KAJIAN INTRUSI AIR ASIN PADA SISTEM AKUIFER JAKARTA
Robertus Haryoto Indriatmoko
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul: KAJIAN INTRUSI AIR ASIN PADA SISTEM AKUIFER JAKARTA adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini
Bogor, 28 Agustus 2012
Robertus Haryoto Indriatmoko NRP A155080021
ABSTRACT ROBERTUS HARYOTO INDRIATMOKO. Salt Water Intrusion Study In Jakarta aquifer system. Under supervision of NAIK SINUKABAN and SURIA DARMA TARIGAN Saltwater intrusion in the aquifer system of Jakarta area, is a study of ground-water in conjunction with hydrostatic equilibrium between freshwater and saltwater flows in aquifer system at border of coastal. There are two main objectives of this study, namely: (i). To analyze the rate of saltwater instrusion in Jakarta aquifer system and (ii) To analyze the impact of recharge of rainwater to control the rate of saltwater intrusion in Jakarta aquifer system. To achieve that objectives, research methodology and material use are as follows: (i). Method use are descriptive, analysis and modelling; (ii) System and technique of data required use secondary and primary data which are grouped in three area of transected zones. (iii). Material use are: Salinity data (EC, Cl- and TDS) were collected over period of 1995 - 2010 with inverval per 3 km at zone transected, hydrogeology, water consumption and recharge; and (iv) Mathematic model use is SHARP model with block-centered finite-difference grid at scale 3 km x 3 km area. Conclusion of this study are: (1). The average rate of saltwater instrusion during period of 1982 – 2010 at transection zone I was 0,1 km/year, at transection zone II was 0,06 km/year and at transection zone III was 0,11km/year. (2). Based on prediction in 2025 ground water consumption amount of 8,02 m3/second will impacted saltwater intrusion at transection zone I at distance of 9 km, at transection zone II at distance of 9 km and at transection zone III at distance of 13,5 km from coastal border. (3). Based on prediction for 2025, increase of ground-water recharge with amount of 3,95 m3/second by applied 100% artificial-recharge based on requirement government regulations, will decrease the saltwater instrusion at all transection zones which are transection zone I will decrease with amount of 1,5 km, transection zone II will decrease with amount of 3 km and at transection zone III will decrease with amount of 4,5 km compare with without artificial recharge, or decrease of saltwater intrusion as of conclusion item (2) above and (4). Based on prediction for 2025, increase of ground water recharge with amount of 0,99 m3/second by applied 25% artificial recharge based on requirement of government regulations, will decrease the saltwater instrusion at 2 transection zones which are transection zone II will decrease with amount of 1,5 km and at transection zone III will decrease with amount of 1,5 km compare with without artificial recharge, or decrease of saltwater intrusion as of conclusion item (2) above. Keywords: Aquifer, Model, Finite-Difference, Saltwater, Intrusion, Salinity, ArtificialRecharge, Salinity, Electrical-Conductivity (EC).
RINGKASAN ROBERTUS HARYOTO INDRIATMOKO. Kajian Intrusi Air Asin Pada Sistem Akuifer Jakarta. Dibimbing oleh: NAIK SINUKABAN dan SURIA DARMA TARIGAN
Kajian Intrusi Air Asin Pada Sistem Akuifer Jakarta adalah studi air tanah, dalam hubungannya dengan kesetimbangan hidrostatis antara aliran air tanah tawar dan aliran air tanah asin pada sistem akuifer berbatasan dengan pantai. Penelitian ini dilakukan pada wilayah yang secara hidrogeologi dikenal sebagai cekungan air tanah Jakarta. Secara geografi terletak pada koordinat 6o 01’00” LS - 6o 41’54” LS dan 106o32’25” - BT-107o41’54” BT, meliputi wilayah administratif Jakarta, sebagian Tangerang, Bekasi, Depok dan Bogor serta dengan luas area sebesar 60 Km x 75 Km. Ada dua tujuan utama dalam studi ini yaitu 1. Menganalisis laju intrusi air asin pada sistem akuifer taktertekan. 2. Menganalisis pengaruh resapan air hujan untuk mencegah intrusi air asin pada sistem akuifer taktertekan. Identifikasi terhadap laju intrusi air asin perlu dilakukan untuk: (a). mengetahui kecepatan intrusi air asin di zone transeksi I (wilayah barat), zona transeksi II (tengah) dan zona transeksi III (timur), (b) pada wilayah mana intrusi air asin mengalami kecepatan laju paling cepat dan (c) faktor yang mempengaruhi intrusi air asin bergerak dengan cepat. Analisis pengaruh resapan air hujan dalam rangka mencegah intrusi air asin dilakukan dengan menggunakan model SHARP. Untuk mencapai tujuan tersebut metodologi penelitian dan bahan yang digunakan adalah: (i) metode yang digunakan terdiri dari diskripsi, analisis dan modeling; (ii) Teknis dan sistimatika data yang dibutuhkan adalah menggunakan data sekunder dan primer yang dikelompokkan menjadi 3 zona transeksi; (iii) Bahan yang digunakan terdiri dari data salinitas (DHL, Cl- dan TDS) yang dikumpulkan selama periode 1995 – 2010 dengan interval per 3 km pada zona transeksi, hidrogeologi, konsumsi air tanah serta imbuhan dan (iv) model matematis yang digunakan adalah SHARP model dengan pusat grid finite-difference pada skala wilayah 3 km x 3 km. Perencanaan resapan air dirancang menggunakan sumur resapan yang dilatar belakangi oleh Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 68 tahun 2005, dimana setiap perorangan atau pemangku kepentingan diharuskan menyediakan sumur resapan, dimana setiap 1 m2 lahan tertutup bangunan, wajib menyediakan sumur resapan 40 liter. Jika keputusan ini dilaksanakan maka akan ada ruang tampung yang berupa sumur resapan sebesar dengan volume 31,1 juta m3. Volume ruang tampung yang berupa sumur resapan tersebut dapat menampung air hujan tahunan dengan jumlah resapan mencapai 3,95 m3/dt. Jumlah resapan sebesar 3,95 m3/dt ini ditambahkan sebagai input dalam model untuk mengetahui pengaruh dari penambahan resapan dalam mengurangi intrusi air asin dibandingkan dengan tanpa dilakukan tambahan resapan air tanah. Hasil penelitian ini adalah bahwa: (1) Laju intrusi air asin yang dihitung sejak tahun 1982 sampai dengan periode (1995 – 2010) atau selama 28 tahun di ketiga wilayah zone transeksi adalah sebagai berikut: di zone transeksi I sebesar 0,1 km/th, di zone transeksi II sebesar 0,06 km/th dan di zone transeksi III sebesar 0,11 km/th. (2) Pada penggunaan air tanah sebesar 8,02 m3/dt, sesuai dengan hasil prediksi penggunaan
air tanah pada tahun 2025, akan menyebabkan terjadinya intrusi air asin di zone transeksi I mencapai jarak 9 km, di zone transeksi II mencapai 9 km dan di zone transeksi III mencapai 13,5 km. (3) Peningkatan resapan sebesar 3,95 m3/dt, yang dilakukan dengan pembangunan sumur resapan mencapai 100 % dari target dalam peraturan pemerintah atau dengan total volume sumur resapan mencapai 31,2 juta m3, dapat mengurangi intrusi air asin di zona transeksi I sejauh 1,5 km, di zone transeksi II sejauh 3 km dan di zona transeksi III sejauh 4,5 km, dibanding dengan tanpa tambahan resapan (4) Peningkatan resapan sebesar 2,96 m3/dt, yang dilakukan dengan pembangunan sumur resapan mencapai 75 % dari target dalam peraturan pemerintah atau dengan total volume sumur resapan mencapai 23,4 juta m3, dapat mengurangi intrusi air asin di zona transeksi I sejauh 1,5 km, di zone transeksi II sejauh 3 km dan di zona transeksi III sejauh 3,5 km, dibanding dengan tanpa tambahan resapan. (5) Peningkatan resapan sebesar 1,98 m3/dt, yang dilakukan dengan pembangunan sumur resapan mencapai 50 % dari target dalam peraturan pemerintah atau dengan total volume sumur resapan mencapai 15,6 juta m3, dapat mengurangi intrusi air asin di zona transeksi I sejauh 1,5 km, di zone transeksi II sejauh 1,3 km dan di zona transeksi III sejauh 3 km, dibanding dengan tanpa tambahan resapan. (6) Peningkatan resapan sebesar 0,99 m3/dt, yang dilakukan dengan pembangunan sumur resapan mencapai 25 % dari target dalam peraturan pemerintah atau dengan total volume sumur resapan 7,8 juta m3, dapat mengurangi intrusi air asin di zone transeksi II dan III sejauh 1,5 km, dibandingkan tanpa resapan. Kata kunci: Akuifer, Model, Finite-Difference, Air asin, Intrusi, Salinitas, Sumur resapan, Daya hantar Listrik.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmia, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
KAJIAN INTRUSI AIR ASIN PADA SISTEM AKUIFER JAKARTA
Robertus Haryoto Indriatmoko
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Dosen Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Tesis Nama NRP
: Kajian Intrusi Air Asin Pada Sistem Akuifer Jakarta : Robertus Haryoto Indriatmoko : A155080021
Disetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Dr Ir Naik Sinukaban, M.Sc Ketua
Dr Ir Suria Darma Tarigan, M.Sc Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Suria Darma Tarigan, M.Sc NIP.196203051987031002
Dr Ir Dahrul Syah, M.Sc. Agr NIP. 19650814199021001
Tanggal Ujian: 23 Juli 2012
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR Masyarakat yang tinggal di wilayah pantai utara Jakarta saat ini semakin merasakan kesulitan untuk memanfaatkan air tanah bagi keperluan sehari-hari, terlebihlebih setelah intrusi air asin masuk kedalam sistem akuifer tersebut. “Kajian Intrusi Air Asin Pada Sistem Akuifer Jakarta” adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui berapa kecepatan atau laju intrusi dalam sistem akuifer taktertekan, bagaimana mekanismenya dan bagaimana mengontrol intruasi air asin. Hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi salah satu jawaban dalam mengelola air tanah Jakarta dimasa mendatang. Terima kasih, penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr Ir Naik Sinukaban, M.Sc, Dr Ir Suria Darma Tarigan, M.Sc, atas, saran, suport serta bimbingan yang telah diberikan untuk penulis. Kepada Teman-teman di Pusat Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan BPP Teknologi: Heru Dwi Wahyono, Arie Herlambang, Nusa Idaman Said, Rudi Nugroho, Wahyu Widayat, Satmoko Yudo, Setiyono, Petrus Nugro Rahardjo dan Taty Hernaningsih, Bapak Ajad (DGTL), Bapak Wasis, Ibu Dian Wiwekowati dari BPLHD Jakarta, istriku tercinta Heleria Darlina Hutauruk atas dukungan, kesabaran, saran dan koreksinya. Harapan saya semoga karya ini bermanfaat untuk pembangunan di Jakarta dan ilmu pengetahuan.
Bekasi, 28 Agustus 2012
Robertus Haryoto Indriatmoko A155080021
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah pada tanggal 8 Juni 1962, anak sulung dari pasangan Bapak Mateus Suyoto(†) dan Ibu Christina Kusmiwardani(†). Pendidikan sarjana ditempuh di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, pada Program Studi Hidrologi, Fakultas Geografi, lulus pada tahun 1988. Penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor, dengan mengambil Program Studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, lulus pada tahun 2012. Sejak tahun 1990, penulis bekerja di Kedeputian Bidang Analisis Sistem, kemudian pindah ke Kedeputian Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam pada Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi sampai sekarang. Aktivitas selama bekerja peneliti melakukan berbagai kegiatan penelitian pada bidang Pengendalian dan Pencemaran lingkungan, Pengelolaan Sumberdaya Air, Pengolahan Limbah dan Pengolahan air untuk air minum dan air bersih. Menjadi pemerhati masalah
lingkungan, banjir dan pemasyarakatan
sumur resapan (http:
//infopublik.kominfo.go.id/index.php?page=news&newsid =12495), anggota dewan redaksi pada Majalah Jurnal Air Indonesia sejak tahun 2006 serta penulis ilmiah, publikasi melalui media TV Republik Indonesia, dan seminar dimana salah satu artikel ilmiah berjudul “Analisis Terhadap Kapasitas Saluran Pada Sub-Sub DAS Pada Sistem Aliran Drainase Kota” penah diseminarkan dalam Seminar Nasional Sistem Monitoring Pencemaran Lingkungan Sungai dan Teknologi Pengolahannya yang diselengarakan oleh LIPI di Bandung, pada tanggal 8-9Juli 2003. Mendisain, rancang bangun serta rekayasa pengolah air asin atau tawar untuk air minum.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
i
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan
3
Hipotesa
3
Manfaat Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
5
Salinitas Air
5
Konduktivitas dan Porositas Batuan
5
Resapan Air Tanah
7
Intrusi Air Asin
8
Model SHARP
9
Kalibrasi dan Validasi Data
17
Dasar-dasar Perencanaan
19
METODOLOGI
23
Lokasi, waktu penelitian dan peralatan
23
Metode Penelitian
24
Sistematik Data
25
Analisa dan Uji Data
27
i
KONDISI FISIK WILAYAH
31
Batasan Wilayah
31
Iklim
31
Geologi Permukaan
33
Stratigrafi
35
Geomorfologi
36
Hidrogeologi
37
Potensi Air tanah
40
Penduduk
41
Pengambilan air tanah
42
Penggunaan lahan
43
DHL tahun 2009
45
Tinggi Muka air tanah
46
HASIL DAN PEMBAHASAN
49
Indikator Intrusi
51
Laju intrusi air asin
54
Pengaruh tinggi muka air tawar terhadap intrusi
57
Resapan Air Tanah
59
Prediksi Penggunaan Air Tanah
61
Hasil Kalibrasi dan Validasi Data
63
Pengaruh Penambahan Resapan Terhadap Intrusi Air Asin
65
SIMPULAN
69
SARAN
69
DAFTAR PUSTAKA
71
LAMPIRAN
75
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Klasifikasi sifat air
5
2
Konduktivitas hidrolis berbagai jenis batuan
6
3
Porositas berbagai jenis batuan
7
4
Berbagai jenis data yang digunakan, sumber dan cara perolehanya
23
5
Jumlah dan kepadatan penduduk Tahun 2011
42
6
Jumlah sumur bor dan pengambilan air tanah di DKI Jakarta
42
7
Penggunaan lahan pada grid aktif di wilayah penelitian
43
8
Hasil analisa regresi antara DHL dengan Cl- dan DHL dengan TDS
50
pada sistem akuifer tak tertekan cekungan air tanah Jakarta 9
Perubahan DHL air tanah pada zone transeksi I tahun 2010
52
10 Perubahan DHL air tanah pada zone transeksi II tahun 2010
52
11 Perubahan DHL air tanah pada zone transeksi III tahun 2010
52
12 Perkembangan jarak dari pantai batas intrusi air asin pada zone
55
transeksi I tahun 1982-2101 13 Perkembangan jarak dari pantai batas intrusi air asin pada zone
55
transeksi II tahun 1982-2101 14 Perkembangan jarak dari pantai batas intrusi air asin pada zone
56
transeksi III tahun 1982-2101 15 Proyeksi pertumbuhan penduduk dan kebutuhan air tanah
62
16 Hasil uji korelasi variabel tinggi muka air tanah tawar antara data
63
terukur dengan hasil simulasi 17 Pengaruh tambahan resapan terhadap jarak dari pantai batas intrusi air
67
asin pada zona transeksi I 18 Pengaruh tambahan resapan terhadap jarak dari pantai batas intrusi air
67
asin pada zona transeksi I 19 Pengaruh tambahan resapan terhadap jarak dari pantai batas intrusi air asin pada zona transeksi I iii
67
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1
Ilustrasi sistem akuifer pantai
10
2
Potongan melintang kondisi ideal sistem akuifer pantai
10
3
Sirkulasi air asin dari laut menuju daerah transisi dan kembali ke laut oleh percampuran pada daerah interface
11
4
Model interface Ghyben-Herzberk
13
5
Pola zone transeksi dan titik-titik sampling
26
6
Diagram alir penelitian data
30
7
Peta wilayah penelitian
32
8
Peta hidrogeologi sistem akuifer Jakarta dan sekitarnya
38
9
Potongan melintang sistem akuifer Jakarta
39
10
Ilustrasi ketersediaan dan pengambilan air tanah Jakarta
40
11
Peta tataguna lahan di daerah penelitian
44
12
Hubungan regresi antara DHL dengan Cl-
50
13
Hubungan regresi antara TDS dengan DHL
50
14
Grafik hubungan DHL dengan jarak dari pantai periode 1995-2010
53
15
Hubungan regresi antara variabel jarak dari pantai batas intrusi air
59
asin dengan jarak dari pantai muka air tanah pada elevasi 0 m periode 1995-2010 16
Grafik tren perkembangan penduduk dari tahun 1971 - 2011
61
17
Grafik tinggi muka air tanah di tiga zona transeksi antara data
64
terukur dengan hasil simulasi
iv
PENDAHULUAN Latar Belakang Ada tiga masalah pokok berkitan dengan pengelolaan sumber daya air tanah di Jakarta, yaitu (1) jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan industri, bisnis atau komersiil yang pesat, (2) ketersediaan sumberdaya air tanah dan kemampuan Perusahaan Air Minum (PAM) yang terbatas, dan (3) posisi Jakarta dengan sistem akuifer berbatasan dengan pantai. Perkembangan penduduk dan pertumbuhan industri, bisnis atau komersial serta pemukiman yang pesat akan meningkatkan jumlah kebutuhan air bersih sedangkan perubahan lahan akan mengurangi wilayah resapan air. Kemampuan PAM yang masih rendah (54 %) dalam menyediakan air bersih menyebabkan penduduk dan masyarakat komersial mengambil sumber air tanah. Sistem akuifer Jakarta dengan struktur lapisan akuifer relatif datar dan berbatasan dengan pantai menyebabkan wilayah Jakarta merupakan wilayah yang rawan untuk terjadinya intrusi air laut. Intrusi air asin ini telah dirasakan oleh masyarakat di wilayah pesisir Jakarta Utara, terlebih-lebih pada waktu musim kemarau. Jika musim kemarau tiba, maka curah hujan semakin berkurang, muka air tanah turun, dan aliran air tanah tawar berkurang. Intrusi air asin pada musim kemarau telah mencapai wilayah Kuningan dan Cipinang,
namun sebaliknya, pada waktu
musim
penghujan intrusi air asin bergerak kembali ke arah laut dengan batas intrusi mencapai daerah Pulaugadung dan Cengkareng (Herlambang, 1990). Intrusi air asin telah terjadi tidak hanya pada lapisan akuifer taktertekan tetapi pada akuifer tertekan pada lapisan akuifer tertekan I dan II. Intrusi pada lapisan akuifer tertekan I terjadi pada wilayah Cengkareng, Tambora, Grogol, Kemayoran Utara, Sunter dan Marunda dengan jarak dari pantai berkisar antara 2 sampai 5,5 Km, sedangkan pada lapisan akuifer tertekan II dengan penyebaran yang tidak terlalu luas jika dibandingkan dengan akuifer tertekan I, meliputi wilayah Cengkareng sampai Grogol Utara (Herlambang, 1990). Intrusi air asin di Jakarta tidak boleh dibiarkan semakin masuk kedalam sistem akuifer air tanah tawar, Pemerintah DKI Jakarta harus bertindak tegas
1
dalam menegakkan hukum lingkungan guna menjaga agar kualitas dan kuantitas air tanah Jakarta dapat dijaga dengan baik.
Perumusan Masalah Sistem akuifer cekungan air tanah Jakarta mempunyai struktur lapisan datar, kondisi
struktur lapisan semacam ini sangat berpengaruh pada
kesetimbangan hidrostatis antara aliran air tanah tawar dengan aliran air tanah asin. Perubahan tekanan hidrostatis aliran air tanah tawar kecil akan berpengaruh pada kesetimbangan hidrostatis aliran air tanah asin. Jika tekanan hidrostatis yang berasal dari aliran air tanah tawar berkurang maka kedudukan lapisan interface (antar muka) akan bergeser ke arah daratan, sebaliknya jika tekanan hidrostatis dari aliran air tanah tawar meningkat maka lapisan interface akan bergeser ke arah laut. Proses terjadinya pergeseran lapisan interface dimulai ketika tekanan hidrostatis
yang berasal dari aliran air tanah tawar turun, sehingga gradien
hidrolis dari lapisan interface semakin tegak ke arah daratan, mula-mula dimulai pada bagian atas dari lapisan interface kemudian diikuti dengan bagian kaki dari lapisan interface bergerak kearah daratan sambil menuju pada kesetimbangan hidrostatis kembali. Sebaliknya ketika tekanan hidrostatis dari aliran air tanah tawar meningkat gradien hidrolis dari lapisan interface bagian bawah bergerak ke arah laut kemudian diikuti dengan bagian atas sambil menuju kesetimbangan hidrostatis kembali. Perubahan gradien hidrolis ini menurut Essaid (1990) terjadi karena perubahan debit aliran air tanah tawar yang disebabkan oleh pengambilan air tanah secara berlebihan. Sebaliknya jika terjadi penambahan jumlah air tanah yang berasal dari air hujan maka debit aliran air tanah tawar akan meningkat sehingga akan memberikan tekanan hidrostatis ke arah laut dan menyebabkan intrusi air asin akan bergerak kearah laut. Atas dasar konsep inilah, “Kajian intrusi air asin pada sistem akuifer Jakarta” ini dilakukan.
2
Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Menganalisis laju intrusi air asin pada sistem akuifer taktertekan. 2. Menganalisis resapan air, untuk memperlambat laju intrusi air asin pada sistem akuifer taktertekan.
Hipotesa Hipotesa yang dibangun dalam penelitian ini adalah: 1. Intrusi air asin semakin lama semakin masuk ke dalam sistem akuifer taktertekan. 2. Peningkatan resapan air tanah, dapat mengendalikan intrusi air asin.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai kepentingan seperti: 1. Bahan masukan untuk strategi pengelolaan air tanah Jakarta dimasa mendatang. 2. Dasar bagi perencanaan program sumur resapan di Jakarta. 3. Sosialisasi atas program konservasi air tanah Jakarta. 4. Pengawasan dan Penertiban dalam kaitannya dengan ijin mendirikan bangunan (IMB). 5. Program monitoring air tanah yang lebih terpola, terutama terhadap penyediaan sumur monitoring baru. 6. Sebagai dasar bagi PAM untuk peningkatan kapasitas produksi dan pelayanan.
3
4
TINJAUAN PUSTAKA
Salinitas Air Asin Salinitas pada mulanya didefinisikan total garam organik dan anorganik terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat dan organik teroksidasi bromin dan iodin diganti klorin (Robert, 2008). Fraksi yang paling besar dari zatzat terlarut ini adalah garam-garam anorganik yang berbentuk ion-ion. Garamgaram anorganik tersebut terdiri dari ion-ion klor, natrium, sulfat, magnesium, kalsium, kalium dengan total 99,28% dari barat bahan anorgaik padat, sedangkan lainnya yaitu bikarbonat, bromida, asam borat, dan stronsium dengan total 0,71 % berat. Kesebelas ion tersebut membentuk 99,99% berat terlarut. Ada tiga cara untuk menyatakan sifat air berdasarkan salinitasnya yaitu berdasarkan kadar prosentase kadar garam, kimia dan fisika. Berdasarkan kadar garam salinitas air di klasifikasikan dalam tiga sifat air yaitu air tawar dengan kadar garam 0-0,5‰, air payau 0,5-17 ‰, dan air laut lebih dari 17 ‰. Sifat air secara kimia dan fisika diklasifikasikan menjadi 5 (lima) sifat yaitu tawar, agak payau, payau, asin dan sangat asin. Untuk mengklasifikasikan sifat air secara fisika dan kimia dilakukan dengan mengukur parameter Daya Hantar Listrik (DHL), Total Disolve Solid (TDS), dan kadar Cl- dalam air (Tabel 1).
Tabel 1. Klasifikasi sifat air Sifat Air Tawar Agak Payau Payau Asin Sangat Asin
TDS (mg/l) < 1000 >1000 - <3000 >3000 - <10000 10000 - <35000 >35000
DHL µmhos/cm <1500 >1500 - <5000 >5000 - <15000 >15000 - <50000 >50000
Cl mg/l <500 >500 - <2000 >2000 - <5000 >5000 - <19000 >19000
Sumber: DGTL dan PAM Jaya, 1991
Konduktivitas dan Porositas Batuan Konduktivitas hidrolik adalah kemampuan atau sifat dari satu media sarang (akuifer) yang dapat melalukan zat cair atau gas, bergerak karena pengaruh dari gravitasi dan tekanan (Todd, 1980). Untuk data konduktivitas hidrolis
5
dilakukan dengan menggunakan pendekatan jenis batuan. Konduktivitas hidrolis dari berbagai jenis batuan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Konduktivitas hidrolis berbagai jenis batuan Jenis Batuan Tanah lempung di permukaan Lapisan lempung Tanah lempung Pasir halus Pasir sedang Pasir kasar Kerikil Campuran Pasir Kerikil Campuran Lempung, pasir, kerikil Batu pasir Batuan Karbonat Serpih Batuan keras dan padat Batuan lapuk retak-retak Batuan vulkanik
K (m/hari) 10-2 – 20x10-2 10-8 – 10-2 10-1 – 10x10-1 1-5 5 – 20 20-100 100-1000 5-100 10-3-100x10-3 10-3-1 10-2-1 10-7 10-5 10-3-10 0-1000
Porositas batuan dapat didefinisikan perbandingan rongga pori terhadap volume total seluruh batuan atau bagian dari volume total tanah atau batuan yang ditempati pori-pori. Besarnya porositas berbagai batuan seperti dapat dilihat pada Tabel 3. Ukuran untuk menyatakan porositas batuan adalah persen (%). Air hujan mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan banyak sedikitnya jumlah air tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi resapan air tanah dipengaruhi oleh dua variabel yaitu fisik dan klimatologi. Variabel fisik tersebut antara lain penggunaan lahan, tekstur dan struktur batuan, organisme, kemiringan lereng dan kelembaban tanah, sedangkan peubah klimatologi yang mempengaruhi resapan air tanah adalah curah hujan dan lamanya hujan. Untuk menghitung resapan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan mengukur laju aliran melalui infiltrasi, pendekatan koefisien aliran, dan fluktuasi air tanah.
6
Tabel 3. Porositas berbagai jenis batuan Jenis batuan Lanau dan lempung Pasir halus Pasir sedang Pasir kasar Kerikil Campuran pasir dan kerikil Batuan padat dan keras Batuan beku lapuk dan pecah-pecah Basalt resen dan permeabel Lava vesikuler Tufa Batu pasir Batu karbonat
Porositas % 50-60 50-50 35-40 25-35 20-30 10-30 <1 2-10 2-5 10-50 30 5-30 10-20
Resapan air tanah Untuk perhitungan resapan air hujan dilakukan dengan menggunakan pendekatan fluktuasi muka air tanah tahunan dan porositas batuan, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut (Herlambang, 1990): R = Fl x S
(1)
Keterangan R= Besarnya resapan, Fl= Fluktuasi rata-rata (m/hari), S= Porositas (%)
Air tanah di wilayah cekungan Jakarta mendapat sumber terutama dari air hujan, sungai, saluran, sawah, kolam, danau yang berada dalam wilayah tersebut. Hujan merupakan sumber air yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap air tanah, hal ini dapat dilihat dari data fluktuasi air pada sumur pantau antara musim kemarau dan musim hujan. Rata-rata perbedaan fluktuasi muka air tanah antara musim hujan dengan musim kemarau berkisar antara 1-5 meter (Herlambang, 1990). Resapan pada air tanah Jakarta ini disamping berasal dari air hujan juga berasal dari aliran air tanah yang berasal dari selatan. Resapan air tanah yang berasal dari wilayah Bogor dan Depok ini masuk kedalam sistem akuifer
7
cekungan air tanah Jakarta, sebagian masuk kedalam sistem akuifer dangkal dan sebagian lagi masuk kedalam sistem akuifer tidak tertekan.
