Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1) :55- 66 (2014)
ISSN : 2303-2960
KONVERSI PAKAN, LAJU PERTUMBUHAN, KELANGSUNGAN HIDUP DAN POPULASI BAKTERI BENIH IKAN GABUS (CHANNA STRIATA) YANG DIBERI PAKAN DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK Feed Convertion, Growth Rate, Survival Rate and Bacterial Populations Snakehead Fry (Channa striata) Fed with Probiotic Ruli Agustin1, Ade Dwi Sasanti1* , Yulisman1 1
PS.Budidaya Perairan Fakultas Pertanian UNSRI Kampus Indralaya Jl. Raya Palembang Prabumulih KM 32 Ogan Ilir Telp. 0711 7728874 *
Korespondensi email :
[email protected]
ABSTRACT The aims of this research were to study the effects of probiotics on feed conversion, growth rate, survival rate of snakehead fry, bacterial populations in fish snakehead fry and also to measure the best concentrate of probiotics for growth rate, feed conversion, survival of snakehead fry and bacterial populations on fish snakehead’s intestine. This study use completely randomized design with different levels of probiotic treatments that consisted of six treatments and three replications. The treatments were P0 (without probiotics), P1 (2.5 ml. Kg-1 feed), P2 (5 ml. Kg-1 feed), P3 (7.5 ml. Kg-1 feed), P4 (10 ml. Kg-1 feed) and P5 (12.5 ml. Kg-1 feed).Base on the research of probiotics EM-4 on the fish snakehead fry, the feed conversion value is not significantly affected by giving probiotik. lowest feed conversion value is 1.11 and the highest feed conversion value of 1.55. Growth rate, of the highest growth rate of 3.71 %/day 2.14 %/day is the lowest weight. The highest growth of length is 1.93 %/day and the lowest is 1.74 %/day. Meanwhile, Highest survival value by 40% and the lowest was 13.3%. In the bacterial population, there were addition of bacterial population Lactobacillus sp. and decrease the populations of Aeromonas sp. and Pseudomonas sp. Keywords: probiotics, feed conversion, population bacteria, growth and survival rate
PENDAHULUAN Pakan merupakan sumber energi
budidaya ikan agar dapat meningkatkan
bagi organisme untuk dapat hidup, tumbuh
produksi budidaya. Probiotik adalah salah
dan berkembang. Pada kondisi lingkungan
satu
yang optimal pertumbuhan ikan ditentukan
(suplemen) ke dalam pakan ikan budidaya.
oleh
yang
Ada dua macam cara aplikasi probiotik
dikonsumsi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pada ikan yaitu melalui lingkungan (air)
penyempurnaan
dan melalui oral (dicampurkan ke dalam
jumlah
dan
mutu
teknologi
pakan
dan
metode
alternatif
untuk
penambahan
55
Agustin, et al. (2014)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia pakan). Pemberian probiotik melalui oral
wadah pemeliharaan yang berukuran 35 cm
dapat memperbaiki kualitas pakan sehingga
× 35 cm × 40 cm, timbangan untuk
dapat
menimbang
meningkatkan
kecernaan
pakan
(Mansyur dan Tangko, 2008). Pada
penelitian
ini
bobot
ikan
dan
pakan,
termometer untuk mengukur suhu air, pH dilakukan
meter untuk mengukur pH air, DO meter
pengujian penambahan probiotik EM-4
untuk
pada pakan komersil untuk budidaya ikan
spektrofotometer untuk mengukur kadar
gabus. Ikan gabus digunakan sebagai
amonia, handspray berfungsi sebagai alat
hewan uji mengingat bahwa selama ini
semprot probiotik ke pakan, erlenmeyer,
pakan
cawan petri, mikro pipet, jarum ose,
untuk
ikan
gabus
masih
menggunakan pakan alami. Diharapkan
mengukur
oksigen
terlarut,
autoklaf, batu stiler, dan aluminium foil.
dengan penambahan probiotik EM-4 pada Bahan
pakan, dapat meningkatkan kecernaan pakan buatan, sehingga dapat lebih efisien
Bahan-bahan yang digunakan dalam
dalam penggunaan pakan dilihat dari nilai
penelitian ini adalah probiotik
konversi
bakteri,
sebagai probiotik uji, benih ikan gabus
pertumbuhan, dan kelangsungan benih
dengan ukuran panjang 4,2–4,4 cm dengan
ikan gabus.
