Jurnal BK UNESA. Volume 03 Nomor 1 Tahun 2013. 162-171
PENERAPAN KONSELING KELOMPOK REALITA UNTUK MENURUNKAN KEINGINAN BERPERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMK RADEN RAHMAT MOJOSARI THE APPLICATION OF REALITY GROUP COUNSELING TO REDUCE THE DESIRE TO BEHAVE FREE SEX STUDENT IN CLASS XI SMK RADEN RAHMAT MOJOSARI
Nur Akhmad Heri Utoyo Bimbingan dan konseling, Faklultas Ilmu Pendidikan,Universitas Negeri Surabaya Email :
[email protected] Denok Setiawati, M.Pd.,Kons. Bimbingan dan konseling, Faklultas Ilmu Pendidikan,Universitas Negeri Surabaya Email:
[email protected] Drs. Moch. Nursalim, M.Si Bimbingan dan konseling, Faklultas Ilmu Pendidikan,Universitas Negeri Surabaya Email:
[email protected] Dra. Titin Indah Pratiwi, M.Pd Bimbingan dan konseling, Faklultas Ilmu Pendidikan,Universitas Negeri Surabaya Email:
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penerapan konseling kelompok realita dalam menurunkan keinginan berperilaku seks bebas pada siswa kelas XI SMK Raden Rahmat Mojosari. Penelitian ini termasuk jenis pre-test dan post tes one group design. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket untuk mendapatkan data keinginan berperilaku seks bebas yang tinggi. Subyek dalam penelitian ini adalah 6 siswa kelas XI APK c SMK Raden Rahmat Mojosari yang memiliki keinginan berperilaku seks bebas tinggi. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik dengan menggunakan uji tanda. Hasil analisis menunjukkan bahwa p=0,016 lebih kecil dari pada α = 0,05, hasil analisis tersebut dapat dilihat adanya selisih penurunan sebesar 19 frekuensi setelah diberikan perlakuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok realita dapat menurunkan keinginan berperilaku seks bebas siswa
Kata kunci : konseling kelompok realita, keinginan berperilaku seks bebas Abstract The Purpose of this research was to test the implementation of reality group counseling to reduce the desire to free sex behav in class XI Raden Rahmat vocation high scholl mojosari. This research belongs to one group design pre-test post-test. The instrument which was use are collect data questionaire to get data on free sex behave desire is high. The subject in this study were 6 student in class XI APK C Raden Rahmat vocation high scholl mojosari who have high free sexbehaviour desaire. The data analysis technique used was non-parametric statistics using the sign test. The results showed that p = 0.016 was smaller than α = 0.05, the results of this analysis
162
Penerapan Konseling Kelompok Realita
can be seen a decrease in frequency after a given treatment. It can be concluded that the reality of group counseling can decrease free sex behaviour students.
Keywords: Reality group counseling, Free sex behaviour desire
semakin maraknya kasus-kasus kenakalan LATAR BELAKANG
remaja seperti seks pranikah yang dilakukan
Akibat globalisasi telah memberikan
oleh para remaja yang sekarang marak
pengaruh kepada manusia baik dari cara
dilakukan oleh para kalangan pelajar SMA
berpikir maupun cara bertindak, pandangan
yang terbawa arus pengaruh globalisasi.
remaja terhadap seks telah mengalami
Salah satu aspek paling kritis dalam masa
pergeseran,
remaja adalah menyangkut pergaulan, baik
globalisasi
peradaban
telah
mengakibatkan terbentuknya kultur dan
pergaulan dengan sesama jenis
gaya hidup, terutama pada kaum muda suatu
pergaulan dengan lawan jenis. Jika tidak
kelompok usia yang sangat rawan terhadap
berhat i-hati, pergaulan sangat berpotensi
berbagai perubahan dan pengaruh yang
menyeret masa remaja terjerumus kedalam
datang dari luar. Homogenitas kultur dan
pergaulan yang tidak patut (Surbakti, 2009).
