ISSN 0126-1754 636/AU3/P2MI-LIPI/07/2015
Volume 14 Nomor 2, Agustus 2015
Jurnal Ilmu-ilmu Hayati
Berita Biologi
Vol. 14
No. 2
Hlm. 111-200 Bogor, Agustus 2015 ISSN 0126-1754
Pusat Penelitian Biologi - LIPI
BERITA BIOLOGI Vol. 14 No. 2 Agustus 2015 Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia No. 636/AU3/P2MI-LIPI/07/2015 Tim Redaksi (Editorial Team)
Andria Agusta (Pemimpin Redaksi, Editor in Chief) Kusumadewi Sri Yulita (Redaksi Pelaksana, Managing Editor) Ary P. Keim Siti Sundari Heddy Julistiono Nilam F. Wulandari, Evy Ayu Arida Amir Hamidy
Desain dan Layout (Design and Layout) Muhamad Ruslan, Fahmi
Kesekretariatan (Secretary) Nira Ariasari, Enok, Budiarjo
Mitra Bebestari (Peer Reviewers)
Dr. Dono Wahyuno (Mikologi) Dr. Dwi Astuti M.Sc. (Sistematika Molekuler) Dr. Elfahmi (Biokimia) Dr. Endang Gati Lestari (Biologi Molekuler) Prof. Dr. Endang Tri Margawati (Bioteknologi) Prof. Dr. Gono Semiadi (Fisiologi) Dr. Iwan Saskiawan (Mikrobiologi) Dr. Nurainas (Taksonomi) Dr. Rudhy Gustiano (Biologi Perairan Darat/Limnologi) Dr. Wahid Ali Qosim (Genetika)
Alamat (Address)
Pusat Penelitian Biologi-LIPI Kompleks Cibinong Science Center (CSC-LIPI) Jalan Raya Jakarta-Bogor KM 46, Cibinong 16911, Bogor-Indonesia Telepon (021) 8765066 - 8765067 Faksimili (021) 8765059 Email:
[email protected] [email protected] [email protected]
Keterangan foto cover depan: Diversitas jamur yang terisolasi dengan metode umpan ulat dari tanah rizosfer tanaman Arecaceae dan gambut sesuai makalah di halaman 131 (Foto/Gambar: Koleksi LIPI – Suciatmih et al).
ISSN 0126-1754 636/AU3/P2MI-LIPI/07/2015 Volume 14 Nomor 2, Agustus 2015
Jurnal Ilmu-ilmu Hayati
Pusat Penelitian Biologi - LIPI
Ucapan terima kasih kepada Mitra Bebestari nomor ini 14(2) – Agustus 2015 Dr. Andria Agusta Dr. Ary Prihardyanto Keim Dr. Daisy Wowor, M.Sc. Dr. Dono Wahyuno Prof. Res. Dwi Listyo Rahayu Dr. Nilam Wulandari Dr. Siti Sundari Dra. Yuzammi, M.Si.
Pratiwi dan Rahmat – Sebaran Kepiting Mangrove (Crustacea: Decapoda Yang Terdaftar di Koleksi Rujukan Pusat Penelitian Oseanografi -LIPI 1960-1970)
KOMUNIKASI PENDEK SEBARAN KEPITING MANGROVE (CRUSTACEA: DECAPODA) YANG TERDAFTAR DI KOLEKSI RUJUKAN PUSAT PENELITIAN OSEANOGRAFI-LIPI 1960-1970 [The Mangrove Crabs (Crustacea: Decapoda) recorded in refference collection of Research Centre for Oceanografi-Indonesian Insitute of Sciences 1960-1970] Rianta Pratiwi dan Rahmat Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI, Jakarta, Jln. Pasir Putih 1, Ancol Timur 14330 email:
[email protected];
[email protected]
ABSTRACT
Brachyura is a group of Crustaceans species often found in mangrove areas. Mangrove crabs in this study were from mangrove areas found in almost all Indonesian waters that were stored in the Reference Collection of Marine Biota Division, Research Center for Oceanography, Indonesian Institute of Sciences (LIPI) from 1960 to 1970. The aim of this study was to assess the presence and distribution of mangrove crabs from the waters of Indonesia as a search and as a reference collection from 1960 to 1970.A total of 359spesimens were observed, consisted of 54 species, 22 genera, and seven families. The data were stored in a database system to perform spatial information analisys. Key Words: Crabs, cr ustacea, mangrove, r efer ence collection of mar ine biota
ABSTRAK
Brachyura adalah kelompok jenis Crustasea yang terdapat di daerah mangrove. Kepiting mangrove dalam penelitian ini berasal dari daerah mangrove hampir diseluruh perairan Indonesia yang disimpan di dalam divisi Koleksi Rujukan Biota Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dari tahun 1960 sampai dengan 1970. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat keberadaan dan sebaran kepiting mangrove dari perairan Indonesia dari tahun 1960 sampai 1970 sebagai bahan penelusuran dan sebagai koleksi rujukan. Total 359 spesimen diteliti,terdiri dari 54 jenis, 22 marga, dan tujuh suku. Data disimpan dalam sistem pangkalan data, untuk analisis sebaran dan keberadaannya. Kata Kunci: Kepiting, cr ustacea, mangr ove, koleksi r ujukan biota laut
PENDAHULUAN Kerusakan yang disebabkan oleh konversi mangrove menjadi kawasan pertambakan, pemukiman, dan industri, menyebabkan mangrove tidak lagi berfungsi dengan baik dalam ekosistem pantai bagi kehidupan organisme akuatik.Hilangnya mangrove dari ekosistem perairan pantai telah menyebabkan keseimbangan ekologi lingkungan pantai terganggu, termasuk kehidupan kepiting mangrove. Menurut Pratiwi (2002) dan Nadia (2006) kepiting-kepiting di daerah mangrove selalu memfokuskan aktivitasnya di dalam lubang galian, lubang-lubang tersebut dijadikan sebagai habitat yang dapat memberikan perlindungan yang aman terhadap temperatur, salinitas yang ekstrem, predator dan serangan dari sesama kepiting. Tidak semua jenis kepiting dapat hidup di daerah mangrove, hanya jenis-jenis tertentu yang biasanya ditemukan seperti dari suku Ocypodidae, Sesarmidae, Grapsidae, Macropthalmidae, Porcellanidae,Portunidae dan Varunidae.Rahayu dan Setyadi
