11
!' '
,, " c/ cI t·t'cJA:tll:.all.
I A:4.!11hltr ., '"' /Jc.Itr1 ''""
II nrak.c.J
l tc.. I ale"
1.:' ,,
" ,, I ·aliatl A:~l'&•#t cldd
/'"'''' ,{,,{.,,,'/",'/'' 1:.,,.; ita ("1{:'/?..'F!/,,J!wrri).
C)
T'
Ill,'/
11 I . J} 'W~.llltiUI
~·
LIUU1l
.
.
l-11£
11 d.t '/U1Uli.:Qil 1
11 . .lella/Jdl.· fll.lld
J· atl
J}
l
laU all
.Jct:t/lllff ut:ll11 .JCmt!.4lt.J .fiJaJil!arr finfan,'ftl• IIWca,'fCI petl!a/lt.J lewc/Jutf!,d;,, cul!up tt~~luf! mcnufi.J/!an i&nu
{t/!l'at;' JJ(iYJ~
.................. ~ 1
6rwl
')
ll?" " /) . . 11 ./) . ·f. '](' CIJI /f!•ttlt P"/J"'' /11/. /..'.1/flt!"llf!tllll
•
C ttrt~'/ltur, ,7_,~,
dew
/.~
1
,, 1
lftwf-clfwk'k.u ............. ..
KAJIAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TANAH SERTA KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK TANAH DAN PEMILIK TANAH DENGAN PENGGUNAAN TANAH DI WILAYAH SUB URBAN
oleh :
ACHMAD TAUFIQ HIDAYAT
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK Achmad Taufiq Hidayat, Program Studi Ilmu Pcrencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan. Kajian Struktur Kepemilikan Tanah serta Keterkaitan antara Karakteristik Tanah dan Pemilik Tanah dengan Penggunaan Tanah di Wilayah Suburban, di bawah bimbingan Affendi Anwar selaku ketua komisi pembimbing, Sumun ..\aefulhakim dan Ernan Rustiadi sebagai anggota komisi pembimbing.
Penguasaan tanah yang sangat luas oleh segelintir orang ataupun perusahaan yang tidak dimanfaatkan dengan baik akan sangat merugikan, yang dapat mengakibatkan inefisiensi dan ketidakadilan yang mengarah kepada kemubaziran. Merugikan karena disatu sisi efisiensi pemanfaatan tanah pada umumnya rendah dan disisi yang lain kesempatan untuk memanfaatkan tanah oleh orang atau perusahaan lain yang lebih bersungguh-sungguh dan mampu menjadi hilang sehingga sumbangan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak dapat direalisasikan, hal ini tidak adil karcna tanah yang menjadi hajat hidup orang banyak tidak tersedia sccara merata bagi masyarakat yang lcbih banyak. Ter:jadinya ketimpangan antara pennintaan dan penawaran tanah tentunya merupakan suatu indikasi balnva tanah dapat dikategorikan sebagai sumberdaya yang mempunyai sifat kelangkaan (scarcity). Kelangkaan sumberdaya lanah bukan hanya disebabkan oleh persediaanya terbatas, tetapi juga apabila sistem pasamya sering tidak bekerja dengan baik, karena mengalami kendala-kendala kelembagaan atau institusional, yang disebabkan karena terlalu banyaknya pengaturan-pengaturan, sehingga ketersediaan tanah yang dapat dignnakan menjadi semakin Iangka. Dalam hubungannya dengan aspek kelembagaan tP.rsebut, sumberdaya tanah dapat saja tersedia tetapi sistem kelembagaan yang menyangkut hak-hak (property right) kepemilikan atas tanah yang berlaku dapat menjadi kendala, seperti banyaknya tanahtanah guntai (absentee lands) yang tidak digarap pemiliknya tetapi dirambah oleh petani tak berlahan karena pemiliknya bukan orang setempat. Tanah-tanah pada kcadaan ini banyak mengalami kerusakan dan hak-haknya sulit ditransaksikan, sehingga dalam pasar tanah menjadi terhambat dan pemanfaatannya tidak optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah Wltuk ( 1) Mengkaji sebaran dan distribusi kepemilikan tanah di daerah penelitian, (2) Melihat keragaan dan tingkat ketimpangan kepemilikan tanah di daerah penelitian dan (3) Menganalisa kaitan karakteristik tanah dan pemilik tanah dengan p.ola penggWiaan tanah di daerah penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor dengan pertimbangan bahwa Iokasi sampling merupakan daerah suburban dengan struktur kepemilikan beragam yang terkait dengan struktur sosial ekonomi masyarakat dalam berbagai keragaan sumberdaya biofisik dan sumberdaya manusia. Data primer dikumpulkan sebanyak 30 sampel yang dilakukan secara acak (random sampling) sebagai cross check terhadap data sekunder yang telah ada. Keseluruhan data sekunder yang terkumpul sebanyak 2319 bidang tanah dengan status kepemilikan tanah adalah sertipikat hak milik. Hasil penelitian ini sedikit banyak dapat menggambarkan fenomena dari suatu potret nyata kepemilikan, penguasaan dan pengbrunaan tanah di wilayah suburban baik di tingkat lokal, kawasan Jabotabek, kota-kota besar di Jawa Barat maupun di tingkat nasional dengan semakin gencamya perubahan penggunaan tanah dari penggunaan pertanian ke penggunaan non pertanian dan terjadinya alih kepemilikan (transfer hak) dari penduduk asli ke penduduk pendatang sehingga mengarah terjadiuya urban .\prawl.
SURATPERNYATAAN DENGAN INI SA YA MENYATAKAN BAHWA TESIS YANG BERJUDUL KAJIAN STRT JKTUR KEPEMILIKAN TANAH SERTA KETERKAIT AN ANTARA KARAKTERISTIK TANAH DAN PEMILIK TANAH DENGAN PENGGUNAAN TANAH DI WILAYAH SlJBURBAN INI ADALAH BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIPUBLIKASIKAN
Juli 2002
Achmad Taufiq Hidayat Nrp. 99352
KAJIAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TANAH SERT A KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK T ANAH DAN PEMILIK T ANAH DENGAN PENGGUNAANTANAH DI WILAYAH SUBURBAN
oleh:
ACHMAD TAUFIQ HIDAYAT
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains pada Program Studi Il'llu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOG OR 2002
Judul
T~is
Kajian Struktur Kepemilikan Tanah serta Keterkaitan antara Karakteristik Tanah dan Pemilik Tanah dengan Penggunaan Tanah di Wilayah Suburban
Nama
Achmad Taufiq Hidayat
NRP
99352
Program Studi
llmu J>crcncanaan J>cmbangunan Wilayah dan J>crdcsaan
Menyetujui,
I. Komisi Pcmhimhing
l)rof. Or. lr. II. Affendi Anwar, MSc. Ketua
c:~
Dr. lr. H. R. Sunsun Saefulhakim, MAgr. Anggota
Dr.lr.
Mengetahui,
2.
Prof. Dr. lr. H. Affendi Anwar, MSc.
Tanggal Lulus: 23 Juli 2002
MSc.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Februari 1970 dari ayah H. Moch. Hayin dan lbu Hj Sri Widhayati. Penulis merupakan putra keempat dari lima bersaudara. Pada tahun 1982, penulis menyelesaikalt pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Bogor, selanjutnya pada tahun 1985 menamatkan pendidikan di Sekolah \1enengah Pertarna Negeri 4 Bogor dan tahun 1988 berhasil menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bogor. Tahun 1993 memperoleh gelar Sarjana Sosial Ekonomi Pertanian, dari Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor. Pada tahwt 1993-1994 bekerja sebagai konsultan peneliti di Bogor dan
s~jak
tahwt 1995 sarnpai dengan sekarang bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Badun Pertanahan Nasional. Pada tahun 1997 penulis menikah dengan Dwi Fanda Larasati, S.TP dan sudah dikaruniai 1 (orang) anak Taufan Ahadiat serta saat ini sedang menanti detikdetik terakhir kelahiran anak kedua.
Sejak tahun 1999 penulis berkesempatan
mengikuti pendidikan lanjutan pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaau, Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogar dengan beasiswa dari Pusdiklat Renbang OTO-Bappenas.
KA TA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan, karena atas berkat rakhmat dan hidayah, serta ridho-Nyalah pembuatan tesis ini dapat diselesaikan. Terima kasih yang tiada terhingga penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberi dukungan dalam studi dan penyelesaian tesis ini, yaitu : J. Bapak Prof. Dr. H. Atfendi Anwar, M.Sc. selaku ketua komisi pembimLing;
Bapak Dr. Ir. H. R. Sunsun Saefulhakim, M.Agr. dan Bapak Dr. Ir. Eman Rustiadi, M.Agr. selaku anggota komisi pembimbing. 2. Pusdiklat Perencanaan Pembangunan OTO-Bappenas yang telah memberikan
beasiswa selama pendidikan. 3. Pusdiklat dan Puslitbang BPN yang telah berkenan memberi dukungan dan
bantuan.
t Kanter Pertanahan dan Kelurahan Pakansari Kabupaten Bogor yang memberi bantuan data selama di lapangan. 5. Dosen-dosen Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
yang telah membekali penulis dengan ilmu yang sangat bennanfaat. 6. Istri tercinta Dwi Fanda Larasati, S.TP dan ananda tersayang Taufan Ahadiat yang telah mendampingi dengan segala pengorbana.n serta do'a yang tiada teq..utus menunggu keberhasilan penulis. 7. Bapak, Mamah, Rama dan lbu yang telah membeti duktmgan dc.n do'a kepada
penulis. 8. Rekan-rekan mahasiswa PWD, terutama PWD angkatan 1999.
9. Seluruh narasumber/infonnan, atas infonnasi dan diskusinya.
l 0. Seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, temtama kepada pemerintah daerah Kabupaten Bogor ataupun pihak lain yang terkait dalam upaya pembangunanlpeningkatan kesejahteraan rakyat. BogN,
Juli 2002 Penulis
DAFTAR lSI
Halat'lan DAFTAR lSI ................................................................................. .. DAFTAR TABEL ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..... DAFTARGAMBAR............... .................. .................. ............... ........ DAFTAR LAMPIRAN.. ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. . ... ......
111
,. "t
PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................................... . Perumusan Masalah ............................................................................................. Tujuan Penelitian .. .. .. ... .. .. ..... .. .. .. ... .. .. .. .. ... ... .. .. .... .. .. .. .. .. .. .. ... .. .. ... .. ..... .. .. .. .. .. .. .. ... Kegunaan Penelitian .. .. .. .. .. .. ... .. .. .. ... .. .. .. .. .. .. ... .. .. .. .. .. .. .... .. .. ..... .. .. ... .. .. .. .. .... ... ... .. . TINJAUAN PUSTAKA Kepf;milikan dan Penguasaar; Tanah .. .. .. .. .... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ... .. . Motivasi dalam Kepemilikan Tanah .. .. .. .. .. .... .. . ... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . Urbanisasi dan Suburbanisasi............................................................................... Pemanfaatan Tanah............................................................................................... Penggunaan Tanah (Land Use) .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ... .. .. .. .. .. .. ... .. .. .. Konsep Nilai Tanah................... .......... .... ..... ... .. ..... ... .... .... .... .... ..... ....... .. ..... ..... .... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA Kerangka Pemikiran............................................................................................. Hipotesa Penelitian............................................................................................... METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan .......................................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian .... ..... ... ......... ...... .. ....... ............... .... .. .. .... .. .... .. .. ...... Metode Pengumpulan Data.................................................................................. Metode Pengolahan Data..................................................................... ....... .. ..... .. Analisa Sebaran dan Distrihusi Kepemilikan Tanah..................................... Ana/isa Keragaan Kepemilikan Tana/1.......................................................... Analisa Tingkat Ketimpangan Kepemilikan Tanah....................................... Analisa Keterkailan Karakteristik Tanah dan Pemilik Tanah dengan Penggunaan Tanah......... ....... .............. ...... ... ............ ... ... ... ....... ........ ...... . Analisa Spasial Keterkaitan Wilayah ............................................. ..............
Definisi Operasional
9 11 11 12 13 15 1!'. 21 2~
30 34 34 39 40 40 41 41 42 42 43 44 47 51
52
GAMBARAN UMUM WILA YAH PENELITIAN Letak Wilayah ................................................................................................... . ·w·'1.ayah....................................................................................... .. . . AdmJntstrasJ Deskripsi Tentang Aspe.k Historis/Sejarah Kepemilikan Tanah ....................... .. ANALISA KELEMBAGAAN PERTANAHAN Tata Cara Permohonan Hak Atas Tanah ............................................................. . Permohonan Hak Atas Tanah Dengan Sistcm Ajudikasi .................................... . Persiapan untuk Pengumpulan Data Yurid;s dan Data Fisik................ .. Pengumpu/an Data Yuridis dan Data Fisik............................................ .. Proses Peni/aian Dan Pemhuktian Data Penguasaan/Pemilikan Bidar.g Tanah Yang Terkumpul .................................................. ................ . Perkembangan Pcrmohonan Hak Atas Tanah Dengan Sislcm Ajudikasi Sistem Komputerisasi Pertanahan ...................................................................... . Peran Kelembagaan Dalam Pemanfaatan Tanah .............................................. ..
56 56 56 57 59
59 71 71
73 75 76 76
79 81
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran dan Distribusi Kepemilikan Tanah ..................................................... .. Sebaran dan Tingkat Ketimpangan Kepemilikan Tanah ................................... .. Keragnan Kepemilik:m Tanah ............................................................................ . Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Tanah dan Kaitannya Dengan Karakteristik. Tanah dan Pemilik Tan1h ...................................................... . Keteri
100
KESIMPULAN DAN SARP.N Kesimpulan.................................................. ....................................................... . Saran.................................................................................................................... .
104 104 106
DAF'fAR PUSTAKA ............................................................................................... . LAMPIRAN................................................................................................................ .
108
ll
81 82
84 86 95
Ill
DAFTAR TABEL
Teks
Hal
Persentase Luas Penggunaan Tanah Propinsi Jawa Barat Dirinci per Kabupaten tahun 1997-1999 .............................. .
5
2.
Hasil Anal isis Input-Output Propinsi Jawa Barat Tahun 2000 ....
6
3.
Matriks Korelasi Kuantifikasi Hayashi II ............................... .
48
Peubah-Peubah Yang Diduga Mempengaruhi Penggunaan 1"anah ............................................................... ........... .
49
Perincian Jenis Analisis, Notasi, Variabei/Parameter Serta Sumber Data .............................................................................. .
54
Data Penduduk dan Luas Wileyah Kelurahan Pakansari Tahun 2000 ............................................................... ............. .
56
lnstitusi-institusi yang Dapat Memiliki Jenis Hak Atas Tanah (Sertifikat) ............................................................... ...... .
59
Jangka Waktu Penyelesaian Pelayanan Hak-hak Atas Tanah..
70
Sebaran Dan Distribusi Kepemilikan Tanah Menurut Domisili Di Kelurahan Pakansari Kec. Cibinong Kabupaten Bogor, tahun 2000 ...... ····················· ······ ............... ······ ······ ...... ...... .....
81
Hasil Analisis Ent:-opy, Rasio Gini dan Fragmentasi Tanah di Kelurahan Pakansari Bogor, Tahu.1 2000... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
83
Persentase Proporsi Kepemilikan Tanah per RW di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, Tahun 2000
84
Hasil Korelasi Antar Peubah di di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, Tahun 2000 .................
85
Hasil Analisis Metode Kuantifikasi Hayashi II : Variabei-Variabel Terkait Penggunaan Tanah Berdasarkan Bidang Tanah di Kelurahan Pakansari...... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
87
No
1.
5.
6. 7a. 7b. 8.
9.
10.
11.
12.
Ill
No 13.
14.
15.
16.
Teks
Hal
Hasil Analisis Metode Kuantifikflsi Hayashi II Kelompok Penggunaan Tanah di Kelurahan Pakansari ........................ .
95
Tabulasi Silang antara Penggunaan tanah dengan Jenis Pekerjaan di Kelurahan Pakansan ..................................... .
96
Tabulasi Silang antara PenggunaC'n Tanah dengan Luas Kepemilikan di Kelurahan Pakansari. .................................. .
97
Karakteristik Mesing-Masing RW berdasarkan zone di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, Tahun 2000 ................................................................................. .
102
iv
DAFTAR GAMBAR Tel-..s
No
Hal
1.
Diagram Alir pentingnya penelitian tentang Kajian Struktur 12 Kepemilikan Penguasaan dan Penggunaan Tanah ..........................
2
Tec,ri Jalur TerpusAt............................................................................
26
~-
Teori Pembangunc.n Aksial Atau Radial..............................................
27
4.
Teori Sektor............. ... ...................................................... .. ................. 28
5.
Teori Pusat Lipat Ganda................................................... ... ...... ..........
6.
Hubungan Antara Land Rent dan Lokasi pada Berbagai Sektor Ekonomi............................................................................................... 32
7.
Diagram Alir Kerangka Berfikir.................................... .........................
38
8.
Kurva Lorentz dan Perkiraan Koefisien Gini........................................
44
9.
K~terkaitan
antar RW di Kelurahan Pakansari.....................................
v
29
101
DAFTAR LAMPIRAN
No
Teks lampiran
Hal
1.
Hasil Penghitunga'l Metode Kuantifikasi Hayashi 11.............................
111
2.
Surat Edaran Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Bar~t tentang Biaya Pengukuran ................................. .
119
No
Tabella'llpiran
Hal
·j.
Tabel Hasil Crosstc.ble antar peubah Metode Kuantifikasi Hayashi II..
121
2.
Hasil Penghitungan Ana lisa Gini Ratio................................................
122
3.
Hasil Perhitungan Ana lisa Entropy......................................................
123
4.
Data Realisasi Registrasi PertanEAhan Sistem Ajudikasi dirinci p3r Propinsi tahun 1994/1995-2001...........................................................
133
No
Gambar lampiran
Hal
1.
Peta Administrasi dan Peta Dasar Teknik Kelurahan PakansRri..........
134
2.
Peta Bidang Tanah Kelurahan Pakansari...........................................
135
3.
Peta Lokasi Penelitian.......................................................................
136
4.
Peta Penyebaran Harga Tanah ....... ................................................
137
5.
Struktur Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota....................
138
6.
Mekanisme Pelayanan Front Office Sistem Komput~risasi Pertanahan........................................................................ ................. . 139
7.
Mokanisme Pelayanan Back Office Sistem Komputerisasi Pertanahan...........................................................................................
140
PENDAHULlJAN Latar Belakang
Pada dasamya tanah mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting dalam kehidupan individu dan masyarakat, baik sebagai wadah untuk kegiatannya maupt:n sebagai aset dan faktor produksi untuk penghidupannya, ka,·ena Pampir seluru"l aktivitns kehidupan manusia mulai dari proses produksi, rertanian, pemukiman sampai kegiatan industri dan rekreasi membutuhkan tanah sebagai masukannya (input).
Deng~-n
meningkatnya kegiatan pembangunan, bertambahnya jumlah dan mobilitas penduduk, pennasalahan tanah dan konflik di biuang pertanahan tidak akan mereda, tetapi sebalik:1ya mungkin justru akan bertamb?h. Hal itu disebabkan karena kebutuhan ahn tanari, baik jenis, inten!>itas maupun volvmenya akan semakin meningkat, sedang luas tanah yang tersedia tidak akan bertambah .>ecara berarti. Tanah-tanah yang tersediapt:n keadaa11 dan kemampuannya tidak merata dan sebagian besar sudah ada yang memiliki. Ditambah lagi dengan kenyataan, bahwa yang sudah dipunyai itu tidak dimanfaatkrn seoptimal mungkin dan sebagian besar belum didaftar dan belum ada surat tanda bl1ktinya. Selain itu, pentingnya tanah bagi :.:ehidupan manusia karena tanah mempun:y1i beberapa dimensi (Barlowe, 1978) an tara lain dimensi tanah scbagai: ( 1) ruang, yahu sebagai area geografis yang merupakan wadah bagi segala sesuatu untuk berlokasi dhn berinteraksi, (2) alam, yaitu sebagai lingkungan alamiah yang proses-proses terkait didalamnya sangat dit<.;ntukan oleh faktvr-faktor seperti iklim, batuan induk, huja,l, t.Jpografi, dan lain-lain; (3) faktor produksi, yaitu sebagai sumberdaya dasar
sumh~r
2
makanan, serat, bahan-bahan bangunan, mineral, energi, dan bahan-bahan alamiah lain yang dibutuhkan oleh manusia; (4) barang konsumsi, yaitu sebagai barang konsum )i karena adanya nilai langsung yang dinikmati masyarakat akibat konsumsi yang dilakukan; (5) situasi, yaitu meliputi
loka~i
atau posisi strategis yang dimiliki tanah, ((i)
properti, yaitu meliputi kepemilikan beser-ta segala hak-hak yang berkaitan dengan hak kepemilikan tanah; dan (7) kapital, ya1tu tallah dapat diperhitungkan sebagai modal. Menurut Anwar (1994), sumberdaya tanah menjadi semakin penting karena dengan semakin bertamhah jumlah pendt!duk yang pertumbuhannya masih tinggi ak?n terus memberi tekanan-tekanan kepada permintaannya. Sedangkan dari sisi persediazn (supply) tanah dalam suatu tatanan ruang tertentu (suatu wilayah, atau kawasan kota-
lrota) keadaan persediaannya tetap (fixed), sehingga nilainya menjadi meningkat d&ri waktu ke waktu serta dengan berkembangnya ekonomi dan bertambahnya popula.ii penduduk serta meluasnya kegiatan ekoncmi di luar pertanian, maka penggunaan tanahtanah semakin bersaing, seperti digunakan untuk perkebunan, hutan produksi, perumahan, pertambangan maupun untJk tempat perdaganganlbisnis, industri dan keperluan pembangunan infrastruktur (jalan-jalan raya, irigasi, dll). Tetjadinya ketimpangan antara permintaan dan penawaran tentunya merupakan suatu indikasi bahwa tanah dapat sifat kelangkaan (scarcity).
dikat~gorikan
sebagai sumberdaya yang mempunyai
Kelangkaan sumberdaya tanah bukan hanya disebabkr.n
oleh persediaannya terbatas, tetapi juga apabila sistem pasamya sering tidak bekerja dengan baik, karena mengalami kendala-kendala kelembagaan atau institusional, yarg disebabkan karena terlalu banyaknya pengaturan-pengaturan, sehingga kctersedia:n tanah yang dapat digunakan menjadi semakin langka. Dalam hubungannya dengan
3
aspek kelembagaan tersebut, sumberdaya tanah dapat saJa tersedia
tetapi sistet il
kelembagaan yang menyangkut hak-hak (property f'lght) kepemilikan atas tanah yang berlaku dapat menjadi kendala, seperti banyaknya tanah-tanah guntai (absentee landr) y~mg
tidak digarap pemiliknya tetapi dirambah oleh petani tak berlahan karena
pemiliknya bukan orang setempat. Tanah-tanah pada keadaan ini banyak mengalami kerusakan dan hak-haknya sulit ditransaksikan, sehingga dalam pasar tanah menjadi terhambat dan pemanfaatannya tidak optimal. Penguasaan tanah yang sangat luas oleh segelintir orang ataupun perusahaon yang tidak dimanfaatkan dengan baik sangat merugikan, yang akan mengakibatkan inefisiensi dan
ketidakadil~n
yang menga:ah kepada kemubaziran. Merugikan karen1
disatu sisi efisiensi pemanfaatan tanah pada umumnya rendah dan disisi yang lai 1 kesempatan untuk memanfaatkan tanah oleh orang atau perusahaan lain yang lebi j bersungguh-sungguh dan mampu mcnjadi hilang sehingga sumbangan bagi peningkata:1 kesejahteraan masyarakat tidak dapat direalisasikan, hal ini tidak adil karena tanah yanJ menjadi hajat hidup orang banyak tidak tersedia secara merata bagi masyarakat yang lebih banyak. Permasalahan pt;rtanahan akan semakin terasa dengan adanya pengaruh proses globalisasi dalam era milenium abad ke-21. Analisa krisis ekonomi moneter yang tetjaC1i sejak bulan Juli 1997 menunjukkan bahwa kegiatan ckonomi berbasis tanah t:!rutama ai perdesaan, secara relatif tidak terlalu parah dipengaruhi oleh dampak negatif dari krisis tersebut. Hal ini memberikan suatu kearifan bahwa distribusi pemilikan penguasaaa tanah s'ingat mempeng2.ruhi fundamental pembangunan nasional. Adanya pengaru:1 globalisasi, meningkatnya kesadaran anggota masjarakat atas hak kcwargane:saraannyn,
4
dan ber!angsungnya p:-oses reformasi yang menyeluruh dalam kehidupan bermasyaraxat, berbangsa dan bemegara yang mengakibatkan masalah pertanahan akan semakin kompleks, sehingga uiperlukan kebijaksanaan dan strategi pertanahan yang lebih konseptual dan terpadu. Studi yang uilakukan oleh Saefulhakim, Panuj u dan Nasoetion (1 S99) menyatakan
bahwa
berdasarkan
data
dari
Biro
Pusat
statistik
tent1ng
pemilikan/penguasaan tanah skala kecil yang mencapai 48,91 % pada tahun 1983 dan meningkat menjadi 50,17 % pada tahun 1993 serta lebih lanjut dinyatakan bal".wa semakin kecil skala pemilikan/penguasaan tanah,
semakin kecil pula penerimaan
usahatani dan pendapatan bersih usahatani yang juga dapat menunjukkan berkurangnya tingkat kesejahteraan dari petani. Selain itu dengan meningkatnya persaingan dalam penggunaan tanab, baik untuk produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya memerlukan pemikiran yr.ng seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumbc..rdaya yang terbatas.
Saefulhakim dan Nasoetion (1995) menjelaskan bahwa
pertumbuhan ekonomi, diikuti pula oleh peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun membawa konsekuensi pada perubahan alokasi sumberdaya diantara berbagai jenis penggunaan.
Fakta yang dapat langsung terhhat adalah adanya perubahan
penggunaan tanah dari sektor pertanian ke sektor non per1aniau, seperti terlihat pr.da tabel 1 yang dapat dijelaskan bahwa perubahan penggunaan tanah di Propinsi Jawa Barat ditandai dengan adanya kecenderungan berkurangnya luas penggunaan tannhtanah pertanian produk1if(sawah, kolam dan perkehunan) terutama d; kota Bogor,Bek:tsi
Tabd 1. Persentase Luas Penggunaan Tanah Propinsi Jawa B~rat dirinci per Kabupaten!Kota Tahun 1997-1999 No Kabupaten IK.ot!l
I
Sawah
I999 I997 I998 32,78 33,97 33,26 I Bogor 32.88 2 Sukabumi 33,I8 33,94 33,50 33,60 32,90 3 Cianjur 33,09 32,99 33,9I 4 Bandung 5 Garut 33.5I 32,82 -'-- - · - - - - - -33,67 32,67 34,72 32,6I 6 Tasikrnalava 7 Ciamis 33,41 33,22 33 . 36 34,I7 32,94 32,89 Kuningan 8 33,32 33,20 33,49 7 Cirebon Majalengka 33,42 33,I6 33.42 IO 32,98 32,99 34,03 II Sumedang 33,os 1 ;J,YI 3~.05 I2 Indramafo 33,I9 33,6I 33,20 13 ~ubang I 32,72 14 Purwakarta 32,72 34,55 33,47 33,33 33,20 15 Karawang I 33,53 32,90 33,57 I6 Bekasi l 29,30 29,30 41,40 I7 KotaBogor 25,00 49,99 18 Kota Sukabwni i 25,01 47,00 Kota 25,95 Bandung 27.05 19 47,01 5,98 20 Kota Cirebon 47,01 I 0,001 55,27 44,73 I2I Kota Bekasi I
l
Total IOO IOO IOO IOO 100 IOO IOO 100 IOO IOO 100 IOO IOO IOO 100 100 100 100 1001 100 100
Bangunan I997 33,86 32,94 30,84 34,55 33,87 3I,95 34,98 32,56 32,I6 32,78 32,44 32,29 35,22 33,97 32,39 37,59 23,32 25,76 27,29 32,59 0,00
I998 33,75 33,52 34,60 34,62 34,78 32,5I 35,54 32,6I 33,80! 32,78 33,78 34,05 35,22 33,97 32,39 37,59 23,32 25,69 27,29 33,70
Total 1999 32,39 33,54 34,56 30,83 3I,35 35,53 29,48 34,83 34,04i 34,43 33,78 33.67 29,55 32,06 35,2I 24,82 53,37 48,5.) 45,41 33,70
53,56 46,44
Kolam
I997 100 32,45 IOO 32,08 IOO 3I,62 IOO 33,64 100 30,75 IOO 33,64 IOO 34,85 100 33,4I 100 33,62 IOO 33,06 IOO 32,84 IOO 2),48 IOO 34,36 100 32,04 IOO 33,I6 100 35,85 100 17,471 100 27,35 1ool 28,87 10ol_ 32,92 IOOI- 0,00
1998 32,45 32,08 3I,62 33,65 37,49 33,04 34,85 32,I6 33,I4 33,06 33,7I 3 7,39 33,17 33,40 34,59 36,65 17,47 24,37 24,64 33,54
Tot:tl I999 35,09 35,85 36,76 32,7I 3I,76 33,32 30,29 34,43 33,25 33,88 33,45 37,13 32,47 34,56 32,25 27,51 65,07 48,28 46,49 33,54
IOO IOO IOO IOO IOO IOO IOO IOO IOO IOO IOO IOO IOO IOO 100 IOO 100 IOO 100 100
44,86 55,14
100
Sumber: Data Penggunaan Tanah Sensus Pertanian, Badan Pusat Statistik 2000
Tanah Tidur 1997 1998 35,22 36,05 3I,85 34,02 34,52 34,57 34,7I 34,88 32.67 32.67 3:;,25 33,95 28,78 28,78 32,:::4 3I,82 34,55 3I,72 32,56 32,56 32,04 33,98 49,45 49,45 43,90 43,90 33,63 32,37 32,971-34, II 30,99 20,65 33,I7 43,I8 29,27
30,8I 39,68 16,34 27,27 24,39
1999 28,73 34,I4 30,9I 30,4I 34,66 32,80 42,44 35,94 33,73 34,88 33,98 I, 11 I2,20 34,00 32,92 38,20 39,68 50,50 29,55 46,34
0,00 52,97 47,03
Total 100 100 IOO IOO IOO IOO IOO IOO IOO 100 IOO 100 IOO IOO IOO IOO IOO 100 IOO 100 100
Pe.kebunan 1997 24,33 34,09 2I,50 3I,03 85,16 36,29 I5,86 48,12 40,58 34,25 46,80 0,00 30,23 47,67 36,99 29,37 13,56 0,00 13,85 24.85 0,00
1998 I9,I5 32,96 49,I6 3I,03 0,00 33,86 53,I9 3I,76 40,58 34,25 2.>,78 50,00 34,88 3I,26 37,69 43,20 43,22 0,00 23,85 37,28
1999 56,52 32,96 29,34 37,94 I4,84 29,85 30,95 20,13 18,84 3I,5I 27,42 50,00 34,88 21,07 25,32 27,43 43,22 0,00 62,31 37,87
26,27 73,73
Total IOO IOO IOO IOO 100 100 100~
IOO IOO IOO IOO IOO 100 IOO IOO 100 100 0 100 100 100
6
rlan Bandung dari tahun 1997-1999.
Fenomena lainnya adalah kecenderungail
bertambahnya luas penggunaan tanah non pertanian (perumahanlbangunan lainnya dan tanah tidur) sehingga perlu tindakan antisipatif sejak dini oleh berbagai pihak terutam1 meluasnya tanah-tanah tidur di Kota Bekasi, Bogor, Bandung dan kota
bes~r
lainnya
yang menimbulkan konsekuensi rendahnya produk:ivitas tanah dari sektor pertanian. Studi yang dilakukan di Jawa Barat oleh Saefulhakim dan Ardi (2000), menyatakan
bahwa keterkaitan ke belakang dalam penggunaan input tanah dan
sumberdaya lokal untuk penggunaan industri, listrik, gas dan air serta bangunan mcnunjukkan koefisien keterkaitan ke belakang yang tinggi seperti yang diturjukkan pada tabel 2. Sedangkan sektor pertanian paling kecil dalam penggunaan input tanah d:tn sumberdaya lokal. Hal ini menande.kan bahwa banyaknya terjadi alih fungsi tanah di Jawa Barat yang berasal dari sektor perte.nian ke sektor non pertanian Tabel2. Hasil Analisa Input-Output di Propinsi Jawa Barat Tahun 2000
...
~
ell
Peranian IPertambangan ndustri Pengolahan ~istrik, Gas & Air IBangunan IPerdagangan ~gangkutan
Keuangan J~sa-jasa
I
2 3 4 5 6 7 8 9
- .~ §.l
...
...
~~ ·~ ~:::Q .~
<5~
u.::: ~~
1,350 1,42S 2 306 2,176 2,196 1,531 _1M2 1,544 1,385
1,316 :",513 2,619 2,358 1,667 1,463 2,213 1.670 1,088
.~
~:§ .:::
~
:s ~
1,616 5,790 2,352 45,521 1,945 1,219 2 208 1,350 7,975
ti
~~ o.::: ~~
"2 ~ "2~ 'al ~i ~..s .~ ~ E s:: ~ s:: ~
....
Q
....
't:l-...1
~-...}
1,217 0,/78 1,339 0,253 2 912 0,651 2,527 0,60-J 2,402 0,58-i 1,397 0,28-i 1,849 1,418 1,229 0,/86
0,214 0,263 1,649 0,119 0,086 0,344
~:~~ ~:;~~ 0,222
l~ ..... ti;
1,599 1,412 4 358 1,210 I, 131 1,680 1,476 1,547 1,345
Sumber : Pelatihan Input·Output Jawa Barat, Safulhakim dan Ardi (2000) Perluasan wilayah urban (khususnya DKI Jakarta dan Kota Bogor) ke wilayah suburban ( dalam hal ini Kabupaten Bogor) merupakan suatu fenomena yang tidak dapat
7
dihindari sehingga membawa dampak pada terbentuknya pusat-pusat kegia1an dan p\!rtumbuhan baru yang membutuhkan tanah dan lokasi-lokasi yang strategis kompet;tif dari sudut ekonomi.
da;l
Berkembangnya pembangunan kawasan industr::,
komvlek-komplek pemukiman dan kegiat1n ekonomi lainnya memperlihatkan wilaya;1 Kabupaten Bogor telah dan sedang mem:ju terbentuknya suatu pusat kegiatan da'l p~rtumLuhan
yang potensial dan strategis.
Disamping itu laju pcrtumbuhan
p~nduduk
yang tinggi di perkotaan merupakan
fenomena umum yang terjadi di kota-kota l"·esar, studi yang dilakukan oleh Server ( 1~96) menyatakan bahwa populasi di Jakarta tahun 2000 mencapai 13 juta jiwa denga 1 ll"ju pertumbuhan penduduk 5,5 % per tahun, sementara yang tinggal di regic,n aglomerasi metropolitan (Kawasan Jabotabek) berkisar antara 18-20 juta jiwa, merupakan kawasan urban terbesar di
A~ia
(bahkan di dunia).