gaya hidup tersebut meliputi pakaian ,cara
Remaja dan dorongan seksual adalah
hidup, selera, persepsi tentang diri dan
dua hal yang sangat berhubungan erat
pergaualan sosial, termasuk juga didalamnya
sehingga tidak bisa dipisahkan. Hal itu
persepsi tentang hubungan seks. Dimana
disebabkan
ketika
umumnya memiliki dorongan seksual yang
hubungan dibelahan dunia
lain
pada
fase
maupun
remaja, mereka
mengami desaklarisasi (penurunan nilai
sangat
sakral) dan demoralisasi (penurunan nilai
kegiatan seksual yang
moral), maka persepsi tersebut membentuk
hubungan seks belum sepenuhnya mereka
persepsi serupa dibelahan dunia yang lain.
ketahui (Surbakti, 2009). Penyebab dari
Karena itu hubungan seks bebas saat ini
keinginan berperilaku seks bebas ini yaitu
menjadi globalisasi yang terasa kian sulit
faktor internal dan eksternal contohnya
dibentengi
moral.
keinginannya untuk berperilaku seks bebas
Karena hubungan seks bebas dipandang
karena pengaruh video porno dan rayuan
sebagai kebutuhan dasar manusia.
atau ajakan dari teman kencan / pacarnya
program
penyadaran
kuat,
sedangkan
resiko
akibat
menjurus pada
Begitu juga di Indonesia termasuk di
dan akibat yang ditimbulkan dari perilaku
Jawa Timur akibat globalisasi sekarang ini
seks bebas ini belum sepenuhnya dikaetahui
telah membuat demoralisasi di kalangan
oleh para remaja khususnya para pelajar
para remaja, Salah satu bukti nyata bahwa
SMA Contoh akibat dari seks bebas Untuk
moralitas
mengalami
perempuan dibawah usia 17 tahun yang
kemerosotan yang luar biasa adalah dengan
pernah melakukan hubungan seks bebas
para
remaja
163
Penerapan Konseling Kelompok Realita
akan beresiko tinggi terkena kanker serviks.
tentang perlindungan anak Pasal 16 yang
Beresiko tertular penyakit kelamin dan HIV-
berbunyi
AIDS yang bisa menyebabkan kemandulan
lembaga pendidikan, lembaga keagamaan,
bahkan
keluarga, dan/atau masyarakat berkewajiban
kematian.
Terjadinya
KTD
“Pemerintah,
lembaga
(Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga
memberikan
tindakan aborsi yang dapat menyebabkan
serta pemulihan sosial, kesehatan fisik dan
gangguan kesuburan, kanker rahim, cacat
mental bagi setiap anak yang menjadi
permanen bahkan berujung pada kematian.
korban atau
Akibat Psikologis yang seringkali
pembinaan,
sosial,
pelaku
pendampingan,
pornografi”
maka
dengan ini sudah jelas kalo guru BK atau
terlupakan ketika melakukan seks bebas
instansi
pendidikan
adalah akan selalu muncul rasa bersalah,
memberikan
marah, sedih, menyesal, malu, kesepian,
serta pemulihan sosial, kesehatan fisik dan
tidak punya bantuan, binggung, stress, benci
mental bagi setiap anak yang menjadi
pada diri sendiri, benci pada orang yang
korban atau pelaku pornografi
pembinaan,
berkewajiban pendampingan,
terlibat, takut tidak jelas, insomnia (sulit
Permasalahan yang sama telah di
tidur), kehilangan percaya diri, gangguan
temukan di lapangan yaitu tepatnya di salah
makan, kehilangan konsentrasi, depresi,
satu sekolah SMK di kabupaten mojokerto
berduka, tidak bisa memaafkan diri sendiri,
dimana disekolah itu hampir dalam setiap
takut akan hukuman Tuhan, mimpi buruk,
tahun ada sebagian siswa siswinya putus
merasa
sekolah dikarenakan hamil diluar nikah.
hampa,
halusinasi,
sulit
mempertahankan hubungan.