(2009) dalam penelitiannya di daerah Mimika, Papua menemukan jenis kepiting yang hidup di daerah mangrove sebanyak 103 jenis dan yang terbesar jumlah jenisnya hanya dari dua suku yaitu: Ocypodidae (yang biasa ditemukan di daerah pantai dekat muara sungai) dan Sesarmidae (lebih sering di daerah yang kering, memanjat akar dan batang pohon mangrove). Secara ekologis, mangrove memilki fungsi dalam peranannya di rantai makanan, sehingga dapat menunjang kehidupan kepiting. Hutan mangrove tidak hanya melengkapi pangan bagi kepiting, akan tetapi dapat juga menciptakan suasana iklim yang dapat melindungi kepiting-kepiting tersebut hidup dengan baik dan aman di daerah tersebut. Bentuk akar mangrove yang khas dari jenis Rhizophora, Avecennia dan Sonneratia serta kondisi substrat mangrove, kubangan air yang saling berhubungan merupakan perlindungan bagi kepiting. Kondisi ini sangat penting untuk pembesaran kepiting, karena suplai makanannya yang tersedia dan terlindung dari
*Diterima: 18 Juli 2014 - Disetujui: 16 Februari 2015
195
Berita Biologi 14(2) - Agustus 2015
pemangsa (Pramudji, 2001). Dengan dikoleksinya kepiting-kepiting di daerah mangrove perairan Indonesia dari tahun 1960 hingga 1970 dan disimpan dalam Koleksi Rujukan Biota laut, P2O-LIPI,dharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kekayaan hayati laut Indonesia serta sebaran dari biota tersebut dapat diketahui, khususnya kepiting mangrove yang dikoleksi dari perairan Indonesia.Oleh sebab itu pengumpulan (mengkoleksi) dan menyimpan biota laut sebagai bukti keberadaannya di masa lalu dan saat sekarang sangat diperlukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat keberadaan dan sebaran kepiting mang -rove yang berasal dari perairan Indonesia selama kurun waktu tahun 1960 sampai dengan tahun 1970 sebagai bahan penelusuran dan sebagai koleksi rujukan. Telah banyak tambahan-tambahan koleksi spesimen kepiting mangrove yang disimpan di Koleksi Rujukan P2O setelah tahun 1970 yang juga berasal dari penelitian-penelitian di perairan Indonesia, akan tetapi tidak dibahas, dikarenakan tujuan dari tulisan ini adalah hanya ingin mengetahui sebaran kepiting mangrove periode tahun 1960-1970 sebagai bahan penelusuran dan sebagai koleksi rujukan. BAHAN DAN CARA KERJA Bahan yang digunakan dalam studi ini adalah spesimen koleksi yang disimpan dalam Laboratorium Koleksi Rujukan Biota Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Sebanyak 22 marga, 54 jenis dan 359 individu dari tujuh suku kepiting mangrovetelah dikoleksi. Kondisi spesimen masih baik, tetapi ada beberapa koleksi yang hampir rusak. Spesimen kemudian dianalisa dengan cara membuka kembali koleksi tersebut, dilakukan re-identifikasi, di cek perubahan nama dan susunan hirarkinya secara taxonomy (nomenclature) dan difoto. Selain itu spesimen juga dilihat peta sebarannya (sebaran geografiknya), dicocokan dengan sebaran dari spesimen jenis yang sama, tetapi berasal dari koleksi terbaru yang diperoleh dari perairan Indonesia. Reidentifikasi dan pencocokan data dengan buku katalog serta buku identifikasi juga dilakukan, karena kemungkinan kesalahan dalam posisi dan identifikasi dimasa lalu
196
bisa saja terjadi, atau kemungkinan keberadaan kepiting dilokasi tersebut sudah banyak mengalami perubahan, terjadi migrasi atau kepunahan. HASIL Kepiting yang hidup di daerah mangrove merupakan golongan krustasea yang memegang peranan penting di daerah tersebut, hal ini terlihatdari jumlahnya yang ditemukan lebih berlimpah di mangrove daripada di daerah karang atau pantai berpasir (Suryono, 2006). Sebanyak 359 kepiting yang dikoleksi, tergolong dalam suku Dotillidae, Eriphidae, Macrophthalmidae, Ocypodidae, Sesarmidae, Grapsidae dan Varunidae yang yang tersebar di hutan mangrovebeberapa perairan Indonesia (Tabel 1). Gambar 1 menjelaskan jumlah dari jenis-jenis kepiting mangrove yang termasuk dalam suku yang dominan ditemukan di lokasi penelitian. Selama penelitian terlihat suku Ocypodidae lebih dominan dibangdingkan dengan suku yang lain yaitu sekitar 95 %, disusul oleh Varunidae (88%), Sesarmidae (56%), Grapsidae (53%), Dotillidae (30%), Macrophthalmidae (21%) dan Eriphidae (13%). Sedangkan Gambar 2, menjelaskan sebaran dan lokasi dari jenis-jenis kepiting mangrove yang ditemukan di perairan Indonesia yang tersebar sebagian besar di Indonesia bagian Tengah dan Timur. PEMBAHASAN Jenis Uca spp. (Ocypodidae) sangat banyak dijumpai di dataran lumpur pinggiran hutan, lantai hutan, tambak dandaerah bekas tebangan mangrove.Uca spp. merupakan jenis kepiting yang hidup dalam lubang atau berendam dalam substratdan merupakan penghuni tetap hutan mangrove. Hal ini disebabkan karena habitat yang ditempati sangat sesuai dengan cara hidup dari jenis kepiting tersebut, sehingga jenis ini paling dominan ditemukan hingga mencapai 95%. Kepiting Uca spp. akan selalu menggali lubang dan berdiam di dalam lubang untuk melindungi tubuhnya terhadap suhu yangtinggi, karena air yang berada dalam lubang galian dapat membantu mengatur suhu tubuh melalui evaporasi (Smith dan Miller, 1973). Umumnya kepiting tersebut berukuran kecil, tetapi biasanya sangat menyolok, karena warnanya yang “ menyala” dan sangat
Pratiwi dan Rahmat – Sebaran Kepiting Mangrove (Crustacea: Decapoda Yang Terdaftar di Koleksi Rujukan Pusat Penelitian Oseanografi -LIPI 1960-1970)
Tabel 1. Daftar jenis krustasea, habitat dan lokasinya (List of crustacean species, habitat and location) No
Suku (Family)
1.
