi, dan kecukupan pangan. Menurut Nugraha et al. (2007), swasembada beras pada tahun 1984 di Indonesia tidak terlepas dari introduksi varietas unggul, perbaikan jaringan irigasi, teknik budidaya, dan rekayasa kelembagaan
1
melalui program Bimas, Inmas, Insus, dan Supra Insus. Sistem perbenihan yang tangguh (produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan) sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan penyediaan benih padi dan peningkatan produksi beras nasional. Sampai saat ini telah dihasilkan lebih dari 200 varietas unggul padi oleh berbagai lembaga penelitian di
Indonesia, 85% diantaranya dihasilkan oleh Badan Litbang
Pertanian Kementerian Pertanian. Dari data luas tanam pada tahun 2009, lebih dari 75% telah menanam padi varietas unggul. Pada tahun 2010, varietas padi yang paling luas ditanam adalah Ciherang, IR64 dan Cigeulis (Sri Wahyuni, 2011). Penggunaan benih unggul di lapangan oleh masyarakat relatif masih terbatas. Menurut Daradjat et al. (2008), benih padi yang digunakan oleh masyarakat lebih dari 60 persen berasal dari sektor informal yaitu berupa gabah yang disisihkan dari sebagian hasil panen musim sebelumnya yang dilakukan berulang-ulang. Hal ini berarti bahwa petani padi belum merespon benih unggul padi dengan baik. Permasalahan yang dihadapi dalam percepatan penggunaan varietas unggul adalah sistem informasi keberadaan benih sumber masih lemah sehingga pengetahuan pengguna tentang varietas unggul masih terbatas, disamping itu ketersediaan varietas unggul juga terbatas (Sri Wahyuni, 2011). Kondisi di Provinsi Bengkulu tidaklah jauh berbeda dengan apa yang diuraikan di atas. Secara umum, penanaman varietas unggul berlabel dalam skala luas oleh petani padi dimungkinkan oleh adanya bantuan benih dari pemerintah melalui berbagai program, seperti subsidi benih, Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU), dan bantuan benih unggul pada lahan display dan demfarm SL-PTT. Menurut data BPS Provinsi Bengkulu (2010), luas panen padi sawah di Bengkulu adalah 121.877 ha. Jika setiap hektar lahan sawah membutuhkan 25 kg benih, maka kebutuhan benih diperkirakan mencapai 3.046.925 kg. Pada tahun 2011 bantuan benih di Bengkulu melalui BLBU dan SL-PTT baru mencapai 1.046.460 kg atau 34,34% dari kebutuhan benih total (Ishak et al., 2011). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) penggunaan varietas padi di Kecamatan Curup Selatan Kabupaten Rejang Lebong, (2)
alasan petani dalam
menggunakan varietas unggul, dan (3) pengaruh BLBU terhadap minat adopsi varietas unggul padi berlabel.
2
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan melalui survei pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Kecamatan Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong. Responden dipilih secara acak sebanyak 30 orang petani yang memperoleh benih padi yang berasal dari BLBU. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan petani menggunakan daftar pertanyaan untuk mengetahui karakteristik petani dan usahatani padi sawah. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan petani responden untuk mengetahui karakteristik responden, penggunaan varietas, alasan-alasan responden dalam pemilihan benih berdasarkan sifat-sifat agronomis padi, dan minat responden menggunakan benih unggul berlabel. Data sekunder berupa laporan-laporan yang berasal dari instansi terkait. Data dianalisis secara deskriptif dan statistik. Penggunaan benih padi dan alasan petani dalam menggunakan benih unggul dianalisis secara deskriptif. Sedangkan pengaruh BLBU terhadap minat adopsi benih berlabel dianalisis dengan chi square. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Lokasi dan Petani Kabupaten Rejang Lebong memiliki luas wilayah 151.576 ha tersebar ke dalam 15 kecamatan, 34 kelurahan, dan 122 desa. Kabupaten Rejang Lebong memiliki tingkat kesuburan yang baik karena terletak di daerah pegunungan yang tanahnya didominasi oleh tanah andosol. Pada Tahun 2010, luas panen padi sawah di Kabupaten Rejang Lebong adalah 14.743 ha diantaranya di Kecamatan Curup Selatan seluas 1.190 (8,07%). Produktivitas padi sawah di
Kecamatan Curup Selatan 3,91 ton/ha (BPS Kabupaten Rejang Lebong, 2010), masih lebih rendah daripada produktivitas rata-rata nasional yang mencapai 4,99 t/ha (BPS, 2011). Jumlah responden survei sebanyak 30 orang petani padi, 24 orang diantaranya (80%) memiliki persepsi yang baik terhadap penggunaan benih unggul. Umur rata-rata responden 41,43 tahun dengan tingkat pendidikan formal rata-rata yang pernah ditempuh selama 7,70 tahun. Lama berusahatani padi rata-rata 13,17 tahun dengan luas
3
lahan garapan rata-rata petani 0,95 ha, dimana 90% petani menggarap lahan milik sendiri. Tanggungan keluarga rata-rata responden 3,23 jiwa. Penggunaan Varietas Padi Varietas yang ditanam petani di Kecamatan Curup Selatan pada saat penelitian terdiri atas 4 varietas padi, sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Varietas padi yang ditanam petani di Kecamatan Curup Selatan. No 1 2 3 4
Varietas Ciherang Cigeulis IR64 Lokal Total
% 46,67 43,33 6,67 3,33 100,00