bobot 0,45-0,50 g sebagai ikan uji, pelet
pakan,
populasi
EM-4
komersil dengan kandungan protein 30%, METODE PENELITIAN
larutan PBS (Phosphate Buffer Saline), MRS (deMann Rogosa Sharpe) digunakan
Waktu dan Tempat telah dilaksanakan di
sebagai media kultur perhitungan bakteri
Laboratorium Dasar Perikanan Program
Lactobacillus sp., dan GSP agar (Glutamate
Studi
Starch
Penelitian
Budidaya
Perairan
Fakultas
Phenol
Red
Agar)
digunakan
Pertanian Universitas Sriwijaya pada bulan
sebagai media kultur perhitungan bakteri
November – Desember 2012.
Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Metodologi Penelitian
Alat dan Bahan Alat Alat
yang
digunakan
Rancangan Percobaan dalam
penelitian ini adalah akuarium sebagai
Penelitian ekperimental
pada
dilakukan skala
secara
laboratorium
56
Agustin, et al. (2014)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia dengan
menerapkan
Rancangan
Acak
ml,
perlakuan
P2
ml.kg-1
5
pakan
Lengkap (RAL). Perbedaan taraf perlakuan
ditambahkan larutan PBS sebanyak 95 ml,
probiotik yang ditambahkan dalam pakan
perlakuan
terdiri atas enam perlakuan dan tiga
ditambahkan larutan PBS sebanyak 92,5
ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah
ml,
sebagai berikut :
ditambahkan larutan PBS sebanyak 90 ml
P0 = Tanpa penambahan probiotik sebagai kontrol P1 = Penambahan probiotik dosis 2,5 ml.kg-1 pakan P2 = Penambahan probiotik dosis 5 ml.kg-1 pakan P3 = Penambahan probiotik dosis 7,5 ml.kg-1 pakan P4 = Penambahan probiotik dosis 10 ml.kg-1 pakan P5 = Penambahan probiotik dosis 12,5 ml.kg-1 pakan
dan pada perlakuan P5 12,5 ml.kg-1 pakan
P3
ml.kg-1
7,5
perlakuan
P4
pakan
ml.kg-1
10
pakan
ditambahkan larutan PBS sebanyak 87,5 ml. Kemudian dilakukan penyemprotan secara merata ke pakan, lalu dikeringkan dengan diangin-anginkan selama 15 menit. Pembuatan Media Agar Media
yang
digunakan
pada
penelitian ini yaitu media MRS dan GSP. Persiapan Wadah Persiapan
wadah
Media
dimulai
dari
MRS
digunakan
merupakan sebagai
media
media
yang kultur
proses pembersihan akuarium berukuran
penghitungan bakteri asam laktat. Adapun
35 cm x 35 cm x 40 cm berjumlah 18 unit.
prosedur pembuatan media MRS adalah
Kemudian masing-masing wadah diisi air
sebagai berikut, MRS ditimbang sebanyak
sebanyak 10 L.
3,41 g, selanjutnya dituangkan kedalam erlenmeyer
Persiapan pakan dengan pemberian probiotik Pencampuran probiotik ke dalam pakan
dilakukan
dengan
dan
ditambahkan
akuades
sebanyak 100 ml sambil diaduk-aduk hingga larut sempurna, lalu dihomogenisasi dengan batu stiler, diatas hot plate pada
cara
suhu 100ºC, kemudian setelah dingin
penyemprotan. Probiotik yang digunakan
dituang ke dalam cawan petri sebanyak ±
ditambahkan larutan PBS hingga mencapai
15 ml dan ditunggu hingga mengeras.
100 ml.kg-1 pada masing-masing perlakuan. Pada perlakuan P1 dengan penggunaan -1
probiotik sebanyak 2,5 ml.kg
pakan
ditambahkan larutan PBS sebanyak 97,5
Media GSP merupakan media yang digunakan
sebagai
perhitungan
bakteri
media
kultur
patogen.
