JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 73
Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar Peningkatan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Pada Peserta Didik Kelas Xi IPA4 SMA Negeri 16 Makassar Drs. Mahir SMA Negeri 16 Makassar
Abstrak - Berhasilnya tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh peserta didik. Seorang guru dituntut untuk teliti dalam memilih dan menerapkan metode mengajar. Dalam pembelajaran Fisika, hendaknya tidak lagi berpusat pada guru, melainkan harus lebih bepusat kepada peserta didik. Tugas guru dalam pembelajaran bukan hanya memindahkan informasi pengetahuan dari buku atau dari guru ke peserta didik dan tugas peserta didik adalah menerima, mengingat dan menghafal materi pelajaran tersebut. Hal ini menyebabkan peserta didik kurang berperan sehingga akhirnya nilai yang diraih pun kurang dari yang diharapkan. Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut untuk mengatasi kesulitan peserta didik dalam memahami dan menguasai pelajaran Fisika guna meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus, yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads Together (NHT). Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA4 SMA Negeri 16 Makassar sebanyak 30 orang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Faktor peserta didik yang diselidiki dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik dan aktivitas belajar peserta didik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar Fisika peserta didik kelas XI IPA 4 SMA Negeri 16 Makassar hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah peserta didik dalam hal ketuntasan belajar dimana pada siklus I 16,7% dari 30 yang berada dalam kategori tuntas dan pada siklus II meningkat menjadi 86,7% dari 30 orang peserta didik yang berada kategori tuntas. Begitupun juga pada aktivitas belajar peserta didik meningkat dari siklus I ke siklus II dari setiap komponen yang diamati pada lembar observasi. Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Untuk itu guru Fisika sekolah dapat menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Abstract – The success of the goals of education depends on how the learning process experienced by learners. A teacher is required to be careful in selecting and implementing methods of teaching. In physics learning, should no longer centered on the teacher, but must be based proxies to learners. The task of the teacher in learning not only moving information and knowledge from books or from teachers to learners and learners task is receiving, remembering and memorizing the subject matter. This causes learners lesser role so that finally the value achieved was less than expected. One of the alternative solutions to overcome the difficulties learners in understanding and mastering of physics in order to improve the learning outcomes of students is the type cooperative learning Numbered Heads Together (NHT). This type of research is the Classroom Action Research (Classroom Action Research) is conducted in two cycles, which aims to improve student learning outcomes through the implementation of cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT). The subjects were students of class XI SMA Negeri 16 Makassar IPA4 as many as 30 people, consisting of 13 men and 17 women. Factors learners were investigated in this research is the study of students and learning activities of students.
JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 74 These results indicate that an increase in Physics learning outcomes of students of class XI SMA Negeri 16 Makassar IPA4 this can be seen from the increasing number of students in terms of mastery learning which 16.7% in the first cycle of the 30 that are in the category of complete and on the cycle II increased to 86.7% from 30 students who were complete category. Likewise on the activities of learners increased from the first cycle to the second cycle of each component observed in the observation sheet. Based on the findings, it was concluded that the implementation of cooperative learning model Numbered Heads Together (NHT) can improve learning outcomes of students. For that school physics teacher can apply Cooperative Learning Model Type Numbered Heads Together (NHT) as one alternative to improve the learning outcomes of students. Key words: Cooperative Learning Model Type Numbered Heads Together (NHT), Learning Outcomes and Learning Activities
I.
akan terbawa ke dalam arus keingintahuan, di
PENDAHULUAN Dalam kenyataannya keaktifan peserta
didik
masih
rendah.
Berkaitan
dengan
masalah tersebut, setelah peneliti melakukan observasi pembelajaran fisika yang terjadi di kelas ditemukan permasalahan antara lain: 1). Masih
banyak
peserta
didik
yang
menganggap fisika adalah pelajaran yang sulit, membosankan, dan cenderung dihindari. 2). Masih banyak peserta didik yang tidak mengusai perhitungan
dasar matematika
misalnya perubahan satuan, sehingga untuk mengerjakan sola fisika juga sangat susah untuk mereka selesaikan. 3) peserta didik kurang aktif bertanya kepada guru tentang materi yang disampaikan. 4) peserta didik tidak
terlalu
pembelajaran
serius yang
dalam
mengikuti
diindikasikan
dari
banyaknya peserta didik yang berinteraksi bukan untuk membahas tentang pelajaran yang dipelajari tapi hanya untuk bermain antar sesame rekannya, mondar mandir di dalam dan di luar kelas untuk menemui rekannya
atau alas an lain yang tidak
akan
menumbuhkan
motivasi
belajarnya. Motivasi yang tinggi dalam belajar fisika jelas akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir dan prestasi belajarnya. Materi pelajaran akan lebih lama diingat, karena dalam menyelesaikan masalahnya peserta
didik
mencari
referensi
dan
menemukan cara penyelesaiannya sendiri. Dalam hal ini peserta didik bukanlah pihaka yang
harus
disalahkan.