Dotillidae
Jenis (Species)
Eriphidae
3
Macrophthalmidae
4
Ocypodidae
Ilyoplax longicarpa
Estuary, mangrove, mud Mud, estuary, mangrove Mud, sand, mangrove
24
Intertidal, mouth of river Galala, mangrove Mouth of river, mangrove Mouth of river, mangrove
9
1
South island of Satengar Ambon
Mouth of river Galala, mangrove Sand, mud, mangrove
1 23
Kolseer, Kai Islands Makasar
Mouth of river, mangrove
1
Makasar
Intertidal, mud, sand, mangrove Shore, mud, mangrove Mud, sand, mangrove
4
Makasar
2
Mouth of river, mangrove Mouth of river, mangrove
3
Liang Islands; Piru Bay, Seram Makasar Kolseer, Kai Islands Pantai Galala, Seram, Ambon Kalidupa, southeast Sulawesi, Makasar Makasar Makasar
Tmethypocoelis ceratophthalma Eriphia laevimana
Macrophthalmus (M) milloti Macrophthalmus (Macrophthalmus) dilatatus Macrophthalmus (Mareotis) japonicus Macrophthalmus (Mareotis) tomentosus Macrophthalmus (Macrophthlamus) telescopicus Uca (Uca) annulipes
Uca (Deltuca) dussumieri Uca (Amphiuca) inversa
Uca (Celuca) mjoebergi Uca (Deltuca) coarctata
5 2
9
1
22
Suli Islands, Ambon Seribu Islands, North Jakarta Waituti Island (Dobo Island) Makasar Island North coast of the island Nusalenga Makasar East Java, Bali Ambon Makasar
Mud, mangrove Mouth of river, mangrove Mud, mangrove
7
Uca (Deltuca) acuta
Mouth of river, mangrove
5
Uca (Gelasimus) tetragonon
Mouth of river, mangrove
7
Uca (Gelasimus) vocans
Sand, mangrove
20
Ocypode ceratophthalmus
Sand, mangrove
12
Ocypode cordimanus
Sand, mangrove
12
Clistocoeloma merguiense
7
Suli islands, Ambon
Clistocoeloma villosum
Mud, estuary, mangrove Mangrove
2
Clistocoeloma balansae
Mangrove
1
East of Selu Island Ambon, Seribu, Islands, north Jakarta
Uca (Deltuca) rosea
Sesarmidae
Lokasi (Location)
Mangrove, Intertidal
Uca (Uca) demani
5
Jumlah individu (Total) 1
Ilyoplax integer
Scopimera sp
2.
Habitat
2
Seribu Islands, North Jakarta Makasar, Parigi Bay, Cilacap Larat Galala, Ambon,Rumah Tiga, Ambon Waleila Aboru Islands (Naira Cape Haruku) Ambon Ihamahu; Tuhaha Bay,Saparua Ambon Waleila, Ambon Suli Islands, Ambon
197
Berita Biologi 14(2) - Agustus 2015
Tabel 1. Daftar jenis krustasea, habitat dan lokasinya (List of crustacean species, habitat and location) (lanjutan/continued) No
Suku (Family)
Jenis (Species) Labuanium politum
Mangrove
Jumlah individu (Total) 6
Metasesarma aubryi
Mangrove
1
Metasesarma rouseauxi
Mud, mangrove Intertidal, mud, mangrove
6
Neosarmatium ambonensis
Mangrove
2
Parasesarma batavianum
Swamp, estuary, mangrove Mouth of river Galala, mangrove Mouth of river Galala, mangrove Mangrove
10
Parasesarma rutilimanum
Sand, mud, swamp, estuary, mangrove
1
Perisesarma indiarum
Mud, mangrove Swamp, estuary Intertidal, mud, mangrove Mud, mangrove Mud, roots, mangrove
2
Mud, mangrove Estuary Mud, mangrove
1
Grapsus albolineatus
Mouth of river, mud, mangrove
2
Metopograpsus latifrons
Mud Swamp, estuary, mangrove Intertidal, mud Mangrove Mangrove
7
Sunda strait, Panjang island, Pacitan Bay, West East Java,Sorolio, NusaTenggara Nusa Island, Bawean Seribu islands, north Jakarta Seribu islands, north Jakarta,Pacitan bay, east Java Seribu island, north Jakarta Pacitan bay, east Java East coast of Ambon Ambon, Kalidupa, south east of Sulawesi Waleila, Ambon
17
Fish market, north Jakarta
2
Waleila, Ambon
Parasesarma leptosoma Perisesarma lividum Parasesarma moluccense
Perisesarma darwinense 6
Grapsidae
Sesarmops impressum Geograpsus crinipes Grapsus tenuicrustatus
7
Varunidae
Pseudohelice subquadrata Metaplax elegans
198
Habitat
9 7 1
2 7
8
Lokasi (Location) Waleila, Ambon Muara Karang, Jakarta Bay Ambon Waleila, Ambon Seribu Islands, north Jakarta Muara Karang, Jakarta Bay Waleila Ambon Ihamahu (Tuhaka bay, Saparua) Ambon Seribu islands, north Jakarta Waleila, Ambon Coastal Fish Market,north Jakarta Waleila, Ambon, Cilacap
Parapyxidognathus deianira
Swamp, estuary
8
Ptychognathus altimanus
Swamp, estuary
2
Waleila, Kabo, Ambon Ambon Mouth of river
Ptychognathus barbathus
Mud, mangrove
11
Galala, AmbonWaleila
Ptychognathus guijulugani Pyxidognathus granulosus
Mud, mangrove
15
Waleila, Ambon
5
Mouth of river
Thalassograpsus harpax
Swamp, estuary, mangrove Swamp, estuary
1
Galala, AmbonWaleila
Varuna litterata
Swamp, estuary
26
Waleila, Ambon
Pratiwi dan Rahmat – Sebaran Kepiting Mangrove (Crustacea: Decapoda Yang Terdaftar di Koleksi Rujukan Pusat Penelitian Oseanografi -LIPI 1960-1970)
Gambar 1. J umlah jenis kr ustasea dar i tujuh suku kepiting mangr ove (Number of crustacean species of seven families of mangrove crab).
