ISSN: 2086-8235 Volume 5 Nomor 1 Januari 2014
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Diterbitkan oleh Pendidikan Matematika LPTK FKIP Universitas Halu Oleo dan Ikatan Sarjana Pendidikan Matematika Sulawesi Tenggara (ISPMST)
ISSN: 2086-8235 Volume 5 Nomor 1 Januari 2014
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Diterbitkan oleh Pendidikan Matematika LPTK FKIP Universitas Halu Oleo dan Ikatan Sarjana Pendidikan Matematika Sulawesi Tenggara (ISPMST)
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA PENANGGUNG JAWAB REKTOR UNIVERSITAS HALUOLEO PIMPINAN REDAKSI Prof. Dr. H. Faad Maonde, M.S (email:
[email protected]) WAKIL PIMPINAN REDAKSI Dr. Busnawir, M.Si (email:
[email protected]) Dr. Kadir, M.Si (email:
[email protected]) MITRA BESTARI Prof. Dr. Baso Intang Sappaile, M.Pd (Universitas Negeri Makassar) Prof. Dr. Edi Cahyono, M.Si (Universitas Halu Oleo)
Asrul Sani, M.Sc., Ph.D (Universitas Halu Oleo) Dr.Zulkifli Matondang, M.Si (Universitas Negeri Medan) Dr. Anetha LF. Tilaar, M.Si (Universitas Negeri Manado) Dr. Azhar, S.Pd, M.T (Universitas Riau) Dr. Fahinu, M.Pd (Universitas Halu Oleo) Dr. Lambertus, M.Pd (Universitas Halu Oleo) Dr. Mustamin Anggo, M.Si (Universitas Halu Oleo) Dr. Muhammd Sudia, M.Pd (Universitas Halu Oleo) Desain Grafik dan Fotografer La Ode Ahmad Jazuli, S.Pd, M.Pd dan La Ili, S.Pd, M.Pd Sekretaris Latief Sahidin, S.Pd, M.Pd dan Saleh, S.Pd, M.Pd Pembuat Artikel Awaladdin, S.Pd, M.Pd dan Ikman, S.Pd, M.Pd
Alamat: Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA Lt.2 FKIP Universitas Halu Oleo Telp. 62401-3193731 Kendari (93232) Sulawesi Tenggara http://www. unhalu.ac.id. e-mail:
[email protected], akses internet melalui situs. www.Jurnal-pmat.webs.com
PERSYARATAN 1. Jurnal Pendidikan Matematika akan terbit dua kali setahun yaitu Januari Juli ditambah edisi khusus jika diperlukan. Terbitan pertama Januari 2010. 2. Artikel yang dapat dipertimbangkan untuk dimuat dalam jurnal ini adalah hasil penelitian atau sebaiknya ada temuan dan belum pernah dimuat pada jurnal ilmiah lainnya. 3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia/Inggeris sebanyak kurang lebih 25 halaman A4 dengan dua spasi, dilengkapi dengan abstrak maksimum 120 kata, dan kata kunci. Biodata penulis, dan identitas penelitian dicantumkan sebagai catatan kaki pada halaman pertama naskah. Artikel dapat dikirim lewat e-mail atau dengan CD atau alat lainnya dengan file Microsoft Word. 4. Artikel (hasil penelitian) memuat: Judul: Indonesia Inggeris Nama Penulis Abstrak: Indonesia Inggeris Kata kunci: Indonesia Inggeris Pendahuluan (tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah dan tinjauan pustaka seperlunya, masalah, dan tujuan penelitian) Metode Hasil Pembahasan Kesimpulan dan Saran Daftar Rujukan (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian saja) 5. Artikel (setara hasil penelitian) memuat: Judul: Indonesia Inggeris, Nama Penulis, Abstrak: Indonesia Inggris, Kata Kunci: Indonesia Inggeris, Pendahuluan (tanpa subjudul) Subjudul, Subjudul sesuai kebutuhan, Penutup berisi kesimpulan dan saran, Daftar Rujukan (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian saja) 6. Prasyarat bagi pemrosesan artikel, para penyumbang artkel wajib menjadi pelanggan minimal satu tahun. Penulis yang artikelnya dimuat diharapkan dapat memberi kontribusi biaya cetak. 7. Artikel 2 (dua) eksempelar dan CDnya dikirimkan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum bulan penerbitan pada alamat: JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Alamat: Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA Lt.2 FKIP Universitas Halu Oleo Telp. 62401-3193731 Kendari (93232) Sulawesi Tenggara http://www. unhalu.ac.id. e-mail:
[email protected] Akses internet melalui situs:www.jurnal-pmat.webs.com. 8. Kepastian pemuatan/penolakan naskah akan diberitahukan. Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapat imbalan berupa nomor bukti pemuatan sebanyak 2 (dua) eksemplar. Artikel yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis. Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format. 9. Penulis yang diterima naskahnya akan mendapat 1(satu) jurnal ditambah 10 exp. cetak lepas.