Sebenarnya
pendidiklah yang melakukan refleksi atas proses
belajar
dilaksanakan
mengajar
sehingga
yang
sudah
indikator-indikator
rendahnya skor peserta didik dapat dianalisis dan ditindak lanjuti dalam bentuk tindakan perbaikan dalam proses pembelajaran. Atas dugaan di atas berdasarkan hasil pengamatan, maka peneliti sepakat untuk menawarkan suatu tindakan alternatif untuk mengatasi untuk mengatasi masalah yang ada berupa penerapan model pembelajaran lain yang lebih mengutamakan keaktifan peserta didik dan memberi kesempatan peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara
diketahuai pendidik. Berawal dari masalah
mana
yang belum
diketahui cara penyelesaiannya, peserta didik
maksimal.
Model
pembelajaran
yang
JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 75
dimaksud adalah model pemebelajaran kooperatif.
terkadang peserta didik saling berharap
Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari
model pembelajaran kooperatif yang lain
suatu
yang
pintar. Dalam pembelajaran kooperatif tipe
menekankan berpikir dan latihan bertindak
STAD misalnya, peserta didik hanya disuruh
demokratis,
pembelajaran
bekerja
kooperatif,
dan
dalam
tradisi
aktif,
menghormati
masyarakat
pelaksanaannya
pendidikan
kepada teman kelompok lain yang lebih
perilaku perbedaan
multibudaya.
pembelajaran
Dalam
kooperatif
dalam
kelompok
pertanggungjawabannya
secara
dan
kelompok
pula. Peserta didik kurang aktif dalam kelompok.
dapat merubah peran guru dari peran terpusat
Berdasarkan latar belakang yang telah
pada guru ke peran pengelola aktivitas
diuraikan di atas, maka dilakukan Penelitian
kelompok kecil. Sehingga dengan demikian
Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan
peran guru yang selama ini monoton akan
Hasil
berkurang dan peserta didik akan semakin
Pembelajaran Kooperatif
terlatih
Heads Together Pada Peserta Didik Kelas XI
untuk
menyelesaikan
berbagai
permasalahan, bahkan permasalahan yang
Belajar
Fisika
Melalui
Model
Tipe Numbered
IPA4 SMA Negeri 16 Makassar”.
dianggap sulit sekalipun. Beberapa peneliti yang terdahulu yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif
menyimpulkan
II.
LANDASAN TEORI Model pembelajaran
Together
tipe
bahwa model pembelajaran tersebut dengan
Numbered
beberapa tipe telah memberikan masukan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibrahim
yang berarti bagi sekolah, guru dan terutama
dkk. (2000) adalah suatu pendekatan yang
peserta didik dalam meningkatkan prestasi.
dikembangkan oleh Spencer Kangen untuk
Olehnya itu lebih lanjut guru bersama peneliti
melibatkan lebih banyak peserta didik dalam
ingin melihat pembelajaran kooperatif melalui
menelah materi yang tercakup dalam suatu
pendekatan struktural tipe Numbered Heads
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
Together (NHT).
terhadap isi pelajaran tersebut. Teknik ini
Dalam proses pembelajaran kooperatif
Heads
kooperatif
(NHT),
memberikan kesempatan kepada peserta didik
tipe NHT. Peserta didik aktif bekerja dalam
untuk
kelompok. Mereka bertanggungjawab penuh
mempertimbangkan jawaban yang paling
terhadap soal yang diberikan. Misalnya
tepat. Selain itu teknik ini juga mendorong
peserta didik yang bernomor urut 2 dalam
siwsa atau meningkatkan semangat kerja
kelompoknya mempertanggungjawabkan soal
mereka.
nomor 2 dan seterusnya. Walaupun pada saat persentase
mereka
bisa
ditunjuk
untuk
mengerjakan nomor lain. Sedangkan pada
saling
memberikan
ide-ide
dan
Menurut Lie (2002), teknik Numbered Heads
Together
(NHT)
memudahkan
pembagian tugas. Dengan teknik ini, peserta
JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 76
didik belajar melaksanakan tanggung
berupa kata-kata pujian pada peserta didik
jawab pribadinya dalam saling keterkaitan
dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada
dengan rekan-rekan sekelompoknya. Teknik
kelompok yang hasil belajarnya lebih baik.
ini bisa digunakan dalam semua mata
Langkah-langkah model pembelajaran
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia
Numbered Heads Together apabila dikaji
anak didik..
dengan baik, maka akan memberikan peluang
Spencer Kangen (dalam Ibrahim dkk. 2000),
menerapkan
kepada peserta didik untuk mengembangkan
langkah-langkah
kemampuan
tipe Numbered
keterampilan
pembelajaran kooperatif
menerapakan berkomunikasi,
Heads Together (NHT) sebagai berikut:
keterampilan
Langkah -1: Penomoran (Numbering). Guru
mengajukan pertanyaan.
membagi peserta didik kedalam kelompok
konsep,
berdiskusi
Menurut
Ependi
dan
peserta
(2008),
didik,
adapun
beranggotakan 3 – 5 orang dan keapada setiap
kelebihan
anggota kelompok diberi nomor antara 1 – 5.
pembelajaran kooperatif tipe Number Heads
Langkah
Together (NHT) sebagai berikut:
-2:
(Questioning).
