Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Edisi Kuhusus Tahun 2012 PENGELOLAAN PENDIDIKAN DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN MAHASISWA MELALUI PENDIDIKAN BERBASIS SOFT SKILL DI FKIP UNIVERSITAS BATANGHARI JAMBI Sri Marmoah1 Abstract the background study of this research is to develop a learning model of soft skill and also to improve students soft skills who want to enter the world of work. in this research study, the researcher tries to see and analyze the prevailing condition students in the field of education. the environmental analysis paves the way for a model of educational empowerment students based soft skill. the goals of this research are developing a learning model to study through soft skills activity and knowing the educational administration for students. using qualitative method with ethnomethodology approach that is divided into two stages. first, using descriptive analytic method to explore the social condition and educational activities at the faculty of teacher training and education, batanghari university, jambi. the second is developing alternative model for education about empowering of students based in soft skill education. the result analysis can be concluded as follows: first, the educational administration of students based in soft skill education are still low; second, based on the results of research can be concluded that the educational administration of students based in soft skill education, the need for education mismatching with their need; only a few lecturer existed focus in soft skills, and the curriculum is not implied the values of soft skill. third, average students at the faculty of teacher training and education have medium motivation to develop a learning of soft skill, this is evidenced from the result of questionnaire that spread to these students. based on the pool result, eight students were known from total 15 students have medium level of motivation. the results of the percentage analysis for experiments class for the improvement of students’ soft skills showed that the average of four soft skills competencies, include strategic capabilities, communication skills, interaction skills, and psychological skills, soft skills competencies students at the level of effective. the indicators shown that the soft skill students competencies are still low and quite lack, therefore empowering students in the faculty of teacher training and education can be improved to empowerment both in academic and non-academic programs. Keywords : Educational Administration, Empowerment Students, Soft Skill Penyelenggaraan sistem di Perguruan Tinggi PENDAHULUAN Dalam Pendidikan mempunyai peranan yang diharapkan menjadi wahana untuk mengubah sangat strategis dalam pembangunan suatu pola pikir, pola sikap, dan pola tindak masyarakat bangsa. Berbagai kajian di banyak negara dalam menuju terwujudnya masyarakat yang adil menunjukkan kuatnya hubungan antara dan demokratis. Profil lulusan perguruan tinggi pendidikan sebagai sarana pengembangan sumber diharapkan memiliki kompetensi yang memadai daya manusia dengan tingkat perkembangan sesuai tuntutan masyarakat luas. Hal ini bangsa-bangsa tersebut yang ditunjukkan oleh ditegaskan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, berbagai indikator ekonomi dan sosial budaya. bahwa: Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan Persaingan dalam dunia kerja juga semakin adalah pendidikan yang merata, bermutu, dan ketat, dan daya serap lulusan Perguruan Tinggi relevan dengan kebutuhan masyarakatnya (Fasli masih rendah dalam dunia kerja yang disebabkan Jalal dan Dedi Supriadi, Eds. 2001:xxix). oleh terbatasnya lapangan kerja dan tuntutan dari Dalam perkembangannya pendidikan pengguna (users) yang semakin lama semakin diberikan peranan yang lebih dinamis, hal ini tinggi, serta soft skills yang dimiliki lulusan didasarkan pada suatu pertimbangan bahwa masih rendah. Umumnya para pengguna jasa pendidikan memberikan manfaat yang besar (stakeholders) menginginkan pekerjanya selain sekali bagi negara yaitu peranannya dalam memiliki kemampuan kognitif (IPK yang tinggi) menyiapkan sumber daya manusia. Pendidikan juga memiliki soft skills yang dibutuhkan, seperti merupakan investasi bagi manusia, sebagai suatu motivasi yang tinggi, kemampuan beradaptasi investasi pendidikan harus dilakukan secara dengan perubahan, kompetensi interpersonal, dan kontinue pula. Dengan adanya investasi dalam orientasi nilai yang menunjukkan kinerja yang pendidikan memungkinkan diperolehnya efektif. Dengan kata lain, kemampuan kognitif keuntungan yang tinggi, yaitu diperolehnya (hard Skills) saja tidak cukup memadai untuk sejumlah sumber daya manusia yang bermutu menjawab kebutuhan pengguna jasa maupun yang diperlukan untuk kepentingan pengembangan kewirausahaan pembangunan. (interpreuneurship), namun perlu diimbangi Perguruan tinggi memiliki peran sentral dengan soft skills yang tinggi agar dapat dalam peningkatan daya saing bangsa. terbentuk kemampuan yang terintegrasi dan mempunyai kompetensi yang dibutuhkan oleh pengguna.... 1 Dosen Fak. Keguruan (FKIP) Universitas Berdasarkan pandangan di atas, Perguruan Batanghari 50 Pengelolaan Pendidikan Dalam Upaya Pemberdayaan Mahasiswa Melalui Pendidikan Berbasis Soft Skill di Fkip Universitas Batanghari Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Edisi Kuhusus Tahun 2012 Tinggi mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menghasilkan lulusan yang mampu merespon kebutuhan dan tuntutan dunia kerja, serta menjadikan lulusannya sebagai manusia pembelajar yang memiliki jiwa inovasi dan sikap mental kewirausahaan. Perguruan Tinggi perlu menyadari akan peran dan tanggung jawabnya sebagai agen pembaharuan (agen of change) agar senantiasa memiliki suatu sistem, sumber daya, dan pembinaan bagi mahasiswa. Profil lulusan tidak hanya sosok yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) saja dalam bentuk hard skills, tapi dilengkapi dengan pengembangan sikap dan perilaku (soft skills) mahasiswa yang mampu menjawab kebutuhan pengguna jasa (stakeholders) dan memiliki kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja (entrepreneurship). Pola pembinaan dalam pengembangan soft skill bagi mahasiswa di perguruan tinggi selayaknya dilakukan secara terintegrasi antara kegiatan akademik dan non akademik. Pada kegiatan akademik, muatan soft skill ini perlu dibina dan dikembangkan dalam berbagai kegiatan, metode dan model pembelajaran. Sementara itu, dalam kegiatan non akademik dapat dilakukan pembinaan secara terprogram dalam bentuk legalisasi dan kebijakan perguruan tinggi. Dalam prakteknya, proses pembelajaran didominasi oleh kegiatan yang bersifat hard skills, penguasaan disiplin ilmu. Penguasaan kemampuan ringan dan kemampuan kompetitif sebagai sebuah soft skills kurang mendapat perhatian yang seksama. Padahal, para dosen perlu memiliki keyakinan bahwa proses pembelajaran perlu dilakukan secara sinergis antara penguasaan hard skills dan soft skills. Proses pembelajaran bukan hanya proses penyampaian ilmu pengetahuan saja, tapi lebih penting perlu ada upaya yang disadari oleh para pendidik dalam mengembangkan potensi mahasiswa menjadi lulusan yang berkualitas. Berangkat dari pemikiran di atas maka dilakukan penelitian tentang pengelolaan pendidikan dalam upaya pemberdayaan mahasiswa melalui pendidikan berbasis soft skill pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Batanghari Jambi. Dalam penelitian ini dirumuskan masalah pokok penelitian yaitu “Bagaimana pengelolaan pendidikan dalam upaya pemberdayaan mahasiswa melalui pendidikan berbasis soft skill?” KAJIAN TEORITIK 1. Konsep Administrasi Pendidikan Pendidikan sangat berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia, dalam hubungan tersebut proses kegiatan pendidikan tidak terbatas pada bentuk pendidikan formal yang umumnya dilakukan dalam bentuk pendidikan jalur sekolah, seperti yang dilakukan