Adapun
prosedur pembuatan media GSP adalah 57
Agustin, et al. (2014)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia sebagai berikut, GSP ditimbang sebanyak
benih ikan dimasukkan dalam wadah
2,25 g, selanjutnya dituangkan ke dalam
pemeliharaan dengan kepadatan dua ekor.l-1
erlenmeyer
akuades
. Selama pemeliharaan benih ikan gabus
sebanyak 100 ml sambil diaduk-aduk
diberi pakan berupa pelet. Pemberian pakan
hingga larut sempurna, lalu dihomogenisasi
diberikan secara at satiation sebanyak 3
dengan batu stiler diatas hot plate pada
kali sehari sekitar pukul 07.00 WIB, 12.00
suhu 100ºC. Agar yang telah mencair
WIB dan 17.00 WIB. Pakan yang telah
dituangkan ke dalam cawan dan ditunggu
disemprot dengan probiotik diberikan ke
hingga agar mengeras.
ikan hanya satu kali yaitu pada pukul 12.00
dan
ditambahkan
WIB (Jusadi et al, 2004). Jumlah pakan Penghitungan total bakteri
yang diberikan dihitung berdasarkan jumlah
Penghitungan total bakteri yang ada
konsumsi
pakan
harian.
Selama
pada saluran pencernaan diambil pada awal
pemeliharaan
(hari ke-1) dan pada akhir masa (hari ke-30)
ditimbang untuk menghitung nilai FCR.
benih
ikan
yang
mati
pemeliharaan. Perhitungan total bakteri pada saluran pencernaan dimulai dari
Pengumpulan Data
persiapan media yang digunakan. Benih
Data
yang
dikumpulkan
yaitu
pada
ikan,
ikan gabus dibedah dan diambil organ
populasi
pencernaannya
selanjutnya
pertumbuhan,
dilakukan proses pengenceran, Kemudian
kelangsungan
suspensi
kedalam
Pengukuran kualitas air diukur dengan
cawan petri, lalu cawan petri dibungkus dan
frekuensi tiga kali selama pemeliharaan
disimpan selama 24 jam. Perhitungan
yaitu DO, pH dan Amonia (awal, tengah,
jumlah
dan akhir) sedangkan suhu diukur setiap
bakteri
koloni
(usus),
dimasukkan
dilakukan
dengan
menggunakan colony couter. Pemeliharaan dan uji pertumbuhan
usus
konversi hidup
dan
pakan, kualitas
air.
hari pada pagi, siang, dan sore hari. PARAMETER PENGAMATAN Konversi Pakan (KP)
Benih ikan gabus diadaptasikan terlebih dahulu pada media pemeliharaan.
bakteri
Konversi
pakan
dihitung
dari
Djajasewaka
Setelah masa adaptasi benih ikan ditimbang
berdasarkan
dan diukur untuk mendapatkan data bobot
(1985) dalam Wirabakti (2006) sebagai
dan panjang awal pemeliharaan. Kemudian
berikut :
rumus
58
Agustin, et al. (2014)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia F
Keterangan :
KP =
Wt = Bobot ikan di akhir pemeliharaan (g) Wo = Bobot ikan di awal pemeliharaan (g)
((Wt + D) – Wo) Keterangan : KP = Nilai konversi pakan
Laju Pertumbuhan panjang
Wt = Bobot total ikan di akhir pemeliharaan (g) Wo = Bobot total ikan di awal pemeliharaan (g) D = Bobot total ikan yang mati selama pemeliharaan (g) F = Jumlah total pakan yang diberikan (g) Total Bakteri
Laju pertumbuhan panjang: = ln Lt – ln Lo x 100% t Keterangan : Lt = Panjang ikan di akhir pemeliharaan (cm) Lo = Panjang ikan di awal pemeliharaan (cm) Kelangsungan Hidup
Total bakteri dihitung berdasarkan rumus Damongilala (2009) adalah sebagai
Persentase
kelangsungan
hidup
dihitung dengan rumus dari Wirabakti
berikut : 1
(2006) sebagai berikut :
Total Bakteri = Jumlah koloni x Pengenceran
Nt KH =
x 100 % No
Laju Pertumbuhan Ikan Perhitungan pertumbuhan bobot dan panjang tubuh ikan berdasarkan rumus Effendie (1979) adalah sebagai berikut :
Keterangan : SR = Kelangsungan Hidup (%) Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
Laju Pertumbuhan bobot Laju pertumbuhan bobot: = ln Wt – ln Wo x 100% t
Kualitas air Parameter-parameter, alat ukur, dan frekuensi
pengukuran
masing-masing
disajikan dalam Tabel 1.