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
JANUARI 2014
PANDUAN PENULISAN Panduan penulisan artikel yang merupakan Hasil Penelitian dalam Jurnal Pendidikan Matematika teridiri dari (i) Judul, (ii) Nama dan instansi penulis, (iii) Abstrak (Indonesia, Inggeris), (iv) Pendahulun, (v) Metode, (vi) Hasil, (vii) Pembahasan, (viii) Kesimpulan dan Saran dan (ix) Daftar Rujukan, dengan rincian sebagai berikut: JUDUL: Maksimum 12 kata sebagai rangkuman atau gabungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat (Pengaruh Variabel Bebas X1, X2, … Xn Terhadap Varibel Terikat Y) ATAU Perbedaan Rerata Variabel Terikat Y Ditinjau Dari Variabel Bebas Yang Diperhatikan ATAU Rangkaian kata lainnya yang menjelaskan hubungan antar variabel yang diperhatikan. NAMA DAN INSTANSI PENULIS: Nama ditulis tanpa gelar, dan nama penulis pertama merupakan penulis utama. Instansi penulis ditulis secara lengkap. Alamat e-mail penulis dicantumkan untuk korespondensi. ABSTRAK: Mendeskrifkan secara ringkas hasil penelitian yang mencakup tujuan, besarnya sampel, metode, teknik analisis, hasil analisis dan temuan dalam penelitian tersebut dengan maksimum 120 kata yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggeris masing-masing dengan kata kunci. PENDAHULUN: Menguraikan latar belakang sebagai masalah yang ingin dipecahkan sebagai alasan mengapa judul naskah tersebut dikemukakan dengan menjelaskan keterkaitan dan hubungan antara variabel terikat, variabel bebas dan variabel lainnya yang diperhatikan serta didukungan oleh teori yang relevan dengan judul tersebut. Di dalam pendahuluan juga dikemukakan masalah yang ingin dipecahkan yang ditulis secara implisit di dalam paragraf dan tidak berdiri sendiri sebagai rumusan masalah. METODE: Menguraikan rincian pelaksanaan penelitian dimulai dari tempat penelitian, besarnya sampel dari populasi, desain penelitian, model/persamaan analisis (seperti regresi, anova dan ancova dan lain-lain), teknik analisis (deskriptif dan inferensial) yang diawali oleh analisis validitas dan reliabiltas instrumen. Perangkat statistik yang diperlukan dirinci selengkap mungkin untuk menguji hipotesis penelitian, sebagai jawaban atas masalah yang dikemukakan dalam pendahulun. HASIL: Merupakan uraian ringkasan hasil penelitian yang diawali oleh analisis deskriptif antar variabel-variabel yang diperhatika melalui nilai rerata (rata-rata), median, modus, standar deviasi dan/atau varians, nilai minimum dan nilai maksimum. Sementara analisis inferensial diperlukan untuk menguji sejumlah hipotesis dan hipotesis statistik yang diawali oleh uji homogenitas sejumlah variabel bebas terhadap variabel terikat. PEMBAHASAN: Uraian pembahasan berkaitan dengan banyaknya model/persamaan yang telah dikemuakakan dalam metode penelitian dengan menjawab pertanyaan “mengapa variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan atau mempunyai pengaruh yang tidak signifikan dan diawali pembahasan secara empris (deskriptif) dan teori yang mendukung atau tidak mendukung. KESIMPULAN DAN SARAN: Menyimpulkan hasil penelitian dimulai dari kesimpulan berdasarkan analisis deskriptif dan analisis inferensial dengan mengemukakan saran-saran untuk mengaplikasikan hasil temuan tersebut atau saran lain yang relefan dengan temuan dalam penelitian. DAFTAR RUJUKAN: Di dalam daftar rujukan hanya memuat kutipan yang ada dalam naskah dengan mengikuti pola kutipan yakni nama penulis, tahun, judul (cetak miring), tempat dan penerbit di dalam kurung. Contoh: Agung I Gusti Ngurah. 2011. Cross Section And Experimental Data Analysis Using EViews. (Singapur: John Wiley & (Asia) Pte. Ltd.).
Pimpinan Redaksi
i
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
JANUARI 2014
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas terbitnya Jurnal Pendidikan Matematika yang diterbitkan pertama kali pada Januari 2010 oleh Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo dan Ikatan Sarjana Pendidikan Matematika Sulawesi Tenggara (ISPMST). Terbitnya jurnal ke-11 ini (Janauari 2014) dapat diwujudkan berkat partisipasi semua pihak khususnya para penulis merupakan ilmuan-ilmuan pendidikan matematika dan pendidikan sains yang berkualitas. Suka duka banyak ditemui di lapangan terutama berkaitan dengan naskah dengan temuan berkualitas dan kendala-kendala lainnya. Namun berkat kerja keras dari tim penyunting akhirnya sampai juga pada saat yang dinantikan yaitu terbitnya Jurnal Pendidikan Matematika yang kali ini merupakan terbitan tahun kelima dengan volume 5 nomor 1. Terbitnya jurnal ini dalam dua kali setahun (Januari dan Juli) mempunyai makna tersendiri dalam menyebarluaskan informasi ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian atau artikel lainnya yang bermutu dikalangan akademisi Universitas Halu Oleo pada khususnya dan akademisi dari perguruan tinggi lain pada umumnya di seluruh Indonesia. Besar harapan penyunting untuk mengembangkan jurnal ini karena melalui media ini semua hasil karya ilmiah dapat diketahui dan dijadikan sebagai referensi oleh semua pemerhati bidang pendidikan pada umumnya dan pendidikan matematika pada khususnya di seluruh tanah air. Penyunting mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca untuk memperbaiki terbitan ini melalui tulisan dari pemerhati pendidikan untuk keberlanjutan jurnal ini. Demikian disampaikan kepada para pembaca dan pelanggan yang terhormat agar menjadi maklum adanya. Kendari, Januari 2014 Pimpinan Redaksi.
i
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
JANUARI 2014
ISSN: 2086-8235 Januari 2014, Volume 5 Nomor 1 Halaman: 01-111
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA DAFTAR ISI
Kesenjangan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Pembelajaran Kooperatif, Kemampuan Bahasa dan IPA … (01 – 26) H. Faad Maonde (Dosen Matematika pada Jurusan PMIPA FKIP Universitas Halu Oleo, email:
[email protected]) Pengaruh Umpan Balik Hasil Tes Formatif Terhadap Hasil Belajar Matematika … (27 – 36) Baso Intang Sappaile (Dosen Matematika pada Jurusan Matematika FMIPA UNM Makassar, email:
[email protected]) Profil Metakognisi Siswa SMP Dalam Memecahkan Masalah Terbuka Ditinjau Dari Perbedaan Gender … (37 – 50). Muhammad Sudia (Dosen Matematika pada Jurusan PMIPA FKIP Universitas Halu Oleo, email:
[email protected]) Penggunaan Konteks dan Pengetahuan Awal Matematika dalam Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa. ... (51 – 64) Kadir (Dosen Matematika pada Jurusan PMIPA FKIP Universitas Halu Oleo, email:
[email protected] Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kemampuan IPA Terhadap Hasil Belajar Matematika … (65 – 80) Utu Rahim1 & Sitti Faranita2 (1&2 Dosen dan Alumni Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA-FKIP Universitas Halu Oleo, email:
[email protected]). Strategi Metakognisi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa … (81 – 88) Mustamin Anggo1, Mohammad Salam2, Suhar3 Yulsi Santri4 (1,2,3 & 4 Dosen dan Alumni Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP UHO, email:
[email protected]). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa SMP Melalui Pendekatan Pembelajaran Problem Posing … (89 – 98)
Lambertus1, Mustamin Anggo2, & Sulasri Suddin3
(1, 2 & 3 Dosen &Alumni Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP UHO email:
[email protected]) Model Diagnostik Kesulitan Belajar Siswa Berbasis Ujian Nasional … (99 – 110) Zamsir1 & Hasnawati2 (1&2 Dosen Matematika pada Jurusan PMIPA FKIP UHO email:
[email protected]) ii
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
JANUARI 2014
Model Diagnostik Kesulitan Belajar Siswa Berbasis Ujian Nasional Diagnostic Model Student Learning Disfficulties Exam-Based National
Zamsir1 & Hasnawati2 (1&2 Dosen Matematika pada Jurusan PMIPA FKIP UHO email:
[email protected]) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model diagnostik kesulitan belajar siswa berbasis ujian nasional. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Sampel uji coba produk terbatas terdiri dari 3 SMP Negeri dengan melibatkan 12 orang guru untuk pelaksanaan tindakan perbaikan di kelas. Berdasarkan hasil analisis data pada uji coba terbatas, disimpulkan bahwa: (1) model diagnostik kesulitan belajar siswa berbasis ujian nasional dinyatakan layak untuk diterapkan berdasarkan penilaian para ahli dan praktisi, (2) kompetensi dan indikator yang belum dikuasai oleh siswa pada ujian nasional bulan April 2013 tersebar merata pada semua mata pelajaran yang diujikan, dan (3) hasil analisis soal, menunjukkan bahwa soal-soal yang sukar paling banyak ditemukan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPA, diikuti Bahasa Inggris dan Matematika. Kata kunci: model, diagnostik, tes.
