JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Juni 2017
p-ISSN 2548-737x e-ISSN 2548-8678
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Jurnal Teknologi Rekayasa (JTERA) merupakan jurnal ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian, studi kasus, dan articles review di bidang teknik/rekayasa. Jurnal ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi baik untuk peneliti, dosen, akademisi, praktisi industri, maupun instansi pemerintahan. Topik artikel yang dimuat di JTERA mencakup dan tidak terbatas pada bidang: Teknik Informatika, Teknik Komputer, Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik Industri, Teknik Sipil, dan Teknik Lingkungan. JTERA terbit secara berkala setiap dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juni dan Desember. JTERA telah teregistrasi dengan ISSN 2548-737X (cetak) dan ISSN 2548-8678 (elektronik). Versi elektronik dari JTERA dapat diakses melalui http://jtera.polteksmi.ac.id. JTERA sampai saat ini telah teindeks oleh Google Scholar, Indonesian Scientific Journal Database (ISJD), Indonesia One Search, dan PKP Index.
DEWAN REDAKSI Ketua Editor Adnan Rafi Al Tahtawi, M.T. (Politeknik Sukabumi) Editor Pelaksana Abid Fahreza Alphanoda, M.T. (Politeknik Sukabumi) Samirah Rahayu, M.Kom. (Politeknik Sukabumi) Dewi Ayu Sofia, M.Eng. (Politeknik Sukabumi) Desain Grafis Ruslan Efendi, M.Ds. (Politeknik Sukabumi)
MITRA BESTARI Prof. Djoko W. Karmiadji, MSME, Ph.D. (Universitas Pancasila) Dr. Ade Gafar Abdullah, M.Si. (Universitas Pendidikan Indonesia) Dr. Irfan Hilmy, M.Eng. (International Islamic University Malaysia) Dr. Pranoto H. Rusmin, M.T. (Institut Teknologi Bandung) Drs. Engkus Supardi, M.Eng. (Universitas Jenderal Achmad Yani) Dr. Ing. Ana Hadiana, M.Eng.Sc. (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
PENERBIT Politeknik Sukabumi
ALAMAT REDAKSI Jl. Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi 43132, Jawa Barat, Indonesia Telp/Fax: (0266) 215417 E-mail:
[email protected] Website: http://jtera.polteksmi.ac.id
© 2017 Jurnal Teknologi Rekayasa (JTERA) Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras melakukan duplikasi, memperbanyak, dan mencetak ulang tanpa adanya izin dari Dewan Redaksi jurnal ini.
i
JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Juni 2017
p-ISSN 2548-737x e-ISSN 2548-8678
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil‟aalamiin. Puji dan syukur Kami panjatkan kepada Allah SWT atas terbitnya JTERA Vol. 2 No. 1 Juni 2017. Edisi ini merupakan edisi kedua JTERA yang memuat beberapa artikel terkait bidang keteknikan/rekayasa. Pada edisi ini, terdapat tujuh artikel terkait bidang teknik. Artikel terkait pada bidang Teknik Komputer/Elektro berjudul “Desain dan Purwarupa Fuzzy Logic Control untuk Pengendalian Suhu Ruangan” membahas mengenai salah satu aplikasi fuzzy logic. Terdapat dua artikel terkait bidang Teknik Informatika/Sistem Informasi dengan judul “Implementasi JSON Web Service pada Aplikasi Digial Library Politeknik Sukabumi” dan “Analisis Manfaat Penerapan Sistem Informasi Ujian Online: Studi Kasus SMK Pasim Plus”. Pada bidang Teknik Mesin terdapat dua artikel dengan judul “Analisis Variasi Sparger pada Instalasi Modified Atmosphere Storage untuk Menurunkan Kadar O2” dan “Desain Gating System dan Parameter Proses Pengecoran untuk Mengatasi Cacat Rongga Poros Engkol”. Artikel selanjutnya terkait bidang Teknik Sipil dan Lingkungan dengan judul “Evaluasi Finansial pada Proyek Peningkatan Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi” dan “Perilaku Guru dan Pegawai Sekolah Terhadap Penerapan Program Zero Waste di Sekolah: Studi Kasus SMK Maitreyawira Batam”. Dewan redaksi JTERA mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang telah berkontribusi pada jurnal edisi ini. Untuk edisi selanjutnya, Kami mengundang para peneliti, dosen, akademisi, praktisi industri, maupun instansi pemerintahan untuk mempublikasikan hasil penelitian dan pemikirannya di JTERA. Semoga jurnal ini dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan khususnya di bidang rekayasa dan keteknikan.
Sukabumi, Juni 2017 Ketua Editor
i
JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Juni 2017
p-ISSN 2548-737x e-ISSN 2548-8678
DAFTAR ISI 1-8
Desain dan Purwarupa Fuzzy Logic Control untuk Pengendalian Suhu Ruangan Faisal Wahab, Arif Sumardiono, Adnan Rafi Al Tahtawi, Agus Faisal Aziz Mulayari
9-16
Implementasi JSON Web Service pada Aplikasi Digital Library Politeknik Sukabumi Ulfa Mariathul Qibtiyah, Samirah Rahayu
17-30
Analisis Variasi Sparger pada Instalasi Modified Atmosphere Storage untuk Menurunkan Kadar O2 I Gede Eka Lesmana, Agri Suwandi, Arnold Raynold
31-38
Evaluasi Finansial pada Proyek Peningkatan Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi Anita Ariesty
39-46
Perilaku Guru dan Pegawai Sekolah Terhadap Penerapan Program Zero Waste di Sekolah: Studi Kasus SMK Maitreyawira Batam Gita Prajati, Darwin
47-54
Analisis Manfaat Penerapan Sistem Informasi Ujian Online: Studi Kasus SMK Pasim Plus Erick Andika, Djajasukma, Herry Heryanto
55-62
Desain Gating System dan Parameter Proses Pengecoran untuk Mengatasi Cacat Rongga Poros Engkol Kadarisman Syah, Djoko W. Karmiadji, Dwi Rahmalina
ii
JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa Volume 2, Nomor 1, Juni 2017
p-ISSN 2548-737x e-ISSN 2548-8678
LEMBAR ABSTRAK Lembar abstrak ini dapat diperbanyak tanpa adanya izin dan biaya Faisal Wahab1, Arif Sumardiono2, Adnan Rafi Al Tahtawi3, Agus Faisal Aziz Mulayari4, 1Program Studi Teknik Elektro Konsentrasi Mekatronika, Universitas Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit No. 94 Bandung, Indonesia, 2Program Studi Teknik Elektro, Universitas 17 Agustus 45, Jl. Perjuangan No. 17 Cirebon, Indonesia, 3,4Program Studi Teknik Komputer, Politeknik Sukabumi, Jl. Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi, Indonesia,
[email protected] Desain dan Purwarupa Fuzzy Logic Control untuk Pengendalian Suhu Ruangan Jurnal Teknologi Rekayasa (JTERA), Vol. 2, No. 1, Jun. 2017, Hal. 1-8 Fuzzy Logic Control (FLC) merupakan salah satu metode pengendalian sistem yang saat ini banyak digunakan di beberapa disiplin ilmu, khususnya di bidang sistem kendali. Dalam perancangan FLC tidak diperlukan model matematis dari sistem yang akan dikendalikan. Hal ini menjadi salah satu keunggulan FLC sehingga perancangan pengendali lebih mudah dilakukan dengan hanya mengandalkan aturan logika. Pada makalah ini, akan dirancang FLC untuk sistem pendingin ruangan dan direalisasikan dalam bentuk prototype untuk kesederhanaan perancangan. Sistem ini memiliki masukan suhu ruangan dan banyaknya orang di ruangan, sedangkan keluarannya adalah tingkat pendinginan ruangan tersebut. Pengujian sistem ini dilakukan dengan membandingkan hasil keluaran pengendali melalui simulasi Fuzzy Logic Toolbox yang tersedia pada MATLAB. Dua unit purwarupa dirancang dengan sensor masukan yang berbeda sebagai perbandingan. Hasilnya menunjukkan bahwa purwarupa sistem pertama dan kedua mampu mengendalikan suhu ruangan dengan rata-rata kesalahan berturut-turut 1,31% dan 4,06% jika dibandingkan dengan simulasi MATLAB. Kata kunci: fuzzy logic, pengendali, FLC, suhu, MATLAB
Ulfa Mariathul Qibtiyah, Samirah Rahayu, Program Studi Teknik Komputer, Politeknik Sukabumi, Jl. Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi, Indonesia,
[email protected] Implementasi JSON Web Service pada Aplikasi Digital Library Politeknik Sukabumi Jurnal Teknologi Rekayasa (JTERA), Vol. 2, No. 1, Jun. 2017, Hal. 9-16 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan merancang sebuah aplikasi yang dapat membantu pengelolaan data perpustakaan menjadi lebih mudah dan akurat. Analisis terhadap perancangan aplikasi digital library ini meliputi evaluasi terhadap sistem yang diusulkan, database yang diusulkan, dan rencana penerapan aplikasi. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sistem perpustakaan secara manual lebih menghabiskan waktu lama ketika terjadi pengolahan data dan kurangnya tingkat keamanan data. Oleh karena itu, solusi pemecahan dari masalah tersebut adalah dengan membangun aplikasi perpustakaan berbasis web dan Android untuk membuat sistem berjalan lebih baik lagi. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan dapat menjadi pengganti yang lebih baik dari sistem yang sebelumnya. Aplikasi ini dirancang dengan menggunakan database MySQL, PHP, HTML, JavaScript dan Ajax, serta menggunakan konsep framework dengan CodeIgniter. Kata kunci: CodeIgniter, framework, HTML, JavaScript, MySQL, perpustakaan, PHP
I Gede Eka Lesmana, Agri Suwandi, Arnold Raynold, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Pancasila, Srengseng Sawah Jagakarsa, Indonesia,
[email protected]
iii
Analisis Variasi Sparger pada Instalasi Modified Atmosphere Storage untuk Menurunkan Kadar O2 Jurnal Teknologi Rekayasa (JTERA), Vol. 2, No. 1, Jun. 2017, Hal. 17-30 Metode pengawetan makanan dengan memodifikasi komposisi udara khususnya untuk kandungan oksigen dan karbondioksida di ruang simpan atau disebut juga dengan Modified Atmosphere Packaging (MAS) telah diterapkan untuk memperpanjang umur simpan dari buah-buhan dan sayuran. Modifikasi komposisi udara dalam ruang simpan MAS menggunakan injector tipe sparger dengan gas karbon dioksida. Kinerja sparger dinilai dari peningkatan jumlah kandungan gas oksigen dalam ruang simpan dan tingkat homogenitas di dalam sparger. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pemilihan sparger berdasarkan variasi dimensi sudut keluar terhadap kinerja sparger dengan menggunakan simulasi ANSYS dan uji eksperimental. Lima varian sparger diuji tingkat homogenitas dan kadar oksigen yang terkandung dalam ruang simpan. Hasil simulasi dan eksperimetal untuk kelima sparger menunjukkan sparger varian 3 dengan material PVC dari gabungan dua reducer (diameter 44,4 mm dan 31,7 mm) dan dimensi sudut keluar 26,6° memiliki nilai Turbulance Kinetic Energy (TKE) rata-rata tertinggi yaitu 792,66 J/kg dan kadar oksigen dalam ruang simpan terendah yaitu 6,4%. Model hubungan antara kadar gas karbon dioksida dengan oksigen dibuat dengan menerapkan metode least square menunjukkan tingkat signifikan sebesar 74,17%. Luaran dari penelitian ini adalah sparger varian 3 terpilih sebagai sparger yang akan digunakan dalam MAS karena mampu menurunkan kadar oksigen di bawah 10%. Kata kunci: sparger, Turbulence Kinetic Energy (TKE), Modified Atmosphere Storage (MAS), least square
Anita Ariesty, Program Studi Teknik Sipil, Politeknik Sukabumi, Jl. Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi, Indonesia
[email protected] Evaluasi Finansial pada Proyek Peningkatan Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi Jurnal Teknologi Rekayasa (JTERA), Vol. 2, No. 1, Jun. 2017, Hal. 31-38 Guna memenuhi tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang terus meningkat dan meningkatkan daya saing dalam bisnis pelayanan kesehatan serta untuk mendukung pembangunan Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi telah mempersiapkan pengembangan RSU Cibabat menjadi Rumah Sakit mandiri dengan penataan yang lebih modern, kapasitas pelayanan lebih banyak, tata letak gedung yang lebih sehat, orientasi bisnis pada pelayanan-pelayanan unggulan diseluruh kegiatan rumah sakit, bersaing dengan pelayanan rumah sakit swasta dengan tarif yang terjangkau serta mengembangkan segmen pasar pada ekonomi menengah ke atas dalam bentuk proyek peningkatan RSU Cibabat Cimahi. Rencana strategi RSU Cibabat diarahkan kepada bussiness plan dengan tidak menghilangkan fungsi sosial rumah sakit, diantaranya dengan membangun Hospital Mall. Hasil analisis finansial dengan pendapatan sewa-jual mall selama masa investasi 20 tahun, didapat Nilai Bersih Sekarang sebesar Rp. 201.798.922.842 dengan tingkat suku bunga pinjaman 4%. Tingkat Bunga Pengembalian diperoleh sebesar 12,44% dengan Periode Pengembalian terjadi pada tahun ke-11 bulan ke-1. Hasil analisis finansial tanpa pendapatan sewa-jual mall selama masa investasi 20 tahun, didapat Nilai Bersih Sekarang sebesar Rp. 30.676.376.671 dengan tingkat suku bunga pinjaman 4%. Tingkat Bunga Pengembalian sebesar 6,21% dengan Periode Pengembalian terjadi pada tahun ke-17 bulan ke-8. Kata kunci: analisis finansial, rumah sakit, manajemen proyek, manfaat, investasi
Gita Prajati, Darwin, Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Universal Batam, Kompleks Maha Vihara Duta Maitreya, Bukit Beruntung, Sungai Panas, Batam, Indonesia,
[email protected] Perilaku Guru dan Pegawai Sekolah Terhadap Penerapan Program Zero Waste di Sekolah: Studi Kasus SMK Maitreyawira Batam Jurnal Teknologi Rekayasa (JTERA), Vol. 2, No. 1, Jun. 2017, Hal. 39-46 Zero waste (nol sampah) merupakan suatu konsep pengurangan produksi sampah. Konsep zero waste ini salah satunya dengan menerapkan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle). Penerapan program zero waste dapat memberikan kontribusi dalam pemeliharaan lingkungan, yaitu dengan cara meminimalisir bahkan menghilangkan pembuangan sampah ke alam semesta dengan cara pengolahan kembali. Indonesia sendiri sudah mulai memperkenalkan konsep zero waste ini ke masyarakat, salah satunya melalui sekolah-sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap dari guru dan pegawai sekolah terhadap penerapan program zero waste di sekolah. Pengumpulan data dilakukan melalui
iv