59
Agustin, et al. (2014)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Tabel 1. Parameter, alat, dan frekuensi pengukuran kualitas air Parameter Alat Frekuensi pengukuran Suhu Termometer 3 kali sehari DO DO meter 3 kali selama masa pemeliharaan pH pH meter 3 kali selama masa pemeliharaan Amonia Spektrofotometer 3 kali selama masa pemeliharaan Keterangan : * American Public Health Asosiation, 1976.
Acuan APHA* APHA* APHA* APHA*
Analisis data
benih
Data populasi bakteri pada usus
HASIL DAN PEMBAHASAN
ikan
Konversi Pakan
gabus,
laju
pertumbuhan,
konversi pakan dan kelangsungan hidup
Data konversi pakan pada penelitian
diuji dengan analisis sidik ragam dengan
ini dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan
tingkat kepercayaan 95%. Apabila terdapat
hasil
perbedaan antar perlakuan maka dilakukan
probiotik dalam pakan tidak berpengaruh
uji lanjut Beda Jarak Nyata Duncan (BJND)
nyata terhadap nilai konversi pakan benih
untuk melihat perlakuan terbaik. Data
ikan gabus.
analisis
keragaman,
penambahan
kualitas air diuraikan secara deskriptif. Tabel 2. Nilai Konversi pakan benih ikan gabus Perlakuan P0 (tanpa probiotik) P1 (2,5 ml. Kg-1 pakan P2 (5 ml. Kg-1 pakan) P3 (7,5 ml. Kg-1 pakan) P4 (10 ml. Kg-1 pakan) P5 (12,5 ml. Kg-1 pakan)
Nilai Konversi Pakan 1,55 1,51 1,34 1, 28 1,11 1,26
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa
perlakuan P0, perlakuan P1, perlakuan P2,
nilai konversi pakan terendah diperoleh
perlakuan P3, dan perlakuan P5. Hal ini
-1
pada perlakuan P4 (10 ml. Kg
menunjukkan
bahwa
yaitu sebesar 1,11 sedangkan nilai konversi
memanfaatkan
pakan
pakan benih ikan gabus tertinggi pada
secara optimal sehingga pakan tersebut
perlakuan
terserap
P0
(tanpa
pakan)
penambahan
dan
diubah
ikan yang
dapat diberikan
menjadi daging.
probiotik) sebesar 1,55. Perlakuan P4 (10
Adanya bakteri probiotik dalam pakan
ml. Kg-1 pakan) menunjukkan bahwa nilai
yang kemudian masuk kedalam saluran
konversi pakan lebih rendah dibanding
pencernaan dapat menekan bakteri patogen 60
Agustin, et al. (2014)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia yang ada dalam usus sehingga membantu
Laju Pertumbuhan Bobot dan Panjang Ikan Gabus
proses penyerapan makanan lebih cepat. Pemberian
probiotik
dalam
Berdasarkan
pakan,
pakan berpengaruh nyata terhadap laju
pakan, sehingga akan sangat membantu penyerapan
makanan
analisis
keragaman, penambahan probiotik dalam
berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi
proses
hasil
pertumbuhan bobot benih ikan gabus. Laju
dalam
pertumbuhan benih ikan gabus selama
pencernaan ikan (Supriyanto, 2010).
pemeliharaan disajikan pada Gambar 2.