Mengajukan Guru
pertanyaan
mengajukan
sebuah
dan
kelemahan
dari
model
Kelebihan
pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan
a.
Setiap peserta didik menjadi siap
dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat
b.
Dapat
spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
Peserta
pendapatnya
didik
terhadap
c.
Peserta
menyatukan
jawaban
mengetahui jawaban itu.
mengacungkan
yang
nomornya
tangannya dan
yang
pandai
dapat
Kelemahan a.
memanggil suatu nomor tertentu, kemudian
didik
pandai
Kemungkinan
Langkah -4: Menjawab (Aswering). Guru
didik
dengan
mengajari peserta didik yang kurang
dan
menyakinkan setiap anggota dalam timnya
peserta
diskusi
sungguh-sungguh
Langakah -3: Berpikir bersama (Heads together).
melakukan
nomor
yang
sudah
dipanggil, dipanggil lagi oleh guru b.
Tidak
sesuai,
semua
anggota
kelompok
dipanggil oleh guru
mencoba
untuk menjawab pertanyaan seluruh kelas. Langkah -5: Memberi kesimpulan. Guru
III.
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan
memberikan kesimpulan atau jawaban akhir
kelas
dari semua pertanyaan yang berhubungan
dilakukan berupa proses pengkajian bersiklus
dengan materi yang disajikan.
yang terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan,
Langkah 6: Memberikan penghargaan. Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan
(classroom
action
research)
yang
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 16 Makassar dengan subyek penelitian
JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 77
peserta didik kelas XI IPA4 dengan
kooperatif
jumlah peserta didik 30 Orang, yang terdiri dari 16 perempuan dan 14 laki-laki pada
tipe
Numbered
Heads
Together (NHT). 2. Faktor proses belajar, yaitu melihat
tahun ajaran 2015/2016.
aktivitas peserta didik dalam proses
Secara operasional variabel yang dikaji
belajar mengajar dengan menerapkan
dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
model
pembelajaran
koopeatif
berikut:
Number Heads Together (NHT).
tipe
a. Hasil belajar peserta didik diperoleh dari
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
tes hasil belajar fisika peserta didik pada
Action Research) atau PTK diawali dengan
setiap
siklus.
langsung
terhadap
mengajar
Pengamatan
secara
refleksi awal yang dilakukan oleh peneliti
proses
belajar
dengan cara melakukan observasi pada
dengan
peserta didik kelas XI untuk mengenali dan
dilakukan
menggunakan lembar observasi.
mengetahui kondisi awal serta mencari
b. Pembelajaran kooperatif tipe Number
masalah yang ada pada tempat yang akan
Heads Together (NHT) adalah jenis
dijadikan objek penelitian. Secara umum
pembelajaran kooperatif dimana peserta
penelitian tindakan kelas memiliki desain
didik dibagi ke dalam kelompok yang
dengan empat langkah utama, yaitu rencana
terdiri dari 6 orang dan setiap anggota
tindakan,
kelompok tersebut diberi nomor masing-
observasi/evaluasi dan refleksi.
masing
sesuai
jumlah
pelaksanaan
tindakan,
anggota
Desain PTK merupakan proses perbaikan
kelompok, lalu peserta didik berfikir
atas kelemahan-kelemahan yang diperoleh
bersama
pada siklus awal kemudian diterapkan pada
dalam
kelompok
dan
meyakinkan setiap anggota kelompok
siklus
mengetahui jawaban
tim, selanjutnya
peningkatan aktivitas dan hasil dari indikator
memanggil
tertentu
yang diamati dari siklus sebelumnya.
nomor
menjawab pertanyaan
untuk
berikutnya
hingga
mendapatkan
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
tersebut untuk
seluruh kelas.
(PTK) ini direncanakan 2 siklus yaitu siklus I
Faktor-faktor yang menjadi perhatian
dan siklus II. Antara siklus I dan siklus II
untuk diselidiki adalah:
merupakan rangakaian kegiatan yang saling
1. Faktor hasil, nilai yang didapatkan oleh
berkaitan dalam arti pelaksanaan siklus II
peserta didik melalui tes hasil belajar
merupakan kelanjutan dari perbaikan siklus I.
fisika untuk setiap siklus dalam bentuk
Siklus I Siklus I berlangsung selama dua minggu
essai, yang diberikan setelah mengikuti proses
balajar
menggunakan
mengajar
dengan
model pembelajaran
dengan 4 kali pertemuan (8 jam pelajaran), yang pelaksanaannya meliputi : 1.
