Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 4 No. 2, Agustus 2015
pISSN: 2302-299X eISSN: 2407-7860 Nomor Akreditasi : 561/Akred/P2MI-LIPI/09/2013
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea adalah publikasi ilmiah hasil penelitian bidang kehutanan. Jurnal ini diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan April dan Agustus oleh Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia. Wallacea Journal of Forestry Research is a scientific publication reporting research findings in the field of forestry. The journal is published two times per year in April and August by Forestry Research Institute of Makassar, Research Development and Innovation Agency, Ministry of Environment and Forestry of Indonesia. Penanggung Jawab (Responsible person) : Ir. Misto, M.P. (Kepala Balai Penelitian Kehutanan Makassar) Dewan Redaksi (Editorial Boards): Ketua (Editor in chief), merangkap anggota : Hasnawir, S.Hut, M.Sc, Ph.D. (Konservasi Sumberdaya Hutan, Balai Penelitian Kehutanan Makassar) Anggota (Members)
Mitra bestari (Peer reviewer)
:
:
Redaksi Pelaksana (Managing Editor) : Ketua (Chairman) Anggota (Members)
1. Prof. Dr. Ir. Amran Achmad, M.Sc. (Konservasi Biologi, Universitas Hasanuddin) 2. Prof. Dr. Ir. Samuel A. Paembonan, M.Sc. (Silvikultur, Universitas Hasanuddin) 3. Prof. Dr. Ir. Muh. Dassir, M.Si. (Sosiologi Antropologi Kehutanan, Universitas Hasanuddin) 4. Dr. Ir. Usman Arsyad, M.S. (Perencanaan Rehabilitasi Lahan, Universitas Hasanuddin) 5. Dr. Ir. Anwar Umar, M.S. (Tanah Hutan, Universitas Hasanuddin) 6. Dr. Ir. Syamsuddin Millang, M.S. (Agroforestri, Universitas Hasanuddin) 7. Dr. Suhasman, S.Hut, M.Si. (Biokomposit, Universitas Hasanuddin) 8. Dr. Ir. Andi Sadapotto, M.P. (Serangga dan Hama Hutan, Universitas Hasanuddin) 9. Ir. M. Kudeng Sallata, M.Sc. (Hidrologi dan Konservasi Tanah, Balai Penelitian Kehutanan Makassar) 1. Prof. Dr. Ir. Baharuddin Nurkin, M.Sc. (Silvikultur, Universitas Hasanuddin, Makassar) 2. Dr. Ir. A. Ngaloken Gintings, M.S. (Hidrologi dan Konservasi Tanah, Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia, Bogor) 3. Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc (Ekologi Hutan, Universitas Hasanuddin, Makasssar) 4. Prof. Dr. Ir. Muhammad Restu, M.P. (Genetika dan Pemuliaan Hutan, Universitas Hasanuddin, Makassar) 5. Dr. Ir. Budi Leksono, M.P. (Pemuliaan Tanaman Hutan, Balai Besar Penelitian Bioteknologi & Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta) 6. Prof. Dr. Ir. Musrizal Muin, M.Sc. (Pengawetan Kayu, Universitas Hasanuddin, Makassar) 7. Prof. Dr. Ir. Supratman, M.P. (Manajemen Hutan, Universitas Hasanuddin, Makassar) 8. Ir. Rudi A. Maturbongs, M.Si (Biologi Konservasi, Universitas Negeri Papua, Manokwari) : Ir. Turbani Munda, M.Hut (Kepala Seksi Data, Informasi & Kerjasama) : 1. Ir. Sahara Nompo 2. Amrullah, S.E. 3. Masrum 4. Jumain, S.E. 5. Arman Suarman, S.Hut 6. Kasmawati, S.Kom
Diterbitkan oleh (published by): Balai Penelitian Kehutanan Makassar (Forestry Research Institute of Makassar) Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi (Research, Development and Innovation Agency) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia (Ministry of Environment and Forestry of Indonesia) Alamat (address) : Jalan Perintis kemerdekaan Km. 16 Makassar,90243, Sulawesi Selatan, Indonesia Telepon (Phone) : 62-411-554049 Fax (Fax) : 62-411-554058 Email :
[email protected] Website : http://www.balithutmakassar.org; http://jurnal.balithutmakassar.org
PENGANTAR REDAKSI Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea (Wallacea Journal of Forestry Research) adalah jurnal ilmiah hasil penelitian kehutanan yang terbit pertama kali pada bulan Agustus 2012 (Vol. 1 No. 1) dengan pISSN 2302-299X dan eISSN 2407-7860. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea terakreditasi LIPI pada tanggal 7 Oktober 2013 (Akreditasi LIPI: 561/Akred/P2MILIPI/09/2013). Jurnal ini terbit dua kali dalam setahun dengan penerbit Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan. Pada Volume 4 No. 2 Tahun 2015 yang direncanakan terbit pada bulan Juni 2015, karena alasan teknis terbit pada bulan Agustus 2015 dan selanjutnya jadwal penerbitan akan berubah dari bulan Juni menjadi Agustus. Selain itu dengan adanya perubahan organisasi kementerian maka nama penerbit menjadi Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Perubahan nama kementerian ini pula menyebabkan adanya perubahan pengunaan logo kementerian. Akhirnya, pada kesempatan ini Dewan Redaksi Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mitra bestari (peer reviewers) yang telah menelaah naskah yang dimuat pada edisi Vol. 4 No. 2, Agustus tahun 2015 : 1. Prof. Dr. Ir. Baharuddin Nurkin, M.Sc. (Universitas Hasanuddin, Makassar) 2. Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc (Universitas Hasanuddin, Makasssar) 3. Dr. Ir. A. Ngaloken Gintings, M.S. (Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia, Bogor) 4. Dr. Ir. Budi Leksono, M.P. (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta) 5. Prof. Dr. Ir. Muhammad Restu, M.P. (Universitas Hasanuddin, Makassar) 6. Prof. Dr. Ir. Supratman, M.P. (Universitas Hasanuddin, Makassar) 7. Prof. Dr. Ir. Musrizal Muin, M.Sc. (Universitas Hasanuddin, Makassar) 8. Ir. Rudi A. Maturbongs, M.Si (Universitas Negeri Papua, Manokwari)
Makassar,
Agustus 2015
Dewan Redaksi
|
I
II
|
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 4 No.2, August 2015
pISSN: 2302-299X
eISSN: 2407-7860 Nomor Akreditasi: 561/Akred/P2MI-LIPI/09/2013 DAFTAR ISI (CONTENTS)
ALTITUDINAL GRADIENT AFFECTS ON TREES AND STAND ATTRIBUTES IN MOUNT CIREMAI NATIONAL PARK, WEST JAVA, INDONESIA (Gradien Ketinggian Memengaruhi Pohon dan Atribut Tegakan di Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat, Indonesia)
Andes Hamuraby Rozak and Hendra Gunawan ................................................................................