Walaupun lonjaka:1.
penduduk yang tinggi di kawasan perkotaan akan membawa manfaat-manfaat ekonomi tertcntu sepcrti skala ckonomi yang bcsJr yang mcmungkinkan pcnghematan biaya p:oduksi, sumber tenagJ kerja yang melimpah, efisicnsi dan efektifitas fasilitas sosir.l t~tapi
dengan semakin besarnya kota maka kcuntungan tersebut seolah tidak berad
dengan meningkatnya Liaya-biaya sosial. Bahkan pada tingkat terh.:ntu, keuntungankeuntungan yang diperoleh jika dikompensasi dengan kerugian-kerugian yang oitimbulkan oleh biaya-biaya sosial yang diderita masyarakat akan bernilai negatif Pada kondisi ini dapat dikatakan bahwa wilayah kota mengalami skala disekonomi (diseconomy ofscale). Biaya-biaya sosial yang ditimbulkan dalam hal ini dalam bentt:k
pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan, kemacetan, kerawanan sosial, merosctn)a r.1oralitas dan mentalitas generasi muda dll. Implikasi dari laju pertumbuhan penduduk
yang cukup besar itu secara signifikan akan mempengaruhi proses alih fungsi tanah dan alih kepemilikan tanah di wilayah suburban.
Studi yang dilakukan oleh Dowall dan
Leaf (1991) menunjukkan harga tanah meningkat lebih cepat di wilayah Juar kota (~uburban)
dan menunjukkan peningkatan nilai tanah yang berubah dari pertanian ke
penggunaan urban (perkotaan). Pembangunan yllng selama ini bias kepada pembangunan kawasan perkotaan (urban hias) dan lebir. menekankan kepada pertumbuhan ekonomi mengakibatkan
ketimpangan yang sangat Iebar antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan karen a p.:merataan sccara "otomatis" yang diharapkan setelah mengejar pertumbuhan ekonorr,i tidak terjadi (tricle down effect kearah hinterland tidak terjadi; sebaliknya yang terjaai adalah net effect-nya malah menimbulkan masive backwash effect (Lipton 1977 dalarn Ar:war dan Rustiadi, 2000).
Sehingga daerah-daerah belakang (hinterland) menjacii
kekurangan sumberdaya akibat pengurasan yang dilakukan oleh kota, baik itu sumbt:rdaya alam, sumberdaya manusia maupun sumberdaya modal yang merupakaa penentu kemajuan dan pembangunan.
Selain itu kegagalan pemerintah Orde Bar ..1
karena begitu kuatnya dominasi pemerintah pusat yang mengarah kepada terjadinya kerusakan moral (moral ha=ard). perilaku moral hazard s~ringkali
Kebijakan yang bersifat sentralistik dan adanya
menyebabkan alokasi sumberdaya yang tidak efisien da.1
merusak tatanilai yang dianut oleh masyarakat
masyarakat tidaL memiliki inovasi dalam
yang
m~ngembangkan
menGakibatkan
diri dan daerahnya.
Paradigm2 pembangunan yang urban iJias tersebut telah menimbulkan berbagai persoalan di kota besar seperti terjadinya urbanisasi karena akumulasi kapital
yan~
bcrada di perkotaan. Urbanisasi tcrsebut pada akhirnya akan menimbulkan be:bagai
9
persoalan di kota besar karena daya dukung yang terbatas dan yang terjadi bukan lagi economic of scale (economic of aglomerat.;on) namun justru disecono.?zic ofscale. Kota-
kota besar tumbuh dengan cepat sebagai pusat pertumbuhan wilayah yang seringka 'i n1engabaikan
fungsiny~
untuk memberikan pelayanan kepada wilayah suburbar•.
Qampak yang lebih buruk da1 i urban bias ini akan mengakibatkan tumbuh suburny'l kantung-kantung pemukirnan kumuh (slum) dan kampung-kampung di tengah kota yan.s ~erba
menyesakkan dan liar (shantytown) serta pennasalahan-pennasalahan lain yang
sangat kompleks yang ir11basnya sampai kepada wilayah suburban. Berdasarkan
ket~rangan
dan pemaparan-pemaparan di atas, sebagai salah saLt
solusi altematif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan suatu Kajian Struktur Kepemilikan Tanah di Wilayah Sub Urban yang dalam konteks penelitian ini dipilih sebagai studi kasus adalah Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, dikarenakan lokasi Kabupaten Bogor yang strategis dan kompetitif serta merupaka'1. daerah penyangga dan berbatasan langsung dengan tiga propinsi besar yaitu
propin~i
Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta, memerlukan suatu penanganan yang kor.1prehensif dan profesional dalam hal kepemilikan tanah sehingga terwujudnya kepemilikan tanah yang lebih merata, berkelanjutan dan berkeadilan sosial. Perumusan Masalah
Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan rr:eningkatnya intensitas pembangunan, semakin meningkat pula kebutuhan tanah untuk berbagai kegiatan pembangunan bagi pemerintah dan
ma~yarakat
sedangkan luas tanah relatif tida k
bertambah. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya bebcrapa masalah yang b:!rkaittn
10
dengan kepemilikan tanah. Secara
umum pennasalahan tersebut adalah : adany1
fenomena penguasaan tanah yang sangat luas oleh segelintir orang ataupun perusahaa1 yang tidak dimanfaatkan dengan baik, sehingga sangat merugikan dan tidak adL. Merugikan karena disatu sisi efisiensi pemanfaatan tanah pada umumnya rendah ata1.1 tidak dimanfaatkan sama sekali menjadi tanah terlantar (tanah tidur) dan disisi yang lain kesempatan untuk memanfaatkan tanah oleh orang atau perusahaan lain yang lebi;l J-,crsungguh-sungguh dan mamr.u menjadi hilang sehingga sumbangan bagi pcningkatan kesejahteraan masyarakat tidak dapat direalisasikan, hal ini tidak adil karena tanah yang menjadi hajat hidup orang banyak tidak tersedia secara merata bagi masya,·akat yang Iebih banyak.
Inventarisasi tentang tanah tidur yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Bogor di 18 Kecamatan telah mencapai 948,22 Ha, walaupun belum mencakup seluruh kecamatan (35 kecamatan) namun patut diantisipasi sejak dini aga terwujudnya kepemilikan dan penguasaan tanah yang lebih merata, berkelanjutan dan berkeadilan sosial. Dari uraian-uraian di atas
maka dapat dirumuskan beberapa pennasalahan
ookok, yaitu : J. Bagaimana sebaran dan distribusi kr.pemilikan tanah di daerah penelitian ?
2. Bagaimana keragaan dan tingkat
k~timpangan
kepemilikan tanah di
daen~ h
penelitian? 3. Bagaimana kaitan karakteristik tanah dan pemilik tanah dengan pola penggunar.n tanah di daerah penelitian ?
11
Tujuan Penelitian
Seperti telah disinggung secara sekilas di atas, secara umum penclitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
~truktur
kepemilikan tanah dan kaitan
antara karakteristik tanah dan pemilik tanah dalam mempengaruhi pola penggunaar tanah di Wilayah Sub Urban yang akan dilakukan di Kelurahan Pakansari Kecarratafl Cibinong Kabupaten Bogor. Secara spesifik, tujuan penelitian ini adalah untuk: I. Mengkaji sebaran dan distribusi keper.1ilikan tanah di daerah penelitian. 2. Melihat keragaan dan tingkat ketimpangan kepemilikan tanah di daerah penelitian. 3. Menganalisa kaitan karakteristik tanah dan pemilik tanah dengan pola penggunaz.n tanah di daerah penelitian. Keguaaan Penelitian
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfut antara lain : I. Bagi pcngembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam mengkaji alih penguasaan tanah di wilayah subur':Jan; 2. Bagi pemerintah daerah setempat, sebagai sumber dat1. dan sumbangc:n pemikiran
sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
menentukan
kebijakan
pembangunan khususnya mengenai pengaturan penguasaan dan penataguna:m tanah; 3. Bagi
masyarak~.t,
dengan penelitian ini dapat melihat potret nyata tentaug
fenomena kepemilikan dan penguasaan tanah.
12
Paradigma Lama : • Mmekankan pada Pertumbuhan Ekonomi • Urban Bias • Sentralistik
Paradigma Barn : Menekankan pembangunan pada : • Pertumbuhan Ekonomi (Growth) • Pemerataan (Equity) • Suistanability (keberlanjutan) • Desentrahsasi (otonomi)
Laju pertumbuhan penduduk dan intensitas pembangunan yang tinggi di wilayah urban (perkotaan)
• • • •
Ketimpangan spasial, sektoral, individulkelompok masyarakat Urbanisasi Biaya sosial yang tinggi di perkotaan Suburhanisasi
')ampak wilayah Suburban : • Ketimpangan antara pennintaan & penawaran tanah • Terjadi alih fungsi serta alih kepemi1ikan tanah • Harga Tanah yang tinggi • Inefisiensi, ketidakadilan yang mengarah kepada kemubaziran
Struktur Kepemilikan Penguasaan dan Penggunaan Tanah Yang Merata, Berkelanjutan dan Berkeadilan Sosial
Perlunya Penelitian dan Kebija'<.an Dalam Mengkaji Struktur Kepemilikan Penguasaan dan Penggunaan Tanah
Gambar 1. Diagram Alir pentingnya penelitian tentang Kajian Distribusi Pemilikan Penguasaan dan Penggunaan Tanah.
TINJAUAN PUSTAKA Kepemilikan dan Penguasaan Tanah
Pengertian kepemilikan dan pt:nguasaan tanah seringkali dianggap sama. Padahal ada perbedaan mendasar antara pengertian kepemilikan dan penguasaan. Pengertian kepemilikan lebih condong kepada status hak (entitlement) sedangkan pengertian penguasaan lebih kepada total luasan yang dikuasai atau diusa!mkan. Selain itu pengertian kepemilikan
mengandung arti
adanya hak
untuk
menggunakan tanah bagi pemiliknya, baik hak untuk menjual (dipindah tanganl:an), digadaikan, disewakan, diwariskan atau diusahakan untuk kepentingan pemiliknya. Sedangkan pengertian penguasaan n1engandung arti adanya hak untuk menggunakan tanah berdasarkan sewa atau kontrak tertentu, tetapi tidak rlapat dipindah tangankan oleh yang menguasai tanah te.·sebut (Wijayanti, 2000). Salah satu aspek penting
dimensi tanah dalam hubu:tgannya dengan
manusia adalah tanah sebagai properti yang mempunyai pengertian bahwa tanah meliputi kepemilikan beserta entitlement yang berkaitan dengan hak kepemilikan tanah (Barlowe, 1978). Hal ini berkaitan dengan segala hak yang
berhubun~an
dengan tanah yang mempunyai implikasi sangat luas terhadap pengelohan fumberdaya tanah, seperti hak untuk menjual tanah,
m~miliki
dan menggunakan tanah, hak untuk
hak untuk menyewakat;, hak untuk menggadaikan, hak untuk
membagi dan menurunkan kepemilikan dan hak untuk menghibahkan. Hubungan yang berupa peminctahan hak milik dan atas hak menggarap akan menimbulkan pemusatan penguasaan Tanah sebagai faktor produk...;i peming kepada salah seorang atau golongan orang yang mempunyai modal kuat. Keadaan tersebut dari segi ekonomi akan berakibat pada pemusatan pe.1dapatan dan
14
pemilikan kepada segolongan kecil orang yang kaya.
Keadaan demikian akan
menyebabkan ;x>la distribusi pemilika'1 Tanah akan semakin timpang (Santoso, 1983). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria (Undang-undang Pokok Agraria) atau lebih dikenal dengan UUPA, menyebutkan beberapa jer.is hak-hak atas tanah, antara lain : hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak memungut hasil hutan dan hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak yang disebut sebelumnya yang akan ditetapkan dengan undang-undang.
Hak milik
diatur dalam UUPA pasal 20 sampai 27. Hak milik adalah hak turun-ternurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang pribadi atau badan-badan hdkum tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Hak guna usaha diatur dalam UUPA pasa~
28 sampai pasal 34. Hak guna usuha adalah hak untuk ment;usahakan tanah
yang dikuasai langsung oleh negara dan dapat dialihkan kepada pihak lain.
Hak
guna bangunan diatur dal.lm UUPA pasal 35 sampai pasal 40. Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah vang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu tertentu (paling lama 30 tahun). Baik tanah negara maupun tanah milik yang dimiliki olell seseorang atau badan hukum yang ditunjuk oleh negara dapat dibcrikan dcngan hak guna bangunan. Hak pakai diatur dalam UUPA pasal 41 sampai dengan pasal 43. Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan atat! memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwewenang ya11g memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan
15
perjanjian sewa
menye~a
atau perjanjian pengelolaan tanah, segala sesuatu asal
tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan UUPA. Hak sewa ci:atur dalam UUPA pasal 44 dan pasal 45.
Hak sewa adalah suatu hak untuk
menggunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan, dengan membayar kepadf! pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa.
Hak membuka tanah dan
r.1embangun hasi1 hutan hanya dapat ct;r.unyai oleh warga negara Indonesia dan Jiatur nleh peraturan Pemerintah, sebagaimana disebutkan UUP A Pasal 46 ayat 1. Di c!alam penelitian ini ruang lingkup yang akan dikaji adalah hak milik tanah seseorang dan sebaran distribusi kepemi 1ikan tanah di suatu wilayah. s~ruktu:
kepemilikan tanah yang akan diteliti adalah kajian berdasarkan
Kajian data
karakteristik tar.ah dan karakteristik pemilik tanah dari masing-masing pemilik Lidang tanah yang diar.alisa baik dari aspek sosial ekonomi maupun dari aspek spasial. Motivasi dalam Kepemilikan Tanah (Property Rigltt)
Menurut Anwar (2000), property right memegang peram.n fundamental dalam sistem pertukaran pasar.
Kemungkinan bekerjanya suatu sistem pasar
disebabkan karena para peserta individual (market participants), pada urnumnya mempunyai motivasi untuk merr.aksimumkan pendapatannya (keuntungan) atau !~esejahteraannya
(utility).
Dengan kemauannya sendiri mereka mernasuki
transaksi pcrtukaran pac;ar karena kegiatan tersebut saling menguntungkan. Hargaharga di dalam sistem pasar berperan sebagai pemberi isyarat yang memandu dalam memberi petunjuk kepa 1a suatu nilai yang melekat pada barang dan jasa dari individual yang menjadi peserta dalam sistem ekonomi pertukaran pasar. Tetapi adakalanya pertukaran menjadi terhambat atau tidak berjalan sama sekali karena
I6
property right yang menyangkut barang tersebut tidak dispesifikasikan secara jelas.
Tanpa ada keterangan
t~ntang
kepemilikan terhadap sesuatu barang, kare nanya
seseorang tidak mempunyai hak secara eksklusift.'!rhadap barang tersebut. Prinsip konsumen yang berusaha memaksimumkrm utilitasnya mendoro>lg kunsumen tidak hanya melihat nilai manfaat fisik tanah saja, tet.1p1 juga nilai lokasi serta nilai masa datang dari tanah tersebut. Artinya motivasi konsumen rlalam membeli atau memiliki tanah tidak hanya untuk tujuan kebutuhan pokok, tetapi jt:ga untuk tujuan investasi dan spekulasi.
Tujuan kebutuhan pokok berarti
konsumen membeli atau memiliki tanah benar-benar digunakan sebagai remenuhan kebutuhan pokok, baik itu l(ebutuhan sandang, pangan ataupun papan. Tujuan investasi berarti konsumen membf'li atau memiliki tanah digunakan seba[ai modal usaha, disewakan, gadai atau bagi hasil. Tujuan spekulasi berarti konsumen membeli atau memiliki tanah
sekarang dengan harapan pada masa yang akan
datang apabila terjadi lonjakan harga tanah, maka tanah tersebut ("lkan dijual (IJawati, I 999).
Tujuan pemilikan ta'1ah yang bersifat spekulatif ini dapat
menyebabkan pernanfaatan tanah yang tidak efektif, efisicn dar optimal dan cenderung ditelantarkan. Dampak yang lcbih buruk dari pcmanfaatan tanah ini ~dalah
terjadinya degraJasi dan kerusakan tanah. Suatu property right mcnetapkan tentang hak-hak sccara legal rncngcnat
kepemilikan dari suatu sumberdaya (tanah) dengan disertai keterbatasan dalam caranya sumberdaya tersebut dimanfaatkan. Apabila hak-hak itu ada, maka harus memenuhi persyaratan-_persyaratan di bawah ini (Anwar, 2000). I. Hak-hak (rights) harus dispesifikasi secara penuh.
Hal ini bcrarti bahwa
pemiliknya harus dap.tt dibeda-bedakan secara jelas. Dcrnikian juga bahwa
17
pembatasan-pembatasan terhadap (hukuman)
terhadap
dispesifikasikan.
h;:~k-hak
pelanggaran
kepemilikan dan sanksi-sanksi
terhadap
hak-hak
tersebut
harus
Fembatasan terhac'ap kepcmilikan, harus discrtai hak-hak
yang jelas agar supaya kerancuan dapat dihindari, di mana scbcnarnya kerancuan tersebut tidak boleh terjadi pada keadaan apapun. Apabila semua orang menggunakan barang-barang yang dipunyainya, maka dalam keadaan apapun barang tersebut dapat digunakan menurut sesuka hatinya. 2. Suatu property rigl1t mengandung arti bahwa kepemilikan harus eksklusif. Eksklusifitas hak-hak ini menentukan tentang siapa-siapa saja, jika ada, yang boleh menggunakan sumberdaya atau barang yang dimilikinya dan pada ~rsyaratan (reward~)
apa barang terscbut dapat dipergunakan.
Tetapi semua pahala
dan sanksi didalam melaksanakan hak tersebut diperoleh untuk pihak
yang mewakilinya. 1. Pemilik tanah/barang mempunyai hak-hak untuk mentransfer barang miliknya.
Pembatasan-pembatasan kepada transfer sesuatu barang yang dimiliki akan mengarah kepada inefisiensi atau mengarah kepada keadaan pasar yang nyaris lumpuh tak dapat bekerja. Dalam hal ini, p\!nting untuk disadari bahw.1 hakhak yang bersangkutan menyangkut rroses rerpindahan tangan sebagai Iawan dari hanya memiliki sesuatu barang. Apabila kita membeli sebidang tanah; sebenamya yang dibeli itu adalah hak-haknya untuk menggunakan tanah tersebut, tetapi tanahnya sendiri secara fisik tidak bergerak (dipindah tangan). Meski barang tersebut berpindah tancan tetapi yang penting adalah hak
untu:~
menggunakan barang yang dibeli tersebut. Pergerakan berpindah tangan dapat saja terlaksana dengan cara mengambil tanpa bayar dari
~oko.
Perge:·akan
18
pindah tangan, dalam keadaan ini, merupakan suatu transfer hak kepemilikan; dan bukannya kepemilikar itu yang akan dilanggar. 4. Property right tcrsebut juga harus secara efektif dapat dipaksakan (enforceable).
Tailpa adanya enforcement, suatu sistem property right tak
dapat dianggap bennanfaat. Jika enforcement tidak sempuma, sebagaimana sering terjadi dalam dunia nyata, maka nilai harapan dari sanksi hukuman harus melebihi setiap kemungkinan keuntungan yang diperoleh para pelanggar yang mungkin melakukannya. Dalam prakteknya, keempat syarat di atas tidak senantiasa dapat dipenuhi, hal itu disebabkan antara lain adanya externality, yaitu suatu keadaan dimana ada pihak !ain yang harus menanggung manfaat atau biaya yang disebabkan oleh penggunaan sumberdaya oleh orang lain. Urbanisasi dan Suburbanisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan mtgrast 3angat beragam dan rumit. Karena migrasi merupakan suatu proses yang secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidika1. dan demografi tertentu. merupakan sebuah
Persoalan migrasi desa kota (rural urhan migration) faktor negatif
yang menyebabkan surplus tenaga kerja
perkotaan secara berlebihan serta sebagai suatu kekuatan yang secara te:·usmenerus memperburuk masalah-masalah pengangguran di berbagai daerah perkotaan yang pada awalnya bersumbe: dari ketidakseimbangan struktural dan ekonomi antara daerah-daerah perkotaan Jan perdesaan (Todaro, I998). Urbanisasi mel'gacu kepada peningkatan proporsi jumlah pcnduduk l-'erdesaan yang tinggal di pusat-pusat kota dengan ukuran tertentu (Abercombie, et
19
a/, 1988 dalam Rustiadi, 1999). Urban;sasi dapat diartikan sebagai proses yang
menyertai transformasi struktural ekonomi pada suatu wilayah/daerah sehingga terjadi perubahan pola hidup akan kebutuhan sarana, prasarana dan jasa pelayanan serta perubahan orienwsi man usia dari tradisi p !rdesaan ke arah kehidupan yang modem. Seiring dengan meluasnya urbanisasi dan pembangunan yang bias urban (urban bias) tumbuh subur pula kantung-kantung pemukiman kurnub (slum) dan
kampung-kampung di tengah kota yang £erba menyesakkan dan liar (shantytown) serta scmakin banyak penduduk
perko~aan
yang tinggal berhimpit-himpit
01
berbagai pusat permukiman yang sebenamya tidak pantas dihuri oleh manusia (Todaro, 1998) Suburbanisasi adalah proses pengembangan pemukiman dan kadangkadang disertai dengan pengembangan industri pada wilayah pinggiran kota (Mayhew,
1997~
Jackson, 1985 dalam Rustiadi 1999). Perkembangan urbanisasi di
wilayllh sub urban dipengaruhi oleh faktor-faktor penarik dari dalam kota dan juga sistem pengembangan transportasi yang menghubungkan wilayah sub urban dengan wilayah urban.
Proses suLurbanisasi adalah sahh satu proses
pengembangan wilayah yang semakin menonjol dan akan semakin berpengaruh nyata di dalam proses penataan ruang di sekitar wilayah perkotaan. Di satu sisi, proses ini dipandang sebagai perluasan wilayah urban ke wilayah pinggiran kota yang berdampak meluasnya skala managemen wilayah urban secara riil. Di sisi yang lain, proses ini sering dinilai sebaJai proses yang kontra produktif mengingat ~rosesnya
yang selalu diiringi dengan proses konversi tanah pertanian yang sangat
produktif (Rustiadi, 1999).
20
Proses suburbanisasi bukanlah fenomena yang rdatif baru. Suburbanisasi telah melahirkan fenomena yang kompleks yaitu akulturasi budaya, konversi tanah pertanian ke non pertanian yang bersifat irreversible, spekulasi tanah dan laLt-lain. Van den Berg, eta/ (1981) dalam Rustiadi (1999) mengidentifikasi empat tnhapan proses urbanisasi : ( 1) tahap urbanisasi, migrasi penduduk dari desa ke kota; (2) tahap Suburbanisasi, tahap dimana kota berkembang dan mempengaruhi daerah-daerah sekitarnya dan menjanjikan kesejahteraan sehingga penduduk daerah pinggiran tertarik ke pusat-pusat
keg~atan
dan pelayanan kota; (3) tahap
disurbanisasi, penurunan jumlah penduduk di daerah perkotaan diikuti oleh penurunan aktifitas ekonomi, disebabkan oleh kehilangan
kesempatar~
kerja dan
lapangan usaha; (4) tahap reurbanisasi, dibangunnya pusat-pusat ke&iatan uaru df.ngan tingkat aglomer~si yang lebih rendah pada beberapa lokasi. Proses suburbanisasi
di wilayah sekitar Jakarta
yang di:andai dengan
perkembangan permukiman dan industri skala besar di daerah-daerah di sekitar •vilayah metropolitan (Jakarta) pada dasarnya didorong oleh adanya : a. Kebijakan pemerintah, berupa: •
Kebijakan membangun Jakarta sebagai pusat pemerintah dan pusat kekuasaan;
•
Subsidi dalam pembangunan perumahan;
•
Pemberian fasilitas kepada beberapa konglomerat yang akan menanamkam modalnya;
•
Pembangunan infrastruktur, yang meningkatkan
aksesibilita~:
misalnya : Jalan Tol Jagorawi, Tol Cikampek dan Tol Merak; •
Kebijakan pemerintah yang terpusat (sentralistik).
ke Jakarta,
21
u.
Pengaruh pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di perkotaan menjadi daya tarik ylng kuat terhadap urbanisasi, yang berimplikasi terhadap perkembangan jumlflh pendutJuk yang
pes~t.
Sejalan dengan peningkatan- jumlah tersebut, maka
permintaan akan tanah menJadi meningkat pula.
Pada kondisi dimana
pertumbuhan penduduk telah melamp&ui kapasitas perkotaan dalam pcnyediaan fasilitas dan pelayanan sosial, akan mengakibatkan terjadinya ketimpangan antara permintaan c!an penawaran akan tanah yang tentunya merupakan suatu indikasi bahwa tanah dapat dikategorikan sebagai sumberdaya yang mempunyai sifat kelangkaan (scarcity), disamping harga tanah yang semakin meningkat pula. Pemr..nfaatan Tanah Berkaitan dengan fungsi sosialnya, maka adalah suatu hal yang sewajarnya bahwa tanah itu harus dipelihara baik-baik, agar bertambah kesuburannya serta dicegah kerusakannya. Kewajiban memelihara tanah ini tidak saja dibebankan kepada pemiliknya atau pemegang haknya yang bersangkutan, melainkan menjadi beban pula dari setiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai suatu hubungan hukum dengan tanah (sesuai dengan Pasal 15 UUPA). Sehingga agar tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan. Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum diambil oleh Pernerintah dengan ganti kerugian, untul: selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut ketentuanketentuan dalam Peraturan Pemerintah (sesuai dengan Pasa; 17 ayat 3 UUPA).
22
Secara teoritis alokasi pemanfaatan tanah dapat dilaksanakan melalui beberapa mekanisme, yaitu : 1. Penataan ruang oleh pemerintah melalui undang-undang 2. Melalui mekanisme pasar 3. Kombinasi antara pengaturan pemerintah dan mekanisme pasar Menurut Nasution (2000) ketiga jenis tersebut mempunyai kekuatan dan kelemahan. Mekanisme pertama memerlukan pangkalan data yang menyeluruh, akurat serta sistem manajemen yang efisicn dan hirarki pengambilan keputusan yang tidak ambigous.
Kekuatan sistem ini adalah pencapaian tujuan penataan
tanah yang dilakukan secara terkendali, umumnya membutuhkan biaya yang relatif besar. Sebaliknya mckanisme pasar alokasi ruang (tanah) biaya formalnya relatif kecil,
tetapi jika ditinjau dari titik pandang masyarakat,
mekanisme pasar
cenderung mengakibatkan missalokasi sumber daya tanah. Missalokasi ini terjadi karena struktur pasar sumber daya tanah tidak sempurna. Mekanisme ini juga tidak mampu mencakup penilaian eksternalitas.
Oleh sebab itu mekanisme ketiga
seringkali lebih feasible untuk diterapkan. Kegagalan mekanisme pasar khususnya pasar tanah sangat merugikan pembangunan yang dilaksanakan di perspektif jangka panjang.
Indon~sia.
Terutama jika ditinjau dari
Hal ini dikarenakan oportunitas penggunaan tanah
relatif sangat besar. Tanah, khasusnya tanah sawah tipologi penggunaanya sangat strategis bagi Indonesia. Studi
yang dilakukan oleh Server (1996) tentang fenomena kurangnya
kontrol dalam penggunaan dan pemanfaatan tanah negara, sehingga sering beralih menjadi pemukiman informal dan pemanfaatan tanah tanpa kepemilikan yangjelas.
23
Bahkan pemanfaatan tanah demikian didukung oleh oknum aparat dengan memberi uang sogokan.
Fenomena semacam ini dikategorikan sebagai 'korupsi'
yang didefinisikan sebagai penggunaan sumberdaya publik untuk kepentingan pribadi. Fenomena lain dalam pemanfaatan tanah adalah banyaknya tanah-tanah guntai (absentee lands) yang tidak digarap pemiliknya tetapi dirambah oleh petani tak berlahan karena pemiliknya bukan orang setempat. Tanah-tanah pada keadaan ini banyak mengalami kerusakan dan hak-haknya sulit ditransaksikan, sehingga dalam pasar tanah menjadi terhambat dan pemanfaatannya tidak optimal. Fenomena-fenomena dalam pemanfaatan tanah seperti ini dapat menghambat terwujudnya
kepemilikan
dan
penguasaan
tanah
yang
lebih
merata
(equity),berkelanjutan (vustainahle) dan berkeadilan sosial. Penggunaan Tanah (Land Use) Tanah adalah sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena setiap melakukan aktivitasnya memerlukan tempat sedangkan kualitas tanah mencakqp topografi, struktur, kekayaan mineral, iklim, persediaan air, akses dari sumber input dan pasar serta sifat-sifat lingkungan misalnya ketenangan, kebebasan pribadi, pemandangan yang indah dan sebagainya. Selain itu
pehgertian
tanah
adalah
merupakan
permukaan
bumi
yang
dalam
penggunaannya meliputi juga sebagian tubuh bumi dan air yang ada di dalamnya dan sebagian ruang udara yang ada di oawah dan di atasnya (UUP A Pasal 4 dalam Pola Dasar Tata Guna Tanah Perdesaan).
Tingkah laku dan tindakan manusia
dalam penggunaan tanah disebabkan oleh kebutuhan dan keinginan manusia yang berlaku baik dalam kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi.
24
Penggunaan tanah diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap tanah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual. Klasifikasi penggunaan tanah secara umum dibedakan menjadi klasifikasi penggunaan tanah perdesaan dan perkotaan (BPN, 1997). Secara garis besar klasifikasi penggunaan tanah perdesaan dapat dibagi menjadi perkampungan, industri, pertambangan, persawahan, pertanian tanah kering semusim, kebun, perkebunan, padang, hutan, perairan darat, tanah terbuka, dan lain-lain. Sedangkan klasifikasi penggunaan tanah perkotaan dibagi menjadi tanah perumahan, tanah perusahaan, tanah industri/pergudangan, tanah jasa, tanah tidak ada bangunan, taman, perairan, dan lain-lain. Adapula faktor-faktor ekonomi yang menentukan penggunaan dari interaksi sebidang tanah dalam menghasilkan pola tata guna tanah.
Tanah merupakan
multiactivities area dan multi manfaat yang akan menentukan tingkat persaingan dan hargalnilai tanah, terutama lokasi-lokas: yang mempunyai tanah yang subur, iklim yang baik dan di bawah pengaruh lokal eksternal ekonomi yang kondusif. Harga tanah menjadi ukuran tingginya permintaan dan persaingan tanah yang mencapai puncaknya di daerah perkotaan.
Salah satu faktor yang menentukan
harga tanah adalah jarak antar lokasi dengan pasar dan aksesibilitas. Teori Von Thunen merupakan model tata guna tanah sederhana, didasarkan pada satu titik permintaan dalam suatu lingkungan ekonomi perdesaan yang mempunyai struktur pasar sempuma baik pasar output maupun input. Selain itu diasumsikan bahwa seluruh wilayah dapat dijangkau tapi terisolasi (tertutup), sehingga tidak ada ekspor impor. Berdasarkan asumsi tersebut, mak& lokasi tanah akan mengikuti pola kawasan komoditi berbentuk lingkaran dengan kota sebagai
25
pusatnya sekaligus ternpat pernukirnan, kernudian areal sawah, tegalan, kebun dan terakhir adalah hutan. Bentuk lingkaran tidak harus sirnetris, tetapi tergantung akses jalan atau sungai. Menurut Pakpahan dan Anwar ( 1989), teori ini merupakan model statis yang menghasilkan keseimbangan berdasarkan tiga parameter, antara lain harga jual,
biaya produksi dan biaya angkutan.
Sehingga kalau digunakan sebagai
pedoman rnembuat keputusan lokasi tanah, rnemiliki beberap& kelemahan, salah satunya kelemahan asumsi pasar sempuma,
baik untuk input ataupun output
karena adanya spatial monopoE. Model Von Thunen ini merupakan model awal yang penting sebagai peletak dasar untuk membuat tata guna tanah yang lebih baik. Analisa serupa Von Thunen yang digunakan di kawasan perkotaan, dilakukan oleh Burges dalam Harvey (1996). Burges menganalogikan pusat pasar dengan pusat kota (Central Business District atau CBD). CBD merupakan tempat yang lebih banyak digunakan untuk gedung pertokoan,
bank dan perhotelan.
Berbeda dengan Yon Thunen yang rnenggarnbarkan pola kawasan untuk berbagai komoditi, bagi Burges pola tersebut untuk berbagai kegiatan ekonomi. Asumsi yang dipakai tetap sama. Semakin jauh dari kawasan CBD, nilai rent kawasan tersebut akan semakin kecil.
Tetapi Burges menekankan pada faktor jarak
komuffi:si ke tempat kerja dan tempat belanja merupakan faktor utama dalam tata guna tanah di perkotaan. Jadi Burges memusatkan pada tempat orang bermukim terhadap tempat bekerja dan belanja. Dalarn area Burges, pusat area merupakan kawasan CBD, dikelilingi kawasan industri, kemudian kawasan perumahan kelas rendah. Lingkaran selanjutnya perumahan menengah kelas atas, terakhir kawasan pmggtran.
26
Dalam pola penggunaan tanah yang berhubungan dengan nilai ekonomi, terdapat beberapa teori, yaitu: 1. Hipotesa model E.W. Burges (1925) dalam Harvey (1996)
adalah sebuah
model skematis yang dikembangkan dalam mengelompokkan
aktivitas-
aktivitas atas dasar konsentrasi dalam jarak yang berturut-turut dalam kawasan dari pusat ke arah hinterland, dengan urutan (Gambar 2): a) Aktivitas pusat kota atau Central Business District (CBD), seperti supermarket, gedung kantor, bank, hotel, bioskop, museum, kantor-kantor pusat ( 1)~ b) Rumah-rumah sewaan, kawasan industri, perumahan (2)~ c) Wisma buruh, kawasan perumahan untuk tenaga kerja (3); d) Pemukiman pekcrja-pekerja industri dengan pendapatan menengah (4); e) Pemukiman pelajo/pekerja pulang-pergi (commuters) di pinggiran kota dengan pendapatan tinggi (masyarakat kota) (5). Hipotesis Burgess rr.enyatakan bahwa zone-zone penggunaan tanah akan menjaga keteraturan, tetapi karena kota bertumbuh dan berkembang maka setiap zone harus menyebar dan bergerak keluar, menggeser zone berikutnya dan mcnciptakan zone transisi penggunaan tanah.
27
Gambar 2. Teori Jalur Terpusat
2. Teori pembangunan aksial atau radial, dikembangkan oleh Harvey (1996) adalah sebuah peningkatan dalam memoditikasi zone konsentrasi untuk mengikuti pola topografi.
Sungai-sungai yang dapat dilayari menyediakan
bentuk paling mudah dari transportasi air, sedangkan desa-desa memfasilitasi konstruksi jalan dan rei. Hal ini bcrarti biaya transport per unit lebih rendah dalam beberapa arah dari yang lainnya. Sebagai contoh sebuah sungai yang dapat dilayari dapat mengubah zone konsentrasi sebagaimana gambar (3a). Yang lebih realistik konstruksi jalan dan rei akan menyebabkan
zone-~one
berbentuk bintang laut, sampai pelosok-pelosok yang meluas sepanjang rute transport utama, gam bar (3b ).
Jadi meskipun A dan B berbeda jarak dari
pusat, mereka akan menggambarkan per.ggunaan tanah yang sama berdasarkan waktu tempuh yang sama dari pus at. aksesibilitas.