Gambar 2. Peta lokasi kr ustasea mangr ove yang ditemukan pada penelitian ini (map of location of crustaceans mangrove found in this study) cerah, merah, hijau atau biru metalik, terlebih dengan latar belakang lumpur bakau yang berwarna hitam. Varuna spp. yang tergolong dalam suku Varunidae merupakan kepiting yang terbanyak kedua (88%) setelah suku Ocypodidae. Ditemukan di tempat-tempat bekas tambak, berenang dengan bebas pada kolam-kolam bekas tambak, kaki ke limanya (kaki terakhir) berupa kaki dayung yang berfungsi untuk berenang. Ukuran tubuh dengan lebar karapas kepiting jenis tersebut dapat mencapai 40 mm dan panjang tubuh 38 mm. Jenis V arunaspp. yang ditemukan hanya dua jenis di perairan Indonesia yaitu V . yui dan V . litterata, merupakan kepiting
perenang bebas di tambak maupun di perairan laut. V. yui banyak ditemukan di daerah tambak, sedangkan V . Litterata ditemukan diperairan air tawar (freshwater) dekat pantai, dimana saat reproduksi harus kembali ke laut, sehingga tidak bisa dikatakan benar-benar kepiting jenis perairan tawar (Dobson, 2004). Varuna yui termasuk kepiting yang sangat jarang ditemukan, biasanya dewasa ditemukan di laut terbuka sedangkan yang juvenile ditemukan di pintu air atau tanggul air di daerah mangrove atau di daerah yang dekat dengan daratan (Yeo et al., 1999). Kepiting ini memiliki bentuk karapas bulat segi empat, karapas berwarna coklat, hijau atau kehitaman
199
Berita Biologi 14(2) - Agustus 2015
dengan kaki jalan berambut. Kepiting ini termasuk yang dapat dikonsumsi, karena rasanya yang gurih (Fujaya dan Sulistiono, 2002). Kemungkinan keberadaannya di lamun atau mangrove adalah hanya untuk mencari makan dan tidak menjadikannya sebagai tempat tinggalnya (Pratiwi, 2010). Jenis kepiting dari suku Sesarmidae (56%) dan Grapsidae (53%) banyak dijumpai di dalam kawasan mangrove, di akar atau batang mangrove yang bersubstrat lumpur ataupun lumpur halus. Dijumpai di saat surut, bersembunyi di balik daun-daun atau serasah mangrove dan kadangkala memanjat pohon atau batang dari mangrove. Memiliki bermacammacam warna mulai dari coklat muda, coklat tua, hitam kecoklatan, hitam atau kehitaman, kuning, kehijauan dan hitam keunguan serta berbagai corak pada karapasnya. Kepiting-kepiting tersebut merupakan pemakan serasah mangrove atau bersifat herbivore (memakan daun-daun mangrove). Kepiting tersebut yang bersama suku Grapsidae adalah omnivora yang cenderung herbivor. Sedangkan kepiting jenis lain yang termasuk dalam suku Dotillidae (30%), Macrophthalmidae (21%) dan Eriphidae (13%) merupakan jenis yang juga ditemui di daerah mangrove tetapi tidak sebanyak suku Ocypodidae, Varunidae, Sesarmidae dan Grapsidae, karena keberadaannya di daerah mangrove hanya untuk mencari makan dan berlindung saja. Hilangnya mangrove dari ekosistem perairan pantai telah menyebabkan keseimbangan ekologi lingkungan pantai terganggu (Gunarto, 2004). Dampak lainnya adalah menurunnya keaneka-ragaman hayati organisme akuatik (Soeriaatmadja, 1997), atau dapat pula karena adanya tekanan dari luar lingkungan, misalnya dari masukan limbah atau dari kegiatan manusia dan penebangan pohon mangrove secara tidak ramah lingkungan (Gunarto, 2004). Jumlah jenis kepiting mangrove di setiap lokasi penelitian sangat beragam (Gambar 2) dimana di Ambon (Indonesia bagian Timur) lebih tinggi dibandingkan dengan di lokasi penelitian lainnya. Kemungkinan hal ini disebabkan perbedaan cara (metode) pengambilan sampel. Metode yang digunakan yaitu: satu secara acak dengan alat-alat tangkap yang biasa digunakan di daerah mangrove (sekop dan atau dengan tangan). Kedua
200
menggunakan transek dengan cara meletakan frame pada substrat dan menggali lubang kepiting yang berada dalam transek. Ketiga, mencari lubang kepiting secara acak dan menyedotnya dengan menggunakan pompa. Pasang surut air juga sangat menentukan, dimana krustasea baru dapat diambil apabila air dalam kondisi surut rendah. Selain itu kepiting-kepiting yang ada di mangrove memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan, namun akan menghindar jika kehidupannya terusik (Chairunnisa, 2004). Jenis kepiting yang paling dominan di daerah Ambon dan Kepulauan Seribu (Ilyoplax longicarpa, Macrophthalmus (Mareotis) tomentosus, Uca (Celuca) mjoebergi, Uca (Thalassuca) vocan, Metopograpsus latifrons, Parasesarma batavianumdanV aruna litterata). Banyak sedikitnya jenis kepiting (kelimpahan) tidak tergantung dari kerapatan pohon mangrove yang terdapat pada suatu daerah. Bisa saja disaat kerapatan pohon tinggi justru kelimpahan jenis kepiting sedikit dan sebaliknya pada saat kerapatan pohon relatif rendah, kelimpahan kepiting justru tinggi. Hal ini menandakan bahwa kepiting mempunyai daya adaptasi terhadap tekanan lingkungan yang tinggi, sehingga kepiting dapat bertahan dalam keadaan lingkungan yang berubah-ubah. Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chairunnisa (2004) mengenai kelimpahan kepiting di mangrove Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Adanya kegiatan manusia seperti penebangan juga dapat mengurangi kelimpahan kepiting karena lingkungan akan mengalami tekanan dan perubahan fisik. Perubahan pada substrat pun terjadi hanya saja komponen dan kandungan yang ada di dalam substrat tidak berubah secara drastis (Chairunnisa, 2004). Nadia (2002) yang melakukan penelitian di mangrove Muara Sungai Bengawan Solo, Jawa Timur melaporkan bahwa padakondisi yang sama, ketika kerapatan mangrove tinggi biota yang ada sedikit karena adanya kegiatan penebangan di lokasi tersebut,biota yang tinggal di dalam subsrat menjadi terganggu. Pencegahan eksploitasi alam yang berlebihantanpa memperhitungkan batastoleransinya perlu dicegah, misalnyapenangkapan udang, kepiting ataupun ikan denganmenggunakan pukat harimau yang-
Pratiwi dan Rahmat – Sebaran Kepiting Mangrove (Crustacea: Decapoda Yang Terdaftar di Koleksi Rujukan Pusat Penelitian Oseanografi -LIPI 1960-1970)