pada lembaga-lembaga pendidikan tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan juga dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu, misalnya untuk meningkatkan wawasan dan mutu kehidupan melalui pemberdayaan. Pendidikan dan pemberdayaan masyarakat baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat sangat berkaitan dengan ilmu administrasi, sebagai suatu ilmu yang mempelajari berbagai usaha manusia dalam rangka meningkatkan efesiensi dan efektifitas serta produktivitas kerja dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Usaha dimaksud antara lain berupa tindakan mendayagunakan sumber daya yang tersedia, baik manusia maupun sumber daya lainnya agar berdaya guna secara optimal sehingga pencapaian sasaran yang telah ditetapkan itu akan lebih lancar. Menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1999:2) administrasi pendidikan merupakan perpaduan dua kata yang membentuk satu makna sebagai penerapan ilmu administrasi yang mencakup kegiatan pembinaan, pengembangan, dan pengendalian usaha-usaha pendidikan dalam suatu kerja sama sejumlah orang. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa administrasi pendidikan merupakan keseluruhan proses kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi prosedur; perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan bimbingan, pengkoordinasian, pengawasan dan evaluasi dengan menggunakan segala sumber daya yang tersedia guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam administrasi pendidikan terdapat beberapa karakteristik, yaitu: Adanya kegiatan yang dilaksanakan secara kolektif; Kegiatan tersebut dilakukan secara sistematik dan berkesinambungan, teratur dan berharap; semua kegiatan diarahkan pada upaya pencapaian tujuan; kegiatan tersebut ditunjang dengan fasilitas-fasilitas dan sumber daya; pencapaian tujuan diharapkan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Sejalan dengan itu, G.Z. Roring dalam bukunya Administrasi pendidikan memberi pengertian tentang administrasi pendidikan: “Administrasi pendidikan adalah cara bekerja dengan orang-orang di dalam rangka usaha mencapai tujuan pendidikan yang efektif yang berarti mendatangkan hasil yang baik, tepat, dan benar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.” Pengertian lain diungkapkan oleh CW. Harris (dalam Piet A Sahertian, 1998:19), sebagai berikut: “Educational administration is the process of integratting the effort of personnel and untilizing appropriate materials in such away as
51 Pengelolaan Pendidikan Dalam Upaya Pemberdayaan Mahasiswa Melalui Pendidikan Berbasis Soft Skill di Fkip Universitas Batanghari Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Edisi Kuhusus Tahun 2012 to promote effectively the development of human qualities.” Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka penulis menganggap bahwa administrasi pendidikan merupakan suatu proses pengaturan komponen manusia, komponen material, dan lingkungan sebagai sumber daya yang dapat digunakan untuk melaksanakan program pendidikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dari konsep-konsep pakar tersebut di atas memberikan isyarat bahwa faktor manusia merupakan sasaran inti dan selanjutnya menjadi pokok kajian administrasi pendidikan. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa komponen administrasi pendidikan yang paling vital adalah manusia. Hal demikian menyebabkan pelaksanaan pendidikan senantiasa mengacu pada kegiatan manajerial, menyangkut perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang secara sistematik memainkan peran operasional dalam kegiatan pendidikan. 2. Pendidikan Berbasis Soft Skill Kegiatan belajar merupakan komunikasi yang harmonis antara dosen dengan mahasiswa. Kondisi ini akan membawa kesusksesan dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil studi Killen yang menegaskan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan oleh dosen dalam mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas, yaitu: (1) adanya kejelasan (clarity), (2) keragaman beraktivitas (variety), (3) berorientasi kepada tugas yang tekah ditetapkan (task orientation), (4) berpihak pada kegiatann belajar (engagement in learning), (5) merujuk kepada rata-rata keberhasilan mahasiswa itu sendiri (student success rates). Berdasarkan hasil studi tersebut maka ada kaitannya antara kemampuan tugas dosen dalam implementasi komunikasi dan pengelolaan pembelajaran. Pendidikan berbasis soft skill dapat mereduksi atau menghilangkan disfungsionalisasi yang selama ini menjadi persoalan pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan. Selain itu dapat menjadi kekuatan dalam proses pemberdayaan mahasiswa menuju kearah fungsionalisasi hasil dan dampak pembelajaran bagi kehidupan mahasiswa setempat. Landasan dan pendekatan tidak berarti bermakna sempit akan tetapi bertumpu dari kekuatan soft skill berorientasi kearah yang luas. Hal ini mengandung makna bahwa mahasiswa dituntut memiliki kemampuan dalam hal mendayagunakan sumber daya lokal yang tersedia. Upaya yang harus dilakukan adalah tetap menjaga keseimbangan lingkungan, sehingga kelestarian budaya dapat terpelihara. Istilah soft skills menurut Conrad dan Leigh (1999) softskill didefinisikan: ...as nonthecnical skills, abilities, and traits required to function in a specific employment and can be placed in categories:
Problem solving and other cognitive skills incolve identifying problems and formulation and evaluating alternative solutions by wighing risks and benefit Oral comunication skills include the abillity to speak well and listen well. Personal qualitties important to job performance include self esteem, selft management, responsibility, and motivation. Interpersonal and teamwork skills are those needed to negoitate with others, to participate as a member as a member of a team, to serve clients and customers in a way that meets their expectations, and to resolve conflict maturely. Menurut pandangan di atas, kemampuan soft skill tersebut mencakup: kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan kognitif, kemampuan komunikasi; dan kemampuan interpersonal dan bekerja sama. Masing-masing kemampuan dapat dikembangkan menurut karakter masing-masing bidang. Namun demikian, perolehan prestasi akademik bukan berarti tidak penting. Prestasi akademik sebaiknya ditunjang oleh prestasi nonakademik yang memadai. Aspek soft skills tentang kompetensi lulusan yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran dapat kita lihat proporsinya seperti pada gambar 1.
