Jurnal Dinamika Penefltian Industri Vol. 23, No. 1, 2012
JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
(JOURNAL OF THE DYNAMICS OF INDUSTRIAL RESEARCH) ISSN 2088-8996
Vol. 23, No. 1, 2012
ABSTRAK DELIGNIFIKASI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DILANJUTKAN DENGAN HIDROLISIS BERTAHAP UNTUK MENGHASILKAN GLUKOSA Nasruddin Balai Riset clan Standardisasi Industri Palembang e-mail:
[email protected] Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses delignifikasi lignin yang dilanjutkan dengan proses hidrolisis secara bertahap dari tandan kosong kelapa sawit untuk menghasilkan glukosa. Berat tandan kosong kelapa sawit untuk masing-masing perlakuan 500 g. Proses delignifikasi dilakukan dengan larutan NaOH pada konsentrasi 2%; 4%; 6%; clan 8%. Proses delignifikasi berlangsung pada temperatur uap panas yang dihasilkan dari proses sterilisasi dengan autoclave selama 50 menit; 75 menit; 100 menit; clan 125 menit. Hasil delignifikasi tandan kosong kelapa sawit dicuci dengan air pH 6 - 6,5. Setelah dicuci ditiriskan di atas kawat kasa selama 60 menit. Selanjutnya dilakukan proses fermentasi pada tahap pertama dengan kapang Trichoderma viride 20% wlw pada tandan kosong kelapa sawit dengan waktu 2 han; 4 han; 6 hari clan 8 han. Fermentasi pada tahap kedua dengan kapang Aspergillus niger 20% wlw dengan waktu 2 han; 4 han; 6 hari clan 8 han. Glukosa yang dihasilkan diuji berdasarkan SNI 01-2892-1992. Hasil uji menunjukkan proses delignifikasi tandan kosong kelapa sawit dengan lanutan NaOH 8% bensamaan dengan proses sterilisasi selama 100 menit dapat menurunkan kadar lignin dan 22,158% menjadi 2,361%. Hidrolisis bertahap terhadap selulosa dari tandan kosong kelapa sawit dengan Tnichoderma viride selama waktu fermentasi 2 hari tahap pertama yang dilanjutkan dengan hidrolisis pada tahap kedua dengan Aspergillus niger selama 6 hari dapat menghasilkan glukosa 1,251 mg/L.
Kata Kunci Tandan kosong kelapa sawit, delignifikasi, Trichoderma viride, Aspergillus niger, glukosa
PENGARUH KONSENTRASI BAHAN PEMBUSA DAN PENGENCERAN LATEKS TERHADAP
MUTU KARET BUSA Chasri Nurhayati dan Oktavia Andayani Balai Riset clan Standardisasi Industri Palembang e-mail:
[email protected] Industri barang jadi lateks (busa) tidak memerlukan teknologi yang tinggi sehingga mudah dikembangkan di daerah penghasil lateks cair. Industni busa saat mi didominasi oleh busa karet sintetis yang pada umumnya dibuat dari karet evapoliuretan clan plastik. bersifat racun dan karsinogenik. Bahan baku lateks cair mengandung protein yang pada sebagian orang menimbulkan alergi apabila menyentuh kulit. Penelitian mi bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi bahan pembusa clan pengenceran lateks terhadap kadar protein lateks, kadar karet kering, kadar jumlah padatan lateks pekat, kekerasan, bobot jenis clan pampatan tetap busa. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan dua perlakuan. Fakton A adalah konsentrasi bahan pembusa (amonium oleat clan amonium klorida) clan clan fakton P adalah pengenceran lateks dengan sentrifugasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Formula bahan pembusa (A) dengan perbandingan amonium oleat clan amonium klonida menghasilkan nilai pampatan tetap berturut-turut adalah A2 : 0,90 phr clan 0,6 phr, A3 : 1,05 phr clan 0,8 phr, A4 : 1,2 phr clan 1,0 phr, A1: 0,75 phr clan 0,4 phr clan A5 : 1,35 phn clan 1,2 phn. Sentnifugasi ulang clan pengencenan akan menununkan kadan protein lateks karet. Penurunan kadar protein yang terbanyak pada lateks pekat yaitu pada pengenceran 30% (P3) sebesar 0,88 % dilanjutkan pengenceran 20% (F2) sebesano,88 %, pengencenan 10% (Pi) sebesar 1,25% clan tanpa pengenceran (F0) sebesar 2,19%.