Tahap Perencanaan
JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 78
a. Melakukan
observasi
kesekolah/mengidentifikasi
dan
prosedur
pelaksanaan
pengajaran,
dan
menganalisis masalah yang terdapat
menginformasikan tujuan pembelajaran yang
disekolah.
akan dicapai,serta meminta peserta didik
b. Menelaah kurikulum fisika kelas XI semester
ganjil
dengan
melihat
untuk menyiapkan literatur mengenai materi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
standar kompotensi dan kompetensi
diberikan.
dasar
Pertemuan I
untuk
menetukan
materi
yang diajarkan. c. Membuat
Pada tahap ini melaksanakan rencana
silabus
berdasarkan
kompetensi dasar materi yang akan diajarkan. Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
didik
di
kelas
untuk
pelaksaanaan tindakan dengan model pembelajaran
kooperatif
tipe
Numbered Heads Together (NHT) f. Membuat kisi-kisi penulisan soal g. Membuat
tabel
spesifikasi
untuk
penyusunan tes evaluasi
yang
telah
direncaakan yaitu:
LKS dan tes hasil belajar beserta jawaban
untuk
melakukan
evaluasi pada siklus I.
b. Guru menyampaikan materi pelajaran secara singkat. c. Guru membagi peserta didik dalam bebarapa kelompok secara heterogen dan
setiap
anggota
kelompok
beranggotakan 5 orang. d. Guru memberikan nomor urut kepada
nomor urut 1 sampai 5. e. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok dan menyuruh peserta didik mengerjakan soal yang ada pada
Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan
peserta didik dan memnyampaikan
anggota setiap kelompok mulai dari
h. Membuat instrumen penelitian berupa
kunci
pembelajaran
tujuan pelajaran yang akan dicapai.
e. Membuat lembar observasi aktivitas peserta
pelaksanaan
a. Guru memberikan motivasi kepada
d. Membuat
2.
Heads Together (NHT). Memberitahukan
LKS awal,
yakni
dengan
mendiskusikan
jawabannya terlebih dahulu dengan
memberitahukan kepada peserta didik bahwa
seluruh
pelajaran fisika materi hokum Hook dan
terjadi kesulitan disarankan untuk
elastisitas yang akan dilaksanakan minggu
meminta bantuan dalam kelompoknya
depan, peserta didik akan belajar materi
terutama kepada anggota kelompok
pelajaran
yang berkemampuan tinggi sebelum
dengan
memberdayakan
kemampuan mereka sendiri. Pengajaran yang akan
dilaksanakan
pembelajaran
itu
kooperatif
bernama tipe
model
Numbered
anggota
kelompok.
Jika
meminta bantuan kepada guru. f. Selama
proses
kerja
kelompok
berlansung, setiap kelompok tetap
JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 79
g. diawasi dan diberi bimbingan secara
memiliki nilai yang rendah. Selanjutnya
langsung kepada kelompok yang
kelompok yang memiliki skor tertinggi akan
mengalami
dan
diumumkan dan memberikan penghargaan
yang
kepada setiap anggota kelompok dan untuk
dilaksanakan dengan menggunakan
kegiatan selanjutnya dilakukan sebagaimana
lembar observasi atau pengamatan.
yang dilakukan pada sisklus I.
kesulitan
mengobservasi
h. Kelompok
tindakan
memutuskan
jawaban
3.
Tahap observasi dan evaluasi
yang dianggap paling benar dan
Tahap observasi dan evaluasi dilakukan
memastikan setiap anggota kelompok
dengan menggunanakan bantuan 2 orang
mengetahui jawaban tersebut.
observer yang mana setiap observer akan
i. Guru memanggil salah satu nomor dalam
kelompok
mengawasi 2 kelompok dimana tugas dari
untuk
observer adalah mengisi lembar observasi
mepersentasekan jawaban LKSnya.
yang memuat ganbaran aktivitas peserta didik
Nomor yang dipanggil dari setiap
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
kelompok berdasarkan hasil undian.
4.
Selanjutnya,
lain
Refleksi ini dilakukan pada akhir siklus
menanggapi jawaban yang diajukkan
I. Data aktivitas dan hasil tes hasil yang
kelompok tersebut.
diperoleh pada siklus I yang dilaksanakan
j. Guru
kelompok
Refleksi
meminta
siswa
untuk
menyimpulkan materi pelajaran.
sebanyak 4 kali pertemuan akan dijadikan pedoman bagi peneliti untuk merencanakan
k. Guru memberikan skor terhadap hasil
siklus II.
laporan setiap anggota kelompok dan
Siklus II
memberikan
penghargaan
kepada
Siklus II merupakan kelanjutan dari
setiap anggota kelompok dengan
siklus I. Langkah-langkah yang dilakukan
persentase terbaik.
pada
Pertemuan II Awal pembelajaran untuk pertemuan ke
siklus
II
relatif
sama
dengan
perencanaan dan pelaksanaan siklus I dengan mengadakan
beberapa
perbaikan
atau
II diawali dengan dengan membagikan
penambahan sesuai dengan kenyataan yang
lembar kegiatan peserta didik (LKS) yang
ditemukaan di lapanagan berdasarkan dari
telah diberikan; dimana pada LKS masing-
refleksi yang dilakukan pada siklus I dengan
masing kelompok ditambahkan catatan baik
mangadakan perbaiakan atas kekuranagn
itu berupa perbaikan atas jawaban yang
yang terjadi pada siklus I. Pelaksanaan
dianggap kurang tepat, pemberian penguatan
tinadakan
memberikan penguatan kepada kelompok
menjelaskan
yang memiliki nilai yang bagus ataupun
sebelumnya. Tahap observasi dan evaluasi
pemberian motivasi untuk peserta didik yang
pada siklus II dilakukan setelah pertemuam
sendiri lanjutan
dilakukan materi
dengan pelajarean
JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 80
III dan IV selesai dan setelah itu kembali
yang diobservasi adalah kegiatan
dilakukan refleksi untuk melihat sejauh mana
peserta
perubahan hasil belajar dari siklus I ke siklus
pembelajaran
II
model pembelajaran kooperatif tipe
sebagai
akibat
penerapan
model
pembelajaran koopertif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang diberikan. Selain itu,
didik
dalam dengan
peroses penerapan
Numbered Heads Together (NHT). 2.