Abstrak: This study aims to find a model-based diagnostic test students' learning difficulties nationwide. This research is
a development. Limited sample test consists of 3 products SMP involving 12 teachers for remedial action implementation in the classroom . Based on the analysis of data on limited testing, it was concluded that (1) a model-based diagnostic trouble learning the national exam students declared eligible to apply based on the assessment of experts and practitioners, (2) competence and indicators that have not been mastered by students in national examinations month April 2013 spread evenly in all subjects tested, and (3) the results of item analysis, showed that the difficult problems most commonly found in Indonesian subjects and IPA, followed by English and mathematics. Keywords: model, diagnostics, tests. PENDAHULUAN Ujian nasional yang dilaksanakan pada bulan April 2013, hasilnya sudah diumumkan. Kegiatan rutin tersebut senantiasa menuntut pada semua pihak baik siswa, guru, sekolah, orang tua dan pejabat terkait pun turut mempersiapkan segala sesuatunya agar siswa dapat meraih nilai ujian yang tinggi serta memperoleh persentase kelulusan yang tinggi. Ujian nasional yang dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional, merupakan salah satu amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Anonim, 2003: 12), khususnya Bab XVI tentang evaluasi, dimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah memiliki kewajiban dalam melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Diharapkan, evaluasi tersebut dapat mengendalikan mutu
pendidikan secara nasional dan juga merupakan bentuk akuntabilitas pelaksanaan pendidikan kepada orang tua, masyarakat dan stake holder. Urgensi ujian nasional disamping untuk pengendalian mutu pendidikan, juga digunakan untuk pemetaan kualitas pendidikan disetiap daerah, sehingga hasil ujian nasional merupakan salah satu barometer keberhasilan pelaksanaan pendidikan di daerah. Semakin baik hasil ujian nasional disetiap daerah menunjukkan bahwa pendidikan di daerah sudah berjalan dengan baik dan berkualitas. Ujian nasional adalah sistem evaluasi terstandar, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh BSNP berdasarkan amanat Undang-Undang Republik Indonesia 101
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
Nomor 20 Tahun 2003. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan, sehingga evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan. Proses pemantauan evaluasi ini dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan yang pada akhirnya akan dapat membenahi mutu pendidikan. Upaya pembenahan mutu pendidikan dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dimulai dengan cara penentuan standar. Penentuan standar yang terus meningkat diharapkan akan mendorong peningkatan mutu pendidikan baik secara nasional maupun di setiap daerah. Penentuan satndar pendidikan yang dimaksud adalah penentuan nilai batas (cut off score) kelulusan hasil ujian. Seseorang dikatakan sudah lulus/kompeten bila telah melewati nilai batas tersebut berupa nilai batas antara siswa yang sudah menguasai kompetensi tertentu dengan siswa yang belum menguasai kompetensi tertentu. Bila hal itu terjadi pada ujian nasional atau sekolah maka nilai batas berfungsi untuk memisahkan antara siswa yang lulus dan tidak lulus yang disebut batas kelulusan. Salah satu bentuk kegiatan penentuan batas kelulusan biasa dikenal standard setting. Manfaat pengaturan dan penetapan standar ujian adalah diperolehnya batas kelulusan setiap mata pelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi minimum. Dengan adanya standar yang sama untuk setiap mata pelajaran sebagai standar minimum pencapaian kompetensi, maka pemantauan pencapaian mutu pendidikan secara masional menjadi mudah untuk dilakukan. Berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki hasil ujian nasional. Mulai dari penyediaan sarana dan prasarana pelaksanaan proses belajar mengajar yang baik dan siswa aktif
JANUARI 2014
untu belajar. Melakukan pendeteksian atau diagnostik kesulitan belajar kemudian dicari alternatif tindakan yang tepat untuk melaksanakan perbaikan. Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen (Muhibbin, 2002: 307), diagnosis dapat diartikan sebagai: (a) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms); (b) Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahankesalahan dan sebagainya yang esensial; dan (c) Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau faktafakta tentang suatu hal. Berdasarkan ketiga pengertian diagnosis di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya. Apabila kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar, maka disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis kesulitan belajar gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan dalam belajar diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang menyebabkannya, dan diupayakan jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut. Diagnosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Menurut Satterly (2006: 145), tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar siswa adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) Who are the pupils having trouble ?; (2) Where are the errors located ?; (3) Why are the errors occur ? (4) What are 100
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
remedies are suggested?, dan (5) How can errors be prevented ? Pendapat Satterly tersebut dapat dioperasionalisasikan dalam memecahkan masalah atau kesulitan belajar siswa dengan tahapan kegiatan, yaitu: (1) Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar; (2) Mengenali kesulitan belajar siswa melalui analisis perilaku; (3) Mengenali kesulitan belajar siswa melalui analisis prestasi belajar; (4) Melokalisasi letak kesulitan belajar; dan (5) Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar. Indentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan cara: pertama, menganalisis prestasi belajarnya. Dari segi prestasi belajar, siswa dinyatakan mengalami kesulitan apabila: (1) Nilai hasil belajarnya (Ulangan harian, Semester, Rapor, UN) yang bersangkutan lebih rendah dibanding nilai ratarata kelasnya; (2) Prestasi yang dicapai sekarang lebih rendah dari sebelumnya; dan (3) Prestasi yang dicapai berada di bawah kemampuan yang sebenarnya. Kedua, menganalisis perilaku yang berhubungan dengan proses belajar. Analisis perilaku terhadap siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan cara: Pertama, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku siswa lainnya yang berasal dari tingkat atau kelas yang sama; Kedua, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku yang diharapkan oleh lembaga pendidikan. Ketiga, menganalisis hubungan sosial. Intensitas interaksi sosial siswa dengan kelompoknya dapat diketahui dengan sosiometri. Dengan sosiometri dapat diketahui siswa yang terisolasi dari kelompoknya. Gejala tersebut merupakan salah satu indikator kesulitan belajar. Seorang guru sudah tentu seringkali menghadapi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini termanifestasikan dalam berbagai bentuk gejala tingkah laku. Gejala kesulitan belajar yang termanifestasikan dalam tingkah laku siswa itu merupakan akibat dari beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Untuk dapat memberikan bimbingan yang