Gambar 1 Kompetensi Lulusan Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa aspek pengembangan hard skills mencakup dua hal, yaitu penguasaan disiplin ilmu dan pengetahuan mengenai teknologi. Sementara itu aspek pengembangan soft skills mencakup: kemampuan komunikasi secara tertulis atau lisan, kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (tim), kemampuan berfikir sintetis, kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah, kemampuan dalam memahami keragaman budaya, kemampuan bekerja secara mandiri, dan kemampuan berfikir analitik. Soft skills is a sociological term for a person's "EQ" (Emotional Intelligence Quotient), which refers to the cluster of personality traits, social graces, communication, personal habits, friendliness, and optimism that mark us. Soft
52 Pengelolaan Pendidikan Dalam Upaya Pemberdayaan Mahasiswa Melalui Pendidikan Berbasis Soft Skill di Fkip Universitas Batanghari Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Edisi Kuhusus Tahun 2012 skills complement hard skills (part of a person's IQ), which are the technical requirements of a job (Wikipedia). Soft skills merupakan istilah sosiologis yang merujuk pada sekumpulan karakteristik kepribadian, daya tarik sosial, kemampuan berbahasa, kebiasaan pribadi, kepekaan/kepedulian, serta optimisme. Soft skills ini melengkapi hard skills yang bisa dikatakan juga sebagai persyaratan teknis dari suatu pekerjaan. Soft skills tersebut mencakup (a) kualitas pribadi, misalnya tanggung jawab, kepercayaan diri, kemampuan bersosialisasi, manajemen (pengendalian) diri, dan integritas atau kejujuran; dan (b) ketrampilan interpersonal, misalnya berpartisipasi sebagai anggota kelompok, mengajar (berbagi pengetahuan) ke orang lain, melayani pelanggan, kepemimpinan, kemampuan negosiasi, dan bisa bekerja dalam keragaman.) Definisi soft skill menurut Bertahl dalam Wikipedia menjelaskan bahwa soft skill is “Personal and interpersonal behaviors that develop and maximize human performance (e.g. coaching, team building, decision making, initiative). Soft skills do not include technical skills, suc as financial, computer or assembly skills” . Atribut soft skill yang lebih sederhana dikemukakan oleh Patrick O’Brien dalam bukunya “ Making College Count” berbagai soft skills penting dapat dikategorikan kedalam 7 area yang disebut winning characteristics, yang dalam akronim COLLEGE, yakni: communication skills, organizations skills, leadership, logic, effort, group skills, ethis. Jika dicermati atributatribut soft skill yang telah dikembangkan tampaknya merupakan karakter personal yang berbasis Emotional Intelligence. Oleh karena itu, soft skill merupakan atribut kemampuan tak terlihat yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan, pendidikan berbasis soft skill adalah pendidikan yang dalam implementasinya memberikan keterampilan personal dan interpersonal kepada anak didiknya, berorientasi pada pengembangan sisi-sisi kemanusiaan (humanity) yaitu personal skills dan interpersonal skills, kemampuan soft skill mencakup: kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan kognitif, kemampuan komunikasi; dan kemampuan interpersonal dan bekerja sama. 3. Konsep Pemberdayaan Mahasiswa Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), menurut Suharto (2005) pemberdayaan berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali
dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan sesungguhnya tidak terbatas pada pengertian di atas. Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antar manusia. Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial, karena itu kekuasaan dan hubungan kekuasaan dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal: pertama, bahwa kekuasaan dapat berubah, jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun; kedua, bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis. Sedangkan proses pemberdayaan menurut Kindervatter dalam Kusnadi (2005), People gaining an under standing of and control over social, economic, and/or political force in order to improve their standing in society. In other words, as an empowering process is oriented toward influencing socio-economic structures and relationships through group action tracking. Empowering process berarti kemampuan seseorang untuk memahami dan mengendalikan keadaan sosial, ekonomi, dan atau kemampuan politiknya yang sangat diperlukan dalam upaya memperbaiki kedudukannya di masyarakat. Proses pemberdayaan adalah setiap usaha pendidikan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran atau pengertian dan kepekaan pada peserta didik terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan atau politik sehingga pada akhirnya peserta didik memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kedudukannya dalam masyarakat. Pemberdayaan mahasiswa adalah proses perubahan sikap dan perilaku sosial oleh masyarakat itu sendiri dengan jalan mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi yang ada. Stephen P. Robbins (2003) menjelaskan bahwa sulit bagi individu-individu untuk menolak suatu keputusan perubahan kalau mereka juga berpartisipasi dalam keputusan tersebut. Sebagai tujuan maka pemberdayaan itu adalah penetapan tujuan untuk mencapai kekuasaan dan sebagai proses maka pemberdayaan itu adalah upaya untuk memberikan kemudahan (fasilitas), pemampuan (enabling), pembinaan (fostering), atau peningkatan (promoting), kapasitas untuk