dapat menangkap semua jenis dan ukuranikan, kepiting atau udang harus dihentikan. Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut serta untuk memulihkan kondisi perairan pantai yang telah rusak dan menciptakan ekosistem pantai yang layak untuk kehidupan biota laut, maka perbaikan perairan pantai yang telah rusak mutlak dilakukan dengan melestarikan mangrove. Pengumpulan atau melihat kembali lokasilokasi dari kepiting mangrove yang telah dikoleksi beberapa tahun lalu diharapkan dapat lebih jelas diketahui distribusi dan keberadaannya disekitar perairan mangrove. Selain itu sifat dan karakter dari jenis-jenis kepiting penghuni mangrove juga perlu diketahui, agar dapat diketahui kehidupan dan pemilihan habitatnya yang tentunya akan berpengaruh terhadap sebaran dari jenis-jenis tersebut. Kemampuan respirasi merupakan masalah yang khusus bagi kepiting-kepiting mangrove. Kebanyakan dari kepiting-kepiting tersebut sangat aktif di saat surut rendah, dimana lantai daratan mangrove betul-betul kering (Bliss, 1983). Suhu yang tinggi, tidak adanya air, tidak ada tempat berlindung menambah sulit proses respirasi bagi kepiting yang tidak dapat beradaptasi dengan mangrove. Sebaliknya di dalam lubang galiannya, kepitingkepiting mangrove dapat bernafas atau ber-respirasi meskipun dengan oksigen rendah (Pratiwi, 2001; 2002). Nontji (1987) menambahkan, di lumpurlumpur lunak di dasar hutan mangrove yang tidak terlalu rimbun juga banyak ditemukan kepiting dari marga Uca. Kepiting tersebut dapat dijumpai di daerah yang lebih dekat ke daratan, sehingga lebih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang kering. Jenis-jenis Ucadijumpai di habitat mangrove Pantai Ulee Lheue dengan warna karapas dan capit yang sangat bervariasi, putih, abu-abu, hitam dan biru dengan variasi garis (strip) di permukaan karapas (Sari, 2004). Hal ini didukung oleh pernyataan Smith (2003) bahwa pola warna dari setiap spesies Uca sangat khusus tergantung dari habitatnya. Uca spp. sebagai anggota dari suku Ocypodidae secara umum adalah deposit feeder (pemakan detritus organik di lumpur) dengan kisaran pasang surut yang rendah. Aktivitas hidupnya terganggu setiap hari dengan datangnya pasang surut. Sebagian besar spesies keluar dari lubangnya untuk mencari makan hanya di saat air surut dan ketika air pasang
kepiting akan masuk ke dalam lubang yang kemudian ditutupi oleh lumpur (Sari, 2004). Karakterkarakter kehidupan kepiting Uca spp. inilah yang sangat perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap keberadaannya di ekosistem mangrove. Fenomena pemanasan global semakin dirasakan saat ini dan wilayah yang paling rentan terkena dampak adalah daerah pantai. Salah satu antisipasi pemanasan global tersebut adalah dengan penghijauan dan konservasi hutan (Shah, 2008). Namun ironisnya kondisi pantai terutama komunitas hutan mangrove saat ini makin memprihatinkan kerusakannya dan sangat mendesak untuk dihijaukan. Salah satu faktor pen-ting yang sering mengganggu keberhasilan penghijauan adalah adanya gangguan organisme yaitu jenis kepiting wideng (Cannicci et al, 2008; Hidayat, 2011; Katherisan danBingham, 2001dan Rawana, 2002). KESIMPULAN Terdapat 359 kepiting mengrove yang disimpan dalam laboratorium Koleksi Rujukan Biota Laut yang termasuk kedalam 54 jenis, 22 marga dan tujuh suku. Jenis-jenis tersebut merupakan jenis yang umum terdapat diperairan Indonesia.Kerapatan pohon didugabukan merupakan indikator terhadap kelimpahan jenis kepiting dan sebarannya, tetapi karena kesesuai habitat hutan mangrove dan persediaan makanan alami yang cukup banyak, yaitu yang berasal dari guguran serasah daun mangrove. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Laboratorium Koleksi Rujukan Biota Laut yang telah memberikan izin menggunakan database Koleksi Rujukan Krustasea untuk dianalisa. Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada kurator Koleksi Rujukan Biota Laut khususnya kurator krustasea yang telah membantu mengakses database krustasea. Disampaikan pula ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan mohon maaf tidak dapat disebutkan satu persatu di dalam tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Bliss D A. 1983. The Biology of Crustacean. Behavior and Ecology, 4-299,Vol.7. Academic Press. USA. Cannicci S, D Burrows, SFlatini, TJ Smith, J Offenberg and F
201
Berita Biologi 14(2) - Agustus 2015
Dahdouh-Guebas. 2008. Faunal impact on vegetation structure and ecosystem function in mangrove forest: A review.Science Direct Aquatic Botany 89, 186-200. ChairunnisaR. 2004. Kelimpahan kepiting bakau (Scylla spp.) di kawasan hutan mangrove KPH Batu Ampar, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Program Studi Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, [Skripsi]. Direktorat Jenderal Perikanan. 1985. StatistikPerikanan 1984. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan danPerhutanan Sosial. 2001.K riteria dan standar teknis rehabilitasi hutan mangrove. 89. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan danPerhutanan Sosial, Jakarta. Yeo D C J, YCaiand PK L Ng. 1999. The freshwater and ter restrial decapod crustacean of Pulau Tioman, Peninsular Malaysia.The Raffles Bulletin of Zoology. Supplement 6,197- 244. Dobson M. 2004. Fr eshwater crabs in Africa. Fr eshwater Biological Association.Freshwater Forum, 21, 3–26. FujayaY, dan Sulistiono. 2002. Cr abs in mangrove area of Bawana Marana River, South Sulawesi. Dalam: Proceeding of the JSPS-DGHE international seminar on fisheries science in tropical area; Bogor. Sulistiono, MF Rahardjo, Zairion, M Brodjo, S Watanabe and M Yokota (Penyunting), 75-77. Gunarto dan AHanafi. 2000. Pengembangan budidayaikan dan kepiting bakau dalam kawasan mangrove. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19(1), 33−38. Gunarto.2004. Konser vasi Mangr ove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian 23 (1), 15- 21. Hidayat J W. 2011.Metode pengendalian wideng (Sesarma spp.) hama bibit mangrove melalui kegiatan budidaya kepiting bakau Scylla spp. Bioma 13 (1), 1-9. Irawan B dan A Soegianto. 2006.Kekayaan jenis Por tunidae di sisi shipping line, Selat Madura. Berkala. Penelitian Hayati 11, 93–96. Kathiresan K and BL Bingham. 2001. Biology of Mangr ove Ecosystem, Advance in Marine Biology 40, 81 – 251. Keenan C P, Davie P J and Mann DL. 1998. A r evision of the genus Scylla DE HAAN, 1833 (Crustacea, Decapoda: Brachyura: Portunida). The Raffles Bulletin of Zoology 46(1), 217–245. Martin JW and GE Davis. 2001. An updated classification of the recent crustacea.124. Science series 39, Natural History Museum of Los Angeles County. Nadia2002. Analisa Komunitas Kr ustase Ber ukur an Kecil (Famili Ocypodidae dan Grapsidae) di Habitat Mangrove Muara Sungai Bangawan Solo, Desa Pangkah Wetan Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur. Program Studi Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, [Skripsi]. Nontji A.1987. Laut Nusantara. 189-198. Penerbit Djambatan, Jakarta. Ng PKL and N Sivasothi. 1999. A guide to the mangrove of Singapore II (animal diversity). 168. Singapore Science Centre.