Kata Kunci Alergen, busa, formula, kualitas, lateks
my
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23, No. 1, 2012
JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI (JOURNAL OF THE DYNAMICS OF INDUSTRIAL RESEARCH) ISSN 2088-8996 Vol. 23, No. 1, 2012 ABSTRAK PEMBUATAN BIODIESEL BIJI KEPUH (STERCULIA FOETIDA L.) DENGAN PROSES ALKOHOLISIS DENGAN KATALISATOR BUANGAN PROSES PERENGKAHAN MINYAK BUMI PERTAMINA UNIT II PALEMBANG Kiagus Ahmad Roni Dosen Universitas Muhammadiyah Palembang e-mail: kiagusaroni @yahoo.com Minyak biji kepuh (Sterculia foetida L.) belum banyak dimanfaatkan. Oleh karena itu, minyak biji kepuh mi perlu diolah, antara lain dengan proses alkoholisis, memakai katalisator buangan perengkahan minyak bumi Pertamina Unit II Palembang, yang juga merupakan limbah, agar dapat dimanfaatkan. Alkoholisis minyak biji kepuh pada tekanan lebih dari satu atmosfer dengan katalisator buangan perengkahan minyak bumi Pertamina Unit II Palembang, dijalankan dalam reaktor yang berupa autoklaf, yang dilengkapi dengan manometer, termometer, kran pengambil cuplikan, pemanas, dan pengaduk. Mula-mula autoklaf diisi minyak biji kepuh, alkohol, dan katalisator dengan jumlah tertentu, lalu pemanas dan perigaduk dihidupkan clan diatur. Cuplikan diambil pada setiap selang waktu 10 menit dan selanjutnya lapisan bawah dianalisis kadar gliserolnya dengan cara asetin. Pada kisaran tertentu, peningkatan suhu, persentase katalisator, kecepatan putaran pengaduk, dan perbandingan etanol-minyak, mengakibatkan konversi gliserid bertambah. Berdasarkan nilai k', indeks Reynolds, perubahan nilai k' untuk setiap kenaikan suhu 10 C, dan nilai tenaga pengaktif, ternyata reaksi kimialah yang mengendalikan kecepatan reaksi keseluruhan. Alkoholisis minyak biji kepuh mengikuti reaksi orde satu semu terhadap gliserid. Tetapan
kecepatan reaksi k' mempunyai persamaan 668,741 T
0,0529
-s
= 1659,2152 e (7,4976.10 + 4,6455.103H)N P G, 1 4 dengan ralat rata-rata hasil percobaan terhadap persamaan sebesar ± 13,66 % untuk k', dan penyimpangan x ± 8,89 %. Keadaan proses yang relatif baik, dijumpai pada waktu 60 menit, suhu 110 °C, persentase katalisator 2 %, kecepatan pengadukan 310 ppm, dan perbandingan alkohol-minyak 6 mgeklmgek. Pada keadaan itu konversi mencapai 0.7091 bagian.
Kata Kunci : Biodiesel, kepuh, alkoholisis, katalis buangan
PENGGUNAAN ANTIOKSIDAN GAMBIR DAN PENGARUHNYA TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON KARET PEGANGAN SETANG SEPEDA MOTOR (GRIP HANDLE) Hari Adi Prasetya Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang e-mail:
[email protected] Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antioksidan gambir terhadap karakteristik kompon karet pegangan setang sepeda motor sehingga mempunyai spesifikasi karet pegangan setang sepeda motor sesuai SNI 06-7031-2004. Mendapatkan konsentrasi terbaik penambahan antioksidan gambir dan carbon black untuk mencegah terjadinya penurunan mutu dalam proses pengolahan kompon karet. Rancangan yang digunakan pada penelitian mi adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 (dua) faktor perlakuan dan masing-masing diulang 3 (tiga) ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi carbon black (45 phr clan 55 phr), faktor kedua adalah konsentrasi gambir (1 phr, 2 phi dan 3 phi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penambahan konsentrasi carbon black dan gambir serta interaksi keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap karakteristik kompon karet pegangan setang sepeda motor meliputi kekerasan, tegangan putus, ketahanan sobek, ketahanan usang dan ketahanan ozon kompon karet pegangan setang (grip handle). Perlakuan terbaik yang memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk karet pegangan setang sepeda motor menurut SNI 06-7031-2004, yaitu perlakuan C1A2 (konsentrasi carbon black 45 phr dan konsentrasi gambir 2 phr), dengan karakteristik kompon karet pegangan setang sepeda motor untuk parameter kekerasan sebesar 70,76 Shore A, tegangan putus sebesar 2
3
71,33 kg/cm , ketahanan sobek sebesar 42,57 mm /kgm, dan ketahanan usang serta ketahanan ozon memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia, yang ditandai dengan tidak ada keretakan pada kompon karet pegangan setang kendaraan bermotor sampai pengamatan 48 jam.