observasi, wawancara dan penyebaran kuisioner. Data-data yang terkumpul dianalisa menggunakan metode chi-square. Ada lima variabel independen, yaitu pengetahuan, sikap menerima, sikap merespon, sikap menghargai dan sikap bertanggungjawab, sedangkan variabel dependen adalah tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya satu variabel yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap penerapan zero waste di sekolah, yaitu sikap menerima. Kata kunci: zero waste, sikap, sekolah
Erick Andika1, Djajasukma2, Herry Heryanto2, 1Program Studi Teknik Komputer, Politeknik Sukabumi, Jl. Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi, Indonesia, 2Program Magister Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI, Jl. Ir. H. Juanda No. 96 Bandung, Indonesia,
[email protected] Analisis Manfaat Penerapan Sistem Informasi Ujian Online: Studi Kasus SMK Pasim Plus Jurnal Teknologi Rekayasa (JTERA), Vol. 2, No. 1, Jun. 2017, Hal. 47-54 Evaluasi dilakukan untuk mengukur proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pelaksanaan ujian, pemeriksaan hasil ujian, serta pengumuman nilai ujian pada SMK Pasim Plus telah menggunakan sistem informasi ujian online. Penelitian dilakukan kepada 466 populasi siswa dengan pengambilan jumlah sampel berdasarkan rumus Slovin yaitu sebanyak 215 siswa. Model penelitian yang digunakan adalah D&M IS Success Model untuk mengukur kesuksesan sistem informasi, serta model UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) untuk mengukur niat dan penggunaan sistem informasi. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan observasi dan kuesioner tertutup menggunakan skala Likert dimana kuesioner tersebut telah diuji validitas dan realibilitas. Data diolah dengan teknik SEM (Structural Equation Modelling) menggunakan SPSS 22 dan AMOS 22. Variabel yang diolah dalam penelitian ini antara lain Performance Expectancy, Effort Expectancy, Sosial Influence, Facilitating Conditions, Behavioral Intention, User Satisfaction, dan Net Benefits. Pengujian dilakukan menggunakan teknik Kolmogrov-Smirnov Goodness of Fit Test, pengujian normalitas data, pengujian validasi konstruk, hingga pengujian keseluruhan model. Hasil penelitian yang diperoleh diuraikan dan dibahas pada makalah ini. Kata kunci: UTAUT, D&M, SEM, kesuksesan, penerimaan
Kadarisman Syah1, Djoko W. Karmiadji2, Dwi Rahmalina2, 1Program Studi Teknik Mesin, Politeknik Sukabumi, Jl. Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi, Indonesia, 2Pascasarjana Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasila, Jl. Borobudur No. 7 Jakarta Pusat, Indonesia,
[email protected] Desain Gating System dan Parameter Proses Pengecoran untuk Mengatasi Cacat Rongga Poros Engkol Jurnal Teknologi Rekayasa (JTERA), Vol. 2, No. 1, Jun. 2017, Hal. 55-62 Teknologi pengecoran logam merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam sektor industri pengolahan logam. Pada proses pengecoran poros engkol menggunakan besi cor nodular (FCD 700) juga terkadang timbul cacat pengecoran, salah satunya adalah cacat penyusutan (macro shrinkage). Cacat penyusutan terjadi karena rongga atau lubang yang terbentuk akibat pengecilan volume ketika logam mengalami pembekuan. Pada saat proses pembekuan logam, tiap bagian coran yang berbeda bentuknya atau dimensinya memiliki kecepatan pembekuan yang berlainan. Pada umumnya, cacat penyusutan terjadi pada bagian yang paling tebal dengan laju pembekuan yang paling lambat dan daerah cacat biasanya dikelilingi oleh krital-kristal dendrite yang terjadi pada saat pembekuan logam. Salah satu solusi untuk mendapatkan produk poros engkol yang bebas dari cacat penyusutan adalah dengan melakukan optimasi desain gating system. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain yang dibuat masih menghasilkan cacat berupa rongga penyusutan. Hal ini terjadi karena belum optimalnya desain sistem saluran yang telah digunakan. Kata kunci: macro shrinkage, desain gating system, simulasi komputer
v
vi
JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa, Vol. 2, No. 1, Juni 2017, Hal. 1-8
p-ISSN 2548-737X e-ISSN 2548-8678
Desain dan Purwarupa Fuzzy Logic Control untuk Pengendalian Suhu Ruangan Faisal Wahab1, Arif Sumardiono2, Adnan Rafi Al Tahtawi3, Agus Faisal Aziz Mulayari4 1
Program Studi Teknik Elektro Konsentrasi Mekatronika, Universitas Parahyangan Jl. Ciumbuleuit No. 94 Bandung, Indonesia 2 Program Studi Teknik Elektro, Universitas 17 Agustus 45 Jl. Perjuangan No. 17 Cirebon, Indonesia 3,4 Program Studi Teknik Komputer, Politeknik Sukabumi Jl. Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi, Indonesia
[email protected]
Abstrak Fuzzy Logic Control (FLC) merupakan salah satu metode pengendalian sistem yang saat ini banyak digunakan di beberapa disiplin ilmu, khususnya di bidang sistem kendali. Dalam perancangan FLC tidak diperlukan model matematis dari sistem yang akan dikendalikan. Hal ini menjadi salah satu keunggulan FLC sehingga perancangan pengendali lebih mudah dilakukan dengan hanya mengandalkan aturan logika. Pada makalah ini, akan dirancang FLC untuk sistem pendingin ruangan dan direalisasikan dalam bentuk prototype untuk kesederhanaan perancangan. Sistem ini memiliki masukan suhu ruangan dan banyaknya orang di ruangan, sedangkan keluarannya adalah tingkat pendinginan ruangan tersebut. Pengujian sistem ini dilakukan dengan membandingkan hasil keluaran pengendali melalui simulasi Fuzzy Logic Toolbox yang tersedia pada MATLAB. Dua unit purwarupa dirancang dengan sensor masukan yang berbeda sebagai perbandingan. Hasilnya menunjukkan bahwa purwarupa sistem pertama dan kedua mampu mengendalikan suhu ruangan dengan rata-rata kesalahan berturut-turut 1,31% dan 4,06% jika dibandingkan dengan simulasi MATLAB. Kata kunci: fuzzy logic, pengendali, FLC, suhu, MATLAB
Abstract Fuzzy Logic Control (FLC) is one of control method that has been used in several discipline fields, especially in control system. In designing FLC doesn’t need mathematical model from the controlled plant. It is become one of the advantages of FLC so the controller will be designed easily depend on logic rules. In this paper, FLC for room temperature application will be designed and implemented in form of prototype for simplicity. This system has two inputs that are temperature and amount of person, while the output is speed of the motor cooler in hardware prototype. System test is done by comparing the hardware prototype output and Fuzzy Logic Toolbox simulation output that available in MATLAB software. Two units of prototype are designed with different sensor input as a comparison. The result shows that the first and second prototype able to control room temperature with error by 1.31% and 4.06% respectively if compared with simulation MATLAB. Keywords: fuzzy logic, controller, FLC, temperature, MATLAB
I. PENDAHULUAN Fuzzy Logic Controller (FLC) merupakan salah satu aplikasi dari logika fuzzy di bidang sistem kendali. FLC telah digunakan di beberapa sistem dinamik dari mulai yang sederhana sampai yang kompleks. Kelebihan dari FLC salah satunya adalah tidak diperlukannya model matematis dari plant yang akan dikendalikan. Mekanisme pengambilan keputusan ditanamkan pada pengendali sebagai aturan dasar ketika pengendalian berlangsung.
Salah satu aplikasi dari FLC adalah digunakan untuk mengendalikan suhu dalam ruangan. Sistem kendali suhu ruangan dirancang untuk menjaga suhu dalam suatu ruangan sesuai dengan referensi. Sistem ini biasanya ditanamkan pada komputer yang terintegrasi dengan pendingin ruangan. Untuk lebih mengetahui algoritma fuzzy ini bekerja pada sistem tersebut, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan merancang purwarupa dari sistem tersebut baik dalam skala kecil maupun skala besar.
Diterima: 22 Februari 2017; Direvisi: 23 Mei 2017; Disetujui: 30 Mei 2017 JTERA, Vol. 2, No. 1, Juni 2017 © Politeknik Sukabumi
1
Faisal Wahab, dkk: Desain dan Purwarupa Fuzzy Logic Control … Purwarupa sistem ini dapat dirancang dengan menggunakan mikrokontroler, sensor suhu LM35 dan kipas motor DC [1]. Sistem ini menggunakan dua input yaitu suhu terukur dan suhu target. Selain itu, sistem ini juga dapat diintegrasikan dengan segmen perangkat lunak antarmuka. Simulasi dari sistem pendinginan ruangan berbasis antarmuka dapat dirancang pula dengan menggunakan masukan luas ruangan, banyaknya orang di ruangan, dan banyaknya unit pendingin di ruangan tersebut [2]. Lebih lanjut lagi, aplikasi FLC juga dapat dirancang untuk kebutuhan di industri. Pengendalian suhu pada plant kimia merupakan salah satu contoh penerapan FLC yang juga dapat dikombinasikan dengan pengendali ProporsionalIntegral-Derivatif (PID) [3]. Jika dibandingkan, FLC menunjukkan unjuk kerja yang lebih baik daripada pengendali PID dalam mengendalikan suhu ruangan [4]. FLC menghasilkan respon yang lebih cepat juga lebih menghemat daya. FLC juga dapat dirancang sebagai pengendali suhu ruangan dengan menggunakan input kesalahan (error) dan perubahannya [5]. Pada sistem ini, FLC berfungsi untuk mengatur suhu ruangan agar dapat menjajaki setpoint. Sistem ini juga dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknik Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) [6]. Sebagai tambahan dan gambaran lain, sistem serupa FLC untuk purwarupa juga telah dirancang untuk aplikasi pemanasan pada mesin pemanggang kopi [7]. Pada makalah ini akan diuraikan aplikasi FLC pada sistem pendingin ruangan dalam bentuk purwarupa dengan dua konfigurasi. Pada konfigurasi pertama, purwarupa dirancang dengan menggunakan sensor yang masih diasumsikan, sedangkan purwarupa kedua menggunakan sensor sebenarnya. Sebagai perbandingan, simulasi MATLAB dari sistem ini juga akan diuraikan. Berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya, input yang digunakan yaitu jumlah orang dalam ruangan dan suhu cuaca.
II. FUZZY LOGIC CONTROL A. Logika Fuzzy Logika fuzzy merupakan sebuah logika yang memiliki derajat keanggotaan diantara 0 dan 1 dimana berbeda dengan logika klasik Boolean yang memiliki nilai 0 dan 1 saja. Dengan demikian, variabel dalam logika fuzzy dideskripsikan dalam bentuk himpunan fuzzy, diantaranya dalam bentuk segitiga, trapezoidal, Gaussian, Gaussian-bell dan sigmoid. Gambar 1 menunjukkan salah satu bentuk himpunan fuzzy. Membership Function (MF) menunjukkan besarnya derajat keanggotaan untuk setiap nilai pada variabel. 2
Untuk menentukan derajat keanggotaan dari himpunan fuzzy yang dirancang, maka diperlukan fungsi dari himpunan tersebut. Fungsi ini dibangun berdasarkan persamaan garis yang dibentuk oleh himpunan fuzzy tersebut. Contoh fungsi dari himpunan segitiga adalah sebagai berikut:
(
)
(1) {
) adalah derajat keanggotaan, dimana ( adalah nilai dari variabel, berturut-turut adalah nilai awal, tengah dan akhir dari variabel. B. Fuzzy Logic Controller Kendali logika fuzzy atau popular dengan istilah adalah sebuah skema sistem kendali yang menggunakan konsep teori himpunan fuzzy dalam perancangannya. Terdapat tiga tahapan dalam FLC, yaitu fuzzifikasi, mekanisme inferensi dan defuzzifikasi. Fuzzifikasi merupakan tahap awal yang bekerja dengan cara mengubah nilai tegas (crisp) dari suatu variabel menjadi nilai fuzzy. Nilai yang telah berbentuk fuzzy ini selanjutnya digunakan sebagai masukan dari mekanisme inferensi. Pada tahap ini, akan dilakukan pengambilan keputusan dari masukan yang ada berdasarkan basis aturan logika yang dirancang. Terakhir, nilai keluaran dari mekanisme inferensi yang berbentuk fuzzy selanjutnya diubah kembali kedalam bentuk tegas melalui proses defuzzifikasi. Secara lebih lengkap, blok diagram dari FLC tersaji pada Gambar 2. MF (µ)
1
x 0
a
b
c
Gambar 1. Himpunan fuzzy segitiga
Gambar 2. Diagram FLC
Faisal Wahab, dkk: Desain dan Purwarupa Fuzzy Logic Control … Pada tahap defuzzifikasi, terdapat beberapa metode yang seringkali digunakan. Salah satunya adalah metode Takagi-Sugeno-Kang (TSK). Metode ini lebih mudah direalisasikan ke dalam bahasa pemrograman karena memiliki himpunan singleton pada variabel keluaran. Dengan demikian proses defuzzifikasi akan lebih mudah dilakukan. Persamaan keluaran dari metode TSK adalah sebagai berikut: ∑ ∑
(2)
dimana adalah nilai keluaran crisp, adalah derajat keanggotaan nilai ke-i dan adalah nilai keluaran variabel ke-i.
Gambar 3. Diagram blok sistem VL
L
15
20
1
M
H
VH
25
30
35
MF
0
III. DESAIN SISTEM A. Perangkat Keras Sistem kendali suhu dalam suatu ruangan dapat dirancang dalam bentuk purwarupa. Secara umum, desain purwarupa tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Dua unit sensor digunakan sebagai
masukan suhu ruangan (LM35) dan banyaknya orang dalam ruangan (photodioda). Sensor LM35 dapat mengukur suhu dari -55°C-150°C dengan keluaran 0-1,5 V. Karena tegangan keluaran yang dihasilkan relatif kecil, maka diperlukan rangkaian pengkondisi sinyal agar tegangan yang dihasilkan menjadi 0-5 V untuk diolah pada mikrokontroler melalui fasilitas Analog to Digital Converter (ADC). Pengkondisi sinyal yang dapat digunakan salah satunya adalah IC LM358. Photodioda digunakan sebagai perangkat yang mendeteksi banyaknya orang dalam ruangan. Dua unit sensor ini dipasang sejajar sehingga dapat mendeteksi orang yang masuk dan keluar. Mikrokontroler yang digunakan yaitu ATMega 328 pada modul Arduino Uno R3 dengan kecepatan clock 16 MHz. Mikrokontroler berperan sebagai perangkat komputasi dimana FLC ditanamkan. Metode defuzzifikasi TSK digunakan pada sistem ini untuk kesederhanaan dalam pemrograman. Pada bagian keluaran, sebuah motor DC dapat digunakan sebagai kipas pendingin dengan pengaturan kecepatan putaran menggunakan Pulse Width Modulation (PWM) melalui IC L298N. B. Desain FLC Fungsi keanggotaan untuk masukan dan keluaran dapat dilihat pada Gambar 4-Gambar 6.