202
Ng PKL, D Guinot and PJFDavie. 2008. Systema Brachyurorum: Part I. An annotated checklist of extant brachyuran crabs of the world.Raffles Bulletin Zoology Supplement 17, 1–286. Poore GCB. 2004. Marine decapod crustacea of Southern Australia. A Guide to identification, 574. Museum Victoria. CSIRO Publishing, Australia. Pramudji 2001. Ekosistem hutan mangr ove dan peranannya sebagai habitat berbagai fauna aquatik. Oseana 26(4), 1323. Pratiwi R. 2001. The ecology of bur rowing decapods (Crustacea). Oseana 27(4), 25-32. Pratiwi R. 2002. Adaptasi fisiologi, reproduksi dan ekologi krustasea (Dekapoda) di mangrove. Oseana 27(2), 1-10. Pratiwi R. 2010. Asosiasi kr ustasea di ekosistem padanglamun Perairan Teluk Lampung.Ilmu Kelautan 15(2), 66-76. Primavera J.H. 2000. Integr ated mangr ove aquaculture systems in ASIA. Integrated CoastalZone Management. Autumn edition, 121-130. Rahayu DL dan Setyadi G. 2009. M angrove estuary crabs of the Mimika region, Indonesia. 154. The 6th book in a series of field guides to the flora and fauna of Mimika region, Papua. Pt. Freeport Indonesia and Research Center for Oceanography- Indonesian Institute of Sciences. Rawana. 2002. Problematika Rehabilitasi Mangr ove Ber kelanjutan, Pelatihan dan Workshop Rehabilitasi Mangrove Tingkat Nasional, INSTIPER Jogyakarta. Sari S. 2004. Str uktur komunitas kepiting (Brachyura) di habitat mangrove Pantai Ulee Lheue, Banda Aceh, Nangro Aceh Darussalam. Program Studi Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, [Skripsi]. Sakai T. 1976a. Crabs of Japan and the adjacent seas plates. 773. Kodarian LTD. Japan. Sakai T. 1976b. Crabs of Japan and the adjacent seas. 251. Kodarian LTD. Japan. Shah A. 2008, Climate Change and Global War ming, http :// www.global issues.org/ Env.Issues/Global Warming.asp. January01. 2008. (Diunduh 19 September 2014). Smith J D. 2003. Mar ine biodiversity and ecology of the Wakatobi Marine National Park,Southeast Sulawesi .www.opwall.com. (Diunduh 19 April 2014). Soeriaatmadja RE. 1997. Kebijaksanaan dan str ategi pengelolaan keanekaragaman hayati Indonesia. Makalah Seminar Nasional Biologi XV.19.Bandar Lampung 24–26 Juli 1997. Stephenson Wand B Campbell. 1959.The Australian por tunids III (Crustacea: Portunidae). The genus Portunus. Australian Journal of Marine and Freshwater Research 10(1), 84 -24. Stephenson W, JH Hudson and B Campbell. 1957. The Australian portunids (Crustacea: Portunidae) II. The genus Charybdis. Australian Journal of Marine and Freshwater Research 8(4), 491-507. Suryono CA. 2006. Ekologi perairan Delta Wulan Demak Jawa Tengah: Distribusi kepiting (Infra Ordo Brachyura dan Anomura) di kawasan mangrove. Ilmu Kelautan 11 (4), 210 – 215.
Pedoman Penulisan Naskah Berita Biologi Berita Biologi adalah jur nal yang mener bitkan ar tikel kemajuan penelitian di bidang biologi dan ilmu -ilmu terkait di Indonesia. Berita Biologi memuat karya tulis ilmiah asli berupa makalah hasil penelitian, komunikasi pendek dan tinjauan kembali yang belum pernah diterbitkan atau tidak sedang dikirim ke media lain. Masalah yang diliput, diharuskan menampilkan aspek atau informasi baru. Tipe naskah 1. Makalah lengkap hasil penelitian (original paper) Naskah merupakan hasil penelitian sendiri yang mengangkat topik yang up-todate. Tidak lebih dari 15 halaman termasuk tabel dan gambar. Pencantuman lampiran seperlunya, namun redaksi berhak mengurangi atau meniadakan lampiran. 2. Komunikasi pendek (short communication) Komuniasi pendek merupakan makalah hasil penelitian yang ingin dipublikasikan secara cepat karena hasil termuan yang menarik, spesifik dan baru, agar dapat segera diketahui oleh umum. Artikel yang ditulis tidak lebih dari 10 halaman. Hasil dan pembahasan boleh digabung. 3. Tinjauan kembali (review) Tinjauan kembali merupakan rangkuman tinjauan ilmiah yang sistematis-kritis secara ringkas namun mendalam terhadap topik penelitian tertentu. Hal yang ditinjau meliputi segala sesuatu yang relevan terhadap topik tinjauan yang memberikan gambaran ‘state of the art’, meliputi temuan awal, kemajuan hingga issue terkini, termasuk perdebatan dan kesenjangan yang ada dalam topik yang dibahas. Tinjauan ulang ini harus merangkum minimal 30 artikel. Struktur naskah 1. Bahasa Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia atau Inggris yang baik dan benar. 2. Judul Judul harus singkat, jelas dan mencerminkan isi naskah diikuti oleh nama dan alamat surat menyurat penulis. Nama penulis untuk korespondensi diberi tanda amplop cetak atas (superscript). 3. Abstrak Abstrak dibuat dalam dua bahasa, bahasa Indonesia dan Inggris. Abstrak memuat secara singkat tentang latar belakang, tujuan, metode, hasil yang signifikan, kesimpulan dan implikasi hasil penelitian. Abstrak berisi maksimum 200 kata, spasi tunggal. Di bawah abstrak dicantumkan kata kunci yang terdiri atas maksimum enam kata, dimana kata pertama adalah yang terpenting. Abstrak dalam bahasa Inggris merupakan terjemahan dari bahasa Indonesia. Editor berhak untuk mengedit abstrak demi alasan kejelasan isi abstrak. 