J adi pengembangan aksial berdasarkan
28
~ '~.~ '\
ia)
(b)
Gambar 3. Teori Pembangunan Aksial atau Radial 3. Teori sektor
menurut Humer Hoyt (1939) dalam Harvey (1996)
yang
mengatakan bahwa kota tersusun dengan urutan (Gambar 4): 1. Aktivitas pusat kota atau Ce"tral Business District (CBD) (1);
2. Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan perdagangan (2);
3. Kawasan perumahan untuk tenaga kerja (3); 4. Pemukiman dengan pendapatan menengah (4); 5. Kawasan tempat tinggal golongan atas (5)
4 "
~--
3
2 Gam bar 4. Teori Sektor
--,,\
29
4. Teori Pusat Lipatganda
menurut C.D. Harris (1945) dalam Harvey (1996)
adalah sebuah model skematis yang dikembangkan dalam mengelompokkan aktivitas-aktivitas atas dasar konsentrasi dalam jarak yang berturut-turut dalam kawasan kota, dengan urutan (Gambar 5):
3 2
3
5
6
Gambar 5. Teori Pusat Lipat Ganda Keterangan Gambar 5 :
1. Aktivitas pusat kota atau Central Business District (CBD); 2. Kawasan niaga dan industri ringan; 3. Kawasan tempat tinggal berkualitas rendah; 4. Kawasan tempat tinggal berkualitas menengah; 5. Kawasan pekerja berkualitas tinggi; 6. Pusat industri berat; 7. Pusat niaga/perbelanjaan pinggiran;
30
8. Kawasan tempat tinggal 9. Kawasan industri
suburb~
suburb~
10. Zona commuter.
Konsep Nilai Tanah (Land Rent) Sumberdaya tanah
m~njadi
semakin penting semng dengan semakin
bertambahnya jumlah penduduk dengan laju yang masih tinggi serta akibat dari berkembangnya kegiatan perekonomian.
Keadaan ini membawa konsekuensi
scmakin bcsamya tckanan permintaan (demand) akan tanah untuk berbagai keperluan yang semakin beragam seperti untuk perluasan tanah pertanian, perkebunan, hutan produksi, pemukiman/perumahan, pertambangan maupun untuk lokasi kegiatan perdaganganlbisnis da:1 industri serta keperluan pembangunan infrastruktur (jalan, irigasi, dan prasarana publik lainnya). Terjadinya ketimpangan antara permintaan dan penawaran tentunya merupakan suatu indikasi hahwa tanah dapat dikategorikan sebagai sumberdaya yang mcmpunyai sifat kclangkaan (scarcity).
Lch1h lanjut dikatakan, bahwa
kelangkaan sumberdaya tanah tersebut bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya persediaan
secara
fisik,
tetapi
juga
oleh
kendala-kendala
kelembagaan
(institutional) seperti kepemilikan, dalam kaitannya dengan hak-hak (property right) atas tanah yang dapat menjadi suatu kendala dalam pemanfaatannya, sebagai akibat dari terlalu banyaknya pengaturan-pengaturan pemerintah yang menyangkut tanah, sehingga ketersediaan tanah untuk digunakan menjadi semakin langka (Anwar, 2000).
31
Menurut Anwar (2000), kelangkaan tanah tersebut akan berimplikasi terhadap melambungnya nilai tanah itu sendiri, yang dapat dibedakan berdasarkan ( 1) nilai intrinsik yang terkandung dalam sebidang tanah seperti kesuburan dan topografinya, sehingga mempunyai keunggulan produktivitas dari tanah lain
(ricardian rent)~
rent)~
(2) nilai yang disebabkan oleh perbedaan lokasional (locationa/
dan (3) nilai perlindungan terhadap lingkungan (environment rent).
Konsekuensi lanjut dari keadaan demikian, akan berpengaruh terhadap pola kepemilikan masyarakat terhadap tanah.
Ada golongan masyarakat yang secara
finansial tergolong mampu/kaya sehingga dapat menguasai/memiliki tanah secara bcrlcbih dan ada pula golongan masyarakat yang tidak memilikinya sama sekali. Olch karena itu, sehubungan dengan tanah pertanian di Perdesaan, secara umum kiranya dapat diasumsikan bahwa tingkat penguasaan/pemilikan tanah usahatani menunjukkan pula tingkat kekayaanlkemiskinan, walaupun juga benar bahwa orang kaya belum tentu menginvestasikan uangnya dengan menguasai/memiliki tanah usahatani yang luas.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan
bahwa semakin luas/banyak seseorang memiliki beberapa bidang tanah, maka pendapatannya juga lebih besar. p~nyebab
Ketimpangan inilah yang sering menjadi
timbulnya masalah-masalah komplek karena menyangkut dimensi sosial,
ekonomi, spasial, bahkan politis. Barlowe (1978) menyatakan bahwa pengertian dari nilai tanah adalah nilai sekarang sebagai nilai diskonto dari total rente tanah yang diharapkan diperoleh di masa yang akan datang. Artinya nilai tanah berkaitan erat dengan akumulasi rente tanah dalam suatu periode waktu tertentu. Sedangkan pengertian dari rente tanah menurut Ricardo adalah surplus ekonomi suatu tanah yang dapat dibedakan atas:
32
( 1) surplus yang selalu
tetap~
dan (2) surplus sebagi hasil dari investasi. Surplus
yang selalu tctap dimaksudkan sebagai imbalan bagi pemilik tanah dimana tanahnya dibiarkan tidak berproduksi, artinya rente adalah surplus yang !'elalu tetap atau mendapat hasil tanpa berusaha, yang semata-mata diperoleh karena monopoli pemilikan tanah tersebut. Surplus sebagai basil dari investasi memandang tanah sebagai faktor produksi. Rente ta!lah banyak diterapkan untuk kepentingan antara lain (Barlowe, 1978): (1) kontrak
sewa~
(2) penilaian
properti~
(3) pertimbangan
dalam pengambilan keputusan dan investasi terhadap sumberdaya
tanah~
dan (4)
pertimbangan alokasi tanah yang optimal. Barlowe ( 1978) menggambarkan hubungan antara nilai land rent dan alokasi sumber daya tanah diantara berbagai kompetisi penggunaan kegiatan. Sektor-sektor yang komersial dan strategis mempunyai land rent yang tinggi. Sehingga sektor-sektor tersebut berada dikawasan strategis. Sebaliknnya, sektorsektor yang kurang mempunyai nilai komersil, nilai land rent-nya semakin kecil.
Land rent disini diartikan sebagai locational rent.
Kalau digambarkan secara
grafis, sektor-sektor yang strategis fungsinya lebih curam. Sebaliknya sektor yang kurang strategis fungsinya lebih mendatar. Gambar 6 berikut ini menunjukkan kondisi land rent.
33
Land Rent
E
F
G
H
P*
0
Lokasi (Jarak ke Pusat)
p
Gam bar 6. Hubungan antara Land Rent dan Lokasi Berbagai Sektor Ekonomi
Gambar 6 menjelaskan hubungan antara land rent dengan lokasi kegiatan ekonomi. Sebagai contoh, sektor A paling komersial maka kurvanya lebih curam, sehingga land rent-nya lebih tinggi, yaitu OE. Dalam gambar, lokasi OP* paling cocok untuk sektor A, sedang daerah lokasi P*P bisa saling bersubsitusi dengan sektor B yang relatif kurang komersial dibandingkan sektor A cocok untuk sektor A
Diluar OP tidak
Sebagai contoh sektor perbankan jelas tidak layak
ditempatkan di kawasan yang sepi tetapi lebih cocok di kawasan komersial. Di lain
.
pihak di daerah OP* bagi sektor
~elain
penggunaannya ditinjau dari segi lokasi.
sektor A,
jelas kurang optimal
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA Kerangka Pemikiran
Pentingnya tanah
bagi kehidupan manusta telah melahirkan suatu
fenomena yang dilematis, di satu sisi pemintaan akan tanah, baik jenis, intensitas maupun volumenya akan semakin meningkat, sedangkan di sisi yang lain penawaran akan tanah yang tersedia tidak akan bertambah secara berarti. Tanah-tanah yang tersediapun keadaan dan kemampuannya tidak merata dan sebagian besar sudah ada yang mempunyai. Ditambah lagi dengan kenyataan, bahwa yang sudah dipunyai itu tidak dimanfaatkan seoptimal mungkin dan banyaknya tanah-tanah guntai (absentee lands) yang tidak digarap oleh pemiliknya tetapi digarap oleh petani
setempat berdasarkan suatu perjanjian tertentu atau
dirambah oleh petani tak berlahan karena pemiliknya bukan orang setempat. Pemanfaatan tanah pada keadaan ini tidak efektif dan efisien dan hak-haknya sulit ditransaksikan,
sehingga
da~am
kenyataannya
menjadi
terhambat
dan
pemanfaatannya tidak optimal. Menu rut
Saefulhakim ( 1994 ), pola penggunaan tanah dianggap sebuah
fenomena turunan dari kebutuhan dasar manusia, terutama makanan (energy) dan kebutuhan ruang (infrastruktur). Peningkatan permintaan akan tanah diturunkan dari peningkatan populasi.
Lebih lanjut karena secara relatif permukaan tanah
(land surface) tetap, maka kelangkaan tanah menjadi fenomena umum. Penawaran tanah (land supply), dapat dibagi menjadi dua kategori kegiatan, yaitu: l. Kegiatan untuk menemukan area yang masih memiliki penawaran tanah
(land supply), yang lebih elastis (kegiatan ekstensif). Kegiatan ekstensif
35
berkaitan dcngan konsep Ricardo (Morishima, 1989 dalam Saefulhakim 1994 ), yang mana meluasnya a tau bergesernya aksesibilitas penggunaan tanah yang sama menjldi kualitas tanah yang lebih rendah.
Selain itu
berkait pula dengan konsep Von Thunen yang mana meluasnya penggunaan tanah menjadi lokasi yang kurang aksesibilitasnya dari lokasi yang utama. 2. Bagaimana membuat penawaran tanah (land supply), menjadi lebih elastis (kegiatan intensif).
Kegiatan intensif dapat diterangkan oleh Induced
Innovation Model (Hayami dan Rutan 1985 dalam Saefulhakim 1994). Dalam model ini menunjukkan bahwa kelangkaan tanah menyebabkan orang mengembangkan berbagai macam teknologi untuk kebutuhankebutuhan yang meningkat terus.
Contoh dari intensifikasi penggunaan
tanah ini adalah: pola tanam secara traJisional berubah menjadi pertanian intensif dengan teknologi tepat guna, tanaman satu macam menjadi tanaman tumpang sari dll. Penggunaan tanah secara ekstensif adalah satu perubahan penting dalam proses yang secara potensial mengakibatkan efek yang mengganggu penggunaan lainnya.
Sebagai contoh
pengembangan kota dalam banyak kasus telah
menyebabkan hilangnya tanah-tanah pertanian, akibat dari konversi tanah pertanian menjadi. tanah untuk kebutuhan perumahan, komersial, transportasi, dsb. Fenomena dalam hal kepemilikan dan penguasaan tanah di wilayah sub urban, adalah status tanah yang tidak diketahui secara pasti pemiliknya tetapi dapat diketahui dari yang menguasai tanah tersebut, bahkan untuk kepemilikan tanah berdasarkan motif spekulasi, keberadaan tanah baik secara fisik maupun lingkungan sering tidak diketahui secara pasti oleh pemiliknya.
36
Fenomcna yang Jain adalah terjadinya ketimpangan antara perrnintaan dan penawaran akan tanah yang merupakan suatu indikasi bahwa tanah dapat dikatcgorikan sebagai sumberdaya yang mempunyai sifat kelangkaan (scarcity). Lebih lanjut dikatakan, bahwa kelangkaan sumberdaya tanah tersebut bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya persediaan secara fisik, tetapi juga oleh kendalakendala kelembagaan (institutional) seperti kepemilikan, dalam kaitannya dengan hak-hak (property right) atas tanah yang dapat menjadi suatu kendala dalam pemanfaatannya, sebagai akibat dari terlalu banyaknya pengaturan-pengaturan pemerintah yang menyangkut tanah, sehingga ketersediaan tanah untuk digunakan menjadi semakin langka. Adanya fenomena mobilisasi penduduk di wilayah urban dan suburban yang padat akan mengakibatkan perkembangan penduduk perkotaan (urban) ke wilayah pinggiran perkotaan (suburban), sehingga tanah akan semakin langka, ditambah lagi adanya motivasi dari pemilik tanah yang sifatnya spekulatif dalam kepemilikan tanah. Sebagai akibatnya tanah menjadi faktor pembatas bagi suatu kehidupan individu dar. masyarakat, baik sebagai wadah untuk kegiatannya maupun sebagai aset dan faktor produksi untuk penghidupannya. lmplikasi dari kelangkaan tanah ini akan mempengaruhi nilai tanah (land
rent), baik menurut nilai intrinsiknya (kesuburan dan topografi), perbedaan lokasi maupun nilai perlindungan terhadap lingkungan dan sosial.
Sehingga tanah
disamping mempunyai peran utama dalam bidang ekonomi dan pembangunan, juga mempunyai fungsi sosial. Adanya hubungan hukum antara manusia dengan tanah, menimbulkan hubungan baru antara man usia lainnya atas tanah yang dikuasai oleh salah satu pihak. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan pemindahan hak milik Uual beli), hubungan sewa menyewa, penyakapan, gadai dan sebagainya.
37
Selain itu implikasi dari kelangkaan tanah akan mempengaruhi pola tata guna tanah yang secara dinamis masih memungkinkan berubahnya penggunaan tanah dan konversi (alih fungsi tanah) serta secara statis mempengaruhi kualitas fisik tanah.
Faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi pola tata guna tanah
diantaranya faktor sosial, keamanan dan aksesibilitas. Disamping itu struktur kepemilikan tanah, terkait dengan struktur sosial ekonomi
masyarakat
dalam
berbagai
keragaan
sumberdaya biofisik dan
sumberdaya manusia yang dapat berperan dalam menentukan pemanfaatan tanah. Kajian struktur kepemilikan tanah yang akan diteliti adalah kajian berdasarkan karakteristik tanah dan karakteristik pemilik tanah dengan data administrasi dan fisik dari masing-masing pemilik bidang tanah yang dianalisa bai.k dari aspek sosial ekonomi maupun dari aspek spasial. Lebih lanjut dapat dikatakan permintaan dan penawaran akan tanah, kelangkaan tanah, nilai tanah (land rent), pola tata guna tanah dan struktur sosial ekonomi masyarakat akan menyebabkan distribusi kepemilikan yang akan mencerminkan pemerataan atau bahkan ketimpangan di suatu wilayah. Dari uraian di atas maka dapat disusun Diagram Alir Kerangka Berfikir sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7 :
38
.
Ruang/Permukaan tanah (tetap)
• Populasi Yang tinggi • Aktifitas Manusia
• Kebutuhan akan bahan makanan • Kebutuhan infrastruktur
• Kegiatan ekstensif (land use extensification); • Kegiatan intensif (land use intensification)
Permintaan akan Tanah (Land Demand)
Penawaran akan tanah (Land Supply)
....
Kelangkaan Tanah (Land Scarcity)
~ ~
Struktur Sosial Ekonomi Masyarakat Nilai Tanah (Land Rent)
,,
...._ .....
....
Struktur Kepemilikan & Penggunaan Tanah
.....
Analisa-analisa : • Analisa sosial ekonomi • Analisa kuantitatifterhadap faktorfaktor yang mempengaruhi penggunaan tanah • Analisa spasial
Struktur Kepemilikan dan Penggunaan Tanah yang timpang
Struktur Kepemilikan dan Penggunaan Tanah yang merata Upaya Perbaikan
Gambar 7. Diagram Alir Kerangka Berfikir.
t
39
Hipotesa Penelitian Untuk lebih mengarahkan penelitian ini diajukan beberapa hipotesa. yaitu: 1. Struktur kepemilikan tanah di daerah penelitian, terkait dengan struktur sosial ekonomi masyarakat yang dapat berperan didalam menentukan kecenderungan pola penggunaan tanah; 2. Untuk tanah-tanah yang dimiliki oleh penduduk yang berdomisili di luar kecamatan, pcnggunaan tanahnya cenderung dibiarkan/ditelantarkan; 3. Terjadi ketimpangan di dalam struktur kepemilikan tanah di daer8h penelitian.
METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam penelitian ini adalah penelusuran studi literatur terhadap penelitian-penelitian dan kajian-kajian pustaka untuk menjawab dan lebih memfokuskan terhadap permasalahan penelitian, selain itu perlunya penelusuran data-data sekunder kepemilikan tanah yang bersifat digital. Sedangkan pengumpulan data primer dilakukan untuk mendukung dan sebagai cross check terhadap data sekunder yang telah ada. Untuk mengkaji sebaran dan distribusi kepemilikan tanah di daerah penelitian digunakan analisa deskriptif kepemilikan tanah serta untuk melihat keragaan dan tingkat ketimpangan kepemilikan tanah di daerah penelitian digunakan analisa fragmentasi tanah, rasio gini lorentz, dan analisa entropy sedangkan untuk menganalisa kaitan karakteristik tanah dan pemilik tanah di daerah penelitian digunakan analisa kuantifikasi hayashi II dan analisa location quotient.
Sementara itu analisa keterkaitan spasial dilakukan untuk menampilkan
dan merangkum seluruh analisa yang bersifat deskriptif dan kuantitatif sosial ekonomi wilayah. Selain itu dilakukan pula studi terhadap penelitian-penelitian yang mendukung, seperti analisa input-output Jawa Barat dan Rencana Tata Ruang Kabupaten Bogor. Kecamatan Cibinong adalah pusat pengembangan utama pada wilayah pembangunan Bogor Tengah, oleh karena itu
Kelurahan Pakansari
Kecamatan Cibinong ditentukan sebagai lokasi penelitian yang dapat mewakili salah satu lokasi kawasan suburban dcngan struktur data yang mendukung dibandingkan dengan daerah lainnya.
41
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor dengan pertimbangan bahwa Iokasi sampling merupakan daerah suburban dengan struktur kepemilikan beragam yang terkait dengan struktur sosial ekonomi
masyarakat
dalam
bcrbagai
keragaan sumberdaya biofisik dan
sumberdaya manusia. Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 10 (sepuluh) bulan, dari tahap pcrsiapan hingga pclaporan yang dimulai dari akhir Mei 2001 sampai dengan Maret 2002. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini semaksimal mungkin memanfaatkan data-data sekunder yang telah ada, baik di Kantor Pertanahan, Kantor Kelurahan Pakansari ataupun instansiinstansi terkait dalam upaya pembangunan daerah. Data untuk kepemilikan tanah (dalam hal ini berdasarkan peta bidang tanah) didapat dari hasil pensertifikatan masal secara sistematis melalui Proyek Ajudikasi Kantor Pertan.ahan Kabupaten Bogor pada tahun 2000. Sedangkan datadata yang terkait dengan karakteristik pcmilik tanah, yang terdiri dari : jenis pekerjaan, usia dan domisili serta yang terkait dengan karakteristik tanah, yang terdiri dari : Iuas tanah, jarak ke kelurahan, jarak ke kecamatan, jarak ke kabupaten, jarak ke pasar, jarak ke rumah sakit, kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah, Nilai Jual Obyek Pajak dan kemiringan tanah didapat dari data pemilik tanah/buku tanah dan peta bidang tanah yang merupakan lampiran dari hasil pensertifikatan masal secara sistematis melalui Proyek Ajudikasi pada tahun 2000 di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.
42
Data primer dikumpulkan sebanyak 30 sampel yang dilakukan secara acak
(random sampling) sebagai cross check terhadap data sekunder yang telah ada. Keseluruhan data sekunder yang terkumpul sebanyak 2319 bidang tanah dengan status kepemilikan tanah adalah sertifikat hak milik. Selain itu, wawancara semi terstruktur atau pun diskusi dengan pemerintah daerah yang berkompeten dalam penentuan kepemilikan tanah, akan dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data yang tidak ditemukan dalam data sckunder. Wawancara semi tcrstruktur atau diskusi tidak hanya dilakukan dengan pihak-pihak yang secara langsung herkepentingan sebagai pembuat kebijakan, tetapi juga dilakukan terhadap pihak-pihak lain yang sebenarnya berkepentingan dalam menentukan struktur kepemilikan tanah. Pihak-pihak lain tersebut antara lain tokoh-tokoh masyarakat, Lurahlkepala Kelurahan atau wakil instansi lain yang berkepentingan dalam menentukan struktur kepemilikan tanah. Dengan demikian, informasi diharapkan tidak datang dari satu arah melainkan dari dua arah (ada
cross chek and balance). Metode Pengolahan
D~ta
Analisa Sebaran dan Distribusi Kepemilikan Tana/1 Untuk melihat sebaran distribusi kepcmilikan tanah dilakukan analisa diskriptif secara tabulasi berdasarkan di'ltribusi persentase pemilikan tanah yang dimiliki masing-masing go Iongan. Data untuk kepemilikan tanah (dalam hal ini berdasarkan bidang tanah) dihitung bcrdasarkan domisili me.sing-masing golongan sebagai berikut :
43
1. Jumlah dan persentase kepemilikan dan luas tanah yang dimiliki oleh penduduk yang berdomisili di Kelurahan Pakansari; 2. Jumlah dan persentase kepemilikan dan luas tanah yang dimiliki oleh penduduk yang berdomisili di Iuar Kelurahan Pakansari tetapi masih di Kecamatan Cibinong; 3. Persentase status kepemilikan dan luas tanah yang dimiliki oleh penduduk di luar Kecamatan Cibinong.
Ana/isa Keragaan Kepemilikan Tanah Adanya gejala pemecahan bidang tanah yang dilakukan oleh pemilik asal, baik itu dilakukan secara turun temurun, jual-beli atau melalui transfer hak lainnya maka perlu dilakukan analisa fragmentasi tanah.
Analisa ini dilakukan untuk
melihat keragaan kepemilikan tanah dilihat dari jumlah bidang tanah, jumlah pemilik tanah masing-masing RW di Kelurahan Pakansari. Rumus Indeks Fragmentasi Tanah, adalah :
Fa =
~ X a
......................................................................................... (1)
.
Pa : jumlah bidang tanah di wilayah a Xa : jumlah pemilik tanah di wilayah a Fa: Indeks Fragmentasi Tanah ke a a : RW ke i (RWI, 2, 3, 4, 10 dan 12) Semakin besar nilai indcks fragmentasi tanah, maka semakin banyak jumlah bidang tanah yang dimiliki.
44
Analisa Tingkat Ketimpangan Kepemilikan Tanah Adanya fenomena mayoritas kepemilikan tanah pada luasan yang kecil sedangkan luas tanah yang besar dimiliki oleh sebagian kecil masyarakat maka untuk melihat fakta ini perlu dilakukan Analisa Rasio Gini Lorentz (RGL), sehingga dapat diketahui tingkat ketimpangan
distribusi kepemilikan tanah.
Disamping itu, Kurva Lorenz juga digunakan untuk memperjelas adanya ketimpangan atau pemerataan dalam distribusi kepemilikan tanah. Kurva ini akan menggambarkan seberapa besar pcnyimpangan distribusi kepemilikan tanah terhadap distribusi yang merata. Untuk lebih jelasnya, bentuk kurva lorentz terlihat dalam gambar 8 berikut ini:
100 . - - - - - - - - - - - - - - - - - . .
%Luas Pemilika Tanah
Garis Pemerataan
II
B 0
% pemilik tanah
100
Gam bar 8. Kurva Lorenz dan Perkiraan Koefisien Gini Distribusi luas kepemilikan tanah dikatakan sempuma jika pada setiap persentase
pemilik tanah sama dengan persentase luas kepemilikan tanah,
misalnya saja 25 % pcmilik tanah memiliki 25 % luas kepemilikan tanah. Dalam
45
gambar di atas tingkat distribusi !uas kepemilikan tanah yang sempuma diwakili oleh garis pemerataan yang memiliki kemiringan (nilai tangen) satu. Kurva Lorenz dibuat berdasarkan data faktual melalui pemetaan. Jika I adalah luas daerah antara garis pemerataan dan kurva lorenz II adalah luas daerah di bawah kurva lorentz, maka Rasio Gini-Lorentz (RGL) dapat dituliskan sebagai berikut:
RGL = 1=
I .............................................................................. (2)
I+ II
n~ + Pnq, J- (n~ ~P;+,q 1 + p,qn JJ .............................. (3) [( ~piqi+l
I+ II= ..!_.100.100 = 5000 2
dengan
n p; q;
= Golongan luas tanah = banyaknya golongan luas tanah = % kumulatif jumlah pemilik tanah =% kumulati luas kepemilikan tanah
Selanjutnya Samuelson (1973) mengklasifikasikan indeks Gini menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu sebagai berikut: •
IG:::; 0.30
=
•
IG = 0.4
= menandakan ketimpangan yang sedang;
•
IG = 0.50
= menandakan ketimpangan yang berat.
menandakan ketimpangan yang ringan;
Selain itu menurut Todaro ( 1998), untuk negara-negara berkembang distribusi yang sangat timpang berkisar antara IG = 0.50-0.70, sedangkan untuk negara-negara yang pemerataannya relatif seimbang berkisar antara 0.20-0.35.
46
Selain itu adanya konsentrasi pada luas kepemilikan yang kecil dengan mayoritas penggunaan tanah tertentu maka untuk menentukan sebaran dan ketimpangan kepemilikan tanah digunakan konsep Entropy sebagai tool (alat) di dalam analisa teori informasi spasial, yang dikembangkan oleh Shannon dalam R. W. Thomas ( 1981) untuk melihat penyebaran suatu aktifitas/sektor pada suatu wilayah. Analisa ini selain dipakai untuk melihat penyebaran suatu aktivitas atau sektor pada suatu wilayah juga untuk melihat sebaran kepemilikan tanah berdasarkan kelompok luas bidang tanah. Persamaan dari entropy adalah : m
H =-
LP, Inp,
p; H
............................................................................ (4)
= proporsi pemilik tanah =entropy
Maksimum Entropy dicapai pada saat proporsi untuk semua n kejadian adalah sama atau dalam konteks penelitian ini, maksimum entropy dicapai pada saat proporsi kepemili'kan yang merata di semua wilayah penelitian.
Kondisi
entropy maksimum tercapai jika nilai probabilitas atau proporsi memiliki nilai, pi = 1/n. Sehingga rumus Hmax adalah:
Hmax
I p; In p;
= =
-I lin (In lin)
= -
1In £ In n· 1
=-lin £(-1) Inn ~/In =
I Inn
In n ...................................................................................... (5)
47
Jika nilai entropynya (H) kecil maka terjadi ketimpangan dalam struktur kepemilikan tanah.
Semakin besar nilai H maka struktur kepemilikan semakin
merata di seluruh wilayah penelitian.
Analisa Keterkaitan Karakteristik Tanah Penggunaan Tanah
dan Pemilik Tanah dengan
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola penggunaan tanah dilakukan analisa terhadap peubah-peubah yang diduga mempengaruhi pola penggunaan tanah seperti yang tertera dalam tabel dan yang terpenting dalam analisa iini perlu dipahamai, yaitu pengertian tentang:
Nilai kisaran (range). Range adalah beda antara nilai terbesar dan terkecil dari aif dalam satu item. Nilai kisaran ini dapat ditafsirkan sebagai tingkat kepekaan (elastisitas) dari
objective variable terhadap pergeseran kategori dalam predictor item. Semakin tinggi nilainya berarti semakin peka (elastis). Korelasi parsial Untuk menghitung korelasi parsial pada hayashi II sama dengan hayashi I dimana dihitung skomya untuk masing-rnasing item dengan rumus : V 1 = 1,2,... r ................................................................... (6)
Dengan diperolehnya skor untuk masing-masing predictor item, selanjutnya bisa dihitung korelasi antara objective variable (y) dengan masing-masing predictor item (Xi), sehingga diperoleh matriks korelasi sebagai berikut:
48
Tabel 3.
Matrik Korelasi Kuantifikasi Hayashi IT
y
X1
X2
....
Xr
1
....
....
....
I
fly
1
....
....
x2
f2y
... .
... .
....
... ..
... .
....
....
Xr
frv
frl
fr2
.... ....
.... .... .... ....
y
X
1
Dari matriks korelasi diatas, kemudian kita bisa menghitung nilai korelasi parsial antara masing-masing predictor item dengan objective variable. Misalkan model yang kita terapkan hanya memiliki 2 predictor item saja, maka nilai korelasi parsial antara xi dengan y(=r1y.2) dan antara x2 dengan y(=r2y.l) dapat dirumuskan sebagai berikut: r 1Y
-
r 2yrl.2
r,y.2 =
---;::============= rl.2 )2 (1- r2y )2
r 1 y.l =
2 1 ---;::============== ................................................................ (8)
~(1-
r
Y -
............................................................. . (7)
r yrl.2
..jo- rl.2 ) 2 (1- r2y ) 2
Nilai r 1y. 2 dapat ditafsirkan sebagai besarnya pengaruh langsung dari predictor item ke 1 terhadap objective variable (dimana pengaruh yang bersifat
tidak larigsung yang mungkin ada melalui predictor item yang ke 2 di eliminasikan. Sebaliknya nilai
r 1y.J
dapat ditafsirkan sebagai besarnya pengaruh langsung dari
predictor item ke 2 terhadap objective variable (dimana pengaruh yang bersifat
tidak langsung yang mungkin ada melalui predictor item yang ke dieliminasikan).
1
49
Untuk mengetahui nyata tidaknya nilai korelasi parsial dapat digunakan dengan menghitung nilai t sebagai berikut:
t(f.a)
=
r,J(I !r;) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(9)
dimana:
I:
derajat bebas,f= n-(r-1)-2 = n-r-3
n : banyaknya predictor item dalam model rp : nilai korelasi parsial antara predictor item yang diuji dengan objective
variable
a : taraf nyata Tabel4. Peubah-Peubah Yang Diduga Mempengaruhi Penggunaan Tanah
No.
Peubah
1.
Penggunaan Tanah
2.
Jenis pekerjaan
3.
Usia (Tahun)
4.
Domisili
5.
Luas (m2)
Nomor Kode 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori : .. ·.\
Kebun Campuran Tegalan Bangunanlrumah Dibiarkan PNS Peg. Swasta Wiraswasta Petani Buruh/tukang Lain-lain <20 21-30 31-40 41-50 51-60 >60 Satu Desa Satu Kecamatan Luar Kecamatan <200 200-400 400-600 600-800 >800
.:
'
.
.· ..
,'<·~~!i~r~ y XI
X2
X3
X4
50
1 2 6. Jarak Ke Kelurahan (m)
3 1. 2. 3. 4.
5. 7.
ke Jarak Kecamatan ( m)
6. 1. 2. 3. 4.
5. ---- r-·-· 8. Jarak ke Kabupaten (m)
6. I. 2. 3. 4.
5. 9.
Jarak ke Pasar (m)
6. 1. 2. 3. 4.
5. 10. Jarak ke Rumah Sakit (m)
6. 1. 2. 3. 4.
5. 11. Aksesibilitas
Jual 12. Nilai Pajak Obyek (Rp.OOO,-)
13. Kemiringan Tanah
6. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2.
4 <=200 201-400 401-600 601-800 801- 1000 >1000 2000-2500 2501-3000 3001-3500 3501-4000 4001-4500 >4500 <= 2000 2001-2500 3001-3500 3501-4000 >4000 2000-2500 2501-3000 3001-3500 3501-4000 4001-4500 >4500 2001-2500 2501-3000 3001-3500 3501-4000 4001-4500 >4500 Jalan Raya; Jalan desa gang/jalan keci! Rp.27 - 36/m" Rp.36 -481m2 Rp.200- 260/m2 Rp.325 - 360/m2 0-3% 3-8%
5,
X5
X6
X7
X8
X9
XJO Xll
Xl2
Selain menggunakan metode Kuantifikasi Hayashi II, untuk melihat keterkaitan penggunaan tanah digunakan analisa Location Quotient (LQ) yang dalam konteks masalah pertanahan untuk melihat hubungan antara konsentrasi dan
51
pemusatan pada suatu luas kepemilikan dengan penggunaan tanah tertentu atau antara beberapa peubah lainnya dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan tanah.
Sebagai contoh untuk hubungan keterkaitan
antara luas kepemilikan dan penggunaan tanah, dirumuskan sebagai berikut:
X;h/
;x. X i' ····················································································· (10)
LQil, =
h /
/X
dimana: U)i, = indeks kuosien lokasi i
= kelompok luas tanah
h
=
kelompok penggunaan tanah
xi/,
=
jumlah pemilik tanah pada kelompok luas tanah ke-i dan penggunaan tanah ke-h di Kelurahan Pakansari;
X;
=
jumlah pemilik tanah total pada kelompok luas ke-i di Kel urahanPakansari ~
JG,
=
jumlah pemilik tanah total pada kelompok penggunaan tanah ke-h di Kelurahan Pakansari
X
=
jumlah pemilik tanah total di Kelurahan Pakansari
Kriteria penilaian adalah apabila nilai LQ > 1 maka terjadi konsentrasi antar peubah sedanqkan apabila nilai LQ < 1 maka kurang terjadi konsentrasi antar peubah.
Analisa Spasial Keterkaitan Wiliayah Analisa yang mula-mula dilakukan adalah mengubah data yang ada, baik data spasial maupun atribut trienjadi data digital. Data peta bidang tanah yang ada masih dalam bentuk data atribut sehingga harus diubah menjadi data digital dengan bantuan program Autocad.
52
Ukuran indeks keterkaitan (konektifitas) dikembangkan oleh Taylor dalam Stephen L J Smith ( 1995) yang menggambarkan aksesibilitas keseluruhan dari sebuah bidang tanah berdasarkan tingkat keterkaitan antara batas-batas bidang tanah. Secara umum semakin besar nilai indeks keterkaitan, semakin baik bagi pemilik tanah. Untuk menghitung indeks keterkaitan, diperlukan peta administrasi Kelurahan Pakansari. Rumus dari indeks keterkaitan adalah:
r
L = 3( z - 2) ....................................................................................... ( 11)
dimana:
y = indeks konektifitas (keterkaitan) L = jumlah yang terkait Iangsung antar RW; Z = jumlah total yang terhubungkan
Nilai ekstrim adalah 0 untuk sistem yang tidak saling terhubungkan dan 1 untuk sebuah sistem dimana setiap kemungkinan hubungan dapat dibuat.
Definisi Operasional Definisi operasional dalam pengukuran peubah-peubah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: I. Luas tanah (m 2) adalah Iuas tanah yang tercantum dalam sertifikat tanah; 2. Jenis pekerjaan adalah jenis pekerjaan berdasarkan KTP dan data administrasi pada saat pendaftaran permohonan sertifikat; 3. Usia adalah umur pada saat pendaftaran permohonan sertifikat; 4. Domisili adalah tempat tinggal berdasarkan KTP dan data administrasi pada saat pendaftaran permohonan sertifikat; 5. Penggunaan tanah adalah penggunaan tanah berdasarkan tutupan tanah (land cover);
53
6. Kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah adalah adanya ketersediaan fasilitas jalan di lokasi tanah; 7. Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) adalah harga tanah berdasarkan penghitungan kantor pelayanan pajak; 8. Kemiringan tanah (%) adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horisontal yang menunjukkan perbandingan antara beda tinggi (antara kedua ujung lereng) denganjarak proyeksi lereng (100m). 9. Jarak ke pusat pemerintahan (meter) adalah jarak dari lokasi tanah ke pusatpusat kantor pemerintahan, dalam hal ini ke kantor kelurahan, kecamatan dan kabupaten. 10. Jarak ke pusat pelayanan umum adalah jarak dari lokasi tanah ke pusat-pusat pelayanan masyarakat dalam hal ini ke rumah sakit dan pasar.
54
Tabel 5. Perincianjenis analisa, notasi, parameter serta sumber data Jenis Analisa 2
No.
I.