Hasil wawancra dengan guru BK
Ada fenomena mengejutkan seputar
diketahui bahwa banyak siswa-siwi di
isu pergaulan remaja tersebut. Salah satunya
sekolah ini yang terlibat pergaulan bebas.
terjadi di Mojokerto. Yakni, selama 2010, 60
Hal itu dikuatkan dengan adanya siswa yang
pelajar di wilayah Kabupaten Mojokerto
hamil diluar nikah dalam 1 bulan ada 2 siswi
tersebut hamil di luar nikah ( Jawa Pos,11
dalam 1 kelas yang hamil diluar nikah dan
/09/2011 ). Menurut catatan Kepala Badan
terpaksa dikeluarkan dari sekolah. dan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
diketahui dari keterangan siswi yang terkena
Berencana (BPPKB) Kabupaten Mojokerto,
kasus seks bebas atau hamil diluar nikah
dari 60 pelajar yang hamil di luar nikah itu
bahwa melakukan hubungan seks diluar
didominasi
yang
nikah sudah menjadi hal biasa pada remaja
mencapai 42 orang, siswi SMP 12 orang,
saat ini dan diketahui juga bahwa penyebab
dan siswi SD 6 orang. Ironisnya, tak satu
para siswa terlibat dalam pergaulan bebas ini
pun pihak sekolah yang melapor. Mereka
sebagian besar para siswa yang terpengaruh
menganggap
aib
dengan pergaulan sosialnya dan mereka
sehingga harus ditutup rapat-rapat tanpa
yang mempunyai rasa emosi ingin tahu yang
berusaha mencari solusi. dengan UU bab III
kuat, karena rasa emosi yang kuat tadi
siswi
hal
tingkat
tersebut
SMA
sebagai
165
sehingga muncul tingkah laku seks bebas
layanan informasi dengan materi bahaya
pada siswa tersebut. Karena perilaku seks
seks pra nikah dan dari hasil layanan
bebas itu sangat merugikan dan membawa
informasi yang telah diberikan saat ini dirasa
dampak negatife yang sangat besar, maka
kurang
seharusnya perilaku seks bebas itu harus
permasalahan
dicegah, dan cepat-cepat ditangani.
mengatasi permaslahan tersebut siswa yang
efektif
untuk
siswa
ini.
mengatasi Maka
Untuk
Pengertian perilaku seks bebas adalah
mempunyai dengan keinginan berperilaku
tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seks bebas yang tinggi dapat diberikan
seksual baik dengan lawan jenis yang
alternatife bantuan dalam menyelesaikan
dilakukan oleh sebagian remaja tanpa ada
permasalahan yang sedang dialami melalui
ikatan resmi baik secara hukum maupun
konseling kelompok dengan pendekatan
agama yang melanggar norma-norma dan
realita. Berdasarkan pendapat Corey (2005:
cenderung untuk mencari kenikmatan sesaat.
280) mengemukakan bahwa “terapi realita
Bentuk-bentuk
memiliki implikasi-implikasi langsung bagi
tingkah
bermacam-macam
laku
mulai
dari
ini
bisa
perasaan
situasi-situasi sekolah.
Menurut Glasser
tertarik sampai tingkah laku berkencan,
(1965:9), basis dari terapi realitas adalah
bercumbu
membantu para klien dalam memenuhi
dan
bersenggama
(Sarwono,
2011).
kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya, yang
Dari paparan kasus diatas telah
mencangkup
“kebutuhan
untuk
terungkap bahwa siswa yang berperilaku
mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk
seks bebas itu mempunyai masalah dengan
merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri
pemenuhan
kita sendiri maupun bagi oaring lain”.