Data mengenai hasil penerapan
catatan dari para observer mengenai proese
model pembelajaran kooperatif tipe
penelitian juga diperhatikan.
Numbered Heads Together (NHT)
Instrumen Penelitian
diperoleh dari tes hasil belajar setiap
Adapun instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:
akhir siklus. Teknik Analisis Data
1. LKS dan tes hasil belajar dalam bentuk essai
Pengelolaan data pada penelitian ini dilakukan
setelah
terkumpulnya
data,
2. Lembar observasi untuk mengukur
selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan
aktivitas peserta didik dalam proses
kualitatif. Untuk analisis secara kuantitatif
belajar mengajar
digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-
Teknik Pengumpulan Data
rata yang diperoleh dari hasil tes tiap siklus
a.
Sumber Data
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
Sumber data penelitian ini adalah peserta
pengguasaan materi melalui penggambaran
didik kelas XI SMA Negeri 16 Makassar
karakteristik distribusi nilai pencapaian hasil
Jenis Data
belajar biologi peserta didik yang diajar
a.
Data kualitatif dari hasil observasi
dengan menggunakan model pembelajaran
aktivitas belajar.
kooperatif tipe Numbered Heads Together
Data kuantitatif berupa hasil belajar.
(NHT), pedoman pengkategorian menurut
b.
b. c.
Cara Pengambilan Data
Arikunto (2005), sebagai berikut.
1.
Tabel
Data tentang aktivitas pembelajaran selama tindakan dilakukan, diambil dengan
menggunakan
lembar
observasi. Pada proses pengisian
1.
Kategori Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Daya Serap Kategori Ketuntasan Peserta didik Belajar 0 – 69 Tidak tuntas 70 -100 Tuntas
lembar observasi, semua indikator dari
aktivitas
yang
diamati
Untuk
analisis
kualitatif
dilakukan
tercantum didalamnya. Jika peserta
dengan melihat hasil observasi selama proses
didik melakukan setiap aktivitas
belajar mengajar dari tiap siklus. Dari
yamg menjadi tolak ukur, maka ia
aktifitas peserta didik dalam
akan memperoleh tanda checklist
Dengan menggunakan lembar observasi yang
() pada lembar observasi. Keadaan
dilakukan oleh observator.
kelompok.
JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 81
Berdasarkan analisis terhadap skor hasil
Indikator Keberhasilan Berikut ini adalah kriteria-kriteria untuk
belajar peserta didik yang diperoleh setelah
mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian
mengikuti proses belajar mengajar dengan
tujuan dalam penelitian :
menggunakan model pembelajaran kooperatif
a) Ketuntasan belajar peserta didik secara perorangan minimal mencapai skor 70. b) Ketuntasan
belajar
secara
tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran Fisika di SMA Negeri 16
klasikal
Makassar kelas XI IPA4 selama 5 kali
minimal mencapai 70% dari jumlah
pertemuan dan 1 kali pertemuan untuk
peserta didik dengan skor minimal 70.
evaluasi hasil belajar pada siklus I, begitupun juga pada siklus II.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Tes Hasil belajar Fisika Berdasarkan hasil belajar yang dilakukan
A. Hasil Penelitian Hasil belajar Peserta didik Siklus I dan II
pada siklus I dan II diperoleh
ketuntasan
hasil belajar sebagai sebagai berikut. Tabel 2. Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Fisika Pada Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) > 70 Tuntas 5 16,7 26 86,7 < 70 Tidak tuntas 25 83,3 4 13,3 Jumlah 30 100 30 100 Distribusi ketuntasan hasil belajar Fisika
orang dengan persentase 86,7 % berada pada
tersebut memperlihatkan bahwa dari 30 orang
kategori tuntas.
peserta didik yang mengikuti tes hasil belajar,
Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik
pada siklus I terdapat 25 orang dengan
Aktivitas peserta didik diamati dengan
persentase 83,3% yang tidak tuntas, dan 5
menggunakan lembar observasi aktivitas
orang dengan persentase 16,7% yang tuntas.
peserta didik yang dilakukan oleh 1 observer
Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan
untuk mencatat aktivitas peserta didik selama
ketuntasan
yaitu
proses belajar mengajar berlangsung. Hasil
terdapat 4 orang dengan pesentase 13,3%
observasi aktivitas peserta didik dapat dilihat
berada pada kategori tidak tuntas dan
pada tabel berikut.