Laju Pertumbuhan Bobot Harian (%/hari)
4 3
3,15 bc 3,30 bc
3,71c
3,25 bc
2,67ab 2,14 a
2 1 0
0
2,5
5
7,5
10
12,5
Konsentrasi Probiotik (ml. Kg-1 pakan)
Gambar 1. Laju pertumbuhan bobot benih ikan gabus Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang tidak sama berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf kepercayaan 95%
Pada Gambar 1 menunjukkan laju
meningkatkan laju pertumbuhan berat
pertumbuhan bobot meningkat dengan
benih ikan gabus. Penambahan probiotik
semakin tingginya pemberian konsentrasi
yang optimal dapat memperbaiki mutu
probiotik.
pakan sehingga meningkatkan kecernaan
Adanya
peningkatan
laju
pertumbuhan bobot pada benih ikan gabus
pakan
yang diberi pakan dengan penambahan
pertumbuhan(Mansyur dan Tangko, 2008).
probiotik diduga disebabkan oleh adanya
yang
akhirnya
Selanjutnya,
meningkatkan
dilihat
dari
laju
peranan bakteri yang terdapat dalam
pertumbuhan panjang benih ikan gabus
probiotik
selama pemeliharaan, menunjukkan bahwa
pada
dikonsumsi lebih efisien yang
akhirnya
kecernaan
dapar
dalam
meningkatkan
pakan
dan
dapat
berdasarkan
analisis
sidik
ragam
penambahan probiotik dalam pakan benih
membantu proses penyerapan makanan,
ikan
sehingga pakan yang dikonsumsi lebih
terhadap laju pertumbuhan panjang benih
efisien
ikan gabus (Gambar 3).
yang
pada
akhirnya
dapat
gabus
tidak
berpengaruh
nyata
61
Agustin, et al. (2014)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
Laju Pertumbuhan Panjang Harian (%/ hari)
4 3 2
1,74
1,84
1,86
1,88
1,93
1,89
0
2,5
5
7,5
10
12,5
1 0 Konsentrasi Probiotik (ml. Kg-1 pakan)
Gambar 2. Laju pertumbuhan panjang benih ikan gabus Pada Gambar 2 menunjukkan
Kelangsungan Hidup
adanya peningkatan laju pertumbuhan
Data kelangsungan hidup benih
panjang benih ikan gabus. pertumbuhan
ikan gabus disajikan pada Gambar 3.
pada ikan didefinisikan sebagai perubahan
Berdasarkan
berat atau panjang dalam waktu tertentu
penambahan
dan merupakan suatu proses biologis yang
berpengaruh nyata terhadap kelangsungan
dipengaruhi banyak faktor baik internal
hidup benih ikan gabus.
analisis probiotik
keragaman, dalam
pakan
maupun eksternal (Effendie, 1979). Kelangsungan Hidup (%)
50 40
33,33 bc
38,33 c
40 c
25 ab
30 20
20 a
13,33 a
10 0 0
2,5
5
7,5
10
12,5
Konsentrasi Probiotik (ml. Kg-1 pakan)
Gambar 3. Kelangsungan hidup benih ikan gabus Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang tidak sama berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf kepercayaan 95%
Kelangsungan hidup benih ikan gabus semakin
cenderung
dengan
penambahan konsentrasi 10 ml. Kg-1.
penambahan
Kelangsungan hidup menurun kembali
meningkat
tingginya
puncaknya pada perlakuan P4 dengan
konsentrasi probiotik, kemudian mencapai
pada perlakuan
P5 dengan penambahan 62
Agustin, et al. (2014)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia konsentrasi
probiotik
12,5
ml.
Kg-1
(Gambar 4). Hal ini diduga semakin tinggi
pemberian probiotik dengan dosis yang semakin meningkat.