93 - 99
SEBARAN SPASIAL TUMBUHAN PENGHASIL MINYAK KAYU PUTIH DI TAMAN NASIONAL WASUR (Spatial Distribution of Crop of Producing Cajuput Oil in Wasur National Park)
Edy Junaidi, Aji Winara, Mohamad Siarudin, Yonky Indrajaya, & Ary Widiyanto ....... 101 - 113
EKOSISTEM HUTAN PEGUNUNGAN BAWAH TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG: HOTSPOT KEANEKARAGAMAN HAYATI BURUNG DAN MANAJEMEN KONSERVASINYA (Submontane Forest at Bantimurung Bulusaraung National Park: Hotspot of Bird Diversity and Its Management Conservation) Indra A.S.L.P. Putri ............................................................................................................................................. 115 - 128
PARAMETER GENETIK PADA KOMBINASI UJI PROVENAN DAN UJI KETURUNAN Araucaria cunninghamii ASAL MANOKWARI (PAPUA) DI BONDOWOSO, JAWA TIMUR (Genetic parameters on Combination Provenance-Progeny Test of Araucaria cunninghamii Origin from Manokwari (Papua) in Bondowoso, East Java)
Dedi Setiadi dan M. Anis Fauzi .................................................................................................................... 129 - 136
UJI COBA HIBRID MORUS KHUNPAI DAN M. INDICA SEBAGAI PAKAN ULAT SUTERA (Bombyx mory Linn.) (Test of Morus khunpai and M.indica Hybrid towards Silkworm Feed) Nurhaedah Muin, Heri Suryanto dan Minarningsih ....................................................................... 137 - 145
UJI ANTAGONISME Trichoderma spp. TERHADAP Ganoderma sp. YANG MENYERANG TANAMAN SENGON SECARA IN-VITRO (In-Vitro Antagonism Experiment of Trichoderma spp. to Ganoderma sp. Which Attacks Sengon Trees) Benyamin Dendang ........................................................................................................................................... 147 - 156
PERSPEKTIF LOKAL TERHADAP HAK DAN KONFLIK TENURIAL DI KPHL RINJANI BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT (Local Perspectives on Tenure Rights and Conflict in FMU Rinjani Barat, West Nusa Tenggara Province) Cecep Handoko dan Yumantoko ................................................................................................................ 157 - 170
KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN CENDANA (Santalum album Linn.) ASAL POPULASI PULAU SUMBA (Growth Characteristic of Cendana (Santalum album Linn.) from Sumba Island Population) Sumardi, Hery Kurniawan dan Misto ......................................................................................................171 – 177 | III
KESESUAIAN MEDIA TABUR, SAPIH DAN NAUNGAN PADA SEMAI LADA-LADA (Micromelum minutum Wight & Arn) SEBAGAI PAKAN LARVA Papilio peranthus UNTUK PEMBINAAN HABITAT KUPU-KUPU (Suitability of Germination Media, Weaning Media and Shading Treatment on Lada-lada (Micromelum minutum Wight & Arn) as Host Plant of Papilio peranthus for Butterfly Habitat Improvement)
Heri Suryanto ....................................................................................................................................................... 179 – 184
PERBEDAAN SIFAT PEMESINAN KAYU TIMO (Timonius sericeus (Desf) K. Schum.) DAN KABESAK (Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.) DARI NUSA TENGGARA TIMUR (The Difference of Machining Properties of Timo (Timonius sericeus (Desf) K. Schum.) and Kabesak Wood (Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.) from East Nusa Tenggara)
Heny Rianawati, Siswadi dan Retno Setyowati ................................................................................ 185 – 192
IV
|
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 4 No. 2, Agustus 2015
pISSN: 2302-299X
eISSN: 2407-7860 Nomor Akreditasi: 561/Akred/P2MI-LIPI/09/2013
Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh difotokopi tanpa izin dan biaya UDC (OSDCF) 630*1 Andes Hamuraby Rozak (Cibodas Botanic Gardens, Indonesian Institute of Sciences) and Hendra Gunawan (Center for Research and Development of Forest, Ministry of Environment and Forestry of Indonesia) GRADIEN KETINGGIAN MEMENGARUHI POHON DAN ATRIBUT TEGAKAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, JAWA BARAT, INDONESIA Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, Agustus 2015, hlm: 93 - 99 Abstrak Memahami pengaruh ketinggian terhadap pohon serta atribut tegakan untuk hutan tropis merupakan hal yang penting untuk pengembangan strategi konservasi dan pengelolaan hutan yang efektif. Namun demikian, informasi tentang analisis tersebut di Taman Nasional Gunung Ciremai masih kurang tersedia. Sebanyak 136 plot di Gunung Ciremai diteliti pada enam ketinggian yang berbeda: 500m dpl., 840m dpl., 1.300m dpl., 1.400m dpl., 1.780m dpl., dan 2.530m dpl. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ketinggian terhadap pohon dan atribut tegakannya yaitu jumlah jenis, jumlah suku, luas bidang dasar, kerapatan pohon dan biomassa pohon. Analisis yang digunakan menggunakan analisis regresi terhadap parameter pohon dan atribut tegakannya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah spesies, jumlah suku, luas bidang dasar dan biomassa pohon secara signifikan menurun seiring dengan kenaikan ketinggian, sementara itu kerapatan pohon secara signifikan naik seiring kenaikan ketinggian. Temuan ini mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh yang berbeda dari ketinggian terhadap pohon dan atribut tegakan di Gunung Ciremai. Kata kunci: Kerapatan pohon, luas bidang dasar, biomassa pohon, Taman Nasional Gunung Ciremai UDC (OSDCF) 630*8 Edy Junaidi, Aji Winara, Mohamad Siarudin, Yonky Indrajaya, dan Ary Widiyanto (Balai Penelitian Teknologi Agroforestry) SEBARAN SPASIAL TUMBUHAN PENGHASIL MINYAK KAYU PUTIH DI TAMAN NASIONAL WASUR Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, Agustus 2015, hlm: 101 - 113 Abstrak Pemanfaatan jenis tanaman penghasil minyak kayu putih di Taman Nasional (TN) Wasur perlu didukung data dan informasi yang akurat. Hal ini menjadi penting mengingat eksploitasi yang tidak terkendali dapat menyebabkan terganggunya fungsi kawasan taman nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran spasial tiga jenis tanaman penghasil kayu putih, yaitu jenis Asteromyrtus symphyocarpa, Melaleuca cajuputi dan Melaleuca viridiflora yang ada di kawasan TN Wasur. Secara umum sebaran tiga jenis tanaman penghasil kayu putih sebagian besar berada pada wilayah Yanggandur. Pusat sebaran ketiga jenis kayu putih ini berada di sekitar Kampung/Desa Yanggandur, Mbembi, Wasur dan Sota. Sebaran ketiga jenis penghasil minyak kayu putih ini sebagian besar terdapat di sekitar rawa, khususnya di Rawa Sermayam, Rawa Buaya dan Rawa Biru. Luas habitat ketiga jenis penghasil kayu putih adalah 103.011,75 ha. A. symphyocarpa merupakan jenis yang mendominasi Taman Nasional Wasur yaitu 8,30% dari luas taman nasional, diikuti oleh jenis M. cajuputi seluas 8,27% dan M. viridiflora seluas 7,03%. Jenis A. symphyocarpa umumnya dominan tumbuh pada jenis tanah Kambisol, sedangkan M. cajuputi dan M. viridiflora tumbuh dominan pada jenis tanah Kambisol dan Gleysol. Kata kunci: Sebaran spasial, A. symphyocarpa, M. cajuputi, M. viridiflora, TN Wasur
Lembar Abstrak |
V
UDC (OSDCF) 630*1 Indra A.S.L.P. Putri (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) EKOSISTEM HUTAN PEGUNUNGAN BAWAH TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG: HOTSPOT KEANEKARAGAMAN HAYATI BURUNG DAN MANAJEMEN KONSERVASINYA Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, Agustus 2015, hlm: 115 – 128 Abstrak Hutan pegunungan bawah dikenal sebagai salah satu hotspot keanekaragaman hayati. Namun informasi mengenai keanekaragaman hayati burung yang terdapat di ekosistem ini tergolong masih sangat minim. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi ilmiah mengenai ekosistem hutan pegunungan bawah yang kaya akan keanekaragaman hayati burung dan manajemen konservasinya. Pengumpulan data keanekaragaman burung dilakukan di tiga lokasi ekosistem hutan pegunungan bawah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul) dan dilakukan dengan menggunakan metode count point. Analisis data dilakukan dengan menggunakan indeks keanekaragaman jenis Shannon-Weiner, indeks kemerataan jenis Pielou, indeks dominasi Simpson, indeks kekayaan jenis Margalef dan indeks kesamaan jenis Sorensen. Beda nyata pada populasi burung yang dijumpai di lokasi penelitian diuji dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ekosistem hutan pegunungan bawah TN Babul kaya akan keanekaragaman hayati burung, kaya akan spesies endemik, langka dan dilindungi. Kondisi populasi burung tergolong baik, meskipun terdapat perbedaan nyata pada jumlah individu burung yang dijumpai di lokasi penelitian akibat adanya perbedaan tingkat gangguan oleh manusia. Untuk itu sangat diperlukan peningkatan pemahaman masyarakat tentang zonasi, serta partisipasi berbagai pihak bagi peningkatan peran dan kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi. Selain itu juga diperlukan adanya kesinambungan program konservasi yang dilaksanakan oleh pihak TN Babul, agar kelestarian ekosistem hutan pegunungan bawah dan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya tetap lestari. Kata kunci: Hutan pegunungan bawah, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, keanekaragaman burung, manajemen konservasi. UDC (OSDCF) 581.526.42 Dedi Setiadi dan M. Anis Fauzi (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan) PARAMETER GENETIK PADA KOMBINASI UJI PROVENAN DAN UJI KETURUNAN Araucaria cunninghamii ASAL MANOKWARI (PAPUA) DI BONDOWOSO, JAWA TIMUR Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, Agustus 2015, hlm: 129 – 136 Abstrak Araucaria cunninghamii sebagai bahan baku pulp serat panjang perlu dipertimbangkan di masa mendatang yang saat ini masih diimport dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pulp serat panjang di Indonesia. Sumber benih unggul dari jenis tersebut perlu dipersiapkan sejak dini untuk mengetahui peningkatan genetik yang dihasilkan. Kombinasi uji provenan dan uji keturunan A.cunninghamii di Bondowoso, Jawa Timur adalah salah satu penelitian yang dibangun untuk menghasilkan benih A.cunninghamii yang berkualitas di masa yang akan datang. Plot ini dirancang menggunakan rancangan acak lengkap berblok (RCBD) dengan 28 famili, 4 pohon per plot dan 8 blok dengan jarak tanam 4 x 3 m. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada umur 5 dan 10 tahun rerata tinggi dan diameter pohon berturut-turut sebesar 5,47 m; 8,20 cm dan 16,05 m; 20,59 cm, rerata volume pohon/ha sebesar 8,02 m3/ha dan 74,52 m3/ha; riap volume pohon sebesar 1,60 m3/ha/tahun; 7,45 m3/ha/tahun. Pada umur 5 tahun berbeda nyata terhadap diameter batang, sedangkan pada umur 10 tahun menunjukkan perbedaan yang nyata antar provenan terhadap kedua sifat yang diukur. Pada umur 5 dan 10 tahun nilai heritabilitas famili dan individu tergolong sedang, h2f = 0,4 - 0,5 , h2i = 0,2 - 0,3 dan h2f = 0,40 - 0,47, h2i = 0,28 - 0,29 sedangkan heritabilitas di dalam famili (h2wf) sebesar 0,41 - 0,48. Korelasi genetik umur 5 dan 10 tahun cukup tinggi (rg=0,62; 0,82). Taksiran peningkatan genetik untuk tinggi pohon dan diameter batang dari hasil seleksi di dalam famili adalah sebesar 0,10% dan 0,07% pada umur 5 tahun serta 0,53% dan 1,01% pada umur 10 tahun. Kata kunci: A.cunninghamii, pertumbuhan, provenan dan uji keturunan
VI
| Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, Agustus 2015
UDC (OSDCF) 581.526.42 Nurhaedah Muin, Heri Suryanto (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) dan Minarningsih (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan) UJI COBA HIBRID MORUS KHUNPAI DAN M. INDICA SEBAGAI PAKAN ULAT SUTERA (Bombyx mory Linn.) Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, Agustus 2015, hlm: 137 – 145 Abstrak Tersedianya tanaman murbei yang baik merupakan salah satu faktor penentu kontinuitas pemeliharaan ulat sutera. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kecocokan hibrid jenis Morus khunpai dan jenis M.indica (hibrid KI) sebagai pakan ulat sutera yang dapat dilihat pada kualitas kokon dan serat sutera yang dihasilkan. Hibrid KI tersebut merupakan hasil persilangan terkendali dari induk betina M.khunpai dan induk jantan M.indica S-54. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Variabel yang diamati adalah persentase larva mengokon, persentase kokon normal, bobot kokon, bobot kulit kokon, ratio kulit kokon dan panjang serat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kokon dan serat ulat sutera yang diberi pakan tanaman murbei hibrid jenis M.khunpai dan M.indica (hibrid KI) cenderung menunjukkan nilai lebih rendah dibanding murbei induk (M.khunpai, M.indica) dan kontrol (M.nigra) Kondisi ini menunjukkan bahwa kecocokan hibrid jenis M.khunpai dan M.indica (hibrid KI) sebagai pakan ulat sutera cenderung belum terlihat. Kata Kunci: Morus khunpai, M.indica, murbei, ulat sutera, hibrid KI
UDC (OSDCF) 581.526.42 Benyamin Dendang ((Balai Penelitian Teknologi Agroforestry) UJI ANTAGONISME Trichoderma spp. TERHADAP Ganoderma sp. YANG MENYERANG TANAMAN SENGON SECARA IN-VITRO Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, Agustus 2015, hlm: 147 – 156 Abstrak Ganoderma sp. adalah cendawan patogen yang dapat menyebabkan penyakit busuk akar pada tanaman sengon (Falcataria mollucana). Ganoderma sp. sulit dideteksi karena gejalanya mirip dengan gejala penyakit akar lainnya. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Kehutanan IPB yang bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan diameter koloni Ganoderma sp. dan Trichoderma spp. dan mempelajari kemampuan Trichoderma spp. dalam menghambat pertumbuhan koloni isolat Ganoderma sp. pada media PDA dan MEA secara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter koloni isolat Ganoderma sp. pada media PDA (7,09 mm/hari) lebih cepat daripada pertumbuhan pada media MEA (5,41 mm/hari). Laju pertumbuhan diameter koloni isolat Trichoderma spp. pada media PDA diperoleh nilai rata-rata secara berturut-turut yaitu T. viride (69,67 mm/hari), T. harzianum (56,49 mm/hari), dan T. pseudokoningii (42,04 mm/hari). Sedangkan pada media MEA diperoleh nilai rata-rata tertinggi dari pertumbuhan diameter koloni isolat berturut-turut untuk T. pseudokoningii (77,29 mm/hari), T. harzianum (66,50 mm/hari), dan T. viride (59,67 mm/hari). Persentase penghambatan Trichoderma spp. tertinggi ditunjukkan oleh T. harzianum (73,60%) dibandingkan T. pseudokoningii (59,76%), dan T. viride (46,47%). Kata kunci: Antagonisme, Ganoderma sp., Sengon, Trichoderma spp., in vitro
Lembar Abstrak | VII
UDC (OSDCF) 630*234 Cecep Handoko dan Yumantoko (Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu) PERSPEKTIF LOKAL TERHADAP HAK DAN KONFLIK TENURIAL DI KPHL RINJANI BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, Agustus 2015, hlm: 157 – 170 Abstrak Perspektif lokal terhadap hak dan konflik tenurial perlu diketahui dalam penyelesaian konflik tenurial hutan secara menyeluruh. Untuk mengetahui perspektif lokal tersebut, dilakukan penelitian di KPHL Rinjani Barat tahun 2013 di Desa Senaru, Santong dan Rempek. Kegiatan penelitian berupa studi pustaka dan wawancara. Analisis data menggunakan CDA dan regresi linier berganda. Hasil menunjukkan perlu adanya pembenahan terhadap penguasaan dan kepatutan penguasaan hutan, perbaikan terhadap pengelolaan hutan dan akomodasi kepentingan para pihak terhadap lahan hutan dan sumber daya. Dengan tingginya kerusakan hutan, resolusi konflik tenurial perlu dilakukan dalam konteks pengelolaan secara lestari yang diiringi peningkatan komunikasi, kerjasama, keberpihakan dan pembinaan masyarakat. Terkait upaya tersebut, penegakkan hukum diperlukan untuk meningkatkan keberlanjutan pengelolaan dan menghindari penyimpangan dalam implementasi pengelolaan hutan. Kata kunci: KPHL Rinjani Barat, konflik tenurial, perspektif lokal