Intrusi Air Asin Menurut Essaid (1990), akuifer pantai merupakan sumber air tanah yang sangat penting baik untuk kebutuhan domestik, komersial atau untuk keperluan pertanian dari wilayah berbatasan pantai. Secara individual sistem akuifer pantai dapat diilustrasikan sebagai suatu wilayah dengan lapisan akuifer taktertekan, sistem akuifer kepulauan atau wilayah dengan sistem akuifer tertekan seperti yang disajikan pada Gambar 1. Susunan lapisan akuifer pada sistem akuifer pantai, tersusun atas satu lapisan akuifer atau banyak lapisan dengan berbagai kombinasi lapisan akuifer tertekan maupun taktertekan. Sesunan lapisan akuifer pantai umumnya tidak seideal dalam teori, yaitu terdiri dari satu lapisan akuifer tunggal saja, melainkan terdiri dari lapisan yang amatlah kompleks. Lapisan akuifer yang paling atas dapat bertindak sebagai lapisan akuifer tertekan atau lapisan taktertekan. Sistem akuifer pantai dengan penampang hidrogeologi ideal, digambarkan sebagai suatu sistem akuifer pantai dengan lapisan akuifer berulang dimana lepas pantainya dapat diperluas hingga ke dasar tebing, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2. Pada kondisi alami, dimana tekanan aliran air tanah pada lapisan akuifer ini tidak terganggu, maka akan terdapat gradien hidrolika atau interface yang mengarah kelaut, dari setiap akuifer dengan air tawar yang mengalir kelaut (Gambar 2.a). Aliran air tawar pada lapisan akuifer paling atas pada akuifer taktertekan, air tawar mengalir secara bebas kelaut, sedangkan pada lapisan bawah pada sistem akuifer tertekan, air tawar mengalir ke arah laut melewati bocoran antar lapisan, ke lapisan atas dan atau mengalir secara bebas. Pada keadaan atau kondisi steady-state dimana suatu lapisan antarmuka (interface) tidak berubah, artinya terjaga dalam bentuk dan posisinya, dalam hal ini ditentukan oleh potensi aliran air tawar dan garis kemiringan. Pada suatu kasus dimana dalam sistem akuifer, lapisan air laut pada dasarnya adalah statis pada kondisi steady-state, jika pada sistem tersebut terdapat kebocoran secara vertikal sehingga terjadi aliran air
8
tawar kedalam air asin, maka air tanah akan bercampur sehingga menjadi tidak statis. Pada kenyataannya, daerah pada lapisan antarmuka dalam air tawar dan air asin merupakan wilayah transisi yang terbentuk oleh campuran air tawar dan air asin yang terjadi karena efek difusi serta penyebaran secara mekanik. Cooper (1959) dan Kohout (1964) dalam Essaid (1990) telah menjelaskan bahwa dalam wilayah transisi tersebut, air asin bercampur air tawar menyebabkan larutan menjadi kurang pekat jika dibandingkan dengan air laut mula-mula, sehingga akan menyebabkan terjadinya aliran naik dan bergerak kelaut disepanjang lapisan antarmuka (Gambar 3). Ini akan menghasilkan suatu siklus aliran air asin dari laut, dasar samudra, ke daerah campuran dan kembali ke laut. Siklus aliran ini terjadi dibawah kondisi steady-state. Essaid (1990), perubahan di dalam tanah oleh resapan atau perubahan luah aliran dalam daerah air tawar, menyebabkan perubahan lapisan antar muka. Penurunan aliran air tawar yang masuk ke laut menyebabkan lapisan antar muka bergerak ke dalam tanah dan menghasilkan intrusi air asin ke dalam akuifer. Sebaliknya suatu peningkatan aliran air tawar mendorong lapisan antar muka ke arah laut. Laju gerakan lapisan antar muka dan respon tekanan akuifer tergantung kondisi batas dan sifat akuifer pada kedua sisi lapisan antar muka. Pada sisi dengan air asin dapat bergerak kedalam atau keluar, pada sistem akuifer efek dari gerakan interface Dalam
mempengaruhi perubahan debit air tawar di lepas pantai.
suatu sistem akifer berlapis, air asin dapat masuk ke sistem akuifer
melalui bocoran antar lapisan (Gambar 2b).
Model SHARP Model
SHARP
adalah
sebuah
model
finite
difference
untuk
mensimulasikan aliran air tanah tawar dan aliran air tanah asin pada sistem akuifer pantai. Model ini dikembangkan oleh United Stated Geological Survey (USGS) dan dibangun dengan menggunakan bahasa Fortran 77 dan saat ini sudah dapat dicompile menggunakan c compiler under windows.
9
Gambar 1. Ilustrasi sistem akuifer pantai (Essaid 1990)
Gambar 2. Potongan melintang sistem akuifer pantai (Essaid 1990) Model ini dibangun karena adanya alasan bahwa sistem akuifer pada umumnya sangat komplek meliputi berbagai variasi keruangan dan waktu, oleh karena itu perlu dibangun sebuah model intrusi air asin yang secara numeris dapat menggambarkan kondisi fisik wilayah secara kompleks. Model intrusi air asin dibangun dengan menggunakan pendekatan interface terdispersi dan batas yang tegas telah digunakan untuk analisis intrusi air asin dalam akuifer pantai (Reilly dan Goodman 1985 dalam Essaid 1990). Pendekatan interface terdispersi dengan batas tegas mewakili daerah transisi, dimana terdapat percampuran antara air tawar dengan air asin akan memberikan
10
efek penguraian secara hidrodinamis (penggabungan secara molekul dan penguraian secara mekanik). Pendekatan interface tegas memudahkan dalam menganalisis melalui suatu asumsi bahwa air tawar dan air asin tidak bercampur dan dipisahkan oleh suatu interface. Kedua pendekatan telah digunakan untuk membangun model numeris untuk studi dan meramal aliran air tanah dalam sistem akuifer pantai.
Gambar 3
Sirkulasi air asin dari laut menuju daerah transisi dan kembali ke laut karena percampuran pada daerah interface.
Essaid (1990), pendekatan lapisan antarmuka pendar hanya dilakukan dalam daerah dimana daerah transisinya lebar. Pengaruh kepadatan dapat diabaikan ketika konsentrasi klorida rendah dan persamaan yang mempengaruhi dapat memecahkan secara kesatuan dalam skala cekungan yang lebar. Biasanya ketika aliran dipengaruhi oleh kepadatan, dimensi vertikal harus dimasukkan. Studi yang memanfaatkan pendekatan ini pada umumnya telah membatasi pada dua dimensi potongan vertikal untuk penekanan dalam perhitungan. Pendekatan
lapisan
antarmuka
tegas
dalam
kombinasi
dengan
mengaplikasikan pendekatan hidrolis (keterpaduan persamaan aliran secara vertikal), memperkenankan problematika yang dihilangkan dalam satu dimensi. Kemudian dapat diterapkan secara nyata pada sistem fisik secara lebih luas. Pendekatan ini tidak memberikan penjelasan yang tegas sehubungan dengan zone transisi alami, bagaimanapun gambaran secara utuh dalam dinamika aliran dari
11
system secara keseluruhan dan akan menghasilkan respon umum dari interface. Volker dan Rushton (1982) dalam Essaid (1990) membandingkan cairan dalam kondisi steady-state untuk pendekatan kedua-duanya baik pendekatan interface pendar dan dengan
interface tegas dan menunjukkan bahwa ketika koefisien
hidrodinamis pendar menurun, kedua cairan tersebut saling mendekati. Model pendekatan interface tegas yang mensimulasikan aliran dalam daerah air tawar saja dengan memasukkan persamaan Ghyben-Herzberg dengan asumsi bahwa daerah air asin diatur secara cepat untuk aplikasi. Ini merupakan asumsi yang masuk akal dari studi jangka panjang jika interface
mendapat
tanggapan secara cepat terhadap tekanan yang digunakan. Bagaimanapun juga untuk mendapatkan respon jangka pendek dari suatu akuifer pantai, hal ini penting untuk memasukkan pengaruh dari aliran air asin (Essaid, 1990) Secara sendiri-sendiri, tak ada satupun dari pendekatan tersebut dapat menggambarkan karakteristik fisik secara menyeluruh dari sistem akuifer pantai yang komplek. Pilihan pada model pendekatan yang yang ditetapkan, secara khusus tergantung dari sifat sistem akuifer yang diwakili, hasilnya akan samasama baik untuk setiap upaya pemodelan. Pendekatan interface tegas, dapat menggambarkan secara menyeluruh karakteristik aliran dari sistem, akan tetapi tidak dapat memberikan hasil secara detail yang menyangkut sifat alami dari daerah transisi. Ketika mempelajari suatu sistem akuifer yang penting adalah pertama-tama mengerti sifat keseluruhan sebelum menguji efek-efek dalam skala lebih kecil. Oleh karena itu karakteristik yang idial dari sistem yang demikian dapat melibatkan proses yang terdiri dari dua langkah yang memadukan model pendekatan dengan interface tegas dan interface pendar. Model SHARP adalah suatu tiruan tiga dimensi, model beda hingga (finite-defference) yang mensimulasikan pasangan aliran air tanah tawar dan aliran air tanah asin yang dipisahkan oleh sharp interface dalam lapisan akuifer berlapis. Model ini mampu digunakan pada wilayah secara regional atau sebagian.
12
Gambar 4. Model interface Ghyben-Herzberg (Essair, 1990)
Intrusi air asin adalah masuknya air laut kedalam sistem akuifer yang terjadi karena adanya kesetimbangan dari hubungan dinamis antara aliran air tanah tawar dengan aliran air tanah asin yang dipisahkan oleh lapisan interface pada suatu sistem akuifer pantai. Kedudukan lapisan
interface
ini menurut
Badon-Ghyben (1898) dan Herzberg (1901) dalam Essaid (1990) hubungan tinggi tekan air tawar diatas muka air (φ f ) terhadap kedalaman interface dibawah muka air laut (h s ) untuk suatu sistem dalam kesetimbangan statis adalah: terjadi antara aliran air tanah tawar dan aliran air tanah asin (Gambar 4). Pada interface tekanan pada colom air tawar sama dengan tekanan pada kolom air laut. Persamaam matematis yang terjadi pada wilayah interface tersebut adalah (Essaid, 1990): h s ϒs = (h s + φ f ) ϒf atau h s = δ φ f
(3)
Keterangan: δ= ϒ f /( ϒ s - ϒ f ) dan ϒ s , ϒ f , adalah berat jenis air tawar dan air laut yang besarnya 1,0 gr/cm3 dan 1,025 gr/cm3. Nilai dari δ adalah 40, yaitu kedalaman interface dibawah level muka air laut, yaitu 40 kali tinggi tekan air tawar. Model ini mensimulasikan aliran diwilayah air tawar saja, menggunakan hubungan dengan rumus Ghyben-Herzberg, dengan mengasumsikan bahwa pada setiap langkah hitungan dari perubahan dalam zone air tawar dan kesetimbangan posisi interface yang dicapai. Model SHARP dibangun dengan mengintegrasikan persamaan aliran air tanah tawar dan aliran air tanah asin, dimana dalam setiap lapisan akuifer pantai berlapis dua domain aliran yaitu aliran air tanah tawar dan aliran air tanah asin
13
harus dipertimbangkan, kedua aliran tersebut berbagi batas pada interface. Dalam setiap domain aliran harus mengandung kedua persamaan (Essaid, 1990). ∂ φf S f -----∂t
= - ∇ q f domain aliran air tawar
(4)
∂ φs S s -----∂t
= - ∇ q s domain aliran air tawar
(5)
Keterangan: φf φs z pf, ps ϒ f ,ϒ s Sf, Ss qf , qs
= z+p f / ϒf , tinggi tekan air tawar = z+p s / ϒs , tinggi tekan air laut = elevasi = tekanan fluida air tawar dan air asin = berat jenis air tawar dan air asin = timbunan spesifik air tawar dan air asin = debit spesifik air tawar dan air asin
Berdasarkan
pada
persamaan
(3)
dan
(4)
tersebut,
kemudian
dikembangkan dengan mengintegrasikan (a) timbunan elastis pada setiap domain, (b) merepresentasikan perubahan dalam timbunan air tawar akibat pemompaan pada muka air, (c) merepresentasikan perubahan dalam timbunan disetiap domain dari pergerakan interface, (d) merepresentasikan penyimpangan dari flux pada arah sumbu x dan y, (e) merepresentasikan resapan dan pemompaan dan, (f) kebocoran yang merepresentasikan sumber dan buangan ke dalam akuifer. Persamaan (3) dan (4) merepresentasikan pasangan persamaan diferensial parsial parabolik yang harus diselesaikan secara simultan untuk tinggi tekan air tawar dan air asin. Setelah nilainya tinggi tekan air tawar dan air laut diperoleh maka elevasi interface dapat dihitung. Pada wilayah yang jauh dari interface, hanya ada satu jenis fluida air tawar atau air asin saja, persamaan yang digunakan hanya satu saja tanpa mempertimbangkan timbunan interface (Essaid, 1990). Persamaan 5 dan 6 tersebut baru dapat digunakan untuk perhitungan tinggi tekan air tawar, tinggi tekan air tanah asin serta elevasi interface pada satu titik pengamatan. Selanjutnya untuk keperluan pemodelan aliran air tanah tawar dan air tanah asin secara regional harus dimasukkan dimensi spasial dan temporal ke dalam persamaan tersebut. Pada Model SHARP bentuk numeris dari persamaan
14
aliran air tawar dan aliran air tanah asin dibangun dengan metode beda hingga. Penyelesaian
secara spasial
dari
persamaan
tersebut
dibangun
dengan
menggunakan sebuah bentuk blok sebagai pusat dari grid beda hingga yang memungkinkan sebagai variabel jarak. Skema penyelesaian hitungan dilakukan secara mundur dengan mengadopsi waktu untuk memastikan stabilitas. Penyelesaian hitungan dari persamaan yang dibangun, dilakukan dengan program komputer, dibuat dengan bahasa program Fortran 77. Model SHARP ini terdiri dari dua bagian file yang terpisah, yang terdiri dari program utama dan file Input. Program utama mengontrol aliran umum dan mengeksekusi model, mulai dari memanggil file input, membaca data input yang disusun secara berderet dan menulis hasil perhitungannya ke dalam file output. ∂φ f ∂φ f ∂φ s ∂φ f S f B f ----- + n α ----- + [nδ------ - n(1+δ)------- ] ∂t ∂t ∂t ∂t (a) (b) (c) ∂ ∂φ f ∂ ∂φ f = ---- (B f K fx ------) + ----- (B f K fy ------) + Qf + Q1f ∂x ∂x ∂y ∂y (d) (d) (e) (f)
(6)
∂φ s ∂φ s ∂φ s ∂φ f S s B s ----- + nα ----- + [nδ------ - n(1+δ)------- ] ∂t ∂t ∂t ∂t (a) (b) (c) ∂ ∂φ s ∂ ∂φ s = ---- (B s K sx ------) + ----- (B s K sy ------) + Qs + Q1s ∂x ∂x ∂y ∂y (d) (d) (e) (f) Keterangan: K fx , K sx = konduktivitas hidrolik air tawar dan air asin, pada arah x. K fy , K sy = konduktivitas hidrolik air tawar dan air asin, pada arah y. Qf, Qs = aliran air tawar dan air asin, merupakan sumber dan buangan. Q lf , Q ls = kebocoran air tawar dan air asin. Bf, Bs = ketebalan zone air tawar, air asin φ f ,φ s = tinggi tekan air tawar, air asin n = level waktu α = 1 untuk akuifer taktertekan, 0 akuifer tertekan
15
(7)
Untuk bisa mengeksekusi model ini, parameter dalam program utama harus disetel sesuai dengan input. Model SHARP ini disusun dengan sistem operasi Unix yang dilengkapi dengan compiler program fortran 77 ke dalam bahasa C (f to c). Untuk membentuk EXE program dari model yang dibangun hasil convert dari f to c dilakukan dengan bahasa C. Penggunaan sistem operasi unix untuk mengeksekusi Model SHARP ini dilakukan karena sistem operasi ini mampu dioperasikan secara multitasking dan multiuser. Kemampuan dari sistem unix secara multitasking, secara operasional dapat digunakan untuk mengesekusi model dengan lebih dari 1 file input secara berbarengan. Aplikasi terhadap model SHARP pernah diterapkan di pantai Oahu Hawai dan Cape May, New Jersey. Model dibangun untuk sistem akuifer satu lapis, dimana luas area pemodelan dengan lebar 10.000 ft dan panjang 120.000 ft, dibagi kedalam grid model 8 kolom x 28 baris. Pada koordinat grid 13,4,1 (Baris 13, kolom 4 dan lapisan 1) dilakukan suatu pemompaan dengan debit 1 ft3/dt. Setelah model SHARP di run maka terjadi steady state dengan kriteria perbedaan 0,000001, maka terjadi kesetimbangan pada step ke 5. Hasil simulasi menunjukkan adanya kesetimbangan masa air tawar sebesar 8,979 ft3/dt dari air tawar yang masuk kedalam sistem sebagai imbuhan. 1 ft3/dt dipompa keluar akuifer dan 7,979 ft3/dt meninggalkan sistem akuifer melalui bocor ke atas (melalui lapisan akuifer kedap ke arah laut). Kesalahan relatif kesetimbangan masa pada simulasi tersebut adalah 3,4 x 106 persen, hal ini menandakan tingkat ketepatan solusi. Hasil simulasi juga dapat mengambarkan tinggi tekan air tawar (F), tinggi tekan air payau (M) dan tinggi tekan air laut (S) Model juga telah diaplikasikan di wilayah Cape May, New Jersey, pada sistem akuifer tertekan. Pada model ini Wilayah Cape May dibagi kedalam Grid area yang terdiri dari 3 baris (skala 4000 ft) x 28 kolom (skala 2000 ft). Running model menghasilkan steady state
pada step waktu ke 13,
menghasilkan
kesetimbangan aliran di ketiga lapisan akuifer yaitu: aliran air tawar dari lapisan atas sebesar 0,3 x 10-2 ft/dt, aliran air tawar ke lapisan 2 (dua) ke lapisan air asin 0,2 x 10-2 ft3/dt dan aliran ke laut melewati puncak lapisan 3 sebesar 0,1 x 10-2 ft3/det.
16
Kalibrasi dan Validasi Data Sebuah model dikatakan baik jika model tersebut dapat menggambarkan sistem yang diwakili, setiap perubahan yang dilakukan terhadap model, ditanggapi dengan respon yang baik yang menggambarkan kondisi aktual dari alam yang diwakilinya. Model SHARP, yang digunakan dalam penelitian ini, mempunyai keunggulan dalam mewakili dinamika aliran air tanah tawar dan aliran air tanah asin dalam suatu kesetimbangan hidrostatis dalam sistem akuifer berlapis yang berbatasan dengan pantai. Menurut Klemes (1986), model dapat dikatakan baik jika model tersebut dapat memberikan hasil yang baik, dengan alasan yang tepat. Sistem fisik yang diwakili yang dalam hal sistem akuifer berbatasan dengan pantai, dalam model digambarkan oleh variasi input, variasi proses yang diwujudkan melalui pendekatan matematis yang menggambarkan kondisi internal lengkap dengan tingkat kompleksitas proses yang terjadi dalam sistem akuifer tersebut, dan variasi output yang menggambarkan hasil atau output sebagai akibat dari proses yang berlangsung. Sehingga pada waktu model tersebut di jalankan atau dieksekusi hasil yang dikeluarkan sesuai dengan input yang diberikan. Kompleksitas model SHARP dilakukan dengan pendekatan matematis finite difference dalam proses formulasinya, sedangkan proses perhitungan dilakukan oleh model tersebut dibangun dengan menggunakan bahasa program fortran 77. Sebaik apapun model yang dibangun, akan tetapi kalau input yang dimasukkan dalam model tersebut tidak mempunyai arti sama sekali/sampah maka hasilnya juga tidak mempunyai arti apa-apa( sampah) juga. Baik buruknya input ditentukan oleh perilaku dari pengguna model tersebut. Secara umum, perilaku sistem diketahui melalui pengukuran beberapa karakteristik yang menjadi ciri utama sistem tersebut. Pengukuran terhadap karakteristik sistem pada umumnya dilakukan dengan menggunakan sampling lokasi, hal ini dilakukan karena adanya keterbatasan, antara lain (Indarto, 2006): 1. Tidak mungkin melakukan pengukuran terhadap semua variabel. 2. Kesalahan selama proses pengukuran, sangat dimungkinkan terjadi, sehingga data yang dimasukkan ke dalam model mengandung unsur ketidak pastian.
17
Running terhadap model simulasi untuk mengetahui perilaku sistem fisik dilakukan dengan menggunakan masukan/input data terukur, menghasilkan simulasi model yang mirip dengan output dari sistem fisik yang ditiru tersebut. Running terhadap model ini dilakukan dengan meminimalisasi tingkat kesalahan yang mungkin terjadi melalui uji coba beberapa nilai parameter sampai diperoleh hasil dengan tingkat ketidak pastian yang minimal antara data terukur dengan data hasil simulasi (Refgaard, 2000). Kalibrasi data adalah suatu proses yang dilakukan terhadap model melalui pemilihan kombinasi parameter input. Kalibrasi dapat juga diartikan sebagai proses optimalisasi dari nilai parameter untuk meningkatkan koherensi/kemiripan antara respon antara data terukur dengan hasil simulasi (Bloschl and Grayson, 2000). Koherensi ini dapat diamati secara kualitatif yaitu membandingkan antara data terukur dengan terhitung. Pada umumnya koherensi dinilai secara kuantitatif (Refsgard, 2000). Cara melakukan kalibrasi data dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu (Indarto, 2006): 1. Menggunakan cara coba-coba (trial dan error). Parameter terukur dicocokan dengan cara manual, yaitu dengan coba-coba. Metode ini merupakan cara yang paling umum dan banyak dilakukan serta direkomendasikan. Metode ini banyak dilakukan untuk model yang komplek. Hasil uji dapat diamati ke dalam sebuah grafik antara data terukur dan terhitung, grafik yang bagus sudah dianggap dianggap dapat mewakili hasil simulasi. 2. Menggunakan metode otomatis. Sebuah algoritma yang ditujukan untuk menentukan fungsi obyektif dan digunakan untuk mencari kombinasi dan permutasi parameter sebanyak mungkin untuk menentukan tingkat keakuratan yang optimum. 3. Menggunakan metode kombinasi. Langkah pertama adalah menggunakan cara otomatis, ini dilakukan untuk menentukan range/jarak dari nilai parameter. Sesudah data range tersebut diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah menggunakan cara coba-coba untuk menentukan detail yang optimal.
18
Hasil yang diperoleh dari kalibrasi data, baik menggunakan cara cobacoba, otomatis maupun kombinasi dari keduanya, tetap menghasilkan hasil yang berbeda, yang disebabkan oleh empat faktor ketidak pastian yaitu (Indarto, 2006): (1) Kesalahan acak yang berasal dari data input, (2) Kesalahan acak berasal dari data hasil pengukuran, (3) Kesalahan dari penentuan nilai parameter, dan (4) Data yang tidak lengkap atau bias dalam struktur model. Tingkat penerimaan model sangat ditentukan oleh tingkat kepastian pada poin 1, 2 dan 3. Jika pada poin 1, 2 dan 3 mempunyai tingkat ketidak pastian yang lemah maka akan menghasilkan model yang lemah, sehingga tidak dapat digunakan untuk memprediksi.
Proses kalibrasi yang obyektif,
mempunyai
tujuan untuk mengurangi ketidak pastian agar tingkat kesalahan dapat diminimalisir. Selama melakukan proses kalibrasi, faktor ketidak pastian harus diketahui, mana yang paling berpengaruh. Jika faktor ketidak pastian yang satu diganti dengan ketidak pastian yang lain maka proses kalibrasi data menjadi tidak efektif. Setiap proses kalibrasi data, tetap menghasilkan kurva kecocokan antara data terukur dengan data terhitung, meskipun sebagai akibatnya terhadap aplikasi model akan menghasilkan, nilai prediksi yang tidak sesuai. Pendekatan model tetap penting dilakukan dan tidak menyandarkan pada konsep utama untuk mewakili sistem fisik yang diwakili, meskipun secara formula matematis telah sesuai.
Dasar-dasar Perencanaan Perencanaan atau skenario adalah merupakan kegiatan preskriptif, memberi petunjuk atau usulan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tujuan dari perencanaan adalah untuk memberikan usulan-usulan bagaimana keadaan bisa diubah. Perencanaan memerlukan pengakuan yang bersifat rasional dan sosial menyangkut aktivitas masyarakat dan nilai manusia tanpa mengabaikan idiologi. Perencanaan harus mencakup berbagai teori tentang masyarakat dimana perencanaan tersebut akan dilembagakan. Menurut Suhardono (2000) dalam www.ypha.or.id/web/?p=1130, fokus dari perencanaan itu menyangkut pada persoalan masa depan, didalamnya
19
mengandung tiga makna yaitu: (1) Sesuatu yang diperkirakan terjadi, (2) Sesuatu yang diinginkan terjadi dan (3) Sesuatu yang mungkin terjadi. Selain tiga makna tersebut suatu perencanaan mengandung tiga unsur yaitu: (1) Penafsiran masa depan, (2) Suatu citra masa depan dan (3) Konsistensi secara internal dalam menapaki masa depan. Suatu perencanaan selalu menyangkut pada masa depan oleh karena itu yang menjadi tekanan utama dari skenario terletak pada sebuah orientasi pada sesuatu yang mungkin terjadi. Meskipun perencanaan itu terkait dengan persoalan yang menyangkut masa depan, perencanaan skenario bukan merupakan ramalan atau prediksi. Ramalan mengasumsikan bahwa masa depan, dapat didiskripsikan dari masa lalu atau saat ini. Ramalan biasanya diarahkan pada jangka dengan waktu yang tidak panjang, mengacu pada nilai tunggal dan memberikan pemahaman yang tidak mendalam. Perencanaan skenario tidak sama dengan meramal masa depan. Namun teknik ini berupaya mengantisipasi ketidak pastian masa depan melalui cara yang sistematis (Suhardono, 2000 dalam www.ypha.or.id/web/?p=1130). Lebih
lanjut
menurut
Suhardono
(2000)
dalam
dalam
www.ypha.or.id/web/?p=1130, ada 4 (empat) format atau acuan yang dianut oleh seluruh dunia mengenai perencanaan yaitu: (1) perencanaan terstruktur, (2) perencanaan strategi (3) perencanaan menyeluruh dan (4) perencanaan berkelanjutan. Masing-masing perencanaan mempunyai karakteristik yang berbeda. Karakteristik dari perencanaan terstruktur berisi kerangka pokok pengarahan, tidak serinci master plan. Bagian wilayah yang perlu segera dibenahi sebagai rencana aksi, segera ditindak lanjuti dengan pembuatan rencana aksi bersifat lokal. Untuk wilayah yang belum mendesak ditindak lanjuti atau dibenahi dengan perencanaan terstruktur. Perencanaan terstruktur ini sangat fleksibel digunakan bagi kota yang mengalami perkembangan yang sangat cepat. Karakteristik perencanaan strategi pada umumnya lebih berorientasi pada tindakan atau aksi dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan yang ada serta lebih menaruh perhatian pada kompetisi dan kepentingan yang terjadi dalam masyarakat.
