JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS
MEMINIMALISIR PERILAKU EKSPRESI MARAH DENGAN METODE BERCERITA PADA ANAK AUTIS DI SDLB KANIGORO KERAS KEDIRI
Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa
Oleh: RENI KUSUMANINGSIH NIM: 08010044043
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
2014
MEMINIMALISIR PERILAKU EKSPRESI MARAH DENGAN METODE BERCERITA PADA ANAK AUTIS DI SDLB KANIGORO KERAS KEDIRI Reni Kusumaningsih (08010044043) dan Dr. Hj. Asri Wijiastuti, M.Pd (PLB-FIP UNESA, e-mail:
[email protected] )
Abstract; Children with autism get the problem in the development process in some aspects, such as they tend to have emotional anger problem compared with common children. The observation conducted at 5 ᵀᴴ 2014 shows that a child gets the emotional problems. He / she tends to be angry easily, such as beating, crying, running out of class, and tearing the books or paper around him / her in the learning process. Besides thet, this child often runs in and out ofthe classroom.he / she also often throw the papers given by the teacher , but he / she likes the storytelling. This research aims to analyze the effect of storytelling method for anger expression development of children with autism at Kanigoro primary school for special need children Kras Kediri. This research isan experimental research by using Single Subject Research , reserval design, an A-B design. The result form the research is the range of anger expression in the baseline phase ( A ) 5-3 shows the variable or istanbility, the range of anger expression in the intervention phase ( B ) 10-5 is improved. It shows the positive change. The overlap presentation is 0 %. Basedon what has been explained, it can be concluded thet the anger expression of children with autism can be better or decreased. Based in the result of the research , the story telling by using pictures of calendar can minimize the anger expression of the children’s with autism at Kanigoro primary school for children with autism Kras Kediri. Keywords
: Storytelling, anger expression
PENDAHULUAN Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan dalam beberapa aspek diantaranya anak autis cenderung memiliki gangguan emosional dibandingkan anak pada umumnya. Aspek emosi dalam kehidupan terkait dengan aspek psikologi, emosi adalah sebagai komponen utama dalam kehidupan, apabila aspek emosinya terganggu maka terganggu pula aspek kehidupan lainnya. Salah satu cara menangani gangguan emosi anak yaitu dengan memberikan cerita bergambar yang bertujuan untuk mengoptimalkan emosi pada anak (Mashar, 5:2011). Pembelajaran dengan menggunakan cerita bergambar merupakan suatu cara untuk mempermudahkan proses pembelajaran pada anak dengan melihat gambar,mendengarkan cerita serta anak dapat berimajinasi tentang ilustrasi cerita tersebut. Metode bercerita adalah suatu metode yang diterapkan pada anak yang pada proses pembelajaran lebih suka dengan ilustrasi cerita seperti cerita anak. Metode ini merupakan salah
satu alternatif pembelajaran yang membuat anak untuk berimajinasi Fakta di lapangan menunjukkan bahwa seorang anak yang bersekolah di Sekolah Dasar Luar Biasa Kanigoro di Kabupaten Kediri merupakan siswa autis yang mengalami gangguan emosi, anak selalu menunjukkan penolakan dan menunjukkan ekspresi marah pada saat diajak untuk belajar anak selalu tidak merespon perintah guru, apabilaanak ini sudah menunjukkan ekspresi marah maka guru dan teman – temannya selalu dipukul ,hal ini sering terjadi pada saat proses pembalajaran berlangsung. sehingga perlu penanganan khusus terhadap anak melalui metode yang dapat meminimalisir emosi atau ekspresi marah pada dirinya yaitu dengan menggunakan metode bercerita. Melalui metode bercerita dengan menggunakan media kalender bergambar anak diajak melihat gambar, mendengarkan cerita dan anak diajak untuk berimajinasi terhadap cerita bergambar yang disampaikan oleh guru. Metode bercerita bergambar ini adalah suatu cara yang
menarik dan kreatif dalam pembelajaran sehingga dapat menciptakan suasana yang interaktif dan menyenangkan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh metode bercerita terhadap ekspresi anak autis. Metode bercerita merupakan salah satu metode yang sesuai digunakan untuk membina kecakapan berbahasa dan bercerita serta dapat menarik minat dan perhatian seorang siswa. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar anak-anak dengan menambahkan cerita secara lisan. Cerita yang membawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak. Bentuk cerita disusun secara menarik dengan menggunakan kalender bergambar. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah metode bercerita dapat meminimalisir perilaku ekspresi marah anak autis di SDLB Kanigoro Keras Kediri ? “ dengan tujuan pengkajian untuk untuk meminimalisir emosi atau ekspresi marah anak autis di sekolah luar biasa dengan menggunakan metode bercerita di SDLB Kanigoro Kras Kediri.