Suhu ruang (Celcius)
Gambar 4. Fungsi keanggotaan suhu ruang VL
L
1
10
1
M
H
VH
20
30
40
MF
0
Banyak orang
Gambar 5. Fungsi keanggotaan banyaknya orang VL
L
20
40
M
H
VH
60
70
100
1
MF
0
Kecepatan motor (rad/s)
Gambar 6. Fungsi keanggotaan kecepatan kipas
Fungsi keanggotaan suhu ruang dan banyaknya orang memiliki lima fungsi dengan menggunakan fungsi segitiga dengan kategori VL (Very Low), L (Low), M (Medium), H (High) dan VH (Very High). Skenario suhu ruangan yang terukur yaitu 15-35 ᴼC, sedangkan banyak orang dalam ruangan 1-40 orang. Fungsi keanggotaan keluaran kecepatan kipas motor DC juga terbagi menjadi lima tetapi dalam bentuk satu nilai tegas (singleton) sesuai dengan metode TSK. Kecepatan putaran ini direalisasikan dalam bentuk pengaturan Pulse Width Modulation (PWM) dalam motor driver L298N. Basis aturan yang dirancang berdasarkan masukan keluaran dan keluaran yang ditetapkan dapat dilihat pada Tabel 1. Dengan menggunakan Fuzzy Logic Toolbox pada MATLAB, diperoleh fungsi basis aturan seperti pada Gambar 7. 3
Faisal Wahab, dkk: Desain dan Purwarupa Fuzzy Logic Control … 10. if (temp = L && person = VH){speed = L}
Tabel 1. Tabel basis aturan
11. if (temp = M && person = VL){speed = L} 12. if (temp = M && person = L){speed = M} 13. if (temp = M && person = M){speed = M} 14. if (temp = M && person = H){speed = M} 15. if (temp = M && person = VH){speed = H} 16. if (temp = H && person = VL){speed = H} 17. if (temp = H && person = L){speed = H} 18. if (temp = H && person = M){speed = H} 19. if (temp = H && person = H){speed = VH} 20. if (temp = H && person = VH){speed = VH} 21. if (temp = VL){speed = H}
VH
&&
person
=
22. if (temp = VH && person = L){speed = VH} 23. if (temp = VH && person = M){speed = VH} Gambar 7. Fungsi permukaan basis aturan
Jika disajikan dalam bentuk bahasa pemrograman, basis aturan pada Tabel 1 akan menjadi sebagai berikut: 1. if (temp = VL VL){speed = VL}
&&
person
3. if (temp = VL && person = M){speed = VL} 4. if (temp = VL && person = H){speed = VL} VL
&&
person
=
6. if (temp = L && person = VL){speed = VL} 7. if (temp = L && person = L){speed = VL} 8. if (temp = L && person = M){speed = L} 9. if (temp = L && person = H){speed = L}
4
25. if (temp = VH VH){speed = VH}
&&
person
=
=
2. if (temp = VL && person = L){speed = VL}
5. if (temp = VH){speed = L}
24. if (temp = VH && person = H){speed = VH}
IV. IMPLEMENTASI A. Simulasi Simulasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kinerja dari sistem yang dirancang sebelum diuji pada perangkat keras. Selain itu, hasil simulasi juga dapat dijadikan sebagai acuan dan perbandingan terhadap hasil pengujian perangkat keras. Fuzzy Logic Toolbox pada MATLAB digunakan sebagai perangkat lunak untuk simulasi. Tampilan dari perangkat simulasi dapat dilihat pada Gambar 8. Pada perangkat tersebut, kita dapat merancang fungsi keanggotaan masukan dan keluaran sesuai dengan metode defuzzifikasi. Setelah itu, basis aturan dapat dimasukkan melalui menu Edit Rules. Kemudian hasil dari simulasi dapat dilihat pada menu View Rules seperti pada Gambar 9.
Faisal Wahab, dkk: Desain dan Purwarupa Fuzzy Logic Control … B. Realisasi Purwarupa Realisasi dari purwarupa yang dirancang dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11. Pada Gambar 10, sensor yang digunakan digantikan dengan sebuah potensiometer. Suhu dan banyaknya orang dalam ruangan diasumsikan dengan putaran dari potensiometer tersebut. Pada Gambar 11, sensor yang digunakan adalah sensor yang sebenarnya. Untuk pendeteksi suhu ruangan digunakan sensor LM35, sedangkan banyaknya orang dalam ruangan dideteksi dengan menggunakan photodioda. Untuk pengujian suhu ruangan, digunakan pendinginan dengan cara mendekatkan sensor dengan bongkahan es dan kondisi panas diuji menggunakan api. Dua unit photodioda berfungsi untuk pendeteksian orang yang masuk dan keluar dari ruangan. Walau bagaimanapun, desain purwarupa ini masih dapat ditingkatkan ke dalam realisasi sebenarnya.
Gambar 8. Fuzzy Logic Toolbox
C. Hasil Pengujian Purwarupa yang dirancang selanjutnya diuji dan dibandingkan hasilnya dengan simulasi pada MATLAB. Pengujian dilakukan pada kedua purwarupa. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Gambar 9. Hasil simulasi Tabel 2. Hasil pengujian purwarupa pertama Masukan
Keluaran (PWM)
Pengujian Ke-
Suhu (°C)
Jml. Orang
Simulasi
Purwarupa
1
15
2
20
20
0,00
2
20
37
40
40
0,00
3
33
9
92
90
2,17
4
21
39
49
48,3
1,42
5
31
14
85
85,7
0,82
6
26
20
64
64
0,00
7
20
26
40
40
0,00
8
17
31
28
30
7,14
9
32
34
100
100
0,00
10
16
39
37,7
38,3
1,59
Rata-rata
Error (%)
1,31
5
Faisal Wahab, dkk: Desain dan Purwarupa Fuzzy Logic Control … Tabel 3. Hasil pengujian purwarupa kedua [8] Masukan
Keluaran
Pengujian Ke-
Suhu
Jml. Orang
Simulasi
Purwarupa
1
26
2
107
109
1,86
2
26
13
153
153
0,00
3
22
2
62
73
17,74
4
21
13
61,2
61
0,32
5
16
2
51
51
0,00
6
17
13
53
61
15,09
7
31
2
204
204
0,00
8
31
13
194
183
5,67
9
35
2
214
214
0,00
10
35
19
255
255
0,00
Error (%)
Rata-rata
4,06
terjadi karena pada purwarupa pertama sensor yang digunakan masih diasumsikan menggunakan potensiometer sehingga data yang dihasilkan lebih akurat. Pada purwarupa kedua, sensor yang digunakan adalah sensor yang sebenarnya dengan spesifikasi yang sederhana. Walaupun demikian, dengan meningkatkan spesifikasi sensor dan pengolahan sinyal yang baik, besarnya nilai kesalahan akan dapat diminimalisasi untuk keperluan realisasi pada kondisi aktual. Gambar 10. Realisasi purwarupa pertama
Gambar 11. Realisasi purwarupa kedua [8]
Dari sepuluh data pengujian pada Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukkan bahwa purwarupa pertama mampu mengendalikan suhu ruangan dengan ratarata kesalahan lebih kecil dari purwarupa kedua jika dibandingkan dengan simulasi MATLAB. Hal ini 6
V. KESIMPULAN Desain FLC untuk sistem pengendalian suhu ruangan telah berhasil dilakukan dan diimplementasikan dalam bentuk purwarupa. Dua unit purwarupa dirancang dengan perbedaan pada sensor masukannya. Purwarupa pertama menggunakan sensor yang masih diasumsikan, sedangkan yang kedua menggunakan sensor sebenarnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa purwarupa sistem pertama dan kedua mampu mengendalikan suhu ruangan dengan rata-rata kesalahan berturut-turut 1,31% dan 4,06% jika dibandingkan dengan simulasi MATLAB. Hal ini terjadi karena purwarupa kedua menggunakan sensor yang sebenarnya dengan tingkat akurasi data yang kurang.
REFERENSI [1] P. Singhala, dkk, “Temperature Control using Fuzzy Logic”, International Journal of
Faisal Wahab, dkk: Desain dan Purwarupa Fuzzy Logic Control … Instrumentation and Control Systems (IJICS), Vol. 4 No. 1, 2014 [2] Kartina D., Zulfa N., “Penerapan Inferensi Fuzzy untuk Kendali Suhu Ruangan pada Pendingin Ruangan”, Seminar Nasional Informatika (SemnasIF), 2010 [3] Er. Rakesh K., et al, “Intelligent Fuzzy Hybrid PID Controller for Temperature Control in Procces Industry”, The 5th IEEE International Conference on Advance Computing and Communication Technologies (ICACCT), 2011 [4] Jay Kumar, et al. “Comparative Analysis of Room Temperature Controller using Fuzzy Logic and PID”, Advance in Electronic and Electric Engineering, Vol. 3 No. 7, 2013
[5] R.M. Aguilar., et al, “Control Application Using Fuzzy Logic: Design of a Fuzzy Temperature Controller”, Fuzzy Inference System – Theory and Applications, Intechopen, 2012 [6] Lizawati, “Automatic Room Temperature Control”, Project Report, Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, 2013 [7] Eko Joni P., dkk. “Sistem Pengendali Pemanas Pemanggang Kopi Menggunakan Logika Fuzzy”, INKOM, Vol. 10 No. 2, November 2016 [8] Agus F. dan Adnan R., “Rancang Bangun Purwarupa Sistem Kendali Suhu Ruangan Menggunakan Logika Fuzzy”, Tugas Akhir Diploma Politeknik Sukabumi, 2016
7
Faisal Wahab, dkk: Desain dan Purwarupa Fuzzy Logic Control …
8
JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa, Vol. 2, No. 1, Juni 2017, Hal. 9-16
p-ISSN 2548-737X e-ISSN 2548-8678
Implementasi JSON Web Service pada Aplikasi Digital Library Politeknik Sukabumi Ulfa Mariathul Qibtiyah, Samirah Rahayu Program Studi Teknik Komputer, Politeknik Sukabumi Jl. Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi, Indonesia
[email protected]
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan merancang sebuah aplikasi yang dapat membantu pengelolaan data perpustakaan menjadi lebih mudah dan akurat. Analisis terhadap perancangan aplikasi digital library ini meliputi evaluasi terhadap sistem yang diusulkan, database yang diusulkan, dan rencana penerapan aplikasi. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sistem perpustakaan secara manual lebih menghabiskan waktu lama ketika terjadi pengolahan data dan kurangnya tingkat keamanan data. Oleh karena itu, solusi pemecahan dari masalah tersebut adalah dengan membangun aplikasi perpustakaan berbasis web dan Android untuk membuat sistem berjalan lebih baik lagi. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan dapat menjadi pengganti yang lebih baik dari sistem yang sebelumnya. Aplikasi ini dirancang dengan menggunakan database MySQL, PHP, HTML, JavaScript dan Ajax, serta menggunakan konsep framework dengan CodeIgniter. Kata kunci: CodeIgniter, framework, HTML, JavaScript, MySQL, perpustakaan, PHP
Abstract The purpose of this study was to analyze and design an application that can help library data management easier and more accurate. Analysis on the design Digital Library application includes evaluation of the proposed system, the proposed database, and the application implementation plan. Based on the analysis, it can be concluded that the manual library system rather spend a long time when data processing occurs and data security is not secure. Thus, the solution to solving that problem is by build the Web-based and Android Library applications to make the system run better. The application is expected to be a substitute application that better than the previous system. This application is designed using MySQL database, PHP, HTML, JavaScript, and Ajax, also using the framework concept by CodeIgniter. Keywords: CodeIgniter, framework, HTML, JavaScript, MySQL, library, PHP
I.
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman, perkembangan teknologi saat ini semakin pesat. Berbagai kegiatan yang pada awalnya dilakukan secara manual, sekarang dengan adanya alat bantu komputer maka proses pengolahan data dan penyimpanan data dapat terselesaikan dengan waktu yang relatif lebih cepat dari pada menggunakan tenaga manusia secara manual. Di kampus Politeknik Sukabumi, telah tersedia Sistem Informasi Perpustakaan yang mengolah data Perpustakaan secara internal, tetapi masih memiliki banyak kekurangan, seperti belum adanya fasilitas e-book, e-journal, dan koleksi elektronik lainnya. Selain itu, belum tersedianya layanan bagi anggota ataupun Staff pengajar untuk melakukan upload-
download hasil karya tulis yang telah dibuat, seperti Tugas Akhir, Laporan Kerja Praktek, atau kumpulan-kumpulan makalah tugas kuliah. Anggota juga kesulitan untuk mengakses informasi (melihat koleksi buku, mengakses e-book, e-journal dan lain-lain) yang disediakan oleh perpustakaan (server). Berikut juga informasi untuk anggota ketika buku yang ingin dipinjam tidak tersedia. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dirancang sebuah aplikasi digital library yang diharapkan akan menjadi solusi bagi masalah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan web service dengan framework PHP sebagai server dan platform Android sebagai client untuk aplikasi digital library di lingkungan kampus Politeknik Sukabumi.
Diterima: Juni 2017; Direvisi: 15 Juli 2017; Disetujui: 15 Juli 2017 JTERA, Vol. 2, No. 1, Juni 2017 © Politeknik Sukabumi
9
Ulfa Mariathul Q, dkk: Implementasi JSON Web Service pada …
II. LANDASAN TEORI A. Perpustakaan dan Digital Library Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan Sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka [1]. Digital library adalah penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan, dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Atau secara sederhana dapat dianalogikan sebagai tempat menyimpan koleksi perpustakaan yang sudah dalam bentuk digital [2]. B. Sistem Informasi Sistem informasi adalah suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya [3]. C. Unifined Modeling Language (UML) UML adalah bahasa pemodelan untuk sistem atau perangkat lunak yang memiliki paradigma berorientasi objek. Pemodelan (modeling) sesungguhnya digunakan untuk penyederhanaan permasalahan-permasalahan yang kompleks sedemikian rupa sehingga lebih mudah dipelajari dan dipahami [4]. Terdapat beberapa jenis diagram UML, diantaranya: 1) Class Diagram: bersifat statis. Diagram ini memperlihatkan himpunan kelas-kelas, antarmukaantarmuka, kolaborasi-kolaborasi, serta relasi-relasi. Diagram ini umum dijumpai pada pemodelan Sistem berorientasi objek. Meskipun bersifat statis, sering pula diagram kelas memuat kelas-kelas aktif. 2) Use Case Diagram): bersifat statis. Diagram ini memperlihatkan himpunan use case dan aktor-aktor (suatu jenis khusus dari kelas). Diagram ini terutama sangat penting untuk mengorganisasi dan memodelkan perilaku suatu Sistem yang dibutuhkan serta diharapkan pengguna. 3) Activity Diagram: bersifat dinamis. Diagram aktivitas adalah tipe khusus dari diagram status yang memperlihatkan aliran dari suatu suatu aktivitas ke aktivitas lainnya dalam suatu Sistem. Diagram ini terutama penting dalam pemodelan fungsi-fungsi suatu Sistem dan memberi tekanan pada aliran kendali antar objek. 4) Deployment Diagram: bersifat statis. Diagram ini memperlihatkan konfigurasi saat aplikasi dijalankan (run-time). Memuat simpulsimpul beserta komponen-komponen yang di dalamnya. Kesembilan diagram ini tidak mutlak harus digunakan dalam pengembangan perangkat 10
lunak, semuanya dibuat sesuai kebutuhan. Pada UML dimungkinkan kita menggunakan diagramdiagram lainnya misalnya data Flow Diagram, Entity Relationship Diagram, dan sebagainya. D. Web Service dan JSON Web service adalah perangkat lunak sistem yang dirancang untuk mendukung interaksi antara mesin dengan mesin melalui jaringan [5]. Web service merupakan sebuah entitas komputasi yang dapat diakses melalui jaringan internet maupun intranet dengan standar protokol yang sudah ditentukan dalam platrform dan antarmuka bahasa pemrograman yang independen. Tujuan pengembangannya adalah untuk menjembatani komunikasi antar program, sehingga aplikasi yang satu dan aplikasi lain yang akan terdapat suatu jaringan yang sama atap. Pada jaringan berbeda dapat saling berkomunikasi asalkan menggunakan standar protokol yang ditetapkan oleh web service. JSON merupakan format teks yang tidak bergantung pada bahasa pemrograman apapun karena menggunakan gaya bahasa yang umum digunakan. Selain JSON, terdapat XML yang memiliki fungsi sama yaitu alat komunikasi antar aplikasi, integrasi data, dan komunikasi aplikasi eksternal dengan luaran. JSON lebih unggul dari XML, mulai dari kecepatan, penulisan yang lebih mudah dan coding untuk parsing yang lebih ringkas dan sederhana. E. Database dan MySQL Database adalah sekumpulan data tersebar yang berhubungan secara logis, dan penjelasan dari data ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi [6]. Proses memasukkan dan mengambil data ke dan dari media penyimpanan data memerlukan perangkat lunak yang disebut dengan Sistem Manajemen Basis Data (Database Management System/DBMS). DBMS merupakan sistem perangkat lunak yang memungkinkan pengguna database untuk memelihara, mengontrol dan mengakses data secara praktis dan efisien. MySQL adalah salah satu jenis database server yang sangat terkenal dan banyak digunakan untuk membangun aplikasi web yang menggunakan database sebagai sumber dan pengolahan datanya [7]. F. PHP PHP adalah bahasa server-side-scripting yang menyatu dengan HTML untuk membuat halaman web yang dinamis [7]. Dengan demikian kode program yang ditulis dalam PHP tidak akan terlihat oleh user sehingga keamanan halaman web lebih terjamin. PHP dirancang untuk membuat halaman
Ulfa Mariathul Q, dkk: Implementasi JSON Web Service pada … web yang dinamis, yaitu halaman web yang dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini, seperti menampilkan isi basis data ke halaman web. Salah satu keunggulan yang dimiliki PHP adalah kemampuannya untuk melakukan koneksi ke berbagai macam software DBMS, sehingga dapat menciptakan suatu halaman web dinamis. G. Framework, CodeIgniter, dan MVC Framework adalah sekumpulan library yang diorganisasikan pada sebuah rancangan arsitektur untuk memberikan kecepatan, ketepatan, kemudahan dan konsistensi didalam pengembangan aplikasi dari definisi tersebut [8]. CodeIgniter adalah sebuah framework PHP yang dapat membantu mempercepat developer dalam pengembangan aplikasi web berbasis PHP dibanding jika menulis semua kode program dari awal [9]. CodeIgniter merupakan PHP framework yang menerapkan sistem berbasis MVC (ModelView-Controller) yang secara sederhana dapat diartikan bahwa CodeIginiter memisahkan komponen-komponen didalam pengkodean aplikasi berbasis web, sehingga diharapkan menjadi lebih mudah untuk dikelola. Arsitektur MVC dapat dilihat pada Gambar 1. Konsep MVC mengakibatkan kode program dapat dibagi menjadi tiga kategori [10], yaitu: Model, berisi kode program (berupa OOP Class) yang digunakan untuk memanipulasi database. View, berisi template HTML/XML/JSON atau PHP untuk menampilkan data pada browser. Controller, berisi kode program (berupa OOP Class) yang digunakan untuk mengontrol aliran aplikasi (sebagai pengontrol Model dan View).