Rasio Gini Lorentz (RGL)
2.
Analisa (Fa)
3.
Entropy
Fragmentasi
Notasi
Parameter
3
4 % kwnulatif jwnlah pemilik tanah di Kelurahan Pakansari % kwnulatif jwnlah luas tanah masing-masing bidang tanah Kel. Pakansari Kelompok luas tanah Jwnlah bidang tanah di wilayah kea Jwnlah pemilik tanah di wilayah kea RW ke-a (RW 1, ... ,12) Jwnlah B1dang Tanah Luas Tanah Proporsi bidang tanah Nilai Entropy
P1
Tanah
Pa
a
n i
p; H; 4.
Metode Kuantifikasi Hayashi II
y
Xl
X2 X3
X4 X5 X6
X7
X8
X9 Xi 0
X 11
Xl2
Penggunaan Tanah masmg masmg bida..,g tanah di Kelurahan Pakansm Jenis Pekerjaan masing-masing bidang tanah di Kelurahan Pakansari Usia n1 a£.ing-masing bidang tanah di Kel. Pakansari Domisili masing-masing bidang tanah di Pakansari Luas Tanah masing-masing bidang tanah di Pakansari Jarak ke Kelurahan pada masingmasing bidang tanah Jarak ke Kecarnatan pada masing-masing bidang tanah di Kel. Pakansari Jarak ke Kabupaten pada masing-masing bidang tanah di Kel. Pakansari Jarak ke Pasar pada masingmasing bidang tanah di Kel. Pakansari Jarak ke RS pada masing-masing bidang hnah Kelas jalan masing-masing bidang tanah di Pakansari Harga tanah masing-masing bidang tanah di Pakansari Lereng pada masing-masing bidang tanah di Pakansari
SumberData
Kantor Pertannhan Kab. Bogor, Kelurahan Pakansari i<.antor Pertanlhan Kab. Bogor, Kelurahan Pakansari Kantor Pertanahan Kab. Bogor
Krntor Pertanahan Kab. Bogor, Kelurahan Pakansari
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Wilayah Secara geografis Kelurahan Pakansari terletak pada 06° 28' 10" LS- 06° 30' 00" LS dan 106° 49' 10"BT- 106° 50' 40"LS dengan titik ketinggian antara 119 -140 m/dpl, curah hujan rata-rata 217 mm/th, serta suhu udara berkisar antara 26-31° C. Jarak
dari pusat kelurahan ke ibukota Kecamatan
Kabupaten ± 4 km, ke ibukota Propinsi
Jawa Barat
±
±3
km, ke ibukota
160 km, sedangkan ke
ibukota Negara ± 45 km. Adapun batas wilayah berturut-turut: Sebelah Utara
: Kelurahan Pabuaran
Sebelah Selatan
: Kelurahan Nanggewer Mekar
Sebelah Timur
: Kelurahan Tengah
Sebelah Barat
: Kelurahan Cibinong
Administrasi Wilayah Sejak tanggal 25 Maret 2000 dan berdasarkan Keputusan Bupati No. 7 tahun 2001 tentang Struktur Organisasi, maka struktur pemerintahan Desa Pakansari telah berubah menjadi Kelurahar. Pakansari, Warga (RW) sebanyak 12 dan RT sebanyak 64.
dengan jumlah Rukun
Data jumlah penduduk dapat
dilihat seperti pada tabel dibawah ini : Tabel6. Data Pendu"duk dan Luas Wilayah Kelurahan Pakansari Tahun 2000 ~0 Wilayah JumlahKK
Jwnlah Jiwa
Luas
(km1_
Kepadatan
_{Jiwalkm~
5 6 7
~WI RW2 RW3 RW4 IRW 5 RW6 RW7
382 407 3I4 211 408 242 382
1603 I841 1484 978 1935 1039 1594
0,209 0,34I 0,311 0,323 0,81_(: 0,245 0,327
8 9 10 II I2
RW8 IRW9 ~w 10 RW 11 RW 12
195 315I 393 I.S2 431
876 1738 I602 690 1827
0,324
2700,37
0,525 0,325 O,I4C 0,263
3313...~..QQ
1
~ ~
f4
Jumlah
3888 17207 4,1~ Sum her : Data Monografi Desa, Kelurahan Pakansan 200 I.
1655,2I 5403...!..5~
4777_,85 3030,68 2388,~ 4240,~
4882,08
492~~ 494~2~
6944 13 4I54,4_1
54
Tabel 5. Perincian j~nis analisa, notasi, parameter serta sumber data ~~----------------------r-----~-----------------------~--------~
No.
Jenis
Notasi
Parameter
Sumber Data
3
4
5
Analisa )
2
r---+--------------~------+------r~---------------------~--------~ Rasio Gini Lorentz (RGL) % kwnulatif jam1ah pemi1ik Kantor 1
r
1.
2.
Analisa (Fa)
Fragmentasi
Pa
Tanah
a
3.
n
Entropy
i
Pt H; 4.
y
Metode Kuantifikasi Hayashi II
XI
X2
X3 X4 X5
X6
X7
X8
X9
XJO
Xll X12 I
tanah di Kelurahan Pakansari % kumulatif jwnlah luas tanah masing-masing bidang tanah Kel. Pakansari Kelompok 1uas tanah Jwnlah bidang tanah di wi1ayah ke a J wnlah pemi1ik tanah di wi1ayah ke a RW ke-a (RW 1, ... ,12) Jwnlah Bidang Tanah Luas Tanah Proporsi bidang tanah Nilai Entropy Penggunaan Tanah masmg masmg bidang tanah di Kelurahar. Pakansari Jenis Pekerjaan masing-masing bidang ~anah di Kelurahan Pakansari Usia masing-masing bidang tanah wKel. Pakansari Domisili masing-masing bidang tanah di Pakansari Luas Tanah masing-masing bidang tanah di Pakansari Jarak ke Ke1urahan pada masingmasing bidang tanah Jarak ke Kecamatan pada masing-masing bidang tanah di Kel. Pakansari Jarak J.-e Kabupaten pada masing-wasing bidang tanah di Kel. Pakaosari Jarak ke Pasar pada masmgmasing bidang tanah di Kel. Pakansari Jarak ke RS pada masing-masing bidang tanah Ke1as jalan masing-masing bidang tanah di Pakansari Harga tanah masing-masing bidang tanah di Pakansari Lereng pada masing-masing bidang tanah di Pakansari
Pert~mahan
Kab. Bogor, Ke1urahan Pakansari K~tor
Pertanahan Kab. Bogor, Kelurahan Pakansan Kantor 'Pertanahan Kab. Bogor
Kantor Pertanah?n Kab. Bogor, Kell.lrahan Pakansari
55
1 5.
2
3
lndeks Location Quotient
X,,
X 6.
Analisa Spasial Keterkaitan Wilayah dan Bidang Tanal1
y
/,
z
4 lndeks Kuotien Lokasi Jwnlah bidang tanah pada suatu luasan dan penggunaan tanah tertentu di Kelurahan Pakansari Jurnlah bidang tanah total pada suatu luasan tertentu di Kelurahan Pakansari J umlah bidang tanah total pada suatu penggunaan tanah tertentu di Kelurahan Pakansari Jumlah bidang tanah total di Kel. Pakansari Indeks konektifitas Jumlal1 yang terkait langsung antar RW Jumlah total yang terhubungkan
Kantor Pertanahan Kab. Bogor, Kelurahan Pakansari, Badan Pusat Statistik
Kantor Pertanahan Kab. Bogor, Kelurahan Pakansari.
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Wilayah Secara geografis Kelurahan Pakansari terletak pada 06° 28' 10" LS- 06° 30' 00" LS dan 106° 49' 10"BT- 106° 50' 40"LS dengan titik ketinggian antara 119 -140 m/dpl, curah hujan rata-rata 217 mm/th, serta suhu udara berkisar antara 26-31° C. Jarak
dari pusat kelurahan ke ibukota Kecamatan
±3
km, ke ibukota
Kabupaten ± 4 km, ke ibukota Propinsi Jawa Barat ± 160 km, sedangkan ke ibukota Negara ± 45 km. Adapun batas wilayah berturut-turut : Sebelah Utara
: Kelurahan Pabuaran
Sebelah Selatan
: Kelurahan Nanggewer Mekar
Sebelah Timur
: Kelurahan Tengah
Sebelah Barat
: Kelurahan Cibinong
Administrasi Wilayah Sejak tanggal 25 Maret 2000 dan berdasarkan Keputusan Bupati No. 7 tahun 2001 tentang Struktur Organisasi, maka struktur pemerintahan Desa Pakansari telah berubah menjadi Kelurahan Pakansari, Warga (RW) sebanyak 12 dan RT sebanyak 64.
dengan jumlah Rukun
Data jumlah penduduk dapat
dilihat seperti pada tabel dibawah ini : Tabel 6. Data Penduduk dan Luas Wilayah Kelurahan Pakansari Tahun 2000 No Wilayah JumlahKK. JumJahJiwa
tRw
1 1 2 tltW2 3 tltW3 4 RW4 5 RW5 ~ RW6 7 RW7
382 407 314 211 408 242 38?.
1603 1841 1484 978 1935 1039
8
RW8 RW9 ~ 10 RW 10 II RW II 12 ~w 12 ~umlah
Luas (km2)
Kepadatan· {Jiwallan2)
0,20~
159~
0 341 0 311 0,323 0,810 0,245 0,327
7655 21 5403 58 4777 85 3030 68 2388 59 4240 82 4882 08
195 361 39J 162 431
876 1738 1602 690 . 1827
0,324 0,525 0,325 0,140 0,263
2700,37 3313,Q
3888
17207
4,142
4154,41
Sumber : Data Monografi Desa, Kelurahan Pakansan 200 I.
57
Jumlah penduduk terbanyak terdapat di RW 5 dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 408 dan jumlah jiwa sebanyak 1935, namun kepadatan terbesar terdapat di RW 1 dengan 7655.21 jiwa/ Km 2 .
Deskripsi Tentang Aspek Historis/Sejarah Kepemilikan Tanah Sebelum terbagi menjadi beberapa Rukun Warga, daerah Pakansari lebih dikenal dengan sebutan beberapa kampung, diantaranya :
1. Kampung Curug, meliputi wilayah RW 1,RW 2,RW 3,RW4 dan RW 12; 2. Kampung Cikempong, meliputi wilayah RW 5dan RW 7; 3. Kampung Kandang, meliputi wilayah RW 6; 4. Kampung Sari Mulya, meliputi wilayah RW 8; 5. Kampung Pos, meliputi wilayah RW 10;
Di dalam penelitian ini ruang lingkup yang akan dikaji adalah hak milik tanah seseorang, hal ini dikarenakan berdasarkan sejarahnya kepemilikan tanah di wilayah Pakansari telah dimiliki oleh beberapa tuan tanah yang dapat diperinci sebagai berikut : 1. Wilayah RW 1 oleh Nahawi bin Engking dengan Letter C. No. 864/80 Persil
112: 2. Wilayah RW 2 oleh Sainan bin Jagung dengan Letter C. No. 1150/728 Persil 11 0; 3. Wilayah RW 3 oleh Arisan Taimin dengan Letter C. No. 60/17 Persil 105108; 4. Wilayah RW 4 oleh Mursin Imaneg dengan Letter C. No. 640 Persil124. 5. Wilayah RW 5 oleh Mahari Kentar dengan Letter C. No. 668/1328 Persil 154 dan Juan 8 Mian 274/14 Persil 158. 6. Wilayah RW 6 oleh Ali Hanafiah
d~ngan
Letter C. No. 167/2675 Persil 135
dan 104. 7. Wilayah RW 7 oleh Iyang bin Utjit dengan Letter C. No. 528/202 Persil 198. 8. Wilayah RW 8 oleh Amit bin Esan dengan Letter C. No. 36/1697 Persil 140.
58
' 9. Wilayah RW 6 oleh Jairan bin Ramiun dengan Letter C. No. 313/1139 Persil 159. 10. Wilayah R W 10 oleh Arimun Taiman dengan Letter C. No. 69/1735 persil 106dan 108. II. Wilayah R W 1 I oleh H. Muhidin bin Saimun dengan Letter C. No. 672/l332 Persil 215,201-203 dan 199. 12. Wilayah RW 12 oleh Naut bin Kedu dengan Letter C. No. 832/41 Persil 115 dan 126.
ANA LISA KELEMBAGAAN PERTA.NAHAN
Tata Cara Permohonan Hak Atas Tanah ·
Pengertian kelembagaan dalam penelitian ini adalah kelembagaan sebagai perangkat peraturan pada suatu masyarakat atau organisasi untuk mempennudah koordinasi antara orang-orang .dalam memperoleh harapan dan tujuan secara layak. Dalam hubungannya dengan pennohonan hak atas tanah institusi-institusi yang dapat
ak~'l
dibahas tentang
memiliki jenis hak (sertifikatlentitlement), syarat-
syarat pennohonan, biaya resmi yang dike!uarkan untuk pembuatan sertifikat, jangka waktu pembuatan sertifikat, pennohonan hak atas tanah secara sistematis dan sistem komputerisasi pertanahan. Tabel 7a Institusi-institusi yang Dapat Memiliki Jenis Hak (Sertifikat!Entit/ement)
1. 2. 3. 4.
5.
Perorangan (Warga Negara Indonesia/WNI) Badan hukwn yang ditetapkan oleh pemerintah Orang asing yang berkedudukan di Indonesia Instansi Pemerintah Badan hukwn asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia
:#'. . :r.~,
JENIS HAK
INSITIUSI
NO
,: HPL · -:~-
HM
HGB
HGU
HP
• •
• •
• •
• • •
• •
• •
~:- PtnmmMerllfriNef;JaAgrcri~&rlnPatnimNasi
-
a.aPerrb:DnnnJ>m:iua1mHacA1mTam~ <:mHac~ PtnmmPaniitd:tNo.38Tdml%3Tentq;~ &rln--&rolliam
Yqnpt
MeJ:qutyaHac'MilikA1m Tam Keterangan : - HM = Hak Milik - HGB = Hak Guna Bangunan - HGU = Hak Guna Usaha - HP = Hak Pakai - HPL = Hak Pengelolaan
Berdasarkan tabel 7a. dapat di jelaskan bahwa institusi badan hukum yang dapat mengajukan pennohonan hak milik adalah badan-badan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
60
yang berlaku dan hanya dapat diberikan atas tanah-tanah tertentu yang benar-benar berkaitan langsung dengan tugas pokok dan fungsinya, yaitu : 1. Bank Pemerintah; 2. Badan Keagamaan dan Badan Sosial yang ditunjuk oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri Agama dan Menteri Sosial yang ditetapkan oleh Menteri Agraria dalam hal ini Kepala Badan Pertanahan Nasional sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1963 Tentang Penunjukkan Badan Badan Hukum
Yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah Pasal 1
huruf c dan d. Sedangkan institusi badan hukum yang dapat mengajukan permohonan hak pengelolaan adalah badan-badan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sepanjang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya berkaitan dengan pengelolaan tanah, yaitu: I. Instansi Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah; 2. Badan Usaha Milik Negara; 3. Badan Usaha Milik Daerah; 4. PT. Persero; 5. Badan Otorita; 6. Badan-badan hukum lainnya yang ditunjuk oleh pemerintah Syarat-syarat permohonan hak milik, hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah pada dasamya sama, yaitu : 1. Permohonan ditujukan kepada Pejabat yang berwewenang memberi keputusan melalui Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten!Kotamadya letak tanah.
61
Permohonan memuat keterangan mengenai : a. Pemohon o Jika perorangan :nama, umur, kewarganegaraan, tempat tinggal dan pekerjaan. o
Jika Badan Hukum
nama, tempat kedudukan, akta/peraturan
pendiriannya. b. Tanah yang dimohon o
Letak, luas dan batas-batasnya (kalau ada sebutkan tanggal dan nomor surat ukur atau gambar situasinya),
o
Status penguasaannya
o Jenisnya
Tanah Pertanianlsawah, tegal, kebun) atau tanah
bangunan. o
Penguasaannya : Sudah atau belum dikuasai, atas dasar apa ia memperoleh dan menguasainya.
o
Penggunaannya : Untuk apa tanah akan digunakan.
c. Lain-lain o
Tanah-tanah yang teJah dipunyai oleh pemohon, termasuk yang dipunyai oleh istri/suami serta anak-anak yang masih menjadi tanggungannya : yaitu menyangkut status haknya, letaknya dan tanda buktinya.
o
Keterangan lain yang dianggap perlu.
2. Permohonan dilengkapi dengan surat-surat yang berkaitan dengan: a. Pemohon o
Jika perorangan : dilengkapi dengan Kartu Tanda Penduduk/Surat bukti Kewarganegaraan.
62
o
Jika Badan Hukum: dilengkapi dengan akte pendirian.
o
Badan keagaamaan yang akan memohon Hak Milik dilengkapi dengan : Surat Keputusan yang menunjukkan badan keagamaan tersebut dapat mempunyai Hak Milik atas tanah.
b. Tanah yang dimohon o
Surat bukti perolehan tanah secara beruntun.
o
Surat ukur/gambar situasi (kalau ada).
o
Surat keterangan tidak sengketa dan surat-surat lain yang berkaitan dengan tanah yang dimohon, seperti surat rekomendasi PEMDA yang memuat antara lain izin peruntukan penggunaan tanah sesuai dengan RTRW.
Langkah pengurusan yang dilakukan di kantor pertanahan kabupatenlkodya adalah sebagai berikut : I. Permohonan yang sudah lengkap dimasukkan ke Kantor Pertanahan Kabupaten!Kodya dimana tanah tersebut terletak melalui loket pelayanan. 2. Pemohon membayar : Uang muka pengukuran (kalau belum pemah diukur). Uang honorarium Panitia pemeriksaan tanah A. Biaya lain yang diperlukan. 3. Panitia Pemeriksaan Tanah A melakukan peninjauan lapangan sementara petugas ukur melaksanakan pengukuran. 4. Hasil pemeriksaan Panitia A dituangkan dalam risalah Pemeriksaan Tanah.
63
.
5. Berkas permohonan berikut risalah pemeriksaan tanah A kemudian diajukan ke
Kantor
Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Propinsi
disertai
fatwalpertimbangan Kcpala Kantor Pertanahan. Langkah pengurusan yang dilakukan di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi, adalah sebagai berikut: I. Berkas permohonan diterima dan selanjutnya diteliti. Sekiranya masih ada yang
kurang
diminta
kembali
kepada
Kepala
Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kodya yang bersangkutan. 2. Kalau berkas permohonan sudah lengkap dan tidak ada keberatan terhadap permohonan tersebut, maka : o Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional menerbitkan surat keputusan pemberian hak atas tanah yang dimohon. o
Kutipan dari
Surat Keputusan tersebut disampaikan kepada
pemohon. o
Salinan Surat Keputusan disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten!Kodya yang bersangkutan.
Jika wewenang memberikan keputusan ada pada Menteri Negara Agraria!Kepala Badan Pertanahan Nasional maka semua berkas permohonan diterusk:an ke Badan Pertanahan Nasional Pusat dan dilengkapi dengan fatwalpertimbangan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi yang bersangkutan.
64
Langkah pengurusan yang dilakukan Badan Pertanahan Nasional Pusat, adalah sebagai berikut : 1. Berkas pennohonan c!iterima dan diperiksa kembali. Sekiranya masih ada yang kurang, diminta kembali ke Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi yang bersangkutanlpemohon. 2. Kalau berkas pennohonan sudah lengkap dan tidak ada keberatan, maka Menteri Negara Agraria!Kepala Badan Pertanahan Nasional kemudian menerbitkan Surat Keputusan pemberian hak atas tanah yang dimohon. 1. Kutipan Surat Keputusan tersebut disampaikan kepada pemohon. 2. Salinan Surat Keputusan antara lain disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan KabupatP;n/Kodya yang bersangkutan. Sedangkan tata cara mengaj ukau pennohonan hak gun.! usaha atas tanah yang sudah dikuasai dan diusahakan pemohon diatur sbb: 1. Pennohonan ditujukan kepada Pejabat yang berwenang memberi keputusan melalui Kepala Kantor Wilayah BPN Propinsi letak tanah. 2. Pennohonan HGU memuat keterangan yang sama dengan keterangan dalam pennohonan Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai. 3. Pennohonan harus dilengkapi dengan surat-surat tentang: a. Jika pemohon adalah perorangan diperlukan : •
Jati diri pemohon (KTP)
•
Surat bukti penguasaan dan perolehan tanah yang dimohon.
•
Rencana pengusahaan tanah jangka pendek dan jangka panjang.
•
Referensi Bank
•
Tenaga ahli yang tersedia
65
•
Rekomendasi
dari
instansi
yang
membidangi
usaha
yang
sedang/akan dilaksanakan (instansi tingkat propinsi). b. Jika pemohon adalah Badan Hukum diperlukan: •
Akte pendirian Badan Hukum
•
Surat bukti penguasaan dan perolehan tanah yang dimohon
•
Rencana pengusahaan tanahjangka pendek danjangka panjang.
•
Referensi Bank
•
Tenaga ahli yang tersedia
•
Rekomendasi
dari
instansi
yang
membidangi
usaha
yang
sedang/akan dilaksanakan (instansi tingkat propinsi). Langkah pengurusan di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi, adalah sebagai berikut : 1. Permohonan yang sudah lengkap dimasukkan ke Kantor Wilayah BPN Propinsi letak tanah. 2. Pemohon membayar : Uang muka pengukuran (kalau bel urn diukur) Honorarium Panitia Pemeriksaan Tanah B. 3. Panitia Pemeriksaan Tanah A melakukan
pemnJauan lapangan
sementara petugas ukur melaksanakan pengukuran. Hasil pemeriksaan Panitia dituangkan dalam Risalah Pemeriksaan Tanah B. 4. Jika permohonan sudah lengkap dan tidak ada keberatan terhadap permohonan tersebut maka :
66
a. Kepala Kantor Wilayah BPN Propinsi menerbitkan Surat Keputusan pemberian HGU jika tanahnya tidak lebih 100 Ha. Kutipan Surat Keputusan diberikan kepada pemohon. Salinan Surat Keputusan dikirimkan antara lain kepada Kepala Kantor Pertanahan letak tanah. b. Kalau wewenang memberi Keputusan ada pada Menteri Negara Agraria/Kepala BPN maka berkas permohonan diteruskan ke BPN Pusat disertai fatwa/pertimbangan Kepala Kantor Wilayah BPN Propinsi. Langkah pengurusan di Badan Pertanahan Nasional Pusat, adalah sebagai berikut: 1. Apabila berkas permohonan sudah diterima lalu diadakan pemeriksaan atas kelengkapan untuk selanjutnya diajukan ke sidang Tim Pertimbangan HGU Perkcbunan Besar (apabila penggunaannya untuk usaha bidang perkebunan ). 2. Apabila keterangan-keterangan yang diperlukan dianggap sudah lengkap dan tidak ada kcberatan terhadap perrnohonan tersebut mala : •
Menteri Negara Agraria/Kepala BPN menerbitkan Surat Keputusan pemberian HGU.
•
Kutipan Surat Keputusan disampaikan kepada pemohon.
•
Salinan Surat Keputusan antara lain disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten yang bersangkutan.
Setelah semua persyaratan permohonan dipenuhi, maka perlu diketahui biaya-biaya resmi untuk pembuatan sertifikat.
Berdasarkan Peraturan Menteri
67
.
Negara Agraria!Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1998 Tentang Pedoman Penetapan Uang Pemasukan Dalam Pemberian Hak Atas Tanah Negara, disebutkan bahwa besamya uang pemasukan untuk pemberian hak milik ditetapkan dengan rumus sebagai berikut : 1. Untuk tanah pertanian:
•
Luas sampai 2 hektar = 0 % x luas tanah x harga dasar (NJOP)
•
Luas 2 Ha-5 hektar = 2% x luas tanah x harga dasar (NJOP)
•
Luas lebih dari 5 hektar = 5 % x luas tanah x harga dasar (NJOP)
2. Untuk tanah non pertanian termasuk untuk rumah kebun : •
Luas sampai 200 m 2 = 0 % x luas tanah x harga dasar (NJOP)
•
Luas 200 m 2- 600 mL = 2 % x luas tanah x harga dasar (NJOP)
•
Luas lebih dari 600 m2- 2.000 m 2 = 4 % x luas tanah x harga dasar (NJOP)
•
Luas lebih dari 2.000 m2 = 6% x luas tanah x harga dasar (NJOP)
3. Untuk hak milik yang berasal dari hak guna bangunan dan hak pakai, rumusnya adalah: Umur HGB atau HP ybs x Uang pemasukan untuk HGBIHP ybs. Jangka waktu HGB/HP 4. Untuk hak milik yang berasal dari hak
p~ngelolaan
atau dibebaskan haknya dari
pemerintah uang pemasukannya ditetapkan 0 %. Besamya uang pemasukan untuk pemberian hak guna usaha ditetapkan dengan rumus sebagai berikut · 1. Untuk jangka waktu 35 tahun: •
Luas sampai 5 Ha-25 Hektar = 0,5 %
:~
luas tanah x harga dasar (NJOP)
68
•
Luas lebih dari 25 Ha-3000 hektar
0,75 % x luas tanah x harga dasar
=
(NJOP) •
Luas lebih dari 3000 Ha-10.000 Ha
=
2,5 % x luas tanah x harga dasar
(NJOP) •
Luas lebih dari 10.000 Ha = 3,75% x luas tanah x harga dasar (NJOP)
2. Untukjangka waktu kurang dari 35 tahun: Jangka waktu HGU yang diberikan x perhitungan rumus pada 1 35 Besamya uang pemasukan untuk pemberian hak guna bmgunan ditetapkan dengan rumus sebagai berikut :
I. Untuk jangka waktu 30 tahun: •
Luas sampai 200 m2 = 0 % x luas tanah x harga dasar (NJOP)
•
Luas 200 m 2- 600 m2 = 1 % x luas tanah x harga dasar (NJOP)
•
Luas lebih dari 600 m2- 2.000 m2 = 2 % x luas tanah x harga dasar (NJOP)
•
Luas lebih dari 2.000 m2 = 3 % x luas tanah x harga dasar (NJOP)
2. Untukjangka waktu kurang dari 30 tahun, rumusnya adalah: Jangka waktu HGB yang diberikan x perhitungan rumus pada 1 30 .Besamya uang pemasukan untuk pemberian hak pakai ditetapkan dengan rumus sebagai berikut : 1. Untuk jangka waktu 25 tahun: •
Luas sampai 200 m2 = 0 % x luas tanah x harga dasar (NJOP)
•
Luas 200m 2-600m 2 = 0,75% x luas tanah x harga dasar (NJOP)
•
Luas lebih dari 600 m2- 2.000 m2 = 1,5 % x luas tanah x harga dasar (NJOP)
69
• · Luas lebih dari 2.000 m 2 = 2,5 % x luas tanah x harga dasar (NJOP) 2. Untuk jangka waktu kurang dari 25 tahun, rumusnya adalah : Jangka waktu HP yang dibe:rikan x perhitungan rumus pada I 25 Selain itu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah, besarnya uang pemasukan untuk memperoleh Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah termasuk pcrpanjangan atau pembaharuan haknya, ditetapkan setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan. Untuk biaya pengukuran bidang-bidang tanah ditetapkan berdasarkan surat edaran Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat Nomor 600-3011 tentang Biaya Pengukuran seperti disajikan dalam teks lampiran 2. Sedangkan jangka waktu penerbitan sertifikat berdasarkan Surat Edaran Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat Nomor 500-3606 tanggal 22 Januari 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tugas di Bidang Hak-hak Atas Tanah Dalam Rangka Dergulasi Pelayanan, dapat dilihat pada tabel 7b. berikut ini :
Tabel7b. Jangka Waktu Penyelesaian Pelayanan Hak-hak Atas Tanah. Jenis Pelayanan
No
I Pemberian Hak
K~~f;:::.;.~r!' .o~{i~{~~f~:
Jangka Wakt1,1 DaerahTkll Daerah Tk.I I2 Hari Kerja I4 Hari Kerja Ditambah dengan Surat Ukur (SU) & Aspek Pengaturan Penguasaan dan Panatagunaan Tanah ± 30 Hari KeJja
-
2 Perpanjangan Hak
I0 Hari Kerja I4 Hari Kerja Tidak perlu Aspek Pengaturan Penguasaan dan Panatagunaan Tanah dan SU telah lengkap
3 Pembaharuan Hak
I 0 Hari Kerja 14 Hari Kerja
s.d.a.
4 Peningkatan Hak
10 Hari Kerja I4 Hari Kerja
s.d.a.
5 Permohonan Keringanan 5 Hari Kerja 7 Hari Kerja Uang Pemasukan
s.d.a
6 Permohonan Jangka 5 Hari Kerja waktu uang pemasukanl pendaftaran hak
14 Hari Kerja
s.d.a
7 Permohonan ralat surat keputusan
14 Hari Kerja
s.d.a
5 Hari KeJja
Sumber: Surat Edaran Kepala Kantor Wdayah Badan Pertanahan Nas10nal Propms1 Jawa Barat Nomor 500-3606 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tugas di Bidang HakHak Atas Tanah Dalam Deregulasi Pelayanan. Tahun 2000
Namun dalam prakteknya seringkali ada banyak masalahlkendala yang menyebabkan jangka waktu pelayanan bcrtambah lama dari yang ditetapkan, misalnya: 1. Berkas yang kurang lengkap dan tidak segera dipenuhi oleh pemohon maupun instansi terkait, dalam hal ini pihak kelurahan ataupun Pemda Kabupaten/Kota; '
2. Oknum aparatur pemerintahan dan pertanahan yang terlibat dalam pengurusan pelayanan hak yang berperilaku kurang profesional Keseluruhan proses permohonan hak atas
tanah dilaksanakan melalui
mekanisme struktur organisaasi Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota seperti disajikan dalam gambar lampiran 4/5.
71
Dari uraian di atas terlihat bahwa, kelembagaan yang mengatur pelayanan permohonan hak/sertifikat tersebut sudah tertata cukup baik.
Pola ini secara
konsepsional baik, namun dalam kenyataannya masih sering ditemui masalah seperti :
I. Adanya pialang (broker) atau lebih dikenal dengan biong dalam proses pembuatan sertifikat yang terkadang lebih disukai oleh pemohon dengan tingkat kesibukan yang padat, yang temyata banyak memberikan janji atau kepastian yang berlebih kepada masyarakat dengan meminta uang jasa yang berlebihan dari yang telah ditentukan sehingga terkesan biaya pembuatan sertifikat
mahal~
2. Kurang pahamnya masyarakat terhadap prosedur dan syarat-syarat yang harus dipenuhi, terutama yang bersifat tcknis dan juridis sehingga terkesan waktu pembuatan sertifikat lama; 3. Kurang lengkapnya alas hak tanah dari para pemohon yang nota bene harus dipenuhi, baik dari kelurahan setempat maupun dari pemilik yang dulu sehingga harus menunggu waktu yang lama untuk dapat diproses di Kantor Pertanahan.
Permohonan Hak Atas Tanah Dengan Sistcm Ajudikasi
Persiapan untuk Pengumpulan Data Yuridis dan Data Fisik Dalam melaksanakan Pendaftaran Tanah Sistematik, Badan Pertanahan Nasional harus mengumpulkan data fisik dan juga data yuridis yang berkaitan dengan pemilikan tanah. Persyaratan ini dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 24/tahun 1997 tenta:1g Pendaftaran Tanah dan peratunm pelaksanaan dari Peraturan Menteri Negara Agraria!Kepala Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional
No.3/1997 tentang ketentuan pelaksanaan dari Peraturan
72
.
Pemerintah No. 24/tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Untuk maksud ini
Badan Pertanahan Nasional membentuk unit-unit lapangan, ialah tim-tim ajudikasi dan unit-unit Pengukuran dan Pemetaan.
Tim ajudikasi mempunyai tanggung
jawab atas pengumpulan data yuridis, sedangkan unit lainnya bertanggung jawab atas pengumpulan data fisik dengan melaksanakan kegiatan pengukuran dan pemetaan. Scbelum satuan tugas (Satgas) dari tim ajudikasi pergi ke lokasi proyek pendaftaran tanah sistematik untuk memulai kegiatan pengumpulan data yuridis, ada bcbcrapa kegiatan yang harus diprakarsai lebih dulu, yaitu : 1. Data statistik mengenai kepemilikan tanah di lokasi proyek harus diperoleh dari Kepala Desa/Kelurahan. 2. Harus dibuat daftar bidang tanah yang sudah didaftar di tiap desa pada lokasi proyek, dan daftar tersebut dapat diperoleh dari Kantor Pertanahan setempat. 3. Ketua
tim
ajudikasi
harus
menyiapkan
rencana
kerja
yang
menggambarkan tahap-tahap dari Pendaftaran Tanah Sistematik, dan harus ditetapkan rencana kerja dan uraian tugas dari tiap anggota Tim Ajudikasi. 4. Penyuluhan harus diberikan langsung kepada rakyat yang bersangkutan. 5. Harus diciptakan kerjasama yang erat dengan Unit Pengukuran dan Pemetaan. 6. Jangan mulai mengumpulkan data sebelum anda yakin bahwa surveyor sudah siap untuk mengukur bidang-bidang tanah,
73
· 7. Jangan mulai mengumpulkan data jika langkah I sampai 6 belum di laksanakan. Pengumpulan Data Yuridis dan Data Fisik
Pengumpulan data yuridis dan data fisik dilakukan dengan cara mengirimkan satgas ke lapangan unt11k menemui setiap pemilik tanah.
Dalam
melakukan pengumpulan data yuridis dan data fisik, satgas harus memperhatikan sejumlah hal penting berikut ini: Masing-masing satgas harus mengikuti rencana kerja yang ditentukan oleh Kepala Tim Ajudikasi, yaitu : •
Masing-masing satgas harus bekerja di wilayah yang batas-batasnya jelas, misalnya RT (untuk daerah perkotaan atau pemukiman) dan blok (untuk daerah pedesaan).
Setelah menyelesaikan satu RT atau blok,
satgas bisa langsung mengerjakan RT atau blok berikutnya; •
Masing-masing satgas harus menghubungi Ketua RT atau Pejabat Desa yang telah ditentukan oJeh Kepala Desa sebelum turun ke lapangan untuk mengumpulkan data yuridis;
•
Dengan bantuan Ketua RT, masing-masing satgas harus mengadakan pertemuan
dengan
masyarakat bersangkutan untuk
memberikan
penyuluhan~
•
Satgas harus berkomunikasi dengan masyarakat setempat dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. lebih baikjika satgas bisa menggunakan dialek setempat;
Akan
74
•
Nomor Idcntifikasi Bidang (NIB) harus dialokasikan terlebih dahulu untuk masing-masing satgas, dan setiap bidang tanah yang telah selesai diajudikasi harus langsung diberi NIB oleh satgas yang bersangkutan;
•
Masing-masing satgas harus disertai oleh seorang juru ukur yang langsung melakukan pengukuran atas batas-batas bidang tanah yang telah ditetapkan;
•
Kalau karena alasan tertentu (misalnya tidak tersedianya juru ukur dalam jumlah memadai) tidak setiap satgas bisa disertai oleh seorangjuru ukur, maka satgas yang tidak disertai oleh juru ukur harus membuat diagrarnlsketsa atas bidang-bidang tanah yang mereka ajudikasi supaya diagram/sketsa tersebut bias dipakai oleh juru ukur ketika mengukur bidang-bidang tanah itu nantinya;
•
Masing-masing bidang tanah yang digambarkan dalam diagrarnlsketsa tersebut harus bisa diidentifikasi lewat NIB-nya;
•
Masing-masing satgas harus meminta pemilik tanah untuk menunjukkan semua bukti kepemilikan/penguasaan tanah yang mereka punyai; dan
•
Masing-masing satgas harus mengunjungi setiap bidang tanah dan menemui si pemilik atau wakilnya .