53 Pengelolaan Pendidikan Dalam Upaya Pemberdayaan Mahasiswa Melalui Pendidikan Berbasis Soft Skill di Fkip Universitas Batanghari Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Edisi Kuhusus Tahun 2012 menghadapi dan beradaptasi dalam kehidupan dengan sebaik-baiknya. Dari segi relevansi maka pemberdayaan itu haruslah berkaitan dengan tingkat kebutuhan dan permasalahan mahasiswa. Pendekatan pemberdayaan dapat menggunakan dua pendekatan yakni pendekatan untuk perbaikan (improvement approach) dan pendekatan untuk perubahan (transformatif approach). Pendekatan perbaikan adalah upaya pengembangan mahasiswa yang berorientasi kepada perbaikan kinerja agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan dengan jalan memfasilitasi proses pemenuhan kebutuhan dan proses pemecahan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan praktis mahasiswa. Pendekatan transformatif ialah pendekatan yang mendorong terjadinya perubahan orientasi nilai dalam mahasiawa dengan jalan advokasi dan pendampingan. Dari uraian di atas maka definisi operasional tentang pemberdayaan mahasiswa itu adalah partisipasi atau keikutsertaan mahasiswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemilikan guna mencapai produktivitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan sangat identik dengan pendidikan dan merupakan hakikat pendidikan itu sendiri. Hal ini karena apa yang disebut pendidikan adalah usaha memberdayakan manusia, memampukan manusia, memaksimalkan potensi-potensi yang ada pada diri manusia, mengembangkan talenta-talenta yang ada dalam diri manusia, agar dengan kemampuan/potensi yang dimilikinya dapat dikembangkan melalui pendidikan dan pembelajaran. PEMBAHASAN Secara psikologis dan sosial kultural pembentukan soft skills dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Karena itu muatan pendidikan soft skills dalam penelitian ini diarahkan agar mencakup dimensi moral reasoning, moral feeling, dan moral behaviour (Lickona:1991), atau dalam arti utuh sebagai morality yang mencakup moral judgment and moral behaviour baik yang bersifat prohibition-oriented morality maupun pro-social morality (Piaget, 1967; Kohlberg; 1976; Eisenberg-Berg; 1981). Secara pedagogis, pendidikan soft skills dalam penelitian ini dikembangkan dengan menerapkan holistic approach, dengan pengertian bahwa “Effective character education is not adding a program or set of programs. Rather it is a tranformation of the culture and life of the school” (Berkowitz; 2010): Rancangan pengembangan softskills dalam penelitian ini juga sejalan dengan pendapat
Lickona (1992), yang menegaskan bahwa: “In character education, it’s clear we want our children are able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right-even in the face of pressure form without and temptation from within. Dari hasil observasi dapat didiskripsikan bahwa dari empat kompetensi soft skill: pertama dari kemampuan strategi didapat hasil 67% sebanyak tiga mahasiswa dan 83 % sebanyak 12 mahasiswa sehingga diperoleh rata-rata 79,8%. Dari hasil rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa pada kemampuan strategi yang mencakup kerangka global dimana mahasiswa diharapkan mampu membuat kerangka umum tentang apa saja yang hendak disampaikan dalam pembicaraan sehingga tujuan dapat tercapai dan pemilhan kata dimana mahasiswa diharapkan mampu memilih kata yang terbaik untuk mengungkapkan maksud pembicaraan didapatkan hasil rata-rata mahasiswa efektif dalam menggunakan kemampuan strateginya. Kedua, dari kemampuan komunikasi didapat hasil 67% sebanyak lima mahasiswa dan 83 % sebanyak 10 mahasiswa sehingga diperoleh ratarata 77,6%. Dari hasil rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa pada kemampuan strategi yang mencakup olah informasi dimana mahasiswa diharapkan mampu mengolah informasi yang diterimanya dengan melakukan serangkaian proses yang diterimanya, pikirannya yaitu menangkap maksud lawan bicara dan mengingat informasi yang diberikannya dan prinsip informasi dimana mahasiswa diharapkan mampu mengerti dan menjalankan prinsip dalam berkomunikasi didapatkan hasil rata-rata mahasiswa efektif dalam menggunakan kemampuan komunikasinya. Ketiga, dari kemampuan interaksi didapat hasil 67% sebanyak empat mahasiswa dan 83 % sebanyak 11 mahasiswa sehingga diperoleh ratarata 78,7%. Dari hasil rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa pada kemampuan interaksi yang mencakup adaptasi dimana mahasiswa diharapkan mampu menyesuaikan topik pembicaraan yang hendak disampaikan dengan tepat dan tenggang rasa diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan bahasa dan gaya bahasa lawan bicara mengerti dan menjalankan prinsip dalam berkomunikasi didapatkan hasil rata-rata mahasiswa efektif dalam menggunakan kemampuan interaksinya. Keempat, dari kemampuan psikologis didapat hasil 67% sebanyak tiga mahasiswa dan 83 % sebanyak 12 mahasiswa sehingga diperoleh ratarata 79,8%. Dari hasil rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa pada kemampuan psikologis yang mencakup berpikir positif dimana mahasiswa diharapkan mampu melihat segala sesuatu dari sudut pandang yag positif dan
54 Pengelolaan Pendidikan Dalam Upaya Pemberdayaan Mahasiswa Melalui Pendidikan Berbasis Soft Skill di Fkip Universitas Batanghari Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Edisi Kuhusus Tahun 2012 pengendalian diri dimana diharapkan mampu mengenali timbul tenggelamnya emosi sehingga fikiran dan perasaan ekstrim berlebihan terkendalikan, didapatkan hasil rata-rata mahasiswa efektif dalam menggunakan kemampuan psikologisnya. Dari keempat kompetensi soft skill didapatkan kesimpulan bahwa kompetensi yang paling tinngi keefektifannya adalah kompetensi strategi dan kompetensi psikologis yaitu masingmasing didapat hasil dengan rata-rata 79,8%. Sedangkan kompetensi interaksi sedang keefektifannya, didapat hasil dengan rata-rata 78,7%. Kompetensi yang didapat paling rendah rata-ratanya adalah kompetensi komunikasi didapat hasil dengan rata-rata 77,6%. Dari hasil kuesioner dapat didiskripsikan bahwa dari empat kompetensi soft skill yang disebarkan yang mencakup: pertama, Succes Skill, yang mencakup mahasiswa mampu menemukan jatidiri sebagai manusia seutuhnya, memiliki beragam potensi sekaligus kelemahan yang patut dikelola untuk peningkatan kualitas, dapat menjadi bagian dari masyarakat intelektual yang ingin dibangun melalui Perguruan Tinggi dan dapat merumuskan dan menyusun rencana pencapaian cita-cita. Kedua, creativity, diharapkan mahasiswa dapat mempersiapkan dan menciptakan suatu kondisi sehingga inovasi dan kreativitas saya dapat ditingkatkan, dapat berperan aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan. Ketiga, leadership, diharapkan mahasiswa mampu mengasah ketrampilan interaksi antar personel, dapat mengembangkan jiwa kepemimpinan, dan dapat mengembangkan dan memotivasi dalam organisasi kemahasiswaan. Keempat, entreprenuership, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan jiwa/mindset kewirausahaan dan dapat mengembangkan job hunting/creating. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan umum dalam mengimplementasikan atribut soft skill yang dikembangkan melalui empat kompetensi rata-rata pada kategori kurang dari cukup. Apabila diperinci terdiri dari: pertama, Succes Skill, yang mencakup kemampuan mahasiswa dalam menemukan jatidiri sebagai manusia seutuhnya pada kategori sedang, mahasiswa memiliki beragam potensi sekaligus kelemahan yang patut dikelola untuk peningkatan kualitas pada kategori sangat rendah, mahasiswa dapat menjadi bagian dari masyarakat intelektual yang ingin dibangun melalui Perguruan Tinggi pada kategori sedang dan mahasiswa dapat merumuskan dan menyusun rencana pencapaian cita-cita pada kategori tinggi. Kedua, creativity, mahasiswa dapat mempersiapkan dan menciptakan suatu kondisi sehingga inovasi dan kreativitas dapat ditingkatkan pada kategori sedang, mahasiswa