20
Karakteristik perencanaan yang menyeluruh selalu mengacu pada format perundang-undangan tata ruang. Perundang-undangan tata ruang pada umumnya bersifat kaku padahal perkembangan kota bersifat komplek, dinamis dan sulit diduga, sehingga menuntut adanya rencana tata ruang yang luwes. Perencanaan yang menyeluruh mencakup seluruh bagian geografi dan semua fungsi dari elemen yang menimbulkan perkembangan fisik. Perencanaan menyeluruh mengandung unsur komprehensif, jangka panjang, bersifat umum, fokus pada pembangunan fisik, rencana yang diusulkan harus berkaitan dengan tujuan komunitas, kebijakan sosial dan ekonomi mengandung instrumen kebijakan dan teknis. Konsep dasar perencanaan berkelanjutan adalah bagaimana menjabarkan secara gradual terhadap rencana induk yang diproyeksikan jauh pada masa depan, dalam rencana jangka menengah, jangka pendek atau diluar itu. Karakteristik perencanaan berkelanjutan mengandung elemen-elemen kota yang diproyeksikan dalam rencana jangka menengah dan pendek. Perencanaan berkelanjutan harus selalu mutakhir sesuai kebutuhan dan realitas, selalu ada revisi terhadap rencana berkaitan dengan kemajuan teknologi yang sulit diprediksi. Selalu melakukan analisa yang mutakhir terhadap kondisi, informasi dan keputusan yang berkaitan dengan masa tertentu.
Perencanaan berkelanjutan lebih bersifat dinamis dan
fleksibel jika dibanding dengan master plan. Pada kajian intrusi air asin pada sistem akuifer Jakarta ini, dimana salah satu tujuan dari studi ini adalah membuat perencanaan resapan buatan untuk mengontrol intrusi air asin. Hasil dari perencanaan resapan buatan ini diharapkan akan memberikan dampak yang besar dalam mengontrol intrusi, dengan harapan bahwa intrusi yang diperkirakan, diinginkan dan yang mungkin terjadi tidak semakin masuk ke dalam sistem akuifer daratan. Perencanaan resapan buatan diharapkan menjadi cara sistematis dalam mengontrol intrusi air asin, untuk memberikan penafsiran, citra dan konsistensi pada intrusi air asin dimasa depan, yang dapat dikendalikan dalam menjaga kelestarian lingkungan di daerah penelitian. Ditinjau dari format perencanaan maka perencanaan resapan buatan ini memiliki format dari kombinasi perencanaan terstruktur, strategis, menyeluruh dan berkelanjutan.
21
22
METODOLOGI Lokasi, Waktu Penelitian dan Peralatan Penelitian ini
mengambil lokasi daerah Jakarta dan sekitarnya, yang
secara administrasi meliputi wilayah Jakarta, sebagian Tangerang, Bekasi, Depok dan Bogor dan sekitarnya. Luas area penelitian dari barat ke timur sejauh 60 km dan dari utara ke selatan sejauh 75 km. Penelitian lapangan dalam rangka pengambilan data primer dan sekunder serta koordinasi dengan instansi terkait dilakukan pada Bulan April-September 2010, Data sekunder dan primer tersebut diklasifikasikan menurut jenis, sumber dan cara perolehan data. Tabel 4, menunjukkan adanya berbagai jenis data yang digunakan dalam penelitian, dari mana sumber data tersebut
berasal dan
bagaimana data tersebut diperoleh.
Tabel 4. Berbagai jenis data yang digunakan, sumber dan cara perolehan data No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Peta/Data
12 13 14 15 16 17 18 19
Peta Sistem Akuifer Jakarta Peta Penggunaan Lahan Peta Topografi/Kontur Peta Geologi Peta Hidrogeologi DHL, TDS dan Cl Kedalaman muka air tanah tawar/Asin Ketebalan akuifer Berat jenis air tawar/laut Kekentalan air tawar/laut Elevasi Interface/kontur air tanah/batas intrusi Konduktivitas hidrolis Porositas Ketebalan akuifer Tinggi tekan air tanah tawar/asin Batimetri/Dasar laut Ukuran Grid Blok Elevasi Saringan Laju Recharge
20 21
Pertumbuhan penduduk Penggunaan Air Tanah
8 9 10 11
Sumber Data DGTL Bandung Bakosurtanal Bakosurtanal DGTL Bandung DGTL Bandung DGTL/PDAM DGTL/Pengukuran DGTL Referensi/Pustaka Referensi/Pustaka DGTL/Analisis Peta Herlambang (1990) Herlambang (1990) Peta Geologi DGTL Topografi/DGTL Peta Topografi DGTL/PDAM DGTL/Herlambang (1990) Samsuhadi (2005) Samsuhadi (2005)
23
Cara Perolehan Data Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Data Sekunder Primer/Sekunder Primer/Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder/Simula si Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder Ditentukan Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder
Perangkat
keras
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
meliputi
perlengkapan untuk sampling seperti: Botol penyampling, Global Positioning System (GPS), Total Dissolved Solid (TDS) dan Daya Hantar Listrik (DHL) portabel, alat ukur panjang, Peta kerja, Alat tulis, Komputer, sedangkan untuk perangkat lunak meliputi Arc-GIS, SPSS, MapInfo, Model SHARP, Microsoft Office dengan sistem operasi Windows, dan sistem operasi Unix.
Metode Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka digunakan tiga cara penelitian yaitu: (1) Diskriptif, (2) Analisis dan (3) Pemodelan. Alasan digunakannya ketiga cara penelitian tersebut karena mencakup dimensi keruangan atau spasial dan waktu. Secara spasial meliputi kewilayahan, meliputi atas dan bawah permukaan tanah, sedangkan dalam dimensi waktu mencakup tiga kondisi yaitu: sebelum, saat ini dan keadaan di masa yang akan datang. Penjelasan terhadap ketiga cara penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Secara diskriptif mencakup aspek spasial/keruangan, baik secara kesatuan hidrologis maupun administratif. Secara hidrologis, merupakan satu kesatuan sistem akuifer cekungan air tanah berbatasan dengan pantai. Dinamika hidrologi berkaitan dengan aktivitas manusia yang secara
administratif,
mencakup 5 (lima) wilayah yaitu DKI Jakarta, Tangerang, Depok, Bekasi dan Bogor. 2. Pengungkapan fenomena dilakukan melalui analisis data, untuk menunjukkan keterkaitan dari masing-masing data. Analisis data dilakukan menggunakan pengukuran, perhitungan,
uji statistik, grafis, dan modeling,
agar dapat
diungkapkan keterkaitan secara spasial dan waktu. 3. Pemodelan menggunakan model komputer SHARP, model finite difference tiga dimensi untuk mensimulasikan aliran air tanah tawar dan aliran air tanah asin pada sistem akuifer pantai. Pengaruh penggunaan air dan peningkatan resapan yang dimodifikasi secara wilayah terhadap aliran air tanah taear dan aliran air tanah asin pada sistek akuifer berbatasan pantai.
24
Penggunaan ketiga cara penelitian dalam mengungkap fakta dan tujuan yang ingin dicapai dilakukan agar bisa menghasilkan suatu kesimpulan yang tepat sesuai dengan tujuan utama. Hasil dan saran yang diberikan menjadi solusi yang tepat untuk bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk kesejahteraan manusia.
Sistematika data Untuk mengetahui laju intrusi air asin dalam sistem akuifer, maka sistematika pengambilan data dan pengamatan dilakukan dengan pembagian 3 (tiga) wilayah secara zone transeksi, mewakili wilayah barat, tengah dan timur. Ke tiga zone transeksi tersebut adalah: (1) Zone transeksi I, dengan koordinat 695000, 9325000 (106o 40’ 31” BT, 6o 6’ 25”LS), (2) Zone transeksi II dengan koordinat 706000, 9324500 (106o 51’ 52” BT, 6o 6’ 41” LS) dan (3) Zone transeksi III dengan koordinat 713500, 9326900 (106o 57’ 49” BT, 6o 5’ 23” LS). Pengambilan data/sampling DHL untuk kedalaman akuifer < 40 m, dilakukan dengan interval jarak 1 km mulai dari pantai dan dengan kisaran jarak dari garis zone transeksi maksimal 5 km. Jumlah sampel/data ditentukan oleh batas intrusi pada konsentrasi DHL > 1500 µmhos/cm (Gambar 5), semakin jauh dari pantai batas intrusi maka semakin banyak jumlah data yang dianalisis. Untuk keperluan modeling SHARP, input numeris model yang terdiri dari data hidrogeologi dari sistem akuifer cekungan air tanah Jakarta di susun secara matrik dengan grid sebanyak 20 x 25. Setiap grid data numeris tersebut mewakili wilayah seluas 3 km x 3 km. Input data simulasi tersebut dikelompokkan menjadi 3 (tiga) parameter input yaitu: (1) Parameter simulasi meliputi judul model, jumlah kolom, jumlah baris, jumlah lapisan, berat jenis air laut, berat jenis air tawar, kriteria model, format input/output. (2) Parameter hidrogeologi/akuifer terdiri dari konduktivitas hidrolis, timbunan, porositas, ketebalan akuifer, batas kedalaman akuifer, tinggi tekan air, kedalaman laut, dan skala grid. dan (3) Parameter pemompaan dan resapan terdiri dari lama pemompaan, jumlah pemompaan dan besarnya resapan. Masing masing parameter input tersebut berupa data digital yang disusun secara array dengan format scientific.
25
Gambar 5. Pola zone transeksi dan titik-titik sampel
26
Analisa dan uji data Untuk menjawab tujuan dan membuktikan hipotesa dalam penelitian ini dilakukan melalui analisa dan uji data sebagai berikut: 1. Untuk melengkapi data DHL tidak tercatat/ rusak atau hilang dilakukan dengan mencari hubungan regresi antara pasangan variabel DHL dengan TDS atau pasangan variabel DHL dengan Cl- . Data DHL hilang, rusak atau tidak tercatat ini perlu ditentukan, sebab perubahan salinitas di wilayah penelitian akan dievaluasi dengan menggunakan parameter DHL saja. 2. Untuk menjawab hipotesa pertama dari penelitian ini bahwa intrusi semakin lama semakin masuk kedalam sistem akuifer air tanah tawar dilakukan dengan melakukan ploting data DHL dalam kaitannya dengan jarak dari pantai pada setiap zone transeksi. 3. Untuk menganalisis laju intrusi setiap tahun maka dilakukan ploting terhadap DHL dengan jarak dari pantai. Batas initrusi air asin ditetapkan menggunakan DHL pada konsentrasi > 1500 µmhos/cm. Berdasarkan ploting data tersebut akan dapat diketahui perkembangan atau pergeseran batas intrusi dari tahun ke tahun. Laju intrusi dapat diukur dengan membagi selisih jarak intrusi dengan periode intrusi dalam satuan waktu (tahun). Kecepatan laju intrusi air asin disetiap zone transeksi dibandingkan untuk mengetahui pada zone transeksi mana
paling cepat dan yang mana bergerak lambat,
serta faktor yang
mempengaruhi perbedaan tersebut. 4. Untuk memprediksi kebutuhan penggunaan air tanah dimasa mendatang dilakukan dengan pendekatan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan air tanah dari sisi komersial (ijin). Pertumbuhan penduduk dianalisis dengan menggunakan trend perkembangan penduduk dan asumsi kebutuhan air adalah 150 liter/orang/hari dikalikan dengan 46 % dari kekurangan pemenuhan kebutuhan oleh PAM. Dengan mengetahui trend perkembangan penduduk Jakarta dan penggunaan air secara komersial maka perkiraan kebutuhan air tanah dapat dihitung. 5. Untuk menghitung jumlah resapan alami dilakukan dengan pendekatan fluktuasi air tanah tahunan. Besarnya resapan dihitung dengan mengalikan
27
angka fluktuasi tahunan dikalikan porositas. Besarnya resapan alami tersebut kemudian ditambahkan dengan jumlah resapan yang berasal wilayah selatan. 6. Uji kalibrasi dan validasi data untuk mendapatkan parameter simulasi dan hidrogeologi yang tepat. Uji dilakukan dengan korelasi dan grafis antara data terukur dengan hasil simulasi.
Jika hasil uji korelasi dan uji grafis tersebut
menunjukkan adanya hubungan korelasi yang kuat serta pola grafis yang sama maka model yang dihasilkan merupakan model yang kuat dan model tersebut dapat digunakan untuk memprediksi. Jika model tersebut merupakan model yang kuat itu berarti model telah menggunakan parameter simulasi dan parameter hidrogeologi secara tepat. 7. Jika model SHARP tersebut telah menggunakan parameter parameter hidrogeologi
simulasi dan
yang tepat maka untuk diaplikasikan guna
memprediksi suatu kejadian dimasa mendatang dapat dilakukan dengan memberikan
input dari kejadian dimasa mendatang. Input dari kejadian
dimasa mendatang tersebut adalah penggunaan air dan resapan/imbuhan air dimasa mendatang. 8. Untuk menghitung potensi air hujan yang masih dapat diresapkan ke dalam tanah sebagai input model, maka besarnya input resapan tersebut akan dirancang menggunakan dasar dari Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 68/2005. Potensi input resapan tersebut dihitung menggunakan dasar volume sumur resapan yang akan tersedia jika SK Gubernur tersebut telah diterapkan secara merata. Dasar perhitungan volume sumur resapan adalah bahwa setiap 1 m2 luas bangunan, wajib menyediakan sumur resapan 40 lt, sehingga akan ada ruang tampung dengan volume sebanding dengan luas bangunan. Jumlah potensi air hujan yang akan tertampung dalam sumur resapan inilah yang akan digunakan sebagai resapan tambahan,
dan
pengaruhnya terhadap intrusi air asin akan dianalisis dengan model. Melalui teknik ini, hipotesa ke dua akan dapat dijawab.
Secara diagram alir langkah-langkah penelitian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.
28
Gambar 6. Diagram alir penelitian
29
30
KONDISI FISIK WILAYAH
Batasan Wilayah Secara administrasi wilayah penelitian meliputi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (43 kecamatan, 265 kelurahan), sebagian masuk wilayah Bekasi, Tangerang, Depok, Banten dan Bogor. Secara geografi wilayah ini berada pada koordinat koordinat 106o 32’ 25” – 107o 05’ 08” BT dan 06o 01’ 00” – 06o 41’ 54” LS atau pada UTM pada koordinat X: 670000-730000 dan koordinat Y: 9260000- 9335000. Batas sebelah utara adalah Laut Jakarta (Teluk Jakarta), barat adalah sungai Cisadane, timur Kali Bekasi dan selatan adalah Bogor bagian utara. Luas areal secara keseluruhan adalah 60 km x 75 km. Wilayah penelitian seperti dapat dilihat pada Gambar 7. Menurut Soekardi (1986) dan Herlambang (1990) dasar penetapan batas cekungan akuifer Jakarta disebelah barat dan timur adalah tidak adanya pengaruh pengambilan air tanah, diwilayah barat dan timur terhadap sistem akuifer Jakarta, sedangkan untuk wilayah selatan ditentukan oleh kondisi hidrogeologi Jakarta dan untuk wilayah sebelah utara didasarkan oleh tinggi muka air tanah konstan yang terjadi karena pengaruh masuknya air laut kedalam sistem akuifer. Untuk menentukan batas sistem akuifer Jakarta ideal, maka batas dari sistem akuifer tersebut
tidak dipengaruhi oleh pengambilan air tanah pada wilayah batas.
Kondisi ideal seperti itu sangat sulit dijumpai di lapangan. Iklim Secara umum iklim di wilayah penelitian adalah Tropis-lembab, dengan kelembaban relatif tinggi berkisar antara 73-78 %. Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson wilayah penelitian termasuk iklim Tipe D dengan nilai Q sebesar 0,144< Q <0,333, dengan kisaran suhu udara antara 23,8o - 34o C. Musim hujan dimulai dari bulan Nopember sampai Mei sedangkan musim kemarau dari
bulan
Juni
sampai Oktober. Wilayah pantai pada umumnya
mendapat curah hujan yang lebih sedikit jika dibanding dengan wilayah pegunungan.
Curah hujan tahunan adalah
3009 mm/tahun, dengan rata-rata
curah hujan bulanan di wilayah penelitian adalah 200 mm/bln.
31
Gambar 7. Peta wilayah penelitian
32
Geologi Permukaan Satuan batuan yang mengontrol bentang alam pada sistem akuifer cekungan air tanah Jakarta adalah endapan Kuarter. Endapan Kuarter ini terdiri dari bahan-bahan berbutir halus seperti lanau sampai pasir halus, dan dialasi oleh satuan batuan yang berumur Tersier. Endapan Kuarter tersebut terdiri atas endapan aluvium dan endapan kipas aluvium (BG-PLG 2009). Batuan sedimen yang dapat dijumpai di daerah penelitian berumur Oligosen, Eosen, Miosen dan Pliosen. Batuan sedimen tersebut berfungsi sebagai batuan dasar untuk cekungan air tanah Jakarta. Formasi batuan yang berumur Oligosen-Eosen dapat dijumpai di daerah pegunungan, tersebar secara sporadis dan muncul dan di laut Jawa. Deposit vulkanik Kuarter banyak dijumpai dikaki Gunung Salak dan Pangrango. Dataran pantai, kipas aluvial dan endapan teras menempati sebagian besar daerah penelitian dengan umur antara Pleistosen dan Holosen (Herlambang, 1990). Sistem geologi permukaan wilayah dapat dikelompokkan menjadi 6 sistem yaitu (Herlambang, 1990): 1. Formasi Jatiluhur (Miosen) Formasi Jatiluhur tersingkap di pegunungan sebelah tenggara wilayah studi, tersusun oleh batulempung berlapis, batupasir kuarsa, dan napal. Formasi Jatiluhur ini mengalami pemadatan sehingga bersifat impermeabel. 2. Formasi Bojongmanik. Formasi Bojongmanik tersusun dari batugamping berselang-seling antara lempung dan batu pasir. Batuan ini pada umumnya keras dan dengan permeabilitas rendah, tetapi mengandung retakan dan lubanglubang hasil pelarutan (proses solusi), sehingga memungkinkan dijumpai air tanah meskipun dalam jumlah yang kecil. 3. Formasi Genteng (Pliosen). Formasi Genteng tersusun oleh batupasir kasar tufaan dan lempung, kadang-kandang bergabung dengan fragmen pumis. Batuan ini mempunyai permeabilitas rendah hingga sedang. Wilayah singkapan Formasi Genteng wilayah Tangerang dijumpai sebagai batuan dasar sungai Cisadane. 4. Formasi Vulkanik Tua (Pleistosen). Formasi Vulkanik tua terdiri dari Breksi Lahar (Vb), Aliran Lava Vulkanik Tua (Vp) dan Batuan Vulkanik tua yang
33
sukar dibedakan (Vu). Wilayah penyebaran terutama di daerah selatan, wilayah pengunungan barat dan timur. 5. Formasi Vulkanik Muda (Pleistosen) Formasi Vulkanik Muda terdiri dari aliran vulkanik muda (V1), Batuan vulkanik yang mengandung Pumis (Va) dan batuan Vulkanik Muda (V).
Bagian bawah dari formasi vulkanik ini
merupakan batuan hasil aliran vulkanik dengan tekstur porfiritik yang membentuk lapisan yang bersifat impermeabel. Anggota bagian tengah (Va) terdiri dari batu pasir tufaan ukuran halus sampai dengan menengah dan bersifat impermeabel menengah. Bagian yang paling atas V, terdistribusi secara luas, tersusun lempung tufaan, pasir,konglomerat, endapan lahar, dan material lapukan. Lapisan bagian atas ini mempunyai tingkat permeabilitas tinggi dan membentuk akuifer tertekan. 6. Sedimen Aluvial (Holosen). Sedimen ini terdiri dari tiga anggota yaitu aluvial sungai di daerah pantai (As) Pematang pantai (Ap) dan Aluvium (A1). Aluvium pantai di daerah sungai merupakan endapan paling tua, yang tersebar sepanjang pantai. Sedimen ini mengandung konglomerat dengan sortasi yang baik. Komposisi antara andesit dan basaltik ini merupakan akuifer tidak tertekan yang baik. Aluvial pematang pantai ini terdiri dari endapan pasir lepas, ukuran halus, mengandung cangkang fosil. Komposisi pasir merupakan fragmen andesitik, tersingkap secara sejajar dengan garis pantai. Lapisan aluvial pematang pantai ini merupakan suatu lapisan yang bersifat taktertekan yang permeabel dengan muka air tanah rendah. Sedimen aluvium (A1) ini dibedakan menjadi tiga jenis yaitu aluvial pantai, sungai dan lembah aluvial. Sedimen aluvial ini banyak mengandung organik, dan mempunyai tingkat permeabilitas rendah. Sedimen aluvial sungai terdiri dari lempung, pasir dan gravel dan boulder andesit atau basalt. Sedimen aluvial sungai ini mempunyai tingkat permeabilitas tinggi sedangkan sedimen aluvial lembah mengandung material yang terdiri dari lempung tufaan dan pasir. Sedimen aluvial lembah ini mempunyai tingkat permeabilitas tinggi.
34
Stratigrafi Secara stratigrafi di wilayah penelitian terdiri dari tiga mandala sedimentasi yaitu (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1992): Mandala Paparan Benua, Mandala Sedimentasi Cekungan bogor, Mandala Sedimentasi Banten. Cici-ciri dari ketiga mandala sedimentasi adalah sebagai berikut: Untuk Mandala Paparan Benua, dicirikan oleh paparan batu pasir kuarsa, batu gamping dan batu lempung yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Mandala Sedimentasi Cekungan Bogor dicirikan oleh endapan aliran gravitasi yang terdiri dari komponen batuan andesit, basalan, tuf dan batu gamping. Mandala ini meliput zona Bandung, Bogor dan Pegunungan Selatan. Mandala sedimentasi Banten pada awal Miosen, endapan sedimennya menyerupai endapan cekungan Bogor, sedangkan pada akhir tersier mendekati paparan benua. Satuan tertua yang tersingkap adalah Formasi Rengganis (Tmrs) yang terdiri dari batu pasir halus kasar, konglomerat dan batu lempung,yang berumur Miosen Awal. Formasi ini ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Bojongmanik (tmb) yang berumur Miosen Tengah, bagian timur berkembang Formasi Klapanunggal (Tmk) terdiri dari batugamping koral, batugamping pasiran, batupasir kuarsa glokonitan dan batu pasir hijau. Formasi ini berhubungan dengan Formasi Jatiluhur (Tmj) yang terdiri dari napal, batulempung dengan sisipan batupasir gampingan. Formasiformasi tersebut diatas ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Genteng (Tpg), yang berumur Pliosen Awal. Formasi Genteng ditindih oleh Formasi Serpong (Tpss) yang berumur Pliosen Akhir, dan tersusun oleh konglomerat batu pasir, batulanau batu lempung, tuf halus, tuf batuapung dan fosil tanaman. Formasi Serpong ditindih secara tidak selaras oleh Tuf Banten (QTvb) yang berumur PlioPlestosen, tersusun oleh tuf, breksi batuapung dan Batupasir tufaan. Geologi bawah permukaan pada wilayah penelitian direkonstruksi oleh para ahli dengan menggunakan sayatan tegak yang diperoleh dari sumur bor. Rekonstruksi tersebut telah dimulai oleh Marks (1956), GSI (1973) dan Soekardi (1973). Rekonstruksi yang dikembangkan oleh Soekardi dalam Herlambang (1990) disebutkan bahwa sedimen kuarter ini dibagi menjadi 9 unit stratigrafi. Unit stratigrafi I, unit ini mempunyai ketebalan lapisan berkisar antara 2050 m. Unit ini mengandung fase darat pada bagian bawahnya yang terdiri dari
35
pasir tufaan yang belum terkonsolidasi, lempung dan gravel. Bagian atas dari unit ini merupakan fase laut, tersusun oleh lempung, pasir lempungan dan pasir. Unit stratigrafi II, merupakan fase laut yang tersusun oleh lempung, ketebalan lapisan berkisar antara 4-12 m. Unit stratigrafi III, merupakan fase darat, terdiri dari lempung dan gravel dengan ketebalan berkisar antara 30-65 m. Unit stratigrafi IV, lapisan dengan dua fase darat dan laut, bagian atas fase laut sedangkan bawah fase darat, tersusun oleh pasir dan lempung darat. Unit stratigrafi V-VIII mengandung sedimen Pleistosen Tengah endapan laut, kecuali pada unit VI, yang tersusun oleh lempung, lempung pasiran, pasir dan gravel dengan didominasi oleh lempung. Ketebalan unit stratigrafi V-VIII ini berkisar antara 100-230 m. Unit stratigrafi IX tersusun oleh lempung dengan lempung pasiran.
Geomorfologi Secara geomorfologi wilayah penelitian dibagi menjadi 4 satuan morfologi. Keempat satuan morfologi tersebut adalah (DGTL 1996): 1. Daerah Dataran, wilayah ini mempunyai kemiringan lereng antara 0-0,5%, dengan ketinggian permukaan tanah antara 0-25 m diatas permukaan air laut. Luas wilayah dataran ini kira-kira 42% dari wilayah penelitian, dengan bentuk lahan dataran rawa, sungai, pantai, pematang pantai dan delta. Tanah dan batuan penyusun wilayah berupa aluvium rawa, pantai dan sungai, endapan undak sungai serta aluvium gunung api kuarter. 2. Wilayah dengan kelerengan sedang antara merupakan wilayah dengan topografi hampir datar hingga bergelombang serta mempunyai kemiringan lereng berkisar antara 0,5-1,5%, dengan luas wilayah mencapai 50 % dari tital wilayah. Ketinggian wilayah ini diukur dari permukaan laut berkisar antara 25144 m. Tanah dan batuan penyusun wilayah ini merupakan pelapukan aluvium volkanik, kolovium dan batuan gunung api kuarter. 3. Daerah dengan kelerengan curam, wilayah ini mempunyai kemiringan lereng antara 1,5%-3% dengan ketinggian antara 75-138 m di atas permukaan laut. Morfologi wilayah ini pada umumnya banyak dipengaruhi oleh torehantorehan alur sungai, membentuk lembah-lembah sungai yang cukup lebar. Batuan penyusun di wilayah ini terdiri dari gunung api kuarter, batu gamping
36
dan batuan sedimen tersier. Wilayah dengan topografi lereng curam ini kirakiran 4,86% dari wilayah penelitian. 4. Wilayah dengan kelerengan terjal, wilayah ini mempunyai topografi perbukitan relief terjal dengan kemiringan lereng antara >3%, luas wilayah mencapai 3,14 % dari total wilayah. Ketinggian wilayah ini berkisar antara 100-340 m dari permukaan laut. Morfologi wilayah pada umumnya membentuk morfologi kars.
Hidrogeologi Menurut Soekardi
(1986),
sistem
akuifer Jakarta dikelompokkan
menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok akuifer bagian atas (I) dengan kedalaman kurang dari 40 m dibawah muka air laut, kelompok akuifer menengah (II) dengan kedalaman antara 40-140 m dan kelompok akuifer bawah (III) dengan kedalaman antara 140-250 m. Lapisan akuifer bagian atas (I) merupakan lapisan akuifer taktertekan (unconfined aquifer) atau akuifer bebas. Lapisan akuifer taktertekan adalah suatu lapisan batuan yang mengandung air yang terletak diatas lapisan kedap air, sedangkan bagian atas dari lapisan tersebut adalah bebas atau tidak tertutup oleh lapisan kedap. Lapisan akuifer II dan III merupakan lapisan akuifer tertekan (confined aquifer) dimana dibagian atas dan bawah lapisan akuifer tersebut terdapat lapisan akuitar. Tingkat produktivitas akuifer Jakarta dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu: (1) Akuifer produktivitas baik menghasilkan air tanah dengan debit lebih dari 5 lt/dt, pada umumnya berada di wilayah tengah dari daerah penelitian, (2) akuifer produktivitas sedang dengan debit air tanah 5 lt/dt, pada umumnya berada di wilayah utara dan selatan daerah penelitian dan (3) akuifer produktivitas rendah dengan debit air tanah kurang dari 5 lt/dt, pada umumnya berada pada wilayah dengan sistem hidrogeologi rekahan, kekar dan rongga berada di selatan. Untuk mengetahui penyebaran tingkat produktivitas akuifer di masing-masing wilayah dapat dilihat pada Peta Hidrogeologi Jakarta dan sekitarnya (Gambar 8 dan 9).