.Setelah data penguasaan/pemilikan setiap bidang tanah dalam suatu wilayah tertentu telah dikumpulkan oleh para Satgas Tim Ajudikasi seperti yang tata caranya telah dijelaskan dalam Buku I, tahap berikutnya adalah penilaian dari pada data penguasaan/pemilikan bidang tanah tersebut. Kegiatan penilaian data tersebut dilakukan dengan memeriksa surat-surat bukti penguasaan/pemilikan setiap bidartg tanah.
Pelaksanaannya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Panitia Ajudikasi
75
dengan dibantu oleh anggota Tim Ajudikasi yang terdiri dari para Satgas pengumpul data yuridis dan Satgas Administrasi.
Kegiatan ini seluruhnya
merupakan pekerjaan kantor, bukan pekerjaan operasional di lapangan, walaupun terdapat juga kemungkinan pekerjaan lapangan guna melakukan pckerjaan pengecekkan apabila ada sanggahan/sengketa.
Proses Penilaian Dan Pembuktian Data Pellguasaan/Pemilikan Bidang Tanah Yallg Terkumpul. Apabila kegiatan pengumpulan data yuridis maupun fisik setiap bidang tanah telah selesai dilakukan, maka kegiatan berikutnya adalah penilaian serta pembuktian dari pada data yang terkumpul tersebut.
Hal itu dilakukan melalui
proses pemeriksaan surat-surat bukti penguasaan/pemilikan bidang tanah serta pengumuman dan pengesahan data tersebut.
Urutan proses kegiatannya adalah
sebagai berikut : a. Persiapan keperluan penilaian dan pembuktian penguasaan/pemilikan bidang tanah, b. Rapat Panitia Ajudikasi, c. Kesimpulan Awal Panitia Ajudikasi, d. Pengumpulan kesimpulan awal Panitia Ajudikasi, ~-
Pencatatan sanggahan dan penyelesaian sengketa,
f.
Pengesahan data yang diumumkan
g. Kesimpulan akhir Panitia Ajudikasi.
76
Perkemhangan Permohonan Hak Atas Tanah Dengan Sistem Ajudikasi Perkembangan proyek Ajudikasi yang dimulai dari tahun anggaran 1994/1995-2001 telah menyelesaikan 1.957.912 bidang sertifikat di tujuh propinsi, yaitu propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel lampiran 4. Sedangkan proyek Ajudikasi di Kelurahan Pakansari Kecamat&n Cibinong Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat sendiri dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2000.
Sistem Komputerisasi Pertanahan Penerapan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah membawa implikasi sangat mendasar terhadap sistem pemerintahan dalam hal in pertanahan, dimana pelayanan pertanahan berpotensi memberi keuangan daerah.
pemasukan
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut perlunya pengelolaan
informasi tanah yang menyangkut aspek perencanaan, pemanfaatan, pemantauan dan pelayanan masyarakat serta eksistensinya sebagai sumberdaya alam, kiranya pcrlu dikcmas dalam suatu sistcm manajcmcn pcrtanahan yang berbasis informasi persil (kadaster) mclalui aplikasi sistem informasi geografi (SIG), sehingga diharapkan dapat menjembatani berbagai konflik pertanahan dan mempunyai nilai tambah yang signifikan dalam pengelolaan sumberdaya
tanah.
Pembangumm
Sistem Manajemen Pertanahan Kadaster (SISMA TAKA) memanfaatkan informasi berbasis persil eksisting sebagai database yang mencakup kegiatan penentuan sistem database, pengumpulan data, digitasi, penyajian, pemanggilan dan penyajian datalinformasi. Pembagunan SISMATAKA memerlukan biaya yang sangat besar
77
dan harus dipandang sebagai investasi jangka panJang dan pemerintah
daerah,
dimana
kendala
fungsi pelayanan
penerapannya terkait
dengan
aspek
kelembagaan dan perundangan, lemahnya koordinasi antar instansi, sistem yang belum standar dalam penyediaan dan pemeliharaan data serta kualitas sumberdaya manusta. Komputerisasi kantor pertanahan atau land office computerization dapat digambarkan
sebagai
suatu
kantor
pertanahan
yang
memanfaatkan
dan
mendayagunakan perangkat keras komputer dan perangkat lunak aplikasi sistem komputerisasi
pertanahan untuk membantu para pelaksana dan eksekutif
melaksanakan seluruh tugas dan fungsi Kantor Pertanahan secara efektif, efisien dan terkendali. Pengembangan suatu kantor pertanahan non komputerisasi menjadi kantor pertanahan berbasis komputerisasi yang efektif, efisien dan terkendali membutuhkan beberapa hal pokok, yaitu adanya perangkat keras, perangkat lunak dan sumberdaya manusia yang handal dan berdedikasi yang tinggi. Mekanisme pelayanan dari komputerisasi kantor pertanahan secara umum terbagi menjadi kantor depan (front office) dan belakang (back office).
Front office merupakan suatu area kerja bagi petugas kantor pertanahan bagian depan yang berhubungan langsung dengan masyarakat yang terdiri dari loket-loket yang dibagi menjadi : •
Loket I, disebut juga loket informasi, adalah loket untuk memberikan pelayanan informasi kepada mayarakat~
•
Loket II, disebut juga loket penenmaan permohonan, adalah loket untuk penerimaan dan pemeriksaan dokumen permohonan~
78
•
'
Loket III, disebut juga loket pembayaran, adalah loket untuk membayar hal-hal yang berhubungan dengan biaya permohonan~
•
Loket IV, disebut juga loket penyerahan produk, adalah loket untuk menyerahkan produk-produk kantor pertanahan.
Petugas-petugas pada bagianfront office ini terdiri dari : 1. Petugas informasi, yang bertugas memberikan informasi kepada masyarakat~ 2. Petugas penerimaan dan pemeriksaan berkas permohonan~ 3. Petugas entry data permohonan ke dalam data base aplikasi sistem komputerisasi
pertanahan~
4. Petugas penanggungjawab berkas~ 5. Bendaharawan khusus, yang mengelola uang pembayaran biaya pennohonan dari masyarakat. Sedangkan hack office merupakan suatu area kerja petugas pelaksana dan eksekutif Kantor pertanahan melaksanakan tugas.
Petugas-petugas back office
terdiri dari : 1. Petugas pelaksana, yang menyelesaikan per..gadministrasian dan pembukuan berkas-berkas permohonan~ 2. Petugas entry data buku tanah~ 3. Petugas entry data Surat Ukur/Gambar
Situasi~
4. Kepala Subseksi, melakukan pemeriksaan dan mengotorisasikan berkas permohonan~
5. Kepala
Seksi,
permohonan.
melakukan
pemeriksaan
dan
mengotorisasikan
berkas
79
6. Kepala Kantor, menandatangani dokumen dan mengotorisasikan berkas permohonan. Untuk lebih jelasnya mekanisme pelayanan sistem komputerisasi pertanahan dapat dilihat pada gambar lampiran 5 dan 6.
Peran Kelembagaan Dalam Pemanfaatan Tanah Peran kelembagaan dalam pemanfaatan tanah sungguhlah penting diketahui bagi masyarakat, khususnya bagi para pengembang atau investor yang ingin menanamkan modalnya. Pemanfaatan tanah untuk kepentingan investasi di Kabupaten Bogor diatur berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 17/tahun 2000 tentang penataan ruang. Dimana para investor mengajukan rencana investasi ke Pemerintah Daerah, dalam hal ini kepada Bupati Kabupaten Bogor. Kemudian Bupati mendisposisikan kepada Tata Pemerintah untuk mengkoordinasikan dengan instansi-instansi terkait untuk kepcntingan pembuatan izin lokasi. Instansi-instansi terkait tersebut, diantaranya Asisten I Sekwilda Tk. II, Kantor Pertanahan Kabupaten, Bappeda Tk.II, Dinas Pertanian Tk.II, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tk. II serta Kecamatan yang wilayahnya termasuk rencana kegiatan. Dalam
rapat
koordinasi
ini
hal-hal
yang dipertimbangkan
dalam
memberikan izin lokasi, diantaranya : 1. Kesesuaian lokasi dengan peruntukan penggunaan tanah berdasarkan Perda No. 17 tahun 2000; 2. Kepastian lokasi dan luasnya yang dapat diberikan; 3. Status tanah yang dimohon dan kepentingan pihak ketiga yang ada di
lokasi~
80
.
4. Hasil peninjauan lapang yang dituangkan dalam Berita Acara Rapat Koordinasi, yang akan menjadi bahan pertimbangan bagi Bupati Kabupaten Bogor untuk mengambil keputusan dalam pemberian izin lokasi. Sesuai dengan yang direncanakan, maka izin lokasi dapat diperpanjang satu kali untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Perpanjangan ijin lokasi diberikan dengan memperhatikan : •
Minimal 25% areal tanah tclah diperoleh/dikuasai
•
Kemapuan pengusaha melanjutkan usaha Dari uraian di atas terlihat bahwa dalam proses pemanfaatan tanah,
kelembagaan yang mengatur pemanfaatan tanah tersebut sudah tertata cukup baik. Pemerintah memegang peran utama dalam proses ijin lokasi dan punya kewajiban mengontrol seluruh proses tersebut melalui Kantor Pertanahan. Pola ini secara konsepsional baik, namun dalam kenyataannya masih sering ditemui masalah seperti : I. Terjadinya tumpang
tindih
peruntukan,
yang
menyebabkan
terjadinya
perubahan atau pergeseran peruntukan penggunaan tanah sehingga harus merevisi Rencana Tata Ruang Daerah~ 2. Tumpang tindih kepemilikan dengan pengembang atau investor lain yang juga me~iliki
ijin lokasi sehingga perlu mekanisme kontrol yang baik dalam
pelaksanaan dan pemantauannya~ 3. Seringkali kepentingan pemilik tanah tidak terwakili dalam proses penerbitan ijin lokasi sehingga
musyawarah dalam proses pembebasan tanah hanya
bersifat pemberitahuan yang kurang memberi kesempatan herdialog secara seimbang, yang menyebabkan pemilik tanah dalam posisi yang lemah.
BASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran dan Distribusi Kepemilikan Tanah Sebagaimana disebutkan dalam pendahuluan, bahwa salah satu permasalahan umum dalam kepemilikan tanah adalah
adanya fenomena penguasaan tanah yang
sangat luas oleh segelintir orang yang tidak dimanfaatkan dengan baik, sehingga sangat merugikan dan tidak adil. Untuk melihat keragaan kepemilikan tanah di daerah penelitian perlunya mengkaji struktur kepemilikan tanah berdasarkan masing pemilik bidang tanah.
data administrasi
clari masing-
Dalam hal ini, penulis mengklasifikasikan data
administrasi keragaan pemilik tanah di kelurahan pakansari berdasarkan domisili.
Tabel 8. Sebaran Dan Distribusi Kepemilikan Tanah Menurut Domisili di Kelurahan Pakansari KecamatanCibinong Kabupaten Bogor, tahun 2000
Berdasarkan tabel di atas, jumlah bidang tanah masih didominasi oleh pemilik yang berdomisili dalam satu kelurahan yaitu sebesar 61,55% sedangkan pemilik yang berdomisili di luar kelurahan sebesar 38,45 %.
Demikian juga berdasarkan luas
bidang tanah masih didominasi oleh pemilik yang berdomisili dalam satu kelurahan
82
yaitu sebesar 60.35 % sedangkan pemilik yang berdomisili di luar kelurahan sebesar 39,65 %. Namun untuk rata-rata luas bidang tanah per orang,
pemilik tanah yang
berdomisili di luar Kelurahan Pakansari khususnya pendatang (di luac Kecamatan Cibinong) lebih luas rata-rata kepemilikannya dibandingkan dengan pemilik tanah yang berdomisili di
Kelurahan Pakansari dan pemilik tanah yang berdomisili di
Kecamatan Cibinong, yaitu sebesar 361,17 m2 per orang, sedangkan pemilik tanah yang berdomisili di Kelurahan Fakansari, sebesar 342,55 m2 per orang dan pemilik tanah yang berdomisili di Kecamatan Cibinong, sebesar 341,19 m2 per orang. Sementara itu untuk rata-rata jurnlah bidang tanah/orang untuk masing-masing domisili hampir sama rata-ratanya, yaitu sebesar 1,11 dan 1,12 bidang
Sebaran dan Tingkat Ketimpangan Kepemilikan Tanah Untuk melihat sebaran kepemilikan tanah,
dilakukan analisa entropy, rasio
gini dan fragmentasi tanah pada masing-masing RW di Kelurahan Pakansari seperti ditunjukkan pada tabel 9 berikut ini.
83
Tabel 9. Hasil Analisa Entropy Kepemilikan Tanah, Rasio Gini dan Fragmentasi Tanah di Kelurahan Pakansari Tahun 2000.
NO LETA.K
Nil.AI ENTROPY
INDEKS GINI
INDEKS FRAGMENTAS! TANAH
0,37 1RWI 0,921 0,922 2RW2 0.!1 - ·· · - - - ---- - 3 ~WJ 0,922 0,32 4RW4 0,909 0,40 0,34 SRWIO 0,953 6RWI2 0,894 0,49 Sumber : Diolah berdasarkan tabel lampiran 2 dan 3
1,174 1,076 I, ISO 1,148 1 088 1,057
Untuk nilai entropy untuk masing-masing RW, yang paling menyebar distribusi kepemilikannya adalah di RW 10 dengan nilai entropy 0,953 sedangkan distribusi kepemilikan yang kurang menyebar di RW 12 dengan nilai entropy 0,894. Untuk melihat tingkat ketimpangan kepemi!ikan tanah dilakukan pula analisa Rasio Gini Lorentz (RGL), hasil analisa terlampir pada lampiran 7. Dari hasil analisa didapat nilai Rasio Gini Lorentz (RGL) untuk masing-masing RW, untuk RW 1 sebesar 0,37 untuk RW 2 sebesar 0,33 untuk RW 3 sebesar 0,32 untuk RW 4 sebesar 0,40 untuk RW 10 sebesar 0,34 dan untuk RW 12 sebesar 0,49. Hal ini menunjukkan bahwa di daerah penelitian menandakan tingkat ketimpangan yang sedang, kecuali di RW 12
menandakan tingkat ketimpangan yang menuju ke berat sehingga perlu '
diwaspadai sejak dini dan perlunya pengendalian.
84
Keragaan Kepemilikan Tanah
Disamping membahas tentang sebaran dan distribusi kepemilikan tanah di wilayah penelitian, perlu juga membahas keragaan kepemilikan tanah di wilayah penelitian agar lebih jelas dalam melihat
gambaran tentang jumlah bidang tanah,
j umlah pemilik tanah dan jumlah luas tanah menurut domisili per RW, seperti terlihat pada Tabel 10. Tabel 10. Persentase Proporsi Kepemilikan Tanah per RW di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, Tahun 2000.
1 ~
~0.
]
~.... ~
Jumlah Bidang Tanah Menurut Domisili LuarKel. ]'~ Pakansari gfl <:$
e:;,~a
a>
~~
<.)0
~]
u
-a d
(IS
E-' bO
~ -o
.... ~
Jumlah Pemilik Tanah Menurut Domisili LuarKel. ~·- Pakansari ..s:: ~ c.o <:$
ea 1:' -a ~-a e
j
.....:;,
~~
...c:
~ ~
~ "§ 4)
~
-a
8 >. ~] .§ 8 u .:! ..g 0
Jumlah Luas Tanah Menurut Domisilij 1 'm2) ,; ~': £"'!•
]'I f! :;,~
PakailsMi~
c:i• :- ~ ···
. 0
~~ ~. ;§ ~· a
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 79,0 9,8 11,1 100 77,8 10,0 12,_C 1QC 74,6 1IRW1 58,8 10,6 30,7 100 57,., I ! ,0 31,C IOC 2IRW2 56,0 32,6 40,0 27,5 100 36,., 37,0 26,C 10C 34,2 3IRW3 4 IRW4 70,6 7,1 22,3 100 7 1,2 7,1 22,C 10C 68,5 69,0 SiRW10 72,5 9,3 18,1 100 73,3 E,9 18,C 10C 81,5 6IRW12 77,5 . 7,8 14,~ 100 77,C 7,8 15,C 10C Sumber : Diolah berdasarkan Data Ajudikasi, BPN Tahun 2000 1
Lual:Kel. '
12 10,7 10,4 40,0 9 1 9,1 7 1
13 14,7 33,7 25,8 22,4 21,9 11,5
1~~1
n ,~,
14 100 100 100
lOC 1Q_C 10C
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan, bahwa jumlah bidang tanah per RW, untuk RW1, RW4, RW 10 dan RW 12 masih didominasi oleh pemilik tanah di Kelurahan Pakansari, yaitu antara 70-79% sedangkan 20-30% dikuasai olek pemilik tanah di luar Kelurahan Pakansari. Keadaan yang berbeda terdapat di RW 2 dan RW 3. Dimana untuk RW 2 pemilik tanah di Kelurahan Pakansari menguasai 58% bidang tanah sedangkan 42 %
dikuasai olek pemilik tanah di luar Kelurahan Pakansari.
85
Sedangkan keadaan sebaliknya terjadi di RW 3, dimana pemilik tanah di Kelurahan hanya menguasai 32 % bidang tanah sedangkan 68 %
Pakansari
dikuasai oleh
pemilik tanah di luar Kelurahan Pakansari. Untukjumlah pemilik tanah danjumlah luas tanah menurut domisili per RW di Kelurahan Pakansari, fenomena yang terjadi tidak berbeda jauh dengan yang terjadi pada j umlah bidang tanah. Tabel 11 . Hasil Korelasi antar Peubah di Kelurahan Pakansari, Tahun 2000. • ,;i , -~~ Jumlah Bidang Jumlah Pcmilik Tanah Mcnwut Tanah Mcnwut ~UAI Tanah Mcoutll1 Domisili Pcmilik Domisili Pcmilik Domisili Pcmilik. ._Kol ·c LuarKel. -~ LuarKel. Pakansari . Pakausarl Pabnsari
'
Jl
PEUBAH KORELASI
~
Jumlah Bidang Tanah Menurut Domisili Pemilik Jumlah Pemilik Tnnah Menurut Domisili Pemilik Luas Tanah Menurut Domisili Pemilik
1Kec.Cibinong
I
I I
Luar Kel. Paknnsari
Lainnya
Kelurahan Pakansari Luar Kel. Paknnsari
ndeks Gini Pemilik Tanah
1Kec.Cibinong
I
Lainnyil
XI
~
XI X2 1,00
"' g
~ ;§ · ~ 8
~
X3
X4
X6
~:ii
I,OC
X3
.{l-zt
0.~
X4
iir~
%it
X5
~93 ii'o:§5
0,4
1W9r
X6
-071 0,3S
to~
..() 7
X7
.'~~~ ·~:~ ..oss ..()7ti '~:~ :0'89 -074 .....
J'
"i i ~ 'j 't~ ~J.~ ijl ~~·~ ~ · .,IX),
~
,'
~ ~ '~
'
::.:
X5
. 1 ~ :c~:
j
u
• .a
X2
X8
X9
··~ ' ~4
XlO
'r~
.
~;
IIf~ .
. 1:;
,;
X7
•:.~~-. ' ~~ ~~.
XII X12 Xl3
1.00
·~'19 I ,OC I,OC 0,41 1.00 ~~
- :!F:.
.•..
I.OC X8 ~9:2 Q,_9S 0,46 -<>..~ I,OC 0,4C .,· ~-8~ 1.00 . :07~ 0,31 I,OC X9 ..()61 0,3( .tO:~ ..()6 0,31
10;94
XIO -0,21 0,3
ndeks Entropy Bidang TIUUlh
XII .{), I
ndeks Gini Pemilik Tanah
X1 2
arnk ke Jnlnn Rays (m)
g'
~ @j
'
~
Kelurahan Pnkansari Kcc.Cibinong LuarKel. Paknnsari Lainnya Kelurahan Pakansari
J
.
-~!~ ,t .: 111' ·~~ :1.~ 9'' ., ~~ . ' I-~ co_ --=~ ~· I ;·!~ ':~ ..
0.4~
0 '7~
.{), 19 0.35
0 IC O, IC ..()II
o,os
07~
.{),2~
0,41
i~
0
.{) 2S
o.os
03
I~
..()3 -O,SI 0,4 -0,3 .{),S
Xl3 .{)51 0 31 -07S 0,44 .{),04 002
1,00 0.06 I.OC
0,61 -0,33
-0 1~
j~ .{) 29 j~~ 1.00
O.,zl
.{),64
.{)0
.{)64
·'"f'
~ 71
-O.S4 I.OC
Sumber : Data diolah berdasarkan tabel 9 dan 10 Berdasarkan
tabel 11 ada beberapa peubah yang berkorelasi, baik secara
positif maupun negatif. Peubah jumlah bidang tanah menurut domisili pemilik di Luar Kelurahan Pakansari dan Kecamatan Cibinong berkorelasi positif dengan
peubah
jumlah bidang tanah menurut domisili pemilik di Kelurahan Pakansari dan indeks
86
fragmentasi tanah di Kecamatan Cibinong. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa keragaan bidang tanah di Kelurahan Pakansari dipengaruhi juga oleh keragaan bidang tanah di luar Kelurahan Pakansari, sehingga walaupun secara administratif bidang tanahnya banyak dikuasai oleh penduduk yang berdomisili di Kelurahan Pakansari (penduduk ash) tetapi secara eksplisit di dalamnya terdapat juga pendatang yang mengubah status kependudukannya menjadi bcrdomisili di Kelurahan Pakansari. Untuk peubah berdasarkan.jumlah pemilik tanah menurut domisili pemilik dan indeks fragmentasi tanah di Kecamatan Cibinong berkorelasi positif dengan peubah jumlah pemiik tanah dan indeks fragmentasi tanah menurut domisili pemilik di luar Kelurahan Pakansari dan Kecamatan Cibinong.
Hal ini juga menandakan bahwa
keragaan pemilik tanah menurut domisili pemilik Kecamatan Cibinong dipengaruhi juga olch keragaan
pemilik tanah di luar Kelurahan Pakansari dan Kecamatan
Cibinong. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PePggunaan Tanal1 dan Kaitannya dengan Karakteristik Tanah dan Pemilikan Tanah
Berdasarkan basil
analis£~.
model Kuantifikasi Hayashi II, variabel yang diamati
dalam hubungannya dengan pola pcnggunaan tanah, adalah : 1. Karakteristik pemilik tanah, yang terdiri dari : jenis pekeijaan, usia dan domisili. 2. Karakteristik tanah, yang terdiri dari : luas tanah, jarak ke kelurahan, jarak ke kecamatan, jarak ke kabupaten, jarak ke pasar, jarak ke rumah sakit, kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah, Nilai Jual Obyek Pajak dan kemiringan tanah.
87
Hasil analisa metode Kuantifikasi Hayashi II, dapat dilihat pada Tabel 12 . berikut ini. Tabel 12. Hasil Analisa Metode Kuantifikasi Hayashi II: Variabel-Variabel Terkait Penggunaan Tanah Berdasarkan Bidang Tanah di Kelurahan Pakansari. Jenis
NoUrut Varia bel
Kategori
Frekwensi (%)
1
2 1
~ ~ f-
~
-~
2
c.. ~
....
Vl
·~
.....~
~~ 3
4
~ ~
5
f-
~ ..... Vl
·c ~
....
-@
~
~
6
3 ~en is [pekerjaan
4 I.
'·.
PNS
2. Peg. Swasta 3. Wiraswasta 4. Petani 5. Buruhltukang 6. Lain-lain 1. < 20 ILJsia ktahun) 2. 21-10 3. 31-40 ~- 41-50 ~ - 51 ..60 ~- > 60 1 = Satu Kelurahan Domisili ~ = Satu Kecamatan ~ = Luar Kelurahan 2 LUas (m ) 1 =< 200 ~ = 200-400 ~ = 400 - 600 ~- = 600-800 ~ = >800 Jarak ke 1. < = 2000 Kelurahan ~- 201 - 400 ~meter) ~ - 401-600 4 . 601 - 800 5. 801 - 1000 6. > 1000 ke 1. 2000 - 2500 Jarak Kecamata11 2. 2501 -3000 meter) p. 3001 - 3500 ~ - 3501 - 4000 5. 4001 - 4500 ~- > 4500
5 15,09 30,96 15,70 1,21 8,67 28,37 1,81 11,9 33,76 27,90 16,52 8,32 6J ,50 16,00 22,40 57,91 23,46 8,06 3,45 7,12 9,96 28,33 15,14 20,09 3,71 22,77 5,09 23,03 39,28 9,83 14,27 8,50
Skor ~ Kisal'aii. Kategori . · . ... · 6 -0,04750 -0, 13227 0,09574 0,16482 0,12693 0,07084 -0,29939 0,21199 0,07590 -0,04856 -0,10323 -0, 17279 -0,01512 -0,03283 0,05959 0,37327 -0,02142 -0,74236 -1 ,21913 -1 ,53:)11 -0,44883 -0,46745 -0,41612 -0,8905! -1,71874 2,12054 0,26208 0,64193 0,16538 0,54222 -1 . ~4240
-0,69781
,.c!i
~·
.ra~m :~~:&.¥.:~
0,29709 0,04576*
0,51138 0,05397**
0,09243
0,01627
1,90838 0,25278**
3,83928 0,23436**
2, 18434 0,16444**
88
3001-3500 3501-4000 >4000 2000-2500 2501-3000 3001 - 3500 3501 -4000 4001 -4500 > 4500 2001 - 2500 2501-3000 3001-3500 3501 -4000 4001-4500 >4500
8
~
fa
f,.:.:
9
·.c •t: "'Q)
....
-aa ~
= Jalan Raya; = Jalan desa = gangljalan kecil
10
11
12
1.
27-36 36-48 200-260 325- 360 0-3 3-8
0,95 23,29 40,02 12,98 5,78 1 99 27,68 19,32 2,63
-1,24942 -0,16655 0,14730 0,67630 -0,40080 -0 42940 0,13983 0,41892 0,19168 -1,29610 -0,87357 1 16070
1,47 48,99 49 55 49,59 48,12 0,82 I 47 97,84 2,16
1,92576 0,07952**
2,4568 0,11449**
0,07534**
0,01771 Eta-square == 0, 17739
Sumber : Data diolah berdasarkan teks lampiran 1 Keterangan : ** nyata pada taraf ex. 1 % (sangat nyata) = 0,05 * nyata pada taraf ex. 5 % (nyata) = 0,04
Berdasarkan hasil rnetode kuantifikasi hayashi II didapat nilai eta-square sebesar 0,17739 yang berarti bahwa model yang terkait dengan penggunaan tanah di atas telah dapat menggambarkan 82,26 % variasi dari peubah-peubah (predictor item) yang dapat mempengaruhi pola penggunaan tanah di daerah penelitian. Sedangkan tingkat kepekaan ( elastisitas) dari penggunaan tanah terhadap pergeseran kategori
89
dalam predictor item, dilihat berdasarkan nilai kisarannya, semakin besar nilai kisarannya semakin peka (elastis ), dalam hal ini penulis mengkategorikan nilai kisaran lebih dari 1 adalah elastis.
Untuk model di atas nilai kisaran yang lebih dari satu
adalah luas tanah, jarak ke pusat administrasi pemerintahan, jarak ke pasar dan rumah sakit serta kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah. Dari hasil analisa diketahui, bahwa karaktcristik pemilik tanah, yaitu jenis pekerjaan dan usia berpengaruh nyata terhadap pola penggunaan tanah di Kelurahan Pakansari yang diketahui dari nilai korelasinya yaitu masing-masing sebesar 0,05 sedangkan untuk variabel penjelas domisili, memberikan pengaruh yang sangat kecil atau dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap alokasi pemanfaatan/penggunaan tanah, yang diketahui dari nilai korelasi parsial sebesar 0,016 (Tabel 12 Hasil Analisa Model Kuantifikasi Hayashi II). Pada jenis pekerjaan petani dan buru~Jtukang sangat berpengaruh terhadap pola penggunaan tanah dilihat dari skor kategori yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya.
Hal ini dikarenakan pada jenis
pekerjaan petani dan buruh/tukang memiliki kontribusi pada pola penggunaan tanah sccara langsung dan kcpemilikan bidang tanahnya disamping untuk tempat tinggal juga digunakan untuk tanah pertanian guna memenuhi kebutuhan pokoknya, sehingga petani dan buruh/tukang sangat bergantung pada tanah sebagai sumber mata pencaharian dan pendapatan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Lain
halnya dengan jenis pekerjaan lainnya, seperti PNS dan pegawai swasta yang kurang memberikan kontribusi terhadap pola penggunaan tanah, hal ini dapat dimengerti karena mereka lebih mementingkan untuk pergi bekerja dan kepemilikan bidang tanahnya hanya untuk tempat tinggal.
90
Sementara itu, pada variabel penjelas usia antara 20-40 tahun
sangat
berpengaruh terhadap pola penggunaan tanah dilihat dari skor kategori yang paling tinggi dibandingkan dengan kategori usia lainnya.
Hal ini dikarenakan pada usia
antara 20-40 tahun adalah usia paling produktif untuk memanfaatkan tanahnya dan merupakan masa dimana semangat hidap untuk berusaha dengan kreatifitas dan tanggung jawab yang tinggi untuk pemenuhan kebutuhan pokonya sehari-hari, schingga pada rcntang usia tcrscbut mcmiliki kontribusi yang sangat besar terhadap pola penggunaan tanahnya. Dibandingkan dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun sangat kurang pengaruhnya terhadap pola penggunaan tanah. Hal ini disebabkan karena pada usia kurang dari 20 tahun waktunya habis di sekolah untuk memikirkan pelajaran dan biasanya pada rentang usia kurang dari 20 tahun memiliki emosi yang kurang terkendali dan sifat egois yang sangat tinggi sehingga mereka. kurang memperhatikan aktivitas lingkungannya demikian pula pada usia lebih dari 40 tahun kurang memberikan kontribusi terhadap pola penggunaan tanah karena pada rentang usia tersebut sudah tidak produktif lagi dalam memanfaatkan tanahnya sehingga ada kecendeiungan pada usia ini penggunaan tanahnya ditelantarkan/ dibiarkan. Dari hasi1 analisa diketahui, bahwa seluruh karakteristik tanah berpengaruh nyata terhadap pola penggunaan tanah terkecuali adalah variabe1 kemiringan tanah yang memiliki ni lai korelasi parsial sebesar 0,01 (Tabel 12
Hasil Analisa Model
Kuantifikasi Hayashi II). Untuk variabel luas tanah berpengaruh sangat nyata terhadap pola penggunaan tanah yang diketahui dari nilai korelasi parsialnya, dimana luas yang paling dominan
91
berpengaruh adalah luasan kurang dari 200 m 2. Hal ini disebabkan sebagian besar bidang tanah yang dikuasai hanya memiliki luas kurang dari 200 m2 dan apabila dikaitkan dengan skor kategori dari Outside variabel (kelompok) pada aksis 1 terlihat bahwa pada kelompok luasan kurang dari 200m2 banyak digunakan untuk perumahan sedangkan luasan yang lebih dari 200 m2 banyak digunakan untuk kebun campuran, tegalan dan dibiarkan. Dengan adanya dominasi penguasaan luas tanah yang kurang dari 200 m2 sementara yang luasnya lebih dari 200 m2 jumlahnya hanya sedikit dapat menjadi
indikasi tetjadinya ketimpangan dalam distribusi penguasaan tanah di
Kelurahan Pakansari, dimana adanya
kecend~rungan
sebagian besar masyarakat
memiliki tanah dalam skala yang kecil sedangkan sebagian kecil masyarakat memiliki tanah dalam skala yang Iuas. Faktor jarak menuJu pusat-pusat administrasi pemerintahan dapat menjadi pertimbangan bagi suatu alokasi penggunaan tanah.
Nilai korelasi parsial
menunjukkan bahwa jarak menuju pusat administrasi pemerintahan, dalam hal ini jarak
men~iu
kantor Kelurahan Pakansari, kantor Kecamatan Cibinong dan kantor
Kabupaten Bogor berpengaruh sangat nyata terhadap alokasi penggunaan tanah. Dominannya jarak menuju pusat administrasi pemerintahan pada jarak lebih dari 1000 meter dan kurang dari 4000 meter memiliki pengaruh yang besar dari pemilik bidang tanah untuk menentukan pola penggunaan tanah terse but, dimana pada rentang jarak tersebut
apabila dikaitkan dengan dengan skor kategori dari Outside variabel
(kelompok) pada aksis 1 terlihat bahwa pada rentang jarak tersebut banyak digtmakan untuk perumahan sedangkan selain pada rentang jarak tersebut banyak digunakan untuk kebun campuran, tegalan dan dibiarkan. Hal ini berkaitan dengan kepentingan
92
relayanan dari pusat-pusat administrasi pemerintahan baik kelurahan,
kecamatan
maupun kabupaten terhadap pemilik tanah. Pada jarak tersebut kemudahan dalam hal pelayanan dari pusat-pusat admiaistrasi pemerintahan dapat diperoleh dengan baik oleh para pemilik tanah, apalagi jarak tersebut masih dapat ditolerir dengan didukung oleh sarana dan prasarana transportasi yang semakin berkembang baik.
Namun
sebaliknya pada jarak yang jauh atau lebih dari 4000 meter menuju pusat adminstrasi pemerintahan maka pengaruh pada pola penggunaan tanah semakin berkurang/sedikit, karena jarak yang semakin jauh dibutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang lebih besar demikian juga pada jarak kurang dari 1000 meter dari kantor Kelurahan yang didominasi
oleh
penggunaan
dibiarkan/ditelantarkan
pengaruh
tanah pada
kebun pola
campuran,
penggunaan
tegalan tanah
dan
semakin
berkurang/sedikit karena pada penggunaan tersebut keperluan pelayanan dari pusatpusat administrasi pemerintahan berkurang/semakin tidak penting. Dalam hubungannya dengan keterkaitan spasial, Von Thunen mengemukakan model tata guna tanah sederhana yang didasarkan pada satu titik permintaan dalam suatu lingkungan ekonomi pedesaan yang mempunyai struktur pasar sempurna baik pasar output maupun input.
Dalam kaitannya dengan teori tersebut dapat dikatakan
bahwa jarak menuju pasar berpengaruh sangat nyata terhadap pola penggunaan tanah yang diketahui dari nilai korelasi parsialnya
(Tabel 12
Hasil Analisa Model
Kuantifikasi Hayashi II), dimana pada jarak antara 3000-4000
meter penggunaan
tanahnya didominasi oleh perumahan sedangkan selain jarak tersebut didominasi oleh kebun campuran, tegalan dan dibiarkan/ditelantarkan. Pertimbangan pola penggunaan tanah terhadap
jarak menuju pasar berkaitan dengan kepentingan produsen dan
93
konsumen. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa bidang tanah yang dominan pengaruhnya terhadap penggunaan tanah terdapat pada jarak yang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dari Pasar Cibinong, karena jarak yang terlalu dekat dengan pasar akan membuat situasi lingkungan yang tidak nyaman (uncomfortable), yang terlalu jauh dari pasar kurang konsumen.
mendukung
sedangkan jarak
aksesibilitas kh.ususnya bagi
sedangkan bagi produsen pada jarak yang dekat dengan pasar akan
mendukung aksesibilitas dan biaya yang dikeluarkan untuk transportasi pengangkutan komoditi ke pasar semakin sedikit
serta resiko perisabilitas komoditi pertanian
semakin kecil. Untuk jarak menuju pusat pelayanan kesehatan atau rumah sakit berpengaruh sangat nyata terhadap pola penggunaan tanah yang diketahui dari nilai korelasi parsialnya (Tabel 12 Hasil Analisa Model Kuantifikasi Hayashi II).