JANUARI 2014
efektif terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut sudah tentu setiap pendidik (guru) memahami lebih dahulu faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar. Kesulitan belajar siswa yang dapat diamati melalui analisis perilaku diantaranya adalah cepat lambatnya menyelesaikan tugas, ketekunan dan kehadiran dalam mengikuti pelajaran, partisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok, dan kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosial. Guru dalam memberikan tugas atau tes selalu disertai batas waktu yang dapat membantu guru dalam menemukan kasus kesulitan belajar. Pelaksanaannya dengan mencatat waktu yang diperlukan siswa dalam menyelesaikan tugas, dari catatan ini diketahui siswa mana yang selalu cepat menyelesaikan, siswa yang tepat waktu dan siswa yang terlambat. Selanjutnya kita bandingkan lama keterlambatan dan frekuensi keterlambatan tersebut secara kelompok. Berkaitan dengan ketekunan dan kehadiran dalam mengikuti pelajaran, siswa yang tidak tekun atau selalu gelisah dalam mengikuti pelajaran, sering absen atau membolos dapat diduga bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan belajar. Pada mata pelajaran tertentu siswa dituntut kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta kemampuan mengajukan pendapat, penyanggahan dan segala kualifikasinya, kita akan memperoleh gambaran partisipasi siswa dalam kelompoknya dan menemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Kemampuan kerja sama dan penyesuaian sosial pada waktu mengikuti proses belajar mengajar merupakan hal yang penting. Oleh karena ada suatu mata pelajaran yang menuntut siswa untuk mampu bekerjasama dengan kelompok. Siswa yang tidak mampu kerjasama, tidak menerima dan tidak percaya pada temannya atau sekelompoknya diduga mengalami kesulitan belajar. Syamsuddin (2003: 65) memberikan ilustrasi tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan cara menghimpun dan menganalisis catatan-catatan hasil belajar serta menafsirkannya dengan cara tertentu. Dalam 101
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
menafsirkan data hasil belajar dapat menggunakan criterion reference yang biasa kita kenal dengan acuan patokan dan norm reference atau acuan norma. Apabila kita menggunakan criterion reference maka langkah-langkah yang harus ditempuh adalah: (1) Menetapkan angka minimal sebagai batas lulus (standar kelulusan); (2) Membandingkan nilai setiap siswa dengan nilai batas lulus yang telah ditetapkan; (3) Mencatat atau mengidentifikasi siswa yang memperoleh nilai di bawah nilai batas lulus sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar; dan (4) Menentukan prioritas bantuan. Prioritas bantuan didasarkan pada besarnya selisih nilai yang diperoleh siswa dengan nilai batas lulus. Siswa yang paling besar selisihnya harus memperoleh prioritas bantuan. Selanjutnya jika kita menggunakan norm reference, maka nilai prestasi rata-rata dijadikan ukuran pembanding bagi setiap nilai prestasi siswa secara individual. Adapun cara dan langkah yang ditempuh adalah: (1) Mencari atau menghitung nilai rata-rata atau kelompok; (2) Manandai siswa yang nilai prestasinya di bawah rata-rata prestasi kelas; dan (3) Menentukan prioritas bantuan. Khusus untuk mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu untuk menemukan dalam bidang studi apa siswa mengalami kesultan belajar dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai prestasi siswa dengan nilai rata-rata dari masing-masing bidang studi. Jika angka nilai prestasi siswa berada di bawah nilai rata-rata bidang studi maka siswa tersebut diduga mengalami kesulitan pada bidang studi tersebut. Setelah siswa yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menelaah atau melokalisasi letak kesulitan belajar dengan cara: (1) pada mata pelajaran apa yang bersangkutan mengalami kesulitan; (2) pada aspek tujuan pembelajaran yang mana kesulitan terjadi, (3) pada bagian (ruang lingkup) materi apa kesulitan terjadi, dan (4) pada segi-segi proses pembelajaran yang mana kesulitan terjadi. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar, pada tahap ini semua faktor
JANUARI 2014
yang diduga sebagai penyebab kesulitan belajar diusahakan untuk dapat diungkap. Tahap ini oleh para ahli dipandang sebagai tahap yang paling sulit, mengingat penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks, sehingga hal itu tidak dapat dipahami secara sempurna melainkan hanya dapat diperkirakan penyebab kesulitan belajar itu yang lebih dominan dari faktor-faktor lainnya (Hellen, 2002: 86). Teknik pengungkapan faktor penyebab kesulitan belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya: 1) observasi; 2) wawancara; 3) kuesioner; 4) skala sikap, 5) tes; dan 6) pemeriksaan secara medis apabila kesulitan itu berkaitan dengan salah satu unsur penyakit atau kelainan fisik dan psikologi. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami adanya beberapa manifestasi dari gejala kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Oleh karena itu, diharapkan para guru dapat memahami dan mengidentifikasi mana siswa yang mengalami kesulitan belajar dan mana pula yang tidak. Terdapat sejumlah langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh para guru sebagai upaya diagnosis terhadap kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Langkah-langkah tersebut antara lain: (1) melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mereka mengikuti pelajaran, (2) memeriksa pendengaran dan penglihatan siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar, (3) mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ikhwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar. Penelitian yang dilakukan ini mencoba untuk mengembangkan model diagnostik kesulitan belajar siswa berbasis ujian nasional sebagai informasi diagnosis untuk perbaikan proses pembelajaran di kelas, guna meningkatkan prestasi siswa ketika mengikuti ujian nasional tahun berikutnya. Model diagnostik yang dikembangkan ini, dapat mendeteksi dimana letak kesulitan siswa ketika menjawab soal-soal ujian nasonal, pada materimateri apa yang sulit dijawab serta pada materimateri apa yang belum atau sudah berhasil 102
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
dikuasai oleh siswa. Dengan penerapan model ini, maka data hasil ujian nasional dapat dipergunakan oleh guru untuk melakukan tindakan perbaikan proses pembelajaran di
JANUARI 2014
sekolah. Apabila hal ini dilakukan, diharapkan dapat meningkatkan prestasi atau nilai ujian siswa ketika mengikuti ujian nasional.