H. Android Android merupakan perangkat bergerak pada Sistem operasi untuk telepon seluler yang berbasis linux [11]. Android memiliki karakteristik yang terdiri dari empat karakteristik, yaitu: 1) Terbuka: Android dibangun untuk benarbenar terbuka sehingga sebuah aplikasi dapat memanggil salah satu fungsi inti ponsel seperti membuat panggilan, mengirim pesan teks, menggunakan kamera dan lain-lain. Bersifat Open Source. 2) Semua aplikasi dibuat sama: Android tidak memberikan perbedaan terhadap aplikasi utama dari telepon dan aplikasi pihak ketiga (third-party application). Semua aplikasi dapat dibangun untuk memiliki akses yang sama terhadap kemampuan sebuah telepon dalam menyediakan layanan dan aplikasi yang luas terhadap para pengguna. 3) Memecahkan hambatan pada aplikasi: Android memecah hambatan untuk membangun aplikasi yang baru dan inovatif. Misalnya, pengembang dapat menggabungkan informasi yang diperoleh dari web dengan data pada ponsel seseorang seperti kontak pengguna, kalender atau lokasi geografis. 4) Pengembangan aplikasi yang cepat dan mudah: Android menyediakan akses yang sangat luas kepada pengguna untuk menggunakan aplikasi yang semakin baik. Android memiliki sekumpulan tools yang dapat digunakan sehingga membantu para pengembang dalam meningkatkan produktivitas pada saat membangun aplikasi yang dibuat.
III. PEMBAHASAN A. Analisis Masalah Berdasarkan analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa sistem yang ada di perpustakaan saat ini bersifat campuran. Pencatatan peminjaman dan pengembalian dilakukan secara komputerisasi dan manual. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan penulis adalah merubah sistem dengan sistem berbasis web dan Android. Mulai dari penambahan koleksi buku hingga adanya e-koleksi yang dapat diakses oleh anggota perpustakaan, sehingga membantu mempermudah pengguna untuk mengakses layanan perpustakaan.
Gambar 1. Arsitektur MVC
B. Analisis Kebutuhan Gambar 2-Gambar 6 menunjukkan diagram UML yang diperoleh dari analisis yang telah dilakukan. Diagram terdiri dari use case diagram, activity diagram, sequence diagram, class diagram, dan deployment diagram. 11
Ulfa Mariathul Q, dkk: Implementasi JSON Web Service pada …
Gambar 2. Use Case Diagram
Gambar 3. Activity Diagram Login
12
Ulfa Mariathul Q, dkk: Implementasi JSON Web Service pada …
Gambar 4. Sequence Diagram Login
Gambar 5. Class Diagram
13
Ulfa Mariathul Q, dkk: Implementasi JSON Web Service pada …
Gambar 6. Deployment Diagram
C. Perancangan Gambar 7-Gambar 9 menunjukkan rancangan halaman login, halaman anggota, dan halaman tambah user. Gambar 10 menunjukkan rancangan
halaman login dan menu pada Android. Terakhir, Gambar 11 dan Gambar 12 merupakan rancangan menu anggota dan menu pada Android.
Gambar 7. Perancangan halaman login
Gambar 8. Perancangan halaman anggota
14
Ulfa Mariathul Q, dkk: Implementasi JSON Web Service pada …
Gambar 9. Perancangan halaman tambah user
Gambar 10. Perancangan login Android (kiri) dan menu Android (kanan)
Gambar 11. Perancangan menu anggota
Gambar 12. Perancangan menu Android
15
Ulfa Mariathul Q, dkk: Implementasi JSON Web Service pada …
IV. KESIMPULAN Berdasarkan serangkaian penelitian terhadap sistem yang berjalan di perpustakaan Politeknik Sukabumi, lalu dilanjutkan ke tahap analisa, perancangan dan pengujian sistem yang diusulkan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa sistem informasi perpustakaan yang dibangun dibagi menjadi lima hak akses yang terdiri dari Admin, BAAK, Dosen, Mahasiswa, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), dan Pustakawan. Pengimplementasian web service dan Android pada Digital Library Application Politeknik Sukabumi menggunakan JSON dapat dijadikan solusi agar sistem informasi perpustakaan dapat berjalan lebih baik lagi.
REFERENSI [1] Undang-Undang Dasar No. 43. 2007. Pasal 1 [2] Subroto, Gatot. Automasi Perpustakaan. Universitas Negeri Malang, 2009
16
[3] Hanif, Al-Fatta, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. Andi, Yogyakarta, 2007 [4] Nugroho, Adi, Rekayasa Perangkat Lunak Berbasis Objek Dengan Metode USDP. Andi, Yogyakarta, 2010 [5] Lucky, XML Web Service, Aplikasi Desktop, Internet, dan Handphone. Jasakom, Jakarta, 2008 [6] Connolly, Thomas dan Begg, Carolyn, Database System A Practical Approach to Design, Implementation, and Management (Fifth). Pearson Education, Boston, 2010 [7] Rudianto, Arief M, Pemograman Web Dinamis Menggunakan PHP dan MySQL. Andi, Yogyakarta, 2011 [8] Wardana, Menjadi Master PHP dengan Framework Codeigniter, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010 [9] Hakim, Lukmanul. Membangun Web Berbasis PHP Dengan Framework CodeIgniter. Lokomedia, Yogyakarta, 2010 [10] Supaartagorn, Chanchai. PHP Framework For Database Management Based On MVC Pattern, Vol. 2. Thailand, 2011 [11] Afrianto, Teguh, Membuat Interface Android Lebih Keren Dengan LWUIT. Andi, Yogyakarta, 2011
JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa, Vol. 2, No. 1, Juni 2017, Hal. 17-30
p-ISSN 2548-737X e-ISSN 2548-8678
Analisis Variasi Sparger pada Instalasi Modified Atmosphere Storage untuk Menurunkan Kadar O2 I Gede Eka Lesmana, Agri Suwandi, Arnold Raynold Jurusan Teknik Mesin, Universitas Pancasila Srengseng Sawah Jagakarsa, Indonesia
[email protected]
Abstrak Metode pengawetan makanan dengan memodifikasi komposisi udara khususnya untuk kandungan oksigen dan karbondioksida di ruang simpan atau disebut juga dengan Modified Atmosphere Packaging (MAS) telah diterapkan untuk memperpanjang umur simpan dari buah-buhan dan sayuran. Modifikasi komposisi udara dalam ruang simpan MAS menggunakan injector tipe sparger dengan gas karbon dioksida. Kinerja sparger dinilai dari peningkatan jumlah kandungan gas oksigen dalam ruang simpan dan tingkat homogenitas di dalam sparger. Tujuan penelitian ini adalah melakukan pemilihan sparger berdasarkan variasi dimensi sudut keluar terhadap kinerja sparger dengan menggunakan simulasi ANSYS dan uji eksperimental. Lima varian sparger diuji tingkat homogenitas dan kadar oksigen yang terkandung dalam ruang simpan. Hasil simulasi dan eksperimetal untuk kelima sparger menunjukkan sparger varian 3 dengan material PVC dari gabungan dua reducer (diameter 44,4 mm dan 31,7 mm) dan dimensi sudut keluar 26,6° memiliki nilai Turbulance Kinetic Energy (TKE) rata-rata tertinggi yaitu 792,66 J/kg dan kadar oksigen dalam ruang simpan terendah yaitu 6,4%. Model hubungan antara kadar gas karbon dioksida dengan oksigen dibuat dengan menerapkan metode least square menunjukkan tingkat signifikan sebesar 74,17%. Luaran dari penelitian ini adalah sparger varian 3 terpilih sebagai sparger yang akan digunakan dalam MAS karena mampu menurunkan kadar oksigen di bawah 10%. Kata kunci: sparger, Turbulence Kinetic Energy (TKE), Modified Atmosphere Storage (MAS), least square
Abstract Food preservation method by modifying air composition especially oxygen and carbon dioxide level in the storage room which is commonly known as Modified Atmosphere Packaging (MAS), has been implemented to extend the life time of fruit and vegetables. Atmosphere modification in MAS uses sparger as an injector to dissolved carbon dioxides into air. Sparger performance is based on oxygen level in the storage and homogeneities level in the sparger. The purpose of this research is to select several spargers with five variation of the exit angle, based on their performance by using ANSYS and experimental. Five sparger variants are tested at homogeneities simulation and oxygen level measurement. The simulation and experimental results for those spargers indicate that sparger variant 3, which has PVC material manufactured from the combination of two reducer pipes (diameter 44.4 mm and 31.7 mm) and has an exit angles 26.6°, has the highest Turbulence Kinetic Energy (TKE) which is 792.66 J/kg and the lowest oxygen level which is 6.4%. The correlation model between carbon dioxide and oxygen level in the storage room during experimental is made by using least square method, and the result shown that the model has 74.14% significant level. The outcome of this research is sparger variant 3 was selected as an injector applied in MAS to reduce the oxygen level below 10%. Keywords: sparger, Turbulence Kinetic Energy (TKE), Modified Atmosphere Storage (MAS), least square
I.
PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia yang aktif, mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran dalam kehidupan seharihari. Kebiasaan tersebut berguna untuk menjaga
kesehatan dan memvariasikan makanan, untuk itu kesegaran buah harus diperhatikan untuk pencakupan nilai gizi dan rasa. Pengawetan buah dan sayur harus dilakukan dengan metode aman bagi kesehatan manusia, sehingga tidak memiliki
Diterima: 1 Mei 2017; Direvisi: 26 Mei 2017; Disetujui: 27 Mei 2017 JTERA, Vol. 2, No. 1, Juni 2017 © Politeknik Sukabumi
17
I Gede Eka Lesmana, dkk: Analisis Variasi Sparger pada Instalasi … efek samping. Pengawetan tersebut dilakukan untuk menjaga kadar CO2 dan mengurangi kadar O2. Penelitian tentang pengawetan telah banyak dilakukan diantaranya tentang Controlling Atmosphere Storage (CAS) [1,2]. CAS telah digunakan untuk pengkondisian udara untuk buahbuahan, sayur, dan bunga, pendinginan udara dalam ruang penyimpanan untuk hasil panen, perikanan, vaksin imunisasi [3,4], serta pengeringan bengkuang dengan sistem vacuum freeze drying untuk mengurangi kadar air [5]. Teknik pengawetan dengan sistem pengkondisian udara dalam ruang simpan menggunakan injector tipe sparger untuk disuntikkan gas CO2 ke dalam ruang simpan telah dilakukan, dimana penyerapan gas emisi CO2 pada gas buang industri menggunakan sparger membrane dan multi sparger digunakan kembali untuk mengalirkan gas ke kolam kultur [6,7]. Tujuan memasukkan CO2 untuk mengurangi gas O2 dalam ruang simpan buahbuahan dan sayuran dengan cara injeksi menggunkan sparger. Kandungan kadar gas O2 ideal dalam ruang simpan setelah dimasukkan gas CO2 dengan sparger, untuk dapat mengawetkan makanan adalah di bawah 5% [8]. Sparger adalah alat pemecah gelembunggelembung udara agar gelembung udara yang terbentuk berukuran kecil sehingga luas permukaan interfasanya lebih besar sehingga laju difusi oksigen ke dalam larutan cepat. Sparger dibagi dengan 3 jenis yaitu sparger berpori (untuk pencampuran berskala laboratorium tanpa agitator), spargerorifice (pipa berlobang, mudah tertutup dengan mikroba), spargernozzel (pipa terbuka atau tertutup dibawah impeller) [9]. Pertimbangan metode MAS diterapkan dalam penelitian ini adalah: pengkondisian udara tidak membutuhkan pengkondisian temperatur ruang simpan; kapasitas dan bentuk ruang simpan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan; penggunaan teknologi injektor sederhana berbentuk venturimeter; serta peluang pemanfaatan gas CO2 hasil emisi buang dari mesin untuk menggantikan gas CO2 murni. Sehingga penelitian ini menggunakan metode MAS untuk mengawetkan buah-buahan dengan melihat hubungan antara kadar O2 dan CO2 di ruang simpan dengan metode least square, serta analisis simulasi aliran fluida yang terjadi di dalam sparger.
homogen dengan variasi sparger, dimana ditujukan untuk memastikan rancangan yang telah dibuat lebih optimal. Berikut adalah beberapa tahap persiapan untuk pengujian sparger dilakukan dalam, yaitu: 1. Memposisikan kipas di dalam ruang uji untuk blending udara di dalam ruang uji, seperti yang terlihat pada Gambar 2. 2. Memasang plat PVC sebagai tutup ruang uji yang sebelumnya sudah dilubangi untuk sparger dan alat uji. 3. Memasang instalasi sparger di plat PVC yang sudah dilubangi, seperti pada Gambar 3. 4. Masukkan alat ukur oksigen pada lubang yang sudah disiapkan dan ditutup dengan alumunium tape untuk mendapatkan titik awal oksigen di dalam ruang uji. 5. Vakum ruang uji dengan vacuum cleaner, seperti pada Gambar 5. 6. Memasukkan selang ke dalam ruang uji dan botol mineral yang tutupnya sudah dipasang selang untuk udara keluar, seperti pada Gambar 6. 7. Pasang regulator pada tabung CO2 dan diikuti selang pada regulator, seperti pada Gambar 7. 8. Pasang selang pada nipple yang ada pada sparger. 9. Buka katup tabung dan katup regulator sesuai debit yang ditetapkan yaitu 5 liter per menit. 10. Lakukan pengecekkan setiap 15 menit.
II. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1. Tahapan terpenting dari penelitian yang dilakukan ada pada tahap perancangan dan simulasi campuran 18
Gambar 1. Metode penelitian
I Gede Eka Lesmana, dkk: Analisis Variasi Sparger pada Instalasi …
Gambar 2. Posisi kipas
Gambar 3. Posisi sparger
Gambar 6. Tempat sirkulasi udara
Gambar 7. Regulator
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4. Posisi alumunium tape
A. Analisis Simulasi Pola Aliran Penggunaan software ANSYS merupakan salah satu alat bantu untuk mengetahui penyebaran gas di dalam ruang simpan, dimana software ANSYS menerapkan prinsip Computational Fluid Dynamics atau CFD dalam melalukan analisis. Prinsipnya adalah suatu ruang yang berisi fluida untuk kemudian dilakukan penghitungan yang terbagi menjadi beberapa bagian, hal ini sering disebut dengan sel dan prosesnya dinamakan meshing. Bagian-bagian yang terbagi tersebut merupakan sebuah kontrol penghitungan yang akan dilakukan oleh aplikasi atau software. Pada tahap simulasi dibuat 5 (lima) spesifikasi sparger untuk mengetahui varian sparger mana yang paling optimal hasilnya (lihat Tabel 1). Analisis ini mengunakan kondisi yang sama terhadap semua varian sesuai dengan kondisi eksperimental. Kondisi batas (boundary condition) untuk simulasi yang dilakukan adalah: (1) inlet udara tidak diberikan tekanan sehingga tekanan udara yang di masukan 101,33 Pa dan (2) inlet CO2 dimasukkan dengan debit 5 liter per menit atau jika dikonversikan ke dalam satuan kecepatan yaitu 1,31 m/s.
Gambar 5. Vakum ruang uji
19
I Gede Eka Lesmana, dkk: Analisis Variasi Sparger pada Instalasi … Tabel 1. Variasi Sparger No.
Jenis Sparger
1
Varian 1
2
3
4
5
Varian 2
Varian 3
Varian 4
Varian 5
Spesifikasi
Sudut
Reducer Ø 44.4 mm x Ø 19 mm pipa Ø 19 mm Reducer Ø 44.4 mm x Ø 19 mm Reducer draht dalam Ø 19 mm x Ø 31.75 Reducer Ø 44.4 mm x Ø 19 mm Reducer Ø 19 mm x 25.4 mm Reducer Ø 44.4 mm x Ø 19 mm Reducer Ø 19 mm x Ø 31.75 Reducer Ø 44.4 mm x Ø 19 mm Reducer Ø 19 mm x Ø 38.1 mm
35.3° 180° 35.3° 36.9° 35.3° 26.6° 35.3° 35.3° 35.3° 29.9°
Gambar 8 memperlihatkan sparger memiliki turbulen yang besar pada saat diameter besar ke diameter kecil. Pada data tersebut Turbulence Kinetic Energy (TKE) ditunjukkan pada titik
maksimal 1,16 J/kg, sedangkan pada titik minimalnya ditunjukkan 0,32 J/kg dengan nilai ratarata 582,64 J/kg. Gambar 9 memperlihatkan bahwa sparger memiliki turbulen yang besar pada saat diameter besar ke diameter kecil. Pada data tersebut TKE ditunjukkan pada titik maksimal 1,42 J/kg, sedangkan pada titik minimalnya ditunjukkan 0,22 J/kg dengan nilai rata-rata 709,26 J/kg. Gambar 10 memperlihatkan bahwa sparger memiliki turbulen yang besar pada saat diameter besar ke diameter kecil. Pada data tersebut TKE ditunjukkan pada titik maksimal 1,58 J/kg, sedangkan pada titik minimalnya ditunjukkan 0,31 J/kg dengan nilai rata-rata 792,66 J/kg. Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa sparger memiliki turbulen yang besar pada saat diameter besar ke diameter kecil. Pada data tersebut TKE ditunjukkan pada titik maksimal 1,43 J/kg, sedangkan pada titik minimalnya ditunjukkan 0,03 J/kg dengan nilai rata-rata 713,49 J/kg. Pada Gambar 12, dapat dilihat bahwa sparger memiliki turbulen yang besar pada saat diameter besar ke diameter kecil. Pada data tersebut TKE ditunjukkan pada titik maksimal 1,31 J/kg, sedangkan pada titik minimalnya ditunjukkan 0,23 J/kg dengan rata-rata 655,73 J/kg.
Gambar 8. Hasil analisis varian 1
20
I Gede Eka Lesmana, dkk: Analisis Variasi Sparger pada Instalasi …
Gambar 9. Hasil analisis varian 2
Gambar 10. Hasil analisis varian 3
21
I Gede Eka Lesmana, dkk: Analisis Variasi Sparger pada Instalasi …
Gambar 11. Hasil analisis varian 4
Gambar 12. Hasil analisis varian 5
Berdasarkan hasil analisis simulasi yang telah dilakukan, sparger varian 3 dengan dimensi sudut keluar 26,6° merupakan sparger yang mempunyai hasil rata-rata TKE yang paling tinggi yaitu 792,66 J/kg. 22
B. Analisis Hasil Pengujian Pada grafik hubungan CO2 dan O2, menjelaskan sumbu X sebagai parameter waktu dengan satuan menit, sumbu Y1 sebagai parameter jumlah CO2
I Gede Eka Lesmana, dkk: Analisis Variasi Sparger pada Instalasi … dengan satuan liter, dan sumbu Y2 sebagai parameter kadar O2 dengan satuan %. Berdasarkan Gambar 13, dapat disimpulkan bahwa, penurunan kadar oksigen setelah disuntik CO2 selama 6 jam dengan pengambilan data setiap 15 menit sebanyak 1,8 liter mencapai 5,7%. Dengan kondisi pencampuran yang mendekati konstan pada rentan waktu 150-165 menit dengan kadar O2 6,46,2% dan CO2 750-825 liter. Gambar 14 memperlihatkan penurunan kadar O2 setelah disuntik CO2 selama 6 jam dengan pengambilan data setiap 15 menit sebanyak 1,8 liter mencapai 6,3%, dimana terjadi pencampuran yang konstan pada waktu ke 165 menit dengan kadar O2 7,2% dan CO2 825 liter. Gambar 15 memperlihatkan penurunan kadar oksigen setelah disuntik CO2 selama 6 jam dengan
pengambilan data setiap 15 menit sebanyak 1,8 liter mencapai 6,4 % dimana terjadi pencampuran yang konstan pada waktu ke 165 menit dengan kadar O2 7,3% dan CO2 825 liter. Gambar 16 memperlihatkan penurunan kadar oksigen setelah disuntik CO2 selama 6 jam dengan pengambilan data setiap 15 menit sebanyak 1,8 liter mencapai 6,2% dengan pencampuran nilai mendekati konstan pada rentan waktu 150-165 menit dengan kadar O2 7,2-7% dan CO2 750-825 liter. Dari gambar 17 dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar oksigen setelah disuntik CO2 selama 6 jam pengambilan data setiap 15 menit sebanyak 1,8 liter mencapai 6,3% pencampuran yang konstan pada waktu ke 165 menit dengan kadar O2 7,1% dan CO2 825 liter.
Gambar 13. Grafik hubungan waktu, CO2, dan O2 pada varian 1
Gambar 14. Grafik hubungan waktu, CO2, dan O2 pada varian 2
23
I Gede Eka Lesmana, dkk: Analisis Variasi Sparger pada Instalasi …
Gambar 15. Grafik hubungan waktu, CO2, dan O2 pada varian 3
Gambar 16. Grafik hubungan waktu, CO2, dan O2 pada varian 4
Gambar 17. Grafik hubungan waktu, CO2, dan O2 pada varian 5
24
I Gede Eka Lesmana, dkk: Analisis Variasi Sparger pada Instalasi … C. Analisis Pemodelan dengan Least Square Korelasi dan Regresi Linear Perhitungan persamaan matematika garis lurus ini menghitung hubungan penambahan CO2 atas penurunan O2. Sumbu X sebagai kadar O2 dengan satuan % dan sumbu Y sebagai jumlah CO2 dengan satuan liter. Uji kinerja sparger varian 1 dengan hasil pemodelan menggunakan metode least square, antara O2 dan CO2 yang ditunjukkan Gambar 18 pada menit 0-180 mengalami penurunan O2 yang berarti dengan r2 sebesar 92,68 %. Gambar 19 memperlihatkan pada menit 180-360 mengalami penurunan O2 yang kurang berarti dengan penurunan r2 sebesar 88,36%, sedangkan penurunan O2 secara keseluruhan r = -0,81 dan r² = 0,65 dimana CO2 mempengaruhi penurunan O2 sebesar 65,31%. Penurunan O2 sebesar 34,69% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Uji kinerja sparger varian 2 dengan hasil pemodelan menggunakan metode least square, antara O2 dan CO2 yang ditunjukkan Gambar 20 pada menit 0-180 mengalami penurunan O2 yang berarti dengan r2 sebesar 94,03 %. Pada Gambar 21 pada menit 180-360 mengalami penurunan O2 yang kurang berarti dengan penurunan r2 sebesar 93,51%, sedangkan penurunan O2 secara keseluruhan r = -0,84 dan r² = 0,70 dimana CO2 mempengaruhi penurunan O2 sebesar 69,9%. Penurunan O2 sebesar 30,1% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Uji kinerja sparger varian 3 dengan hasil pemodelan menggunakan metode least square, antara O2 dan CO2 menunjukkan Gambar
22 pada menit 0-180 mengalami penurunan O2 yang berarti dengan r2 sebesar 96,91 %, sedangkan pada Gambar 23 pada menit 180-360 mengalami penurunan O2 yang kurang berarti dengan penurunan r2 = 0,93 atau 92,89%, sedangkan penurunan O2 secara keseluruhan r = -0.8612 dan r² = 0.7417 dimana CO2 mempengaruhi penurunan O2 sebesar 74,17%. Penurunan O2 sebesar 25,83% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Uji kinerja sparger varian 4 dengan hasil pemodelan menggunakan metode least square, antara O2 dan CO2 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 24 dengan waktu dari menit 0-180 mengalami penurunan O2 yang berarti dengan r2 sebesar 94,91 %, sedangkan Gambar 25 pada menit 180-360 mengalami penurunan O2 yang kurang berarti dengan penurunan r2 sebesar 91,04%, sedangkan penurunan O2 secara keseluruhan r = -0,84 dan r² = 0,70 dimana CO2 mempengaruhi penurunan O2 sebesar 70,35%. Penurunan O2 sebesar 29,65% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Uji kinerja sparger varian 5 dengan hasil pemodelan menggunakan metode least square, antara O2 dan CO2 menunjukkan bahwa Gambar 26 pada menit 0-180 mengalami penurunan O2 yang berarti dengan r2 sebesar 94,73 %. Untuk Gambar 27 pada menit 180-360 mengalami penurunan O2 yang kurang berarti dengan penurunan r2 sebesar 93,2%, sedangkan penurunan O2 secara keseluruhan r = -0,84 dan r² = 0,70 dimana CO2 mempengaruhi penurunan O2 sebesar 69,93%. Penurunan O2 sebesar 30,07% dipengaruhi oleh faktor lainnya.
Gambar 18. Grafik logaritmik menit 0-180 pada varian 1
25
I Gede Eka Lesmana, dkk: Analisis Variasi Sparger pada Instalasi …
Gambar 19. Grafik eksponensial menit 180-360 varian 1
Gambar 20. Grafik logaritmik menit 0-180 varian 2
Gambar 21. Grafik eksponensial menit 180-360 varian 2
26
I Gede Eka Lesmana, dkk: Analisis Variasi Sparger pada Instalasi …
Gambar 22. Grafik logaritmik menit 0-180 varian 3
Gambar 23. Grafik eksponensial menit 180-360 varian 3
Gambar 24. Grafik logaritmik menit 0-180 varian 4
27
I Gede Eka Lesmana, dkk: Analisis Variasi Sparger pada Instalasi …
Gambar 25. Grafik eksponensial menit 180-360 varian 4
Gambar 26. Grafik logaritmik menit 0-180 varian 5
Gambar 27. Grafik eksponensial menit 180-360 varian 5
28
I Gede Eka Lesmana, dkk: Analisis Variasi Sparger pada Instalasi …
IV. KESIMPULAN Kadar CO2 dapat mengakibatkan penurunan kadar O2 jika tercampur secara homogen dengan udara. Sparger dengan nilai TKE tertinggi mampu mencampur CO2 dengan udara menjadi homogen. Hasil simulasi dan eksperimetal untuk kelima sparger menujukkan sparger varian 3, dengan material PVC dari gabungan dua reducer (diameter 44,4 mm dan 31,7 mm) dan dimensi sudut keluar 26,6 °C, memiliki nilai TKE rata-rata tertinggi yaitu 792,66 J/kg dan kadar oksigen dalam ruang simpan terendah yaitu 6,4%. Model hubungan antara kadar gas karbondioksida dengan oksigen dibuat dengan menerapkan metode least square menunjukkan tingkat signifikan sebesar 74,17%. Luaran dari penelitian ini adalah sparger varian 3 terpilih sebagai sparger yang akan digunakan dalam MAS karena mampu menurunkan kadar oksigen di bawah 10%.
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
REFERENSI [1] A. A. Kader, "Controlled atmosphere storage," Agricultural, pp. 66-76, 2004. [2] A. A. Kader, "Modified and Controlling Atmosphere Storage of Tropical Fruits," in Postharvest Handling of Tropical Fruid, Canberra, 1994, pp. 293-249. [3] Doddy Purwadianto, "Unjuk kerja pendingin
[9]
absorpsi amonia-air dengan variasi tekanan desorbsi," in Seminar Nasional SNTTM 9, Palembang, 2010, pp. 395-399. Teguh Kristianto and Samsul Kamal, "Studi Pemanfaatan Gas Buang Untuk Refrigerasi Sistem Absorbsi Bagi penyimpan Dingin Industri Perikanan," in Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti, Jakarta, 2014, pp. 1-9. Awal Januari S and Awaludin Martin, "Pengeringan Bengkuang Dengan Sistem Pengeringan Beku Vakum," Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains, vol. 1, pp. 1-13, 2014. Titin Handayani, Adi Mulyanto, and Nida Sopiah, "Penyerapan Emisi CO2 Oleh Mikroalga Euglena Sp Dengan Bioreaktor Kolam Kultur," Jurnal Kualitas Lingkungan Hidup, pp. 1-10, 2014. F N Zahir, "Peningkatan produksi biomassa chlorella vulgaris dengan perlakuan mikrofiltrasi pada sirkulasi aliran medium kultur sebagai bahan baku biodiesel," Depok, 2011. Wina Libyawati, Agri Suwandi, and Hafidan Agustian, "Rancang Bangun Teknologi Modified Atmosphere Storage (Mas) Dengan Kapasitas 4,77 m3," Jurnal Teknologi, vol. 9, no. 2, pp. 103-116, Juli 2017. Ariyanto Ariyanto, Syamsul Arifin, and M. Ilyas, "Perancangan Sistem Pengendalian Level Deaerator Menggunakan Fuzzy Gain Scheduling-pi di PT. Petrowidada," Surabaya, 2011.