UDC (OSDCF) 630*234 Sumardi, Hery Kurniawan (Balai Penelitian Kehutanan Kupang) dan Misto (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN CENDANA (Santalum album Linn.) ASAL POPULASI PULAU SUMBA Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, Agustus 2015, hlm: 171 – 177 Abstrak Cendana (Santalum album Linn.) merupakan jenis tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi dengan adanya kandungan minyak atsiri pada kayu terasnya. Nilai ekonomi tinggi pada kayu cendana mendorong tindakan eksploitasi terhadap jenis tersebut. Eksploitasi tanpa diimbangi dengan upaya regenerasi berdampak pada penurunan populasi di alam yang mengakibatkan penurunan variasi genetik jenis tersebut. Penyelamatan materi genetik yang masih tersisa dapat dilakukan dengan konservasi Ex-Situ sekaligus digunakan sebagai populasi dasar untuk tujuan pemuliaan di masa mendatang. Pada tahun 2013, Balai Penelitian Kehutanan Kupang (BPK Kupang) telah membangun plot konservasi Ex-Situ cendana yang berasal dari populasi Pulau Sumba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan pengaruh faktor genetik terhadap karakteristik atau sifat pertumbuhan cendana dari populasi Pulau Sumba sampai dengan umur 6 bulan setelah penanaman. Rancangan penelitian disusun dengan rancangan Incomplete Block Design (IBD) yang terdiri dari 57 famili, single treeplot dan 5 blok sebagai ulangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa rerata pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman uji sampai dengan umur 6 bulan masing-masing sebesar 37,36 cm dan 3,88 mm. Taksiran nilai heritabilitas famili (h2f) untuk tinggi dan diameter masingmasing sebesar 0,80 dan 0,55. Kata kunci: Karakteristik pertumbuhan, cendana, populasi, heritabilitas
VIII | Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, Agustus 2015
UDC (OSDCF) 581.526.42 Heri Suryanto (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) KESESUAIAN MEDIA TABUR, SAPIH DAN NAUNGAN PADA SEMAI LADA-LADA (Micromelum minutum Wight & Arn) SEBAGAI PAKAN LARVA Papilio peranthus UNTUK PEMBINAAN HABITAT KUPU-KUPU Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, Agustus 2015, hlm: 179 – 184 Abstrak Kupu-kupu merupakan fauna khas di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung namun jumlahnya semakin lama semakin menurun. Upaya menjaga keberlangsungan ekosistem hutan terutama spesies kupu-kupu adalah dengan melaksanakan penanaman tumbuhan pakan larva (host plant) kupu-kupu. Salah satunya jenisnya adalah lada-lada (Micromelum minutum). Hal yang terpenting pada penanaman tanaman pakan adalah ketersediaan bibit. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui media tabur, sapih dan naungan yang sesuai dengan lada-lada untuk produksi bibit yang optimal. Kegiatan ini dilakukan di persemaian dengan pengamatan pada perlakuan media tabur, media sapih dan naungan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Micromellum minutum dapat berkecambah dengan baik pada media pasir, tanah dan arang sekam padi maupun serbuk gergaji sedangkan media sapih dan naungan terbaik adalah campuran tanah, pupuk kandang dan sekam padi komposisi 1:1:1 dengan intensitas naungan 50%. Kata kunci: Micromellum minutum, pembinaan habitat kupu-kupu, perbanyakan generatif, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
UDC (OSDCF) 630*8 Heny Rianawati, Siswadi dan Retno Setyowati (Balai Penelitian Kehutanan Kupang) PERBEDAAN SIFAT PEMESINAN KAYU TIMO (Timonius sericeus (Desf) K. Schum.) DAN KABESAK (Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.) DARI NUSA TENGGARA TIMUR Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, Agustus 2015, hlm: 185 – 192 Abstrak Sifat pemesinan merupakan salah satu parameter untuk menentukan kualitas kayu. Pengujian terhadap sifat pemesinan kayu penting dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan pengerjaannya sebagai bahan baku industri mebel/furniture, kayu kontruksi maupun produk-produk kayu lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sifat pemesinan kayu timo (Timonius sericeus (Desf) K. Schum.) dan kabesak (Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.) yang berasal dari Desa Reknamo, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pengujian dilakukan menurut metode ASTM D1666. Adapun sifat-sifat pemesinan yang diuji meliputi: pembentukan, penyerutan, pengampelasan, pengeboran dan pembubutan. Pengamatan terhadap mutu hasil pemesinan dilakukan secara visual dengan menghitung persentase cacat yang timbul pada permukaan contoh uji setelah proses pemesinan, kemudian diklasifikasikan kualitasnya ke dalam lima kelas mutu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu timo dan kabesak mempunyai sifat pemesinan yang sangat baik, termasuk kelas I. Adapun perbedaan yang signifikan antara kedua kayu tersebut adalah pada sifat pengampelasan, dimana rata-rata bebas cacat kayu timo 85% sedangkan kabesak 84,5%. Kedua kayu tersebut cocok digunakan sebagai bahan baku produk mebel dan moulding. Kata Kunci: Sifat pemesinan, kayu timo, kayu kabesak, Nusa Tenggara Timur
Lembar Abstrak | IX
X
| Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, Agustus 2015
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 4 No. 2, August 2015