Untuk jarak
kurang dari 3500 meter dan lebih dari 4500 meter, memiliki kontribusi yang besar terhadap pola penggunaan tanah dan apabila dikaitkan dengan skor kategori dari
outside variabel (kelompok) aksis I,
penggunaan tanah pada rentang jarak ini
didominasi oleh penggun.aan tanah perumahan sedangkan pada rentang jarak lainnya didominasi
oleh
penggunaan
tanah
kebun
campuran,
tegalan
dan
dibiarkanlditelantarkan. Hal ini dapat ditafsirkar. bahwa rumah sakit merupakan suatu pelayanan kesehatan yang
sanga~
dibutuhkan oleh masyarakat sehingga jarak yang
dekat dengan rumah sakit akan membuat kelancaran dan kemudahan untuk menuju ke rumah sakit sedangkan jarak yang terlalu jauh dari rumah sakit, kebutuhan fasilitas kesehatan kemungkinan dipenuhi dari pelayanan kesehatan lainnya.
94
Adanya keterkaitan spasial dalam hubungannya dengan pola penggunaan tanah seringkali menunjukkan perbedaan geografis lokasi, khususnya mengenai kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah yang juga secara langsung mempengaruhi nilai tanah itu sendiri yang disebabkan oleh perbedaan lokasi (locational rent). Demikian halnya dengan variabel kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah, memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap pola penggunaan tanah yang diketahui dari nilai korelasi parsialnya (Tabel 12 Hasil Analisa Model Kuantifikasi Hayashi II).
Untuk kelas
jalan raya dan gang/jalan kecil paling dominan dalam mempengaruhi pola penggunaan tanah hal ini dapat ditafsirkan bahwa pada kelas jalan tersebut memiliki aksesibilitas yang baik dan apabila dikaitkan dengan skor kategori dari Outside variabel (kelompok) pada aksis 1 terlihat bahwa pada letak tanah pada kelas jalan tersebut banyak digunakan untuk perumahan sedangkan pada letak tanah pada kelas jalan desa banyak digunakan untuk kebun campuran, tegalan dan dibiarkanlditelantarkan, seperti pada
konsep Von Thunen dalam Harvey (1996) yang menjelaskan bahwa lokasi
tanah akan mengikuti pola kawasan komoditi berbentuk lingkaran dengan kota sebagai pusatnya sekaligus tempat pemukiman, kemudian areal sawah, tegalan, kebun dan terakhir adalah hutan. Bentuk lingkaran tidak harus simetris, tetapi tergantung akses jalan atau sungai. Konsep harga tanah yang menjadi variabel dalam analisa ini adalah Nilai Jual Obyek Pajak dari tanah, dimana pengertian dari nilai tanah itu sendiri (Barlowe, 1978) adalah nilai sekarang sebagai nilai diskonto dari total rente tanah yang diharapkan diperoleh di masa yang akan datang.
Harga tanah yang paling dominan dalam
mempengaruhi pola penggunaan tanah adalah pada harga tanah antara Rp. 36.000 Rp.260.000 per m2 dan apabila dikaitkan dengan dengan skor kategori dari Outside
variabel (kelompok) pada aksis 1 terlihat bahwa pada rentang harga tersebut banyak
95
digunakan untuk perumahan sedangkan pada harga tanah antara Rp. 27.000-36.000,per m2 dan Rp. 325.000-360.000,- per m 2 banyak digunakan untuk kebun campuran, tegalan dan dibiarkan/ditelantarkan, Hal ini juga dapat ditafsirkan bahwa pada harga tanah yang tidak terlalu murah dan mahal, jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan tanah tersebut tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, sehingga secara ekonomipun dapat menguntungkan, sedangkan pada harga tanah yang terlalu rendah nilai investasinya kurang cepat naik, demikian juga pada harga tanah yang terlalu tinggi apabila nilai tanahnya (land rent) turun maka dari segi investasi menjadi terlalu rugi. dari informasi yang didapat temyata Nilai Jual
Selain itu
Obyek Pajak tidak mencerminkan
harga tanah yang benar-benar ditransaksikan sehingga dapat memberikan signal yang tidak benar (bias informasi) kepada penjual, pembeli maupun pemerintah yang dapat dimanfaatkan oleh para calo tanah sehingga dapat memberikan biaya transaksi yang tinggi yang pada akhimya tidak dapat mencerminkan kelangkaan sumberdaya tanah yang sesungguhnya. Fenomena lainnya adalah adanya penguasaan tanah oleh pihakpihak yang memiliki kaP,ital yang tinggi dengan menginvestasikan uangnya untuk menguasailmemiliki tanah tetapi tidak memanfaatkan tanahnya dengan baik menyebabkan adanya tanah gontai (absente ownership).
yang
Salah satu solusi altematif
yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk pasar bursa tanah (land stock
market), sehingga dapat memberikan sangsi terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan dalam kaitannya dengan pengunaan sumberdaya tanah.
96
Tabel 13.
Hasil Analisa Metode Kuantifikasi Hayashi II : Kelompok Penggunaan Tanah di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kab.Bogor. No I.
2.
...,
-'·
4.
Kclompok Penggunaan Tanah (Outside variable) Kebun campuran Tegalan Rumah/bangunan Dibiarkan
Frekwensi 436 27 1583 273
Skor Kategori -0,70240 -1,02505 0,27896 -0,39439
Sumber : Data d10lah berdasarkan teks lamptran l.
Keterkaitan Penggunaan Tanah Dengan Variabel yang Mempengaruhinya Dan Keterkaitan Antar Variabel yang Mempengarubi Penggunaan Tanah Berdasarkan analisa metode kuantifikasi hayashi II selain hasil dari skor kategori dari masing-masing variabel (predictor item) didapat juga hasil yang menghubungkan an tar variabel ( crosstahle qfjactor item.\). Hubungan an tara masingmasing variabel dijelaskan dalam upaya untuk melihat keragaan masing-masing variabcl dalam mempcngaruhi pcnggunaan tanah sebagaimana ditunjukkan pada tabel lampiran l dan tabel 14. Tabel 14. Tabulasi Silang antara Penggunaan tanah dengan Jenis Pekerjaan di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kab.Bogor.
Jenis Pekerjaan Total
Penggunaan Tanah
Dibiarkan --· Kebun Campuran Rumah Tegalan Total
LainBuruh/ Tukang lain 23 79 38 116 136 459 4 4 201
658
Pegawai Petani PNS Wiraswasta Swasta 41 46 81 3 53 149 7 73 259 229 18 482 0 7 6 6 350 364 718 28
LQ: Dibiarkan 0,97 0,96 1,02 0,94 Kebun Campuran 1,01 1,10 0,99 Rumah 1,02 0,98 0,72 Tegalan 1,71 0,52 Sumber : Data diolah berdasarkan tabel Iampiran 1.
0,91 1,33 0,94 0
1,00 1,11 0,96 1,72
1,07
QJ]_ 1,04 1,42
273 436 1.583 27 2.319
97
Dari hasil tabulasi silang antara penggunaan tanah dengan jenis pekerjaan, didapat hasil!.ocation Quotien, bahwa untuk jenis pekerjaan buruh/tukang konsentrasi kegiatan penggunaan tanah digunakan untuk kebun campuran dan tegalan, hal ini dikarenakan untuk jenis pekerjaan buruh/tukang masih banyak waktu untuk mengolah dan memanfaatkan tanahnya. Pada Jems pekerjaan pt!gawai swasta dan petani konsentrasi kegiatan penggunaan tanah digunakan untuk kebun campuran, sedangkan pada PNS konsentrasi kegiatan penggunaan tanah pada kebun campuran, tegalan dan dibiarkan. Untuk jenis pekerjaan wiraswasta konsentrasi kegiatan penggunaan tanah pada rumah, tegalan dan dibiarkan sedangkan pada jenis pekerjaan lain-lain konsentrasi kegiatan penggunaan tanah digunakan untuk rumah dan dibiarkan.
Tabel 15. Tabulasi Silang antara Penggunaan Tanah dengan Luas Kepemilikan di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kab.Bogor. Penggunaan Tanah Luas Kepemilikan
~
§
~
LUAS:<200 ILUAS:200-400 LUAS:400-600 LUAS:600-800 LUAS:>800 trotal
1026 374 97 35 51 1583
t:
c
:::1
.Cl
e:::1
0.
~ ~ u
176 103 54 31 72 436
a
Ia
~
(;j
cs
~
:.0 136 60 30 12 35 273
eo
Total
5 1343 7 544 6 187 2 80 7 165 27 2319
LQ: LU AS:<200 LUAS:200-400 LUAS:400-600 LUAS:600-800 LUAS:>800 Sumber : Data d10lah
0,7 0,86 0,32 1,12 1,01 1,01 0,94 1,11 0,76 1,54 1,36 2,76 0,64 2,06 1,27 2,15 0,45 1,8 3,64 2,32 berdasarkan tabellamptran I.
98
Dari hasil tabulasi silang antara penggunaan tanah dengan luas kepemilikan tanah, didapat hasil /,ocation Quotien, bahwa untuk luasan < 200 meter konsentrasi kegiatan penggunaan tanah digunakan untuk perumahan sedangkan pada luas antara 200-400 meter konsentrasi kegiatan penggunaan tanah digunakan untuk rumah, kebun campuran dan tegalan. Pada luas antara 400-800 meter dan > 800 meter konsentrasi kegiatan penggunaan tanah digunakan untuk kebun campuran, tegalan dan dibiarkan. Dari fenomena ini dapat disimpulkan beberapa penafsiran, yaitu bahwa semakin kccil luas kepcmilikan tanah konscntrasi pcnggunaan tanah adalah untuk perumahan sedangkan semakin besar luas kepemilikan tanah konsentrasi penggunaan tanah adalah untuk tegalan. Selain itu perlu juga diwaspadai karena untuk luas lebih dari 400 meter ada kecenderungan tanah-tanah dibiarkan pemanfaatannya. Hubungan antara jenis pekerjaan dan domisili, untuk seluruh jenis pekerjaan mayoritas kepemilikan tanahnya berdomisili dalam satu Kelurahan Pakansari sedangkan yang paling sedikit untuk seluruh jenis pekerjaan kepemilikan tanahnya berdomisili dalam satu Ke.camatan Cibinong.
Untuk hubungan antara jenis pekerjaan
dan luas kepemilikan tanah, untuk seluruh jenis pekerjaan mayoritas kepemilikan tanahnya berada dalam luasan kurang dari 200 meter2 sedangkan yang paling sedikit untuk seh.iruh jenis pekerjaan kepemilikan tanahnya berada dalam luasan 600-800 meter.
Pada hubungan antara jenis pekerjaan dengan jarak ke pusat-pusat
pemerintahan relatif merata jumlah kepemilikan tanahnya sedangkan hubungan antara jenis pekerjaan dan jarak kc Rumah Sakit mayoritas jumlah kepemilikan tanahnya berada pada jarak yang paling dekat berbeda dengan hubungan antara jenis pekerjaan
99
dan jarak ke pasar mayoritas jumlah kepemilikan tanahnya berada pada jarak yang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh (300 1-3500 meter). Untuk hubungan antara jenis pekerjaan dan kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah, untuk seluruh jenis pekerjaan mayoritas kepemilikan tanahnya berada di pinngir jalan kecil/gang. Sedangkan untuk hubungan antara jenis pekerjaan dan nilai jual obyek pajak (NJOP), untuk seluruh jenis pekerjaan mayoritas kepemilikan tanahnya berada pada nilai Rp. 27.000- 48.000/m 2. Untuk hubungan antara domisili dengan luas kepemilikan tanah, untuk seluruh domisili
mayoritas kepemilikan tanah berada pada luasan kurang dari 200 meter2.
Pada huhungan antara domisili dcngan jarak kc pusat-pusat pemerintahan relatif meratajumlah kepemilikan tanahnya sedangkan huhungan antara dom1sili dan jarak ke Rumah Sakit mayoritas jumlah kepemilikan tanahnya berada pada jarak yang paling dekat berbeda dengan hubungan antara domisili dan jarak ke pasar mayoritas jumlah kepemilikan tanahnya berada pada jarak yang tidak terlalu dekat dan tidak ter!alu jauh (300 1-3500 meter). Untuk hubungan antara domisili dan kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah, untuk seluruh domisili mayoritas kepemilikan tanahnya bcrada di pinggir jalan kecil/gang. Sedangkan untuk hubungan antara
domi~ili
dan nilai jual obyck pajak
(NJOP), untuk seluruh domisili mayoritas kepemilikan tanahnya berada pada nilai Rp. 27.000- 48.000/m 2 . Begitu juga hubungan antara luas kepemilikan dengan jarak ke pusat-pusat pemerintahan relatif merata jumlah kepemilikan tanahnya sedangkan hubungan an tara luas kcpcmilikan dan jarak kc Rumah Sakit mayoritas jumlah kepcmilikan tanahnya berada pada jarak yang paling dekat berbeda dengan hubungan antara luas kepemilikan
100
dan .tamk kc pasar mayoritas jumlah kcpcmilikan tanahnya bcrada pada jarak yang
tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh (300 1-3500 meter). Untuk hubungan antara luas kepemilikan dan kelas jalar. untuk mencapai lokasi tanah, untuk seluruh luas kepemilikan mayoritas kepemilikan tanahnya berada di pinggit jalan kecil/gang. Sedangkan untuk hubungan antara luas k\!pemilikan dan nilai jual obyek pajak (NJOP), untuk seluruh luas kepemilikan mayoritas kepemilikan tanahnya berada pada nllai Rp. 27.000- 48.000/m2.
Ana lisa Spasial: Keterkaitan Antar Wilayah di Ketura han Pakansari Untuk menggambarkan aksesibilitas keseluruhan dan keterkaitan di Kelurahan Pakansari diperlukan analisa berdasarkan tingkat keterkaitan antara masing-masing RW.
Dalam pembahasan ini diperlukan sket peta yang menunjukkan jalan
penghubung (Jalan Raya dan Jalan Desa) antar RW yang berasal dari peta administrasi, peta dasar teknik dan peta bidang tanah di Kelurahan Pakansari (pada gambar lampiran 1 dan 2) dengan metode overlay serta mengaitkan dengan database dan data penghitungan lainnya.
101
R
RWS
6
RW8 Keterangan :
RW7
Gambar 9.
-Zone I :
0
-Zone ll :
0
-Zone ill :
0
Keterkaitan antar RW di Kelurahan Pakansari
Berdasarkan gambar di atas dan pemaparan-pemaparan pada sub bab sebelumnya, dapat dijelaskan bahwa di Kelurahan Pakansari dapat diklasifikasikan menjadi 3 pusat pertumbuhan (dalam hal ini disederhanakan menjadi 3 zone) sebagaimana ditunjukkan pada tabel16.
102
Tabel 16. Karakteristik Masing-Masing RW berdasarkan Zone di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Bogar, tahuun 2000. ZONE
I
II
III
JUMLAH RW
3 RW, yaitu • Memiliki indeks fragmentasi tanah antara 1,05-1,23. RW 1 ,10 dan • Mem!liki nilai rasio gini pemilikan antara 0,34-0,49 12 • Memiliki nilai entropy 0.894-0.953 • Kepadatan penduduk yang tinggi antara 6944,137655.21 jiwa/km2. • Dekat dengan pusat kota • Harga tanah (NJOP) berkisar antara Rp. 200.000Rp.360.000 • Seluruh b · sudah setifikat 4 RW, yaitu • Memiliki indeks fragmentasi tanah antara 1,02-1,13 RW 2,3, 4 dan • Memiliki nilai rasio gini pemilikan antara 0,32-0,40 6 • Memiliki nilai entropy 0.909-0.922 • Kepadatan penduduk sedang antara 3.030,8-5.403,58 jiwa/km2. • Harga tanah (NJOP) berkisar antara Rp. 48.000 - Rp. 200.000 • sudah setifikat 5 RW, yaitu • Kepadatan penduduk sedang antara 2.388,59-4.946,24 RW 5, 7, 8, 9 jiwa/km2. dan 11 • Agak jauh dengan aktivitas pusat kota • Harga tanah (NJOP) berkisar antara Rp. 27.000 - Rp. 200.000
Selain itu dapat dijelaskakan bahwa zone I, terdiri dari RW1, RW 10 dan RW 12 yang secara faktor aksesibi1itas dan kemudahan transportasi paling dekat dengan aktivitas pusat kota (central business district) seperti pasar tradisional, supennarket, gedung-gedung kantor atau bahkan dapat dikatakan bahwa di zone I ini juga merupakan aktivitas pusat kota (central business district) yang didalamnya terdapat supennarket, kantor bank (BNI 46), perumahan dan
Kantor Kelurahan
Pakansari serta gedung kantor lainnya, selain itu di wilayah zone ! ini hampir seluruh
103
bidang tanahnya sudah
setifikat.
Namun dapat dikatakan bahwa di zone 1 ini
memiliki karakteristik tingkat ketimpangan yang lebih tinggi dan sebaran distribusi kepemilikan yang kurang merata dibandingkan dengan zone Iainnya. Untuk zone II, terdiri dari RW 2, RW 3, RW 4 dan RW 6 yang merupakan pusat pertumbuhan kedua, karena di zone ini banyak tumbuh perumahanperumahan/bangunan baru atau kampung-kampung baru disamping pemanfaatan tanah untuk pertanian, selain itu di wilayah zone II ini tidak seluruh bidang tanahnya sudah setifikat, hanya di wilayah RW 2, RW 3 dan RW 4 yang sudah setifikat itupun belum seluruhnya. Sedangkan pada zone III, terdiri dari RW 5, RW 7, RW 8, RW 9 dan RW 11 merupakan pusat pertumbuhan ketiga yang secara faktor aksesibilitas dan kemudahan transportasi agak jauh dengan aktivitas pusat kota dan di zone ini banyak tumbuh perumahan-perumahan atau kampung-kampung baru disamping pemanfaatan tanah untuk pertanian. Zone-zone ini tidak selamanya akan menjaga keteratUian, hal ini disebabkan adanya pengembangan wilayah yang nota bene di seluruh wilayah Kelurahan Pakansari
ini
bcrdasarkan
Pcrda
No.
17/tahun
:woo
mcrupakan
Kawasan
Pengembangan Perkotaan, sehingga setiap zone bisa menyebar dan bergerak keluar atau bahkan bisa menggeser zone berikutnya dan menciptakan zone transisi penggunaan tanah. Dari hasil penghitungan indeks konektifitas, didapat nilai sebesar 0.467 yang menunjukkan bahwa keterkaitan antar RW di wilayah Pakansari belum optimal. Hal ini dikarenakan masih banyak jalur yang belum terhubungkan antar RW di Wilayah Kelurahan Pakansari.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesirnpulan Hasil penelitian ini sedikit banyak dapat menggambarkan fenomena dari suatu potret nyata kepemilikan, penguasaan dan penggunaan tanah di wilayah suburban baik di tingkat lokal, kawasan Jabotabek, kota-kota besar di Jawa Barat maupun di tingkat nasional dengan semakin gencamya perubahan penggunaan tanah dari penggunaan pertanian ke penggunaan non pertanian dan terjadinya alih kepemilikan (transfer hak) dari penduduk asli ke penduduk pendatang sehingga mengarah terjadinya urban sprawl. Sejalan dengan pemyataan penulis, studi yang dilakukan oleh
Sumardjono (2002)
bahwa sumberdaya tanah selama orde baru telah difungsikan sebagai mekanisme akumulasi modal dan sarana investasi, nilai tanah hanya dilihat berdasarkan nilai ekonominya dengan mengabaikan nilai-nilai non ekonomi, ditambah dengan globalisasi ekonomi dengan kebijakan yang semakin adaptifterhadap mekanisme pasar, yang belum diikuti dengan penguatan akses rakyat menengah ke bawah terhadap pemanfaatan tanah yang cenderung posisi tawamya semakin melemah.
Sebagai dampak dari kebijakan
tersebut, sumberdaya tanah mengalami degradasi sehingga semakin langka dan mundur kualitasnya serta akan memperburuk persediaan tanah yang cenderung tetap. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa distribusi kepemilikan tanah di daerah penelitian masih didominasi oleh pemilik yang berdomisili dalam satu kelurahan, baik berdasarkah jumlah bidang tanah maupun luas kepemilikan tanah namun dari rata-rata luas yang dimiliki lebih banyak dimiliki oleh pendatang. Tingkat ketimpangan di daerah penelitian menandakan tingkat ketimpangan yang sedang menuju tingkat yang berat sehingga perlu diwaspadai sejak dini dan perlunya
105 pengend~lian
karena
adanya
kecenderungan
penggunaan
tanah
yang
dibiarkanlditelantarkan. khususnya untuk tanah-tanah dengan luasan lebih dari 400 meter. Berdasarkan hasil dari analisis location quotien dapat disimpulkan bahwa semakin kecil luas kepemilikan tanah konsentrasi penggunaan tanah adalah untuk perumahan sedangkan semakin besar luas kepemilikan tanah konsentrasi penggunaan tanah adalah untuk tegalan. Selain itu perlu juga diwaspadai karena untuk luas lebih dari 400 meter ada kecenderungan tanah-tanah dibiarkan pemanfaatannya. Selain itu dari hasil korelasi antar peubah, dapat disimpulkan bahwa tanah-tanah yang dikuasai oleh penduduk dengan domisili pemilik di luar Kelurahan Pakansari (pendatang)
cenderung
teifragmentasi
dan
adanya fenomena
menginvestasikan
kapitalnya terhadap tanah oleh para pendatang. Dari hasil analisis kuantifikasi hayashi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat memiliki tanah dalam skala yang kecil sedangkan sebagian kecil masyarakat memiliki tanah dalam skala yang luas. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi penggunaan tanah, untuk karakteristik pemilik tanah. adalah jenis pckcrjaan (buruh/tukang. petani, wiraswasta dan lain-lain) dan usia (21 - 40 tahun) se~hingkan untuk karakteristik tanah, adalah : luas tanah (kurang dari 200 meter), jarak ke pusat pemerintahan (I 000-4000 meter), jarak ke pasar (30004000 meter), jarak ke rumah sakit (2000-4000 meter), kelas jalan untuk mencapai lokasi tanah (jalan raya danjalan kecil) serta harga tanah (Rp. 36.000-260.000 1m2). Saran Seiring
dengan
semangat
reformasi
di
bidang
pertanahan
perlunya
mengimplementasikan Tap MPR RI Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria
106 d:m Pengelolaan Sumberdaya A!am di Bidang Pertanahan, diantaranya dengan menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi dan registrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara komprehensif dan sistematis dalam rangka pelaksanaan landreform mulai dari tingkat RT, RW, Kelurahan sampai instansi yang berwenang mengelola pelayanan pertanahan.
Kasus yang sering dijumpai adalah
adanya tanah-tanah guntai (absente) tapi secara registrasi kepemilikannya dimiliki oleh penduduk dengan domisili setempat sehingga menyulitkan penerapan ketentuan dari kelebihan batas maksimum yang harus dimiliki. Selain itu adanya ketimpangan di daerah penelitian dan mayoritas kepemilikan tanah pada luasan kecil (< 200 meter) dengan konsentrasi pengggunaan tanah adalah rumah atau bangunan, akan berimplikasi pada bentuk tanah yang tidak beraturan. Bentuk kapling tanah yang tidak beraturan akan berpengaruh terhadap tingkat efisiensi yang akan berakibat produktivitas tanah tidak optimal.
Salah satu upaya yang dapat
ditempuh untuk mengatasi hal ter:;ebut adalah dengan melakukan penataan kembali bidang tanah, baik dari segi penggunaan maupun penguasaan tanahnya atau yang lebih dikenal dengan istilah konsolidasi tanah.
Penataan kcmbali sebagaimana disebut di atas
harus sesuai dengan Rencc;ma Umum Tata R11ang Daerah (RUTRD) dalam hal ini Peraturan Daerah No.
17 tahun 2000 yang peruntukaannya
diarahkan untuk
pengembangan perkotaan . Untuk menata bidang tanah tersebut, perlu kesadaran yang tinggi dari para pemilik tanah dalam memahami tujuan, sasaran serta keuntungan yang diperoleh dari hasil penataan kembali tersebut, dengan dilandasi prinsip kesepakatan, keterbukaan, musyawarah, gotong royong dan keadilan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, A. 1990. Pengantar Metodologi Penelitian Ekonomi. Bahan Kuliah Metodologi Penelitian Ekonomi Wilayah. PWD-PPS IPB Bogor. Anwar, A. 1990. Beberapa Aspek Ekonomi Sumberdaya Laban. Ekonomi Sumberdaya Alam . PWD-PPS IPB Bogor.
Bahan Kuliah
Anwar, A. 1999. Peranan Pembangunan Sektor Pertanian dan Perdesaan dalam Memulihkan dan Memberi Landasan Kuat kepada Perekonomian Nasional. 8 Maret 1999. Makalah Seminar PSP-LP IPB tanggal Barlowe, Raleigh. 1978. Land Resource Economics. 'l11e Economics of Real Estate. Third Edition. Prentice-Hall, Inc., Euglewood Cliffs, New Jersey USA. Badan Pusat Statistik. 2000. Data Sensus Pertanian Propinsi Jawa Barat dirinci per Kabupaten/Kota tahun 1997-1999. Jakarta. Dicken P, Lloyd P, E. 1990. Location in Space Theoritical and Practice in Economic Geography. New York USA. Harper Collins Publisher. Dowall, E.D. and Leaf, M. 1991. The Price of Land For Housing in Jakarta. Urban Studies. Vol. 28, No5. page 707-722. Gujarati, D. dan Zain, S. 1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta. Harsono, B. 1988. Hukum Agraria Indonesia. Penerbit Djambatan. Jakarta. Harvey, J. 1996. Urban Land Economics. Macmillan Press Ltd. Houndmills Basingstoke, Hampsire RG 216 SX and London. Hoover, M.H. and F. Giarratani. 1985 An Introduction to Regional Economics. Third Edition. Alfred A. Knopf. USA. ldawati, R. 1999. Analisis Penentuan Harga Tanah Permukiman. Tesis S-2. PPS PWD-IPB. Bogor. Kantor Statistik Kabupaten Bogor. 1999. Kabupaten Bogor Dalam Angka Tahun 1999. Nasution, L.I. 2000. Pemberdayaan Peran Badan Pertanahan Nasional Dalam Mengelola Sengketa Agraria. Prosiding Lokakarya Pusat Kajian Agraria Lembaga Penelitian IPB Bogor.
108
Nijkamp, P and Rietveld, P. 1991. Information Systems For Integrated Regional Planning. Publisher : Elsevier Science Publishers B.V. 1000 BZ Amsterdam. Netherlands. Pemda Kabupaten Bogor. 2000. Laporan Akhir Survey Inventarisasi dan Pemetaan Lahan Tidur. Kerjasama Bappeda dan Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor. Pemda Kabupaten Bogor. 2000. Peraturan Daerah No. 17ffahun 2000 tentang Penataan Ruang. Kabupaten Bogor. Randall, A. 1987. Resource Economics, an Economic Approach to National Resource and i~·nvironmental Policy Second Edition. John Wiley and Sons. Rustiadi, E. 1999. ,\'patio/ Analysis On ,\'uhurhani:::ation Process. A disertation on Division of Envvi!"omental Science and Technolot:,')'. Graduate School of Agriculture Kyoto University. Japan. Rustiadi, E. dan A. Anwar. 2000. Perspektif Pembangunan Tata Ruang (Spatial) Wilayah Perdesaan Dalam Rangka Pembangunan Regional. Bahan Kuliah Sistem Organisasi Ekonomi dan Sosial Perdesaan. IPB Bogor. Saefulhakim, R.S. dan L.I. Nasution. 1995. Kebijaksanaan Pengendalian Konversi Sawah Beririgasi Teknis. Makalah Seminar Nasional Komunikasi Penelitian Tanah. Bogor. Saefulhakim, R.S, D.R. Panuju dan L.I. Nasution. 1999. Analisis Keragaan Sistem Usahatani Berbasis Lahan. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Edisi Oktober 1999. IPB Bogor. Saefulhakim, R.S. dan N. Ardi. 2000 . Pelatihan Input-Output Propinsi Jawa Barat. Bappeda Tk. I. Jawa Barat. Bandung. Saefulhakim, R.S. A Land Availability Mapping Model For Sustainable Land Use Management. A disertation on Division of Enviromental Science and Technology. Graduate School of Agriculture Kyoto University. Japan. Santoso, B. dan Hermanto. 1933. Pola Pemilikan Lahan Dan Produktivitas Tenaga Kerja Pada Berbagai Daerah Dengan Kondisi Pengairan Yang Berbeda.PAEBPPP Departemen pertanian. Server O.B. 1996. Corruption : A Major Problem for Urban Management, Some Evidence from Indonesia. Elsevier Science Ltd. Great Britain.
109
Smith S.L.J. 1995. Tourism Analysis. Longman Group Limited. Essex CM20 2JE. England. Sumardjono, M.S.W. 2002. Implementasi Tap MPR RI No. IX/MPR/2001. BPN. Jakarta. Thomas, R.W. 1981. Information Statistics in Geography. Printed in Great Britain by Headley Brothers Ltd The Invicta Press Ashford Kant. Todaro, M.P. 1998. Pembangunan Ekonomi Erlangga. Jakarta.
Di Dunia Ketiga.
Edisi Keenam.
Turner, R. K. dan D. W. Pearce. 1990. Economics of Natural Resources and the Environment. Harvester Wheatshef. Hertfordshire. Wijayanti, A.P. 2000. Tanah dan Sistem Perpajakan Masa Kolonial. Tarawang Press. Yogyakarta
Wiradi, G dan Makali. 1984. Penguasaan Tanah dan Kelembagaan. SDP - SAE. Bogor - - - - - . 1960. Undang-Undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nom or 104. Jakarta 1999. Undang-Undang Otonomi Daerah 1999. Kuraiko Phatama. Bandung. - - - - - . 2001. Data Monografi Kelurahan Pakansari. Cibinong Bogor. - - - - - . 1985. Fakta dan Penjelasan Kecamatan Cibinong. Direktorat Agraria Propinsi Jawa Barat. Bandung. - - - - - . 2002. Tap MPR RI No. IX/MPR/200 1 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya alam di Bidang Pertanahan. BPN. Jakarta. - - - - - . 1999. Peraturan Menteri Negara Agraria!Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan. BPN. Jakarta.
110
_ _ _ _ _ . 1996. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah. Jakarta. _ _ _ _ _ . 1998. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1998 Tentang Pedoman Penetapan Uang Pemasukan Dalam Pemberian Hak Atas Tanah Negara. BPN. Jakarta. _ _ _ _ _ . 1989. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 1 Tahun 1989 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasiional di Propinsi dan Kantor Pertanahan di Kabupaten/Kotamadya. BPN . .Jakarta. - - - - - . 1997. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 1997 Tentang Pcndaftaran Tanah. BPN. Jakarta. ______ . 1997. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. BPN. Jakarta. _ _ _ _ _ . 2000. Surat Keputusan !<epala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat Nomor 600-3011 tentang Biaya Pengukuran Bidang Tanah. Bandung. ______ . 1996. Surat Edaran Kcpala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat Nomor 500-3606 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tugas di Bidang Hak-Hak Atas Tanah Dalam Deregulasi Pelayanan. Bandung. ______ . 1963. Peraturan Pcmerintah Rcpublik Indonesia No. 38 Tahun 1963 Tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum Yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah. Jakarta. - - - - - - . 2002. Data Registrasi Proyek Ajudikasi Dirinci per Propinsi Tahun Anggaran 1994/1995-2001. BPN. Jakarta. - - - - - - . 1998. Pengantar Komputerisasi Kantor Pertanahan. Land Office Computerization-Phase It. BPN. Jakarta.
Teks Lampiran 1. Hasil Penghitungan Metode Kuantifikasi Hayashi II
********** Quantification 2 *********** Number of individuals= 2319 Number of items = 12 Number of categories Outside variables = 4 Item ( 1) = 6 Item ( 2) = 6 Item ( 3) = 3 Item ( 4) = 5 = 6 Item ( 5) Item ( 6) = 6 Item ( 7) = 5 Item ( 8) = 6 Item ( 9) = 6 = 3 Item (10) = 4 Item (11) Item (12) = 2 Number of individuals in each group Group Group Group Group
1 2 3 4
= 436 = 27 = 1583
=
273
Crosstable of Outside variable and factor items 73 7 229 41 176 5 1026 136 82 2 178 69
149 6 482 81
53 7 38 116 7 43 153 127 69 37 294 42 100 6 0 4 4 0 1 6 9 5 6 17 1 9 259 18 136 459 23 199 535 443 256 127 1089 138 356 46 3 23 79 12 28 89 68 53 23 196 24 53
103 54 31 72 7 6 2 7 5. 374 97 35 51 60 30 12 35
52 77 32 116 55 104 12 65 235 20 5 4 8 1 4 0 4 18 1 171 520 274 258 22 338 101 435 539 170 3 55 41 84 8 82 5 30 119 37
22 141 126 25 100 44 6 53 242 31 37 67 202 67 2 11 6 0 6 4 0 4 16 3 2 2 11 6 160 170 391 203 483 336 14 458 546 227 78 260 313 326 13 51 112 39 50 21 2 25 124 40 17 65 116 49
10 24 89 44 1 195 240 241 192 2 1 415 21 0 0 6 4 0 6 21 21 6 0 0 23 4 48 168 390 338 31 810 742 742 793 17 31 1567 16 3 37 47 21 2 125 146 146 125 0 2 264 9
112
*** Axis No. 1 *** Item No. 1 Freq. Cat.Score
Range Partial corr.
1 : (350) -0.04750 0.29709 2 : (718) -0.13227 3 : (364) 0.09574 4 : ( 28) 0.16482 5 : (201) 0.12693 6 : (658) 0.07084 Item No. 2 Freq. Cat.Score
1 : ( 42) 2 : (271) 3 : (783) 4 : (647) 5 : (383) 6 : (193)
Range Partial corr.
-0.29939 0.51138 0.21199 0.07590 -0.04856 -0.10323 -0.17279
Item-No. 3 Freq. Cat.Score
0.04576
0.05397
Range Partial corr.
1 : (%1596) -0.01512 0.09243 2 : (205) -0.03283 3 : (518) 0.05959 Item No. 4 Freq. Cat.Score
Ra:-~ge
F'art!al corr.
1 : (%1343) 0.37327 1.90838 2 : (544) -0.02142 3 : (187) -0.74236 4 : ( 80) -1.21913 5 : (165) -1.53511 Item No. 5 Freq. Cat.Score
1 : (231) 2 : (657) 3 : (351) 4 : (466) 5 : ( 86) 6 : (528)
0.01627
0.25278
Range Partial corr.
-0.44883 3.83928 -0.46745 -0.41612 -0.89051 -1.71874 2.12054
0.23436
Item No. 6 Freq. Cat.Score
Range Partial corr.