belajar
peserta
didik
26
JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 82
Tabel 3. Distribusi Jumlah Peserta didik hasil Observasi Aktivitas Peserta didik pada Siklus I dan siklus II Siklus I Siklus II No Aktivitas yang diamati Persentase Persentase Rata-rata Rata-rata (%) (%) 1. Menyimak pengarahan guru 28 93,3 29 96,7 2. Kerjasama setiap anggota 18 60 27 90 3. kelompok 4 13,3 10 33,3 Mengajukan pertanyaan 4. Menjawab pertanyaan 8 26,7 8 26,7 5. Mengajukan tanggapan 5 16,7 8 26,7 6. Meminta bimbingan guru 11 36,7 18 60 7. Perilaku yang tidak relevan dengan PBM: 6 20 7 23,3 a. Membicarakan hal yang 1 3,3 0 0 tidak berhubungan dengan materi. b. Keluar masuk kelas b)
Hasil Refleksi Peserta didik a.
Hasil Refleksi pada Siklus I
Pada siklus I, khususnya pada awal
Beberapa
peserta
berusaha
menguasai
kerja
umumnya
kelompoknya,
tanggapan
atau
pembelajaran
kurang respon
yang
memberikan
terhadap digunakan,
model
tugasnya
sama
dengan
teman
dan
proses
mengkomunikasikan tugas diskusi
dan
berdasarkan hasil observasi, yakni kurangnya
hanya
sendiri dan tidak memperhatikan
pertemuan terlihat sikap peserta didik pada masih
didik
masih kurang. c)
Kondisi Proses Belajar Mengajar
kerja sama setiap anggota kelompok dan
(PBM) masih ribut, karena adanya
kurangnya perhatian serius peserta didik
beberapa
dalam menanggapi materi. Berdasarkan hasil
mengganggu kelompok lain.
pemantauan dan evaluasi, adapun masalahmasalah
yang
dihadapi
adalah
d)
sebagai
kegiatan
diskusi
berikut. a)
Pada
peserta
didik
yang
persentase
kelompok,
hasil
masih
ada
peserta didik yang tidak percaya diri Beberapa peserta didik masih belum
tampil
maksimal menerima perencanaan
mewakili
pembelajaran kooperatif tipe NHT
masing.
sehingga
pada
proses
belajar
e)
di
Beberapa
depan
kelas
kelompoknya
peserta
didik
untuk masing-
keluar
mengajar berlangsung sikap peserta
masuk kelas tanpa izin dari guru.
didik masih kaku, bingung dan
Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa
masih
sulit
beradaptasi
teman kelompoknya.
dengan
perlu merancang dan melakukan tindakan baru untuk mencari jalan keluar dari masalah
JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 83
tersebut. Tindakan baru yang telah
pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk
dirancang oleh peneliti selanjutnya. Akan
siklus II ini tidak mengalami kesulitan lagi.
diaplikasikan pada siklus II, dan diharapkan
Kebiasaan peserta didik selama siklus I dalam
dapat
kegiatan kelompok pada siklus II semakin
mengalami
peningkatan
baik,
peningkatan dalam hal hasil belajar peserta
meningkat,
didik maupun peningkatan dalam hal aktivitas
adalah sikap penerimaan peserta didik untuk
peserta didik selama proses belajar mengajar
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT.
berlangsung.
Peserta didik tidak mengalami kekakuan lagi
b.
Hasil Refleksi Pada Siklus II
selama proses belajar mengajar berlangsung.
Setelah merefleksi hasil pelaksanaan
Adaptasi dan kerja sama antara anggota
siklus I, maka diperoleh rancangan atau
kelompok masing-masing pun lancar, dan
gambaran tindakan yang akan dilaksanakan
mengalami
pada siklus II ini, sebagai perbaikan dari
sebelumnya, sehingga penyelesaian LKS
tindakan siklus sebelumnya. Hal ini dapat
setiap kelompok dan pemahaman peserta
terlihat bahwa tindakan yang dilaksanakan
didik terhadap materi pelajaran semakin
secara umum masih belum sesuai dengan
meningkat. Usaha peserta didik untuk saling
yang diharapkan. Adapun tindakan yang
menghargai perbedaan dan usaha saling
dilaksanakan pada siklus II ini adalah
mengisi kekurangan kelompoknya adalah
memberikan pengarahan dan pengenalan
salah satu faktor yang memperlancar proses
kembali tentang model pembelajaran tipe
pembelajaran.