Kata Kunci : Pegangan setang, carbon black, antioksidan, gambir
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23, No. 1, 2012
JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI (JOURNAL OF THE DYNAMICS OF INDUSTRIAL RESEARCH) ISSN 2088-8996
Vol. 23, No. 1, 2012
ABSTRAK PENGGUNAAN ZAT WARNA DISPERSI SISTEM TEMPERATUR TINGGI PADA PEWARNAAN BENANG POLIESTER UNTUK KAIN SONGKET PALEMBANG
Luftinor Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang e-mail:
[email protected] Kain songket Palembang dalam pembuatannya oleh para perajin saat mi masih menggunakan benang kapas dan benang sutera sebagai bahan baku, sedangkan benang sintetik seperti poliester dan rayon penggunaannya masih sangat terbatas. Penyebabnya adalah terkait dengan proses pewarnaannya yang sedikit lebih suUt. Kain-kain yang dibuat dari benang poliester mempunyai beberapa keunggulan seperti kekuatannya yang tinggi, tidak mudah kusut, dimensinya stabil, perawatannya Iebih mudah dan warnanya cerah. Oleh sebab itu telah dilakukan penelitian pewarnaan benang poliester menggunakan zat warna dispersi sistem temperatur tinggi dengan tujuan untuk mendapatkan proses pewarnaan benang poliester yang tepat dan benangnya dapat digunakan untuk pembuatan kain songket Palembang. Proses pewarnaan dilakukan dengan memvariasikan temperatur larutan zat warna dispersi °
°
masing-masing 110 °c, 120 °c, 130 C dan 140 C, waktu proses pewarnaan masing-masing 15 menit, 30 menit, 45 menit dan 60 menit. Benang hasil pewarnaan dilakukan pengujian berupa ketuaan warna, ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan ketahanan luntur warna terhadap gosokan. Meningkatkan temperatur larutan zat warna dan waktu proses pewarnaan dapat meningkatkan ketuaan warna, sedangkan ketahanan luntur warra terhadap pencucian dan ketahanan luntur warna terhadap gosokan cenderung tetap. Kondisi optimal diperoleh pada °
temperatur larutan zat warna 130 C dan waktu proses pewarnaan 45 menit menghasilkan ketuaan warna (nilai K/S) 24,40, ketahanan luntur warna terhadap pencucian masing-masing bernilai 5 (sangat baik) untuk perubahan dan penodaan warna, ketahanan luntur warna terhadap gosokan bernilai 5 (sangat balk) untuk gosokan kering dan 4,5 (baik) untuk gosokan basah. Pewarnaan benang poliester dengan sistem temperatur tinggi menggunakan zat warna dispersi benangnya dapat digunakan untuk pembuatan kain songket Palembang.