1 : (118) 0.26208 2.18434 2 : (534) 0.64193 3 : (911) 0.16538 4 : (228) 0.54222 5 : (331) -1.54240 6 : (197) -0.69781
0.16444
113
Item No. 7 Freq. cat.Score Range Partial carr. 1 : (373) -0.51246 2.12482 0.14391 2 : (635) -0.69914 3 : (267) 1.31986 4 : (639) 0.95259 5 : (405) -0.80496
Item No. 8 Freq. cat.Score Range Partial carr. 1 : ( 22) -1.24942 1.92576 0.07952 2 : (540) -0.16655 3 : (928) 0.14734 4 : (301) 0.67634 5 : (134) -0.40080 6 : (394) -0.42940
Item No. 9 Freq. cat.Score Range Partial carr. 1 : (642) 0.13983 2.45680 0.11449 2 : (448) 0.41892 3 : ( 61) 0.19168 4 : (229) -1.29610 5 : (532) -0.87357 6 : (407) 1.16070
Item No. 10 Freq. cat.Score Range Partial carr. 1 : ( 34) 4.45722 6.86283 0.07534 2 : (%1136) -2.40561 3 : (%1149) 2.24650
Item No. 11 Freq. cat.Score Range Partial carr. 1 : (%1150) -2.47732. 6.41002 0.08124 2 : (%1116) 2.63305 3: ( 19) 2.04462 4 : ( 34) -3.77696
Item No. 12 Freq. cat.Score Range Partial carr. 1 : (%2269) 0.00613 0.28446 0.01771 2 : ( 50) -0.27833 Outside variable Freq. cat.score 1 : (436) -0.70240 2 : ( 27) -1.02505 3 : (%1583) 0.27896 4 : (273) -0.39439
114
Eta-square ( Correlation ratio )
0.17739
*** Axis No. 2 *** Item No. 1 Freq. Cat.Score Range Partial corr. 1 : (350) -0.14363 0.46528 0.03364 2 : (718) -0.03807 3 : (364) 0.19099 4 : ( 28) -0.27430 5 : (201) -0.12446 6 : (658) 0.06198 Item No. 2 Freq. Cat.Score Range Partial corr. 1 : ( 42) 1.35985 1.56253 0.06650 2 : (271) -0.11733 3 : (783) -0.00609 4 : (647) -0.07393 5 : (383) 0.17338 6 : (193) -0.20268 Item No. 3 Freq. Cat.Score Range Partial corr. 1 : (%1596) 0.09770 0.40315 0.05420 2 : (205) 0.01116 3 : (518) -0.30545 Item No. 4 Freq. Cat.Score Range Partial corr. 1 : (%1343) 0.01570 0.55620 0.02725 2 : (544) -0.05174 3 : (187) -0.05610 4 : ( 80) -0.30297 5 : (165) 0.25323
Item No. Freq. 1 : (231) 2 : (657) 3 : (351) 4: (466) 5 : ( 86) 6 : (528)
5
Cat.Score Range Partial corr. -1.80807 2.25491 0.16570 0.20232 -0.01120 0.44685 -0.53889 0.24012
115 Item No. 6 Freq. cat.Score
Range
1 : (118) 0.13527 2.34398 2 : (534) -0.19919 3 : (911) -o.70791 4 : (228) -0.02210 5 : (331) 1.26298 6 : (197) 1.63607
Partial corr.
0.02435
Item No.7 Freq. cat.Score
1 2 3 4 5
Range Partial corr.
: (373) -2.41507 3.35952 : (635) 0.25091 : (267) 0.94446 : (639) 0.33360 : (405) 0.68185
0.17535
Item No. 8 Freq. Cat.Score
1 : ( 22) 2 : (540) 3 : (928) 4 : (301) 5 : (134) 6 : (394)
Range
-0.87221 2.87030 -0.92899 1.26689 -0.10626 -1.60341 -1.03551
Partial corr.
0.14849
Item No. 9 Freq. Cat.Score
1 2 3 4 5 6
: (642) : (448) : ( 61) : (229) : (532) : (407)
Range
0.99356 1.56427 -0.05621 -0.25903 -0.52221 -0.57071 -0.42674
Partial corr.
0.12435
Item No. 10 Freq. cat.Score
Range
1 : ( 34) 0.80819 1.73617 2 : (%1136) -0.88505 3 : (%1149) 0.85112 Item No. 11 Freq. Cat.Score
Range
Partial corr.
0.03507
Partial r:orr.
1 : (%1150) -0.88869 1.80245 2 : (%1116) 0.91376 3 : ( 19) 0.18755 4 : ( 34) -0.03873
0.03518
116 Item No. 12 Freq. Cat.Score
Range
Partial corr.
1 : (%2269) 0.01338 0.62069 2 : ( 50) -0.60731
0.02844
Outside variable Freq. Cat.score
1 : (436) -0.17092 2 : ( 27) -0.71279 3 : (%1583) -0.03292 4 : (273) 0.53435 Eta-square ( Correlation ratio )
0.06575
*** Axis No. 3 *** Item No. 1 Freq. Cat.Score
Range
Partial corr.
1 : (350) 0.27143 2.12594 2 : (718) -0.20875 3 : (364) 0.49111 4 : ( 28) -1.63483 5 : (201) 0.35642 6 : (658) -0.22758 Item No. 2 Freq. Cat.Score
Range Partial corr.
1 : ( 42) -0.05710 1.02216 2 : (271) -0.17635 3 : (783) -0.18280 4 : (647) 0.00776 5 : (383) 0.06868 6 : (193) 0.83935 Item No. 3 Freq. Cat.Score
0.06326
Range
1).04955
Partial corr.
1 : (%1596) -0.01164 0.57299 2 : (205) -0.38482 3 : (518) 0.18817
0.02665
Item No. 4 Freq. Cat.Score
Range Partial corr.
1 : (%1343) -0.14859 0.81159 2 : (544) 0.04373 3 : (187) 0.64677 4 : ( 80) -0.16482 5 : (165) 0.41218
0.04375
117 Item No. 5 Freq. cat.Score Range Partial corr. 1 : (231) 0.48535 5.66180 0.13100 2 : (657) 0.35908 3 : (351) 0.50792 4 : (466) -1.37348 5 : ( 86) -4.68355 6 : (528) 0.97825 Item No. Freq. 1 : (118) 2 : (534) 3 : (911) 4 : (228) 5 : (331) 6 : (197)
6 cat.Score Range l'lartial corr. 0.08565 4.00310 0.10582 -o.10523 0.84418 1.64941 -1.91949 -2.35369
Item No. Freq. 1 : (373) 2 : (635) 3 : (267) 4 : (639) 5 : (405)
7 cat.Score Range Partial corr. 1.96711 3.25371 0.09457 0.81285 -1.28660 -1.00093 -0.65871
Item No. 8 Freq. 1 : ( 22) 2 : (540) 3 : (928) 4 : (301) 5 : (134) 6 : (394)
cat.Score Range Partial carr. -0.46032 1.03106 0.05313 0.44761 -0.49349 0.10367 -0.12407 0.53757
Item No. 9 Freq. cat.Score Range Partial carr. 1 : (642) -0.50597 0.93542 0.03816 2 : (448) 0.00987 3 : ( 61) -0.38441 4 : (229) 0.42945 5 : (532) 0.20601 6: (407) 0.33395
Item No. 10 Freq. cat.Score Range Partial carr. 1 : ( 34) 5.05497 7.58434 0.02351 2: (%1136) -2.52937 3: (%1149) 2.35117
118 Item No. 11 Freq. cat.Score Range Partial corr. 1 : (%1150) -2.00391 7.51660 0.02057 2: (%1116) 2.17777 3 : ( 19) 2.44668 4 : ( 34) -5.06992 Item No. 12 Freq. cat.Score Range Partial corr. 1 : (%2269) -0.03600 1.66964 0.04254 2 : ( 50) 1.63364 Outside variable Freq. cat.score 1 : (436) -0.15807 2 : ( 27) 1.38467 3 : (%1583) 0.00220 4 : (273) 0.10272 Eta-square ( Correlation ratio )
0.03027
119 teks lampiran 2 Su~<J: r<e;::;.utusJ:l KopniJ Kc::1tor Wil:ryJh 5Jdan PGrt~m:Jhon Nasion<JI DropJ.'lsi J::~·::o B::!rat r ;omor
GC:.J - 301 :
Tar.ggJ!
:~-J:.:ooo
T.I\SEL BIA.YA PEt'-JGUKURAi'-J BIOANG TANAH L•Jb~ 1
K::~b. Tangor:Jng, :
:
Kodya Bogor, Kab. Bandung, Kodya Bandung, Kab. Karawang, Kab. Purwal<arta Kab. Sor:mg, Kab. Sumodang dan K'Jdya Oopok.
BIAYA (dalam rupiah) NO.
""LUAS BIOANG
1---:---1--- --
1
1 > 2> 3 > 4 ~ 5 > 6 > 7 1 1 I \
I I
I
I
I 1 II
1
Biaya
2
0 pe m s ion a I 3
0 s/d 50Cs/d 1 ooo s/d 1500 s/d ;r 2000 s/.d 2500 s/d s/d
;---3ooo
I
(m2)
500 1000 15oo 2000. 2500 3000 350b
44.650 71.250 94.s5o 1·i 6.900 13a.ooo 158.400 178.250
LUAR KOTA Kas
Jumlah N...::e.w.ga=-:r-=a-~-------l 4 5 4.500 .49.150 r.150 78.400' 9.5oo 1o4.35o 11.700 128.600 ·' ;....;...,:,.;....=..;::_._j....;___;_ :::..::.:.,:::..=..,::--{ 13.800 151.800 15.850 1 T4.250 · 17.850 ... 196.100
v
__
.:....:;_;:;.;.,;._;~
3500 s/d £1000 197.650 19.:..::.8.::..:00=+--=-·-=:2..:..17.:_:·...:..45~0~ 92__L1~00 s/d 4500 216.750 21.700::......J--_::.:23::.::8:.:...4.:.:5:.::0~ 101> 4o00 s~/d~-~5-=0.::..:00~--~2~3-=5~.5-=5-=04-~2.::..:3~.6-=0~0.____::.:25::.::9:.:...1.:.:·5~~~ 11 1::. 5000 c;/d 5500 254.100 2::...:5:...:...4..:...:5:..:0~_-=.2..:....79::.:.·.::..55::.:.0~ 12 s/d_ 6000 272-.'·450 27.250 299.700 13 > 6000 s/d 6500 290.600 20.100 319.700 14 ~ _Q_SOO.....:s:.:...·/d=--_7:_:0:..:0-=0+ __3::...:0:....:8:..:...6=0=-=0=---+-----=3=-=0:...:..:.9:..::0::.=0~- _33_~_.5_00_ ·15 2,_ ___ -~-Q_Q~__s_ld_ _ 75_0_Q_ 326.450 ___ -32 650 359.1'00 16 > 7500 s/cl 6000 344.200,_}-____:3::.....4:..:...4..:..::5::.=0~ __ 378.650 17 > 8000 s/d 8500 361.750 36.:::.:20:::.;0~--=3::.:9:..:,7..:.:.9::.:5~0:.....j ' i 8 ;> 8500 5/d 9000 3 79.250 3 7.950 417.200 :::..:::..::::....j...-~~::.:::.::~ 19 > 9000 s/d 9500 396.650 39.700 436.350 20 > 9500 s/d 10000 413.950 41.400 455.350 21 > 10000 s/d · 15000 ._582.800 58.3~0~0:...t-_:::.:6.4;,:..1:..:;.2~0~0~ 22 > 15000 s/d 20.000 747.000 7_..:.4.:..:..?.::::..00=-+---=8=2..:..;1.~7~00~: 23 > 20000' s/d 25000 908.000 90.~80:::.:0::._j-_-=-·g;.;98~..::..80:;.;;0:.....j 24> 250CQs/d 30000 1.066.800 106.700 1.173.500· 25 > 30000 s/d 35000 1.223.950 122.400 1.346.350 26> 350005/(J 40000 1.379.700 138.t)00 1.517.700 27 > 40000 s/d 45000 1.534.450 153.450 1.G87.900 28 ~:rooo s/d 50000 1.688.250 168.850 1.857.100 ::?9 > 50000 s/d 55000 1.841.250 184.150 2.025.400 301> .55000 s/d 60000 1.993.600 199.400 2.193.000. 31 > 60000 s/ 65000 s/d 70000 2.296.650 229.700 2.526.350 33 > 70000 s/d '75000 2.447.400 244.750 2.692.150 34 > 75000 s/d 80000 2.597.750 259.800 2.857.550 35 > 80000 s/d 85000 2.747.750 274.800 3.022.550 36 > 85000 s/d 80000 2.897.400 289.750 3.187.150 37 > 90000 s/d 95000 3.046.700 304.700 3.351.400 38~~?000 s/d 100000 3.195.700 319.6.:::,00~___::3~.5::....:1~5:.:..:.3::.:::0::.=0~ 8 >
~--5500
-d....-------
L. .~_:.....;:.c-:~..J,.;;L...~LE:.r~·..._..ub»o=.~.. _.......,......~-,...-
Catat<J n : Biaya tcrsebut be!um termasuk a. Tr<Jn~port~si potugns ukur b. T<Jnda-tando b<JtdS yong horus disi<~pkan olct1 p8m~hon
120: teks lampiran 2 S•_jrJ:
~\-::pu:,::><:Jn
Kep<JI<J 1\antor \\'ilayJh 3adan Portanahan Nasionul
600-3011
r -.'cn:or
2~-~:-2JOO
T ABEL BIAY A PENGUKURAN BIDANG TANAH Ld:<:~s1 • K~b. T<:~ngor•1ng, KCJdy<:~ T<:~n~oran, K<:~b. Bobsi, l
Kab. Bogor, Kocy<:J Bo(iOr, Kaf)_ B<:Jndung, Kody<J Bandung, Kab. Karawang, Kab. Purv1akarta f<:1b Sor~r'::;. K<:~:-. SurnodLJns d:1n l
.
··-.
--··-·~·a···r-·~~-·~· -··~~~-"'81Xv.A.-(dai<Jm
I I
i r·JO.
I
DALAM KOTA
LUAS BIDANG
I I
(:n2)
I r--
1 ,:__ i------
t~~2 3 ~-
.
Bi<Jy<J Operasional
-·-··--------·
---
3
2
0 s'G
r;Tpi
500
I
·Kns Negara
Jumi<Jh
]-4-
~9.150
5
-
-
54.100 4.950 78.<100 7.850 86.250 ~~~- ~ ~gg 1 0<1.350 10.450 114.800 d [_::__ __ 15._QQ_~/d 2000_ 128.650 12.900 141.550 200() s/d 5h 2500 151.800 15.200 167.000 13000 174.250 17.450 191.700 6 ~---2~90 s/-j 7 > 3000 s/d 3500 196.100 19.650 215.750 3500 s/d 4000 217.450 21.750 8 :::> 239.200 <WOO s/d 4500 23.850 9 > 2313.5CO 262.350 <1500 s/d 10 > 25.950 285.100 5000 259.150 5000 s/d 11 > 307.600 5500 279.600 28.000 5500 s/d 12 i> 329.750 60CO 299.750 30.000 '13 351.750 32.000 319.150 6000 5/d 6500 - - ---11\ GSOO s/d 7000 373.550 34.000 ~39.550 .. --------··----- ---------15 I> 7000 s/d 75Cl0 395.150 35SJ.200 35.950 ----16 7500 sld 5000 37s~./UO 416.600 37.900 - - ·- . .. --------·· - -····-·· - -- ·--------· --\i iJUOO s/j 8500 437.900 3913.050 39.850 9000 16 459.050 417.300 41.750 9500 19 436.400 480.050 43.650 r?_ __ -9_~0.9 :;/d 10000 20 455.400 500.950 45.550 15000 21 ~--- 10000 s/d 641.350 705.500 64.150 20000 821.900 904.100 22 [.-> ____ LSQOQ_yd 82.200 999.050 25000 1.099.000 23 99.950 ~ 20000 sld 30000 1.173.750 24 1.291.150 117.400 1.346.600 35000 25 134.700 1.481.300 40000 1.518.000 151.800 26 f~-- 35000 s/_d 1.669.800 450CO 1.688.250 168.850 1.857.100 27 1? 40000 s/d 50000 . 1.1357.450_ ,__,_185.750 2.043.200 28 ~ __:1_?000 s/d 2.025.850 50000 s/d 55000 202.600 2.228.450 29 1> 2.193.450 30 ~55000 sld 60000 ~19.350 2.412.800 2.360.450 31 60000 s/d 65COO ~36.050 2.596.500 2.526.850 252.700 2.779.550 70000 32 65000 s!d '269.300 2.692.750 2.962.050 75000 33 > 70000 s/d 2.858.200 285.850 3.144.050 34 t :::> 80000 75900 _?/d 3.0?.3.200 302.350 85000 3.325.550 35 }2... 80000 s/d 36 ~- 8:;ooo s/d 3.506.600 3.187.800 318.800 90000 !I 37 > 90000 s/d '95000 ~.352.1 00 335.250 3.687.350 I 38 :::> 95000 s/d 100000 3.516.050 351.650 3.867.700 I
---- dgg
f-
[-------~{~: ~~~~-~g ~j~
~- -;-~~~~-~~~
I
~
-~~~....;...~
---
=
C:-~t:1t:1n -- -· ------ ---•
c:IJY
b
! 2i~C
batu~ y<~no 11Jrus
disi<JpKtJn olel1 pemol10n
Tabellampiran 2. Hasil Penghitungan Analisa Gini Ratio • RGL RW1 N:!a1 Go! Luas Tanah Tengah 0-200 100 201-400 300 401-600 500 601-800 700 1400 801-3000 Jumlah
Jumlah Kumulat1f % Pemilik Pemilik Kumulatif 220 220 0.6567 64 284 0.8478 23 307 0.9164 9 316 0.9433 19 335 1.0000 335
% Jumlah Kumulatif Luas Kumulatif Luas 22000 0.257009 22000 19200 41200 0.481308 11500 52700 0.615654 6300 59000 0.689252 26600 85600 1 856CO
122
Pi-Pi 0.65G7 0.1910 0.0687 0.0269 0.0567
Qi+Qi-1 0.257009 0.738318 1.353972 2.043224 3.043224
RGL (1-0.631): "RGL RW2 Nilai Gol Luas Tanah Tengah 0-200 100 201-400 300 401-600 500 601-800 700 801-5600 3200 Jumlah
Jumlah Kumulatif o/o Pemilik Pemilik Kumulatif 0.5784 262 262 112 374 C'.8256 410 CJ.9051 36 432 0.9536 22 453 1.0000 21 453
Jumlah Kumulatif o/o Kumulatif Luas L.uas 35371 35371 0.247251 32800 68171 0.47653 19980 88151 0.616195 17188 105339 0.736343 37718 143057 1 143057
Jumlah Kumulatif o/o Pemilik Pemilik Kumulatif 258 258 0.5513 115 373 0.7970 416 0.8889 43 33 449 0.9594 19 468 1.0000 468
Jumlah Kumulatif o/o Luas Luas Kumulatif 38306 38306 0.242146 33364 71670 0.453051 23287 94957 0.600257 13712 108669 0.686935 49525 158194 1 158194
Qi+Qi-1
Pi-Pi 0.5513 0.2457 0.0919 0.0705 0.040€
Qi+Qi-1 0.242146 0.695197 1.295454 1.982389 2.982389
RGL (1-0.6497) = • RGL RW4 Gol Luas Nilai Tanah Tengah 0-200 100 201-400 300 401-600 500 601-800 700 801-6300 3550 Jumlah
% Jumlah Kumulatif Pemilik Pemilik Kumulat1f 200 200 0.4706 106 0.7200 306 56 362 0.8518 40 402 0.9459 23 425 1.0000 425
% Jumlah 1\umulatif Kumulatif Luas Luas 31662 31662 0.151577 39286 70948 0.339653 25163 96111 0.460117 17898 114009 0.545801 208884 1 94875 208884
0.369713
(Pi-Pi1)x(Qi+Qi0.5784 0.247251 0.143002 0.2472 0.723781 0.178948 0.0795 1.339976 0.1061~ 0.0486 2.076319 0.100837 0.0464 3.076319 0.142611 0.671886
Pi-Pi
RGL (1-0.6497) = •RGLRW3 Gol Luas Nilai Tanah Tenqah 0-200 100 201-400 300 401-600 500 700 601-800 801-6300 3550 Jumlah
{Pi-Pi1)x(Qi+Qi0.168782 0.141052 0.092959 0.054893 0.172601 0.630287
Pi-Pi
Qi+Qi-1
0.4706 0.151577 0.2494 0.49123 0.1318 0.951346 0.0941 1.497147 0.0541 2.497147
RGL (1-0.6497) =
0.328114 (Pi-Pi1)x(Qi+Qi0.133491 0.170828 0.119027 0.139784 0.12108 0.684209 0.315791 (Pi-Pi1)x(Qi+Qi0.07133 0.122518 0.125354 0.140908 0.13514 0.59525 0.40475
* RGL RW10
Gol Luas Tanah 0-200 201-400 401-600 601-800 801-3000 Jumlah
Nilai Tengah 100 300 500 700 1500
Jumlah Kumulatif o/o Pemilik Kumulatif Pemilik 98 98 0.5414 48 146 0.8066 19 165 0.9116 10 0.9669 175 6 181 1.0000 181
% Jumlah Kumulatif Kumulatif Luas Luas 9800 0.197183 9800 14400 24200 0.486922 951)0 33700 0.678068 7000 40700 0.818913 9000 49700 1 49700
Pi-Pi
Qi+Qi-1
0.5414 0.2652 0.1050 0.0552 0.0331
0.197183 0.684105 1.362173 2.181087 3.181087
RGL {1-0.6497) =
{Pi-Pi1)x(Qi+Qi0.106762 0.18142 0.142991 0.120502 0.10545 0.657125 0.342875
* RGL RW12
Gol Luas Tanah 0-200 201-400 401-600 601-800 801-4000 Jumlah
Nilai Tengah 100 300 500 700 2400
Jumlah Kumulatif o/o Pemilik Pemilik Kumulatif 92 92 0.4737 24 116 0.6010 21 137 0.7098 163 0.8446 26 30 193 1.0000 193
Jumlah I Kumulatif Luas I Luas 9200 9200 7200 16400 10500 26900 18200 45100 72000 117100 117100
% Kumulatif 0.078565 0.140051 0.229718 0.385141 1
Pi-Pi 0.4767 0.1244 0.1088 0.1347 0.1554
Qi+Qi-1 0.078565 0.218617 0.448335 0.833476 1.833476
RGL (1-0.6497)
=
{Pi-Pi1)x(Qi+Qi0.037451 0.027185 0.048783 0.112282 0.284996 0.510697 0.489303
Tabellampiran 3. Hasil Perhitungan Analisa Entropy !No.
.UAS~~M2
I DOrsi luas Pi)
Di og pi
I No.
j)i~ logjli_
UAl lporsi luas Pi
123
I No. I LUA~I porsi uas Pi)
pi 10!
'J6911
1431 15051 . J14! 15054 14~ 15054 O.oo 150573! 1.001516414 0.001516414 I.OC15: 1.0< 15: 011148
Q_
14~
187 188
11
1( 11
1(
1(
!0 782 108 0. 0
17782 565 565
101 1111 11 11
198 199
0.•
141 142 142 144 144 141 141
!4~
0. 0. 0.
I.Q(
:=:; 12750<'6 1275046 18 18 14351: 105 1371 i66
1! 11612 152 Cf. 1 c~;,~u;, 0.004~ 152 0.1 ~~ 153 o~oo'!;;l;,oo: .... 154 o.m64456' O.JQ4: 7837E
ssm
07
il 1
ru·
115
1:001
137 ----o:oo1986998 O-:oo1986998 01986998
11 118 119 120 f: '1
11 104 I 04 105
11 6G 0.001 f10613 0.001121292
o. 0. 0.
09 !_IQ 211
O.Xll~n
11 16( )f 1& IT 160 IT 161 0.001'719314 11i1 o.oof719314
n nl\
0 141:
Q_
65
128 66 o.oo: i16 129 r--:;""tt----5+s<~J00='=54~91'-ru~coo~: iQ!i02 130 ~4 61! iNln '261 f!V\' 419 131 Q_
4
: "·
~ 45
69 70 70 12
~
~
~
~,
·~~~ 000747528
o.
r4t::>~o
nl
o_i
132 110 133 110 134 110 135 111 136 111 137 111
n
~
::
5 5
c.
~
144 124<
___§
192: 192: 311602
77 71
T
oro
i:IX n1 0.1 0.1
n n
84 8471
0.1
11
1.00
87 87
10' 1_01 109 109 109 11(
0 0.1 14008 0.1 f16400il . l01184001' 011~
141 o.' 141 0.00 1411
o.001f74687 0.001441~ o.oo1f74687 o_ 0.001174687 0. 0.001185366 n 0.001185366 o.oo118536i
1! 1! 1~ i4 1:!2 1432 155 1:!3 3343: 156 1!4 1! 1! 1: 1! 11 125 191:!9 161 1: ~6 162 ~!lt 163
222 223 ~2_2~
225 226 227
15144
12
40 14 14 41 125 142 15 143 115 144 145 146 1 147 118 1!1 148 120 HI 149 1: 150
:20
1692 74( 0.001228081 O.uu; 0.1 ~ZI
0. 11 !4!14 1.001261 i1ii o.00128f476 o.J0128tm I J01 81471
'41)61) 232
165 168 168 141 169 0.' it l4: 171 l~oot326104 172 1,0011131;783 12 ,_Cliliil36783 172 0.001il36783 174 -0_001658141 O:oo· 158141 176 :14 176 . 01< ~4~ 17< . 011 )1' 178 101! lB!
Q_
0 00! o_oo
:oo
""""' "' 123434 !34 o_
;1m
1
n o.oo ro j4 238 o.oo37064 239 1.0037064 240 !41 !4: 751 1 4~
'51 0.001:113~
i13
0
JU;l '114!1
J~l11l
!45 !46
111 111 .001:14~ ~
n
~5,
0.001356:!29 1.01 ;s:
:52
0.1
S3
18< 188 188 o.i 189 0.002018325 189 1.0< 10183: 190 196 198 I IX lf44: 198 1.002114436 198 0--:5021144: ;7! 02 !03 2o4 20:
o_, ,~IV
-
5651
o:-~
)IIJ:l
i71 151'
tilt :oo2111 11 0.0022'10547
0.1 0.00581 1107
Q00238141
n.'
i7
~~--~~~~~ ~: ~
91 9' 9;
8
S:
~
1.00011< J09 J09 I_OOOQ
171 171 24E 241
o_
,.
Q_
,.
~:
t'iTat---:ffi-l~o~~.-~0009 ~;a09=:~::::~~-~o-~~~ :~:
~~3 114 1 1' 1'77
iE
14! 1~
131 1: 131
c
14~
i4
0.00146301~
0.001473698
141 141 121841 1414729: 0.00417291
21 Zl 21 270
!11 223 225 226 228 228 229 231 235
.
n, 0.00
344'
31E
n 0.00246684: 0002509558
0.00 ~ 00 .JJ
124
!NO:'" ILUA !71 !72 !73
pon~luas PI)
1M lc
pi
!38 011
!82 !113
!~
164 165 366 367 366 169
!S!i
~81!
293 _291 294 295 294 296 297 . 297 29: 296 302 299 305 300 306 301 309 302 312 303 313 ~
:l9 340 310 346 !11 !46
__31_
_318 319 31Q _31_1 _3~_2
323 324 !25 -~
327 326
37: 360 366 391 402 404 411 41 4' 416 424 426 428 436 444 446
0
~
3:
:lt4,
"' !78
141 o.()03075543 0.00310758 0.003139617 0.003139617 0.003171654 0.0031 '1654 0. 0.003257085 0.003267764 0 0.003331636 0.00334: i17 1334
0.008100926 1.00812284: 008168497 0.008254017 n '7" :7
'""""
0.006859243 7511
1()(1400461: 0 004025971 Onn4n'>llnnR 0.004122062 0 004175477 0 004292945 0.004314303
0. 0 009642722
o·
o.uw.~""
0.' 1.00!'l!'l'\4AA; 0.010162452 0.010203713 1034/766
1.004399735 0.010450321 0. 0.004<;?7RJ 0.0045492•
O.UlU4:>UU
1.0 06!
i95:
1.0045705~
1.0)4741462 0! U4. '"· 149' 1.0 1510454'
n
1CH57: 0.011019574 0! 1059915 11341149 151 0632 ( )1169984 11: 37214 12: 51 i97 12!44198 O,u·
'~'4""
- 0.1Jl4l>J 144
34~
i884112 0.006161' 0.006321' 0. 0.
n 638 0.00661: 857 o. m
350 658 3~i1
0. 0
0.013123447
0.013997()4 0.01401584 144 14: 151 151 0157504~7
01§219416 ,,. 0. """"""' _0.00113189' ~i7
807 0.
358 81: 359 836 360 650
0.1
0.
0 1086Cl51 0.011469213 112419641 112921552
71 !4
O~Q16237365
0.017020844 0. 1027' '925 0. 01C 0 016535956
H'
rw1~
~
!74 0. J67 0.02133167 n.l )481 1.0:!4404746
)1~71'
140 1284<1 146 16: o:3
·.o·
!84 9:164:
Hmax rw1•
o.uu' w>uu~ O.UUI '"44"'l 0. O.UUI="
0.003630649 n.
!1211
l43 iT 344 592 597 59ll _M 620
pile
,~,.,,.,
!22:
0.
_41 506
poBi luas F>
!75
0.
)504(
4'
0. 0.1
0.' U/UUI« 0071201 0.1 )7168: 07:
!64 !67 '76 !76
_m
!11911 0269'
!63
2~
900 900 914 1000 1015 1017 1074 163 121C 125C 1315 14CI6 1520 156E
MS3
!52
285 286
LUAS_M2
161 162
'7~
'75 '78 !7: !76 !71i !110
No.
2.
2.57634135 0.921416679
125 .
.
I I
~
~-~
....!
1--7~(-iQ?l 0(.~ 17:
9
~
u
1
1- 7
=
..2.!!
~
~~ i.~~~
~~4046-
~;;;;;
1
..2 !I
~
u~
0.
:!]
~
~
!3.
....!!!
~
!:
_!: _!: ~
...,!!!!....\!; 0.
I]
~·__!)_~
~
~~:!.!.::
__! ~
__1__11:>~=.:
::_s
~
~~
~~ ~~~
u.
"""'=~
1~
__,...
__£
....,
~. ~
~ ~
~=~ ~~ U)C
IJJ Q.l:
~ W'l__fC
~
u
126 l'
t-•. f"""
36'
·,~:
362
16; '63 .16
36~ ~
365 366 367 3611
369 _1ZQ 371 372 3' 3· 375 371 37 371 3:
1~·
168 168 170
386
_175 1: 176 178 178 180 182 184 184 185 186 187 181 18B 189 190 191
~
~~
181 l8!
194 194 195 195 195 195 196 196 198 _198 200 204 204
181 182 18: l84 ~
)9(
!9' 392 ~93 ~94 ~95 ~96 ~~7
398 399 ,400
lua' P IOC 12S~31
O.OC 12!>4: 0 00112943' 000115714: o oo· 15114; 0 00 1~076 000 1~71 0 00 11779~ 0 00119872' I() 12579 1.0 119508 I.OC 119508 I.OC 133366 I OC 133366 0.001247224 OcooY_6Hl8.2 I 00127494 1.0012749< 0.00128186S 0.0012887911 O.l012!1! 12: 0. 0012~·72: 0. 0130:t65E 0.00130!158~
0.0013111514 0.001323443 0.001323443 I 0013442: I 0013442: 0.001351159 0.001351159 0.001351 159 0.001351159 0,001358088 0.001358088 0.001371946 0,001371946 0.001385805 0.001413521 0.001413521 . 101420. 14273' 114 114
40
2·
1.001 1.00'
~09
2'
~10
2'
0.
217 211 2' 2 2· 22'
0.
~12
41 41 41 41
..!!! E ~
_2_26
419 420 421 422 423 ~2.
42 42 42 42 ~29
4: 4: 4: 4: 4:
. )4•
»
174
0~00_1510527
0.00151052: 0.001517456 o.001517456 0.001531314 001531314 (). 1.00 j]981 00 i/S81'
!53
436 437 438 439 440 _441 442
254 255 256 26' 263 263
_o.. w·
0. 10162832 18: 0. 18: 0.
9'
12: 10988 1.00:
1136
1163 1203 1257
137
n )()870978'
.360
0
509 511 51 51:
1625 1630 179() 179() 2079 5557 144320.5
Hmax rw2=
H' rw2=
0.
0. . (). 1<>;1 0.005119146' 0.005214553 0.00537217§
O,U\JlDO.>W/
0.016117237: 1!.33()262 179142086 19089964
)1'1259662 12914307 0.01240295 1.0124l0295
.)2199160' 0.02~5915
0.026527233 2.499214924
0,()04540181
_0,• 0! 0.
s: 1015
oot4o
0.001 38: 0.0018084: 0.00181233: 0. 2~ 0. ~ .J!;§ ...2,()01836191 444 266 0.00164312 ~ _l~
4'
0. :l42 !79 0. 0. 502 O)l()4l6,1.Q02 503 0.• 77532 77!
00 i86746 _229 235 235 !35 238 238 !42 !43 !44 !48 !52
435
44 44 44 44 45
lol! PI " 132859' 45' 003328591 45: 0 003328591 453 41 o o 139809' 4! l0~1S.: 4!
O.OC
4l08 2'
. 411
-'"S t,o; lporsi luas "'i) . pi IQ!l pi 29C 0. 1.()05~19256 292 0. 294 0.0020:?: 133 0.005481885 o.oo2~7'!r.i 29: 0005528~~ 0.0056377 45 304 305 0.0021'1335: 1.005653276 )()~IS.: 4! 306 0.00212028' 1.00566879: 4! 30: 0.0021272' 0 ~59 31 0.002161855 0.005761 4l 311 0.002189 0 I.OC ·~21 4l 32: 0. 0.00 1311' 4l 338 1.002~ 0.00 160« 7748 4i 349 0.002~1; 0.00 12730 4l 0.00 >387: 353 0.0024~5 0 465 363 0.002515235 0.006538156 363 O,<J<J-':~1~<.>~ 0.006538156 o. 466 369 0 00255680!1 0 00662802' 0.1 467 468 370 1.~29: 469 372 0.00667284: 0. 470 39C 0. 4 398 0.002757751 0. 0705831 I 002833! 0.00721983 409 o.oo: 195 4 .oo: ;s385 ~ 409 0.0072198: 1.003: 75359 4 420 0.00 73804 1.003: 12: 4 435 00301~1: 0.0075981: 476 oo: 1319' 0.0078429' 452 OC00380926 4: 4 75 0.()()3291 ~86 ll,008' '1059 0 478 479 .00 11!100< 1.00822778 485 0083126: I 00385999: 479 1.00387687: 480 1.00 174434 48' 496 0.• 481 1.00 1436795 482 503 0.003876873 483 504 n 484 506 n 485 540 0.00374167 0.00908079" 0.00392742 486 573 0.00392742 ~87 601 0.~1~~3 1.009913024 0.003961042 488 606 0. 0.~028107 489 610 0.~226704 0.010034187 ~· 0.~028107 490 0.004441503 0041144R.'V! _491 667 0.· 0.010792506 .00406155 492 669 0"01081884 493 0.011289823 70~ 0411 0.0116394' ll4 .:l4
v
2.709269961 0.9224l6803
127.