pISSN: 2302-299X
eISSN: 2407-7860 Accreditation Number: 561/Akred/P2MI-LIPI/09/2013
The key words noted here are the words wich represent the concept applied in a writing. These abstracts are allowed to copy without permision from the publisher and free of charge. UDC (OSDCF) 630*1 Andes Hamuraby Rozak (Cibodas Botanic Gardens, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)) and Hendra Gunawan, (Center for Research and Development of Forest, Ministry of Environment and Forestry of Indonesia) ALTITUDINAL GRADIENT AFFECTS ON TREES AND STAND ATTRIBUTES IN MOUNT CIREMAI NATIONAL PARK, WEST JAVA, INDONESIA Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, August 2015, page: 93 - 99 Abstract Understanding the effect of altitude on trees and stand attributes of tropical forests is crucial for the development of effective management and conservation strategies. However, study on this issue in Mount Ciremai National Park is still lacking. A total of 136 plots were set on the eastern slope of Mount Ciremai in Mount Ciremai National Park and investigated in six different altitudes: 500 m a.s.l., 840 m a.s.l., 1,300 m a.s.l., 1,400 m a.s.l., 1,780 m a.s.l., and 2,530 m a.s.l. The objective of this study was to analyze the effect of altitude to trees and stand attributes i.e. species and family richness, tree density, basal area, and tree biomass. The changes on trees and stand attributes to altitudinal gradient were analyzed using regression analysis. The result showed that tree species number, family number, tree basal area, and tree biomass significantly declined with increasing altitude, meanwhile tree density significantly increased with increasing altitude. These findings indicate a distinct effect of altitude on tree and stand attributes in Mount Ciremai National Park. Keywords: Mount Ciremai National Park, tree density, tree basal area, tree biomass UDC (OSDCF) 630*8 Edy Junaidi, Aji Winara, Mohamad Siarudin, Yonky Indrajaya, dan Ary Widiyanto (Balai Penelitian Teknologi Agroforestry) SPATIAL DISTRIBUTION OF CROP OF PRODUCING CAJUPUT OIL IN WASUR NATIONAL PARK Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, August 2015, page: 101 - 113 Abstract The utilization of cajaput tree species for cajuput oil production in the Wasur National Park (NP) should be supported by accurate data and information. It becomes important because uncontrolled exploitation can lead to disruption of the national park function. This study aims to determine the spatial distribution of three cajuput tree species, i.e Asteromyrtus symphyocarpa, Melaleuca cajuputi and Melalueca viridiflora existed in Wasur NP region. The results of this study showed that, in general, the distribution of those three cajuput oil species mostly in Yanggandur area. They are mainly concentrated around the Yanggandur village, Mbembi village, Wasur village and Sota village. Those species were mostly found around wamps, especially in the Sermayam, Rawa Buaya and Rawa Biru. The total area of those three species was 103,011.75 ha, which was dominated by A.symphyocarpa (8.30% of the total area of the NP), followed by M.cajuputi (8.27% of the total area of the NP) and M.viridiflora (7.03% of the total area of the NP). In general, A. symphyocarpa dominantly grow on type of Kambisol soil, where as M.cajuputi and M.viridi flora dominantly grow on soils type of Kambisol and Gleysol. Keywords: Spatial distribution, A. symphyocarpa, M. Cajuputi, M. viridiflora, Wasur NP
Abstract Sheet | XI
UDC (OSDCF) 630*1 Indra A.S.L.P. Putri (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) SUBMONTANE FOREST AT BANTIMURUNG BULUSARAUNG NATIONAL PARK: HOTSPOT OF BIRD DIVERSITY AND ITS MANAGEMENT CONSERVATION Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, August 2015, page: 115 - 128 Abstract Submontane forest is considered as one of the biodiversity hotspot. Scientific information on bird diversity in this forest, however are lacking. The aim of this research was to find out submontane forest bird diversity and its conservation management. The research was carried out in three forests areas at Bantimurung Bulusaraung National Park submontane forest. Point Count method was used to observe bird population. Data were analyzed using Shannon-Weiner diversity index, Pielou Evenness index, Simpson dominance index, Margalef species richness index, and Sorensen Similarity index. The significance different between the number of individual bird was tested using Kolmogorov-Smirnov test. The result showed that submontane forest at Bantimurung Bulusaraung National Park is rich in bird diversity, bird endemic species and protected bird species. There was a significant different on the number of individual bird at several human disturbance levels. Based on these conditions, it is important to enhance understanding of the local people regarding zonation and develop cooperation with many stakeholders to increase the local community awareness concerning forest conservation. It is also necessary to ensure the sustainability of the National Park’s conservation program to maintain the submontane forest conservation. Keywords: Submontane forest, Bantimurung Bulusaraung National Park, bird diversity, conservation management.