4. Pendahuluan Pendahuluan berisi latar belakang, permasalahan dan tujuan penelitian. Sebutkan juga studi terdahulu yang pernah dilakukan. 5. Bahan dan cara kerja Pada bagian ini boleh dibuat sub-judul yang sesuai dengan tahapan penelitian. Metoda harus dipaparkan dengan jelas sesuai dengan standar topik penelitian dan dapat diulang oleh peneliti lain. Apabila metoda yang digunakan adalah metoda yang sudah baku cukup ditulis sitasi dan apabila ada modifikasi harus dituliskan dengan jelas bagian mana dan apa yang dimodifikasi. 6. Hasil Sebutkan hasil-hasil utama yang diperoleh berdasarkan metoda yang digunakan. Apabila ingin mengacu pada tabel/grafik/diagram atau gambar uraikan hasil yang terpenting dan jangan menggunakan kalimat ‘Lihat Tabel 1’. Apabila menggunakan nilai rata-rata harus menyebutkan standar deviasi. 7. Pembahasan Jangan mengulang isi hasil. Pembahasan mengungkap alasan didapatkannya hasil dan apa arti atau makna dari hasil yang didapat tersebut. Bila memungkinkan, bandingkan hasil penelitian ini dengan membuat perbandingan dengan studi terdahulu (bila ada). 8. Kesimpulan Menyimpulkan hasil penelitian, sesuai dengan tujuan penelitian, dan penelitian berikut yang bisa dilakukan. 9. Ucapan terima kasih 10. Daftar pustaka Tidak diperkenankan untuk mensitasi artikel yang tidak melalui proses peer review. Apabila harus menyitir dari "Laporan" atau "komunikasi personal" dituliskan 'unpublished' dan tidak perlu ditampilkan di daftar pustaka. Daftar pustaka harus berisi informasi yang up to date yang sebagian besar berasal dari original papers. Penulisan terbitan berkala ilmiah (nama jurnal) tidak disingkat.
Format naskah 1. Naskah diketik dengan menggunakan program Word Processor, huruf New Times Roman ukuran 12, spasi ganda kecuali Abstrak. Batas kiri -kanan atas-bawah masing-masing 2,5 cm. Maksimum isi naskah 15 halaman termasuk ilustrasi dan tabel. 2. Penulisan bilangan pecahan dengan koma mengikuti bahasa yang ditulis menggunakan dua angka desimal di belakang koma. Apabila menggunakan bahasa Indonesia, angka desimal menggunakan koma (,) dan titik (.) bila menggunakan bahasa Inggris. Contoh: Panjang buku adalah 2,5cm. Lenght of the book is 2.5 cm. Penulisan angka 1-9 ditulis dalam kata kecuali bila bilangan satuan ukur, sedangkan angka 10 dan seterusnya ditulis dengan angka. Contoh lima orang siswa, panjang buku 5 cm. 3. Penulisan satuan mengikuti aturan international system of units. 4. Nama takson dan kategori taksonomi merujuk kepada aturan standar termasuk yang diakui. Untuk tumbuhan International Code of Botanical Nomenclature (ICBN), untuk hewan International Code of Zoological Nomenclature (ICZN), untuk jamur International Code of Nomenclature for Algae, Fungi and Plant (ICFAFP), International Code of Nomenclature of Bacteria (ICNB), dan untuk organisme yang lain merujuk pada kesepakatan Internasional. Penulisan nama takson lengkap dengan nama author hanya dilakukan pada bagian deskripsi takson, misalnya pada naskah taksonomi. Sedangkan penulisan nama takson untuk bidang lainnya tidak perlu menggunakan nama author. 5. Tata nama di bidang genetika dan kimia merujuk kepada aturan baku terbaru yang berlaku. 6. Ilustrasi dapat berupa foto (hitam putih atau berwarna) atau gambar tangan (line drawing). 7. Tabel Tabel diberi judul yang singkat dan jelas dalam bahasa Indonesia dan Inggris, sehingga Tabel dapat berdiri sendiri. Tabel diberi nomor urut sesuai dengan keterangan dalam teks. Keterangan Tabel diletakkan di bawah Tabel. Tabel tidak dibuat tertutup dengan garis vertikal, hanya menggunakan garis horisontal yang memisahkan judul dan batas bawah. 8. Gambar Gambar bisa berupa foto, grafik, diagram dan peta. Judul ditulis secara singkat dan jelas. Keterangan yang menyertai gambar harus dapat berdiri sendiri, ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Gambar dikirim dalam bentuk .jpeg dengan resolusi minimal 300 dpi dan terpisah dari badan tulisan atau dalam file yang berbeda. 9. Daftar Pustaka Sitasi dalam naskah adalah nama penulis dan tahun. Bila penulis lebih dari satu menggunakan kata ‘dan’ atau et al. Contoh: (Kramer, 1983), (Hamzah dan Yusuf, 1995), (Premachandra et al., 1992). Bila naskah ditulis dalam bahasa Inggris yang menggunakan sitasi 2 orang penulis maka digunakan kata ‘and’. Contoh: (Hamzah and Yusuf, 1995). a. Jurnal Nama jurnal ditulis lengkap. Premachandra GS, H Saneko, K Fujita and S Ogata. 1992. Leaf Water Relations, Osmotic Adjustment, Cell Membrane Stability, Epicutilar Wax Load and Growth as Affected by Increasing Water Deficits in Sorghum. Journal of Experimental Botany 43, 1559-1576.