kebutuhan
dasarnya
yaitu
kebutuhan identitas, Glasser berpandangan
Konseling
kelompok
dengan
dipilih
kartena
bahwa semua manusia memiliki kebutuhan
pendekatan
dasar
dan
pendekatan realita merupakan salah satu
psikologis. Perilaku manusia dimotivasi
pendekatan konseling yang memfokuskan
untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut.,
perilaku sekarang, yang selanjutnya Corey
sedangkan kebutuhan psikologis manusia
mendasarkan 3 R yang merupakan akronim
menurut Glasser yang mendasar pada dua
dari reality (realita), responbility (tanggung
macam yaitu: (1) kebutuhan dicintai dan
jawab), dan right and wrong (benar dan
mencintai
akan
salah). Dengan demikian bahwa konseli
penghargaan (George dan Cristiani, 1990).
yang bermasalah berkeinginan berperilaku
Kedua kebutuhan psikologis tersebut dapat
seks
digabung menjadi satu kebutuhan yang
tindakan dan nasib (kehidupannya) sendiri,
sangat
namun dapat dilakukan jika manusia telah
yaitu
kebutuhan
dan
utama
(2)
yang
fisiologis
kebutuhan
disebut
kebutuhan
identitas.
realita
bebas dapat
mengubah perasaan,
menerima tanggung jawab dan bersedia
Selama ini upaya penanggulangan
mengubah identitasnya.
yang telah dilakukan oleh guru BK di SMK
Berdasarkan data yang ada konseling
Raden Rahmat yaitu dengan menggunakan
kelompok realita diharapkan dapat dengan
166
Penerapan Konseling Kelompok Realita
segera mendorong terjadinya perubahan perilaku
konseli
dalam
2.
mengurangi
sehingga
perilaku
konseli
perlakuan
kepada
siswa yang memiliki skor keinginan
keinginan berperilaku seks bebas pada diri siswa
Memberikan
berperilaku seks bebas tinggi
lebih
3.
Memberikan
posttest
rasional dan bertanggung jawab. Dari hal itu
mengetahui
dari permasalahan yang ada di lapangan
perbedaan keinginan berperilaku
maka peneliti ingin menguji “Penerapan
seks
konseling
kelompok
kelompok realita
mengurangi
keinginan
realita
untuk
berperilaku
bebas
ada
untuk
dan
setelah
tidaknya
konseling
seks
bebas pada siswa kelas XI SMK Raden
Dalam penelitian ini
Rahmat Mojosari”.
menggunakan
angket yang disusun berdasarkan kisi-kisi dari variabel penelitian. Dibawah ini dapat dilihat tabel kisi-kisi keinginan berperilaku
METODE PENELITIAN
seks bebas. Kisi-kisi ini dibuat dengan Penelitian ini
menggunakan jenis
maksud
penelitian eksperimen karena adanya suatu
untuk
mempermudah
dalam
penyusunan angket.
perlakuan (treatment) yang diterapkan oleh
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Angket
peneliti. Bentuk desain yang digunakan ialah
Keinginan Berperilaku Seks Bebas
dengan desain pre-experimental dengan
Sebelum Uji Coba
menggunakan pendekatan One Group Pre Test - Post Test Design. Rancangan
penelitian
eksperimen
Variabel
Indikator
Sub indikator
dengan desain One Group Pre Test - Post
item (+)
(-)
Pacar
26,27,28, 30,34
35,3637,3 8,39
Teman
40,41,42
43,44,45
Pelacur
46, 47, 48
50,51,52
Terman baru
15,17,29
31,32,33
Psikis
1,2,3,4,5
6,7,8,9,10
Fisik
11,12,13, 14,53,55, 57
54,56,58, 16,18,19, 20
sosial
21,22,23
24,25,49
Test Design dapat digambarkan sebagai berikut Tretmen t
Pre Test
Post test
(Sumber : Sugiyono, 2010:107)
Keinginan berperilaku seks bebas
Hasrat berhubun gan seks dengan siapa saja
Prosedur dari pretest-posttest one group dorongan seksual
design, yaitu : 1.