UDC (OSDCF) 581.526.42 Dedi Setiadi dan M. Anis Fauzi (Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan) GENETIC PARAMETERS ON COMBINATION PROVENANCE-PROGENY TEST OF Araucaria cunninghamii ORIGIN FROM MANOKWARI (PAPUA) IN BONDOWOSO, EAST JAVA Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, August 2015, page: 129 - 136 Abstract Araucaria cunninghamii as long fiber pulp raw material needs to be considered in the future which is currently imported from other countries to supply long-fiber pulp raw material in Indonesia. The improved seed sources need to be prepared early to determine the genetic gain. Combination provenanceprogeny test of A.cunninghamii in Bondowoso, East Java is one of the researches that it was built to produce improved seed of A.cunninghamii in the future. The trial is laid out in Randomized Complete Block Design (RCBD) with 28 families, 4 trees per plot and 8 replicate with a spacing of 4 x 3 m. The results show that the average of height and diameter growth at the age of 5 and 10 years were 5.47 m; 8.20 cm and 16.05 m; 20.59 cm, volume/ha of the trees were 8.02 m3/ha and 74.52 m3/ha, and mean annual increment for volume were 1.60 m3/ha/year and 7.45 m3/ha/year. At 5 years old, stem diameter was significant between provenances, while at the age of 10 years significant differences for both traits. At the age of 5 and 10 years of family and individual heritability values were moderate, h2f = 0.40 - 0.50, h2i = 0.2 - 0.3; and h2f = 0.40 - 0.47, h2i = 0.28 - 0.29, while within family heritability (h2wf) was 0.41 - 0.48). Genetic correlation at age of 5 and 10 years was quite high (rg=0.62; 0.82). Estimation of genetic gain for height and diameter by within family selection was 0.10% and 0.07% for 5 years and 0.53% and 1.01% for 10 years. Keywords: A. cunninghamii, growth, Provenance-progeny test
XII | Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, August 2015
UDC (OSDCF) 581.526.42 Nurhaedah Muin, Heri Suryanto (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) dan Minarningsih (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan) TEST OF MORUS KHUNPAI AND M.INDICA HYBRID TOWARDS SILKWORM FEED Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, August 2015, page: 137 - 145 Abstract The sustainability of silkworm rearing depends on the availability of qualified mulberry plants. The research is aimed to observe the compatibility of hybrid Morus khunpai and M.indica (KI hybrid) for silkworm's feeding. It is related to the cocoon and filament quality. KI hybrids are a result of pollination control male parent M.khunpai and female parent M.indica S-54. The research applied a Randomized Complete Design by measuring variables, i.e.: the percentage of cocoon, number of normal cocoon, cocoon weight, cocoon shell weight, cocoon shell ratio and filament length. The result showed that cocoon and filament quality of silkworm fed by mulberry hybrid M.khunpai and M.indica (KI) have shown nonsignificant differences compared with silkworm fed by mulberry parents (M.khunpai and M.indica and the control (M.nigra). This situation showed that there has not been recognised yet as the compatibility of hybrid M.khunpai and M.indica (KI) hybrid for silkworm feeding. Keywords: Morus khunpai, M.indica, Mulberry, silkworm, KI hybrid
UDC (OSDCF) 581.526.42 Benyamin Dendang ((Balai Penelitian Teknologi Agroforestry) IN-VITRO ANTAGONISM EXPERIMENT OF Trichoderma spp. TO Ganoderma sp. WHICH ATTACKS SENGON TREES Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, August 2015, page: 147 - 156 Abstract Ganoderma sp. is a pathogenic fungus that can cause root rot in sengon (Falcataria mollucana) plantation. Ganoderma sp. is difficult to detect because the symptoms are simillar to symptoms of other root diseases. The experiment was conducted at the Laboratory of the Faculty of Forestry IPB with aims to determine in vitro growth rate of colony diameter of Ganoderma sp. and Trichoderma spp. and also to obtain the ability of Trichoderma spp. in inhibiting the growth of colonies of isolates of Ganoderma sp. on PDA and MEA medium. The result shows that diameter of colony isolat Ganoderma sp. growth on PDA media (7,09 mm/day) was faster than the growth on MEA media (5,41 mm/day). The growth rate of the colony diameter of Trichoderma spp. isolates on PDA were 69,67 mm/day, 56.49 mm/day, and 42,04 mm/dayfor T.viride, T.harzianum and T.pseudokoningii, respectively. While, using the MEA media obtained an average value of growth of diameter colony isolates were 77,29 mm/day, 66,50 mm/day, and 59,67 mm/day) for T.pseudokoningii, T.harzianum and T.viride, respectively. The highest percentage of inhibiting barriers of Trichoderma spp. was T.harzianum than T.pseudokoningii (59,76%) and T.viride (46,47%). Keywords: Antagonism, Ganoderma sp., Sengon, Trichoderma spp., in vitro
Abstract Sheet | XIII