Kata Kunci : Kain songket, poliester, pewarnaan, suhu tinggi
PENGGUNAAN ARANG CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KOMPON SELANG KARET
Nuyah Balai Riset dan Standardisasi lndustri Palembang e-mail:
[email protected] Cangkang merupakan limbah padat dari pabrik pembuatan minyak sawit yang selama mi banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan asap cair. Sisa pembuatan pada proses asap cair, berupa cangkang merupakan limbah yang telah berbentuk arang (karbon). Salah satu usaha dalam rangka pengembangan, dilakukan penelitian pemanfaatan arang cangkang sebagai bahan pengisi (filler) dalam pembuatan kompon selang karet. Selang karet adalah karet vulkanisat yang berbentuk dan berukuran tertentu yang pada penggunaannya banyak sekali dan tergantung dari jenisnya. Penelitian mi bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan arang cangkang kelapa sawit sebagai bahan pengisi dalam pembuatan kompon selang karet, serta mendapatkan formula kompon karet yang tepat dan memenuhi persyaratan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan arang cangkang kelapa sawit sebagai bahan pengisi sangat berpengaruh tehadap vulkanisat kompon karet yang dihasilkan.Jenis bahan pengisi yang digunakan dalam penelitian mi terdiri dari carbon black dan arang cangkang kelapa sawit dengan variasi perbandingan yaitu formula 1 (carbon black 40 phr dan tanpa arang cangkang), formula 2 (carbon black 35 phr dan arang cangkang 5 phr), formula 3 (carbon black 25 phr dan arang cangkang 15 phr), formula 4 (carbon black 20 phr dan arang cangkang 20 phr), formula 5 (carbon black 15 phr dan arang cangkang 25 phr), dan formula 6 (carbon black 5 phr dan arang cangkang 35 phr). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan carbon black dan arang cangkang berpengaruh nyata terhadap kekerasan, tegangan putus, dan ketahanan sobek. Perlakuan terbaik diperoleh pada formula 2 (carbon black 35 phr dan arang cangkang 5 phr) dengan nilai kekerasan 60 Shore A, tegangan putus 95 kg/cm
2
, dan ketahanan sobek 246 kg/cm
2
.
Kata Kunci Karbon hitam, arang cangkang kelapa sawit, kompon slang karet
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23, No. 1, 2012
JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI
(JOURNAL OF THE DYNAMICS OF INDUSTRIAL RESEARCH) ISSN 2088-8996
Vol. 23, No. 1, 2012
ABSTRAK PEMANFAATAN ARANG CANGKANG KELAPA SAWIT DENGAN PROSES SOL GEL UNTUK PEMBUATAN KOMPON KARET Rahmaniar Balai Riset clan Standardisasi Industri Palembang e-mail:
[email protected] Pembuatan kompon karet agar dihasilkan barang jadi karet yang layak digunakan terlebih dulu karet mentah dicampur dengan bahan kimia karet lain misalnya bahan pengisi, yang akan berpengaruh terhadap vulkanisasi dan membuat barang jadi karet lebih kuat clan elastis. Bahan pengisi merupakan bagian yang cukup penting dalam pembuatan kompon karet. Tujuan penelitian mendapatkan formulasi yang tepat dalam pembuatan kompon karet clan mengetahui perbandingan komposisi yang tepat dengan menggunakan arang cangkang sawit dengan metode sol gel. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap, yang terdiri dari dua faktor yaitu
(3) tiga perlakuan variasi ukuran partikel Arang Cangkang Sawit (ACS) dengan metode sol gel clan 2 (dua) perlakuan bahan pengisi (ACS), dengan 2 (dua) kali ulangan. Faktor pertama arang cangkang sawit dengan metode sol gel yaitu : A = Ukuran partikel berkisar 40-60 nm, B = Ukuran partikel berkisar 80-100 nm, C = Tanpa perlakuan. Faktor kedua variasi bahan pengisi (ACS), yaitu : C : ACS 20 phr, 02 : ACS 40 phr. Parameter yang diuji kekerasan, kekuatan tank, ketahanan kikis clan perpanjangan sobek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan terbaik adalah formula 4 kombinasi perlakuan (ukuran partikel nano ACS berkisar 80-100 nm clan bahan pengisi ACS 40 phr) clan memenuhi spesifikasi pasaran dengan karakteristik kompon karet meliputi, kekerasan 58 Shore A, tegangan putus 118 kglcm2, ketahanan kikis 367 DIN mm clan perpanjangan putus 510%.