Pemberian pretest untuk mengukur tingkat keinginan berperilaku seks bebas siswa
167
Sebelum alat pengumpul data di atas
Dari hasil pengakategorian untuk
disebarkan pada subjek penelitian, angket
mencari subyek penelitian tersebut diatas,
terlebih
60
diperoleh 6 siswa yang memiliki kategori
responden untuk dilakukan ujivaliditas dan
keinginan berperilaku seks bebas tinggi.
reliabilitas. Dalam penelitian ini ujivaliditas
Siswi-siswi ini yang akan menjadi subyek
dihitung menggunakan korelasi Product
penelitian. Skor yang diperoleh dari subyek
Moment dengan rumus sebagai berikut:
penelitian tersebut digunakan sebagai data
dahulu
diujikan
kepada
hasil pre-test. Adapun siswa yang akan Berikut
adalah
rumus
Product
menjadi subyek penelitian adalah sebagai
Moment:
berikut: Tabel Data Skor Hasil Angket Pre-Test
Pengujian validitas dilakukan pada
Nama
Skor
Kategori
keinginan berperilaku seks bebas dengan
Nanas
66
Tinggi
membandingkan r hitung dengan r tabel.
Blewah
70
Tinggi
Duren
72
Tinggi
Anggur
65
Tinggi
Jeruk
65
Tinggi
Apel
61
Tinggi
instrument pengumpulan data yaitu angket
Dari 58 item pernyataan yang diuji cobakan terdapat 14 item pertanyaan yang tidak valid dikarenakan kurang dari r tabel, yaitu
0,349.
Item
pertanyaan
yang
dinyatakan tidak valid ini tidak digunakan dalam
pengumpulan
data.
Tidak
digunakannya item-item yang tidak valid dikarenakan item-item yang valid sudah
Data Hasil Pengukuran Akhir (Post-Test)
mewakili indikator-indikator yang ada
Setelah perlakuan
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
realita,
subyek
berupa maka
mendapatkan
konseling selanjutnya
kelompok dilakukan
pengukuran akhir (post-test) kepada enam
Data Hasil Pre-Test
siswi yang mempunyai skor berkeinginan Pre-test dilaksanakan pada hari sabtu
berperilaku seks bebas tinggi. Berikut hasil
tanggal 7 Mei 2013. Instrumen yang
data dari post-test dari keenam subyek
digunakan untuk mencari subyek penelitian
penelitian.
dengan menggunakan angket
keinginan
berperilaku seks bebas yang diberikan pada 27 responden dari siswa kelas XI APK C .
168
Penerapan Konseling Kelompok Realita
Tabel Data Skor Hasil Angket Post-Test 2
Blewah
44
70
XA < XB
3
Duren
42
72
XA < XB
4
Anggur
50
65
XA < XB
5
Jeruk
53
65
XA < XB
6
Apel
46
61
XA < XB
No Nama
Skor
Kategori
1
Nanas
50
Sedang
2
Blewah
44
Sedang
3
Duren
42
Rendah
4
Anggur
50
Sedang
5
jeruk
53
Sedang
6
apel
46
Sedang
Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa yang menunjukkan tanda positif (+)
Analisis Hasil Penelitian
berjumlah 6 yang bertindak sebagai N (banyaknya pasangan yang menunjukkan
Analisis Hasil Pre-Test Dan Post-Test
perbedaan) dan X (banyaknya tanda yang
Setelah diperoleh hasil pre-test dan
lebih sedikit) berjumlah 0. Dengan melihat
post-test, maka peneliti membandingkan
tabel tes binominal dengan ketentuan N = 6
hasil
kemudian
dan X = 0 (z), Maka diperoleh P
mengadakan analisis data agar diketahui
(kemungkinan harga dibawah Ho) = 0,008
hasil penelitian dengan cermat dan teliti
bila dalam ketetapan α (taraf kesalahan)
serta untuk mengetahui benar atau tidaknya
sebesar
hipotesis yang digunakan. Analisis data
disimpulkan bahwa harga 0,008 < 0,05,
yang digunakan adalah uji tanda atau sign
dengan demikian Ho ditolak dan Ha
test.
diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pre-test
dan
post-test
5%
adalah 0,05
maka
dapat
penerapan konseling kelompok realita dapat Untuk menganalisis data peneliti
mengurangi
keinginan
berperilaku
seks
menyiapkan tabel hasil analisis statistic
bebas pada siswa kelas XI SMK Raden
sebagai berikut :
Rahmat Mojosari.
Tabel Analisis Pre-Test Dan PostTest
Pembahasan Hasil Penelitian Hasil dari analisis penelitian ini
No Subyek
Post-
Pre-
Arah
test
test
perbeda
(XA)
menunjukkan perlakuan
an
anggota
(X-B)
bahwa
konseling kelompok
setelah
diberikan
kelompok dapat
realita,
mengurangi
keinginannya dalam berperilaku seks bebas. 1
Nanas
50
66
Melalui konseling kelompok realita ini
XA < XB
169
anggota kelompok mempunyai pemahaman
bertanggung jawab, melainkan tanggung
baru bahwa berperilaku seks bebas adalah
jawablah
perilaku yang tidak bertanggung jawab.
bertanggung jawab.
Mereka menyadari bahwa perilakunya ini
yang
menjadikan
Selain itu, konseling kelompok realita
akan berdampak buruk bagi dirinya maupun
efektif
orang lain. Dari pemahaman baru ini muncul
berperilaku
keinginan dari para anggota kelompok untuk
keyakinan
Glaseer
berubah
2007:153)
menyatakan
menjadi
seorang
yang
seseorang
lebih
untuk
mengurangi
seks
bebas
keinginan
ditinjau
(dalam
dari
Darminto,
semua
manusia
bertanggung jawab dalam memenuhi segala
ketika dilahirkan membawa lima kebutuhan
keinginan mereka. Seperti yang dikatakan
dasar/genetik yang membuat mereka dapat
Glasser (dalam Darminto, 2007:152) bahwa
mengembangkan kualitas kepribadian yang
manusia
berbeda
dapat
mengubah
perasaan,
diantaranya
kebutuhan
untuk
tindakan, dan nasib (kehidupannya) sendiri.
memiliki, yakni kebutuhan untuk mencintai
Namun, itu dapat dilakukan jika manusia
dan
telah
berinteraksi atau berhubungan dengan orang
menerima
tanggung
jawab
dan
bersedia mengubah identitasnya. Melalui
dan
kebutuhan
untuk
lain. Dan sesuai dengan pernyataan Glasser yang
& Zuni (dalam Darminto : 165) Banyak
dimiliki para konseli, dapat mendorong
bukti empiris telah menyatakan bahwa
konseli
konseling realita dapat digunakan untuk
untuk
keinginan Dengan
pemahaman
dicintai,
baru
berusaha
berperilaku kesadaran
mengurangi
seks
yang
bebasnya.
dimiliki
membantu
konseli
menangani
berbagai
para
bentuk gangguan perilaku dan emosi seperti
konseli, maka para konseli dapat menghalau
: kecemasan, salah suai, konflik perkawinan,
segala faktor yang dapat membuat para
kenakalan, bahkan psikosa dan menurunkan
konseli berkeinginan berperilaku seks bebas
angka
dan para konseli dapat mengontrol hidupnya
diatas maka jelas jika konseling kelompok
agar menjadi lebih baik, dapat bertingkah
realita dapat digunakan untuk menangani
laku secara realistik dan bertanggung jawab.
gangguan perilaku dan emosi salah satunya
Dengan demikian dapat disimpulkan
dalam
kriminalitas.
