Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240
IMPLEMENTASI MODEL SETS (SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY SOCIETY) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI 13 PALU Yulyana Darmini, Kamaluddin dan Hendrik A. Lamba
[email protected]
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu - Sulawesi Tengah Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada konsep Listrik Dinamis. Subyek penelitian melibatkan 24 siswa Kelas IXC SMP Negeri 13 Palu tahun pelajaran 2014/2015. Peningkatkan hasil belajar siswa kelas IXC SMP Negeri 13 Palu dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran Sikus I dan Siklus II meningkat menjadi kategori sangat baik. Berdasarkan hasil tes pada siklus I diperoleh ketuntasan belajar klasikal 66,67% dan daya serap klasikal sebesar 69,53%. Sedangkan pada siklus II diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 83,33% dan daya serap klasikal sebesar 80,28%. Ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh pada siklus II telah memenuhi standar ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan yaitu di atas 80,00 %. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan Model Pembelajaran Science Environment Technology Society (SETS) dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa kelas IX C SMP Negeri 13 Palu.
Kata Kunci
: Model, SETS, Listrik Statis, Hasil Belajar I. PENDAHULUAN
dapat membawa sistem pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang dapat menerapkan pengetahuan yang diperolehnya guna meningkatkan kualitas hidup manusia tanpa harus membahayakan lingkungannya. Nurjannah [2] dalam hasil penelitiannya mengatakan bahwa Siswa mampu menghafal konsep-konsep dalam sains tetapi, ketika berhadapan dengan masalah di kehidupan sehari-hari yang memerlukan penerapan sains, siswa tidak mampu mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah. Melalui Model SETS masalah-masalah yang berada di kehidupan sehari-hari dibawa ke dalam kelas untuk dicari pemecahannya menggunakan model SETS secara terpadu dalam hubungan timbal balik antar elemenelemen sains, lingkungan, teknologi, masyarakat. Tri Wijayanti [3] dalam penelitiannya menyatakan bahwa hasil respon subyek terhadap pembelajaran yang diperoleh melalui pengisian kuisioner ialah sebagian besar siswa menyatakan bahwa pembelajaran bervisi SETS menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, kondusif dan menambah wawasan sehingga terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa serta tercapainya KKM yang di tetapkan yaitu 75.
Fisika sebagai salah satu cabang sains, memegang peranan penting sebagai salah satu pengembangan teknologi masa depan. Perkembangan sains fisika yang sangat pesat baik teori maupun aplikasinya dalam masyarakat, merupakan fakta dalam kehidupan siswa. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Dewasa ini pengajaran sains (IPA) khususnya mata pelajaran fisika di sekolah sebagian besar proses pembelajarannya masih bersifat pemberian informasi saja tanpa mengaitkan dengan isu-isu sosial dan teknologi di masyarakat yang sedang berkembang. Siswa lebih banyak diberikan soal-soal yang menggunakan pendekatan matematis, yang menjebak siswa pada kebiasaan menghafal rumus-rumus fisika berbentuk persamaan matematika. Hal ini berdampak pada kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, yaitu ketika siswa dihadapkan pada masalah dalam kehidupan sehari-hari. Utomo [1] dalam penelitiannya menyatakan bahwa wawasan SETS yang diaplikasikan ke dalam proses pembelajaran Fisika diyakini 49
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240 Berkenaan dengan hal-hal di atas, maka dipilih model Pembelajaran SETS sebagai model pembelajaran yang akan diterapkan. Melalui model pembelajaran ini siswa akan memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur SETS yang membawa pesan bahwa untuk menggunakan Sains (S) terbentuk Teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan Masyarakat (S) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada Lingkungan (E). Materi Listrik Dinamis sangat cocok jika diajarkan menggunakan model pembelajaran SETS karena materi listrik dinamis erat kaitannya di dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya ialah penggunaan rangkaian listrik pada alat-alat elektronik untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat ternyata mempunyai dampak buruk terhadap lingkungan akibat penggunaan secara berlebihan. Materi listrik dinamis dapat mengkaitakan keempat unsur SETS yang memudahkan siswa memahami tentang hubungan sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat sehingga diharapkan pemahaman siswa yang baik terhadap suatu materi pembelajaran akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
oleh Kemmis dan Mc.Taggart (Arikunto, 2008) yang meliputi empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu: (1) perencanaan (2) pelaksanaan tindakan (3) observasi dan (4) refleksi. Apabila divisualisasikan, akan tergambar dalam bentuk diagram alur seperti terlihat pada Gambar 1.