METODE Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan (Reserach and Develompment). Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada prosedur penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Brog & Gall (1989: 142) dan Plomp (1997: 98) namun tahapannya disesuaikan dengan tujuan dan kepentingan penelitian ini. Adapun tahapan penelitian pengembangan yang dilakukan, meliputi: (1) analisis kebutuhan dan pengumpulan informasi awal, (2) penyusunan model, (3) uji coba model, (4) evaluasi, (5) implementasi. dan (6) diseminasi. Sesuai dengan tahap pengembangan model yang dilakukan, maka uji coba dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu, ujicoba terbatas, dan ujicoba diperluas. Sampel untuk uji coba terbatas adalah hasil ujian nasional yang dilaksanakan pada bulan April 2013 khususnya pada jenjang SLTP. Sampel yang diambil berupa lembar jawaban siswa dan paket soal yang diujikan. Jumlah sampel lembar jawaban yang diambil sebanyak 1.200 lembar, sedangkan jumlah paket soal sebanyak 4 paket, yakni: Matematika, IPA, Bahasa Indosnesia, dan Bahasa Inggris. Selanjutnya, pengambilan sampel ujicoba untuk pelaksanaan tindakan perbaikan berdasarkan hasil diagnosis kesulitan belajar
sebanyak 3 (tiga) sekolah, yaitu: SMP Negeri 5, SMP Negeri 9, dan SMP Negeri 10. Setiap sekolah dipilih satu kelas, yakni kelas 3 (Kelas IX). Data yang terkumpul dalam penelitian ini ada 2 (dua) macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa respons penilai (validator) terhadap perangkat model yang dikembangkan dan hasil angket tentang penyebab kesulitan siswa dalam ujian nasional berdasarkan pendapat guru. Data kuantitatif berupa lembar jawaban siswa yang mengikuti ujian nasional pada bulan April 2013. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi, lembar penilaian, dan angket. Data yang diperoleh melalui hasil validasi model yang diperoleh melalui lembar penilaian, kuesioner (angket), dianalisis dalam format deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasilnya, disamping dipaparkan secara naratif juga disajikan dalam bentuk nilai rerata, persentase, dan tabel/grafik. Sebelum dilakukan validasi dengan menggunakan lembar penilaian terlebih dahulu dilakukan uji kesepakatan antar penilai (rater). Data kuantitatif berupa rekaman hasil jawaban siswa dianalisis dengan menggunakan software program BIGSTEPS.
HASIL Hasil Validasi Model: Model diagnostik kesulitan belajar siswa berbasis ujian nasional yang dikembangkan sebelum diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan validasi terhadap prosedur dan langkah-langkah yang ditempuh untuk melakukan diagnosis kesulitan belajar siswa. Validasi dilakukan oleh para ahli dan praktisi sesuai dengan kompetensi/keahliannya, yang terdiri dari 2 orang ahli pengukuran, 1 orang ahli kurikulum, 1 orang perwakilan
pengambil kebijakan timgkat diknas provinsi, dan 2 orang praktisi (kepala sekolah dan guru). Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh para ahli dan praktisi menunjukkan bahwa 83% penilai menyatakan prosedur dan langkahlangkah diagnostik kesulitan belajar siswa sangat layak digunakan untuk mendeteksi dimana letak kesulitan siswa ketika menjawab soal-soal ujian nasional. Kesulitan yang dimaksud adalah pada komptensi dan indikator mana yang soal-soalnya 103
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
sebagian besar siswa mengalami kesulitan/tidak memberikan jawaban yang benar. Prosedur dan langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar siswa serta tindakan perbaikan yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Menganalisis soal-soal ujian nasional dengan cara menentukan SK dan indikator mana yang diangkat jadi soal berdasarkan kisi-kisi UN, (2) Melakukan analisis butir soal untuk mengetahui parameter tingkat kesukaran soal, (3) Mengidentifikasi butir soal mana yang dianggap sulit berdasarkan langkah 2, kemudian memetakannya berdasarkan kisi-kisi UN, (4) Menyusun tindakan perbaikan terhadap KD dan indikator sesuai soal yang dianggap sulit dalam UN, (5) Melakukan pengetesan kepada siswa yang soal-soalnya dianggap sulit berdasarkan langkah 2, (6) Melakukan pembahasan terhadap materi soal yang dianggap sulit, (7) Menyusun soal yang sama dengan soal yang di UN untuk
JANUARI 2014
soal yang sulit dari indikator dan KD yang sama kemudian di teskan kepada siswa, (8) Menysun soal yang setara dengan soal yang di UN dari KD yang sama, tetapi pada indikator yang berbeda kemudian di teskan dan (9) Melakukan pengelompokan tingkat penguasaan siswa ke dalam level-level tertentu, mulai dari Level paling rendah (Level 1) hingga Level Tinggi (Level 4). Kompetensi dan Indikator yang belum Dikuasi Siswa: Berdasarkan hasil analisis butir soal tes ujian nasional ditemukan sejumlah kompetensi dan indikator yang diujikan belum dikuasai oleh siswa. Kompetensi yang belum dikuasi oleh siswa tersebar merata pada semua mata pelajaran yang diujikan, yaitu Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Adapun rincian kompetensi dan indikator yang belum dikuasai oleh siswa diuraikan berikut ini.
Tabel 1. Kompetensi dan Indikator yang Belum Dikuasai pada Mata Pelajaran Matematika No 1
2
3
Kompetensi Menggunakan konsep operasi hitung dan sifatsifat bilangan, perbandingan, bilangan berpangkat, bilangan akar, aritmetika sosial, barisan bilangan, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah Memahami operasi bentuk aljabar, konsep persamaan dan pertidak samaan linier, persamaan garis, himpunan, relasi, fungsi, sistem persamaan linier, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah Memahami sifat dan unsur bangun ruang, dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
Mata Pelajaran Matematika: Kompetensi dan indikator yang diujikan dan belum dikuasai oleh siswa pada mata pelajaran matematika dirangkum pada Tabel 1. Dari 3 (tiga) kompetensi yang diujikan, terdapat 6 (enam) indikator yang belum dikuasi oleh siswa. Soal-soal yang diujikan pada indikator tersebut dikategorikan termasuk sukar/sulit dan pada umumnya mengukur tingkat kemampuan pemahaman dan aplikasi. Materi soal ini 104
Indikator Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan barisan bilangan dan deret Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan persamaan linier Menentukan gradien, persamaan garis, atau grafiknya Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume bangun ruang Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan bangun ruang diajarkan pada pembelajaran di kelas VIII dan kelas IX. Mata Pelajaran IPA: Kompetensi dan indikator yang diujikan dan belum dikuasai oleh siswa pada mata pelajaran IPA dirangkum pada Tabel 2. Dari tiga kompetensi yang diujikan, terdapat 5 (lima) indikator yang belum dikuasi oleh siswa. Soal-soal yang diujikan pada indikator tersebut dikategorikan termasuk sukar/sulit dan pada umumnya mengukur
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
tingkat kemampuan pemahaman dan aplikasi. Materi soal ini diajarkan pada pembelajaran di
JANUARI 2014
kelas VIII dan kelas IX.