bentuk
Dengan
pernyataan
kenakalan remaja
yaitu
bahwa dengan adanya tanggung jawab dan
keinginan berperilaku seks bebas pada siswa
fokus pada perilaku saat ini, seseorang dapat
kelas XI SMK Raden Rahmat Mojosari.
memenuhi
kebutuhannya
sendiri
tanpa
merugikan orang lain dan mampu mencapai keberhasilan
(identitas
Sesuai
Berdasarkan analisis data yang telah
dengan pernyataan Glasser (dalam Rosjidan
dilakukan dengan menggunakan uji tanda
: 1994) bahwa sejauh individu bertanggung
diperoleh hasil sebagai berikut : N = 6 dan X
jawab pada perbuatannya, sesungguhnya ia
= 0, maka diperoleh p = 0,016 dengan taraf
telah
dan
kesalahan α = 5% adalah 0,05. Maka dapat
bermental sehat. Menurut Glasser, bukanlah
disimpulkan bahwa harga 0,016 < 0,05 (p <
mental
α). Hal ini berarti ada perbedaan yang
mencapai
sehat
sukses).
Simpulan
identitas
yang
sukses
menjadikan
orang
170
Penerapan Konseling Kelompok Realita
signifikan pada skor keinginan berperilaku
menjadi
seks bebas pada siswa antara sebelum dan
penurunan skor berkeinginan berperilaku
sesudah
seks bebas dari 65 menjadi 53. Dan subyek
diberikan
perlakuan
konseling
kelompok realita.
apel
Terdapat 6 subyek dalam penelitian
50.
subyek
mengalami
jeruk
mengalami
penurunan
skor
berkeinginan berperilaku seks bebas dari 61
ini yaitu : apel, blewah, anggur, durian, jeru
menjadi 46.
dan nanas. Hasil analisis dari per individu
Oleh karena itu dapat disimpulkan
berdasarkan hasil post-test dapat diketahui
bahwa
bahwa semua subyek penelitian mengalami
penelitian ini yang berbunyi “ada perbedaan
penurunan skor keinginan berperilaku seks
skor tingkat keinginan berperilaku seks
bebas. Untuk subyek nanas mengalami
bebas pada siswa kelas XI APK C SMK
penurunan skor berkeinginan berperilaku
RADEN RAHMAT antara sebelum dan
seks bebas dari 66 menjadi 50. subyek
sesudah
blewah
skor
kelompok realita” dapat diterima. Dengan
berkeinginan berperilaku seks bebas dari 70
demikian penerapan konseling kelompok
menjadi 44. subyek durian mengalami
realita
penurunan skor berkeinginan berperilaku
berperilaku seks bebas pada siswa SMK
seks bebas dari 72 menjadi 42. subyek
Raden Rahmat Mojosari.
anggur
mengalami
mengalami
penurunan
penurunan
hipotesis
yang
diberikan
dapat
diajukan dalam
perlakuan
mengurangi
konseling
keinginan
skor
berkeinginan berperilaku seks bebas dari 65
Jawa pos. 11 september, 2011. “Kenakalan remaja dimojokerto”. Hal. 11.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
Kartono, Kartini (1989). Psikologi Wanita Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung: CV Mandar Maju
Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoteraphy. bandung: PT. Refika Aditama
Latipun, 2006. Psikologi konseling edisi ketiga. Malang: UMM press
Darminto, Eko. 2007. Teori-teori Konseling. Surabaya: University press
Magdalena, Merry. 2010. Melindungi Anak dari Seks Bebas. Jakarta: PT. Grasindo
George, RL dan Christian, T.S. 1990. Counseling Teori Practice. Boston: allyn and bacon
Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press. Siegel,
Glasser, W (1984). Control Theory A New Explanation of How We Control Our Lives. Harper and Row: New York
Sidney. 1992. Statistic nonparametric, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta
171
Surbakti. (2008). Kenakalan orang tua penyebab kenakalan remaja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. 2011. Surabaya: Usaha Nasional
2