37
Gambar 8. Peta hidrogeologi sistem Jakarta dan sekitarnya (DGTL, 1984)
38
Gambar 9. Potongan melintang sistem akuifer Jakarta (DGTL, 1984) 39
Gambar 10. Ilustrasi ketersediaan serta pengambilan air tanah (BG-PLG, 2009)
Potensi Air Tanah Air tanah pada sistem akuifer Jakarta ini mendapat resapan air tanah yang berasal dari resapan vertikal yang berasal dari bagian utara dan dari aliran horisontal yang berasal dari bagian selatan dari sistem akuifer cekungan air tanah Jakarta. Resapan air tanah yang berasal dari air hujan sangat berpengaruh terhadap fluktuasi air tanah. Fluktuasi air tanah di wilayah utara pada musim kemarau dan musim hujan berkisar antara 1-1,9 m, akan tetapi di wilayah selatan mencapai 33,3 m. 40
Menurut Badan Geologi Pusat Lingkungan Geologi (BP-PLG), bahwa ketersediaan air pada sistem akuifer cekungan Jakarta ini mendapat input atau masukan dari curah hujan tahunan sebesar 3 x 109 m3/tahun. Jumlah cadangan air tanah di wilayah pantai mencapai 7,5 m3/dt dan dibagian selatan mencapai 17,8 m3/dt, sehingga total ketersediaan air tanah pada sistem akuifer tidak tertekan adalah 25,3 m3/dt atau sekitar 800 x 106 m3/tahun. aliran air tanah (ground water inflow) dari arah selatan yang masuk kedalam sistem air tanah sebesar 15 x 106 m3/tahun dan aliran air tanah dari sistem akuifer tidak tertekan yang terjadi secara alamiah yaitu sebesar 37 x 106 m3/tahun (BG-PLG, 2009). Ketersediaan Air tanah pada sistem akuifer tertekan pada kedalaman 40-250 m berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh Badan Geologi Pusat Lingkungan Geologi adalah 52 juta m3/tahun (BG-PLG, 2009). Secara ilustrasi,
ketersediaan dan
cadangan air tanah di cekungan Jakarta menurut dapat dilihat pada Gambar 10.
Penduduk Seperti telah dijelaskan dalam pendahuluan bahwa dalam kurun waktu tujuh tahun (2000-2007) perkembangan penduduk di wilayah penelitian mengalami peningkatan hampir satu juta orang.
Tingkat perkembangan
penduduk di DKI Jakarta di kelima wilayah DKI Jakarta ini berbeda-beda, wilayah Jakarta Selatan (+0,5%/th), Jakarta Pusat (+12,24%/th) dan Jakarta Barat (+5,8 %/th) mengalami perkembangan penduduk positif sedangkan wilayah Jakarta Timur (-9,8%/th) dan Jakarta Utara (-10,68%/th) mengalami pertumbuhan negatif (BPS DKI, 2008). Data penduduk DKI tahun 2008 adalah 8.489.910 jiwa sedangkan pada 2011 adalah 8.525.243 jiwa. Wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Jakarta Timur mencapai 2.634.779 jiwa, Jakarta Selatan 1.892.610 jiwa, Jakarta Barat 1.635.887 jiwa, Jakarta Pusat 916.717 jiwa dan Pulau Seribu berjumlah 22.074 jiwa. Jumlah penduduk untuk tiap-tiap wilayah di DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 5.
41
Tabel 5. Jumlah dan kepadatan penduduk tahun 2011 di wilayah DKI Jakarta (Sampai dengan Januari 2011) Penduduk WNI Penduduk WNA No Wilayah Total Jiwa (Jiwa) 1 Jakarta Pusat 916.381 336 916.717 2 Jakarta Utara 1.422.677 509 1.423.186 3 Jakarta Barat 1.635.251 636 1.635.887 4 Jakarta Selatan 1.891.543 675 1.892.610 5 Jakarta Timur 2.634.543 236 2.634,779 6 Kepulauan Seribu 22.064 0 22.074 Jumlah 8.522.851 2.392 8.525.243 Sumber: Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI
Tabel 6. Jumlah sumur bor dan pengambilan air tanah di DKI Jakarta. No
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumur Bor (buah) 3200 3250 3500 3600 3117 3224 3257 3474 3517 3563 3563 3650 3650 2260 2260
Pengambilan Air (juta m3/tahun) 32 26 22,5 16 16,43 17,50 17,98 21,37 22,64 20,84 20,84 20,70 22,51 19,83 19,83
(Sumber: DTLG&KP, 2004 dan BPLHD, 2008)
Pengambilan Air Pengambilan air
tanah secara komersial yang dilakukan oleh sektor
industri, komersial dan perkantoran di Jakarta pada periode 1995-2009 mengalami fluktuasi. Fluktuasi pengambilan air tanah pada periode tersebut kemungkinan disebabkan oleh pencatatan yang kurang akurat, sebab antara jumlah sumur dengan jumlah pengambilan tercatat tidak ada sinkronisasi. Berdasarkan data
tercatat di Dinas Geologi/BPLHD Jakarta, bahwa
Tahun 1995 terjadi pengambilan air tanah sebesar 32 juta m3/tahun yang berasal dari 3200 sumur, sedangkan terendah pada tahun 1998 sebesar 16 juta m3/tahun
42
berasal dari 3600 sumur, merupakan jumlah sumur terbanyak pada periode 19952009. Jumlah pengambilan air oleh penduduk diperkirakan sebesar 213,8 juta m3/tahun. Perhitungan ini didasarkan dari asumsi kebutuhan air bersih sebesar 0,15 m3/jiwa/hari dikalikan jumlah penduduk sebesar 8.489.910 jiwa sehingga total kebutuhan adalah 464,8 juta/m3/tahun. Jika PDAM baru mampu memenuhi sebesar 54%, maka jumlah pengambilan air tanah oleh penduduk diperkirakan sebesar 464,8 juta m3/tahun. Penggunaan Lahan Data penggunaan lahan diwilayah penelitian dianalisis dari peta rupa bumi digital tahun 2006. Penggunaan lahan di wilayah penelitian terdiri dari 15 jenis penggunaan lahan, dengan prosentase penggunaan lahan paling besar adalah pemukiman dan gedung yang mencapai 53,04%, untuk rumput/tanah kosong mencapai 12,18 % dan tegalan atau ladang mencapai 11,46% dan sisanya dengan total prosentase 22,96 % terdiri dari lahan perairan, semak belukar, hutan, hutan rawa, rawa, empang,
sawah irigasi, sawah tadah hujan,
tanah
berbatu dan pasir pantai dengan prosentase masing-masing kurang dari 2 %. Alokasi penggunaan lahan di wilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penggunaan lahan pada grid aktif di wilayah penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Penggunaan Lahan Luas (Km2) Air Tawar (Sungai, Badan Air) 42,57 Belukar/Semak 33,29 Empang 16,25 Gedung 82,28 Pemukiman 1.476,65 Hutan 6,42 Hutan Rawa 2,14 Kebun/Perkebunan 288,97 Pasir Pantai 30,67 Rawa 15,28 Rumput/Tanah kosong 357,96 Sawah Irigasi 216,10 Sawah Tadah Hujan 27,04 Tanah Berbatu 6,85 Tegalan/Ladang 336,91 Jumlah 2.939,37 43
% Luas Lahan 1,45 1,13 0,55 2,80 50,24 0,22 0,07 9,83 1,04 0,52 12,18 7,35 0,92 0,23 11,46 100,00
Gambar 11. Peta tataguna lahan daerah penelitian
44
DHL Tahun 2009 Batas salinitas yang menunjukkan indikasi payau disemua kelompok akuifer diindikasikan dengan kriteria DHL>1.500 µmhos/cm, kadar Cl- >500 ppm dan TDS > 1000 ppm. Wilayah yang sudah mengalami tingkat salinitas payau dapat dijelaskan sebagai berikut (BG-PLG, 2009): 1.
Pada kelompok akuifer <40 m bmt. Garis batas antara air tanah asin dan air tanah payau pada kelompok akuifer ini adalah daerah Jurumudi dan Porisgaga (Tangerang) Kebonjeruk, Kemanggisan, Matraman, Pulogadung dan Ujung Menteng dan Tarumjaya serta Babelan (Bekasi). Di wilayah barat mulai dari Rawa Bokor, Benda dan Jurumudi Tangerang, terjadi kenaikan DHL, menjadi 697 µmhos/cm dan untuk wilayah Bintaro Jaya terjadi penurunan, menjadi 205 µmhos/cm.
Kapuk, Kamal Muara, Kamal Pluit, Pasar Ikan dan
Penjagalan terjadi kenaikan DHL air tanah, kisaran DHL mulai dari 107 µmhos/cm sampai 697 µmhos/cm dan 520 µmhos/cm sampai 4920 µmhos/cm dan 1385 µmhos/cm sampai 2400 µmhos/cm. Penurunan DHL air tanah terjadi di daerah Tebet dan Pasar Minggu, Tanah Abang dan Pondok Aren masing-masing antara 79 µmhos/cm-239 µmhos/cm, 100 µmhos/cm dan 205 µmhos/cm, di wilayah Tangerang terjadi kenaikan antara 107 µmhos/cm sampai 697 µmhos/cm, sedangkan untuk wilayah dengan morfologi perbukitan bergelombang, terjadi di Ciracas, Pondok Cina. 2.
Kelompok akuifer (40-140 m). Wilayah batas air tanah asin dan air tanah payau adalah: Jurumudi, Porisgaga, Kebonjeruk, Tanah Abang, Cempaka Putih, Kelapa Gading dan Cilincing, Bagorsora, Tambun dan Babelan. Wilayah bagian barat, kenaikan DHL Wilayah Tangerang meliputi Benda, Jurumudi, Cikokol, Serpong dan Pondok Aren. Kenaikan DHL di Jakarta Utara meliputi Kamal Muara, Kamal dan Pejagalan. Untuk Jakarta Barat meliputi wilayah Kapuk. Jakarta Selatan meliputi wilayah Tebet dan jakarta Pusat meliputi Tanah Abang. Untuk wilayah bagian timur meliputi wilayah Jatinegara, Durensawit, Kranji dan Medan Satria, sedangkan wilayah yang mengalami penurunan DHL terjadi di Narogong dan wilayah yang mengalami kenaikan DHL adalah Cimanggis.
45
Tinggi Muka Air Tanah Berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Badan Geologi Pusat Lingkungan Geologi (BG-PLG, 2009) terhadap 57 sumur pantau serta 48 sumur produksi yang dipilih (22 sumur bor dan 26 sumur bor dan gali) maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perubahan baik kualitas maupun kedudukan muka air di beberapa wilayah tersebut telah terindikasi adanya penurunan tanah. Penurunan kualitas dan kedudukan muka air tanah ini banyak dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah pengambilan air tanah yang dilakukan oleh berbagai perusahaan. Berdasarkan laporan yang dilakukan oleh berbagai perusahaan pengguna air bawah tanah terdapat juga data penggunaan air tanah yang mengalami penurunan. Perusahaan yang telah mengalami penurunan penggunaan air bawah tanah tersebut pada umumnya telah memanfaatkan teknologi daur ulang dengan memanfaatkan air limbah yang telah diolah kembali menjadi air bersih (BG-PLG, 2009). Kedudukan muka air tanah dibawah muka air laut pada sistem akuifer dangkal < 40 m pada periode 2009, meliputi Kamal Muara, Kamal Muara Angke, Pluit, Ancol, Sunter, Walang, Cilincing dan Marunda (Jakarta Utara), Pejagalan (Jakarta Barat), Tanah Abang dan Grogol (Jakarta Pusat). Kedudukan muka air tanah di daerah tersebut antara 0,07 m-5,90 m bawah muka laut, di daerah Cilincing (Jakarta Utara) serta Grogol dan Kebayoran Lama. Pada periode yang sama BG-PLG melaporkan bahwa telah terjadi perubahan muka air tanah baik yang mengalami kenaikan maupun penurunan muka air tanah. Wilayah yang mengalami kenaikan air tanah antara lain: 1. Wilayah Jakarta Utara meliputi Kamal Muara dan Pluit (0,10-0,48 m). Wilayah Jakarta Barat meliputi Kapuk kamal, Kapuk dan Cengkareng (0,08-0,28 m) dan Kota Tangerang meliputi daerah Jurumudi, Rawa Bokor serta Benda (0,301,10m). 2. Wilayah yang mengalami penurunan air tanah: Wilayah Jakarta Utara meliputi wilayah Tongkol, dan Pasar Ikan (0,08-0,16 m), Penjagalan (0,03 m) dan di Jakarta Selatan meliputi daerah Pesanggrahan, Kebayoran Lama, Kebayoran Baru, Cilandak serta Pasar Minggu (0,25-4,25 m). Wilayah Jakarta Timur meliputi Tebet, Jatinegara, Duren Sawit dan Ciracas (0,23-3,5 m). Wilayah
46
Jakarta Selatan meliputi daerah Pasar Minggu dan Pasar Rebo (0,25-3,75 m). Untuk wilayah perbukitan bergelombang di wilayah Jakarta Timur meliputi daerah Jagakarsa (0,29 m) dan Ciracas 1,00-2,27 m. 3. Kedudukan muka air tanah pada kedalaman antara 40-140 m, dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh BG-PLG (2009), menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan kedudukan muka air tanah, perubahan kedudukan muka air tanah ini banyak dipengaruhi oleh pengambilan dan pemanfaatan air tanah. Kedudukan muka air tanah pada tahun sebelum 1960 berada di atas permukaan tanah sehingga air tanah mengalir ke permukaan tanah tanpa dilakukan pemompaan. Hasil pengukuran kedudukan air tanah yang dilakukan oleh BGPLG tahun 2009 menunjukkan adanya perubahan kedudukan muka air tanah, yaitu di wilayah dataran kedudukan muka air tanah mencapai 3,6-50,6 m, bahkan dibeberapa tempat kedudukan muka air tanah sudah berada di bawah muka air laut. 4. Kedudukan terdalam yaitu 40 m di bawah muka tanah dijumpai di komplek PT Sinar Sosro Jakarta Timur, PT. Mundo, Ujung Menteng, Jakarta Utara, Perumahan Bintaro Jaya, Pondok Aren (Kabupaten Tangerang) dan PT. Aqua, Medan Satria, Kota Bekasi. Kedudukan muka air tanah di wilayah perbukitan bergelombang berkisar antara 14,2-36,7 m bawah muka tanah, sedangkan yang terdalam adalah 30 m yang dijumpai di kompleks Hotel Bumi Wiyata, Kota Depok, PT.SCTI Ciracas, PT Sari Sedap di wilayah Bekasi, sedangkan
kedudukan muka air tanah di
wilayah dataran pada umumnya berada di bawah muka laut dan menempati wilayah yang sangat luas mulai dari Kamal Muara, Tegal Alur, Muara Angke, Kapuk, Jelambar, Grogol, Gambir, Kemanggisan, Kemayoran dan Kebayoran, Walang, Cilincing, Marunda, Tambun Cipulir, Kebayoran baru, Mampang Prapatan, Jatinegara, Matraman, Pulogadung, Klender, Kranji dan Bekasi Kota. Hasil pengukuran terhadap wilayah cekungan depresi yang dilakukan oleh BP-PLG (2005-2009) didapatkan tiga wilayah, wilayah tersebut adalah: 1. Di wilayah dataran bagian barat yaitu sekitar daerah Kamal, Bintaro, Kebon Jeruk, Kalideres.
47
2. Kapuk dengan kedudukan muka air tanah di wilayah tersebut mencapai 22,739,5 m dibawah muka laut. 3. Wilayah kerucut depresi yang dijumpai di Jakarta Land dengan kedalaman mencapai 20 m dibawah muka laut. Cekungan depresi yang berada di wilayah timur meliputi Tambun, Cakung dan perbatasan antara Jakarta Timur dan Kota Bekasi. Kedudukan muka air tanah di wilayah ini berkisar antara 21,4-43,9 bml, dapat dijumpai di PT Bridgestone, Medan Satria, Bekasi. Wilayah kerucut lainnya terdapat di sekitar wilayah Sunter (20 m dml) komplek PT. Mundo (39,4 m dml). Perubahan kedudukan muka air tanah dari hasil pengukuran periode 20052009 yang dilakukan oleh BG-PLG (2009) terdapat 3 (tiga) wilayah perubahan yaitu: 1. Wilayah dataran bagian barat yang mengalami penurunan kedudukan muka air tanah meliputi:
Tangerang, Jurumudi, Pondok Aren (1-9.2 m), sedangkan
wilayah serpong mengalami kenaikan sebesar 2,43 m. Jakarta Utara dan Pasar Ikan sekitar 0,15-1,10 m. Sekitar PT Mundo, Walang Baru dan Lion Star mengalami kenaikan 0,22-4,22 m. Wilayah Jakarta Pusat Senin, tanah Abang dan Senayan 0,3-2,78 m. Jakarta Barat Kapuk, Jelambar dan Kebon Jeruk 0,09-5,9 m. Wilayah Jakarta Selatan meliputi Tebet, Kebayoran Baru dan Pasar Minggu 0,3-259 m. 2. Wilayah bagian timur terjadi penurunan kedudukan muka air tanah meliputi wilayah Jakarta Utara meliputi Sunter, Walang dan Cilincing (0,15-1,11 m). Jakarta Timur meliputi Jatinegara, Pulogadung Cakung dan Duren Sawit (0,043,54m). Untuk wilayah Bekasi meliputi Tambun, Pejuang, Medan Satria dan Teluk Pucung (0.03-2,05 m). 3. Untuk wilayah perbukitan bergelombang terjadi kenaikan kedudukan muka air tanah meliputi wilayah Ciracas dan Jagakarsa 0,21 m, sedangkan di wilayah Pondok Cina dan Cimanggis mengalami kenaikan antara 2,2m - 4,40 m
48
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter fisik dan kimia yang dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi sifat air adalah DHL, TDS dan Cl-. Parameter fisik yang digunakan untuk klasifikasi sifat air pada penelitian ini adalah data DHL saja, meskipun kedua parameter lainnya seperti TDS dan Cl- juga tersedia, namun keberadaan data tersebut tidak selengkap DHL. Meskipun demikian keduanya dapat digunakan untuk memprediksi data DHL hilang atau kosong, karena data-base hilang atau rusak sebagai akibat dari kesalahan manusia. Hubungan
antara variabel DHL dengan variabel TDS atau Cl-, secara
kimiawi sangat berkaitan dengan ion-ion yang terkandung dalam air. Adanya ionion yang dalam air menyebabkan air bersifat sebagai larutan elektrolit. Semakin besar kandungan ion Cl- atau total garam terlarut (TDS), semakin besar pula daya hantar listrik (DHL) air. Hubungan kedua variabel tersebut secara matematis dapat dinyatakan sebagai hubungan regresi, dimana DHL sebagai variabel tak bebas sedangkan Cl- atau TDS sebagai variabel bebas. Hasil analisis regresi terhadap kedua variabel tersebut seperti ditunjukkan pada Tabel 8, dinyatakan sebagai hubungan linier, dengan koefisien regresi sebesar 0,88 (DHL dengan CL-) dan 0,99 (DHL dengan TDS). Hubungan kedua variabel tersebut, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan (DGTL 1994) di wilayah Bekasi, Karawang dan sekitarnya. Peningkatan kadar Cl- dalam air tanah selalu diikuti dengan peningkatan DHL. Contoh terhadap sampel air tanah di Stasiun 54 dan 55, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kadar Cl- dengan DHL, dimana kadar Cl- di Stasiun 54 dan 55 sebesar 628 mg/lt dan 2593 mg/lt diikuti dengan peningkatan DHL dalam air tanah sebesar 3780 µmhos/cm dan 8120 µmhos/cm.
49
7000 y = 3,5274x + 423,14 R² = 0,89
6000
DHL (mmhos/cm
5000 4000 3000 2000 1000 0 0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
Cl- (ppm)
DHL (mmhos/cm)
Gambar 12. Hubungan regresi antara DHL dengan Cl- pada sistem akuifer tak tertekan di cekungan air tanah Jakarta
18000 y = 1,864 X + 132,9 R² = 0,99
16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
TDS (ppm)
Gambar 13. Hubungan regresi antara DHL dengan TDS pada sistem akuifer taktertekan cekungan air tanah Jakarta
Tabel 8. Hasil analisis regresi antara DHL dengan Cl- dan DHL dengan TDS pada sistem akuifer taktertekan cekungan air tanah Jakarta Variabel DHL dengan ClDHL dengan TDS
Regresi Y = 3,53 X + 423,1 Y = 1,86 X + 132,9
50
R2 0,88 0,99
Indikator Intrusi Indikator intrusi air asin pada sistem akuifer taktertekan Jakarta dilakukan dengan
menggunakan parameter DHL pada konsentrasi
1500-5000 µmhos/cm
(DGTL dan PAM). Hasil pengamatan terhadap DHL di ketiga zona transeksi pada tahun 2010 menunjukkan adanya perubahan gradasi semakin rendah mulai pantai sampai ke arah daratan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9, Tabel 10 dan Tabel 11. DHL air tanah pada zona transeksi I pada jarak 4 km dari pantai adalah 7037 µmhos/cm sedangkan semakin ke arah daratan hingga mencapai jarak 6,9 km, konsentrasi DHL turun menjadi 984 µmhos/cm, di zona transeksi II pada jarak 2,9 km adalah 6610 µmhos/cm, semakin
ke arah daratan adalah 894 µmhos/cm
sedangkan pada zona transeksi III adalah 8569 µmhos/cm, semakin ke arah daratan yaitu pada jarak 11 km adalah 960 µmhos/cm. Analisis data DHL pada periode 1995-2010 menunjukkan adanya pola yang sama yaitu semakin mendekati pantai konsentrasi DHL semakin tinggi dan semakin ke arah daratan semakin mengecil (Gambar 14). Atas fakta tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perubahan salinitas terjadi karena adanya pengaruh air asin yang berasal dari laut, meskipun ada juga peneliti yang berpendapat bahwa perubahan salinitas air tanah pada sistem akuifer Jakarta terjadi karena connate water. Peneliti
yang berpendapat bahwa
karena connate water adalah
perubahan salinitas air tanah terjadi
Hobler dan Soefner (1985), Soenarto dan Wijaya
(1985). Menurut pendapat mereka perubahan salinitas air tanah Jakarta terjadi karena adanya proses yang disebut ion exchange atau pertukaran ion pada formasi lempung laut. Kesimpulan tersebut didasarkan atas hasil analisa hidrokimia TDS dari sampling air tanah yang dilakukan mulai dari wilayah Depok sampai Kota. Air tanah dengan kadar salinitas lebih dari 5000 µmhos/cm, terjadi mulai dari pantai ke arah daratan terjadi di wilayah daratan pada jarak lebih dari 5 km. Hobler dan Soefner menyimpulkan bahwa peningkatan salinitas tersebut terjadi karena connate water yang berasal dari sedimen laut tersier.
51
Tabel 9
Perubahan DHL air tanah pada zona transeksi I tahun 2010 (koordinat pantai 695000, 9325000) Koordinat Data DHL
No
1 2 3 4 5 Tanda
X
Y
693474 696829 694273 693845 693538
9320999 9320959 9319770 9318604 9318078
Koordinat Data DHL X
1 2 3 4 5 6
710985 710980 705871 707127 707093 707205
7037 6232 1550 1150 984
Y
Jarak sampel (km) kisaran thd zona dari transeksi II pantai
9321600 9321597 9319459 9317892 9316581 9316546
-5.0 -5.0 0.1 -1.1 -1.1 -1.2
2.9 2.9 5.0 6.6 7.9 8.0
DHL µmhos/cm
6610 1953 1540 1060 1353 894
– bergeser ke kanan dari zone transeksi + bergeser ke kiri dari zone transeksi
Tabel 11
Perubahan DHL air tanah pada zona transeksi III tahun 2010 (koordinat pantai 713500, 9326900) Koordinat Data DHL
1 2 3 4 5 6 7
4.0 4.0 5.2 6.4 6.9
Perubahan DHL air tanah pada zona transeksi II tahun 2010 (koordinat pantai 706000, 9325000)
No
No
1.5 -1.8 0.7 1.2 1.5
DHL µmhos/cm
– bergeser ke kanan dari zone transeksi + bergeser ke kiri dari zone transeksi
Tabel 10
Tanda
Jarak sampel DHL (km) kisaran thd zona dari transeksi I pantai
X
Y
712292 710985 713667 712760 710426 713383 714039
9322043 9321600 9320870 9320521 9319836 9318890 9315198
Jarak sampel (km) kisaran thd zona Dari Transeksi III pantai
1.2 2.5 -0.2 0.7 3.1 0.1 -0.5
Tanda – bergeser ke kanan dari zone transeksi + bergeser ke kiri dari zone transeksi
52
4.9 5.3 6.0 6.4 7.1 8.0 11.7
DHL µmhos/cm
8569 6610 4356 6430 5986 1510 960
Konsentrasi DHL (mmhos/cm)
14000 12000
DHL Trans-1
10000 DHL Trans-2
8000 6000
DHL Trans-3
4000 Batas payau 1500 mmhos/cm
2000 0 0
5000
10000 15000 Jarak dari pantai (meter)
20000
Gambar 14. Grafik DHL air tanah pada akuifer taktertekan dengan jarak dari pantai periode 1995-2010 Soenarto dan Wijaya (1985) dengan menggunakan anggapan bahwa sistem akuifer Jakarta adalah akuifer preatik yang berhubungan langsung dengan Laut Jawa, memberikan kesimpulan pada hasil penelitiannya bahwa perubahan salinitas yang tinggi pada air tanah yang diambil dari sistem akuifer artesis terjadi karena connate water. Berdasarkan fakta-fakta yang
diperoleh dari hasil penelitian ini, untuk
menyebut bahwa perubahan salinitas
karena connate water sebetulnya kurang
didukung fakta yang kuat. Jika perubahan salinitas tersebut terjadi karena proses pertukaran ion-ion yang berasal dari garam-garam yang terjebak dalam lempung laut, maka pola gradasi DHL akan berbeda dengan hasil penelitian ini. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Pola gradasi salinitas mengikuti struktur hidrogeologi dari jebakan lempung laut. Fakta dilapangan tidak mengarah pada pola tersebut.
2.
Konsentrasi salinitas air tanah di titik yang sama, semakin lama akan semakin menurun, hal ini terjadi karena proses pengenceran oleh aliran air tanah yang
berlangsung secara terus menerus.
Fakta yang ada tidak
menunjukkan hal semacam itu. Hasil analisis data salinitas air tanah pada sistem akuifer taktertekan periode 1995-2010, semakin memperkuat kesimpulan peneliti sebelumnya bahwa perubahan salinitas air tanah pada sistem akuifer taktertekan cekungan air tanah Jakarta terjadi karena adanya intrusi air asin.
53
Laju Intrusi Air Asin Analisis terhadap jarak dari pantai batas intrusi air asin dilakukan menggunakan parameter DHL pada konsentrasi 1500 µmhos/cm. Hasil analisis DHL di ketiga zone transeksi
pada tahun 1982 dan pada periode 1995-2010
menunjukkan adanya perubahan jarak dari pantai batas intrusi air asin, bahwa semakin lama semakin bergeser ke arah daratan (Tabel 12, Tabel 13 dan Tabel 14). Jarak dari pantai batas intrusi air asin pada zone transeksi III selalu menunjukkan jarak
yang paling jauh jika dibandingkan dengan di zone transeksi I maupun di
zone transeksi II. Jarak dari pantai batas intrusi air asin di zone transeksi I pada tahun 1982 adalah 2 km, sedangkan pada tahun 2010 berubah menjadi 5,2 km, pada zona transeksi II dari 3 km menjadi 4,85 km, sedangkan pada zona transeksi III dari 4,8 km menjadi 8 km. Analisis terhadap perkembangan jarak dari pantai batas intrusi air asin selama 28 tahun maka laju intrusi air asin pada zona transeksi I adalah 0,1 km/tahun, pada zona transeksi II adalah 0,06 km/tahun dan pada zona transeksi III adalah 0,11 km/tahun. Kecepatan laju intrusi air asin di ketiga zone transeksi tidak sama, dimana zone transeksi III mempunyai laju intrusi air asin paling cepat jika dibandingkan dengan kedua zone transeksi lainnya. Ketiga zone transeksi ditinjau secara hidrogeologi, berada dalam sistem sama dimana: 1. Ditinjau dari sistem akuifer, ketiga zona transeksi merupakan sistem akuifer tak tertekan. 2. Merupakan wilayah zona akuifer produktif dengan aliran air tanah antar butir. 3. Sifat batuan penyusun sama yaitu batuan kuarter aluvial, terdiri dari bongkahan, kerikil, pasir, lanau dan lempung. 4. Wilayah dengan kemiringan lereng relatif sama, antara 0% - 0,5% atau datar.