setiap pertemuan dilaksanakan selama 5 menit. Subjek penelitian adalah satu orang anak autis kelas III yang berusia 9 tahun di SDLB Kanigoro Kras Kediri dengan gangguan emosional. Penelitian ini menggunakan desain subjek tunggal (single subject reseearch). Desain subjek tunggal dalam penelitian ini menekankan pada kategori desain reversal dengan desain A-B. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui kegiatan observasi. Observasi fase baseline (A) dilakukan untuk memperoleh data tentang kemampuan awal aktivitas berbicara subjek pada kondisi baseline (A). Observasi fase intervensi (B) dilakukan untuk memperoleh data tentang aktivitas berbicara subjek pada kondisi intervensi (B). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis visual dalam kondisi dan analisis visual antar kondisi. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari perolehan data pada fase baseline (A) dan fase intervensi (B) yang dilakukan dalam observasi partisipan selama 23 pertemuan dapat disajikan tabel sebagai berikut:
METODE Penelitian dilaksanakan di SDLB Kanigoro Kras Kediri. Waktu penelitian dilaksanakan pada 3 Februari 2014 sampai 5 Maret 2014. Pemberian intervensi melalui metode bercerita dilaksanakan selama 14 kali pertemuan, Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Pengukuran Aktivitas Berbicara pada Fase Baseline (A) dan Fase Intervensi (B) Baseline (A) Kontrol ekspresi marah ( memukul, menangis, menyobek Pertemuan kertas, berlari keluar kelas ) 1 3 2 3 3 3 4 4 5 5 6 4 7 4 8 4 9 4 Intervensi (B) Kontrol ekspresi marah ( memukul, menangis, menyobek Pertemuan kertas, berlari keluar kelas ) 10 8 11 8 12 8 13 8 14 9
15 16 17 18 19 20 21 22 23
9 9 8 9 8 9 10 9 10
Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis visual dalam kondisi dan analisis visual antar kondisi. Berikut hasil rekapitulasi analisis visual dalam kondisi dan analisis visual antar kondisi Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Analisis Visual dalam Kondisi No Kondisi A/1 B/1 1 Panjang kondisi 9 14 2 Estimasi kecenderungan arah (=) (+) 3 Kecenderungan stabilitas Variabel Stabil (tidak stabil) 85,71% 44,44% 4 Estimasi jejak data (=) (+) 5 Level stabilitas dan rentang Variabel Stabil (tidak stabil) (8-10) (3-5) 6 Level perubahan (4-3) (10-8) +1 +2 Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Visual antar Kondisi No Perbandingan Kondisi 1 Jumlah variabel yang diubah 2 Perbandingan kecenderungan arah dan efeknya 3 4 5
Perubahan kecenderungan stabilitas Perubahan level
Persentase overlap Hasil analisis data di atas menunjukkan bahwa pada analisis visual dalam kondisi, panjang kondisi untuk masing-masing fase adalah 9 pertemuan fase baseline (A) dan 14 pertemuan fase intervensi (B). kecenderungan stabilitas untuk masing-masing fase adalah fase baseline (A) menunjukkan hasil yang variabel atau tidak stabil dengan persentase 44,4%, sedangkan fase intervensi (B) menunjukkan hasil yang stabil dengan persentase 85,71%.Estimasi kecenderungan arah pada fase baseline arah trendnya mendatar sehingga dikatakan perubahan datanya sama dengan, sedangkan pada fase intervensi arah trednnya menaik sehingga dikatakan perubahan datanya ke arah positif. Kecenderungan stabilitas pada fase baselne dikatakan tidak stabil atau
B1/A1 1 (=) (+) Variabel ke stabil (10-4) +6 0% variabel karena hanya memmperoleh persentase stabilitas sebesar 44,44% , sedangkan pada fase intervensi stabil karena memperoleh persentase stabilitas sebesar 85,71%. Estimasi jejak data hasilnya sama dengan estimasi kecenderungan arah diatas. Level stablitias dan rentang pada fase baselie datanya variabel atau tidak stabil dengen rentang 3-5, sedangkan datnya stabil dengan rentang 8-10. level perubahan pada fase baseline +1walaupun grafiknya mendatar dan pada fase intervensi +2 menunjukan makna membaik dan grafiknya juga masuk. Sedangkan hasil analisis visual antar kondisinya adalah jumlah variabel yang diubah dalam penelitian ini adalah 1 yaitu kontrol perilaku