dapat berperan aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan pada kategori sangat rendah. Ketiga, leadership, mahasiswa mampu mengasah ketrampilan interaksi antar personel pada kategori sedang, mahasiswa dapat mengembangkan jiwa kepemimpinan pada kategori sangat rendah, dan mahasiswa dapat mengembangkan dan memotivasi dalam organisasi kemahasiswaan pada kategori sedang. Keempat, entreprenuership, mahasiswa dapat mengembangkan jiwa/mindset kewirausahaan pada kategori sedang dan dapat mengembangkan job hunting/creating pada kategori sangat rendah. Rata-rata kompetensi soft skill yang dimiliki siswa hanya mencapai 52,81 %. Dari hasil sebaran kuesioner yang disebarkan kepada 15 mahasiswa didapatkan hasil sebagai berikut: pertama, terdapat empat mahasiswa pada kategori rendah yaitu: mahasiswa C, E, L, N dengan rata-rata kemampuan soft skillnya 36,36. Kedua, terdapat delapan mahasiswa pada kategori sedang yaitu: mahasiswa G, I, J dengan rata-rata kemampuan soft skillnya 45,45 dan mahasiswa A, B, D, M, N dengan rata-rata kemampuan soft skillnya 54,54. Ketiga, terdapat tiga mahasiswa pada kategori tinggi yaitu: mahasiswa F, K dengan rata-rata kemampuan soft skillnya 63,63 dan mahasiswa H dengan rata-rata kemampuan soft skillnya 72,72. Dari deskripsi di atas dapat dilihat bahwa kemampuan soft skill mahasiswa baik melalui pengamatan langsung maupun melalui penyebaran kuesioner didapatkan hasil bahwa kemampuan soft skill mahasiswa termasuk kategori sedang dan secara efektif telah tercermin dalam kemampuan mahasiswa. Menurut Suyanto (2005) untuk menguasai kemampuan soft skill yang berupa kecerdasan emosi dan spiritual kepada mahasiswa dapat dilakukan melalui bentuk kegiatan kemahasiswaan yang dapat memberikan pengalaman nyata yang akan membantunya ketika mereka terjun ke masyarakat (dunia kerja). Kemampuan (kompetensi) soft skill yang merupakan kompetensi interpersonal sangat sulit didefinisikan sebab sangat subyektif. Soft skill hanya dapat diinterpretasikan melalui observasi perilaku manusia. Sedangkan Kompetensi hard skill yang berupa teknik atau ketrampilan lebih mudah untuk diamati karena dapat diukur secara kuantitatif. Seseorang yang mempunyai soft skill bagus, adalah orang yang dapat berdaya dikemudian hari karena dapat mengelola kehidupan pribadi baik secara internal ke dalam dirinya maupun secara eksternal dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kehidupan kampus merupakan salah satu bentuk miniatur kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, berbagai kegiatan yang dilakukan di kampus sangat perlu ditata sedemikian rupa
55 Pengelolaan Pendidikan Dalam Upaya Pemberdayaan Mahasiswa Melalui Pendidikan Berbasis Soft Skill di Fkip Universitas Batanghari Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Edisi Kuhusus Tahun 2012 sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap perubahan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak civitas akademika khususnya para mahasiswa. Dalam kegiatan akademik, sering melihat karakteristik para mahasiswa dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di kampus. Keikutsertaan mahasiswa di kampus memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda. Perbedaan ini dapat terlihat dari daerah asal, minat dan bakat, jenis kelamin, suku, adat, budaya, agama, dan masih banyak perbedaan lainnya yang merupakan potensi-potensi yang perlu digali dan dikembangan oleh universitas dalam upaya pemberdayaan para mahasiswa dalam mengikuti berbagai program yang ada di kampus. Idealnya, seorang mahasiswa aktif dalam berbagai kegiatan yang ditawarkan kampus baik kegiatan akademik maupun non akademik. Namun dalam kenyataannya, kuantitas dan kualitas mahasiswa dalam mengikuti berbagai kegiatan tersebut sangatlah beragam. Dapat kita cermati dengan menyaksikan berbagai karakter mahasiswa yang berbeda. Sebagian besar mahasiswa hanya mengikuti kegiatan akademik saja, tidak mengikuti kegiatan ekstra kurikuler baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Ada juga tipe mahasiswa yang sangat menyenangi berbagai kegiatan organisasi mahasiswa, namun jika mereka tidak bisa memanage diri dan waktu, sebagai akibatnya prestasi akademik dan waktu penyelesaian kuliah terhambat dan terlalu lama. Mahasiswa pada kategori ini disarankan sebaiknya mereka mampu mengatur waktu untuk mengikuti aktivitas organisasi di sela-sela waktu perkuliahan tanpa harus meninggalkan bangku kuliah. Hasil penelitian tentang pengelolaan pendidikan dalam upaya pemberdayaan mahasiswa melalui pendidikan berbasis soft skill menunjukkan bahwa didapatkan hasil rata-rata dari kompetensi soft skill mahasiswa pada tataran sedang dan efektif. Hal ini menunjukkan indikator bahwa kompetensi soft skill mahasiswa belum dapat dikatakan lebih, dalam hal ini dapat diartikan bahwa pemberdayaan mahasiswa di FKIP masih perlu ditingkatkan terutama pemberdayaan dalam proses pembelajaran. Ada beberapa upaya strategis yang dapat dilakukan antara lain yaitu dengan melibatkan pimpinan universitas, fakultas, dn program studi dalam menciptakan iklim pembelajaran soft skills pada penyelenggaraan pendidikan guru, di antaranya: a. Menyusun soft skills statement dari lulusan yang diintegrasikan dengan kompetensi lulusan, yang akan menjadi brand image lulusan. b. Mengidentifikasi kemampuan soft skills yang akan dikembangkan oleh mahasiswa baru. c. Membuat perencanaan untuk masing-masing tingkat, sehingga tergambarkan proses