29
I Gede Eka Lesmana, dkk: Analisis Variasi Sparger pada Instalasi …
30
JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa, Vol. 2, No. 1, Juni 2017, Hal. 31-38
p-ISSN 2548-737X e-ISSN 2548-8678
Evaluasi Finansial pada Proyek Peningkatan Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi Anita Ariesty Program Studi Teknik Sipil, Politeknik Sukabumi Jl. Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi, Indonesia
[email protected]
Abstrak Guna memenuhi tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang terus meningkat dan meningkatkan daya saing dalam bisnis pelayanan kesehatan serta untuk mendukung pembangunan Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi telah mempersiapkan pengembangan RSU Cibabat menjadi Rumah Sakit mandiri dengan penataan yang lebih modern, kapasitas pelayanan lebih banyak, tata letak gedung yang lebih sehat, orientasi bisnis pada pelayanan-pelayanan unggulan diseluruh kegiatan rumah sakit, bersaing dengan pelayanan rumah sakit swasta dengan tarif yang terjangkau serta mengembangkan segmen pasar pada ekonomi menengah ke atas dalam bentuk proyek peningkatan RSU Cibabat Cimahi. Rencana strategi RSU Cibabat diarahkan kepada bussiness plan dengan tidak menghilangkan fungsi sosial rumah sakit, diantaranya dengan membangun Hospital Mall. Hasil analisis finansial dengan pendapatan sewa-jual mall selama masa investasi 20 tahun, didapat Nilai Bersih Sekarang sebesar Rp. 201.798.922.842 dengan tingkat suku bunga pinjaman 4%. Tingkat Bunga Pengembalian diperoleh sebesar 12,44% dengan Periode Pengembalian terjadi pada tahun ke-11 bulan ke-1. Hasil analisis finansial tanpa pendapatan sewa-jual mall selama masa investasi 20 tahun, didapat Nilai Bersih Sekarang sebesar Rp. 30.676.376.671 dengan tingkat suku bunga pinjaman 4%. Tingkat Bunga Pengembalian sebesar 6,21% dengan Periode Pengembalian terjadi pada tahun ke-17 bulan ke-8. Kata kunci: analisis finansial, rumah sakit, manajemen proyek, manfaat, investasi
Abstract In order to fulfill the public demand for health services that increases and to improve the competitiveness in the business of health services and to support the development of Cimahi City, Cimahi City Government has prepared the development of Cibabat Hospital into self-contained Hospital with a more modern arrangement, more service capacity, layout healthier buildings, bussines orientation on superior services throughout the hospital's activities, compete with private hospital services at affordable rates and develop market segments in the upper middle economy in the form of Improvement Project Cibabat Cimahi RSU. Cibabat RSU strategy plan is directed to bussiness plan by not eliminating the social function of the hospital, such as by building Hospital Mall. The result of financial analysis with rental-sale of mall during 20 years investment, obtained Net Value Now Rp. 201,798,922,842 with a loan interest rate of 4%. Rate of Return of 12.44% with Return Period occurs in the 11th year of the 1st month. The result of financial analysis without rental-sale of mall during 20 years investment, obtained Net Value Now Rp. 30,676,376,671 with a loan interest rate of 4%. Rate of Return of 6.21% with The Return Period occurs in the 17th year of the 8th month. Keywords: financial analysis, hospital, manajement project, benefit, investment
I.
PENDAHULUAN
Rumah Sakit Umum (RSU) Cibabat merupakan rumah sakit swadana daerah kelas C sejak tahun 1996. Dengan status swadana ini, RSU Cibabat diperbolehkan mempergunakan pendapatan fungsionalnya secara langsung sehingga dapat mengembangkan kegiatan yang inovatif dan kreatif
Diterima: Mei 2017; Direvisi: 10 Juli 2017; Disetujui: 11 Juli 2017 JTERA, Vol. 2, No. 1, Juni 2017 © Politeknik Sukabumi
serta dapat segera mengantisipasi kebutuhan akan pelayanan kesehatan masyarakat. Untuk mengantisipasi pelaksanaan desentralisasi, era globalisasi, dan tuntutan masyarakat yang semakin tinggi, diperlukan perencanaan strategis rumah sakit yang meliputi manajemen keuangan yang baik, perencanan bangunan fisik yang representatif, pengembangan pelayanan, peningkatan SDM, dan penambahan 31
Anita Ariesty: Evaluasi Finansial pada Proyek Peningkatan … peralatan canggih. Rencana strategi RSU Cibabat ini diperlukan sebagai langkah antisipatif untuk mempertahankan kelangsungan hidup rumah sakit yang diarahkan kepada bussiness plan dengan tidak menghilangkan fungsi sosial rumah sakit, yaitu dengan orientasi bisnis pada pelayanan-pelayanan unggulan diseluruh kegiatan rumah sakit, bersaing dengan pelayanan rumah sakit swasta dengan tarif yang terjangkau dan mengembangkan segmen pasar pada ekonomi menengah ke atas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat kelayakan Proyek Peningkatan RSU Cibabat Cimahi ditinjau dari segi finansial. Mengingat luasnya pembahasan mengenai evaluasi finansial proyek, maka dalam penyusunan, permasalahan yang akan dibahas dibatasi sebagai berikut: (1) pendapatan dan biaya dari unit kegiatan pelayanan rumah sakit telah diketahui; (2) biaya pembebasan tanah tidak diperhitungkan dalam analisis biaya investasi; (3) evaluasi yang dilakukan hanya ditinjau dari segi finansial; (4) dipakai metode Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value), Tingkat Bunga Pengembalian (Internal Rate of Return), dan Periode Pengembalian (Payback Period).
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan–kegiatan tersebut dapat berbentuk investasi baru seperti pembangunan pabrik, pembuatan jalan raya atau kereta api, irigasi, bendungan, pendirian gedunggedung sekolah atau rumah sakit, perluasan atau perbaikan program-program yang sedang berjalan, dan sebagainya [1]. Suatu proyek dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah, badanbadan swasta, atau organisasi-organisasi sosial maupun perorangan. Sumber-sumber yang dipergunakan dalam pelaksanaan proyek dapat berbentuk barang-barang modal, tanah, bahan bahan setengah jadi, bahanbahan mentah, tenaga kerja, dan waktu. Sumbersumber tersebut, sebagian atau seluruhnya, dapat dianggap sebagai barang atau jasa konsumsi dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh benefit yang lebih besar di masa yang akan datang. Benefit tersebut dapat berbentuk tingkat konsumsi yang lebih besar, penambahan kesempatan kerja, perbaikan tingkat pendidikan atau kesehatan, dan perubahan atau perbaikan suatu sistem atau struktur. Suatu proyek dapat dinyatakan
32
berakhir bila sudah pasti atau diduga tidak memberikan benefit lagi. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan berarti bahwa baik sumber-sumber yang dipergunakan dalam satu proyek maupun hasilhasil proyek tersebut dapat dipisahkan dari sumber sumber yang dipergunakan dan hasil-hasil dari kegiatan yang lain. Kegiatan yang dapat direncanakan berarti bahwa baik biaya maupun hasil-hasil pokok dari proyek dapat dihitung atau diperkirakan, kegiatan-kegiatan dapat disusun sedemikian rupa sehingga dengan penggunaan sumber-sumber yang terbatas dapat diperoleh benefit yang sebesar mungkin. B. Siklus Proyek Berdasarkan [2], siklus sebuah proyek memiliki tiga tahap, yaitu Tahap Konseptual, Tahap Definisi atau Tahap Perencanaan dan Pemantapan, serta Tahap Operasi atau Utilisasi. Analisis pasar secara keseluruhan mencakup lingkup yang amat luas, tetapi untuk usulan suatu proyek ditekankan kepada analisis masalah-masalah berikut: prakiraan penawaran dan permintaan produk, pangsa pasar, dan strategi pemasaran. Bagi usulan suatu proyek, terutama yang bersifat komersial, mengkaji aspek pasar harus dimulai paling awal karena ada tidaknya pasar yang cukup menarik dari produk yang dihasilkan atau servis yang ditawarkan merupakan faktor pokok dalam menentukan keputusan proyek. Dari berbagai peluang investasi yang terbuka dengan tingkat keuntungan atau kemanfaatan yang berbeda, baik pengusaha swasta maupun instansi pemerintah akan memilih proyek yang memberikan keuntungan atau kemanfaatan yang paling besar dari sudut pandangannya. C. Tujuan Analisis Proyek Tujuan dari analisis proyek adalah untuk [3]: mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek. menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan. mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan. menentukan prioritas investasi. Untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu calon proyek, perlu dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek. Suatu proyek dapat dianjurkan untuk dilaksanakan atau tidak, dan dapat dinyatakan terbaik untuk dipilih diantara berbagai alternatif, hanyalah bila hasil-hasil yang
Anita Ariesty: Evaluasi Finansial pada Proyek Peningkatan … diperoleh dari proyek tersebut dapat dibandingkan dengan sumber-sumber yang diperlukan. Terdapat berbagai macam kriteria investasi berupa indeks keuntungan proyek yang mendasari keputusan-keputusan tersebut. Tiga kriteria yang penggunaannya lebih umum dan dapat dipertanggungjawabkan adalah: 1) Net Present Value (NVP) yang merupakan selisih present value dari arus benefit dan biaya dihitung berdasarkan discount rate tertentu; 2) Internal Rate of Return (IRR) yang merupakan tingkat discount rate yang menjadikan NVP suatu proyek sama dengan nol; 3) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) yang merupakan angka perbandingan present value dari arus benefit dan arus biaya berdasarkan discount rate tertentu. D. Benefit dan Biaya Proyek Peninjauan terhadap benefit dan biaya proyek dapat berdasarkan aspek finansial dan Aspek Sosial Ekonomi (ASE) [4]. Berdasarkan aspek finansial, dapat dilihat apakah proyek yang diusulkan akan dapat memikul kewajiban membayar kembali dana yang digunakan dan memenuhi tingkat keuntungan yang diharapkan, atau lebih spesifik, peninjauan dikaitkan dengan tujuan finansial suatu usaha sektor swasta yang menginginkan peningkatan kekayaan perusahaan yang dicerminkan oleh kenaikan saham ekuitas. Peninjauan dari aspek sosial ekonomi (ASE), didasarkan pada landasan yang lebih luas, yaitu melihat biaya dan manfaat proyek dari sudut kepentingan sosial atau masyarakat secara menyeluruh. Karena lingkup dan tujuannya adalah kepentingan sosial atau masyarakat yang dapat diasosiasikan dengan kepentingan nasional suatu negara, maka mudah dimengerti bahwa pendekatannya akan penuh dengan implikasi politik dan filosofi. ASE terutama digunakan untuk mengkaji kelayakan proyek-proyek publik (public project) yang umumnya disponsori pemerintah, seperti pembuatan bendungan, saluran irigasi, jalan, jembatan, perbaikan rumah sakit, lingkungan hidup, dan lain-lain. Benefit adalah segala bentuk keuntungan atau manfaat yang diterima oleh masyarakat. Sedangkan biaya adalah pengeluaran yang harus diadakan untuk pelaksanaan proyek, operasi, serta pemeliharaan instalasi hasil proyek. Biaya Investasi untuk Proyek Peningkatan Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat-Cimahi merupakan jumlah biaya total dari: Biaya Peralatan Medis, Biaya Pembangunan, serta Biaya Desain dan Pra-Operasi.
Biaya merupakan jumlah total biaya operasional dan pemeliharaan ditambah dengan jumlah total pinjaman. Pendapatan didapat sejak awal pengoperasian RSU Cibabat-Cimahi, yaitu pada tahun 2004. Pendapatan total didapat dari pendapatan yang diperoleh dari kegiatan – kegiatan pelayanan Rumah Sakit ditambah dengan pendapatan sewa jual Hospital Mall (Gedung A). Selain itu juga ditambah dengan pendapatan dari bunga Bank. Pinjaman dengan tingkat suku bunga sebesar 4% per tahun (Flat Interest) disertai grace periode selama 5 tahun. Asumsi pendapatan sewa-jual mall berdasarkan asumsi optimis bahwa setelah selesai dibangun, seluruh toko dan mall pada gedung A (Hospital Mall) telah disewa dan pada setiap tahunnya terdapat kenaikan harga sewa sebesar 10%.
III. STUDI KASUS Isu-isu pengembangan yang dapat dijadikan bahan pemikiran dalam rencana strategik rumah sakit untuk dapat bersaing dimasa yang akan datang adalah: Pola tarif per jasa pelayanan medik di luar RSU Cibabat cukup tinggi dan mahal Sistem pelayanan dalam menangani pasien RS swasta lebih cepat Ruangan rawat inap di rumah sakit pesaing lebih canggih Daerah Cimahi merupakan daerah pengembangan Real Estate Ada beberapa laboratorium swasta di sekitar Cimahi yang biaya pemeriksaannya cukup tinggi Kunjungan pasien rawat inap maupun rawat jalan ke RSU Cibabat terus meningkat Banyak perusahaan yang ingin bekerja sama dalam bidang pelayanan rawat jalan dan rawat inap Tenaga spesialis yang dimiliki RSU Cibabat cukup banyak (23 orang) Fungsi IGD belum optimal Lokasi RSU Cibabat mudah dijangkau oleh pelanggan Peralatan yang dimiliki belum canggih UU No. 22/25 tahun 1999, dimana subsidi dana pengembangan RS dari pusat tidak ada Berdasarkan isu-isu pengembangan di atas, RSU Cibabat perlu menembus jaringan bisnis melalui persaingan yang ketat dengan rumah sakit lain. Strategi yang perlu diterapkan dalam menghadapi era globalisasi, desentralisasi dan persaingan dengan rumah sakit lain adalah:
33
Anita Ariesty: Evaluasi Finansial pada Proyek Peningkatan … Pengembangan bangunan rumah sakit dan melengkapi sarana serta alatsesuai standar Pengembangan pelayanan IGD Pengembangan bangunan poliklinik yang representatif Meningkatkan pelayanan spesialistik Peningkatan pelayanan penunjang rumah sakit Pengembangan komputerisasi sistem informasi manajemen rumah sakit Tingkat hunian pasien di RSU Cibabat Cimahi berkisar antara 75100%. Hal ini dapat berakibat jumlah rujukan keluar yang semakin besar yang disebabkan tidak tersedianya tempat tidur (penuh) pada saat ini. Disamping itu RSU Cibabat Cimahi mempunyai suatu prospek peningkatan pendapatan yang cukup menjanjikan, yaitu pengelolaan kesehatan di kawasan industri sekitar rumah sakit. Jumlah pabrik di sekitar rumah sakit sejumlah 3000 buah, yang sudah dilayani oleh RSU Cibabat Cimahi baru 25 pabrik (1,2%). Kedua hal tersebut di atas menyebabkan prioritas pengembangan rumah sakit yang utama adalah pembangunan/penataan/ penambahan tempat tidur. Hal yang juga amat menentukan pentingnya penataan kembali RSU Cibabat Cimahi adalah struktur bangunan lama yang tumpang tindih dari pola tumbuh kembang yang diterapkan selama ini pada bangunan yang tidak direncanakan sebagai rumah sakit (tumbuh kembang dari suatu rumah tinggal peninggalan Belanda). Struktur bangunan lama rumah sakit ini tidak memenuhi syarat-syarat rumah sakit modern dan kurang mampu bersaing dalam era globalisasi ini dengan rumah sakit swasta dirasakan perlu untuk merubah Block Plant rumah sakit menjadi bangunan bertingkat 5 atau 6 terdiri dari bangunan 4 gedung utama, selanjutnya disebut gedung A, B, C, dan D. Ketiga hal tersebut di atas menimbulkan gagasan untuk menata ulang seluruh bangunan rumah sakit yang ada menjadi rumah sakit baru yang modern dan lebih menjanjikan bagi persaingan sehat dengan rumah sakit lain dengan harapan suatu saat RSU Cibabat Cimahi bisa menjadi suatu enterprise yang mandiri dalam mengelola kesehatan di daerahnya, apakah itu
34
dalam bentuk BUMD atau bentuk badan lain yang menjanjikan keleluasaan dalam pengelolaan, sehingga dapat mengurangi beban pemerintah dalam pengelolaan bidang kesehatan. Sebagai rumah sakit daerah maka RSU Cibabat Cimahi bila ingin mandiri berbeda dengan rumah sakit lainnya, masih mempunyai beban dalam bentuk misi sosial untuk masyarakat tidak mampu. Bagian ini merupakan suatu kendala dalam pengembangan rumah sakit daerah. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, maka rumah sakit daerah harus dapat mencari sumber dana/peluang bisnis yang lain untuk dapat membiayai “Cost Centre” tadi. Peluang bisnis yang ada di Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi antara lain: Pengelolaan kesehatan sektor industri di sekitar RSU Cibabat Cimahi. Pengelolaan kesehatan bagi masyarakat golongan menengah ke atas. Pengelolaan bisnis non kesehatan. Dengan pengelolaan RSU Cibabat Cimahi sesuai dengan peluang bisnis yang ada maka diharapkan RSU Cibabat Cimahi dapat menghidupi dirinya sendiri (termasuk membayar gaji karyawan yang layak) dan membantu masyarakat miskin sekitar bahkan bila mungkin pada akhirnya mampu menyumbangkan untuk PAD (Pendapatan Asli Daerah).