penambahan konsentrasi probiotik tidak selalu memberikan efek positif terhadap
Populasi Bakteri Hasil
kelangsungan hidup benih ikan gabus. Probiotik tidak selalu memberikan hasil yang positif pada pengujian terhadap spesies ikan yang berbeda atau spesies patogen yang berbeda (Irianto, 2003). Andriyanto et al (2010) menunjukkan sintasan (SR) benih patin jambal yang semakin
menurun
seiring
dengan
penghitungan
populasi
bakteri Lactobacillus sp. pada benih ikan gabus
yang
diberi
pakan
dengan
penambahan probiotik EM-4 menunjukkan adanya
penambahan
total
bakteri
Lactobacillus sp. pada semua perlakuan. Hasil perubahan populasi bakteri pada usus benih ikan gabus selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penghitungan perubahan populasi bakteri di usus benih ikan gabus Perlakuan
Bakteri Lactobacillus sp. Bakteri Aeromonas sp. dan -1 (cfu. ml ) Pseudomonas sp. (cfu. ml-1) Awal Akhir (+)/(-) Awal Akhir (+)/(-) 6 6 6 6 6 P0 3,7x10 8,3 x10 (+)4,6 x10 8,0x10 11,5x10 (+)3,5x106 P1 3,2x106 11,6 x106 (+)8,4 x106 9,7x106 6,7 x106 (-)3,0 x106 6 6 6 6 P2 2,9x10 13,0 x10 (+)10,1x10 7,0x10 5,4 x106 (-)1,6 x106 P3 3,3x106 12,7 x106 (+)9,4 x106 7,4x106 6,3 x106 (-)1,1 x106 P4 3,6x106 13,9 x106 (+)10,3x106 9,0x106 6,8 x106 (-)2,2 x106 P5 2,5x106 13,2 x106 (+)10,7x106 8,5x106 6,7 x106 (-)1,8 x106 Keterangan : (+) adanya penambahan populasi bakteri (-) adanya pengurangan populasi bakteri Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa
bermanfaat dalam mengatur lingkungan
adanya pengaruh pemberian probiotik pada
mikroba pada usus, menghalangi mikroba
pakan,
bakteri
patogen usus
Lactobacillus sp. pada usus benih ikan
efisiensi pakan.
terhadap
pertumbuhan
gabus. Diduga pemberian probiotik EM-4 pada
pakan
terhadap
memberikan
meningkatnya
pengaruh
dan memperbaiki
Penambahan menekan
jumlah
probiotik populasi
nilai
dapat bakteri
pertumbuhan
Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. pada
bakteri Lactobacillus sp. pada usus benih
benih ikan gabus dapat (Tabel 3), dimana
ikan gabus. Dhingra (1993) dalam Farouq
pertumbuhan bakteri pada usus benih ikan
(2011)
gabus
menyatakan
bahwa
probiotik
tidak
meningkat
selama 63
Agustin, et al. (2014)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia pemeliharaan. Kehadiran jenis bakteri
anaerob menghasilkan asam laktat yang
patogen seperti Vibrio sp. Aeromonas sp.
mengakibatkan
turunnya
pH
dan Pseudomonas sp. dapat menyebabkan
pencernaan
yang
menghalangi
penyakit pada ikan budidaya (Feliatra,
perkembangan dan pertumbuhan bakteri-
2012). Aeromonas sp. bersifat proteolotik
bakteri patogen (Sudarmono, 2011)
saluran
sehingga berpotensi besar sebagai patogen ikan,
adanya
merusak terjadinya
enzim
dinding
proteolitik
intenstin,
penebalan
dinding
akan
sehingga
Kualitas Air selama pemeliharaan
intestin.
benih ikan gabus masih dalam batas
Bakteri-bakteri probiotik (Lactobacillus dan
Bifidobacterium)
Kualitas Air
bekerja
toleransi ikan gabus.
secara
Tabel 4. Kualitas air pemeliharaan benih ikan gabus Perlakuan Suhu (0C) 26-29 26-29 26-29 26-29 26-29 26-29 26-30*
P0 P1 P2 P3 P4 P5 Kisaran Optimal *Bijaksana (2011)
pH (Unit pH) 5,8 – 6,0 5,6 – 6,0 5,0 – 6,1 5,7 – 6,0 5,7 – 6,0 5,1 – 6,3 4,0 -11,0*
Parameter Oksigen Terlarut (mg.L-1) 3,08 – 4,87 3,82 – 4,58 3,80 – 4,50 3,05 – 4,51 3,05 – 4,01 3,79 – 4,52 -
Amonia (mg.L-1) 0,012 – 0,056 0,012 – 0,060 0,014 – 0,062 0,012 – 0,062 0,014 – 0,071 0,011 – 0,061 < 1 mg.l-1*
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa
6,0). Peberian probiotik EM-4 dapat
kualitas air pada penelitian ini masih
menurunkan
berada pada kisaran normal. Bahwa suhu
kandungan
yang baik untuk kehidupan ikan gabus
Lactobacillus sp. sehingga kondisi media
0
menjadi asam (Amelia, 2009). Sedangkan,
berkisar antara 26-30 C(Bijaksana, 2011).