Perencanaan merupakan perencanaan awal dengan menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. Pelaksanaan dan Observasi, merupakan kegiatan pengamatan yang meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya perangkat pembelajaran. Pada kgiatan ini peneliti berkolaborasi dengan rekan guru yang bertindak sebagai observer. Pada langkah reflecting , peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Rancangan/rencana untuk sikus berikutnya direvisi berdasarkan hasil refleksi dari pengamat dan dipergunakan pada siklus berikutnya sehingga diharapkan memperoleh hasil yang lebih baik.
MASALAH “Apakah implementasi model SETS dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 13 Palu?” TUJUAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah implementasi model SETS dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 13 Palu. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) yang bertujuan untuk menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Palu yang dimulai pada tanggal 17 September sampai dengan 8 Oktober 2014. Subjek penelitian ini adalah kelas IXC dengan jumlah siswa terdiri atas 9 orang laki-laki dan 15 orang perempuan yang mengikuti mata pelajaran fisika tahun ajaran 2014/2015. Menurut Arikunto [4] (2008) penelitian tindakan bersifat siklus artinya semakin lama semakin meningkat perubahan dan pencapaian hasilnya. Model Kurt Lewin yang dikembangkan
III.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kegiatan observasi aktivitas siswa dilakukan untuk melihat keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang diaamati dalam observasi aktivitas siswa terdiri dari tiga tahap yaitu tahap awal, tahap inti dan tahap penutup. Dalam penilaian aktivitas siswa terdapat 10 aspek yang diobservasi. Setiap aktivitas diberikan skor 1 sampai dengan 4, dengan kategori sangat baik di skor 4, baik di skor 3, cukup di skor 2 dan kurang di skor 1. Presentase skor rata-rata yang diperoleh pada siklus pertama sebesar 73,75%. Setelah diperoleh masukan dari hasil refleksi pada 50
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240 siklus I, aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 91,25% dengan peningkatan skor sebesar 17,5%. Kegiatan observasi aktivitas guru juga dilakukan untuk mengetahui aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika di SMP Negeri 13 Palu sebagai Observer. Aspek yang diamati dalam observasi aktivitas guru juga terdiri dari tiga tahap yaitu tahap awal, tahap inti dan tahap penutup. Dalam penilaian aktivitas guru terdapat pula 10 aspek yang diobservasi. Setiap aktivitas diberikan skor 1 sampai dengan 4, dengan kategori sangat baik di skor 4, baik di skor 3, cukup di skor 2 dan kurang di skor 1. Presentase skor rata-rata yang diperoleh pada siklus pertama sebesar 83,75%. Setelah diperoleh masukan dari hasil refleksi pada siklus I, aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 91,25% dengan peningkatan skor sebesar 7,5%. Untuk lebih jelasnya peningkatan presentase aktivitas siswa dan guru dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2.
1
Siklus I
2
Siklus II
Pertemuan I
75,56 %
Pertemuan II
81,11%
Pertemuan I
86,39 %
Pertemuan II
91,67%
100 80
75.56%
81.11%
86.39%
78,34%
89,03%
91.67%
60
Pertemuan I
40
Pertemuan II
20 0 Siklus I
siklus II
Gambar 3 Grafik Peningkatan Afektif Siswa
60
Aktifitas Siswa
Pada awal pembelajaran, keaktifan siswa masih belum nampak karena siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran SETS. Namun pada pertemuan berikutnya, siswa sudah mulai aktif dalam proses pembelajaran karena siswa sudah mengetahui langkahlangkah yang mereka kerjakan dan juga siswa sudah berantusias untuk mengemukakan pertanyaan dan pendapat serta memiliki inisiatif untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran. Penilaian psikomotor siswa terdapat 6 aspek yang diamati. Setiap aspek pada penilaian afektif dan penilaian psikomotor siswa akan di berikan skor sesuai dengan rubrik penilaian psikomotor siswa. Penilaian psikomotor siswa dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 4.