Tabel 2. Kompetensi dan Indikator yang Belum Dikuasai pada Mata Pelajaran IPA No 1
Kompetensi Menerapkan konsep zat dan kalor serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari
2
Memahami konsep kelistrikan dan kemagnetan serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
3
Menjelaskan sistem organ pada manusia
Indikator Menentukan besaran kalori dalam proses perubahan suhu atau penerapan perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari. Menentukan besaran-besaran listrik dinamis dalam suatu rangkaian (seri/paralel, Hukum Ohm atau Hukum Kirchoff) serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Menjelaskan peristiwa induksi elektromagnetik atau penerapnnya pada transformator Menjelaskan sistem pencernaan dan enzimenzim yang berperan pada proses pencernaan Menjelaskan sistem ekskresi dan reproduksi pada manusia dan penyakit yang berhubungan dengannya
Mata Pelajaran IPA: Kompetensi dan indikator yang diujikan dan belum dikuasai oleh siswa pada mata pelajaran IPA dirangkum pada Tabel 2. Dari tiga kompetensi yang diujikan, terdapat 5 (lima) indikator yang belum dikuasi oleh siswa. Soal-soal yang diujikan pada indikator tersebut dikategorikan termasuk sukar/sulit dan pada umumnya mengukur tingkat kemampuan pemahaman dan aplikasi. Materi soal ini diajarkan pada pembelajaran di kelas VIII dan kelas IX.
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia: Kompetensi dan indikator yang diujikan dan belum dikuasai oleh siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dirangkum pada Tabel 3. Dari dua kelompok kompetensi yang diujikan, terdapat 10 indikator yang belum dikuasi oleh siswa. Soal-soal yang diujikan pada indikator tersebut dikategorikan termasuk sukar/sulit dan pada umumnya mengukur tingkat kemampuan pemahaman dan aplikasi. Materi soal ini diajarkan pada pembelajaran di kelas VII, kelas VIII dan kelas IX.
Tabel 3. Kompetensi dan Indikator yang Belum Dikuasai Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia No 1
Kompetensi Membaca dan memahami berbagai teks nonsastra (biografi, artikel, berita, iklan, tabel/diagram, bagan, grafij, peta, denah), berbagai karta sastra (puisi, antologi puisi, cerpen, buku kumpulan cerpen, cerita anak, buku cerita anak, novel remaja, novel angkatan 20-30-an, dan drama) Bersambung:
105
Indikator Menentukan persamaan isi cerita Menyimpulkan isi pragraf Mengidentifikasi unsur intrinsik puisi Mengidentifikasi unsur intrinsik cerita pendek/ cerita anak
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
Sambungan Tabel 3. 2 Menulis dan menyunting teks nonsastra dengan menggunakan kosa kata yang bervariasi dan efektif dalam bentuk buku harian, surat pribadi, surat dinas, narasi dan pesan singkat, laporan, pengumuman, petunjuk, rangkuman, teks berita, slogan/poster, iklan, resensi dan karangan, surat pembaca, teks pidato, dan karya ilmiah; menulis teks sastra dalam bentuk puisi, pantun, dongeng, cerpen, dan drama.
JANUARI 2014
Menulislaporan/ pengumuman/resensi Menulis rangkuman Menulsi slogan sesuai konteks Menulis menyunting kalimat, ejaan/tanda baca, pilihan kata Melengkapi puisi Melelengkapi naskah drama
Mata Pelajaran Bahasa Inggris: Kompetensi dan indikator yang diujikan dan belum dikuasai oleh siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dirangkum pada Tabel 4. Dari dua kelompok kompetensi yang diujikan, terdapat lima indikator yang belum dikuasi oleh siswa. Soal-soal yang diujikan pada indikator tersebut dikategorikan termasuk sukar/sulit dan pada umumnya mengukur tingkat kemampuan pemahaman dan aplikasi. Materi soal ini diajarkan pada pembelajaran di kelas VII, kelas VIII dan kelas IX. Tabel 4. Kompetensi dan Indikator yang Belum Dikuasai pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris No 1
Kompetensi Reading (membaca) Memahami makna dalam wacana tertulis pendek baik teks fungsional maupun esai sederhana berbentuk deskriptif (descriptive, prosedure, maupun report) dan naratif (narrative dan recount) dalam konteks kehidupan sehari-hari.
2
Writting (menulsi) Menungkapkan makna secara tertulis teks fungsional pendek dan esai sederhana berbentuk deskriptif (descriptive, procedure, maupun report dan naratif (narrative dan recount) dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Indikator Menentukan gambaran umum/pikiran utama pragraf atau informasi tertentu/informasi rinci/informasi tersirat atau rujukan kata atau makna kata/frase atau tujuan komunikatif dalam teks fungsional pendek berbentuk coution/notice/warning, greeting card, letter/e-mail, short message, advertisement, announcement, invitation, schedule. Menentukan gambaran umum/pikiran utama pragraf atau informasi tertentu/informasi rinci/informasi tersirat atau rujukan kata atau makna kata/frase atau tujuan komunikatif dalam teks berbentuk descriptive Menentukan gambaran umum/pikiran utama pragraf atau informasi tertentu/informasi rinci/informasi tersirat atau rujukan kata atau makna kata/frase atau tujuan komunikatif dalam teks berbentuk narrative Menentukan kata yang tepat untuk melengkapi teks rumpang bentuk descriptive/prosedure sederhana Menentukan susunan kalimat yang tepat untuk membuat pragraf yang padu dan bermakna
Mata Pelajaran Bahasa Inggris: Kompetensi dan indikator yang diujikan dan belum dikuasai oleh siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dirangkum pada Tabel 4. Dari dua kelompok kompetensi yang diujikan, terdapat lima indikator yang belum dikuasi oleh siswa. Soal-soal yang diujikan pada indikator tersebut dikategorikan termasuk sukar/sulit dan
pada umumnya mengukur tingkat kemampuan pemahaman dan aplikasi. Materi soal ini diajarkan pada pembelajaran di kelas VII, kelas VIII dan kelas IX. Hasil Pelaksanaan Tindakan Perbaikan: Berdasarkan hasil analisis soal yang dilakukan ditemukan sejumlah butir soal yang memiliki parameter tingkat kesukaran butir termasuk soal-soal sukar. Soal106
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
soal yang sukar tersebar pada semua mata pelajaran yang diujikan. Hasil indentifikasi yang dilakukan ditemukan soal-soal yang termasuk kategori mudah, sedang dan sukar untuk semua mata pelajaran diujikan pada jenjang pendidikan SLTP dirangkum pada Tabel 5. Sampel varian soal diambil masing-masing satu naskah tes untuk keempat mata pelajaran yang diujikan, yaitu satu naskah tes untuk Matematika, satu naskah tes untuk IPA, satu naskah tes untuk Bahasa Indonesia, dan satu naskah tes untuk Bahasa Inggris. Tabel 5 memperlihatkan bahwa soal-soal yang sukar paling banyak ditemukan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia (34%) dan IPA (30%), diikuti Bahasa Inggris (16%) dan Matematika (10%). Proporsi soal-soal yang termsuk dalam kategori mudah, sedang, dan sukar untuk keempat mata pelajaran tersebut masing-masing adalah 0,2: 0,4: 0,4 untuk Bahasa
JANUARI 2014
Indonesia. Untuk Bahasa Inggris adalah :0,5: 0,4: 0,1. Untuk Matematika adalah: 0,4: 0,5: 0,1. Untuk IPA adalah: 0,2: 0,5: 0,3. Terlihat bahwa dari keempat mata pelajaran yang diujikan menunjukkan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonsesia memiliki proporsi soal-soal yang sukar menempati urutan yang paling banyak. Berdasarkan hasil tindakan perbaikan yang dilakukan terhadap semua mata pelajaran yang diujikan, penguasaan siswa terhadap hasil tes yang dilakukan kemudian dikelompokkan dalam tiga kategori level penguasaan siswa, yaitu penguasaan pada Level 1, Level 2, Level 3, da Level 4. Level 1 menunjukkan bahwa materi tes yang diberikan belum sepenuhnya dikuasai oleh siswa (penguasaannya kurang dari 65%), Level 2 menunjukkan penguasaannya baru mencapai 65 – 75 %, Level 3 menunjukkan penguasaannya hanya 75 – 85 %, dan Level 4 menunjukkan penguasaan sudah mencapai di atas 85 %.