54
Tabel 12.
Tahun *)1982 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2003 2004 2009 2010
Perkembangan jarak dari pantai batas intrusi air asin pada zona transeksi I tahun 1982-2010 (koordinat pantai 695000, 9325000) Koordinat batas intrusi air asin X Y 695000 9323000 694350 9321500 695420 9321377 695945 9321158 694125 9321347 694018 9320760 693977 9320688 695820 9321880 694280 9320569 695521 9320150 694273 9319770
Jarak dari pantai (km) zona transeksi 0.0 0.7 -0.4 -0.9 0.9 1.0 1.0 -0.8 0.7 -0.5 0.7
batas intrusi 2.0 3.5 3.6 3.8 3.7 4.2 4.3 3.1 4.4 4.9 5.2
DHL µmhos/cm 1500 1570 1532 1570 1565 1598 1500 1537 1568 1565 1550
X dan Y adalah koordinat UTM *) dari Peta sebaran zona air tanah payau/asin tahun 1982 (DGTL, 1982)
Tabel 13.
Tahun *)1982 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2003 2004 2009 2010
Perkembangan jarak batas intrusi air asin pada zona transeksi II tahun 1982-2010 (koordinat pantai 706000, 9324500) Koordinat batas intrusi air asin X Y 706000 9321500 706420 9321400 706730 9321250 705170 9321188 705573 9321035 706530 9319670 705348 9320090 706610 9320000 705168 9319660 706265 9319600 705871 9319650
Jarak dari pantai (Km) batas intrusi zona transeksi 0.0 3.00 -0.4 3.10 -0.7 3.25 0.8 3.31 0.4 3.47 -0.5 4.83 0.7 4.41 -0.6 4.50 0.8 4.84 -0.3 4.90 0.1 4.85
X dan Y adalah koordinat UTM *) dari Peta sebaran zona air tanah payau/asin tahun 1982 (DGTL, 1982)
55
DHL µmhos/cm 1500 1530 1558 1572 1546 1533 1580 1564 1525 1580 1540
Tabel 14.
Perkembangan jarak batas intrusi air asin pada zona transeksi III tahun 1982-2010 (koordinat pantai 713500, 9326900) Koordinat B Intrusi X Y 713500 9322100 712858 9321975 713156 9321975 714342 9321800 714250 9321888 713080 9322250 712518 9321500 714321 9320390 714250 9319360 713383 9318890
Tahun *)1982 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2003 2004 2009 2010
Jarak dari pantai (Km) zona transeksi batas intrusi 0.0 4.8 0.6 4.9 0.3 4.9 -0.8 5.1 -0.8 5.0 0.4 4.7 1.0 5.4 -0.8 6.5 -0.8 7.5 0.1 8.0
DHL µmhos/cm 1500 1578 1529 1535 1570 1534 1577 1495 1550 1510
X dan Y adalah koordinat UTM *) dari Peta sebaran zona air tanah payau/asin tahun 1982 (DGTL, 1982)
Ketiga wilayah zone transeksi berada dalam sistem dengan formasi geologi yang sama kondisi ini seharusnya tidak menjadi penyebab dari perbedaan jarak terhadap pantai batas intrusi air asin di ketiga wilayah. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam sistem akuifer berbatasan dengan pantai, aliran air tanah
tawar dan aliran air tanah asin berada dalam kesetimbangan hidrostatis.
Perubahan
lapisan interface dapat terjadi ketika kesetimbangan hidrostatis dari
aliran air tanah tawar dan aliran air tanah asin berkurang atau bertambah karena pemakaian air atau mendapat masukan air hujan atau sumber lainnya yang masuk kedalam sistem akuifer. Jika mengacu pada pendapat Essaid (1990) bahwa perubahan interface terjadi karena adanya perubahan tekanan hidrostatis maka terjadinya perbedaan jarak dari pantai batas intrusi air asin yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatis di ketiga wilayah zone transeksi. Jika pada zone transeksi III terjadi pergeseran jarak yang paling jauh, maka tekanan hidrostatis pada wilayah ini merupakan yang paling kecil jika dibandingkan dengan kedua zone transeksi lainnya. Jika ditinjau dari jumlah penduduk, maka terdapat perbedaan dalam hal jumlah penduduk di ketiga wilayah zone transeksi. Jumlah penduduk yang berada di wilayah zone transeksi III atau mewakili wilayah timur adalah
2,6 juta jiwa, di
zone transeksi I mewakili wilayah barat, adalah 1,6 juta jiwa sedangkan pada zone II,mewakili wilayah pusat atau tengah adalah 0,9 juta jiwa. Jika ditinjau dari sisi
56
industri maka terdapat perbedaan dalam jenis industri dan bidang usahanya. Industri yang berada di wilayah timur ini pada umumnya industri besar, tersebar secara meluas luas mulai dari kawasan Tanjung Priok, Cilincing, Marunda, Cakung, Rorotan dan Pulo Gadung. Jenis dan jumlah industri di wilayah Jakarta dan Jakarta Barat tidak sebesar dan seluas yang ada di wilayah Jakarta Timur. Adanya perbedaan dalam hal jumlah penduduk dan industri antara wilayah timur dengan wilayah pusat dan barat ini berkaitan dengan jumlah pemakaian air tanah yang lebih besar berada di wilayah timur sehingga tekanan hidrostatis di wilayah ini merupakan yang paling kecil. Itulah sebabnya mengapa laju intrusi air asin pada zone transeksi III terjadi secara lebih cepat jika dibandingkan dengan zone transeksi I dan zone transeksi II. Secara umum dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil evaluasi terhadap salinitas air tanah pada sistem akuifer tak tertekan cekungan air tanah Jakarta sampai dengan tahun 2010, bahwa pada sistem akuifer tak tertekan tersebut telah terjadi intrusi air asin yang semakin lama semakin memasuki sistem akuifer Jakarta yang dipicu oleh penggunaan air tanah yang besar. Wilayah Jakarta Timur merupakan wilayah yang mengalami laju intrusi air asin paling cepat, kemudian disusul oleh wilayah barat dan tengah atau pusat.
Pengaruh Tinggi Muka Air Tawar Terhadap Intrusi Hubungan regresi antara variabel jarak dari pantai batas intrusi air asin dengan variabel jarak dari pantai muka air tanah tawar pada elevasi 0 m dpal (freshwater heads) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15, menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan signifikan dari kedua variabel. Berdasarkan hubungan tersebut dapat dinyatakan bahwa, semakin dekat jarak dari pantai muka air tanah tawar pada elevasi 0 m maka akan semakin dekat juga jarak dari pantai batas intrusi air asin dan semakin jauh jarak dari pantai muka air tanah tawar pada elevasi 0 m, akan semakin jauh pula jarak dari pantai batas intrusi air. Variabel jarak dari pantai muka air tanah pada elevasi 0 m ini menggambarkan besar kecilnya tekanan air tanah tawar (debit) atau aliran air tanah tawar pada sistem akuifer. Semakin dekat jarak dari pantai muka air tanah pada elevasi 0 m menunjukkan adanya aliran air tanah yang besar dengan tekanan yang
57
besar
sedan makin jauh jarak dari pantai muka air tanah tawar pada elevasi 0 m
maka semakin kecil pula aliran air tanah dengan tekanan yang juga semakin kecil dalam sistem akuifer tersebut. Hubungan kedua variabel antara jarak muka air tanah tawar pada elevasi 0 m dan jarak
dari pantai batas intrusi air asin ini menyiratkan
akan
pentingnya
mempertahankan tinggi tekan air tanah tawar untuk menjaga agar jarak dari pantai batas intrusi air asin tidak semakin ke arah sistem akuifer daratan. Untuk dapat mempertahankan tinggi tekan air tanah tawar dapat dilakukan dengan melakukan pembatasan
penggunaan
air
tanah dan mempertahankan atau
meningkatkan
resapan air hujan. Aplikasi dari rumus regresi seperti yang dinyatakan pada Gambar 15, dapat digunakan untuk prediksi jarak dari pantai batas intrusi air asin yang didasarkan atas jarak dari pantai muka air tanah tawar pada elevasi 0 m. Jika jarak dari pantai muka air tanah tawar pada elevasi 0 m diketahui, maka jarak dari pantai batas intrusi air asin dapat dihitung. Aplikasi dari rumus ini sangat penting mengingat struktur lapisan akuifer air tanah Jakarta yang relatif datar, sehingga sangat memungkinkan terjadinya intrusi air asin yang semakin jau ke arah daratan. Jarak
dari pantai batas intrusi terjauh yang paling memungkinkan pada
sistem akuifer Jakarta adalah di wilayah Pasar Minggu. Hasil analisis ini didasarkan atas struktur lapisan akuifer datar jika dilihat dari
Potongan Melintang Sistem
Akuifer Jakarta. Jarak batas intrusi air asin dapat bergeser sampai ke wilayah Pasar Minggu sejauh 25 km. Jarak sejauh ini diperoleh dengan cara menarik garis sama dengan muka air laut memotong dasar akuifer di wilayah Pasar Minggu sampai sejauh sejauh 25 km. Jarak batas intrusi air asin sejauh 25 km tersebut merupakan jarak terjauh yang paling memungkinkan di wilayah Jakarta. Berdasarkan rumus regresi dalam Gambar 15 maka jika jarak dari pantai batas intrusi air asin sejauh 25 km, maka hal tersebut dapat terjadi jika jarak dari pantai muka air tanah tawar (fresh water head) pada level 0 m, bergeser sejauh 26,9 km dari pantai. Kondisi jarak terhadap pantai batas intrusi air asin secara ekstrim ini akan terjadi jika
tidak dilakukan pembatasan penggunaan air tanah dan semakin
berkurangnya wilayah resapan air hujan.
58
9 Jarak dari pantai batas intrusi air asin (km)
8 y = 0,9584 x - 0,8281 R² = 0,9592
7 6 5 4 3 2 1 0 0
2
4
6
8
10
Jarak dari pantai muka air tanah tawar pada elevasi 0 m (km)
Gambar 15.
Hubungan regresi antara variabel jarak dari pantai batas intrusi air asin dengan variabel jarak dari pantai muka air tanah pada elevasi 0 m periode 1995-2010 (sumber: Lampiran 22)
Resapan Air Tanah Resapan air tanah tahunan
pada sistem akuifer Jakarta menurut DGTL
(1982) berasal hujan yang jatuh di wilayah tangkapan dan aliran air tanah yang berasal
dari wilayah selatan. Untuk perhitungan imbuhan air tanah di wilayah
tangkapan hujan dilakukan dengan menggunakan data fluktuasi muka air tanah. Fluktuasi air tanah di wilayah penelitian berada pada kisaran 0,15 – 4,5 m/tahun. Fluktuasi muka air tanah yang berasal dari Peta Fluktuasi Air Tanah tersebut kemudian di plot kedalam wilayah model untuk digunakan dalam menghitung besarnya imbuhan air tanah. Berdasarkan hasil analisis terhadap Peta fluktuasi air tanah maka jumlah imbuhan air tanah tahunan untuk seluruh wilayah pemodelan adalah 33,93 m3/dt atau 1.070 x 109 m3/th (hasil hitungan lengkap pada Lampiran 21). Untuk menghitung tambahan aliran yang berasal dari wilayah selatan seperti yang dinyatakan dalam BG-PLG, 2009
yaitu sebesar 15 x106 m3/th atau 0,48
m3/dt. Tambahan air tanah ini memasuki sistem akuifer tak tertekan dan tertekan, dengan jumlah perbandingan sesuai dengan tebal lapisan akuifernya yaitu 1,9 : 3,9 (Herlambang, 1990). Dengan dasar atas perbandingan tebal lapisan akuifer
59
tersebut maka tambahan air tanah untuk sistem akuifer tak tertekan adalah 0,16 m3/dt, sedangkan untuk sistem akuifer tertekan sebesar 0,32 m3/dt. Jika jumlah imbuhan air tanah tersebut dihitung secara keseluruhan yaitu dengan mempertimbangkan jumlah imbuhan air tanah dari wilayah tangkapan hujan dan imbuhan dari wilayah selatan maka imbuhan air tanah tahunan tersebut adalah 1,074 x 109 m3/th atau 34,07 m3/dt. Imbuhan air tanah sebesar 34,07 m3/dt dinyatakan sebagai imbuhan alami yang digunakan sebagai input imbuhan pada model simulasi (hasil hitungan Lampiran 21). Untuk keperluan mengontrol intrusi air asin dimasa depan perlu dilakukan peningkatan resapan air hujan dengan memanfaatkan potensi air hujan yang masih memungkin untuk dapat ditambahkan sebagai resapan tambahan. Besarnya resapan tambahan yang masih memungkinkan untuk
dapat ditambahkan ini
dirancang dengan menggunakan sumur resapan. Dasar penetapan pembuatan sumur resapan di wilayah penelitian ini adalah Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta, Nomor 68/2005. Dalam SK Gubernur setiap penanggung jawab bangunan baik perorangan maupun badan hukum
wajib memiliki
sumur resapan.
Dalam
penjelasan menganai SK Gubernur tersebut bahwa setiap 1 m2 dari lahan yang ditutup oleh bangunan maka masyarakat atau pengelola kepentingan diwajibkan menyediakan sumur resapan dengan volume 40 liter. Atas dasar penjelasan tersebut maka dihitung potensi ruang tampung yang akan tersedia jika peraturan tersebut telah diterapkan secara menyeluruh (100 %) oleh penduduk. Diseluruh wilayah penelitian jumlah luas pemukiman dan area untuk gedung mencapai 1.558 km2 atau 1.558.923.631,95 m2. Jika 50 % dari luas area tersebut digunakan untuk bangunan, dan menggunakan dasar setiap 1 m2 harus disediakan 40 lt sumur resapan maka diseluruh wilayah akan ada ruang tampung sumur resapan dengan volume total 31.178.427,64 m3. Sumur resapan tersebut akan terisi penuh jika di wilayah tersebut turun hujan secara merata dengan intensitas sebesar 60 mm/hari (--------, 2009). Jika di seluruh wilayah penelitian terjadi hujan dengan intensitas merata sebesar 60 mm/hari maka jumlah air hujan yang dapat ditampung dalam sumur resapan adalah 31.178.427,6 m3. Jika dalam 1 tahun terjadi hujan merata dengan intensitas 60 mm/hari dan terjadi sebanyak 4 kali (seperti pada kejadian tahun 2002, 2003 dan 2007) maka volume air hujan yang dapat tertampung dalam sumur resapan
60
dan diresapkan kedalam tanah adalah 124.713.890,6 m3/tahun atau 3,95 m3/dt (perhitungan resapan secara lengkap pada Lampiran 21). Jumlah curah hujan tahunan yang dapat diresapkan melalui sumur resapan sebesar 3,95 m3/dt tersebut kemudian digunakan sebagai tambahan resapan/imbuhan dan menjadi
tambahan
untuk
input resapan
dalam model SHARP
untuk
mengontrol atau memperlambat laju intrusi air asin pada kejadian tahun
2025.
Running model SHARP untuk mengetahui pengaruh dari tambahan resapan air hujan terhadap jarak dari pantai batas intrusi air asin.
Pengaruh tambahan resapan
tersebut dirancang dengan perencanaan mulai dari (1) tanpa ada tambahan resapan (atau 0%), (2) dengan tambahan resapan sebesar 25 % dari 3,95 m3/dt, (3) dengan tambahan resapan sebesar 50 % dari 3,95 m3/dt, (4) dengan tambahan resapan sebesar 75 % dari 3,95 m3/dt atau (5) dengan tambahan resapan sebesar 100% atau sebesar 3,95 m3/dt.
Prediksi Penggunaan Air Tanah Penggunaan air tanah di Jakarta dihitung berdasarkan jumlah pemakaian tanah oleh penduduk
dan untuk kepentingan komersial. Untuk mengetahui
penggunaan air sampai dengan tahun 2025 dalam rangka untuk
mengetahui
perkiraan jarak dari pantai batas intrusi air asin pada tahun tersebut maka akan dihitung jumlah pemakaian
oleh penduduk dan penggunaan secara komersial.
Pertumbuhan jumlah penduduk dihitung dengan menggunakan tren perkembangan
Prosentase Pertumbuhan (%)
penduduk seperti yang dapat di lihat pada Gambar 16.
100 80 60
Y = 66.467 X - 2,90 R² = 0,848
40 20 0 0
10 20 30 40 50 Tahun ke 10 (pertumbuhan pada tahun 1971) (Tahun)
60
Gambar 16. Grafik tren perkembangan penduduk Jakarta sejak tahun 1971-2011
61
Tabel 15.
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Kebutuhan Air Tanah
Tahun 2011(*) 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Proyeksi sejak 1971 0,78 0,73 0,69 0,66 0,62 0,59 0,56 0,53 0,50 0,48 0,46 0,44 0,42 0,40 0,38
Jumlah Penduduk 8.525.243 8.587.770 8.647.303 8.704.023 8.758.101 8.809.691 8.858.940 8.905.985 8.950.950 8.993.955 9.035.108 9.074.513 9.112.265 9.148.453 9.183.161
Kebutuhan air tanah m3/dt 7,447 7,502 7,554 7,603 7,651 7,696 7,739 7,780 7,819 7,857 7,893 7,927 7,960 7,992 8,022
(*) BPS DKI Jakarta (2011)
Pada tren
perkembangan
penduduk tersebut,
Y adalah besarnya
pertumbuhan penduduk sedangkan X adalah jumlah tahun yang dihitung sejak tahun 1971. Atas dasar rumus tren perkembangan tersebut maka perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2025 adalah sebesar 9.183.161 jiwa (Tabel 15). Jika standar kebutuhan air kota metropolitan adalah 150 liter/orang/hari (Dirjen Cipta Karya PU) dan 54 % dari total kebutuhan air telah dipenuhi oleh PDAM dan jumlah pemakaian air secara komersiil diperkirakan pada tahun 2025 sebesar 21.703.597 m3/tahun, maka kebutuhan air tanah pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 252.981.515 m3/tahun atau 8,02 m3/dt. Jika pemakaian air tanah pada tahun 2009 sebesar 233.648.383 m3/tahun atau 7,4 m3/dt dan pada tahun 2025 sebesar 252.981.515 m3/tahun atau 8,02 m3/dt maka telah terjadi peningkatan kebutuhan air tanah sebesar 8,27 %. Jika pada tahun 1982 jumlah pengambilan air tanah di Jakarta sebesar 2,4 m3/dt dan pada tahun 2025 sebesar 8,02 m3/dt, maka akan terjadi peningkatan sebanyak 234 % atau 2,3 kali.
62
Hasil Kalibrasi dan Validasi Data Uji korelasi antara variabel tinggi muka air tanah tawar (freshwater head) yang berasal dari data terukur (2009) dan data terhitung (freshwater head hasil simulasi) dilakukan di ketiga zona transeksi.
Hasil uji korelasi terhadap kedua
variabel menunjukkan adanya tingkat korelasi di ketiga zona transeksi dengan koefisien korelasi sebesar 0.998, 0.996 dan 0,999 dan dengan tingkat signifikan sebesar 0,00; 0,00 dan 0,00 (Tabel 16). Untuk menunjukkan tingkat signifikasi dari hubungan tersebut maka kedua variabel tersebut diplot kedalam Grafik seperti terlihat pada Gambar 17, dimana pola dan arah kemiringan dari kedua variabel tersebut adalah mirip, dan terjadi di ketiga zona transeksi. Jika sebuah model memiliki tingkat koherensi atau kemiripan yang kuat, maka model tersebut merupakan sebuah model yang dapat digunakan sebagai model untuk memprediksi (Refsgaard, 2000). Berdasarkan hasil uji tersebut maka model yang dibangun dapat digunakan untuk
memprediksi suatu kejadian
mendatang. Aplikasi model untuk
yang didasarkan
atas kejadian
di masa
perencanaan dimasa mendatang, dilakukan
dengan memberikan input dari kejadian di masa mendatang yang terdiri dari : (1) pemompaan atau penggunaan air tanah hasil prediksi pada tahun 2025 dan (2) Perencanaan
atau
memanfaatkan
peningkatan
potensi air hujan
tambahan
resapan
atau
imbuhan
yang diresapkan melalui sumur
dengan
resapan
wilayah penelitian.
Tabel 16.
Hasil uji korelasi antara variabel tinggi muka air tawar antara data terukur dengan data hasil simulasi
Korelasi Pearson Data terukur Data terhitung (Model)
Zona transeksi-I Koef Korelasi
Sig
0,998
0,00
Zona transeksi-II Koef Sig Korelasi 0,999
63
0,00
Zona transeksi-III Koef Sig Korelasi 0,996
0,00
di
Gambar 17.
Grafik tinggi muka air tanah di tiga zona transeksi I-III antara data terukur dengan hasil simulasi
64
Pengaruh Penambahan Resapan Terhadap Intrusi Air Asin Running model dengan menggunakan input pemompaan/penggunaan air tanah sebesar
7,4 m3/dt
dan imbuhan alami
sebesar 34,07 m3/dt (2009)
menghasilkan jarak dari pantai batas intrusi air asin pada zone transeksi I sejauh 4,5 km, zone transeksi II sejauh 4,5 km dan pada zone transeksi III sejauh 7,5 km. Data terukur dan data hitung (melalui simulasi) dari kejadian tahun 2009 tersebut telah diuji menggunakan korelasi dan grafis, menghasilkan tingkat koherensi/ kemiripan yang kuat dan signifikan. Model yang dihasilkan dan uji yang dilakukan antara data terukur dan data hitung menyebabkan model tersebut menjadi layak dan dapat digunakan sebagai model prediksi. Jika suatu input dari kejadian di masa mendatang dimasukkan sebagai input model, maka akan menghasilkan data prediksi berdasarkan input tersebut. Aplikasi dari model tersebut dengan menggunakan
input pemakaian air
3
tanah sebesar 8,02 m /dt (2025) dan input imbuhan alami sebesar 34,07 m3/dt menghasilkan output sebagai berikut: jarak dari pantai batas intrusi air asin di zona transeksi I sejauh 9 km, zona transeksi II sejauh 9 km dan zona transeksi III sejauh 13,5 km (output model dalam Lampiran 25). Peningkatan penggunaan air tanah dari jumlah pemompaan/pengambilan air tanah sebesar 7,4 m3/dt menjadi 8,02 m3/dt telah menyebabkan terjadinya perubahan jarak dari pantai batas intrusi air asin semakin ke arah daratan. Dengan menggunakan model yang sama
namun
dilakukan
perubahan
input dengan
tambahan resapan mengahasilkan output jarak dari pantai batas intrusi air asin secara lebih terkontrol. Pengaruh tambahan resapan terhadap jarak dari pantai batas intrusi air asin adalah sebagai berikut (Tabel 17-19): 1.
Jika di wilayah penelitian dilakukan pembangunan sumur resapan mencapai 25 % sehingga volume sumur resapan secara total mencapai 7.794.618 m3. Ini akan menyebabkan ada tambahan resapan sebesar 0,99 m3/dt. Jika ini dilakukan maka pada tahun 2025, akan dapat mengontrol intrusi air asin di zone transeksi I sejauh 0 km, zone transeksi II sejauh 1,5 km dan zone transeksi III sejauh 1,5 km, dibandingkan dengan tanpa adanya penambahan resapan.
2.
Jika
diwilayah penelitian
pembangunan
sumur resapan mencapai
50 %
sehingga volume sumur resapan secara total mencapai 15.589.236 m3. Ini akan
65
menyebabkan ada tambahan resapan sebesar 1,98 m3/dt. Jika hal ini terjadi maka pada tahun 2025, akan dapat mengontrol intrusi air asin di zone transeksi I sejauh 1,5 km, zone transeksi II sejauh 1,5 km dan zone transeksi III sejauh 3 km, dibandingkan dengan tanpa adanya penambahan resapan. 3.
Jika diwilayah penelitian dilakukan pembangunan sumur resapan mencapai 75 %, sehingga volume sumur resapan secara total mencapai 23.383.854 m3, maka akan menyebabkan ada tambahan resapan sebesar 2,96 m3/dt. Jika hal ini terjadi maka pada tahun 2025, akan dapat mengontrol intrusi air asin di zone transeksi I sejauh 1,5 km, zone transeksi II sejauh 3 km dan di zone transeksi III sejauh 3,5 km, dibandingkan dengan tanpa adanya penambahan resapan.
4.
Jika dalam wilayah penelitian dilakukan pembangunan sumur resapan hingga mencapai 100 % sehingga
volume sumur resapan secara total
mencapai
31.178.472 m3, maka akan menyebabkan terjadinya tambahan resapan sebesar 3,95 m3/dt. Jika hal tersebut dilakukan maka pada tahun 2025, akan dapat mengontrol intrusi air asin di zone transeksi I sejauh 1,5 km, zone transeksi II sejauh 3 km dan di zone transeksi III sejauh 4,5 km, dibandingkan dengan tanpa adanya penambahan resapan.
Peningkatan resapan air hujan di wilayah penelitian menyebabkan terjadinya tambahan aliran air tanah, sehingga tekanan hidrostatis di wilayah daratan meningkat. Peningkatan resapan sebesar 0,99 m3/dt dengan volume sumur resapan secara total mencapai 7.794.618 m3 (target 25 %) mampu mengontrol laju intrusi di zone transeksi II dan III sejauh 1,5 km.
Pengaruh yang paling nyata dalam
mengontrol laju intrusi air asin adalah ketika pembangunan sumur resapan mencapai 50 % dengan volume sumur resapan secara total mencapai 15.589.236 m3, sehingga akan ada tambahan resapan sebesar 1,98 m3/dt. Penambahan resapan tersebut dapat mengontrol laju intrusi air asin di ketiga zone transeksi dengan kisaran antara 1,5-3 km.
66
Tabel 17
Tahun 2009 2025 2025 2025 2025 2025
Tabel 18
Tahun 2009 2025 2025 2025 2025 2025
Tabel 19
Tahun 2009 2025 2025 2025 2025 2025
Pengaruh tambahan resapan terhadap jarak dari pantai batas intrusi air asin pada zona transeksi I (koordinat pantai 695000, 9325000) Tambahan resapan m3/dt 0 (0%) 0,99 (25 %) 1,98 (50 %) 2,96 (75 %) 3,95 (100 %)
Batas intrusi X Y 695000 9320500 695000 9316000 695000 9316000 695000 9317500 695000 9317500 695000 9317500
Jarak (km) Kisaran Intrusi 0.0 4,5 0.0 9,0 0.0 9,0 0.0 7,5 0.0 7,5 0.0 7,5
Kontrol 0 0 1,5 1,5 1,5
Pengaruh tambahan resapan terhadap jarak dari pantai batas intrusi air asin pada zona transeksi II (koordinat pantai 706000, 9324500) Tambahan resapan m3/dt 0 (0%) 0,99 (25 %) 1,98 (50 %) 2,96 (75 %) 3,95 (100 %)
Batas intrusi X Y 706000 9320000 706000 9315500 706000 9317000 706000 9317000 706000 9318500 706000 9318500
Jarak (km) Kisaran Intrusi 0.0 4,5 0.0 9,0 0.0 7.5 0.0 7,5 0.0 6.0 0.0 6.0
Kontrol 0 1,5 1,5 3,0 3,0
Pengaruh tambahan resapan terhadap jarak dari pantai batas intrusi air asin pada zona transeksi III (koordinat pantai 713500, 9326900) Tambahan resapan m3/dt 0 (0%) 0,99 (25 %) 1,98 (50 %) 2,96 (75 %) 3,95 (100 %)
Batas intrusi X Y 713500 9319400 713500 9313400 713500 9314900 713500 9316400 713500 9316900 713500 9317900
Kisaran 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Jarak (km) Intrusi 7.5 13.5 12 10.5 10 9
Kontrol 0 1,5 3,0 3,5 4,5
Berdasarkan hasil evaluasi secara menyeluruh, penambahan resapan berdampak positif dalam mengontrol intrusi air asin terutama diwilayah zone transeksi II (wilayah pusat atau tengah) dan zone transeksi III (wilayah timur), hal ini dipengaruhi oleh tingkat kepadatan pemukiman di wilayah tengah dan timur yang lebih padat jika dibanding dengan di wilayah barat. Adanya perbedaan tingkat kepadatan pemukiman
antara wilayah barat dengan pusat/tengah dan timur
67
menyebabkan perbedaan jumlah sumur resapan antara wilayah barat dengan pusat/tengah dan timur. Akibat dari konsentrasi jumlah sumur resapan di wilayah pusat/tengan dan timur lebih banyak jika dibandingkan dengan di wilayah barat, akibatnya intrusi air asin di wilayah pusat/tengah dan timur menjadi lebih terkontrol.