40
Aktifitas Guru
Tabel 3 Presentase Penilaian Psikomotor Siswa
Tabel 1 Presentase Aktivitas Siswa dan Guru
Presentase Skor Siklus I Siklus II
No
Aktivitas
1
Siswa
73,75 %
91,25 %
2
Guru
83,75 %
91,25 %
Gambar 2 Grafik Peningkatan Aktivitas
100 80
83.75% 73.75%
Siswa dan Guru
91.25%
20
N o
0 Siklus I
siklus II
Selain menggunakan penilaian aktivitas guru dan aktivitas siswa terdapat juga penilaian afektif siswa dan penilaian kelompok Penilaian afektif siswa terdapat 5 aspek yang diamati. Setiap aspek pada penilaian afektif siswa akan di berikan skor 0, 1, 2, atau 3 sesuai dengan rubrik penilaian afektif siswa. Penilaian afektif siswa dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 3. Tabel 2 Presentase Penilaian Afektif Siswa
N o
Presentase Siklus
Skor
Ratarata
51
Siklus
1
Siklus I
2
Siklus II
Presentase
Pertemuan I
Skor 72,77 %
Pertemuan II
81,94%
Pertemuan I
87,50 %
Pertemuan II
91,67%
Rata-rata
77,08 %
89,58 %
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240 100 81.94%
80
87.50%
siswa mampu menilai hasil-hasil penelitiannya, merumuskan dan mengambil kesimpulan secara mandiri, serta diberikan latihan-latihan untuk mengasah keterampilan siswa. Oleh karena itu, siswa akan lebih mudah menjawab soal yang konsepnya telah mereka peroleh sendiri saat pembelajaran berlangsung. Penelitian ini menerapkan metode diskusi dan eksperimen pada proses belajar fisika. Dalam pembelajaran, siswa melakukan serangkaian percobaan untuk menemukan sendiri konsep-konsep pada pokok bahasan listrik dinamis dan penerapannya yang dikaitkan dengan model pembelajaran SETS sehingga mereka menjadi lebih paham dan bersemangat dalam belajar karena mereka mengalaminya sendiri. Pengetahuan siswa dibantu berdasarkan interaksi dengan pengalaman. Salah satunya adalah dengan melakukan pengamatan (percobaan). Kegiatan pengamatan dilakukan dengan membagi siswa ke dalam 4 kelompok. Kemudian meminta siswa bekerja sama untuk melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk LKS. Setiap kelompok mengamati percobaan yang sama sehingga diminta salah satu anggota dari tiap kelompok secara bergantian memaparkan hasil pengamatannya dan kelompok lain diminta untuk memperhatikan dengan baik, sehingga semua siswa memperoleh pandangan yang luas tentang hasil pengamatan tersebut saat merumuskan kesimpulan di akhir pelajaran. Melalui implementasi model pembelajaran SETS, siswa akan memperoleh pengalaman secara langsung dan dapat menginterprestasikan hasil percobaannya serta dapat menyimpulkan hasil temuannya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Brunner (dalam Santi:2011), bahwa belajar melalui penemuan akan memberikan hasil belajar yang lebih baik yaitu; a) pengetahuan akan bertahan lebih lama; b) mempunyai efek transfer yang lebih baik; c) meningkatkan penalaran dan keterampilan berpikir kritis secara bebas. Tampak dari aktivitas dan interaksi siswa dengan guru yang berkembang lebih baik ditiap pembelajaran. Peningkatan ini menunjukkan bahwa jika kepada siswa diberikan kesempatan untuk lebih aktif maka siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pengetahuannya. Pembelajaran yang tidak semata-mata terfokus pada sains saja, tapi lebih terintegratif dengan faktor lingkungan sosial dan teknologi. Berdasarkan hasil dari angket respon siswa, menunjukkan bahwa siswa lebih senang dan
91.67%
72.77%
60
Pertemuan I
40
Pertemuan II
20 0 Siklus I
siklus II
Gambar 4 Grafik Peningkatan Afektif Siswa