INo. 1 _2
.9
__1] 14
-~ 21
n 23 24
UAS
pors1 luas Pi) I • pi log pi 24 0.000150932 O.uuuo10>1~~ 43 0.00027~2 44 0 46 0.00102369 46 1.00102369 4' 0.001043183 48 O.OOOJO'Ie&ol 0.001062618 4a 0.0003018&ol 0.001062618 . 50 . 0,000314442 _0, 50 0.000314442 51 0.000320 '31 51 0.00112058: 51 O.l»J.>LU(~l 0.001 12058: 52 0.• 0.()0_1139@1 53 0 1.001158964 111589 1589 1780 119: 1.0 119: 56 0.000352175 0001216144 56 0 OCXD52175 001216144 58 0.000364752 0. 60 0.00037733 0.001291706 60 o.ooo37n3 o.()()1291706 1.0011_29£ 01:
No.
91 . 92 93 94 95 96 9: 98 99 100 10 10 103 104 105
11' 11: 11: 114 '15 116 118
141
34 35 36
_}7 ~ ~ ~ 4
67 6a 68 69 _70 70
_i2
4:
44 45 46 4'
4a 49 50 _51 _52 5: 54 55 56 57
7'
59 60 6
79 79 79 79 80 80 ao ao ac a·
6:
a·
63 64 65 66
8'
~
6'
6a _69 70 71 72 73 74 75 76 7i 7a _79
a: a2 8: 83 a3 83 84 84 84 85 85 85 88 88 87 87
§1 88 88 88 90
89 90
94
. 0042 352 1.00042764~
14222' J0144~
0.000427641 0.001459123 O.OQ0440218 O.UUIO((Ol" 0.0004402 0.001477519 I 00044650: _()JI()1495876 1.000452]% _0,001514194 0,()()1532474 O.llQI ~~71' . 004: 161 04: 79! 04: 79! .000< l4: 00484: 0.000484: 0.0004a424 0.00048424 0 001605 0.00049681a 0.001641388 I 0004968' 0001641388 1.0004968' 0.00164138a .000496a· 0. 01641388 1.00050J10i 0. 10165941' 0016594' 0 00050310: 0.000503107 0 00165941' 0. 0050310, _0.0016_5941' i5941' '7411 '74
os· i84 1.0005. i84 1.000515Ei84 1.000521!173 1.0005219: 0.000521973
UAS oorsi luas Pi) . pi log pi 94 0.00059' 0.0019084' 94 0.00059' 95 1.000597439 97 0. 97 9' 1.00061001 O.OON60996 001 l60996 97 0.00061001 0.001978467 9a 0.• 0. 9a 0. 0. 98 r.00199591 99 99 99 0.00199591 99 0 0,()()199591 100 0. 100 0. 100 100 00 100 0. 100 0 0. 101 0. 0003517: 1.002030 i 102 0.00064146' 1.0020411071 102 0.00064146' 1.002048071 0.002048076 102 0.00064146' 0.00206!)41 0Jl()0~!7_7!j 1OJ _103 000 0.00206!>41 10: 000 1.002( 1~ 1.002( 11 11 11
0.0< O.OC
133 133
n.non<;·
12a 129 130 131 132 _133 134 135 1: 1: 1:
142 143 144 145 146 14: 148 149
105 105 105 106 107 110 110 110 111 111
n nnnn<Wlfi ·
_1_1.2
_O.uvur~~•
112 11:
0. 0. O.uuuo•· O.uuuo•· O.uuuo•· 0(l()()f;Cl!IM'
0. O.JO: 0.002 17256 0.002134486 0.002186024 0.002186024 0.002186024 0.002203154 0.002203154 0,
0. 1704 149
11: 11· 1'
114 115 116 116
118 11R 111
o.ooo: 169: Ouuuu~llo
0.000729505 O.OO')n9505 0. 0 0.00074208: 0.000742082 0.000742082
1.01 !54395 0.0022: 1427
0.002305421 o.onn??C~R?
1.0013?2AR?
No.
18' 182 1~
184 185 186 18: 188 189 190 19· 192 193 _194 _1~
201 202 203 2~
205 206 207 208 !09 !10
.UAS Iporsi luas Pi:
131 133 0.000836415 133 . 0. 134 0.000842704 135 135 135 0. 13< 1.0008615: 13< 0.0008615: 13: 0.00086157 138 136 0. 138 0. 138 0.\AAJ" 139 0.000874148 140 14C 141 141 H2 143 . 0 14: 144 144 144 144 n OO!lQ(}5<;Cl? 144 I OOOQ055Q? 145 000911881 1· 1.00091186 091'
. pi log pi
[No.
271 002574132 272 I.UUL:>f4l~L 273 274
UAS
pono luao
1-
184 111! 185 186 _1116 _0.1 )1' )1'
01 J01 1.00 !I4J 0.001< 0118i 0.001<0118i
0.002640482 280 281 282 283 284 0.\AJ~Of.>:>IJI 285 .l021 28
190 191 191 192 193 193 193
O.uu. 0 002<'393152 292 0. 293 0. 294 O.UULI:>O 295 O.wuoo, _2!Hj O.IJI.IL~ 29i 0.002772'174 298 o. JO: r121 299 O.JO: IOC
19< 0.00123 198 0. 012451 199 0.00125:4 199 0.0012514 199 . 0.001251~ 200 0.001257767 200 0.001257767 1.0
0. 0.
),() 00 1539125
0.00363251' 0.0036325'
~1'
!14 !15 !16 218 219 220 221 222 223 224 225
m
22i 228 229 230 231 232 233 _n4 235 236 237 238 239 _240
0.
14: 14: 149 031 150 150 O_rl00Cl4CIC~?<; 150 O_rl00Cl4CI~?<; 15' 0.000949614 152 O_OOOQ<;<;• 153 0.000962192 154 0 ClOOC!IlR.4R 156 0.000981058 1_5' 0.000987347 15' 1.00098734i 158 160 )1006: 160 )1006: 160 0. )1006: 16 0. )10 12502 16 0.001012502 _1_6 _<>c001()12502 162 1.001018791 162 1.00101879' 16: 0. 102508 163 0.00102508 164 0.0010313159 165 0.001037658 165 1.001 1765:
0 OO?R!iAR7R 0 OO?R.~AR7R 0.002870163 0.002886431 0.00290268 0.002918912 0. 0.002967501 0.00296 i01
308 3109 310 311 312 313 314 315 316 31:
1301
0 0030481 0030481 00306421: 0. 0.0030802: 0.
323 324 325 326 32' 328 329 3:
204 205 205 205 206 206 20: 208 210 21 !15 !16 !18 !19 219 221 222 225 225 225 226
0. 0.0012892' 0.0012892' 1.0012892' 0.0012955 0.0012955 1.00131( 1789 O.UUl.><JIIU, 0 0.
il ........ ,.,.,,
O.Wl_~r
1.001398121 104 116! 104 116!
I 001114981! 0. 0"001_ill276 1142
~03155
~1
0. 0.
159 )10
16(
)10 1796 . 010 1796 17• 0.001100546
1: 1:
0.000541 0.000547'•29 0. 1.01 78461 0.000547129 0.000553417 0.001802451 17 . 0,001802451 O,Q()1802451 0 0.001837892 CU)I)1855567 000578li73 0"00187321 0.0018732'
00059'
.0019084'
1:
110 111 111
1: 17' 172 173 174 175 176 178 179 180
12<
0.
12< 127
O.uuo '"""" O.uuur•ooo<
12 i 128 128 129 129 129 129
0 .uuu "''""'" 0.0008049: 0.0008049: 0.0008' 126 0.00081126 1.00081P6 100081126
1741 1741 0.00 247401 0.002474018 0. O.UUL4W "" -0.002507474 0 UO?SO: 174 0.002507474 0.
11'
264 265 266 26: 268 269 27C
178 178 179 180 18C 18~
1~2
184 184
1.00 0.00 11941 0.00 12570' 0.00' 13199 00' 13199 0.00 1138279 0.001144568 0.001157145 0.00 115< 145
0033192'
0,0033~1
0
152 353 354 355 356 357 358 359 3160
!50 !50 250 250 250 254 2! 2! 2! 2!
0.~]11:
1.00' i722011 0.0015722011 0.0015722011 0.0015722011 0.001597;ltl'l 0.001150365<
0 OOU076: O.Q04.4076: O.Q04.107> 0.00441
0.0016288011
0.
128
UAS_
jl4o. 36' 362
PQfSi lul
i
p.
,.
II>'
154132 0.
~~
l3!i!
No. 45 45
UAS_M2
~
i35(
3i
0. 4
3i 0. 0.
f-
~
171
i15' 15&4
4!> 4611 461 462
0.
>4!
46:
464 II
~
284
0!
"!<
286 !86
4'
~89
47
~ll!l
0.
. 104:
4'
~90 ~98
I.Oil9!4~1~
472 473 474 47.
28
.0018740 0.1
2'
1803
1.005' 0.
1!16 471
7~
48• 4i
73
:541'
71' 0.1 398
310
399
311
400 401
31: 31: 31 314 314
_402 _4~
404
405 406 40~
_4()11 40 41 41 41 41 41 415 416 417 _418 419
330 334 - 34 f l41 l41 !42
34:
422 423 424
380
425 4_26 _lli 428 429
-~ 431 ~
0.
os:
0. 053' n
nn~:I4056
31.
!44 l46 352 353 358 358 360 36' 37 375 37;
420 42'
488
0!
0. 12116 0. 0.001974694
425
439 4
804
490 491 492 493 494 495
814 828 833 864
498 0.
0.
0. 1.01
!11
iOO i01
t
0. 0. 0.
0.
1.00 i74' 705
n
i96
498
i04 505 506
so:
10 10 10
508 509
1050 1060
0.00641461 0! 0!
162' 518 1.006. 15236 519
)14066148 14396729
!2E )182 !814 )183803'
0 14
520
0.• ll!~'!"'
I.OC
0.1
52' 52: 523 106 524
194
145 526
_5_2: 528
'87
!06
525 JOj
129
1.0
00 1024
O.Ul
3428
0.1 1).0215!;1112'
621~
H' rw3•
0.
113
i01
1!>9012
4! 492
0.
i13 i14 i15 i16
n
4 4
871
0.
OJ
4!19
i09:165 726!86 l90J14 1948116
34
113
0,
_Q.I ~I["'
0. 0. 0.
91
n.nn!i4:l:l~~:
i02
0. 0.002251402 0.002251402
0. 0.0025841 0.
1.00!
0.00;4i I.OO;.!i 0. 0!
49~
404
405 41 41 41: 414 42' 423 423
800
489
496 0.00210047 000_2144492 !144492 192 '81 )21 0. ooo; 136
114: 5()4446 0. ;63102
41
0.922475218
1.03$24218 0.055013111 2.51156232
129
(No
UAS
I DO<si lua• Pi
·pi
I PI
91 92
0~000
0
0 0
5
0003109 I()( 156 00031568'
OOlOJ:
INa
11).1
)10 )16 0. l109l6S 00'
9:
9• 9!
1
3955 11:13955 11 '69811 01: IS5l 01: 19764 10' 102 103 104 105 106 10
0. 0. _Q, _I). 1
_1_1; 1' 1
•.0011_~1:
D.
UAS
1 1
fpors
;p
I- pi
UAS
INC
'pi
D.
I porsi luas Pol
17• 17•
16 O.OOOa198: 0Ul8198
171
n
11T. 82
D 0. 0. 0
[porsi lua
1-
D.001
)()()8
)302
,.270<
Ill< 1~
12a 5418<
171
1 1 __1 0
1:
D.
168 .,86 1a; OS: 181 OS: 18! OS: 190 19' 92
1
94 195 I!IE 19
_['. 0.
I.OC
11•
D.002580_1~
!II-'
0.001: D.oo·
21
!7E
0.
11 18
1
i7953 i7953:
!81 !&4
jJO
21
00011'
.000852809 .000886944 1.0008 I 656 n DOOR 71656 1.0008 7165E 1.000876361 1.00087630· 1.00087636~
1.00088:0191
0.00261 T.l9' _l).oo2~>:>4:>:
!71
m !8C
29 29 2~
1.00: 1.00!6; 1.00!6: 002 04025
29
84 :85
!86
JC JC _;J
0.
0.
D.
0. 0.
81
1.0 J381S 10 39'
11:
.00
!!r.
.00
!93
0
11071
1
1 104
14( 32 33
."J<J
)1443 114• 114
104
l045 104
0.001553841i
1_3_7
j67 1()(
100 10C 104
_Q
0.:100471165 0.000471165 XJ0471
0.• 0.
101 61 _62
63 64 65
66
10 10 10
0471 0471H 047'
-!!.!
10(
0.0004 116!
O.OJ156~
100 100 10 101 102
0 00047' 165 .00047'1165 .000475a· 0.00104758
0.•
o.oc 156~
0.0111:)!1'
0.0 _1:)11
14' 145 1~
14
0,
D.
0. 1159 1159170' 1
0
"'
11 1•
1.0 1621838 161 162
)201_!1
2
200 2C
10(
0. 0.1
lO'
0.'
0.0028~
0. 0
Q4'
94
94 9:4 :Zo2 '02
52181 028 7! D2a7! •291001
l0095
:91
25
l8C l8~
!1C 210
0.002188:
0!
U!IH!I44:
0. 0.
315 lit
0_•
0.
0. 0. O.u D.
234 235
JO: JO:
oo: 242 243 244 245 ' 24E
llD
0. 0.
.00
i8 19 1.00o749
a
161 161
14! 14! 152 154 154 155 15! 156 15' 15 15! 159 161
199
107:
137 14( 14( 14' 143 144 l.OQ!l! 144 144 144 144 146 146 147 0 1414 14 14 14 15 150 __(),1 150 JOOTUI:II 150 _Q_. 1007()1!~8
14 14
15 15 152 153 154 155 156
2'
564
131
12 1_29
0. 0
0. 0.
)()7'
12341424
r. l236675E
217 219 220 !2C 12C 12: 12! 228 221 229 230 230 23' 233 233 23! 231 238 24D
-34(
'!'
141
)_01
l667l
311 31! 32( 32 322
34< 34:
l.OI
1138! 1609<
_(), J1uz2•2e o.uu,.,, 3: __QJ:I01022428 13081! _I). D. 0. 03 0. 101 0. 0105 03129 O.J0106 ~ 0. l03~ 130 _O,J01D7425 - 0.0031a9352 331 _(), J1UI~L:> 0.0031a9352J 332 0. 078968 0.003201289 33:i 1.001Da368 0.0032' 134 I.0010aJSe O.IJ03ill 0.00'1088392 0. o.oo109 1815 o.c m~ D 0109 ~ 0 110 ' 132 0 11 ~ 0.001121
1.0
~
3411
1639E55
349
0.0 1644366
35C
1649
36C 360 36C 360 37a 3
l0169E1: D.l0169E1 D l016961 0. D
3
•18658
0.0011 11~
11' 118
' 00'
>1• a·
J.U
8:
0.00' >Oft 0 1689 137 11021e 17027e 170271
a:
J52
_112
0. O.UUIJO<
93
167 16a
D.
35'
0. 103
35: 154 155
41 41 42 43 4.
4675!
m
I5E
444
~
571
551
44 45 45 45
I_L
26 261
1.000791
l.OO· 1.00122' 174
zD·
oo:~
JO
351
)1
l1
0.002 10!
0. 1.0021 !02·
0. 0.
130
,He
.UAS
1l60 1364
[pcnoi'~ l'i)_ I • D< loq pi It :!g,11*1 0 ~
0
0.01•
1; ,:
014 )14
1~
IU
C.l·
1•.
• • •• •
~ ~
o 00210112 o ~!WI! •rs
57~
571
0.00271~1
!79 ~""" _5!1 588 589 61
192 183
625
).00301S.~
670
0.
.76
0.00119951'
_o_()Op37•: 0 002:'70451 0.00277518l 0.002883531 0 0028882•: 0.0029.4782 .0029966'
o 00101~1
0.
0.00316036:) 0.0031992' . ~ . 0.003216058 6&4 0.0032227: 718 736 0.00346: '76 76: 0. 759 0.00362326 784
-~
a
.,
•1c
.12
.,.•1: .,6
41: 41
~18
o_,
0.0085:!'J55' 0. 0.
0 00369864:
792
0. 0.00376932' 0.00381 726
0.• 0. 0.
0.
0.009592138
609 832 849 . 8S. 855 883
890 892 911 _924 97.
_117! •29 -~
0. O.uuau;rurua
785 600
1135843
0.~2375
0 0. 0.004_1_9337 0.004202793 0.
o_. 0· o~n
0.\Mr.:Hl(
0. O.UHU-
0.
0.1
-0.~12707
j98 _()JJI.. fU.
O.u1ur r:.oa,
0. 0.01Q96319: 0.0' 1185487 0.01131826 0. 114 03
104 0.
NIC l80 )91
0!
114041:
113 174 174 ).0' 0.01' 78 114
!52' 121! .. 44
44 44 447
1' 1' ,. 1:
448
1: 1: 1:
449
1305
450
1331
1<41
170C 176 Its 100 !o.
1112117:
•:
•1e
0 0. 0
'lei
!05
.11 . )11
122 ~-
2950 3000 3000 3050 351 .106 4483 6233 12239
0.' .79 0.0070115291 •11<1 0 007:12•38E 0 007334306 1.007.53087 Hmou: rw-'~ 1.00 1581551i 0.00 H' rw4•
67~
6711
)164
4
Ill< •: O_ot lll:u&ll1 •73 0 _OOII!IU8li!S 47 4
0 0
1!3
1555
•••
.....
573 5H
14: 152'
001Jlj!I!Q72 0.025811201 0.01.134956 . 0.• 0_. 0.02£145505 0.U14.>fu:> 0.0~78103 0.
0. _0~021122334
0.
2.38~2412:'\7
0.9Cl9039459
~@_14761j
0.035385381 0. 2 •3735<108<1
131. INo.
J,_
•lua5_F'IL
)Q
I No.
Di
UAS ~luas i}
00~1~~~~
1·
·pi
Ia!
i No.
IL_LJ_A§
~.
325 333 333 336
I<
porsi luas Pi)
13117345 114117155 14!17"
336 359 359
I 110!13 191 157
0)
189
1.01 0.01 0 OM3 140< 0 QM3 140< 0. 0.
1
1141 1.013
...
w rr 24 25 26
2: 26 29 JO
79 60 60 8C 64 66
3'
197" 197" 255 I.OC 1996207 .001996207 1.00199620 .00 09601 1459 1451 14!
13 14
40
. )()~
Hmax r 2 309630167 H' rw1 0 0.952967043
16113368 126 9: 0.0)6113368 12: 94' 0 _Q,()()6168208 128 96 0 ~O.uuo.t r :>'14 129 9: • 0.()02420401 0. 130 Jill n o. 131 9S I 0.002470306 o.Ol6441 l4 1 9 I 0.1 !4703<
1
5 54
5
62
_1114 n 107 n 108 I 09 002: *132 109: O.W.t •o.>.t 111 ! 0.1 !74471 1 !7941 11: )279~ 113 0.002819643 111
1.006856724 00671046: 006< I 0463 00671Q463 1.()06710463 0.0Cl671046:
0.00697761: O.C )697761
137 136 139 -~
141 142 143 144 _145 141 14: 14l
13670 14! 107136706 150 0.0)7115'
_1 190 190 192 195 19: 198
200 206 20: 20: 209 209 !11 !21 !22 Z2
(1.01)4 1<4 0.001740992 1.004740992 I.UU"'t:N
I.IJU4<>0:)f:>:>
711 O.Q1 )111681 0.1 1018681 0.01 12118! 1.01125:571 ~7
0.()1)431566 1406'
111 04 0.0116 'Oil4 0.005141 134 0. 17660 1.00516! 186 .011812: 1.005161 186 1.0118123 0.00521 I )91 0.0119046 0.
n'
1
M'i3A.d
Z5 226
0.
0.
!6311189 189 741 ~
~E
)()2,
~·
0.0 173474:
1 15
117 61 61
1'
71
0
16_1 1_62 163
1§4 '""""""' 165 168
44•
1:
2 231
"""' 0.1 ""' 0 I8E i6l
!3(
!3: !4: !4: !_45 248 255 259 _262
0.00611: ~ 0.0061882 '2 01 O.UUD4t>.tf.l
O.uut>:>;>r:>,
Q.01344442 0.013';3 11 1.013 1.0131 114 0.1114:
:6:
,.
11
811 8S 9C
1• 144 144 144 145 145
15931n 15931 15931 16181 1611!126
1741)1!
751
)57
104
54
1
171
5 ~
11
14< '3!
_1
41 _4_1 -~ 43 44 41 41 4 4 4 5
0
1'11
11 1 176
0
292 300
1
3()4
178 179 18C
314 31 320
)5741"
1.007835113 0. 0.
-pi log pi
I
~~~ 1.008034"1"~ ~~ 011
~a
0.1
OJ~!"
0.0174099 0.1 0.1
132. !No
LUAS
1a,;Pi
-
1
kl
INo
.uAS porsi luas Pi 0.
No
iporsi luatl'i)_ i - Di loa Di
LUI\!; 403
41 41 4
51 52 52
1·
o
1
12 13 14
57
0.00086616~
sa o. 6
111756
I.OII;j!.j!j185S 101 102 103 0.1)1 7711 1114
149 151 152 154
o ).0
~341
117,
_191 0· _192 0. 193 0.0016156419 1 14
s:
0.
168 168 ~4
/0
25
70 71 71 71 73 74
26 2: 78 29 30 31
7~
7!
1:?4 0 )10/i:IIH; 0.001063716 0.0010 789' 0 001078912 0001078912 0.001109304 0.0011:!45 0.0011:19696 i489' J0121 179 J0121 179 )01200479 15675 )1: 15675 )1: 15675
'.>U0• 40
82
0. AJ1L41>1Jt>•
;as 724 724
)1 __4
0. '"'"'' "'"
98
0.001489:~02
52
99
IIIC
!OV
189 190 191 191 191 193
0.002872 )33 O.lAJLO
60
100 100 1(
011 _11:
OllCl7007d7~
o
0
7.
O.lAJf.>UUlt>; 05 0.00733217' 06 0.lAJt.lt>'ll4:> 07 O.W.;>t>414: 108 O.w. ~1>414:> 209 0.007427989 !10
8' 862 864
21 21 !01
0.004210 )4
~1·
0.1)03031 1e 3()8.
!(): !06 208 2' 21: 211 21
01
141 14 14: 14· 14 14• 14 14· 149
I.OCI47'127
Iii! 1!i9
2·
14
21
~15
131 '745'
~16
'76
_Q_JJQ~1_1! :1~
0.003130364 1160756
0.003297519 13< 11
225
!4_1 241 !4:
>U;
0.
~18
I.Ou
14:
8922107
0·
0.1
0 )414849: O.u w:u ""'
l.lX
,.
7~
11 8916: . 113513
1:
1
""
903 950
i82746 00674 I.U' l4.lUL
0. 130989 1.013129292 101J2660S6 1.013721934 0.014436143 IS' 14
0
0. 0. O.J247•
0.02657114<
o
J7 _371 0. 171 77 O.Uu:> r"""' 171 84 180 395
2 17 ~75:
1409 1501 1981 65807.05
O.U'IlOOI: .051&
1.012262953 Q.012678601 _0.UlL04~f. 0.0130355S5 0.013335376
0.( 0. .,
Hmax rw12
2.3096301R7
H' rw12•
0.893868:01
0.008183825
134'
o.
·o~""'""
0.1
~!)01
0.016738471 0.
~c
I.OC 17< I.OC 17< 1 ~4 )03506174 12' 1: 1: 121 . o: 581573 129 0. )36191! 13( 13' 13: 13: 134
1_11 _1'
11:
"~
9
151 151 151 ),())151!1594 0.001519594 0. 51' 115:
131
17~
0
~19
s
)161, )1633231:
0. 0.
0.003162613 115 0.0032C 146 0.0032C 146 0003701146118 O.
0.
41 4
__{),UIJ. 0.0077 '34 i19 _O.
Tabel Lampiran 4. Data Realisasi Registrasi Pertanahan Sistem Ajud!kasi dirinci per Propinsi Tahun 1994/1995-2001 PRO PINS I Tahun Proyek
Jawa Barat
Jawa Tengah I
DI Yogyakarta
DKI Jakarta
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
I
Total
Riil Target Riil Target Riil Target Riil Target Riil Target Riil Target Riil Target Target (Bidang) (Bidang) (Bidang) (Bidang) (Bidang) @idang) (Bidang) (Bidang) (Bidang) (Bidang) (Bidang) (Bidang) (Bidang) (Bidang) (Bidang)
94/95 1.000 1.022 95/96 4.400 4.236 96/97 185.000 186.088 25.000 25.421 97/98 210.000 223.189 100.000 104.302 98/99 225.000 236.642 175.000 181.452 99/00 130.000 140.599 130.000 134.638 2000 33.000 34.014 27.000 28.534 2001 3.000 3.220 TOTAL
Jawa Timur
Total
Riil (Bidang)
1.000 1.022 4.400 4.236 210.000 211.509 400.000 420.162 610.000 635.877 10.000 7.580 510.000 540.205 6.000 3.300 126.000 132.489 12.412 12.000 16.000 10.880 1.873.400 1.957.912
I
35.000 100.000 90.000 27.000 3.000
36.173 102.890 94.165 28.618 3.113
45.000 50.000 55.000 12.000
46.344 52.038 58.316 13.009
791.400 829.010 457.000 474.3471255.000 264.959 162.000 169.707
10.000 60.000 90.000 15.000 6.000
10.154 62.855 99.679 18.551 6.079
tnooo 197.318
5.000 6.000
5.228 6.463
11.000
11.691
Sumber : Data Ajudikasi BPN Jakarta, Tahun 2002.
I.N I.N
Gambar Lampiran 1 Peta Administrasi dan Peta Dasar Teknik Kelurahan Pakansari Kec. Cibinong Kabupaten Bogor
Propinsi · JAWA BARAT
Kabupalen : BOGOR
Nomor Zone : 46.2 PETA ADMJNISTRASI DAN PE'l'A DASAR TEKNIK
··~·
-1
~ 064-13i 3
I
35084-14-1
I
I
~
I
-·~-+----~--~--+--4--~--~~~~~~-+--~-----r~ )(el. Pobu.,an
061>
-1----~-------+---+---+---+--~~~~~~~~~~~r-r-r-------T-~
...... .._
Pn\INII.JX PIW8t.CWI LDf&Ul P'!TA
o-
,._. '-W ..._ -~»!* .... I
l4.M
m
-
.._.. ...... P'IIU~. . . .- .... 1
s..•
00
=----;::::;t
=u:-..
s:;~r:t..~=:
.ot .04i?
........
--------· --
/
--
........ ----·
'
./
084
-
~ ·~ ·-
.\ .t
·- - -
t . t . t :: : . . .-..:
[Q) ·- -
-
-
--
·--·--- m~ -· ·· ·--m.----..-= ·-- .-----· ·----·- · . ·----· __ ,......... _.. ··----·
c:::::!:::::. ·-
t=!:::. ,.__....,..
_.
~
. . ···-- ~ · -- -------·.......--- ~ · -
1
o... !Jiu bhoU ki:C. OBDI'OMC
//
I\
:::::::= - - -
• ·- - - - ·
~-- :::::-
: ::::::.:...-
-- ·~~...:'
RW 09
Q
--
-~o
._ r.oo-u. a.-.
6~· ~ r---
-- -.-
--:
'l)tM"" Jftll ~
-----
BADAN PBRTANAHAN JIASJONAL •
Gambar Lampiran 2. Pela Bidang Tanah Kelurahan Pakansari Kec . Cibinong Kabupalen Bogar
Propmsi
JAWA BARAT
Kabupalen
BOGOR
Nomor Zone
48.2
PE'I'A BIDANC TANAH
~ 08~
..... --
PST\JIIUUK P'llii8AoCWf lD:II.R PSTA
0·
.._..._...,.....t-a.. .... I,._. .
II] 00 .... , _ ...
=a,;;-~'
§:;....::'~~S¥
.......,.. ·····-'
........
....... --
~ · - ~ · --
-·-·--- --~ · -<11>191
·······-....... ·- -
~ ·j;; .;;.;.] .!4).-..t.l ·- - -
·---
-- ·--- rr;:[I] ~ .---
034 lc::!:::::::,.-
c:::::!:::::l ·- [Q] ·- -
~ · ---I!:Li] · --~ a::Y:rl ·-
..... ·----·-· ,. ___ , · ----~
~
:=- :.:=:::::...-t'C>TA
-6-
6
~lTUA$1
-0
-~o
~
--• ---
BAOAN P£RTANAtUH HASIONAL
Gambar Lampiran 3. Pets Lokasi Penelitian
PETA LOKASI PENELITIAN KELURAHAN PAKANSARI KECAMATAN CIBINONG KABUPATEN BOGOR 48.2-35.087
48.2- 27.(187
"'5.2-J6.oe7
48.2-39.087
4.3.2-A4087
"8.2-39..08e
A8.2-40.08e
4&.2-•1.()8,5
"3.2-.t2.oe5
48.2- 42.084
-A 4&2-42.083
_,.,,.. .._
4&2-•2.082
4&2-•12.081
4&.2-2l'
•a.:t- r7oeo
442-24beo
\
... ,_,, 0.,.
I
462- M-079
I
4& 2- 29 07'1
I
•• 2-3007'9
I
~
•a.,._.J70l6
... l'-24076
4&.7-1907'1
4&.2-)().078
44.2-Jt_Q79
I
482-32079
I
4&2-».079
I
-a2-ll0?9 ---.
4&2-~07Sl ,
-
4$.2-36079
'
I
41i2-)7 079
I
48.2-38.079
I
4&2-)i.07 9
I
44.2-40.079
I
432-37.078
I
4&.2-38.078
I
4&2-39.07$
I
•&2-40.078
--
:ra-... 44.2-)1 .078
4&.2-32.078
48.2-Jl.073
44.2-JA 078
48.2-3'-.078
4&2-36.078
Gambar Lampiran 4 Peta Penyebaran Harga Tanah Kelurahan Pakansari Kec. Cibinong Kabupaten Bogor
Propons1
Kebupelen
JAWA BARAT
BOGOR
48.2
Nomor Zone
PETA HARGA TANAH
~ 085
~JI'Df&AOWI~mA
o-
..... ........ ~
~
a.M I I!).;M
m • .,..,.
--~N.-...._
KETERANGAN
D Bvzt Tlllb
11p.
anoco -r,. s.oco.-
Bvzt !IIIII lip. lii.IICO - lip. 2U0.-
0Bvzt w
11p. 21.oco -
~ anoco-
::m-·=:rrt::z:t llh~r=-~==
~
...
.......
··--·---·-.... ~· -"'-
~·~ ~ ..,.,..
··· ····....... , -
!SiS'll ·IE£Il ·- - -
·-··
__ ,_.._....,_
·_-_--
__ - ·--- 8.. ·-·__...,.__ m-----
084 1~
~
~ · -
..._
c:::!::t ,...,.__
IQJ ·- = --::::::::
-- ·---·
~ ::::-
..
___ .....,.
. .
---
II:i:D · --~
----· ·----· ·· --... ..·----··------
. -----·-· ..
PETA SrruASl
,__ _ -0-
-CJ
~~o
~
• --• --_ __ _,...... _
-- --+
-
-!-
BADAH PERTANAHMI N4810NAL
c:o (") ..Gambar Lampiran 5 STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN/KOTAMADYA
~
KEPALA KANTOR PERTANAHAN TATAUSAHA
I I
URUSAN KEUANGAN
I
URL!SAN UMUM
I
I I I
I
SEKSIPENGATURAN PENGUASMN TANAH
SUBSIPENATMN PENGUASMN& PEMILIKAN TANAH
r-
SUBSIPENGENDAUAN PENGUASMN& PEMILIKAN TANAH
. '---
r-
'--
SUBSIDATA PENATAGUNMN TANAH
SUBSI RENCANA & BIMBINGAN PENATAGUNMN TANAH
I
I
I
SEKSI PENGUKURAN & PENDAFTARAN TANAH
SEKSI HAK-HAK ATASTANAH
SEKSI PENATAGUNMN TANAH
~
-
SUBSI PENGURUSAN HAK-HAK AT AS TANAH
-
SUBS I PENGADAAN TANAH
.f--
SUBSI PENYELESAIAN MASALAH PERTANAHAN L__
-~
-
-
----
'--
SUBSI PENGUKURAN, PEMETMN & KONVERSI
I'
I I
I
SUBSI PENDAFTARAN HAK &INFORMASI
4002 SUBSI PERALIHAN HAK, PEMBEBANAN HAK & PPAT --
---------
0\
~
~
Gambar lampiran 6. Mekanisrn~ Pel~y-~-~-~-" Front Office Sistem Komputerisasi Pertanahan
_,~~tr 2
LOKET 1
e~ ,, n ~.• ;ti,
---~J
·
y
=·
··
·
-:.~·;·:
. .. •.•. ,:~i r··· ;:~· '!''"'"''' .......·~-..11~ ::.··:i, ~ 1b (~~~~,:·~~~~:=r-i,. H1b;~t/:·;.~~-~r~.~;;·.~.::.- !·:~~:h'f· ::.-.;.: ·.-:·_~; .;. . s. !br~J:~.,~J.-'1,-::!~~·.l~~ .~~r;~r!f-=t~\~to~~ •·
-
'
T~
at
-i
I
~NGGUNG
j
.
ENTRI DATA PERMOHONAN (EOP)
at
~..
g,
C<mP
-
JAWAO
-~RKAS (PJB)
_,..-----L.----L----~l··Jt_ ~ I ~
I
-4-6-
Cl. ,..., .. """'...,
l
I
-~
~
I
FRONT': O~FICE'J ·-·· .... -~ -~·- .; ....... .1 BACK Of=:FICE··· !"LIE'P.. '!~•'·'f 11
Ib
' J u ·~ ~·•
~"
~~ ~
(•• !-to
......
"\
INFORIMSI . (IN!7)
~J.·
LOKETJ
19-001 1-'ENY(IVJt'J.JI OER>:AS ~.IJ'A!\'. PI:1\JGAS PENERIIMAN & PEMERII<S'M llER1VoS I"ET\.GA.S FD.u>.J.W-.11 l f'E).<Eil:KSMN OERI.D'o. F'ET\JGIIS I'ENANGGUNQ JAWAO F'OIY(.W AH mv"..AS Pf'WIGQ..tG JAWA!J F'ENYEIWWI MEHYEIW~ I'ROOUK KI!P.>.nto. P£!.001
.
BENOAHARA KHUSUS PENERIMMN (BKP)
@
§S
~-
""""otl70
..
-
''1'!'..,.....,..~~-·-
PENANGG'..;';G JAWAB PRC:UK (PJP) (:)
a, ~·
.,
~,.t_~.; ...~~~~.:·..J~· - .. . - .
~
-~ 1"-rfw
e:-o
0 ""=t
......,
Gam bar lam piran 7. Mekanisme Pelayanan Back Office Sistem Komputerisasl Pertanahan
8
~¥
FRONT OFFICE
····- ......
···········
BACK OFFICE
7
0
KASIP&PT
KASUOSIPPH
@
3 - - - - ...
~l
Computer ,
+
2
4
I
~_j
Pelaksana
(PEL),
~~
I
Print or Computor
Entry Data SU/GU ( EDS) l(ll(f/1,......,,.,
ros (['(\ I'U
oo. TA rues f,'{TrfY OO.TA 1'-...:',J ~'.''~'! 1'£1\JC'..A.S 1"'£\.N'.S,...•,,
.v>S
~1\.('.A.~
~.(11
SER TV'I'IA T
£.'1Til'Y
MSP
§g Printer
g
g
Computer
)
Computor
Entry Dato !Juku Tanah ( EOO )
I
M
Computer
...
5--------------~
r=r~ §g
Kcpala Kantor
80
L