Tabel 5. Hasil Identifikasi Soal Menurut Kategori Tingkat Kesukaran Soal Mudah, Sedang dan Sukar pada Mata Pelajaran yang Diujikan No
1 2 3 4
Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika IPA
Kategori Tingkat Kesukaran Soal
Mudah 11 23 16 10
Sedang 22 19 20 18
Sukar 17 8 4 12
Jumlah
50 50 40 40
Pendapat Guru tentang Penyebab Kesulitan Siswa Guna melengkapi informasi tentang penyebab kesulitan siswa dalam menjawab soalsoal ujian nasional, kepada guru diberikan daftar pertanyaan yang berisi kemungkinan penyebab itu berasal dari perilaku pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Guru yang dimintai pendapatnya berjumlah 24 orang, terdiri dari 6 orang guru Matematika, 6 orang guru IPA, 6 orang guru Bahasa Indonesia, dan 6 orang guru Bahasa Inggris. Hasil analisis angket untuk guru disajikan pada Tabel 6. Berdasarfkan hasil angket ditemukan bahwa pada umumnya guru berpendapat
Hasil pelaksanaan tindakan perbaikan diperoleh penguasaan siswa yang dicapai pada mata pelajaran Matematika mayoritas pada Level 3. Mata pelajaran IPA mayoritas pada Level 3, Bahasa Indonesia pada Level 2, dan Bahasa Inggris pada Level 2. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih perlu diberi pembelajaran yang lebih instensif agar mampu menguasai dengan baik materi-materi yang diujikan dalam ujian nasional (UN 2013), baik pada kompetensi atau indikator yang sama dengan yang diujikan, maupun pada kompetensi yang sama tetapi untuk indikator yang berbeda serta pada kompetensi dan indikator yang berbeda. 107
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
penyebab kesulitan siswa menjawab benar soalsoal ujian nasional adalah: (1) varian soal yang terlalu banyak, yaitu ada sekitar 20 varian untuk setiap mata pelajaran yang diujikan; (2) masih
JANUARI 2014
terdapat sejumlah KD/ indikator/materi yang belum selesai sepenuhnya diajarkan, dan (3) siswa belum terbiasa menjawab model soal yang diujikan pada ujian nasional.
Tabel 6. Hasil Angket Pendapat Guru tentang Penyebab Kesulitan Siswa Menjawab Soal-soal Ujian Nasional Tahun 2013 Tingkat SLTP No
Aspek penyebab kesulitan
Jumlah
1 2 3 4 5 6
Materi belum selesai seluruhnya/tuntas diajarkan Ketersediaan sarana pendukung KBM Materi sulit dipahami siswa Varian soal yang lebih banyak Siswa belum terbiasa menjawab model soal yang diujikan Siswa dalam tray out lebih banyak berlatih trik menjawab soal daripada berusaha belajar/menguasai konsep materi Soal diphoto copy (kurang jelas)
20 8 13 22 18 12
Persentase (%) 83,33 33,33 54,17 91,67 79,17 50,00
10
41,67
7
PEMBAHASAN Hasil penelitian ini berupa model diagnostik kesulitan belajar siswa berbasis ujian nasional. Model ini sudah dinyatakan layak untuk digunakansebagai salah satu model diagnostik untuk melakukan perbaikan dan peningkatan pencapaian ujian nasional di sekolah. Hal ini ditunjukkan oleh hasil validasi ahli dan praktisi serta hasil pencapaian ujicoba model secara terbatas di tiga sekolah, yakin di SMP Negeri 5 Kendari, SMP Negeri 9 Kendari dan SMP Negeri 10 Kendari. Dalam pelaksanaan ujicoba terbatas, meliputi ujicoba pendeteksian materi-materi yang sulit yang tercermin dalam setiap butir soal pada setiap mata pelajaran yang diujikan menunjukkan bahwa masih ditemukan sejumlah soal-soal yang termasuk sukar bagi siswa. Hal ini ditnjukkan oleh soal-soal yang sukar tersebut sebagian besar siswa belum mampu memberikan jawaban yang benar. Kesulitan ini disebabkan oleh materi soal yang sulit, model soal yang belum terbiasa ditemui/dilatihkan kepada siswa, dan
terdapatnya materi yang diujikan ternyata belum sepenuhnya selesai diajarkan. Disamping itu, adanya varian soal yang banyak memungkinkan siswa memperoleh perlakuan yang tidak sama dalam menerima materi pertanyaan dalam soal. Meskipun diakui bahwa prinsip kesetaraan telah dipenuhi oleh soal-soal yang diujikan itu. Upaya tindakan perbaikan yang dilakukan ternyata belum juga maksimal, hal ini ditunjukkan oleh pencapaian kemampuan siswa untuk ke empat mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional baru mencapai pada Level 1 hingga Level 3. Temuan ini memberi inidikasi bahwa perbaikan pembelajaran masih harus dilakukan oleh guru/sekolah secara lebih intensif dan berkelanjutan. Kegiatan perbaikan yang akan dilakukan bukan hanya pada latihan penyelesaian soal, tetapi yang lebih diutamakan adalah pemahaman konsep-konsep yang prinsip dalam setiap materi/pokok/sub pokok bahasan.