68
SIMPULAN Berdasarkan atas hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Laju intrusi air asin pada sistem akuifer taktertekan dari tahun 1982 sampai dengan periode (1995 – 2010) atau selama 28 tahun adalah: pada zona transeksi I sebesar 0,1 km/th, zona transeksi II sebesar 0,06 km/th dan zona transeksi III sebesar 0,11 km/th. 2. Penggunaan air tanah hingga mencapai 8,02 m3/dt berdasarkan prediksi tahun 2025, akan menyebabkan terjadinya jarak dari pantai batas intrusi air asin di zona transeksi I mencapai 9 km, di zona transeksi II mencapai 9 km sedangkan di zona transeksi III mencapai 13,5 km. 3. Peningkatan resapan air sebesar 3,95 m3/dt, yang diperoleh dengan pembangunan sumur resapan sebanyak 100 %, akan dapat menghambat intrusi air asin di zone transeksi I sejauh 1,5 km, di zone transeksi II sejauh 3 km dan di zone transeksi III sejauh 4,5 km, dibandingkan dengan tanpa penambahan resapan. 4. Peningkatan resapan air sebesar 2,95 m3/dt, yang diperoleh dengan pembangunan sumur resapan sebanyak 75%, akan dapat menghambat intrusi air asin di zone transeksi I sejauh 1,5 km, di zone transeksi II sejauh 3 km dan di zone transeksi III sejauh 3,5 km, dibandingkan dengan tanpa penambahan resapan. 5. Peningkatan resapan air sebesar 1,98 m3/dt yang diperoleh dengan pembangunan sumur resapan sebanyak 50%, akan dapat menghambat intrusi air asin di zone transeksi I sejauh 1,5 km, di zone transeksi II sejauh 1,5 km dan di zone transeksi III sejauh 3 km, dibandingkan dengan tanpa penambahan resapan. 6. Peningkatan resapan air sebesar 0,99 m3/dt yang diperoleh dengan melakukan pembangunan sumur resapan sebanyak 25 % atau dengan total volume sumur resapan mencapai 7,8 juta m3 akan dapat menghambat intrusi air asin di dua zone transeksi II dan III sejauh 1,5 km, dibandingkan dengan tanpa penambahan resapan.
69
SARAN Untuk kepentingan pengelolaan air tanah Jakarta dimasa mendatang diusulkan saran sebagai berikut: 1.
Kapasitas produksi PDAM dapat ditingkatkan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap air tanah.
2.
Ketergantungan terhadap air tanah harus dikurangi untuk mencegas intrusi air asin semakin masuk ke dalam sistem akuifer ait tanah tawar.
3.
Kebijakan pemerintah harus tegas dan konsisten dalam rangka menetapkan zona wilayah hijau, agar wilayah resapan air tidak semakin berkurang
4.
Untuk mempercepat terlaksananya pembangunan
sumur resapan di Jakarta
hendaknya Pemerintah DKI Jakarta tegas dalam penegakan SK Gubernur No 68/2005. 5.
Pemantauan terhadap kualitas dan kuantitas air tanah oleh Pemerintah DKI Jakarta perlu dilakukan secara berkala dan terus menerus sebagai antisipasi dini untuk mengetahui penurunan kualitas dan kuantitas air tanah di Jakarta.
70
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, S. 1988. Penyusupan Air Asin Dalam Cekungan Air Tanah Jakarta. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pengairan No. 8. Bandung. Badan Geologi Pusat Lingkungan Geologi (BG-PLG). 2003. Penyelidikan Konservasi Air Tanah di Cekungan Jakarta. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Jakarta BG-PLG. 2005. Penyelidikan Konservasi Air Tanah di Cekungan Jakarta. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Jakarta BG-PLG. 2009. Penyelidikan Konservasi Air Tanah di Cekungan Jakarta. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Jakarta Bouwer, H. 1978. Groundwater Hydrology. McGrawHill. New York CRBR, 1987. Cisadane River Basin Development Feasibility Study, Directorate General of Water Resources Development. Vol.1-12. Jakarta. Dinas Pertambangan DKI. 2000. Studi Pengaruh Pemompaan Air bawah Tanah terhadap Land Subsidance dan Intrusi Air laut. Dinas Pertambangan DKI, Jakarta Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI. 2011. Direktorat Geologi Tata Lingkungan (DGTL). 1988. Studi Intrusi/Penyusupan Air Laut di Wilayah DKI Jakarta. DGTL dan PAM Jaya. Bandung. DGTL dan PAM Jaya.1991. Penyelidikan Zona Air Asin di Wilayah DKI Jakarta. DGTL Bandung. DGTL. 1995. Studi Intrusi/Penyusupan Air Laut di Wilayah DKI Jakarta. DGTL dan PAM Jaya. Bandung. DGTL. 2000. Peta Pengendalian Air Tanah. DGTL. Bandung Essaid, I. 1990. The Computer Model Sharp, A Quasi-Three-Dimensional Finite Difference Model to Simulate Freshwater and Saltwater Flow in Layered Coastal Aquifer Systems. Water-Resources Investigations Report 90-4130. Menlo Park. California. Fachri, M. 2002. Stratigrafi dan Hidrostratigrafi Cekungan Air tanah Jakarta, Buletin Geologi Vol.34, No. 3, 2002 (Special Issue), Departemen Teknik Geologi, ITB. Bandung Floyd, C. 1987. “Outline of a Paradigma Change inSoftware Engineering”. In Bjerknes, G., Eha, P. and Kyng, M (Eds) Computers and De-mocracy. Avebury, Aldershort. UK, andBrookfield. USA Gunawan, 1991. Penerapan Teknik Pengindraan Jauh Untuk Menduga Debit Puncak Menggunakan Karakteristik Lingkungan Fisik DAS. Disertasi Doktor Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor. Hadipurwo. 1995. Konservasi Air Tanah Daerah DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Bandung
71
Hadipurwo. 1996 Konservasi Air Tanah Daerah DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Bandung Hadipurwo, dkk. 2000. Konservasi Air Tanah Daerah Jakarta – Bogor. Menyertai Peta Pengendalian Pengambilan Air Tanah. Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Bandung Herlambang. 1990. Studi Model Optimasi Pengelolaan Air Tanah Jakarta (Database). Direktorat Pengkajian Sistem Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. Hutasoit. 2004. Hidrogeologi Cekungan Jakarta untuk Pengembangan Resapan Buatan. Laboratorium Simulasi Numerik Hidrogeologi. Departemen Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung Indarto. 2006. Kalibrasi Model Ihacres Untuk Simulasi Neraca Air Harian di DAS Bedadung, Jawa Timur, Indonesia. Media Teknik Sipil. Surakarta. Legowo. 2008. Application of Space Technology to Search The Recharging Reservoir Lovation for DKI Groundwater Recovery, LAPAN-Workshop, Jakarta 7-11 Juli 2008. Makarim, C. A. 2000. Perilaku Muka Air tanah DKI Jakarta, Pusat kajian Geoteknik Lingkungan Universitas Tarumanegara, Jakarta Pieter, J. K. 2010.Penggunaan Lahan dan Evolusi Penggunaan Lahan di Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Agroforestri, Volume V, Nomor 3, September 2010 Rasmiati. 2009. Studi Kinerja Model Waduk Resapan di Kampus UI Depok, Thesis Magister Sipil ITB, Juli 2009. Refsgaard, J. S. 2000. “Towards a Formal Approach to Calibration and Validation of ModelsUsing Spatial Data”. In : R. Grayson and G.Blöschl, (eds.), Spatial Patterns in Catchment Hydrology. Cambridge University Press.Cambridge, pp : 397 + index. Robert, H. S. 2008. Introduction To Physical Oceanography. Department of Oceanography Texas A&M University. Texas Samsuhadi. 2005. Pemanfaatan Air Tanah Jakarta. Disertasi Doktor Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Jakarta Sinaga. 2007. Analisis Hasil Uji Pemompaan Dihubungkan Dengan Geometri Akuifer, Studi Kasus Wilayah Jakarta dan Sekitarnya. Tesis, Departemen Teknik Sipil, universitas Indonesia. Soehardono. 2000. Pengertian Pengertian http://www.ypha.or.id/web/?p=1130
Dasar
Perencanaan
Skenario.
Soekardi, R. 1986. Hydrogeological Map of Indonesia. Lembar Jakarta. Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Departemen Pertambangan dan Energi. Bandung. Soekardi, R. 1986. Geological Aspect of The Aquifer System and Groundwater Situation of The Jakarta Artesian Basin. Seminar of Geological Mapping in The Urban Development. Economic and Social Commision for Asia and The Pacific. Bangkok.
72
Soeryantoro. 2001. Pengendalian Keadaan Hidrogeologi untuk Mencegah Peningkatan Intensitas Spasial Genangan Air: Studi Kasus Cekungan Air tanah Jakarta di Sekitar Kampus UI-Depok. Seminar Tinjauan Geologi Terhadap daerah Genangan di Wilayah DKI Jakarta dari Faktor Penurunan Tanah Secara Non-alami. 3 Mei 2001. Diselenggarakan oleh Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Universitas Indonesia dan Dinas Pertambangan DKI. Jakarta Suranto, G. 2011. Sumur Resapan Kurangi Banjir dan Menambah Air Tanah. http://infopublik.kominfo.go.id/index.php?page=news&newsid=12495 Tambunan, R.P. 2005. Dampak Perkembangan Fisik Kota terhadap Pola Tata Air Ekosistem Dataran Rendah Jakarta. Disertasi. Jenjang Doktor Program Studi Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana. Universitas Indonesia. Jakarta Todd, D.K. 1980. Groundwater Hydrology. 2nd Ed. John Wiley & Sons. US. Warsito. 1984. Studi Air Tanah Jakarta. Vol-4. Topografi dan Geologi daerah Jakarta-Bogor. GHAG-CTA 40, HAG 76, DEG. Bandung. -----------. 2004. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004, tentang Sumberdaya Air, Tanggal 18 Maret 2004 -----------. 2005. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 68 Tahun 2005, Tentang Perubahan Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 115 Tahun 2001, Tentang Pembuatan Sumur resapan, Tanggal 8 Juli 2005 -----------. 2009. Pemanfaatan Air Hujan dan Pembangunan Sumur Resapan. Laporan Penelitian Pembangunan Sumur Resapan. Kementerian Riset dan Teknologi. Jakarta
73
74
Lampiran 1 Data DHL Air Tanah Dangkal Pada Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Jakarta Tahun 1995 X 709250 707100 706600 706000 692700 695350 700000 704500 703500 704500 697750 706300 714250 704852 710850 701200 714100 702000 702000 705542 703750 685200 705200 693350 712700 694000 694400 703000 696250 687300 695800 688450 696100 685050 716150 706420 694350 706634 703650 709150 712858 709400 692150 695500 693100
Y 9301300 9305950 9312850 9313500 9314000 9314500 9314750 9315150 9315300 9315600 9316150 9316450 9316450 9316587 9316900 9317150 9317500 9318250 9318500 9318650 9318900 9319000 9319000 9319150 9319400 9319650 9319700 9319950 9320100 9320150 9320250 9320500 9320700 9320800 9321300 9321400 9321500 9321687 9321750 9321750 9321975 9322100 9322450 9322950 9323465
75
DHL (µmhos/cm) 1850 325 931 1304 749 1080 375 370 860 314 520 1115 262 759 295 1903 1790 6040 4500 844 450 1330 396 970 4680 2010 2100 1180 306 1696 894 7460 1900 980 4262 1530 1570 9509 5320 1050 1578 1398 560 6000 9520
Lanjutan Data DHL Air Tanah Dangkal Pada Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Jakarta Tahun 1995 X Y DHL (µmhos/cm) 711600 9323650 2190 715600 9323700 627 689900 9323800 915 692850 9324003 9850 712700 9325400 4860 686100 9328500 3160 684150 9332050 440 684300 9333315 4980 714800 9354500 560
Data DHL Air Tanah Dangkal Pada Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Jakarta Tahun 1996 X Y DHL (µmhos/cm) 709250 9301300 198 706600 9312850 302 706000 9313500 998 692700 9314000 790 704454 9314100 250 700000 9314750 1125 697750 9316150 463 714250 9316450 641 710850 9316900 532 701200 9317150 618 701750 9317250 187 711600 9317500 532 697120 9317800 230 702000 9318250 355 703500 9318550 887 703750 9318900 1492 687850 9319150 2310 693350 9319150 808 707210 9319300 420 696750 9319554 650 694000 9319650 1700 687300 9320150 1109 695800 9320250 2630 688450 9320500 6270 706730 9321250 1558 716150 9321300 1690 695420 9321377 1532 703650 9321750 4390 709150 9321750 969 713156 9321975 1529 709400 9322100 812 692150 9322450 945 699500 9322950 4040 704950 9323160 6500 693430 9323205 6500 689900 9323800 730 714100 9323821 5520 686100 9328500 4109 76
Data DHL Air Tanah Dangkal Pada Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Jakarta Tahun 1997 X 709250 707100 704865 706600 706000 695350 700000 704500 704500 697750 706300 714250 715600 710850 701200 714200 701750 714100 702000 702000 703500 705026 703750 705200 693350 712700 694000 694400 697554 687300 695800 688450 695945 705170 716150 703650 709150 709750 714342 709400 707230 693250 699500 711600 715600 715600 689900 693349 690500 712700
Y 9301300 9305950 9311756 9312850 9313500 9314200 9314750 9315150 9315600 9316150 9316450 9316450 9316542 9316900 9317150 9317230 9317250 9317500 9318250 9318500 9318550 9318897 9318900 9319000 9319150 9319400 9319650 9319700 9319982 9320150 9320250 9320500 9321158 9321188 9321300 9321750 9321750 9321750 9321800 9322100 9322100 9322165 9322950 9323650 9323700 9323700 9323800 9323976 9324500 9325400 77
DHL (µmhos/cm) 2810 533 327 1109 768 1126 1019 1292 5900 600 203 5800 733 435 4880 1000 824 1509 573 572 506 920 321 369 983 4460 600 186 320 1088 4060 5910 1570 1572 4310 2990 473 710 1535 249 8555 4700 5110 1842 1372 4420 661 11700 4450 4870
Data DHL Air Tanah Dangkal Pada Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Jakarta Tahun 1998 X 686100 684300 709250 707100 706600 706000 692700 695350 700000 704500 697560 704500 706300 714250 710850 701200 701750 714100 702000 702000 696210 703500 703750 705250 705200 712700 712700 694000 694400 705120 703000 687300 695800 688450 705573 716150 694125 703650 709150 709750 714250 709400 692150 699500 706956 693200 711600
Y 9328500 9333315 9301300 9305950 9312850 9313500 9314000 9314200 9314750 9315150 9315230 9315600 9316450 9316450 9316900 9317150 9317250 9317500 9318250 9318500 9318532 9318550 9318900 9318943 9319000 9319200 9319400 9319650 9319700 9319850 9319950 9320150 9320250 9320500 9321035 9321300 9321347 9321750 9321750 9321750 9321888 9322100 9322450 9322950 9323200 9323235 9323650
78
DHL (µmhos/cm) 6190 10910 878 878 583 401 540 799 619 377 300 128 627 799 630 5660 1389 1527 1157 443 375 1423 1537 320 855 583 4870 364 632 1035 941 2582 642 6520 1546 4140 1565 1607 632 578 1570 375 757 6380 6500 8700 1668
Lanjutan Data DHL Air Tanah Dangkal Pada Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Jakarta Tahun 1998 X Y DHL (µmhos/cm) 711600 9323650 2668 715600 9323700 733 689900 9323800 1932 716150 9324300 3721 686100 9328500 3160
Data DHL Air Tanah Dangkal Pada Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Jakarta Tahun 1999 X Y DHL (µmhos/cm) 709250 9301300 160 707100 9305950 983 706600 9312850 1537 706000 9313500 1137 692700 9314000 1756 695350 9314200 1242 700000 9314750 540 704500 9315150 393 703500 9315300 5660 704500 9315600 3690 706300 9316450 2210 714250 9316450 583 696950 9316450 320 714250 9316450 538 710850 9316900 401 701200 9317150 364 707720 9317243 523 701750 9317250 799 696421 9317680 420 702000 9318250 642 702000 9318500 619 703750 9318900 2720 705200 9319000 2700 712700 9319400 2321 694000 9319650 628 706530 9319670 1533 694400 9319700 889 687300 9320150 769 695800 9320250 5460 688450 9320500 652 694018 9320760 1598 716150 9321300 3721 709750 9321750 855 709400 9322100 730 693430 9322145 8890 713080 9322250 1534 79
Lanjutan Data DHL Air Tanah Dangkal Pada Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Jakarta Tahun 1999 X Y DHL (µmhos/cm) 692150 9322450 888 695500 9322950 4280 706300 9323150 4560 705640 9323250 6800 711600 9323650 627 715600 9323700 1010 689900 9323800 1389 712700 9325400 8620 686100 9328500 3520
Data DHL Air Tanah Dangkal Pada Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Jakarta Tahun 2000 X Y DHL (µmhos/cm) 709250 9301300 583 707100 9305950 1015 706600 9312850 575 706420 9312988 210 706000 9313500 630 692700 9314000 799 695350 9314200 284 706840 9314400 250 700000 9314750 534 704500 9315150 375 703500 9315300 413 704500 9315600 587 706300 9316450 1668 714250 9316450 945 710850 9316900 150 701200 9317150 799 701750 9317250 502 696650 9318206 650 702000 9318250 627 702000 9318500 484 703750 9318900 878 705200 9319000 99 712700 9319400 3276 712700 9319400 276 694400 9319700 496 687300 9320150 2070 695800 9320250 338 688450 9320500 3560 693977 9320688 1500 716150 9321300 2119 705348 9321300 1580 712518 9321500 1577 709750 9321750 643 692650 9321945 4500
80
Lanjutan Data DHL Air Tanah Dangkal Pada Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Jakarta Tahun 2000 X Y DHL (µmhos/cm) 709400 9322100 231 704534 9322530 8500 699500 9322950 3260 696320 9323540 9050 711600 9323650 200 715600 9323700 234 689900 9323800 192 711700 9324650 4856 710869 9325805 5367 686100 9328500 2230
Data DHL Air Tanah Dangkal Pada Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Jakarta Tahun 2003 X Y DHL (µmhos/cm) 702852 9295451 188 702852 9295451 795 688344 9304938 370 703400 9307600 514 703400 9307600 365 721000 9308000 1010 711800 9311050 550 706950 9313600 872 698950 9313700 585 707120 9314323 188 707342 9316309 325 694700 9318220 300 693618 9319024 1600 698255 9319850 12000 696250 9319850 320 706610 9320000 1564 695400 9320200 1500 685241 9320488 2000 684700 9320750 600 695820 9321880 1537 700250 9322375 1015 705321 9322450 6500 799500 9322950 1000 691400 9323000 4200 693815 9323050 9540 691121 9323835 5380 689690 9325665 1165 689690 9325665 1585
81
Data DHL Air Tanah Dangkal Pada Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Jakarta Tahun 2004 X 702852 707696 703275 688344 703400 720570 703875 711800 711800 699727 706560 706950 703052 686400 693618 696210 705168 695150 714321 694280 684700 696534 700250 706321 799500 691400 693850 707120 711150 691121 712243 689690 689690
Y 9295451 9300323 9301460 9304958 9307600 9310400 9310850 9311050 9311050 9311958 9312150 9313600 9317656 9318550 9319024 9319210 9319650 9320180 9320390 9320569 9320750 9322300 9322375 9322405 9322950 9323000 9323110 9323207 9323265 9323835 9324872 9325665 9325665
DHL (µmhos/cm) 861 331 173 165 399 589 574 400 400 485 434 633 786 1907 1080 230 1525 6420 1495 1568 1297 7500 2400 6420 12050 6600 10505 9830 4507 3100 10542 1340 3380
Data DHL Air Tanah Dangkal Pada Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Jakarta Tahun 2009 X 702852 701597 701597 707624 703278 706945 703400 689989 689989 715582
Y 9295451 9300127 9300127 9300417 9301364 9303327 9307600 9308237 9308237 9309894
82
DHL (µmhos/cm) 178 139 139 204 86.1 189 399 297 297 204
Lanjutan Data DHL Air Tanah Dangkal Pada Sistem Akuifer Cekungan Air Tanah Jakarta Tahun 2009 X Y DHL (µmhos/cm) 720582 9310319 121 720582 9310319 121 712090 9310900 292 712090 9310900 292 703274 9311549 459 703274 9311549 459 699727 9311958 446 699731 9311960 297 699731 9311960 297 696420 9317865 750 717247 9318173 1332 690579 9319303 960 690579 9319303 960 714250 9319360 1550 706983 9319600 1200 695521 9320150 1565 685241 9320488 1297 706265 9320600 1580 706983 9321326 2309 705704 9321810 4380 693176 9321929 850 697731 9322054 4690 700527 9322189 1022 700529 9322189 1050 700503 9322205 1120 700503 9322205 1120 686613 9322688 1907 694210 9323155 10050 714425 9323768 3385
83
Lampiran 2 Data Primer: TDS air tanah dangkal Tahun 2010 X
Y
708357 703670 714039 714085 702711 711794 713383 710626 707205 707093 708137 709920 701189 709513 700582 700599 713342 706361 707195 707127 693545 693595 693538 700705 693845 710426 713667 713383 689259 701310 707242 693906 712061 708014 696444
9314730 9314801 9315198 9315465 9315912 9316203 9316206 9316533 9316546 9316581 9316595 9316659 9316718 9316807 9317237 9317238 9317348 9317597 9317623 9317892 9318000 9318005 9318078 9318201 9318604 9318836 9318870 9318890 9319019 9319112 9319289 9319425 9319432 9319437 9319445
1 278 348 472 907 330 288 773 568 416 650 620 669 294 630 533 300 1210 480 216 532 495 611 502 800 532 3300 2120 640 800 650 618 1500 3300 678 1543
2 265 450 450 910 340 290 778 570 425 670 600 670 290 620 540 310 1250 485 220 540 500 615 515 850 542 3400 2125 615 750 660 615 1534 3250 678 1556
TDS (ppm) 3 Rata-rata 260 268 400 399 455 459 915 911 350 340 300 293 780 777 575 571 430 424 675 665 610 610 675 671 293 292 620 623 540 538 305 305 1255 1,238 490 485 225 220 545 539 522 506 620 615 497 505 853 834 545 540 3410 3,370 2230 2,158 605 620 853 801 624 645 625 619 1498 1,511 3310 3,287 700 685 1575 1,558
84
Lokasi Pasar Sunan Giri SPBU Cikini Cakung Penggilingan MartaTilaar Gondangdia Rawa Terate Cakung Jl Perintis Dkt RS Mediros Cempaka Putih Cempaka Putih PuloMas Kayu Putih SPBU Budi Kemuliaan Pulau Gadung Jl. Pers Guru Jl. Pers Guru Cakung Barat SPBU Shell Suprapto Akademi Pariwisata Jkt Cempaka Putih Basmol* Basmol Jl.B* Basmol Ibu Samin Petojo Utara Basmol Indomaret Kelapa Gading Barat Rorotan Rorotan Semanan POM Sawah Besar Sunter Jaya Kedaung Angke Gading Nias Residen Sunter Jaya Wijaya Kusuma
Lanjutan Data TDS X
Y
694273 705871 700709 694273 710426 689463 712760 713667 696829 693474 688320 712088 710980 710985 712292 686136 697001 689717 691189 687076
9319459 9319459 9319554 9319770 9319836 9320009 9320521 9320870 9320959 9320999 9321329 9321554 9321597 9321600 9322043 9322320 9322416 9322802 9323919 9325443
1 2476 620 1000 630 3372 1200 3240 2240 3200 3687 1243 2790 986 3400 4500 3700 6230 6500 8000 6876
TDS (ppm) 2 3 2343 2367 626 623 1100 1030 626 613 3368 3,367 1263 1153 3235 3240 2230 2,235 3242 3258 3659 3688 1200 1258 2794 2795 985 990 3500 3450 4450 4445 3863 3823 6200 6125 6546 6567 8123 8100 6850 6898
Rata-rata 2,395 623 1,043 623 3,369 1,205 3,238 2,235 3,233 3,678 1,234 2,793 987 3,450 4,465 3,795 6,185 6,538 8,074 6,875
Data Primer: DHL air tanah dangkal DHL (µmhos/cm) X Y 1 2 3 Rata-rata 708357 9314730 574 580 550 568 703670 9314801 760 770 780 770 714039 9315198 951 960 970 960 714085 9315465 1850 1900 1800 1,850 702711 9315912 660 650 670 660 711794 9316203 485 490 490 488 713383 9316206 1560 1600 1650 1,603 710626 707205 707093 708137 709920 701189 709513 700582 700599 713342 706361
9316533 9316546 9316581 9316595 9316659 9316718 9316807 9317237 9317238 9317348 9317597
1120 893 1310 1230 1330 591 1550 1130 620 2340 916
1200 890 1400 1235 1340 600 1570 1200 625 2350 900
1130 900 1350 1225 1350 590 1500 1150 633 2400 890 85
1,150 894 1,353 1,230 1,340 594 1,540 1,160 626 2,363 902
Lokasi Kedaung Kaliangke Glodog Utara Keagungan Kalideres Rorotan Kalideres Rorotan Utara Rorotan Pejagalan Kapuk Pegadungan Tugu Selatan Rawa Sengon* Rawa Sengon* Gading Kirana* Bandara Penjaringan Tegal Alur Kamal Muara Kamal
Lokasi Pasar Sunan Giri SPBU Cikini Cakung Penggilingan MartaTilaar Gondangdia Rawa Terate Cakung Jl Perintis Dkt RS Mediros Cempaka Putih Cempaka Putih PuloMas Kayu Putih SPBU Budi Kemuliaan Pulau Gadung Jl. Pers Guru Jl. Pers Guru Cakung Barat SPBU Shell Suprapto
Lanjutan Data Primer: DHL air tanah dangkal DHL (µmhos/cm) X Y 1 2 3 Rata-rata 707195 9317623 518 520 550 529 707127 9317892 1030 1050 1100 1,060 693545 9318000 1010 1050 1100 1,053 693595 9318005 1190 1200 1220 1,203 693538 9318078 983 990 980 984 700705 9318201 1672 1675 1660 1,669 693845 9318604 1120 1130 1200 1,150 710426 9318836 6050 6010 5900 5,987 713667 9318870 4320 4350 4400 4,357 713383 9318890 1500 1490 1,540 1,510 689259 9319019 1650 1600 1621 1,624 701310 9319112 1300 1310 1296 1,302 707242 9319289 1220 1250 1250 1,240 693906 9319425 2980 2983 2990 2,984 712061 9319432 6350 6348 6355 6,351 708014 9319437 1300 1350 1300 1,317 696444 9319445 3010 30120 3011 12,047 694273 9319459 4675 4672 4680 4,676 705871 9319459 1520 1550 1,550 1,540 700709 9319554 2010 2030 2012 2,017 694273 9319770 1560 1570 1,520 1,550 710426 9319836 5900 6000 6,058 5,986 689463 9320009 2397 2390 2389 2,392 712760 9320521 6390 6500 6400 6,430 713667 9320870 4400 4370 4,298 4,356 696829 9320959 6258 6230 6210 6,233 693474 9320999 7010 7092 7010 7,037 688320 9321329 2450 2453 2451 2,451 712088 9321554 5500 5600 5560 5,553 710980 9321597 1960 1900 2000 1,953 710985 9321600 6600 6650 6580 6,610 712292 9322043 8570 8565 8573 8,569 686136 9322320 7320 7318 7310 7,316 697001 9322416 11500 11670 1197 8,122 689717 9322802 12400 12350 12310 12,353 691189 9323919 15000 15100 15120 15,073 687076 9325443 13200 13000 13010 13,070
86
Lokasi Akademi Pariwisata Jkt Cempaka Putih Basmol* Basmol Jl.B* Basmol Ibu Samin Petojo Utara Basmol Indomaret Kelapa Gading Barat Rorotan Rorotan Semanan POM Sawah Besar Sunter Jaya Kedaung Angke Gading Nias Residen Sunter Jaya Wijaya Kusuma Kedaung Kaliangke Glodog Utara Keagungan Kalideres Rorotan Kalideres Rorotan Utara Rorotan Pejagalan Kapuk Pegadungan Tugu Selatan Rawa Sengon* Rawa Sengon* Gading Kirana* Bandara Penjaringan Tegal Alur Kamal Muara Kamal
Lampiran 3 Zone transeksi I Data DHL Pada Zone Transeksi I Tahun 1995 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 695000 695000 695000 695000
Y 9325000 9325000 9325000 9325000
Koordinat Data DHL X 692850 693100 694350 696250
Y 9324003 9323465 9321500 9320100
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 2.2 1.0 1.9 1.5 0.7 3.5 -1.3 4.9
DHL µmhos/cm 9850 9520 1570 306
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 1.6 1.8 -0.4 3.6 -1.8 5.4 -2.1 7.2
DHL µmhos/cm 6500 1532 650 230