UDC (OSDCF) 630*234 Cecep Handoko dan Yumantoko (Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu) LOCAL PERSPECTIVES ON TENURE RIGHTS AND CONFLICT IN FMU RINJANI BARAT, WEST NUSA TENGGARA PROVINCE Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, August 2015, page: 157 - 170 Abstract Local perspectives on tenurial rights and conflict needs to be known in overcoming forest tenurial conflict thoroughly. Aiming at knowing this local perspective, study was conducted in FMU Rinjani Barat in 2013 at the villages of Senaru, Santong and Rempek, North Lombok District. Research activities included literatures review, and interview. Data were analyzed using CDA and multiple linier regression. Results indicated that there is need for rearrangement of forest rule and the propriety of the rule, improving forest management, and accommodation to various interests on forest land as well as resources. In high forest destruction condition, forest tenurial conflict resolution should be done in the context of sustainable management which was accompanied by an increase in communication, cooperation, alignment, and mentoring to community. Related to these efforts, law enforcement is needed for improving sustainability of management, and avoiding irregularities in implementation of forest management. Keywords: FMU Rinjani Barat, tenure conflict, local perspective
UDC (OSDCF) 630*234 Sumardi, Hery Kurniawan (Balai Penelitian Kehutanan Kupang) dan Misto (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) GROWTH CHARACTERISTIC OF CENDANA (Santalum album Linn.) FROM SUMBA ISLAND POPULATION Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, August 2015, page: 171 - 177 Abstract Cendana (Santalum album Linn.) is a species that has a high economic value because of the essential oil content in the heartwood. The high economic value in the heartwood had pushed exploitation action to these species. Exploitation being offset by regeneration efforts has resulting in a decrease of its populations and genetic variation. The remaining genetic variation can be conserved through establishing Ex-Situ conservation stands which simultaneously fucntioned as basic populations for tree improvement purposes in the future. In 2013, Forestry Research Institute of Kupang has established an Ex-Situ conservation plot of cendana originally from Sumba island population. The research design was laid out in Incomplete Block Design (IBD) consisting of 57 families, single treeplot and 5 replication with a spacing of 4 x 4 m. This study was aimed to investigate the characteristics and the influence of genetic factors on the characteristics of cendana of Sumba Island population until the age of 6 months. The result of study showed that the average growth of height and diameter are 37.36 cm and 3.88 mm, respectively. The estimate family heritability (h2f) for height and diameter are 0,80 and 0.55, respectively. Keywords: Growth characteristic, cendana, population, heritability
XIV | Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, August 2015
UDC (OSDCF) 581.526.42 Heri Suryanto (Balai Penelitian Kehutanan Makassar) SUITABILITY OF GERMINATION MEDIA, WEANING MEDIA AND SHADING TREATMENT ON LADALADA (Micromelum minutum Wight & Arn) AS HOST PLANT OF Papilio peranthus FOR BUTTERFLY HABITAT IMPROVEMENT Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, August 2015, page: 179 - 184 Abstract Butterfly population in Bantimurung Bulusaraung National Park is significantly decreasing. One way to keep the sustainability of this endemic and distinctive species is to carry out planting of fodder plants. Lada-lada (Micromelum minutum) is one species of fodder plants. The most important thing in planting fodder plant is to provide seedling stock. The aim of this research is to find out the best germination media, weaning media and shading of lada-lada in order to optimize seedling production. The research utilized Randomized Block Design with 3 replications. The results showed that Micromellum minutum can be sown in soil, sand and rice husk. Best weaning media and shading for Micromellum minutum seedling is mixing media which consist of soil, manure and rice husk with composition 1:1:1 with 50% shade intensity. Keywords: Micromelum minutum, improvement butterfly habitat, generative propagation, Bantimurung Bulusaraung National Park
UDC (OSDCF) 630*8 Heny Rianawati, Siswadi dan Retno Setyowati (Balai Penelitian Kehutanan Kupang) THE DIFFERENCE OF MACHINING PROPERTIES OF TIMO (Timonius sericeus (Desf) K. Schum.) AND KABESAK WOOD (Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.) from East Nusa Tenggara Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, August 2015, page: 185 - 192 Abstract Machining properties is one of the parameters to determine the quality of the wood. Tests on machining properties of wood are important to know the easiness level of workmanship as raw materials of furniture industry, construction wood and other wood products. This research was aimed at determining the difference of machining properties between timo wood (Timonius sericeus (Desf) K. Schum.) and kabesak wood (Acacia leucophloea (Roxb.) Willd.) from the village of Reknamo, Kupang district, East Nusa Tenggara. Testing procedures were based on ASTM D1666 including: planning, shaping, sanding, drilling and turning. The observation of qualities of the machining were done visually by calculating the percentage of defects that arise on the surface of the samples after the machining process, then the qualities were classified into five quality classes. The results showed that the machining properties of timo wood and kabesak wood were very good and belonging to the quality of class I. The significant difference between the machining properties of both the timbers is in the sanding properties, where the average free defect of sanding timo wood is 85% while kabesak wood is 84.5%. Both timo and kabesak wood are suitable as raw material, for the variety of furniture and molding products. Keywords: Machining properties, timo wood, kabesak wood, East Nusa Tenggara
Abstract Sheet | XV
XVI | Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.4 No.2, August 2015