Numbered
Heads
Together
melakukan
pengontrolan
(NHT),
peningkatan
yang
peningkatan
dimaksud
dari
siklus
Secara umum seluruh kegiatan pada
kepada
setiap
saat
diskusi
peningkatan dibanding siklus sebelumnya.
kelompok, sehingga peserta didik lebih serius
Hal ini terlihat dari aktivitas belajar peserta
selama proses pembelajaran dan bekerja sama
didik yang mengalami peningkatan dalam hal
dengan
menyimak pengarahan guru, kerja sama setiap
kelompok
terutama
anggota
kesempatan
pada
kelompoknya,
kepada
peserta
memberi
didik
yang
siklus
II
dapat
dikatakan
anggota kelompok, mengajukan pertanyaan,
mempunyai keamapuan yang lebih dari
menjawab
anggota kelompoknya untuk berbagi dan
memberikan tanggapan.
mengarahkan
B.
teman
kelompoknya,
lebih
sering mengerjakan soal-soal latihan pada saat materi berlangsung. Sehingga pada siklus II ini, didapatkan
pertanyaan,
mengajukan
dan
Pembahasan Hasil
penelitian
yang
diperoleh
menunjukkan adanya peningkatan
hasil
belajar peserta didik kelas XI IPA4 yang
perubahan keaktifan dan kemandirian peserta
diajar
didik. Hal tersebut terlihat pada kondisi
pembelajaran
peserta didik yang pada awal penerapan
mengalami
dengan
menggunakan kooperatif
tipe
model NHT.
JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 84
Pernyataan ini didukung dari hasil
pengkategorikan
Ketuntasan Minimal (KKM) maka dari
dilakukan sebagai refleksi pada siklus I antara
30 peserta didik yang mengikuti tes siklus I,
lain: Memberikan pengarahan dan pengenalan
sebanyak 25 peserta didik yang termasuk
kembali tentang model pembelajaran tipe
kategori tidak tuntas dengan rentang skor 0
Numbered Heads Together (NHT), guru
hingga 69 atau 83,3%. Peserta didik yang
menjelaskan materi pokok secara lebih rinci
termasuk dalam kategori tuntas dengan
dan memberikan motivasi yang lebih kepada
rentang skor 70 hingga 100 sebanyak 5
peserta didik, utamanya kepada para tutor
peserta didik atau 16,7%. Sedangkan pada
agar dapat membimbing teman mereka yang
siklus II dari 30 peserta didik yang mengikuti
mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal,
tes siklus II sebanyak 4 peserta didik yang
, lebih sering mengerjakan soal-soal latihan
termasuk kategori tidak tuntas atau sebesar
pada saat materi berlangsung. Pada siklus II
13,3%. Peserta didik yang termasuk dalam
peserta didik sudah mulai
kategori tuntas
dengan materi pelajaran sehingga hal ini akan
atau
sebesar
indikator
sebanyak 26 peserta didik 86,7%.
Kembali
keberhasilan
dapat
melihat dikatakan
penelitian ini berhasil dimana dari jumalah
berdasarkan
Kriteria
berkonsentrasi
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Berdasarkan hasil analisis data di atas,
keseluruhan peserta didik yang ada di kelas
maka
XI IPA4 terdapat 86,7% peserta didik berada
adanya peningkatan hasil belajar fisika
dalam kategori tuntas (dikatakan tuntas
peserta didik kelas XI IPA4 SMA Negeri 16
apabila apabila 70% dari jumlah peserta didik
Makassar. Secara umum peningkatan ini
memperoleh nilai minimal 70). Ini sesuai
terjadi karena peserta didik sudah mulai
yang dikatakan Wiraatmadja (2006), bahwa
termotivasi dengan diterapkannya model
siklus dapat diakhiri apabila apa yang
pembelajaran tipe NHT, muncul rasa ingin
direncanakan sudah berjalan sebagaimana
tahu mengenai materi yang dibahas oleh guru
diharapkan dan data yang ditampilkan dapat
dan timbulnya rasa percaya diri pada peserta
diamati,
dalam
didik. Bertanya pada teman sebaya (tutor)
pembelajaran sudah stabil, sehingga peneliti
akan lebih memudahkan peserta didik yang
tidak lagi melanjutkan ke siklus III. Selain itu
secara akademik kurang, mudah memahami
terjadi peningkatan hasil belajar dari Siklus I
suatu konsep karena dia menggunakan bahasa
ke siklus II ini terjadi karena peserta didik
yang lebih sederhana.
sudah
serta
merasa
kondisi
terbiasa
kelas
dengan
hasil
penelitian
ini
menunjukkan
model
Hasil observasi aktivitas belajar peserta
pembelajaran NHT, serta kesalahan-kesalahan
didik selama proses pembelajaran kooperatif
yang dilakukan oleh guru pada siklus I dari
tipe NHT, menunjukkan bahwa rata-rata
hasil refleksi siklus I sedapat mungkin
persentase aktivitas peserta didik mengalami
diperbaiki di siklus II. Adapun tindakan yang
peningkatan pada pelaksanaan tindakan siklus
JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 85
II. Adapun peningkatan yang dimaksud peserta didik dalam
adalah
meningkatnya
semangat
belajar
proses belajar
kelas mengalami perubahan yaitu pada siklus
mengajar. Hal ini ditandai dengan semakin
I sebanyak 3,3% menurun menjadi 0% pada
banyaknya peserta didik yang memperhatikan
siklus II.
dan menyimak pengarahan guru maupun
Peningkatan aktivitas peserta didik dari
peserta didik yang mempersentasekan hasil
siklus I ke siklus II disebabkan pada
diskusi kelompoknya. Peningkatan aktivitas
pembelajaran
belajar peserta didik kategori menyimak
membentuk peserta didik belajar keterampilan
pengarahan guru pada siklus I sebanyak
sosial
93,3% dan pada siklus II sebanyak 96,7%.