IV. ANALISIS MASALAH A. Hubungan Uang dengan Waktu Nilai uang pada saat ini tidak sama dengan nilai uang pada waktu yang akan datang [2]. Perubahan nilai uang yang sangat dipengaruhi oleh waktu tersebut. Perlu diekivalensikan terhadap faktor waktu agar nilainya tetap sama. Mengekivalensikan nilai uang terhadap waktu disebut mendiskonto. Metode untuk menghitung perubahan nilai uang terhadap waktu terdiri dari : Nilai Sekarang (Present Value) Nilai Mendatang (Present Future)
Anita Ariesty: Evaluasi Finansial pada Proyek Peningkatan …
Gambar 1. Cash flow diagram proyek peningkatan RSU Cibabat Cimahi dengan pendapatan sewa-jual mall
Gambar 2. Cash flow diagram proyek peningkatan RSU Cibabat Cimahi tanpa pendapatan sewa-jual mall
Pada Gambar 1 dapat dilihat cash flow diagram untuk Proyek Peningkatan RSUD Cibabat-Cimahi dengan pendapatan sewa-jual mall sedangkan pada Gambar 2 dapat dilihat cash flow diagram untuk Proyek Peningkatan RSUD Cibabat-Cimahi tanpa pendapatan sewa-jual mall. Investasi Benefit Cost
: PV (I) = I ( F/P, 4%, n ) : PV (B) = B ( P/F, 4%, n ) : PV (C) = C ( P/F, 4%,n )
dimana: PV = Nilai Bersih (Present Value) I = Investasi awal / Biaya Awal (Investment) B = Pendapatan tiap tahun selama periode investasi (Benefit) C = Biaya tiap tahun selama periode investasi (Cost) i = Tingkat suku bunga (Interest)
Nilai Bersih Sekarang merupakan selisih antara jumlah kas yang masuk ke dalam dana proyek dan kas yang keluar dari dana Proyek Peningkatan RSU Cibabat-Cimahi. Pada perhitungan ini digunakan tingkat suku bunga pinjaman 4%. Pajak pendapatan dihitung berdasarkan UndangUndang Pajak Pendapatan Tahun 2001, Pasal 17 ayat 7.2. Ketentuan pajak pendapatan untuk perusahaan adalah sebagai berikut: 10% untuk pendapatan 0-50 juta 15% untuk pendapatan >50-100 juta 30% untuk pendapatan >100 juta Laba kotor adalah pendapatan total dikurangi dengan total pengeluaran untuk biaya operasional dan pemeliharaan. Pada metode nilai sekarang, nilai uang di masa datang dikonversikan menjadi nilai uang sekarang. 35
Anita Ariesty: Evaluasi Finansial pada Proyek Peningkatan … Persamaan untuk nilai sekarang adalah sebagai berikut: ( ⁄
[ ⁄(
)
) ]
(1)
dengan: P = nilai uang sekarang F = nilai mendatang i = tingkat bunga (%) n = periode Pada metode nilai mendatang, nilai uang di masa sekarang dikonversikan menjadi nilai uang di masa yang akan datang. Persamaan untuk nilai mendatang adalah sebagai berikut: ( ⁄
)
(
)
(2)
Nilai Bersih Sekarang atau Net Present Value (NPV) didapat dari selisih antara jumlah kas yang masuk ke dalam dana proyek dan kas yang keluar dari dana proyek, dengan satu tingkat bunga yang telah ditentukan dan dikonversikan ke waktu sekarang. Tingkat bunga yang dipergunakan untuk mengekivalenkan nilai uang dapat diperoleh dengan melihat tingkat bunga pinjaman jangka panjang yang berlaku di pasaran (bank). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: (
)( ⁄
)
(3)
dengan: B = keuntungan C = biaya i = tingkat bunga n = periode Apabila dalam perhitungan untuk kurun waktu tertentu diperoleh nilai NPV positif atau NPV = 0, maka proyek yang bersangkutan layak untuk dikerjakan. Nilai NPV negatif menunjukkan bahwa proyek tersebut tidak memenuhi tingkat pengembalian yang diinginkan dalam kurun waktu yang diharapkan. Tingkat Bunga Pengembalian atau Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga yang menghasilkan nilai penerimaan bersih sama dengan nilai biayanya. Pada dasarnya IRR menggambarkan tingkat bunga yang membuat selisih akhir dari suatu investasi adalah sama dengan nol. Metode ini memberi solusi untuk tingkat bunga yang menunjukkan persamaan dari nilai ekivalen dari arus kas masuk (penerimaan) pada nilai ekivalen arus kas keluar (pengeluaran, termasuk investasi). Untuk menghitung besarnya tingkat pengembalian, maka seluruh penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan investasi tersebut harus dirubah terlebih dahulu menjadi aliran uang. Setelah aliran uang diketahui,
36
selanjutnya dilakukan perhitungan menggunakan persamaan, sebagai berikut: PWkeuntungan ∑
( ⁄
dengan
PWbiaya = 0 ∑
( ⁄
)) (4)
dengan: Pk = nilai sekarang keuntungan untuk tahun ke-n Pb = nilai sekarang biaya untuk tahun ke-n n = periode i*% = tingkat pengembalian yang dicari (IRR) Perhitungan untuk mencari nilai i*% menggunakan persamaan 2.4, setelah diperoleh hasilnya akan dibandingkan dengan suatu nilai pembanding, untuk menentukan apakah proyek atau alternatif tersebut dapat diterima. Pembanding yang sering digunakan adalah MARR. Jika i*% lebih besar dari MARR maka alternatif dapat diterima dan sebaliknya. B. Periode Pengembalian Nilai Periode Pengembalian menyatakan lamanya suatu investasi mulai menghasilkan laba. Semakin lama periode pengembalian labanya maka proyek tersebut tidak mendapatkan keuntungan, berarti faktor resiko lebih besar [2]. Analisis Periode Pengembalian menghasilkan lamanya suatu investasi mulai menghasilkan laba atau nilai bersih sekarang mulai lebih besar dari nol. Analisis ini dilakukan pada tingkat suku bunga pinjaman 4%. Analisis Tingkat Bunga Pengembalian digunakan untuk menentukan tingkat suku bunga yang menghasilkan Nilai Sekarang manfaat [PV(B)] sama dengan Nilai Sekarang biaya [PV(C)]. Dari perhitungan Analisis Tingkat Bunga Pengembalian Dengan Pendapatan Sewa–Jual Mall didapat nilai IRR sebesar 12,44%. Nilai IRR tersebut lebih besar daripada tingkat suku bunga pinjaman sebesar 4%, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan. Dari perhitungan Analisis Tingkat Bunga Pengembalian Tanpa Pendapatan Sewa–Jual Mall didapat nilai IRR sebesar 6,21%. Nilai IRR tersebut lebih besar daripada tingkat suku bunga pinjaman sebesar 4%, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan. Nilai Periode Pengembalian menyatakan lamanya suatu investasi mulai menghasilkan laba. Semakin lama periode pengembalian labanya maka proyek tersebut tidak mendapatkan keuntungan, berarti faktor resiko lebih besar. Periode Pengembalian (PP) atau Payback Period terutama ditujukan untuk mengetahui tingkat likuiditas dari suatu investasi, secara umum metode ini digunakan untuk mengukur tingkat resiko dari
Anita Ariesty: Evaluasi Finansial pada Proyek Peningkatan … suatu investasi karena likwiditas berkaitan dengan berapa lama suatu modal akan kembali, tentunya waktu pengembalian modal yang cepat lebih disukai. Periode Pengembalian adalah suatu jangka waktu yang diperlukan bagi keuntungan suatu investasi untuk menjadi seimbang dengan biaya investasi. Nilai Periode Pengembalian menyatakan lamanya suatu investasi mulai menghasilkan laba. Semakin lama periode pengembalian labanya maka proyek tersebut tidak mendapatkan keuntungan, berarti faktor resiko lebih besar. Persamaan yang dipergunakan untuk menghitung periode pengembalian adalah sebagai berikut: ∑
( ⁄
)
(5)
dengan: NCF1 = perkiraan aliran uang bersih ditiap akhir tahun P = investasi awal np = periode pengembalian (tahun) t = 1,2,3,…,n i% = tingkat bunga (%) Persamaan tersebut menjelaskan bahwa setelah np tahun, maka aliran uang yang terjadi akan menutup investasi pada tingkat pengembalian i % investasi dalam kenyataannya akan memberikan pengembalian yang lebih panjang daripada np sehingga keuntungan yang lebih besar akan diperoleh. Jika pengembalian harus dilakukan dalam waktu yang lebih pendek daripada np, maka investasi tersebut merugi. Tahun 2019 S/d 2023 tingkat pengembalian sebesar 10 % per tahun Pada Proyek Peningkatan RSU Cibabat-Cimahi, selama masa investasi 20 tahun dengan pendapatan sewa-jual mall, periode pengembalian yang terjadi pada tahun 2015, yaitu tahun ke-11 bulan ke-1. Pada Proyek Peningkatan RSU Cibabat-Cimahi, selama masa investasi 20 tahun tanpa pendapatan sewa-jual mall, periode pengembalian yang terjadi pada tahun 2021, yaitu tahun ke-17 bulan ke-8.
KESIMPULAN Dari evaluasi finansial proyek peningkatan RSU Cibabat Cimahi diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Nilai Bersih Sekarang dengan pendapatan sewajual mall sebesar Rp. 201.798.922.842. Karena Nilai Bersih Sekarang bernilai positif, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan. Nilai Bersih Sekarang tanpa pendapatan sewajual mall sebesar Rp. 30.676.376.671. Karena Nilai Bersih Sekarang bernilai positif, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan. Tingkat Bunga Pengembalian dengan pendapatan sewa-jual mall sebesar 12,44% lebih besar daripada tingkat suku bunga pinjaman sebesar 4%, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan. Tingkat Bunga Pengembalian tanpa pendapatan sewa-jual mall sebesar 6,21% lebih besar daripada tingkat suku bunga pinjaman sebesar 4%, maka proyek ini layak untuk dilaksanakan. Periode Pengembalian dengan pendapatan sewajual mall terjadi pada tahun 2015, yaitu tahun ke11 bulan ke-1. Periode Pengembalian tanpa pendapatan sewajual mall terjadi pada tahun 2021, yaitu tahun ke17 bulan ke-8. Investasi Proyek Peningkatan RSU Cibabat Cimahi dengan pendapatan sewa-jual mall lebih menarik bagi investor daripada tanpa pendapatan sewa-jual mall karena periode pengembaliannya lebih cepat dan masa menikmatinya lebih lama.
REFERENSI [1] Gray, Clive., Simanjuntak, P., Sabur, Lien K., Maspaitella, P.F.L., Varley, R.C.G., Edisi Kedua, Pengantar Evaluasi Proyek, Penerbit Gramedia, Jakarta, 1997 [2] De Garmo, E. Paul., Sullivan, William G., Bontadelli, James A., Wicks, Elin M., Ekonomi Teknik, Jilid 1, Terjemahan Setyono, Joseph, Ir., M.Eng.Sc., & Sutanto, Hadi, Ir., M.Eng., Penerbit Prenhallindo, Jakarta,1997 [3] De Garmo, E. Paul., Sullivan, William G., Bontadelli, James A., Wicks, Elin M., Ekonomi Teknik, Jilid 2, Terjemahan Setyono, Joseph, Ir., M.Eng.Sc., & Sutanto, Hadi, Ir., M.Eng., Penerbit Prenhallindo, Jakarta, 1997 [4] Soeharto, Iman, Manajemen Proyek, Cetakan Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1997
37
Anita Ariesty: Evaluasi Finansial pada Proyek Peningkatan …
38
JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa, Vol. 2, No. 1, Juni 2017, Hal. 39-46
p-ISSN 2548-737X e-ISSN 2548-8678
Perilaku Guru dan Pegawai Sekolah Terhadap Penerapan Program Zero Waste di Sekolah: Studi Kasus SMK Maitreyawira Batam Gita Prajati, Darwin Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Universal Batam Kompleks Maha Vihara Duta Maitreya, Bukit Beruntung, Sungai Panas, Batam, Indonesia
[email protected]
Abstrak Zero waste (nol sampah) merupakan suatu konsep pengurangan produksi sampah. Konsep zero waste ini salah satunya dengan menerapkan prinsip 3 R (Reduce, Reuse, Recycle). Penerapan program zero waste dapat memberikan kontribusi dalam pemeliharaan lingkungan, yaitu dengan cara meminimalisir bahkan menghilangkan pembuangan sampah ke alam semesta dengan cara pengolahan kembali. Indonesia sendiri sudah mulai memperkenalkan konsep zero waste ini ke masyarakat, salah satunya melalui sekolah-sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap dari guru dan pegawai sekolah terhadap penerapan program zero waste di sekolah. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan penyebaran kuisioner. Data-data yang terkumpul dianalisa menggunakan metode chi-square. Ada lima variabel independen, yaitu pengetahuan, sikap menerima, sikap merespon, sikap menghargai dan sikap bertanggungjawab, sedangkan variabel dependen adalah tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya satu variabel yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap penerapan zero waste di sekolah, yaitu sikap menerima. Kata kunci: zero waste, sikap, sekolah
Abstract Zero waste is a concept to reduce the production of waste. One of its concepst is by applying the principle of 3R (Reduce, Reuse, Recycle). The application of zero waste can contribute into environmental maintenance, that is by minimizing and even eliminating waste disposal to the universe by reprocessing it. Indonesia itself has started to introduce the concept of zero waste to the community, one of them through schools. This study’s aim is to determine the relationship between attitudes of teachers and school officials to the implementation of zero waste programs in schools. Data collection is done through observation, interview and questionnaire distribution. Then the datas is analyzed by using chi-square method. There are five independent variables, namely knowledge, acceptance attitude, responding attitude, respect attitude and responsible attitude, while the dependent variable is action. The results showed that only one variable has a significant relationship to the application of zero waste in schools, namely acceptance attitude. Keywords: zero waste, attiude, school
I.