Pada Tabel 1 terlihat bahwa petani masih menggunakan 3 varietas unggul yang telah lama dilepas yaitu Ciherang (dilepas tahun 2000), Cigeulis (tahun 2002), dan IR64 (tahun 1986). Persentase ketiga varietas unggul tersebut mendominasi pertanaman padi yaitu 96,67%. Indikasi ini memperkuat pendapat Sri Wahyuni (2011) bahwa secara nasional varietas IR64, Ciherang, dan Cigeulis masih mendominasi pertanaman padi di Indonesia. Varietas unggul Inpari yang mulai dilepas pada tahun 2008 (Suprihatno et al., 2010) masih belum dikenal petani. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa diperlukan upaya-upaya percepatan diseminasi varietas unggul yang baru dilepas. Informasi benih unggul diperoleh petani dari berbagai sumber, yaitu dari petani di sekitar lingkungan mereka, petugas dinas/penyuluh pertanian, dan kios sarana produksi pertanian. Petani mengetahui informasi benih unggul dari petani sekitar (50%), petugas/PPL (30%) dan dari kios saprodi (20%). Alasan-alasan Petani memilih Varietas Padi Alasan-alasan petani responden memilih varietas padi yang akan ditanam cukup beragam. Tabel 2 menunjukkan bahwa alasan utama petani memilih varietas yang akan ditanam karena benih mudah diperoleh (51,61%). Kenyataan ini didukung oleh data bahwa 100% petani menanam benih berlabel berasal dari bantuan pemerintah (BLBU). Petani belum membeli benih berlabel untuk kebutuhan pertanamannya, sehingga apabila tidak ada BLBU, maka petani menggunakan benih dari hasil pertanaman sebelumnya atau dengan cara menukar benih dengan petani lain. 4
Tabel 2. Alasan responden memilih varietas padi. No Alasan responden memilih varietas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Persentase responden (%) 51,61 45,16 41,94 22,58 22,58 16,13 12,90 9,68 6,45 3,32 3,32
Benih mudah diperoleh Tahan HPT Rasa nasi disukai konsumen Rasa nasi disukai petani Bulir malai panjang Umur Genjah Mutu gabah baik Aromatik Produktivitas tinggi Daun bendera tegak Tahan kekeringan, gabah bernas
Petani padi di Kecamatan Curup Selatan Kabupaten Rejang Lebong masih menanam padi terutama untuk pemenuhan kebutuhan pangan keluarga. Fakta ini didukung oleh alasan responden menanam satu varietas karena produktivitasnya tinggi hanya 6,45%. Pengaruh Bantuan Benih dari Pemerintah terhadap Minat Petani menggunakan Varietas Unggul Padi Berlabel Minat petani menggunakan varietas unggul padi berlabel dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya karena adanya program Pemerintah melalui BLBU. Tabel 3 menunjukkan adopsi petani padi terhadap varietas unggul dengan adanya bantuan benih melalui Program BLBU di Kecamatan Curup Selatan Kabupaten Rejang Lebong. Tabel 3. Minat petani menggunakan varietas unggul padi. Minat adopsi VUB Menggunakan Tidak menggunakan Jumlah
Ada bantuan 19 2 21
Tidak ada bantuan 5 4 9
Total 24 6 30
Berdasarkan perhitungan chi square hubungan antara bantuan benih melalui Program
BLBU dengan minat adopsi petani terhadap varietas unggul padi diperoleh nilai Pearson chi square hitung sebesar 7,804. Sementara itu dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) 5% dan derajat bebas (df) = 1, maka nilai chi square tabel sebesar 3,841. Artinya nilai chi square hitung > nilai chi square tabel, maka H0 diterima. Demikian pula jika dinilai dari nilai Exact Sig.(2-sides) adalah 0,10 maka lebih besar dari titik kritis 0,05 (0,10 > 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya bantuan benih melalui BLBU tidak mempengaruhi minat petani menggunakan varietas unggul
5
berlabel. Apabila tidak ada bantuan Pemerintah maka diperkirakan petani tidak akan menggunakan benih berlabel. KESIMPULAN
Petani padi di Kecamatan Curup Selatan Kabupaten Rejang Lebong telah menggunakan varietas unggul padi Ciherang, Cigeulis, dan IR 64. Persentase ketiga varietas unggul tersebut mendominasi pertanaman padi yaitu 96,67%. Petani menanam padi berlabel karena benih mudah diperoleh dari bantuan pemerintah melalui BLBU. Program BLBU tidak mempengaruhi minat petani menggunakan benih berlabel. DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Rejang Lebong. 2010. Kabupaten Rejang Lebong Dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rejang Lebong. BPS Provinsi Bengkulu. 2010. Bengkulu Dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. BPS. 2011. Tabel Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?adodb_next_page=2&eng=0&pgn=1&prov=99&thn1= 2009&thn2=2011&luas=1&produktivitas=1&produksi=1. Daradjat, A.A., Agus S., A.K. Makarim, A. Hasanuddin. 2008. Padi – Inovasi Teknologi Produksi. Buku 2. LIPI Press. Jakarta. Ishak, A., Afrizon, Z. Efendi, Yartiwi, dan Yahumri. 2011. Laporan Hasil Survei Perbenihan kegiatan Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS). BPTP Bengkulu. Tidak dipublikasikan. Sri Wahyuni. 2011. Teknik Produksi Benih Sumber Padi. Makalah disampaikan dalam Workshop Evaluasi Kegiatan Pendampingan SL-PTT 2001 dan Koordinasi UPBS 2012 tanggal 28-29 November 2011. Balai Besar Penelitian Padi. Tidak dipublikasikan. Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, Baehaki SE, Suprihanto, A. Setyono, S.D. Indrasari, IP Wardana, dan H. Sembiring. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang – Jawa Barat.
6