b. Buku Kramer PJ. 1983. Plant W ater R elationship, 76. Edisi ke-(bila ada). Academic, New York. c. Prosiding atau hasil Simposium/Seminar/Lokakarya. Hamzah MS dan SA Yusuf. 1995. Pengamatan Beberapa Aspek Biologi Sotong Buluh (Sepioteuthis lessoniana) di Sekitar Perairan Pantai Wokam Bagian Barat, Kepulauan Aru, Maluku Tenggara. Prosiding Seminar Nasional Biologi X I, Ujung Pandang 20-21 Juli 1993. M Hasan, A Mattimu, JG Nelwan dan M Litaay (Penyunting), 769-777. Perhimpunan Biologi Indonesia. d. Makalah sebagai bagian dari buku Leegood RC and DA Walker. 1993. Chloroplast and Protoplast. In: Photosynthesis and Production in a Changing Environment. DO Hall, JMO Scurlock, HR Bohlar Nordenkampf, RC Leegood and SP Long (Eds), 268-282. Champman and Hall. London. e. Thesis dan skripsi. Keim AP. 2011. Monograph of the genus Orania Zipp. (Arecaceae; Oraniinae). University of Reading, Reading. [PhD. Thesis]. f. Artikel online. Artikel yang diunduh secara online mengikuti format yang berlaku misalnya untuk jurnal, buku atau thesis, serta dituliskan alamat situs sumber dan waktu mengunduh. Tidak diperkenankan untuk mensitasi artikel yang tidak melalui proses peer review atau artikel dari laman web yang tidak bisa dipertangung jawabkan kebenarannya seperti wikipedia. Forest Watch Indonesia[FWI]. 2009. Potr et keadaan hutan Indonesia per iode 2000-2009. http://www.fwi.or.id. (Diunduh 7 Desember 2012). Formulir persetujuan hak alih terbit dan keaslian naskah Setiap penulis yang mengajukan naskahnya ke redaksi Berita Biologi akan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan yang berisi hak alih terbit naskah termasuk hak untuk memperbanyak artikel dalam berbagai bentuk kepada penerbit Berita Biologi. Sedangkan penulis tetap berhak untuk menyebarkan edisi cetak dan elektronik untuk kepentingan penelitian dan pendidikan. Formulir itu juga berisi pernyataan keaslian naskah, yang menyebutkan bahwa naskah adalah hasil penelitian asli, belum pernah dan sedang diterbitkan di tempat lain.
Penelitian yang melibatkan hewan Untuk setiap penelitian yang melibatkan hewan sebagai obyek penelitian, maka setiap naskah yang diajukan wajib disertai dengan ’ethical clearance approval‘ terkait animal welfare yang dikeluarkan oleh badan atau pihak berwenang. Lembar ilustrasi sampul Gambar ilustrasi yang terdapat di sampul jurnal Berita Biologi berasal dari salah satu naskah. Oleh karena itu setiap naskah yang ada ilustrasi harap mengirimkan ilustrasi dengan kualitas gambar yang baik disertai keterangan singkat ilustrasi dan nama pembuat ilustrasi. Proofs Naskah proofs akan dikirim ke author dan diwajibkan membaca dan memeriksa kembali isi naskah dengan teliti. Naskah proofs harus dikirim kembali ke redaksi dalam waktu tiga hari kerja. Naskah cetak Setiap penulis yang naskahnya diterbitkan akan diberikan 1 eksemplar majalah Berita Biologi dan reprint. Majalah tersebut akan dikirimkan kepada corresponding author. Pengiriman naskah Naskah dikirim dalam bentuk .doc atau .docx. Alamat kontak: Redaksi Jurnal Berita Biologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Cibinong Science Centre, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong 16911 Telp: +61-21-8765067 Fax: +62-21-87907612, 8765063, 8765066 Email:
[email protected] [email protected]
BERITA BIOLOGI Vol.
Isi (Content)
1412)
., ..
.:
\IAKALAH HASIL RISET (ORIGL\AL
PAPERS)
HOW TO PRHDTCT THE BLOOMIIiG OF THE GIANT CORPSE INFLOR-ESC-E NCr. .,l,motrphbpiatius tiianu,n Becc. er Arcang
(Becc)
:
[Prediksi.Mekarnya Bunga Bangkai Raksasa Amorphophallus titorrurn (Becc,) Becc. ex Arcangl
.
ETNOBOTANT PANDAN {PANDA NA C EA-E") Dr TA\{Ar\{ NASIONALBUKITDUABELAS,JAMBI,T'r [Pandani (Pazdanaceae) Ethnobotany in the Bukit Duabelas , \ational Parh Jambil Diwas Prasaji, Muhadiono don lu'an Hibran
'
JAMUR ENTOMOPATOGEN DAN AKTIVITAS ENZIM EKSTRASELULERNYA [Entomopathogenie fungi and their extracellular enzyme activity]
KARAKTERISASI -1, -1, -GLUKANASEBAI(TERI ENDOFITIK ASAL
TA\AIIA\
f urkhoIderia cepacia
l,'rr
l:21.129 ..
ISOLATF'T6
PADI
[Characterization of -10 -1, -Glucanase from Rice Endophytic BacteriumBurkhold*ia cepaciaET6l Ifu Mannla, Tri Puji Priyarno Muhammod Faris Farhin, Laksmj Ambarsari,Yadi Sun'adi, I Madi Samudera, dan 143-1 53 i
PENGGUNAAN .KAPUR DAN VARIETAS ADAPTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL KRDELAI
DI'LAEAN i. ..
.
SULFAT MASAM AKTUAL [Application of Lime and Adaptable Variety to Increase Soybean (Glycine max Merill)Productivity on Actual Acid
Sulphate Soill Koesrini, Khairil Anwar dan Eva Berlian
155:16i
JALI lCok lacryma-iobi L.; Poaceae) UNTL'KDn'ERSIFIKASI PAl|iGAli: PRODUKTMTAS PADA BERBAGAI TAR"{F PEMUi'UKiN lJali (Coix taoyma-jobi L,:, Poaceael for food divenification: tts prrductivity under various doses of fertilizationl
PENGARUH PELARUT PARTISI PADA KANDUNGAN FENOLAT TOTAL DAN AKTI'I'ITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KLI-IT BATA\G Toona sinensis
[EffectofPartitionSolventsonTotalPhenolicContentsandAntioxidantActivitiesof ToonasinewisBarkEitract]
. ' i. '.'..
KAJIANETNOBOTANIMASYARAKATDAYAKDIDESATAULUMBIS,KABUPATENNUNUKAN, PROPINSI KALIMANTAN UTARA, INDONESIA [Ethnobotanical Study of Ethnic Dayak of Tau Lumbis Village, Nunukan Regency, North Kalimantan Province,
.
. ,r.
' ....
Indonesia] r ',
.
... ,
KOMUNIKASI PENDEK PEMANFAATAN ANGGREK SEBAGAI BAHAN OBAT TRADISIONAL PADA ETNIS BATAK SUMATERA UTARA [Utititation of Orchids as ]tedicinal Plants by Ethnic Batak of l-orth Sumatral i87:1e2 SEBARAN KEPITING MANGROVE (CRUSTACEAI DECAPODA) YANG TER-DATTIN PUSAT PEN ELITIAN OSEANOCRAFI-LIPI I 960.I 970
OT
XO"EKSI RUJUKAN
[The Mangrove Crabs (Crustaceal Decapoda) recorded in iefference.collection of Research Centre for Oceanogralilndonesian Insitute of Sciences 1960-19701 Rianta Prati*-i dan Rahmat
r93-200