ekspresi marah anak autis. Perubahan kecenderungan arah fase baseline (A) ke fase intervensi (B) adalah mendatar sehingga dikatakan perubahan datanya ke arah positif. Perubaham kecenderungan stabilitas fase baseline (A) ke fase intervensi (B) adalah variabel ke stabil. Perubahan level antara fase baseline (A) dengan fase intervensi (B) menunjukkan (+) ditinjau dari rentang data point yang berarti membaik. Persentase data overlap menunjukkan 0%, hal ini menunjukkan intervensi berpengaruh terhadap target behavior (perilaku ekspresi marah anak autis). Dalam penelitian ini menunjukkan adanya perubahan rentang kontrol perilaku ekspresi marah anak autis. Metode bercerita sebagai intervensi mengindikasikan pengaruh yang meningkat secara signifikan terhadap perubahan target behavior. Hal ini dibuktikan bahwa pada penelitian ini, diketahui bahwa RN merupakan anak autis yang mengalami gangguan perkembangan dalam mengontrol ekpresi marah. Pada fase baseline (A) Rn menunjukkan perilaku suka melompat,memukul, perhatian yang sangat singkat dan keluar kelas. Sehingga proses pemmbelajarannya tidak berlangsung lama. Pada fase intervensi ( B ) perilaku suka memukul dan melompat sudah berkurang. Hal ini terjadi karena ekspresi marah berkurang dengan diberikannya
cerita dalam bentuk media kalender bergambar, RN lebih menunjukkan sikap tertarik dengan mendengarkan cerita. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis visual dalam kondisi dan analisis visual antar kondisi maka dapat disimpulkan bahwa perilaku ekspresi marah anak autis setelah diintervensi melalui metode bercerita mengalami peningkatan dalam mengontrol lebih baik dari yang sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa metode bercerita berpengaruh terhadap meminimalisir perilaku ekspresi marah anak autis. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: (a)Guru mengembangkan metode bercerita dengan menggunakan kalender bergambar agar anak dapat meminimalisir perilaku ekspresi marah dan tidak bosan bisa fokus pada pelajaran. (b)Peran yang sang penting adalah keluarga dalam mengontrol emosi dan ekspresi marah anak seperti memukul temannya, hendaknya dibimbing dengan memberikan cerita bergambar yang menarik seperti kalender bergambar sehingga dapat merangsang anak dalam pembelajaran di rumah.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta. Bachri, S Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prosedurnya. Jakarta: Depdikbud. Brazelton, T.Berry dan D.Sparrow, Joshua. 2005. Mengontrol Emosi Anak. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer. Chaplin , CP.1993. Dictionary Psychologist Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta : Raja Grafindo Persada Danuatmaja, Bonny. 2003. Terapi Anak Autis Di Rumah.Jakarta: Puspa Swara. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar, serta Model Silabus Ketrampilan SDLB. Jakarta : Direktorat Pembinaan Luar Biasa, Direktorat Jendral Menajamen Pendidikan Dasar dan Menengah. Dhieni, Nurbiana dkk. 2006. Metode Pengembanga Bahasa.. Jakarta : Universitas Terbuka. Handoyo. 2006. Autisme. Jakarta : Gramedia Pustaka. Iin Magdalena. 2009. Mengenal Anak-anak dengan Gangguan Komunikasi dan Bahasa (online) (http://www.rumahautis.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=40&Itemid=52), diakses 3 Desember 2013.
Lisa. 2008. Meningkatkan kemampuan anak autis melalui media kartu gambar(online).(http://www.rumahautis.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=40&Ite mid=52), diakses 28 November 2009. Sunanto, Juang. Takeuci, Koji. Nakata, Hideo. 2005. Pengantar Penelitian dengan Subjek Tunggal. Tsukuba : CRICED University of Tsukuba Japan. Tim Penyusun. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi Universitas Negeri Surabaya. Surabaya : Unesa University Press. Mashar, Riana. 2011. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta : Kencana. Rachmawati, Yeni. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak – Kanak. Jakarta : Kencana. Ramli, Ermy. 2006. “Keefektipan penerapan teknik bercerita dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia Siswa kelas VI SDI Lipukassi Kabupaten Baru” skripsi. Makassar FBS UNM. Veskarisyanti, A. Galih. 2008. 12 Terapi Autis Paling Efektif dan Hemat untuk Autisma Hyperaktif dan Retardasi Mental. Jakarta: Pustaka Anggrek.