Kata Kunci : Arang cangkang sawit, kompon karet dan sol gel
KAJIAN KANDUNGAN DAN KARAKTERISTIKNYA PATI RESISTEN DARI BERBAGAI VARIETAS PISANG Nanti Musita Balai Riset clan Standardisasi Industri Bandar Lampung e-mail:
[email protected] Produksi pisang Indonesia saat mi mencapai 50% dari total produksi Asia, clan juga mempunyai berbagai jenis pisang. Pisang adalah sumber serat pangan yang sangat potensial menjaga kesehatan, clan pati resisten termasuk kelompok serat pangan. Penelitian mi menggunakan 11 jenis pisang yaitu pisang ambon, batu, janten, kapas, kepok kuning, kepok menado, muli, nangka, raja bulu, raja sereh, clan tanduk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Rendemen pati dan kadar pati resisten pisang ambon (8,58%; 29,37%), batu (0,87%; 39,35%), janten (3,95%; 26,17%), kapas (5,08%; 26,55%), kepok kuning (22,01%; 27,70%), kepok manado (12,24%; 27,21%), mull (6,62%; 26,42%), nangka (3,12%; 26,28%), raja bulu (24,12%; 30,66%), raja sereh (2,32%; 25,63%), clan tanduk (2,07%; 29,60%), (2) Daya serap air dan daya kembang pisang ambon (1,44 mug; 2,53 gIg), batu (0,80 mug; 1,76 gIg), kepok kuning (1,49 ml/g; 2,58 gIg), raja bulu (0,89 ml/g; 2,11 g/g), clan tanduk (1,32 ml/g; 2,23 g/g), clan termasuk pati resisten tipe 2 (RS type II), (3) Pisang raja bulu mempunyai kandungan clan karakteristik pati resisten yang lebih baik dibandingkan pisang kepok kuning, ambon, tanduk, dan batu.
Kata Kunci : kajian dan karakteristik, pati resisten, pisang
vii
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23, No. 1, 2012
JURNAL DINAMIKA PENELITIAN INDUSTRI (JOURNAL OF THE DYNAMICS OF INDUSTRIAL RESEARCH) ISSN 2088-8996 Vol. 23, No. 1, 2012 ABSTRACT DELIGNIFICA TION OF EMPTY PALM FRUIT BUNCHES CONTINUED WITH GRADUAL HYDROLYSIS TO PRODUCE GLUCOSE
Nasruddin Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang e-mail:
[email protected] This research is to study the process of lignin delignification from empty palm fruit bunches for each treatment with 500 g weight with a solution of NaOH at concentration 2%, 4%, 6%, and 8%. Delignification process takes place at temperatures of steam sterilization bay autoclave for 50, 75, 100, and 125 minutes. After being washed and drained, the first stage of fermentation is performed with Trichoderma viride fungus 20% w/w of empty palm fruit bunches with times of 2, 4, 6 and 8 days. The second stage of fermentation with Aspergillus niger is 20% w/w with a time of 2, 4, 6 and 8 days. The results indicate delignification of empty palm fruit bunches with 8% NaOH solution in conjunction with the sterilization process for 100 minutes to reduce levels of lignin from 22.158% to 2.361%. Gradual hydrolysis of cellulose from empty palm fruit bunches with Trichoderma viride fermentation time of 2 days during the first stage followed by a second phase of hydrolysis with Aspergillus niger for 6 days to produce glucose 1.251 mg/L.
Keywords: Aspergillus niger, delignification, glucose, Oil palm empty fruit bunches, Trichoderma viride
THE EFFECT OF FOAMING AGENT CONCENTRATION AND LATEX DILUTION IN LATEX FOAM
Chasri Nurhayati dan Oktavia Andayani Balai Riset dan Standard isasi Industri Palembang e-mail:
[email protected] The objective of this research is to determine the effect of foaming agent concentration and latex dilution in the making of dish washer foam that has low protein content with latex protein waste as a main ingredient. The best formula of foaming agent (concentration of ammonium oleate and ammonium chloride) to increase pressure value is A 2 : 0.90 phr and 0.6 phr, A 3 : 1.05 phr and 0.8 phr, A4 : 1.2 phr and 1.0 phr, A 1 . 0.75 phr and 0.4 phr and A 5 : 1.35 phr and 1.2 phr respectively. Latex Recentrifugation and Dilution decreases protein content of the natural latex. The decreasing protein content in the concentrated latex is 0.88% at 30% dilution (P 3), 1.25% at 20% dilution (P 2) and 2.19% without dilution (P& respectively.
Keywords: Allergen, foaming, formula, quality, latex
VIII