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 1.7 1.0 1.8 2.8 -0.9 3.8 -2.6 5.0
DHL µmhos/cm 11700 4700 1570 320
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 1.8 1.8 0.9 3.7 -1.2 6.5 -2.6 9.8
DHL µmhos/cm 8700 1565 375 300
Data DHL Pada Zone Transeksi I Tahun 1996 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 695000 695000 695000 695000
Y 9325000 9325000 9325000 9325000
Koordinat Data DHL X 693430 695420 696750 697120
Y 9323205 9321377 9319554 9317800
Data DHL Pada Zone Transeksi I Tahun 1997 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 695000 695000 695000 695000
Y 9325000 9325000 9325000 9325000
Koordinat Data DHL X 693349 693250 695945 697554
Y 9323976 9322165 9321158 9319982
Data DHL Pada Zone Transeksi I Tahun 1998 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 695000 695000 695000 695000
Y 9325000 9325000 9325000 9325000
Koordinat Data DHL X 693200 694125 696210 697560
Y 9323235 9321347 9318532 9315230
87
Data DHL Pada Zone Transeksi I Tahun 1999 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 695000 695000 695000 695000
Y 9325000 9325000 9325000 9325000
Koordinat Data DHL X 693430 694018 696421 696950
Y 9322145 9320760 9317680 9316450
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 1.6 2.9 1.0 4.2 -1.4 7.3 -2.0 8.6
DHL µmhos/cm 8890 1598 420 320
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai -1.3 1.5 2.4 3.1 1.0 4.3 -1.7 6.8
DHL µmhos/cm 9050 4500 1500 650
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 1.2 2.0 -0.8 3.1 -1.3 5.2 0.3 6.8
DHL µmhos/cm 9540 1537 320 300
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 1.2 1.9 -1.5 2.7 0.7 4.4 -1.2 5.8
DHL µmhos/cm 10505 7500 1568 230
Data DHL Pada Zone Transeksi I Tahun 2000 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 695000 695000 695000 695000
Y 9325000 9325000 9325000 9325000
Koordinat Data DHL X 696320 692650 693977 696650
Y 9323540 9321945 9320688 9318206
Data DHL Pada Zone Transeksi I Tahun 2003 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 695000 695000 695000 695000
Y 9325000 9325000 9325000 9325000
Koordinat Data DHL X 693815 695820 696250 694700
Y 9323050 9321880 9319850 9318220
Data DHL Pada Zone Transeksi I Tahun 2004 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 695000 695000 695000 695000
Y 9325000 9325000 9325000 9325000
Koordinat Data DHL X 693850 696534 694280 696210
Y 9323110 9322300 9320569 9319210
88
Data DHL Pada Zone Transeksi I Tahun 2009 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 695000 695000 695000 695000
Y 9325000 9325000 9325000 9325000
Koordinat Data DHL X 694210 697731 695521 696420
Y 9323155 9322054 9320150 9317865
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 0.8 1.8 -2.7 2.9 -0.5 4.9 -1.4 7.1
DHL µmhos/cm 10050 4690 1565 750
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 1.5 4.0 -1.8 4.0 0.7 5.2 1.2 6.4 1.5 6.9
DHL µmhos/cm 7037,3 6232,7 1550,0 1150,0 984.3
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai -0.6 2.8 -0.4 3.1 0.5 5.9 1.1 7.9
DHL µmhos/cm 9509 1530 844 759
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 1.1 1.3 -0.7 3.3 -1.2 5.2 1.5 10.4
DHL µmhos/cm 6500 1558 420 250
Data DHL Pada Zone Transeksi I Tahun 2010 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4 5
X 695000 695000 695000 695000 695000
Y 9325000 9325000 9325000 9325000 9325000
Koordinat Data DHL X 693474 696829 694273 693845 693538
Y 9320999 9320959 9319770 9318604 9318078
Zone transeksi II Data DHL Pada Zone transeksi II Tahun 1995 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 706000 706000 706000 706000
Y 9324500 9324500 9324500 9324500
Koordinat Data DHL X 706634 706420 705542 704852
Y 9321687 9321400 9318650 9316587
Data DHL Pada Zone transeksi II Tahun 1996 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 706000 706000 706000 706000
Y 9324500 9324500 9324500 9324500
Koordinat Data DHL X 704950 706730 707210 704454
Y 9323160 9321250 9319300 9314100 89
Data DHL Pada Zone transeksi II Tahun 1997 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 706000 706000 706000 706000
Y 9324500 9324500 9324500 9324500
Koordinat Data DHL X 707230 705170 705026 704865
Y 9322100 9321188 9318897 9311756
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai -1.2 2.4 0.8 3.3 1.0 5.6 1.1 12.7
DHL µmhos/cm 8555 1572 920 327
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai -1.0 1.3 0.4 3.5 0.9 4.7 0.8 5.6
DHL µmhos/cm 6500 1546 1035 320
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 0.4 1.3 -0.3 1.4 -0.5 4.8 -1.7 7.3
DHL µmhos/cm 6800 4560 1533 523
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 1.5 2.0 0.7 3.2 -0.8 10.1 -0.4 11.5
DHL µmhos/cm 8500 1580 250 210
Data DHL Pada Zone transeksi II Tahun 1998 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 706000 706000 706000 706000
Y 9324500 9324500 9324500 9324500
Koordinat Data DHL X 706956 705573 705120 705250
Y 9323200 9321035 9319850 9318943
Data DHL Pada Zone transeksi II Tahun 1999 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 706000 706000 706000 706000
Y 9324500 9324500 9324500 9324500
Koordinat Data DHL X 705640 706300 706530 707720
Y 9323250 9323150 9319670 9317243
Data DHL Pada Zone transeksi II Tahun 2000 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 706000 706000 706000 706000
Y 9324500 9324500 9324500 9324500
Koordinat Data DHL X 704534 705348 706840 706420
Y 9322530 9321300 9314400 9312988
90
Data DHL Pada Zone transeksi II Tahun 2003 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 706000 706000 706000 706000
Y 9324500 9324500 9324500 9324500
Koordinat Data DHL X 705321 706610 707342 707120
Y 9322450 9320000 9316309 9314323
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 0.7 2.1 -0.6 4.5 -1.3 8.2 -1.1 10.2
DHL µmhos/cm 6500 1564 325 188
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai -1.1 1.3 -0.3 2.1 0.8 4.9 2.9 6.8
DHL µmhos/cm 9830 6420 1525 786
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 0.3 2.7 -1.0 3.2 -0.3 3.9 -0.9 21.2
DHL µmhos/cm 4380 2309 1580 189
Jarak (km) Zone Trans Dari pantai -5.0 2.9 -5.0 2.9 0.1 5.0 -1.1 6.6 -1.1 7.9 -1.2 8.0
DHL µmhos/cm 6610 1953 1540 1060 1353 894
Data DHL Pada Zone transeksi II Tahun 2004 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 706000 706000 706000 706000
Y 9324500 9324500 9324500 9324500
Koordinat Data DHL X 707120 706321 705168 703052
Y 9323207 9322405 9319650 9317656
Data DHL Pada Zone transeksi II Tahun 2009 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 706000 706000 706000 706000
Y 9324500 9324500 9324500 9324500
Koordinat Data DHL X 705704 706983 706265 706945
Y 9321810 9321326 9320600 9303327
Data DHL Pada Zone transeksi II Tahun 2010 Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4 5 6
X 706000 706000 706000 706000 706000 706000
Y 9324500 9324500 9324500 9324500 9324500 9324500
Koordinat Data DHL X 710985 710980 705871 707127 707093 707205
Y 9321600 9321597 9319459 9317892 9316581 9316546 91
Zone Transeksi III Data DHL Pada Zone Transeksi III Tahun 1995
Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 713500 713500 713500 713500
Y 9326900 9326900 9326900 9326900
Koordinat Data DHL X 712700 711600 712858 714250
Y 9325400 9323650 9321975 9316450
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 0.8 1.5 1.9 3.3 0.6 4.9 -0.8 10.5
DHL µmhos/cm 4860 2190 1578 262
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai -0.6 3.1 0.3 4.9 1.9 9.4 -0.8 10.5
DHL µmhos/cm 5520 1529 532 641
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 0.8 1.5 -2.1 3.2 -0.8 5.1 -0.7 9.7 -2.1 10.4
DHL µmhos/cm 4870 4420 1535 1000 733
Data DHL Pada Zone Transeksi III Tahun 1996
Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 713500 713500 713500 713500
Y 9326900 9326900 9326900 9326900
Koordinat Data DHL X 714100 713156 711600 714250
Y 9323821 9321975 9317500 9316450
Data DHL Pada Zone Transeksi III Tahun 1997
Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4 5
X 713500 713500 713500 713500 713500
Y 9326900 9326900 9326900 9326900 9326900
Koordinat Data DHL X 712700 715600 714342 714200 715600
Y 9325400 9323700 9321800 9317230 9316542
92
Data DHL Pada Zone Transeksi III Tahun 1998
Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 713500 713500 713500 713500
Y 9326900 9326900 9326900 9326900
Koordinat Data DHL X 716150 711600 714250 712700
Y 9324300 9323650 9321888 9319200
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai -2.7 2.6 1.9 3.3 -0.8 5.0 0.8 7.7
DHL µmhos/cm 3721 2668 1570 583
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 0.8 1.5 0.4 4.7 0.8 7.5 -0.8 10.5
DHL µmhos/cm 8620 1534 301 538
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 2.6 1.1 1.8 2.3 1.0 5.4 0.8 7.5
DHL µmhos/cm 5367 4856 1577 276
Data DHL Pada Zone Transeksi III Tahun 1999
Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 713500 713500 713500 713500
Y 9326900 9326900 9326900 9326900
Koordinat Data DHL X 712700 713080 712700 714250
Y 9325400 9322250 9319400 9316450
Data DHL Pada Zone Transeksi III Tahun 2000
Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 713500 713500 713500 713500
Y 9326900 9326900 9326900 9326900
Koordinat Data DHL X 710869 711700 712518 712700
Y 9325805 9324650 9321500 9319400
93
Data DHL Pada Zone Transeksi III Tahun 2003
Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 713500 713500 713500 713500
Y 9326900 9326900 9326900 9326900
Koordinat Data DHL X -
Y -
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai -
DHL µmhos/cm -
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 1.3 2.0 2.4 3.6 -0.8 6.5 1.7 15.9
DHL µmhos/cm 10542 4507 1495 400
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai -0.9 3.1 -0.8 7.5 1.4 16.0 -2.1 17.0
DHL µmhos/cm 3385 1550 292 204
Data DHL Pada Zone Transeksi III Tahun 2004
Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 713500 713500 713500 713500
Y 9326900 9326900 9326900 9326900
Koordinat Data DHL X 712243 711150 714321 711800
Y 9324872 9323265 9320390 9311050
Data DHL Pada Zone Transeksi III Tahun 2009
Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4
X 713500 713500 713500 713500
Y 9326900 9326900 9326900 9326900
Koordinat Data DHL X 714425 714250 712090 715582
Y 9323768 9319360 9310900 9309894
94
Data DHL Pada Zone Transeksi III Tahun 2010
Koordinat Pantai Data ke 1 2 3 4 5 6 7
X 713500 713500 713500 713500 713500 713500 713500
Koordinat Data DHL
Y X 9326900 712292 9326900 710985 9326900 713667 9326900 712760 9326900 710426 9326900 713383 9326900 714039
Y 9322043 9321600 9320870 9320521 9319836 9318890 9315198
95
Jarak (km) Zone Dari Trans pantai 1.2 4.9 2.5 5.3 -0.2 6.0 0.7 6.4 3.1 7.1 0.1 8.0 -0.5 11.7
DHL µmhos/cm 8569 6610 4356 6430 5986 1510 960
Lampiran 4 SPSS Ver-17.0 Hasil Regresi Antara Variabel Jarak Batas Intrusi dengan Jarak Tinggi Tekan Air Tawar Variables Entered/Removedb Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
1 VAR00002a a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: VAR00001
. Enter
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
1 .979a .959 a. Predictors: (Constant), VAR00002
Std. Error of the Estimate
.958
.24900
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression
df
Mean Square
39.336
1
39.336
1.674
27
.062
Total 41.010 a. Predictors: (Constant), VAR00002 b. Dependent Variable: VAR00001
28
Residual
F
Sig.
634.431
.000a
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
-.828
.219
VAR00002 .958 a. Dependent Variable: VAR00001
.038
96
t .979
Sig.
-3.785
.001
25.188
.000
Lampiran 5 Analisis Regresi DHL dan TDS (SPSS Ver.17) Descriptive Statistics Mean DHL TDS
Std. Deviation 3628.9561 1945.1352
3643.682 18883.198
N 49 49
Corelations DHL
CL
Pearson Correlation
DHL TDS Sig. (1-tailed) DHL TDS N DHL TDS
1.000 .999
.999 1000 .000
.000 49 49
49 49
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimete 140.6583
1 .999a .999 .998 (2010) a. Predictors: (Constant), TDS b. Dependent Variable:DHL ANOVA Model Sum of squares Regression 6.312E8 Residual 929883.500 Total 6.321E8 a. Predictors: (Constant), TDS b. Dependent Variable:DHL
df 1 47 48
R Square Change .999
Change Statistics F Change Df1 Df2
31903.229
Mean Square 6.312E8 19784.755
1
F 31903.229
47
Sig F Change .000
Sig .000a
Coefficients Unstandardized Coeffisients
Standa rdized Coeffis ients
Model B (Constans) TDS
132.9 1.86
Std.Error 119.470 .938
Correlation t
Zeroorder
Beta .938
4.335 15.075
Collinearity Statistics
Sig
.000 .000
97
.938
Partial .938
Part .938
Tolerance 1.000
VIF 1.000
Lampiran 6 Hasil Analisis Regresi DHL dan CL Descriptive Statistics Mean DHL 1688.333 Cl 339.500
Std. Deviation 1481.855 403.204
N 33 33
Corelations DHL 1.000 .938
Pearson Correlation
DHL CL Sig. (1-tailed) DHL Cl N DHL Cl
CL .938 1000 .000
.000 33 33
33 33
Model Summary Model
R
R Squa re
Std. Adjuste Error of dR the Square Estimete
1 .938a .880 .876 c. Predictors: (Constant), Cl d. Dependent Variable:DHL
R Squar e Chang e 521.615 .880
ANOVA Model
Sum of df squares Regression 6.183E7 1 Residual 8434630.372 31 Total 7.027E7 32 c. Predictors: (Constant), Cl d. Dependent Variable:DHL
Change Statistics F D Df Change f1 2
227.260
Mean Square
1
F
6.183E7 272084.851
Sig F Change
31
.000
Sig
227.260
.000a
Coefficients Unstandardized Coeffisients Model B (Constans) CL
423.1 3.53
Std.Error 119.470 .938
Standardi zed Coeffisien ts
t
Sig Zeroorder
Beta .938
Collinearity Statistics
Correlation
4.335 15.075
.000 .000
98
.938
Partial .938
Part .938
Toleran ce 1.000
VIF 1.000
Lampiran 7 Peta lokasi sampling DHL dan TDS dari air tanah dangkal di wilayah penelitian
99
Lampiran 8 Peta DHL air tanah dangkal tahun 1995
100
Lampiran 9 Peta DHL air tanah dangkal tahun 1996
101
Lampiran 10 Peta DHL air tanah dangkal 1997
102
Lampiran 11 Peta DHL air tanah dangkal tahun 1998
103
Lampiran 12 Peta DHL air tanah dangkal tahun 1999
104
Lampiran 13 Peta DHL air tanah dangkal tahun 2000
105
Lampiran 14 Peta DHL air tanah dangkal tahun 2003
106
Lampiran 15 Peta DHL air tanah dangkal tahun 2004
107
Lampiran 16 Peta DHL air tanah dangkal tahun 2009
108
Lampiran 17 Peta DHL air tanah dangkal tahun 2010
109
Lampiran 18 Peta TDS air tanah dangkal tahun 2010
110
Lampiran 23 Data tinggi tekan air tanah tawar tahun 2009 dan model prediksi simulasi 2009 pada zone transeksi I Tinggi tekan air tanah tawar (m) Koordinat Y X 695000 (9325000) 2009 Model 9315500 5.0 6.8 9312500 10.0 12.0 9309500 13.0 14.5 9306500 17.0 18.8 9303500 20.0 22.3 9300500 25.0 27.3 9297500 30.0 33.4 9294500 40.0 37.6 9291500 50.0 49.3 9288500 60.0 58.2 9285500 70.0 66.3 9282500 80.0 75.0 Data tinggi tekan air tanah tawar tahun 2009 dan model prediksi simulasi 2009 pada zone transeksi II Tinggi tekan air tanah tawar (m) Koordinat Y X 706000 (9324500) 2009 Model prediksi Sim-0 9312500 5.0 6.3 9309500 10.0 8.1 9306500 20.0 17.3 9303500 30.0 28.8 9300500 40.0 36.8 9297500 50.0 49.1 9294500 60.0 55.3 9291500 70.0 66.3 9288500 75.0 72.3 9285500 80.0 74.5 Data tinggi tekan air tanah tawar tahun 2009 dan model prediksi simulasi 2009 pada zone transeksi III Tinggi teka air tanah tawar (m) Kordinat X Y 717000 (9326900) 2009 Model prediksi Sim-0 9312500 3.0 4.1 9309500 7.0 8.1 9306500 10.0 13.4 9303500 20.0 20.8 9300500 30.0 32.6 9297500 40.0 42.7 9294500 50.0 51.8 9291500 60.0 57.3 9288500 70.0 65.3 9285500 80.0 73.2
119
Lampiran 24 Input simulasi Skenario -2009 INTRUSI AIR ASIN PADA 21 20 1 3650 .0002 .025 0 0 1.157E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 0.00E+00 1.40E-01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 0.00E+00 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 0.00E+00 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 0.00E+00 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-01 6.50E-01 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-01 6.50E-01 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-01 6.50E-01 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-01 6.50E-01 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-01 6.50E-01 0 1.157E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 0.00E+00 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 0.00E+00 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 0.00E+00 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 0.00E+00 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03
SISTEM AKUIFER JAKARTA (Input 180 6 1 0 100 0 0.16 0.0010 1000.0 0.0 0 FKX-1 0.00E+00 1.40E-01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 FKY-1 0.00E+00 1.40E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03
Existing Condition) 1 1000.00 1025.6000 1.02E-04
1.02E-04
0.00E+00 0.00E+00 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 0.00E+00 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-01 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-01 0.00E+00 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00
0.00E+00 1.40E-01 0.00E+00 1.40E-01 0.00E+00 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 1.40E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 4.00E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-01 0.00E+00 1.40E-01 0.00E+00 1.40E-01 0.00E+00 4.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00 6.50E-01 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 1.40E-03 0.00E+00 1.40E-03 0.00E+00 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03
0.00E+00 1.40E-03 0.00E+00 1.40E-03 0.00E+00 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 1.40E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.40E-03 0.00E+00 1.40E-03 0.00E+00 1.40E-03 0.00E+00 4.00E-03 0.00E+00 4.00E-03 0.00E+00 4.00E-03 0.00E+00
120
0.00E+00 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 0.00E+00 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 0.00E+00 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 0.00E+00 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 0.00E+00 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 0.00E+00 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 0.00E+00 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-03 6.50E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-03 6.50E-03 0.00E+00 0 1.0E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-05 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 0 1.0E-02 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -0.10E+01 -0.10E+01
4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 0.00E+00 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 0.00E+00 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 0.00E+00 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 0.00E+00 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 4.00E-03 0.00E+00 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 0.00E+00 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 0.00E+00 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 6.50E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 STORF-1 -1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -0.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 -1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.00E-05 -1.00E-05 -1.00E-05 -1.00E-05 -1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 STORS-1 -0.10E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -0.10E+01 0.00E+00 -0.10E+01 -0.10E+01 -0.10E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
121
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.0 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 POR-1 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -0.10E+01 -0.10E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02
0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02
122
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02
0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02
5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 1 50. 1 -40. 0 1.0 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.2 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.5 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 6 0.2 0.00E+00 0.00E+00 10 0.5 0.2 0.00E+00 20 1 0.5 0.00E+00 30 10 1 0.00E+00 35 20 2 0.00E+00 40 30 10 0.00E+00 45 35 20 0.00E+00 50 40 30 0.00E+00 55 45 40 0.00E+00 60 50 50 0.00E+00 65 55 55 0.00E+00 0.00E+00 60 60 0.00E+00 0.00E+00 65 65 0.00E+00 0.00E+00 70 70 0.00E+00 0.00E+00 75 75 0.00E+00 0.00E+00 80 80 0 0.6 1 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07
5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.2 0.00E+00 0.5 0.00E+00 1 0.00E+00 2 0.2 6 0.5 10 1 20 10 30 20 33 30 35 35 40 40 45 45 50 50 60 55 0.00E+00 60 0.00E+00 65 0.00E+00 70 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07
5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 0.00E+00 THCK-1 ZBOT-1 PHIF LAYER 1 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.2 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.5 0.2 0.00E+00 0.00E+00 1 0.5 0.00E+00 0.00E+00 2 1 0.2 0.2 6 2 0.5 0.5 10 6 1 1 20 10 2 1.5 30 20 12 10 35 30 20 20 40 35 30 30 45 40 40 40 50 45 45 45 55 50 50 50 60 55 55 55 65 60 60 60 0.00E+00 65 65 65 0.00E+00 70 70 70 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 AQL-1 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07
5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00
5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00
5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00
5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00
0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.2 0.00E+00 0.5 0.00E+00 1 0.00E+00 1.5 0.2 3 0.5 10 1 20 5 30 10 35 20 40 30 45 40 50 50 55 55 60 60 65 65 70 0.00E+00 75 0.00E+00 80 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.2 0.00E+00 0.5 0.2 1 0.5 2 1 6 2 8 6 10 12 20 20 30 30 40 40 50 50 60 60 65 65 70 0.00E+00 75 0.00E+00 80 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.2 0.2 0.5 0.5 1 1 2 2 6 6 8 12 10 20 20 30 30 40 40 50 55 55 60 60 65 65 70 0.00E+00 75 0.00E+00 80 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.2 0.00E+00 0.5 0.2 1 0.5 1.5 1 2 2 6 6 12 10 20 20 30 30 35 40 40 50 45 55 55 60 60 65 65 70 0.00E+00 75 0.00E+00 80 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.2 0.00E+00 0.5 0.00E+00 1 0.00E+00 2 0.00E+00 10 0.00E+00 20 0.00E+00 30 0.00E+00 40 0.00E+00 45 0.00E+00 50 0.00E+00 55 0.00E+00 60 0.00E+00 65 0.00E+00 70 0.00E+00 75 0.00E+00 80 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07
0.00E+00 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07
0.00E+00 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07
0.00E+00 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07
0.00E+00 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00
123
0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1 0 0.00E+00 -3.00E+00 0.00E+00 -2.00E+00 0.00E+00 -5.00E-01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.0 10 -3.00E+00 -3.00E+00 0.00E+00 -2.00E+00 0.00E+00 -5.00E-01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07
1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07
-3.00E+00 -3.00E+00 0.00E+00 -2.00E+00 0.00E+00 -5.00E-01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
-3.00E+00 -3.00E+00 0.00E+00 -2.00E+00 0.00E+00 -5.00E-01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 1.00E-07 0.00E+00 HEAD(FIXED FRESHWATER HEAD IN OVERLYING LAYER) BATH -3.00E+00 -3.00E+00 -3.00E+00 -3.00E+00 -3.00E+00 -3.00E+00 -3.00E+00 -3.00E+00 -3.00E+00 -3.00E+00 -3.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -2.00E+00 -2.00E+00 -2.00E+00 -2.00E+00 -2.00E+00 -2.00E+00 -2.00E+00 -2.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -5.00E-01 -5.00E-01 -5.00E-01 -5.00E-01 -5.00E-01 -5.00E-01 -5.00E-01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
124
0.00E+00 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3000. 3000. 3000. 3000. 3000. 0 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3000. 3000. 3000. 3000.
0.00E+00 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 3000. 3000. 3000. 3000.
0.00E+00 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3000. 3000. 3000. 3000.
0.00E+00 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3000. 3000. 3000. 3000.
0.00E+00 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3000. 3000. 3000. 3000.
0.00E+00 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 3000. 3000. 3000. 3000.
0.00E+00 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 3000. 3000. 3000. 3000.
0.00E+00 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 3000. 3000. 3000. 3000.
0.00E+00 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3000. 3000. 3000. 3000.