108
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data hasil ujicoba terbatas yang diperoleh dari hasil kegiatan penelitian ini, diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Hasil validasi model menunjukkan bahwa model diagnostik kesulitan belajar siswa berbasis ujian nasional layak digunakan. 2. Kompetensi dan indikator yang belum dikuasai oleh siswa pada ujian nasional pada bulan April 2013 tersebar merata pada semua mata pelajaran yang diujikan. 3. Hasil analisis soal, menunjukkan bahwa soalsoal yang sukar paling banyak ditemukan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia (34%) dan IPA (30%), diikuti Bahasa Inggris (16%) dan Matematika (10%). 4. Hasil pelaksanaan tindakan perbaikan diperoleh penguasaan yang dicapai siswa pada mata pelajaran Matematika mayoritas
JANUARI 2014
pada Level 3. Mata pelajaran IPA mayoritas pada Level 2. Mata pelajaran Bahasa Indonesia pada Level 2, dan Bahasa Inggris pada Level 2. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih perlu pembelajaran yang lebih instensif agar mampu menguasai dengan baik maatari-matari yang diujikan dalam UN, baik pada kompetensi atau indikator yang sama dengan yang diujikan pada UN, maupun pada kompetensi yang sama tetapi untuk indikator yang berbeda serta pada kompetensi dan indikator yang berbeda. 5. Mayoritas guru berpendapat bahwa penyebab kesulitan belajar siswa pada waktu mengikuti ujian terutama pada tiga aspek, yaitu: (1) materi belum tuntas diajarkan, (2) materi sulit dipahami oleh siswa, dan (3) siswa belum terbiasa menjawab model soal yang diujikan.
Saran Ujicoba terbatas baru dilaksanakan pada 3 SMP Negeri, sehingga hasil yang diperoleh belum maksimal, khususnya pada pelaksanaan tindakan perbaikan. Oleh karena itu, disarankan
untuk penyempurnaan hasil penerapan model dapat dilaksanakan sekurang-kurang sebanyak 10 SMP dan sampel yang diambil bukan hanya SMP Negeri tetapi juga SMP Swasta.
DAFTAR RUJUKAN Asmawi Zainul. 2004. Alternative assessment: Applied approach mengajar di perguruan tinggi. (Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka). Borg, W.R. & Gall, M.D. 1989. Educational research: An introduction. (New York: Longman). Delvi Nurbawanti, P. 2010. Upaya sekolah untuk meningkatkan hasil ujian nasional sebagai salah satu penentu kelulusan siswa di SMA Negeri 1 Kota Mojokerto. Diambil pada tanggal 9 Maret 2013 dari: http://library.um.ac.id Anonim. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta: Depdiknas).
Hellen, A. 2002. Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Ciputat Press) Kusairi. 2012. Menggunakan model DINA dalam pengembangan tes diagnostik untuk mendeteksi salah konsepsi. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 1, 281-306 Muhibbin, S. 2002. Psikologi Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya) O’Malley, M.J., & Pierce, L.V.1996. Authentic assessment for english language learners. Practical approach for teachers. (New York: AddisonWesley Publishing Company). Padmadewi. 2005. Asesmen berbasis kompetensi: Aplikasinya dalam pembelajaran keterampilan berbicara. 109
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 38(3), 455472. Popham, J.W. 1995. Classroom assessment what teachers need to know. (Boston: Allyn and Bacon). Satterly, D. 2006. Assessment in school. (Oxford, England: Basil Balckwell Publisher). Syamsuddin, A. 2003. Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya) Padmadewi. (2005). Asesmen berbasis kompetensi: Aplikasinya dalam
JANUARI 2014
pembelajaran keterampilan berbicara. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 38(3), 455472. Popham, J.W. 1995. Classroom assessment what teachers need to know. (Boston: Allyn and Bacon). Zamsir. 2012. Model tes dan analisis prestasi belajar matematika siswa sekolah dasar. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 2, 593-612
110
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
JANUARI 2014
INDEKS JULI 2013 Anwar Bey & Asriani Penerapan Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Materi SPLDV halaman (223 – 236) Azhar Pengembangan Instrumen Penilaian Komptetensi Pedagogik Guru Mata Pelajaran Fisika pada SMA/MA. halaman (127 – 138) H. Faad Maonde Kesenjangan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Model Pembelajaran Kooperatif, Penguasaan Bahasa, dan IPA. halaman (101 – 126) Kadir Tiya Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa SMPN halaman (177 – 190) La Ode Ahmad Jazuli & Fitrah Helviana Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Model Pembelajaran Kooperatif dan Kemampuan bahasa Indonesia. halaman (191 – 210) Latief Sahidin & Dini Jamil Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Persepsi Siswa Tentang Cara Mengajar Guru Terhadap Hasil Belajar Matematika halaman (211 – 222) Suhar & Muh. Syarwa Sangilai Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Model Pembelajaran Kooperatif dan Penguasaan Bahasa Indonesia halaman (139 – 158) Utu Rahim & Musfira Anwar Kualitas Tes UN Paket 27 2010/2011 dan C38 2011/2012 Matenatika SLTP Se Kota Kendari. halaman (159 – 176)
111
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
VOLUME 5 NOMOR 1
JANUARI 2014
INDEKS JANUARI 2014 H. Faad Maonde Kesenjangan Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Pembelajaran Kooperatif, Kemampuan Bahasa dan IPA … (01 – 26) Baso Intang Sappaile Pengaruh Umpan Balik Hasil Tes Formatif Terhadap Hasil Belajar Matematika … (27 – 36) Muhammad Sudia Profil Metakognisi Siswa SMP Dalam Memecahkan Masalah Terbuka Ditinjau Dari Perbedaan Gender … (37 – 50). Kadir Penggunaan Konteks dan Pengetahuan Awal Matematika dalam Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa. ... (51 – 64) Utu Rahim1 & Sitti Faranita2 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Kemampuan IPA Terhadap Hasil Belajar Matematika … (65 – 80) Mustamin Anggo1, Mohammad Salam2, Suhar3 Yulsi Santri4 Strategi Metakognisi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa … (81 – 88)
Lambertus1, Mustamin Anggo2, & Sulasri Suddin3
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa SMP Melalui Pendekatan Pembelajaran Problem Posing … (89 – 98) Zamsir1 & Hasnawati2 Model Diagnostik Kesulitan Belajar Siswa Berbasis Ujian Nasional … (99 – 110)
111