Aktivitas psikomotor siswa setiap pertemuannya pada siklus I masih kurang dan untuk pertemuan pada siklus II sudah baik. Kinerja dari masing-masing siswa pada kelompoknya yakni kemampuan serta keterampilan siswa pada saat kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran sudah mulai meningkat. Siswa yang awalnya kurang melibatkan dirinya terhadap kegiatan kelompok, sudah menunjukkan peningkatan setiap pertemuan yang berarti rasa keingintahuan siswa terhadap kegiatan yang dilakukan sudah lebih tinggi. Hasil Belajar siswa dapat dilihat dari hasil evaluasi setelah pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Secara umum hasil belajar siswa yang diperoleh mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 5. Tabel 4 Data hasil Belajar Siswa
No
Siklus
Nilai Rata-rata
1 2 3
Pratindakan Siklus I Siklus II
66,25 69,72 80,28
100 80
66,25 69,72
80,28
60
Tes Pratindakan Tes Akhir Siklus I
40 20
Tes Akhir Siklus II
0 Nilai Rata-rata Hasil Belajar
Gambar 5 Grafik Nilai Rata-rata Hasil Belajar
Peningkatan nilai yang diperoleh siswa dikarenakan selama proses pembelajaran berlangsung, pengalaman siswa lebih bertambah, keterampilannya pun lebih baik, dengan diberikan percobaan disetiap pertemuan 52
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN 2338 3240 tertarik untuk belajar karena mereka lebih mudah memahami materi yang diajarkan, dan juga kegiatan pengamatan serta eksperimen berhubungan dengan masalah yang mereka temui di kehidupan sehari-hari, sehingga lebih mudah bagi siswa untuk mengingatnya. Alasanalasan ini menunjukkan bahwa penelitian dengan menerapkan model pembelajaran SETS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian tentang model pembelajaran SETS sudah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang signifikan. Beberapa penelitian tentang model pembelajaran SETS yang telah dilakukan diantaranya adalah penelitian oleh Indihartati [5] yang menyimpulkan bahwa aktivitas siswa dengan menerapkan lembar siswa bervisi SETS (eksperimen) lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas siswa pada pembelajaran tanpa menggunakan lembar siswa bervisi SETS.
IV.
Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Ungaran. Tesis. Program Pascasarjana UNNES.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran SETS dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas IXC SMP Negeri 13 Palu. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Hasil belajar pada siklus I, diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu 69,72. Sedangkan pada siklus II, diperoleh nilai ratarata siswa meningkat yaitu menjadi 80,28. Hasil belajar siklus II telah memenuhi standar ketuntasan minimal yang ditentukan yaitu 70. DAFTAR PUSTAKA [1]
Utomo, P. (2008). Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan SET. [Online]. Tersedia:http://ilmuanmuda.wordpress. com/pembelajaran-fisika-dengan-pendekatan-sets/ [27 November 2014].
[2]
Nurjannah, (2008). Pengaruh Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep Terhadap aktifitas dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Khususnya Materi Fisika Dalam Bahasan “ Cahaya Optik (Geometri)”. Skripsi pada Universitas Pendidikan Indonesia: Diterbitkan.
[3] Wijayanti, T. (2009). Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Alat Optik Siswa Kelas X Semester II SMAN 1 Semarang dengan menerapkan Perangkat Pembelajaran bervisi SETS. [4]
Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta
[5]
Indihartati, S. 2008. Pengaruh Penerapan Lembar kegiatan Bervisi SETS pada Aktivitas dan Hasil
53