pembangunan karakter yang dikehendaki sampai mahasiswa lulus. Dalam tataran praktis, proses pembelajaran soft skills dalam prakteknya dapat diterapkan pada semua mata kuliah yang dipelajari mahasiswa. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh dosen dan mahasiwa dalam memaknai pentingnya pembelajaran soft skills dalam proses perkuliahan. Hal yang harus dilakukan dosen dalam mengembangkan soft skills, di antaranya: a. Setiap dosen menyusun kompetensi mata kuliah; b. Dosen harus aktif berinteraksi dan berpartisipasi dalam kegiatan mengkonstruksikan ilmu dan teknologi dengan mahasiswa; c. Dosen harus adaptif terhadap perubahan ilmu dan teknologi (mampu menentukan scientific vision); d. Dosen harus rajin membaca buku yang bermuatan pengembangan kepribadian dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (cara berkomunikasi, saling menghargai, disiplin, komitmen, bertanggung jawab dan senantiasa jujur); dan e. Dosen dapat menerapkan sikap edifikasi, menularkan pesan baik (quotation) sebelum atau sesudah tatap muka dengan mahasiswa. Selain dosen, hal-hal yang harus dilakukan mahasiswa dalam mengembangkan kompetensi soft skills, di antaranya adalah: a. Mahasiswa membuat tujuan yang jelas dalam mencitrakan karakter yang dinginkan (sebagai apa); b. Mahasiswa ikut terlibat secara aktif dalam berinteraksi dan berpartisipasi dalam kegiatan kemahasiswaan yang berfokus pada pembentukan karakter; c. Mahasiswa mencoba untuk memiliki role model, figur orang sukses untuk dipelajari outobiografinya dan tiru kebiasaan menuju hidup sukses. Misalnya ia ingin menjadi artis terkenal, pengusaha ternama, guru berprestasi, kepala dinas, dan sebagainya; d. Mahasiswa gemar membaca buku yang bermuatan pengembangan kepribadian dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (cara berkomunikasi, bekerja dalam tim, saling menghargai, disiplin, komitmen, bertanggung jawab dan senantiasa jujur) e. Mahasiswa aktif dalam proses pembelajaran sebagai pembelajar yang partisipatif dan dapat menggunakan sumber belajar multi dimensi. Selain hal tersebut di atas, seorang mahasiswa secara mandiri tanpa harus bergantung kepada orang lain harus bisa menjadi dirinya sendiri. Untuk mengasah berbagai kompetensi soft skills, idealnya seorang mahasiwa memiliki kehidupan yang seimbang antara berbagai kegiatan yang
56 Pengelolaan Pendidikan Dalam Upaya Pemberdayaan Mahasiswa Melalui Pendidikan Berbasis Soft Skill di Fkip Universitas Batanghari Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Edisi Kuhusus Tahun 2012 dijalaninya sehari-hari baik aktivitas akademik dan maupun aktivitas non akademik. Dengan adanya keseimbangan aktivitasnya tersebut diharapkan, diharapkan ketika mahasiswa lulus kuliah, yang diperoleh bukan hanya gelar saja, tetapi kualitas diri untuk terjun ke dunia masyarakat juga telah dimilikinya. Dalam kegiatan akademik, untuk mendiseminasikan soft skill pada para mahasiswa, faktor yang sangat berpengaruh adalah dimulai dari dosen. Para dosen diharapkan supaya mengerti lebih jauh tentang soft skill. Hal ini tergambar dari hasil wawancara penulis terhadap beberapa dosen tentang pemahamannya terhadap soft skill masih minim sekali. Dari hasil wawancara dapat dideskripsikan bahwa sebenarnya dari pihak dosen sudah ada niat baik untuk membentu mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan soft skillnya walaupun belum terimplementasi dengan baik. Dalam proses belajar mengajar, diharapkan seorang dosen harus bisa jadi living example. Berikut ini beberapa contoh yang bisa dilakukan oleh seorang dosen seperti: mulai datang tepat waktu pada setiap pertemuan, berusaha untuk mengoreksi tugas dan mengembalikan hasil koreksiannya kepada mahasiswa, membimbing perkuliahan dan praktikum, membimbing skripsi dengan baik, melatih mahasiswa sehingga mampu untuk presentasi dengan baik, membantu mahasiswa untuk membuat sebuah tulisan ilmiah, menjadikan panutan dalam segala sikap dan perilaku sehari-hari baik di kampus maupun di luar kampus, dan sebagai model atau figur bagi semua mahasiswa dalam segala aspek, serta contoh-contoh lain yang dapat menjadi living example bagi mahasiswanya. Dosen juga harus bisa melatih mahasiswa supaya asertif, supaya berani membicarakan ide. Fenomena mahasiswa menyontek juga jangan dianggap biasa, ini masuk faktor kejujuran dan etika dalam soft skill. Informasi untuk memperoleh jawaban terhadap pengembangan soft skill yang diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa menunjukkan hasil yang beragam pada kategori sangat rendah, rendah, sedang, dan cukup. Sementara itu hasil wawancara dari 15 mahasiswa mereka mempunyai beberapa pendapat tentang kemampuan soft skill mereka, yaitu: pertama, hasil wawancara tentang kemampuan berkomunikasi mahasiswa A, B, D, E, G, I, J, dan K tidak mempunyai masalah berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan mahasiswa C, F, H, L, M, N, O mereka mempunyai masalah dalam berkomunikasi terutama dengan dosen dan berkomunikasi dalam kelompok. Kedua, hasil wawancara tentang ketrampilan berpikir dan menyelesaikan masalah mahasiswa A, C, E, G, I, K, M, O tidak mempunyai kesulitan dalam menyelesaikan masalah mereka dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan mahasiswa B, D, F, H, J, L, N mereka mempunyai keterlambatan berpikir dan merasa kesulitan dalam menyelesaikan masalahnya. Ketiga, hasil wawancara tentang kerja dalam tim, mahasiswa B, D, F, H, J, L, N tidak mempunyai masalah bekerjasama dalam tim, sedangkan mahasiswa A, C, E, G, I, K, M, O mereka mempunyai masalah dalam kerja tim. Keempat, hasil wawancara tentang belajar sepanjang hayat dan pengelolaan informasi, mahasiswa A, B, C, D, E berpendapat setuju akan melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi dan mereka selalu mengikuti informasi baik yang berkaitan dengan perkuliahan maupun permaslahan umum lainnya, sedangkan mahasiswa F, G, H, I, J, K, L, M, N, O mereka kurang antusias untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan kurang mengikuti perkembangan informasi baik informasi akademis maupun informasi non akademis. Kelima, hasil wawancara tentang ketrampilan kewirausahaan, mahasiswa