1 86400 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 0.00E+00 4.90E-02 4.90E-02 0.00E+00 0.00E+00 4.90E-02 4.90E-02 0.00E+00 0.00E+00 4.90E-02 4.90E-02 0.00E+00 0.00E+00 4.90E-02 4.90E-02 0.00E+00 0.00E+00 4.90E-02 4.90E-02 0.00E+00 0.00E+00 4.90E-02 4.90E-02 0.00E+00 0.00E+00 4.90E-02 3.79E-02 0.00E+00 0.00E+00 3.79E-02 3.79E-02 0.00E+00 0.00E+00 3.79E-02 3.79E-02 0.00E+00 0.00E+00 3.79E-02 3.79E-02 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
PUMP 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 5.94E-03 0.00E+00 5.94E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 1.67E-02 0.00E+00 5.94E-03 0.00E+00 5.94E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.09E-01 0.00E+00 5.94E-03 5.94E-03 5.94E-03 5.94E-03 3.79E-02 5.94E-03 3.79E-02 3.79E-02 3.79E-02 3.79E-02 1.67E-02 3.79E-02 1.67E-02 5.94E-03 1.67E-02 5.94E-03 1.67E-02 5.94E-03 1.67E-02 5.94E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 5.94E-03 0.00E+00 5.94E-03 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 1.67E-02 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 5.17E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 4.90E-02 0.00E+00 3.79E-02 0.00E+00 1.67E-02 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
125
0 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.67E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 2.62E-08 0.00E+00 2.62E-08 0.00E+00 2.62E-08 0.00E+00 2.38E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08
1.00 0.00E+00 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 1.19E-08 7.19E-09 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 7.19E-09 1.19E-08 7.19E-09 1.19E-08 7.19E-09 1.19E-08 7.19E-09 1.19E-08 7.19E-09 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08
0.00E+00 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 2.43E-09 0.00E+00 2.43E-09 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
RECH 7.19E-09 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 2.43E-09 0.00E+00 2.43E-09 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 4.81E-09 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 4.81E-09 1.19E-08 4.81E-09 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 2.43E-09 0.00E+00 2.43E-09 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 4.81E-09 1.19E-08 2.15E-08 1.19E-08 2.15E-08 1.19E-08 2.15E-08 4.81E-09 2.15E-08 4.81E-09 2.15E-08 1.19E-08 2.15E-08 1.19E-08 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 7.19E-09 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 2.15E-08 1.19E-08 2.15E-08 1.19E-08 2.15E-08 1.19E-08 2.15E-08 1.19E-08 2.15E-08 1.19E-08 2.15E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00
126
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.19E-08 2.38E-08 1.19E-08 2.38E-08 1.19E-08 2.38E-08 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 2.43E-09 1.19E-08 2.43E-09 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.67E-08 1.19E-08 1.19E-08 2.38E-08 1.19E-08 2.38E-08 1.67E-08 2.38E-08 1.67E-08 0.00E+00 1.67E-08 0.00E+00 1.67E-08 0.00E+00
0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 7.19E-09 2.43E-09 7.19E-09 2.43E-09 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.19E-08 7.19E-09 1.19E-08 7.19E-09 1.67E-08 7.19E-09 1.67E-08 0.00E+00 1.67E-08 0.00E+00 1.67E-08 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 7.19E-09 0.00E+00 2.43E-09 0.00E+00 2.43E-09 0.00E+00 1.67E-08 0.00E+00 1.67E-08 0.00E+00 1.67E-08 0.00E+00 2.62E-08 0.00E+00 2.62E-08 0.00E+00 2.62E-08 0.00E+00 2.38E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.19E-08 0.00E+00 1.67E-08 0.00E+00 1.67E-08 0.00E+00 1.67E-08 0.00E+00 1.67E-08 0.00E+00
Lampiran OUTPUT Simulasi 2009 FRESHWATER HEADS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 1.00E-01 0.00E+00 1.60E-01 0.00E+00 2.10E-01 0.00E+00 4.70E-01 0.00E+00 1.10E+00 0.00E+00 1.03E+01 0.00E+00 1.89E+01 0.00E+00 2.97E+01 0.00E+00 3.55E+01 0.00E+00 4.02E+01 0.00E+00 4.95E+01 0.00E+00 5.42E+01 0.00E+00 5.89E+01 0.00E+00 6.59E+01 0.00E+00 7.72E+01 0.00E+00 8.21E+01
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.50E-01 0.00E+00 4.70E-01 0.00E+00 8.90E-01 5.00E-02 6.10E+00 8.00E-03 1.02E+01 1.00E-01 2.05E+01 1.80E-01 3.01E+01 4.50E-01 3.52E+01 1.50E+00 4.02E+01 2.10E+00 4.51E+01 1.03E+01 4.98E+01 1.84E+01 5.54E+01 2.98E+01 5.96E+01 3.88E+01 6.45E+01 4.94E+01 0.00E+00 5.96E+01 0.00E+00 6.88E+01 0.00E+00 7.82E+01 0.00E+00 8.17E+01 0.00E+00 8.43E+01
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-02 0.00E+00 1.80E-01 5.00E-03 4.00E-01 5.00E-02 9.00E-01 1.00E-01 1.90E+00 1.80E-01 5.40E+00 2.20E-01 1.01E+01 4.90E-01 2.01E+01 9.00E-01 2.95E+01 9.20E+00 3.41E+01 1.89E+01 3.52E+01 2.83E+01 4.01E+01 3.33E+01 4.43E+01 3.88E+01 5.02E+01 5.08E+01 0.00E+00 6.04E+01 0.00E+00 6.96E+01 0.00E+00 7.88E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
1.00E-03 0.00E+00 1.00E-03 0.00E+00 1.00E-03 0.00E+00 1.00E-03 5.00E-02 1.50E-01 5.00E-02 4.50E-01 1.00E-02 1.80E+00 1.80E-02 2.10E+00 2.20E-01 6.40E+00 4.80E-01 1.01E+01 6.70E-01 2.08E+01 1.80E+00 3.04E+01 1.18E+01 3.52E+01 1.85E+01 3.92E+01 2.84E+01 4.47E+01 3.82E+01 4.92E+01 4.91E+01 5.96E+01 5.94E+01 0.00E+00 7.63E+01 0.00E+00 7.91E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 1.00E-01 8.00E-02 2.20E-01 1.00E-01 5.50E-01 1.20E-01 1.10E+00 1.70E-01 1.80E+00 4.50E-01 5.50E+00 8.00E-01 8.50E+00 1.20E+00 1.85E+01 1.90E+00 2.99E+01 5.60E+00 4.02E+01 1.15E+01 4.52E+01 1.84E+01 5.12E+01 5.04E+01 6.02E+01 5.94E+01 6.98E+01 7.01E+01 7.73E+01 7.85E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-02 0.00E+00 1.00E-01 2.00E-02 1.60E-01 8.00E-02 5.30E-01 1.00E-01 1.20E+00 1.80E-01 1.25E+00 4.50E-01 2.80E+00 8.00E-01 8.50E+00 1.20E+00 2.12E+01 1.95E+01 2.92E+01 2.86E+01 3.85E+01 3.52E+01 4.45E+01 3.86E+01 5.06E+01 4.94E+01 5.52E+01 5.82E+01 6.05E+01 6.82E+01 7.02E+01 0.00E+00 8.05E+01 0.00E+00 8.24E+01 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-03 0.00E+00 8.00E-02 8.00E-02 1.00E-01 1.20E-01 2.20E-01 1.60E+00 5.80E-01 4.40E-01 9.90E-01 7.00E-01 2.10E+00 2.10E+00 6.20E+00 5.70E+00 7.50E+00 1.17E+01 9.50E+00 1.84E+01 1.92E+01 3.02E+01 2.94E+01 4.04E+01 3.88E+01 4.95E+01 4.82E+01 5.92E+01 5.92E+01 6.95E+01 7.02E+01 0.00E+00 7.98E+01 0.00E+00 8.22E+01 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 7.00E-02 1.00E-03 1.00E-01 9.00E-02 1.30E-01 1.20E-01 1.80E-01 1.60E-01 4.80E-01 6.50E-01 9.00E-01 1.20E+00 1.60E+00 2.25E+00 5.60E+00 5.50E+00 1.15E+01 7.80E+00 1.92E+01 9.20E+00 2.84E+01 1.98E+01 3.99E+01 2.97E+01 5.02E+01 3.95E+01 6.03E+01 5.45E+01 7.01E+01 6.85E+01 8.04E+01 6.82E+01 0.00E+00 7.82E+01 0.00E+00 8.16E+01 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 9.00E-02 0.00E+00 1.00E-01 1.00E-03 1.80E-01 7.00E-02 4.50E-01 1.00E-01 9.00E-01 1.80E-01 1.20E+00 4.50E-01 1.90E+00 9.50E-01 5.60E+00 1.50E+00 1.15E+01 5.50E+00 1.94E+01 9.80E+00 2.85E+01 1.85E+01 3.45E+01 2.94E+01 3.92E+01 4.06E+01 4.85E+01 5.05E+01 5.94E+01 4.47E+01 6.92E+01 5.93E+01 7.96E+01 6.78E+01 0.00E+00 7.95E+01 0.00E+00 8.02E+01 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 5.00E-03 0.00E+00 9.00E-02 0.00E+00 1.50E-01 0.00E+00 2.10E-01 0.00E+00 4.90E-01 0.00E+00 9.80E-01 0.00E+00 1.70E+00 0.00E+00 8.50E+00 0.00E+00 1.85E+01 0.00E+00 2.86E+01 0.00E+00 3.95E+01 0.00E+00 4.95E+01 0.00E+00 5.20E+01 0.00E+00 5.50E+01 0.00E+00 6.94E+01 0.00E+00 7.88E+01 0.00E+00 8.12E+01 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 1.00E-04 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.09E-03 0.00E+00 1.20E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
1.00E-04 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.20E-03 0.00E+00 1.72E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 1.00E-04 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.12E-03 0.00E+00 1.72E-03 0.00E+00 1.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 1.39E-03 0.00E+00 1.25E-03 0.00E+00 0.00E+00 2.10E-03 0.00E+00 1.30E-04 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 9.70E-03 1.25E-03 8.96E-02 1.22E-03 0.00E+00 3.50E-02 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.51E-03 8.64E-03 1.12E-03 1.21E-02 1.31E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 1.98E-03 0.00E+00 8.90E-04 0.00E+00 1.82E-03 1.23E-03 1.23E-03 9.90E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.78E-03 0.00E+00 1.20E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
SALTWATER HEADS 1
0.00E+00 0.00E+00 2 0.00E+00 0.00E+00 3 0.00E+00 0.00E+00 4 0.00E+00 0.00E+00 5 0.00E+00 1.20E-03 6 0.00E+00 0.00E+00 7 0.00E+00 0.00E+00 8 0.00E+00 0.00E+00 9 0.00E+00 0.00E+00 10 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 2.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.20E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
127
11 0.00E+00 0.00E+00 12 0.00E+00 0.00E+00 13 0.00E+00 0.00E+00 14 0.00E+00 0.00E+00 15 0.00E+00 0.00E+00 16 0.00E+00 0.00E+00 17 0.00E+00 0.00E+00 18 0.00E+00 0.00E+00 19 0.00E+00 0.00E+00 20 0.00E+00 0.00E+00 21 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
INTERFACE ELEVATION 1
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -3.92E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 2.00E-05 0.00E+00 2 0.00E+00 -3.93E+01 -3.93E+01 0.00E+00 -3.97E+01 -9.10E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.40E+01 0.00E+00 3 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.98E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.00E-01 -2.82E+01 0.00E+00 4 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -3.89E+01 -3.85E+01 -3.95E+01 -3.81E+01 0.00E+00 0.00E+00 -1.45E+01 -1.39E+01 -1.42E+01 -1.45E+01 -1.36E+01 -1.45E+01 0.00E+00 0.00E+00 5 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -3.97E+01 -3.92E+01 -2.81E+01 -2.76E+01 -3.95E+01 -2.78E+01 -2.75E+01 -2.81E+01 0.00E+00 0.00E+00 6 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 7 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 8 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 9 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 10 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 11 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 12 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 13 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 14 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 15 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 16 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 17 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 18 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 19 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 20 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 21 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
128
Lampiran OUTPUT Simulasi 2025 FRESHWATER HEADS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 0.00E+00 1.00E+00 0.00E+00 9.00E+00 0.00E+00 1.50E+01 0.00E+00 2.80E+01 0.00E+00 3.40E+01 0.00E+00 3.80E+01 0.00E+00 4.50E+01 0.00E+00 5.40E+01 0.00E+00 5.70E+01 0.00E+00 6.50E+01 0.00E+00 7.50E+01 0.00E+00 8.00E+01
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 8.00E-01 0.00E+00 5.50E+00 0.00E+00 9.50E+00 0.00E+00 1.84E+01 1.00E-01 2.86E+01 4.00E-01 3.52E+01 1.00E+00 4.01E+01 1.80E+00 4.22E+01 9.00E+00 4.70E+01 1.50E+01 5.00E+01 2.80E+01 5.78E+01 3.70E+01 6.01E+01 4.80E+01 0.00E+00 5.80E+01 0.00E+00 6.70E+01 0.00E+00 7.60E+01 0.00E+00 8.00E+01 0.00E+00 8.20E+01
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 3.80E-01 0.00E+00 7.00E-01 0.00E+00 1.60E+00 0.00E+00 5.10E+00 1.00E-01 9.50E+00 4.00E-01 1.88E+01 8.00E-01 2.82E+01 9.00E+00 3.06E+01 1.80E+01 3.46E+01 2.84E+01 4.00E+01 3.30E+01 4.26E+01 3.80E+01 4.82E+01 5.00E+01 0.00E+00 6.00E+01 0.00E+00 6.80E+01 0.00E+00 7.80E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
1.00E-03 0.00E+00 1.00E-03 0.00E+00 1.00E-03 0.00E+00 1.00E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 3.50E-01 0.00E+00 1.60E+00 1.00E-01 2.00E+00 2.20E-01 6.00E+00 4.00E-01 1.00E+01 6.00E-01 2.00E+01 1.30E+00 3.00E+01 1.00E+01 3.50E+01 1.80E+01 3.80E+01 2.80E+01 4.40E+01 3.80E+01 4.80E+01 4.80E+01 5.90E+01 5.90E+01 0.00E+00 7.50E+01 0.00E+00 7.80E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 2.00E-01 0.00E+00 5.00E-01 1.00E-01 1.00E+00 1.20E-01 1.80E+00 4.00E-01 5.30E+00 6.00E-01 8.10E+00 1.10E+00 1.80E+01 1.80E+00 2.90E+01 5.00E+00 4.00E+01 1.00E+01 4.40E+01 1.70E+01 5.00E+01 4.80E+01 6.00E+01 5.50E+01 6.80E+01 6.90E+01 7.50E+01 7.70E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 2.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 1.00E-01 1.10E+00 1.70E-01 1.20E+00 4.00E-01 2.60E+00 8.00E-01 8.20E+00 1.00E+00 2.00E+01 1.80E+01 2.80E+01 2.60E+01 3.50E+01 3.40E+01 4.40E+01 3.80E+01 5.00E+01 4.80E+01 5.40E+01 5.70E+01 6.00E+01 6.80E+01 7.00E+01 0.00E+00 7.50E+01 0.00E+00 8.00E+01 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-01 1.00E-01 4.80E-01 4.40E-01 8.00E-01 7.00E-01 2.00E+00 2.00E+00 6.00E+00 5.20E+00 7.00E+00 1.00E+01 9.00E+00 1.70E+01 1.90E+01 2.80E+01 2.80E+01 3.80E+01 3.80E+01 4.80E+01 4.70E+01 5.90E+01 5.80E+01 6.80E+01 7.00E+01 0.00E+00 7.90E+01 0.00E+00 8.00E+01 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-01 4.00E-01 9.00E-01 1.00E+00 1.40E+00 2.00E+00 5.00E+00 5.00E+00 1.00E+01 7.00E+00 1.80E+01 9.00E+00 2.80E+01 1.80E+01 3.80E+01 2.80E+01 4.40E+01 3.80E+01 5.20E+01 5.40E+01 5.80E+01 6.70E+01 6.80E+01 7.00E+01 0.00E+00 7.50E+01 0.00E+00 8.00E+01 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-03 0.00E+00 0.00E+00 4.00E-01 0.00E+00 1.00E+00 1.00E-01 1.20E+00 2.00E-01 1.50E+00 8.00E-01 7.00E+00 1.00E+00 1.10E+01 4.00E+00 1.70E+01 8.00E+00 2.20E+01 1.60E+01 2.80E+01 2.80E+01 3.10E+01 3.80E+01 3.50E+01 4.80E+01 4.10E+01 5.00E+01 5.90E+01 5.80E+01 6.80E+01 6.50E+01 0.00E+00 7.80E+01 0.00E+00 8.00E+01 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-01 0.00E+00 2.00E-01 0.00E+00 4.00E-01 0.00E+00 8.80E-01 0.00E+00 1.60E+00 0.00E+00 8.00E+00 0.00E+00 1.60E+01 0.00E+00 2.70E+01 0.00E+00 3.80E+01 0.00E+00 4.80E+01 0.00E+00 5.20E+01 0.00E+00 5.50E+01 0.00E+00 6.80E+01 0.00E+00 7.60E+01 0.00E+00 8.00E+01 0.00E+00
1.00E-04 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.20E-03 0.00E+00 1.72E-03 0.00E+00 2.00E-03 0.00E+00 1.00E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 1.00E-04 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.12E-03 0.00E+00 1.72E-03 0.00E+00 1.00E-05 0.00E+00 2.00E-03 0.00E+00 2.00E-04 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 1.39E-03 0.00E+00 1.25E-03 0.00E+00 0.00E+00 2.10E-03 0.00E+00 1.30E-04 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.00E-03 0.00E+00 1.00E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 9.70E-03 1.25E-03 8.96E-02 1.22E-03 1.00E-03 3.50E-02 0.00E+00 1.00E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.51E-03 8.64E-03 1.12E-03 1.21E-02 1.31E-03 2.00E-03 1.00E-03 0.00E+00 1.00E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 1.98E-03 0.00E+00 8.90E-04 0.00E+00 1.82E-03 1.23E-03 1.23E-03 9.90E-03 2.00E-03 2.00E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.78E-03 0.00E+00 1.20E-03 0.00E+00 2.00E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
SALT WATER HEADS 1
0.00E+00 0.00E+00 2 0.00E+00 0.00E+00 3 0.00E+00 0.00E+00 4 0.00E+00 0.00E+00 5 0.00E+00 1.20E-03 6 0.00E+00 1.00E-03 7 0.00E+00 2.00E-03 8 0.00E+00 0.00E+00 9 0.00E+00 0.00E+00 10 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 2.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.20E-03 0.00E+00 2.00E-03 0.00E+00 4.00E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 1.00E-04 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 1.09E-03 0.00E+00 1.20E-03 0.00E+00 3.00E-03 0.00E+00 2.00E-03 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
129
11 0.00E+00 0.00E+00 12 0.00E+00 0.00E+00 13 0.00E+00 0.00E+00 14 0.00E+00 0.00E+00 15 0.00E+00 0.00E+00 16 0.00E+00 0.00E+00 17 0.00E+00 0.00E+00 18 0.00E+00 0.00E+00 19 0.00E+00 0.00E+00 20 0.00E+00 0.00E+00 21 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
-3.95E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.39E+01 0.00E+00 -2.76E+01 0.00E+00 -3.00E+01 0.00E+00 -3.92E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 -3.97E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.24E+01 0.00E+00 -2.21E+01 0.00E+00 -2.84E+01 0.00E+00 -3.92E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 -9.10E+00 0.00E+00 -1.98E+01 0.00E+00 -3.92E+01 -1.03E+01 0.00E+00 -2.01E+01 0.00E+00 -2.79E+01 0.00E+00 -3.91E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.52E+01 -1.36E+01 -2.41E+01 -2.75E+01 -3.93E+01 -3.92E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.00E-01 -1.55E+01 -1.45E+01 -2.01E+01 -2.81E+01 -3.01E+01 -3.92E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
INTERFACE ELEVATION 1
0.00E+00 0.00E+00 2 0.00E+00 0.00E+00 3 0.00E+00 0.00E+00 4 0.00E+00 0.00E+00 5 0.00E+00 -1.01E+01 6 0.00E+00 -2.21E+01 7 0.00E+00 -3.95E+01 8 0.00E+00 0.00E+00 9 0.00E+00 0.00E+00 10 0.00E+00 0.00E+00 11 0.00E+00 0.00E+00 12 0.00E+00 0.00E+00 13 0.00E+00 0.00E+00 14 0.00E+00 0.00E+00 15 0.00E+00 0.00E+00 16 0.00E+00 0.00E+00 17 0.00E+00 0.00E+00 18 0.00E+00 0.00E+00 19 0.00E+00 0.00E+00 20 0.00E+00 0.00E+00 21 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 -3.94E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.00E+01 0.00E+00 -2.50E+01 0.00E+00 -3.96E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
0.00E+00 0.00E+00 -3.96E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.45E+01 0.00E+00 -2.81E+01 0.00E+00 -3.42E+01 0.00E+00 -3.92E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
130
0.00E+00 0.00E+00 2.00E-05 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -1.40E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 -2.82E+01 0.00E+00 -4.00E-01 -5.00E-01 -3.52E+01 0.00E+00 -2.23E+01 -2.55E+01 -3.97E+01 0.00E+00 -3.92E+01 -3.92E+01 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00 0.00E+00
Lampiran 26. Perhitungan Curah Hujan Rata-rata Tahunan dan Curah Hujan Tahunan 1995-2008 Hasil analisis peta isohyet curah hujan tahunan No
Luas Isohyet Km2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
92,45 1246,07 387,70 323,56 345,67 891,97 530,05 180,02 154,94 17,97 4170,39
Tertimbang
Nilai Tengah mm
0,02 0,30 0,09 0,08 0,08 0,21 0,13 0,04 0,04 0,00 1,00
1250 1750 2250 2750 3250 3750 4250 4750 5250 5750
CH Tertimbang (mm/tahun) 27,71 522,88 209,17 213,36 269,38 802,06 540,17 205,04 195,05 24,78 3.009,60
Hasil Perhitungan Curah Hujan Tahun 1995-2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Curah Hujan Tahunan (mm) 2896 2419 1792 2734 2586 2585 2740 3013 2742 2760 2942 3688 2978 2779
131
Lampiran 27. Peta Isohiet Curah Hujan Rata-rata Tahunan
132
Lampiran 28
Prosentase Pertumbuhan (%)
Tren perkembangan penduduk dari tahun 1971-2011 dan Proyeksi pertumbuhan 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
y = 66.467 x -2,90 R² = 0,848
0
10 20 30 40 50 Tahun ke 10 (pertumbuhan pada tahun 1971) Tahun
Grafik tren perkembangan penduduk Jakarta sejak tahun 1971-2011
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Kebutuhan Air Tanah Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Prosentase Jumlah Pertumbuhan Penduduk 0,78 (*) 8.525.243 0,73 8.587.770 0,69 8.647.303 0,66 8.704.023 0,62 8.758.101 0,59 8.809.691 0,56 8.858.940 0,53 8.905.985 0,50 8.950.950 0,48 8.993.955 0,46 9.035.108 0,44 9.074.513 0,42 9.112.265 0,40 9.148.453 0,38 9.183.161
(*) BPS DKI Jakarta
133
Kebutuhan air tanah m3/dt 7,447 7,502 7,554 7,603 7,651 7,696 7,739 7,780 7,819 7,857 7,893 7,927 7,960 7,992 8,022
60
Lampiran 29. Proyeksi kebutuhan air tanah di Jakarta m3/tahun
Tahun
Jumlah Penduduk
Kebutuhan air oleh penduduk
Kebutuhan air tanah (46%) Sisa PAM
Kebutuhan air tanah oleh komersial
Total kebutuhan air tanah
m3/dt
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
8.489.910 8.507.577 8.525.243 8.587.770 8.647.303 8.704.023 8.758.101 8.809.691 8.858.940 8.905.985 8.950.950 8.993.955 9.035.108 9.074.513 9.112.265 9.148.453 9.183.161
464.822.573 465.789.813 466.757.054 470.180.394 473.439.821 476.545.279 479.506.003 482.330.578 485.026.990 487.602.669 490.064.534 492.419.035 494.672.185 496.829.594 498.896.502 500.877.806 502.778.082
213.818.383 214.263.314 214.708.245 216.282.981 217.782.318 219.210.828 220.572.761 221.872.066 223.112.415 224.297.228 225.429.686 226.512.756 227.549.205 228.541.613 229.492.391 230.403.791 231.277.918
19.830.000 19.993.351 20.148.665 20.296.441 20.437.142 20.571.197 20.699.003 20.820.933 20.937.330 21.048.515 21.154.787 21.256.425 21.353.687 21.446.817 21.536.040 21.621.567 21.703.597
233.648.383 234.256.665 234.856.910 236.579.423 238.219.460 239.782.025 241.271.764 242.692.999 244.049.745 245.345.742 246.584.473 247.769.181 248.902.892 249.988.430 251.028.431 252.025.358 252.981.515
7,409 7,428 7,447 7,502 7,554 7,603 7,651 7,696 7,739 7,780 7,819 7,857 7,893 7,927 7,960 7,992 8,022
134
Lampiran 28
Prosentase Pertumbuhan (%)
Tren perkembangan penduduk dari tahun 1971-2011 dan Proyeksi pertumbuhan 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
y = 66.467 x -2,90 R² = 0,848
0
10 20 30 40 50 Tahun ke 10 (pertumbuhan pada tahun 1971) Tahun
Grafik tren perkembangan penduduk Jakarta sejak tahun 1971-2011
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Kebutuhan Air Tanah Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Prosentase Jumlah Pertumbuhan Penduduk 0,78 (*) 8.525.243 0,73 8.587.770 0,69 8.647.303 0,66 8.704.023 0,62 8.758.101 0,59 8.809.691 0,56 8.858.940 0,53 8.905.985 0,50 8.950.950 0,48 8.993.955 0,46 9.035.108 0,44 9.074.513 0,42 9.112.265 0,40 9.148.453 0,38 9.183.161
(*) BPS DKI Jakarta
Kebutuhan air tanah m3/dt 7,447 7,502 7,554 7,603 7,651 7,696 7,739 7,780 7,819 7,857 7,893 7,927 7,960 7,992 8,022
60
Lampiran 29. Proyeksi kebutuhan air tanah di Jakarta
Tahun
Jumlah Penduduk
Kebutuhan air oleh penduduk
m3/tahun Kebutuhan air tanah Kebutuhan air (46%) Sisa tanah oleh PAM komersial
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
8.489.910 8.507.577 8.525.243 8.587.770 8.647.303 8.704.023 8.758.101 8.809.691 8.858.940 8.905.985 8.950.950 8.993.955 9.035.108 9.074.513 9.112.265 9.148.453 9.183.161
464.822.573 465.789.813 466.757.054 470.180.394 473.439.821 476.545.279 479.506.003 482.330.578 485.026.990 487.602.669 490.064.534 492.419.035 494.672.185 496.829.594 498.896.502 500.877.806 502.778.082
213.818.383 214.263.314 214.708.245 216.282.981 217.782.318 219.210.828 220.572.761 221.872.066 223.112.415 224.297.228 225.429.686 226.512.756 227.549.205 228.541.613 229.492.391 230.403.791 231.277.918
19.830.000 19.993.351 20.148.665 20.296.441 20.437.142 20.571.197 20.699.003 20.820.933 20.937.330 21.048.515 21.154.787 21.256.425 21.353.687 21.446.817 21.536.040 21.621.567 21.703.597
Total kebutuhan air tanah
m3/dt
233.648.383 234.256.665 234.856.910 236.579.423 238.219.460 239.782.025 241.271.764 242.692.999 244.049.745 245.345.742 246.584.473 247.769.181 248.902.892 249.988.430 251.028.431 252.025.358 252.981.515
7,409 7,428 7,447 7,502 7,554 7,603 7,651 7,696 7,739 7,780 7,819 7,857 7,893 7,927 7,960 7,992 8,022
Lampiran 29. Proyeksi kebutuhan air tanah di Jakarta
Tahun
Jumlah Penduduk
Kebutuhan air oleh penduduk
m3/tahun Kebutuhan air tanah Kebutuhan air (46%) Sisa tanah oleh PAM komersial
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
8.489.910 8.507.577 8.525.243 8.587.770 8.647.303 8.704.023 8.758.101 8.809.691 8.858.940 8.905.985 8.950.950 8.993.955 9.035.108 9.074.513 9.112.265 9.148.453 9.183.161
464.822.573 465.789.813 466.757.054 470.180.394 473.439.821 476.545.279 479.506.003 482.330.578 485.026.990 487.602.669 490.064.534 492.419.035 494.672.185 496.829.594 498.896.502 500.877.806 502.778.082
213.818.383 214.263.314 214.708.245 216.282.981 217.782.318 219.210.828 220.572.761 221.872.066 223.112.415 224.297.228 225.429.686 226.512.756 227.549.205 228.541.613 229.492.391 230.403.791 231.277.918
19.830.000 19.993.351 20.148.665 20.296.441 20.437.142 20.571.197 20.699.003 20.820.933 20.937.330 21.048.515 21.154.787 21.256.425 21.353.687 21.446.817 21.536.040 21.621.567 21.703.597
Total kebutuhan air tanah
m3/dt
233.648.383 234.256.665 234.856.910 236.579.423 238.219.460 239.782.025 241.271.764 242.692.999 244.049.745 245.345.742 246.584.473 247.769.181 248.902.892 249.988.430 251.028.431 252.025.358 252.981.515
7,409 7,428 7,447 7,502 7,554 7,603 7,651 7,696 7,739 7,780 7,819 7,857 7,893 7,927 7,960 7,992 8,022