pH EM-4
disebabkan
karena
terdapat
bakteri
hasil
oksigen terlarut didapatkan hasil 3,05 –
pengukuran pH didapatkan hasil 5,1 – 6,3
4,58 mg.L-1. Menurut Jayangkaru dan
(Tabel 4). Di perairan umum ikan gabus
Djajadireja (1976) dalam Bijaksana (2011)
dapat hidup di perairan yang mempunyai
bahwa
pH
dapat
kehidupan ikan adalah 5 ppm dan lebih
tidak
baik jika mencapai 7 ppm. Akan tetapi,
menguntungkan pada pH yang rendah (4,5-
ikan gabus juga dapat bertahan pada
Begitu
6,2-7,8.
mentolerir
juga
Ikan
dengan
gabus
kondisi
juga
yang
oksigen
terlarut
optimal
bagi
64
Agustin, et al. (2014)
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia kondisi oksigen terlarutnya berkisar antara 2,0 – 3,7 ppm. Pada amonia didapatkan -1
hasil 0,011 – 0,071 mg.L . Bijaksana (2011) menyatakan kadar amonia yang masih berada di bawah 1 ppm mampu ditolerir oleh ikan. Menurut Sudarmono (2013) probiotik memberikan pengaruh yang baik pada peningkatan kadar oksigen terlarut
dan
juga
konsentrasi
dapat
menurunkan
kandungan
amonia.
Mikroorganisme
probiotik
dapat
mengoksidasi amonia di perairan sehingga kadar amonia menurun (Amelia, 2009). KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat
disimpulkan bahwa : 1. Penambahan probiotik pada pakan benih ikan gabus tidak berpengaruh nyata terhadap nilai konversi pakan dan laju
pertumbuhan
berpengaruh
nyata
panjang, terhadap
tetapi laju
pertumbuhan berat dan kelangsungan hidup. 2. Penambahan probiotik pada pakan benih ikan gabus dapat meningkatkan populasi bakteri Lactobacillus sp. dan menekan populasi bakteri Aeromonas sp. dan Pseoudomonas sp. pada usus benih ikan gabus
DAFTAR PUSTAKA American Public Health Association (APHA). 1976. Standard Methods For The Examination of Water and Waste Water 4 editition. American Public Health Association Washington D.C.1193p. Amelia A. R. 2009. Analisa pertumbuhan populasi mikroba EM-4 dan kualitas air pada media pemeliharaan ikan mas koki (Carassius auratus). Skripsi. Universitas Sriwijaya (tidak dipublikasikan). Bijaksana. U. 2011. Pengaruh Beberapa Parameter Air pada Pemeliharaan Larva Gabus, Channa striata Blkr Di dalam Wadah Budidaya. Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat Damongilala. L. J. 2009. Kadar Air dan Total Bakteri Pada Ikan Roa (Hemirhampus sp) Asap Dengan Metode Pencucian Bahan Baku Berbeda. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Manado. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 9 (2): 190-198. Effendie, M.I. 1979. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Irianto. A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Jusadi, D., E. Gandara., dan I. Mokoginta. 2004. Pengaruh Penambahan Bakteri Bacillus sp. pada Pakan Komersil terhadap Konversi Pakan dan Pertumbuhan Ikan Patin Pangasius Hypophtalmus. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
65
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Mansyur. A. dan A.M. Tangko. 2008. Probiotik: Pemanfaatan Untuk Makanan Ikan Berkualitas Rendah. Media Akuakultur Vol.2 (2): 145149. Sudarmono. 2013. Sukses Meramu Sendiri Probiotik. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Agustin, et al. (2014) Soeharsono. 2010. Probiotik. Basis Ilmiah Aplikasi Dan Aspek Praktis. Widya Padjadjaran. Bandung. Wirabakti, M. C. 2006. Laju Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus L) yang Dipelihara pada Perairan Rawa dengan Sistem Keramba dan Kolam. Journal Tropical Fisheries 1 (1) : 61 – 67.
66