F, G, H, I, J, K, L, M, N, O mereka sangat antusias dalam mengembangkan kewirausahaan baik dalam skala kecil maupun besar, sedangkan mahasiswa A, B, C, D, E mereka kurang berminat dalam mengembangkan usaha. Keenam, hasil wawancara tentang etika, moral, dan profesionalisme, mahasiswa A, D, G, M, O mereka tidak mempunyai masalah yang berkaitan dengan etika, moral, dan profesionalisme, sedangkan mahasiswa B, E, F, H, I, K, L, N mereka mempunyai masalah dalam etika, moral, dan profesionalisme. Ketujuh, hasil wawancara tentang ketrampilan kepemimpinan, mahasiswa B, D, F, H, J, L, N tidak mempunyai masalah dalam memimpin baik dalam kelompok di dalam kelas maupun dalam berorganisasi di masyarakat, sedangkan mahasiswa A, C, E, G, I, K, M, O mereka mempunyai masalah dalam kepemimpinan, sebagian dari mereka merasa takut untuk menghadapi orang banyak baik di dalam kampus maupun di luar kampus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketujuh ketrampilan yang harus dimiliki oleh mahasiswa didapat rata-rata pada kategori kurang. Apabila diperinci terdiri dari: ketrampilan berkomunikasi pada kategori kurang, ketrampilan berpikir dan menyelesaikan masalah pada kategori antara cukup dan baik, kerja dalam tim pada kategori kurang, belajar sepanjang hayat dan pengelolaan informasi pada kategori sangat kurang, ketrampilan kewirausahaan pada kategori tinggi, etika, noral, dan profesional pada kategori sangat kurang, dan ketrampilan kepemimpinan pada kategori kurang. Hal ini dapat dilihat dari tujuh kemampuan soft skill yang diajukan sebagai pertanyaan, rata-rata didapat hasil hanya 48,57 % dari mereka yang dapat memenuhi kriteria. Di dalam Wikipedia (2010) ditulis bahwa soft skills merupakan terminasi sociologis untuk Emotional Intelligence Quotient (EQ) seseorang, merupakan kemampuan bagaimana orang-orang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, seperti berkomunikasi, mendengarkan, memberi umpan balik, bekerja sama dalam sebuah tim, menyelesaikan masalah, berkontribusi dalam rapat, dan mengatasi konflik. Menurut pendapat di atas, para mahasiswa pada setiap level membutuhkan semua kemampuan tersebut karena tugas-tugasnya berhubungan dengan membentuk dan mengembangkan tim, mengikuti perkuliahan, memotivasi, mendorong inovasi, mencari solusi atas suatu masalah, mengambil keputusan, dan sejenisnya. Soft skills dapat dipergunakan dan dibutuhkan dalam berbagai bidang pekerjaan (transferable skills), sedangkan hard skills atau
57 Pengelolaan Pendidikan Dalam Upaya Pemberdayaan Mahasiswa Melalui Pendidikan Berbasis Soft Skill di Fkip Universitas Batanghari Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Edisi Kuhusus Tahun 2012 technical skills hanya dibutuhkan pada satu tempat atau bidang bekerja/industri sesuai dengan keilmuan yang dimiliki. Berkaitan dengan implementasi soft skill yang ada di lapangan, berikut ini hal-hal yang bisa diterapkan dalam mengimplementasikan dan mengembangkan soft skill. Langkah-langkah dalam penyusunan program pengembangan Soft Skills dalam upaya pemberdayaan mahasiswa melalui kegiatan kemahasiswaan adalah sebagai berikut: Universitas pada tingkat fakultas menyusun citra lulusannya yang sesuai dengan nilai dan norma yang diusung oleh universitas. Lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dapat dicitrakan sebagai guru yang berprestasi, siap setiap saat membantu anak didiknya sebagai community leader, karena sesuai dengan visi dan misi. Menentukan atribut soft skills yang mendukung ketercapaian pernyataan tersebut diatas, misal fokus pada atribut kepemimpinan, maka yang perlu dikembangkan percaya diri, inisiatif, komunikatifsi, integritas dan yang terkaitnya. Mengidentifikasi kondisi soft skills mahasiswa sebelum dijalankan program pengembangan soft skills, karena sesungguhnya mahasiswa sudah memiliki atribut tertentu. Fokuskan pada karakteristik atribut soft skills yang akan dikembangkan. Lalu jangan lupa apa faktanya. Menggali market signals dari pemangku kepentingan, para alumni dan para pengguna lulusan perguruan tinggi tentang atribut apa yang harus dimiliki di dunia kerja, keunggulan apa yang dimiliki oleh lulusan, kelemahannya apa yang masih ada di lulusan dalam bekerja di kehidupan masyarakat. Menciptakan, merencanakan dan mengembangkan program yang mengakomodir pengembangan soft skills dengan atribut hasil kajian di atas dan dituangkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang tersistem. Menuangkan rencana dalam berbagai kegiatan dengan disertai pendampingan oleh dosen pendamping (coach/mentor). Mendistribusikan kegiatan ke dalam tingkatan mahasiswa mulai dari tingkat I sampai tingkat akhir dalam bentuk kegiatan kemahasiswaan. Evaluasi setiap kegiatan sebagai umpan balik dalam pengembangan soft skills mahasiswa. KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pokok-pokok temuan penelitian sebagaimana dikemukakan pada bab empat, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut:
Pertama, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan pendidikan dalam upaya pemberdayaan mahasiswa melalui pendidikan berbasis soft skill menunjukkan bahwa hasil rata-rata dari empat kompetensi soft skill yang mencakup kemampuan strategi, kemampuan komunikasi, kemampuan interaksi, dan kemampuan psikologis, kompetensi soft skill mahasiswa pada tataran sedang dan efektif. Kedua, hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan umum dalam mengimplementasikan atribut soft skill yang dikembangkan melalui empat kompetensi rata-rata pada kategori kurang dari cukup. Apabila diperinci terdiri dari: pertama, Succes Skill, yang mencakup kemampuan mahasiswa dalam menemukan jatidiri sebagai manusia seutuhnya pada kategori sedang, mahasiswa memiliki beragam potensi sekaligus kelemahan yang patut dikelola untuk peningkatan kualitas pada kategori sangat rendah, mahasiswa dapat menjadi bagian dari masyarakat intelektual yang ingin dibangun melalui Perguruan Tinggi pada kategori sedang dan mahasiswa dapat merumuskan dan menyusun rencana pencapaian citacita pada kategori tinggi. Kedua, creativity, mahasiswa dapat mempersiapkan dan menciptakan suatu kondisi sehingga inovasi dan kreativitas dapat ditingkatkan pada kategori sedang, mahasiswa dapat berperan aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan pada kategori sangat rendah. Ketiga, leadership, mahasiswa mampu mengasah ketrampilan interaksi antar personel pada kategori sedang, mahasiswa dapat mengembangkan jiwa kepemimpinan pada kategori sangat rendah, dan mahasiswa dapat mengembangkan dan memotivasi dalam organisasi kemahasiswaan pada kategori sedang. Keempat, entreprenuership, mahasiswa dapat mengembangkan jiwa/mindset kewirausahaan pada kategori sedang dan dapat mengembangkan job hunting/creating pada kategori sangat rendah. Rata-rata kompetensi soft skill yang dimiliki siswa hanya mencapai 52,81 %. Ketiga, hasil penelitian menunjukkan bahwa ketujuh ketrampilan yang harus dimiliki oleh mahasiswa didapat rata-rata pada kategori kurang. Apabila diperinci terdiri dari: ketrampilan berkomunikasi pada kategori kurang, ketrampilan berpikir dan menyelesaikan masalah pada kategori antara cukup dan baik, kerja dalam tim pada kategori kurang, belajar sepanjang hayat dan pengelolaan informasi pada kategori sangat kurang, ketrampilan kewirausahaan pada kategori tinggi, etika, noral, dan profesional pada kategori sangat kurang, dan ketrampilan kepemimpinan pada kategori kurang. Rata-rata ketrampilan yang dimiliki siswa hanya mencapai 48,57 %. Dari uraian tentang hasil penelitian di atas menunjukkan indikator bahwa kompetensi soft skill mahasiswa masih pada kategori kurang dan cukup, oleh karena itu pemberdayaan mahasiswa di FKIP masih perlu ditingkatkan baik pemberdayaan dalam bidang akademik maupun pemberdayaan bidang non akademik. Saran Berdasarkan keseluruhan uraian dan kesimpulan penelitian, dapat disampaikan rekomendasi kepada berbagai pihak sebagai berikut: Pertama, dalam rangka pemberdayaan mahasiswa melalui pendidikan berbasis soft skill diperlukan pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan secara terpadu
58 Pengelolaan Pendidikan Dalam Upaya Pemberdayaan Mahasiswa Melalui Pendidikan Berbasis Soft Skill di Fkip Universitas Batanghari Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Edisi Kuhusus Tahun 2012 pada semua lingkungan pendidikan baik pada tingkat universitas maupun pada tingkat fakultas, khususnya di FKIP. Kedua, dalam upaya pengembangan soft skill bagi mahasiswa diperlukan kesepakatan semua civitas akademika dalam implementasi peraturan atau tata tertib. Ketiga, dalam rangka meningkatkan motivasi mahasiswa dalam pengembangan soft skill dapat dilakukan dengan program pelatihan AMT (Achievement Motivation Training). Keempat, dosen pengampu mata kuliah yang ada kaitannya dengan kompetensi soft skill untuk meninjau kembali silabusnya, sehingga kompetensi soft skill mahasiswa dapat meningkat. Kelima, pengelolaan pendidikan dalam upaya pemberdayaan mahasiswa melalui pendidikan soft skill dapat dilakukan melalui upaya strategis dengan melibatkan pimpinan universitas, fakultas, dn program studi dalam menciptakan iklim pembelajaran soft skills pada penyelenggaraan pendidikan guru, antara lain adalah: a. Dengan menyusun soft skills statement dari lulusan yang diintegrasikan dengan kompetensi lulusan, yang akan menjadi brand image lulusan. b. Dengan mengidentifikasi kemampuan soft skills yang akan dikembangkan oleh mahasiswa baru. c. Dengan membuat perencanaan untuk masing-masing tingkat atau semester, sehingga tergambarkan proses pembangunan karakter yang dikehendaki oleh fakultas maupun prodi sampai mahasiswa lulus.
DAFTAR PUSTAKA Argyris, Chris. (1999). On Organizational Learning, Second Edition. USA: Blackwell Publishers. Aspin, David N. (2007). Values Education and Lifelong Learning, Principles, Policies, Programmes. Australia: Springer. Awang, San Afri, dkk. (1995). Program IDT dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Aditya Media. Bogdan, Robert and Biklen. (1992). Qualitative Research For Education: An Intruduction to Theory and Methodes. Boston: Allyn and Bacon. Inc. Castetter B. William. (1996). The Human Resource Function in Educational Administration. Ohio: Merril an Imprint of Prentice Hall. Certo, Samuel C. (1994). Strategic Management, Concept and Applications. Chicago: Austen Press. Creswell, John. (1994). Research Design: Qualitative and Quantitative Approach. California: SAGE Publication, Inc. Goleman, D. (1995). Emotional intelligence: Why it can matter more than IQ. New York : Bantam Books Hamidi., (2004). Metode Penelitian Kualitatif, Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian, Malang, Universitas Muhammadiyah Harrison, Lawrence E.and Samuel P. Huntington. (2000). Culture Matters, How Values
Shape Human Progress. New York: Basic Book. Kohlberg, L..(1976). “Moral Stages and Moralization. The CognitiveDevelopmental Approach.” Moral Development and Behavior: Theory, Research and Social Issues. Thomas Lickona (ed) News York: Holt, Rinehart, Winston Kusnadi et al. (2005), Pendidikan Keaksraan Filosofi, Strategi, Implementasi, Jakarta : Ditjen PLS. Lickona, T. (1991). Educating for character: How our schools can teach respect and responsibility. New York: Bantam Books. Maxwell, J. A. (1996). Qualitative Research Design: An Interactive Approach. California: SAGE Publication, Inc. McMillan, J.H. (1992). Educational Research: Fundamentals For The Consumer. New York: Harper Collins Publishers, Inc. Moleong, L.J., (1999). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosdakarya. Nasution, S., (1999). Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung, Tarsito. Pidarta, Made, (2004). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Putra, IS. (2000). Sukses dengan Softskill. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Sejak Kuliah. Bandung : ITB. Robbins, Stephen P.(2001), Perilaku Organisasi (Terjemahan Hadyana P, Benyamin M). Jakarta : PT Prenhallindo. Sagala, Syaiful. (2006). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta. Sailah, I. (2008). Pengembangan Softskill di Perguruan Tinggi. Tim Kerja Pengembangan Softskill Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi : Jakarta. Stewart, Aileen Mitchell. (1994). Empowering People. Singapore: Singapore Institute of Management, Pitman Publishing.
59 Pengelolaan Pendidikan Dalam Upaya Pemberdayaan Mahasiswa Melalui Pendidikan Berbasis Soft Skill di Fkip Universitas Batanghari Jambi