memahami
Jumlah peserta didik yang mengajukan
meningkatkan prestasi kelompok. Juga usaha
pertanyaan,
menjawab
pertanyaan,
peserta
mengajukan
tanggapan
pun
dan
kooperatif
untuk
saling dan
didik
tipe
mengenal, kerjasama
untuk
NHT
saling dalam
mengungkapkan
mengalami
gagasannya ataupun informasi antar mereka.
peningkatan, yaitu kategori yang mengajukan
Hal ini sejalan dengan pendapat Kauchak dan
pertanyaan pada siklus I sebesar 13,3%
Eggen dalam Khaeruddin (2005), bahwa
menjadi 33,3% pada siklus II, kategori yang
dalam pembelajaran kooperatif, peserta didik
menjawab pertanyaan pada siklus I sebanyak
bekerja sama dalam suatu kelompok, mereka
26,7% tetap 26,7% pada siklus II dan kategori
saling membantu untuk mempelajari suatu
yang mengajukan tanggapan pada siklus I
materi akademik dan keterampilan antar
sebanyak 26,7% menjadi 26,7% pada siklus
pribadi
II.
bertanggung jawab atas ketuntasan tugasAktivitas belajar peserta didik kategori
kerjasama setiap anggota kelompok dalam
anggota-anggota
kelompok
tugas kelompok dan untuk mempelajari materi itu sendiri.
mengerjakan Lembar Kerja Peserta didik
Selain
itu,
pembelajaran
dengan
(LKS) mengalami peningkatan yaitu dari
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
siklus I sebanyak 60% dan siklus II sebanyak
NHT ini, dapat menciptakan keberhasilan
90%, begitu pula keberanian dan tanggung
individu yang dipengaruhi oleh keberhasilan
jawab peserta didik. Timbulnya kesadaran
kelompoknya. Karena dalam metode ini
pada diri peserta didik yang ditandai dengan
setiap individu saling tergantung satu sama
berkurangnya perilaku yang tidak relevan
lain
dengan Proses Belajar Mengajar peserta didik
pembelajaran
seperti
tidak
pengetahuan antara anggota kelompoknya.
pelajaran
Model pembelajaran kooperatif dengan tipe
mengalami perubahan, yaitu pada siklus I
NHT ini, memberi kesempatan bagi peserta
sebanyak 20% menurun menjadi 6,7% pada
didik untuk saling membagikan ide-ide dan
membicarakan
berhubungan
dengan
hal
yang
materi
siklus I. Demikian pula kategori keluar masuk
untuk
mencapai dengan
suatu cara
tujuan berbagai
JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 86
mempertimbangkan jawaban-jawaban yang
paling
tepat,
dan
mendorong
untuk
meningkatkan semangat kerjasama setiap anggota kelompok (Lie, 2002).
B.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian
pembahasan
informasi
bahwa
di
atas,
diperoleh
penggunaan
model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
Saran Saran yang dapat penulis kemukakan
sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Guru
dapat
menerapkan
model
meningkatkan hasil belajar fisika peserta
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
didik
Heads Together (NHT) sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan proses
V.
PENUTUP
pembelajaran
di
sekolah
untuk
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas
A. Simpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
siswa.
pembahasan yang telah dikemukakan, maka
2. Dalam
memilih
model
pembelajaran
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
sebaiknya lebih berpusat kepada siswa
1.
Melalui model pembelajaran kooperatif
sehingga dapat lebih memotivasi siswa
tipe Numbered Heads Together (NHT)
dalam belajar yang pada akhirnya dapat
hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA4
meningkatkan
SMA Negeri 16 Makassar meningkat
tersebut.
hasil
belajar
siswa
dari siklus I ke siklus II. Begitupun dari segi ketuntasan hasil belajar sudah mencapai 70% dari jumlah siswa dengan skor minimal 70. 2.
Aktifitas
belajar
diterapkannya
siswa
model
kooperatif
tipe
Together
(NHT)
selama
pembelajaran
Numbered dalam
Heads proses
pembelajaran fisika pada siswa kelas XI IPA4
SMA
menunjukkan
Negeri adanya
16
Makassar peningkatan
disetiap indikator yang diamati dari siklus I ke siklus II pada lembar observasi.
PUSTAKA [1] Aksara.Sahabuddin. 2003. Mengajar dan Belajar: Dua Aspek dari Suatu Proses yang Disebut Pendidikan. Makassar: Badan Penerbit UNM [2] Arikunto, Arikunto. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. [3] Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi [4] Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya University Press. [5] Ismail, 2002. Model-model Pembelajaran. Jakarta : Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dirjen Dikdasmen Depdiknas. [6] Kamalia Dalle, 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Makassaar. Skripsi, FMIPA UNM
JPF | Volume 4 | Nomor 1 | ISSN: 2302-8939 | 87
[7] Natsir, M. 2004. Strategi Pembelajaran Fisika. Makassar: UNM. [8] Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
[9] Syambasri, Munaf. 2001. Evaluasi Pendidikan Fisika, Bandung: Jica.