PENDAHULUAN
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggi, dilakukan eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam. Eksploitasi SDA yang tidak terkontrol diprediksi akan membawa kehidupan di bumi menuju masa depan yang tidak pasti. Selain itu, peningkatan konsumsi juga berdampak pada peningkatan jumlah sampah. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kelangkaan SDA dan
penumpukan sampah, dibutuhkan suatu konsep berkelanjutan dan sistem pengelolaan sampah yang tepat. Salah satu sistem yang memenuhi kualifikasi tersebut adalah zero waste. Zero waste diartikan sebagai proses perancangan dan pengelolaan produk dan proses secara sistematik untuk menghindari dan menghilangkan limbah serta memulihkan SDA yang terkena dampak limbah. Zero waste juga dapat diartikan sebagai gaya hidup dengan meminimalkan produk
Diterima: 3 Juli 2017; Direvisi: 8 Juli Mei 2017; Disetujui: 13 Juli 2017 JTERA, Vol. 2, No. 1, Juni 2017 © Politeknik Sukabumi
39
Gita Prajati, dkk: Perilaku Guru dan Pegawai Sekolah … atau barang yang menimbulkan sampah plastik (non organik). Salah satu cara penerapan zero waste adalah dengan cara mengurangi sampah. Cara ini bisa diterapkan di seluruh lapisan masyarakat. Di seluruh belahan dunia, baik di utara maupun selatan, di kota besar dan kota kecil, telah dilakukan berbagai inovasi agar tujuan dari zero waste dapat tercapai. Kota Pune di India mampu mengurangi 640.000 ton emisi gas rumah kaca dengan cara mendaur ulang sampah yang telah dikumpulkan secara kolektif dari rumah ke rumah. Suatu komunitas masyarakat yang menentang penggunaan insinerator di Taiwan, memaksa pemerintah Taiwan untuk melakukan pengurangan dan daur ulang sampah. Program tersebut mampu mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan di Taiwan walaupun jumlah penduduk dan perkonomian di negara tersebut mengalami kenaikan. Di Indonesia, konsep zero waste sudah mulai diperkenalkan. Pemerintah sendiri mendukung diberlakukannya konsep zero waste. Pemerintah Daerah Jakarta di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) periode 20072012, telah menetapkan pengurangan volume sampah melalui program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dengan cara membangun lokasi 3R di pemukiman warga. Beberapa lembaga dan yayasan non pemerintah sudah melakukan pengenalan serta pelatihan mengenai zero waste. Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPPB) yang berlokasi di Kota Bandung telah melaksanakan kegiatan kampanye hidup bebas sampah. Dimana kampanye itu bertujuan untuk mengajak masyarakat khususnya ibu rumah tangga agar mau melakukan upaya pengurangan sampah dan penekanan volume sampah. Sebagian besar ibu rumah tangga menyetujui gagasan zero waste tersebut dan turut menerapkan gagasan tersebut dalam kesehariannya [1]. Tidak hanya di lingkungan rumah tangga saja, pengenalan program zero waste juga dapat dilakukan di lingkungan sekolah. Sekolah dapat memberlakukan suatu aturan yang mengajarkan para siswa untuk melakukan pemisahan sampah organik dan non organik. SMK Maitreyawira Batam merupakan salah satu sekolah yang telah menerapkan konsep zero waste di lingkungan sekolah mereka. Sekolah ini telah menyediakan fasilitas berupa tempat sampah yang berbeda untuk masing-masing kategori sampah. Selain itu, penggunaan kantong plastik di kantin sekolah juga sudah mulai dikurangi. Namun, pada prakteknya, pelaksanaan program zero waste ini tidaklah mudah. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi program zero waste tersebut.
40
Perilaku manusia dibagi menjadi tiga domain utama. Ketiga domain tersebut adalah pengetahuan, sikap dan praktek atau tindakan [2]. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh perilaku dari seluruh komponen sekolah terhadap program zero waste. Perilaku komponen sekolah akan dianalisa berdasarkan pengetahuan dan sikap terhadap praktek atau tindakan. Sehingga akan diperoleh domain mana yang memiliki pengaruh paling besar terhadap pelaksanaan program zero waste di sekolah. Hasil akhir penelitian ini nantinya akan digunakan sebagai dasar pengembangan pengelolaan program zero waste di sekolah.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Sampah dan Gaya Hidup Pertumbuhan ekonomi mengakibatkan terjadinya perubahan pada gaya hidup masyarakat. Perubahan ini mengakibatkan meningkatnya konsumsi sumber daya alam yang dilakukan oleh manusia. Selain itu, perubahan gaya hidup juga menuntut sektor industri agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Tingginya kegiatan di bidang industri mengakibatkan eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam. Eksploitasi SDA yang berlebihan membawa dampak buruk pada bumi, yaitu pengurangan jumlah SDA, pemanasan global dan meningkatnya jumlah timbulan sampah [3]. Secara teoritis, permintaan terhadap energi dapat meningkatkan perekonomian dari suatu negara dan diharapkan dapat menghasilkan teknologi yang efisien dan ramah terhadap lingkungan. Namun, perkembangan terakhir yang terjadi sangat berlawanan, karena pertumbuhan ekonomi di negara berkembang dan kurang berkembang adalah pendorong utama naiknya emisi CO2 secara global. Peningkatan timbulan sampah dapat menimbulkan risiko negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Di daerah perkotaan, terutama di kota-kota negara berkembang, masalah dan isu mengenai sampah merupakan permasalahan yang sangat penting dan harus segera diatasi [4]. B. Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebuah upaya komprehensif menangani sampah-sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia. Pengelolaan sampah tersebut dikelompokkan menjadi enam elemen penting, yaitu: pengendalian timbulan sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan. Keenam elemen tersebut saling bergantung satu sama lainnya, sehingga membentuk suatu sistem pengelolaan sampah [5].
Gita Prajati, dkk: Perilaku Guru dan Pegawai Sekolah … Kegiatan pengurangan sampah bertujuan agar seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat luas melaksanakan kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang dan pemanfaatan kembali sampah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Reduce, Reuse dan Recycle (3R) melalui upaya-upaya cerdas, efisien dan terprogram. Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga mewajibkan produsen melakukan kegiatan 3R dengan cara menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang dan diguna ulang dan/atau menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk didaur ulang dan dimanfaatkan kembali. Penerapan prinsip 3R juga diharapkan dapat menyelesaikan masalah sampah secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga tujuan akhir kebijakan Pengelolaan Sampah Indonesia dapat dilaksanakan dengan baik [6]. Sistem pengelolaan sampah akan menghadapi fase kritis, karena tidak tersedianya fasilitas yang memadai untuk mengelola sampah dalam jumlah yang lebih besar di perkotaan. Sistem pengelolaan sampah membutuhkan infrastruktur yang tepat, pemeliharaan dan peningkatan untuk menjalankan semua kegiatannya. Hal ini mengakibatkan biaya yang dibutuhkan semakin mahal dan kompleks [7]. Untuk melaksanakan pengolahan sampah yang terintegrasi, maka pemerintah lokal akan membutuhkan mitra. Pemerintah pusat perlu mengurangi limbah atau sampah dengan pengaturan beberapa hal seperti perhitungan pembiayaan bersama, deposit-deposit paket, pertanggungjawaban produsen. Masyarakat umum yang menjadi stakeholder terpenting dalam kegiatan pengolahan limbah, harus juga terlibat aktif untuk pencapaian hal ini. Keterlibatan masyarakat dapat dilakukan dengan cara memperbaiki pola perilaku mereka [8]. C. Konsep Zero Waste Zero waste merupakan suatu konsep baru yang menawarkan jawaban atas permasalahan jumlah sampah yang meningkat akibat adanya pertumbuhan ekonomi dan konsumsi masyarakat. Selain itu, jumlah sampah yang dihasilkan juga tergantung pada perilaku dan praktek konsumen yang berhubungan dengan usia, jenis kelamin, pendidikan dan nilai-nilai yang terdapat di dalam masyarakat.
Kota dengan tingkat konsumsi yang tinggi menghasilkan sampah makanan, elektronik, dan kertas dengan jumlah yang sangat besar. Dimana jumlah sampah-sampah tersebut mengakibatkan permasalahan yang cukup serius di bidang sosioekonomi dan lingkungan. Zero waste dapat diartikan sebagai suatu konsep perancangan dan pengelolaan produk dan sistem secara sistematik. Konsep ini dilakukan untuk menghindari dan mengurangi jumlah sampah dan SDA yang digunakan, serta untuk mengkonservasi dan memulihkan kembali SDA yang sudah terkena dampak oleh limbah [9]. Zero waste adalah salah satu strategi yang dapat membantu masyarakat untuk melakukan produksi dan konsumsi sekaligus menghargai sistem ekologi dan komponen-komponen yang terdapat di dalam ekologi tersebut. Konsep ini memastikan seluruh material aman dan kembali ke alam secara berkelanjutan atau dapat digunakan kembali [10]. Ruang lingkup zero waste terdiri atas beberapa konsep yang telah dikembangkan sebagai sistem pengelolalaan sampah berkelanjutan. Beberapa dari konsep tersebut adalah menghindari, mengurangi, menggunakan kembali, merancang ulang, regenerasi, daur ulang, memperbaiki, memproduksi kembali, menjual kembali serta mendistribusikan kembali sumber sampah. Oleh karena itu, strategi zero waste dalam prakteknya dapat berkembang dengan baik. Zero waste tidak hanya mendorong proses daur ulang tetapi juga bertujuan untuk mengatur kembali rancangan, produk dan distribusi dalam pencegahan atau pengurangan jumlah sampah [11]. Alur dari sistem pengelolaan sampah di seluruh dunia ditunjukkan oleh Gambar 1. Gambar piramida tersebut menunjukkan bahwa cara umum yang biasa dilakukan untuk mengatasi sampah adalah membuang sampah. Dimana perlakuan tersebut dijadikan sebagai dasar piramida. Sedangkan tindakan yang paling jarang dilakukan adalah pengurangan sampah yang mana perlakuan ini terletak pada puncak piramida. Jika piramida tersebut akan dijadikan sebagai pedoman sistem pengelolaan sampah berkelanjutan, maka piramida tersebut harus dibalik. Sehingga perlakuan yang lebih diinginkan, yaitu pengurangan sampah harus dijadikan dasar dari sistem pengelolaan sampah. Kemudian perlakuan yang tidak begitu diinginkan, yaitu membuang sampah, diletakkan di puncak piramid [3]. Pendekatan zero waste di dalam sistem pengelolaan sampah tidak hanya berhubungan dengan para politikus dan ahli. Faktanya, seluruh lapisan masyarakat dapat terlibat dalam penerapan program zero waste [10].
41
Gita Prajati, dkk: Perilaku Guru dan Pegawai Sekolah …
Gambar 1. Alur pengelolaan sampah
D. Perkembangan Konsep Zero Waste Zero waste menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan peningkatan jumlah sampah dan pengurangan SDA. Beberapa kota di dunia telah sukses dalam penerapan zero waste. Kota-kota seperti Pune, San Fransisco, Buenos Aires, Mumbai dan La Pintana telah menunjukkan kemajuan yang nyata dalam usaha pencapaian tujuan dari zero waste. Bahkan beberapa kota di dunia memiliki tujuan untuk menjadi suatu kota berkonsep zero waste [10]. Salah satu kota yang sukses sebagai kota berkonsep zero waste adalah Kota Boras yang terletak di Swedia. Dengan adanya inovasi dan pengembangan di bidang teknologi terhadap pemilahan sampah, biotreatment dan teknik termal, penggunaan landfill dapat diturunkan sebesar 10% dan akhirnya mencapai hampir 0%. Salah satu kunci keberhasilan dari kota ini adalah penerapan konsep zero waste di sekolah. Sekolah mengajarkan anakanak tentang konsep pemilahan sampah serta sistem pengelolaan sampah [12] . Konsep zero waste merupakan suatu konsep berkelanjutan nyata yang dapat diterapkan di sekolah-sekolah [13]. Program zero waste di sekolah mengajarkan kepada siswa untuk mengembangkan dan mempraktekkan pengetahuan mengenai konsep sistem berkelanjutan dengan cara mengurai produksi sampah. Sekolah merupakan kunci dari seluruh lapisan masyarakat agar konsep zero waste dapat berjalan dengan baik [14]. Kerja sama dari seluruh pihak sangat dibutuhkan dalam pelaksanan zero wase di sekolah. Melalui pengajaran, pelatihan dan kerja sama pelaksanaan program pengurangan sampah di sekolah dapat berjalan dengan baik. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku siswa dalam membuang sampah. Beberapa diantaranya adalah usia, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana, peraturan sekolah, serta 42
dukungan orang tua dan guru [15]. Selain itu, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi pelaksanaan program pendidikan lingkungan di sekolah, diantaranya adalah kurangnya komitmen dari siswa dan pegawai sekolah serta kesulitan dalam mengubah kebiasaan siswa [16]. Penelitian yang dilakukan oleh Kolbe menunjukkan bahwa siswa yang memiliki pengetahuan lebih mengenai pengelolaan sampah memiliki keinginan untuk mengelola sampah dengan cara yang lebih baik, seperti daur ulang sampah. Sedangkan siswa yang memiliki tingkat pengetahuan lebih rendah membutuhkan perintah dari guru untuk melakukan daur ulang sampah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan tindakan yang diambil oleh siswa terkait dengan pengelolaan sampah [17].
III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di SMK Maitreyawira Batam. Proses perumusan masalah dan studi literatur menghasilkan variabel-variabel yang perlu dikaji lebih lanjut. Ada lima variabel independen, yaitu pengetahuan, sikap menerima, sikap merespon, sikap menghargai dan sikap bertanggungjawab. Sedangkan untuk variabel dependennya adalah tindakan atau perilaku. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner dan wawancara. Kuisioner disebarkan kepada dua puluh lima orang responden, yang terdiri atas delapan belas orang guru dan tujuh orang pegawai sekolah. Pengolahan data secara statistik yang diujicobakan terhadap data adalah Uji Chi-square. Uji chi-square dilakukan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dengan pelaksanaan program zero waste di sekolah.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden dibagi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Karkteristik umur dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok yang terdiri atas responden yang memiliki umur di bawah umur rata-rata. Sedangkan kelompok kedua merupakan kelompok yang beranggotakan responden dengan umur di atas rata-rata. Tabel 1 menunjukkan frekuensi dan persentase karakteristik dari kedua kelompok responden tersebut.
Gita Prajati, dkk: Perilaku Guru dan Pegawai Sekolah … Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden Karakteristik Responden Umur Di bawah rata-rata Di atas rata-rata Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Frekuensi (n = 25)
Persentase (%)
17 8
68 32
12 13
48 5
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari responden yang telah disurvei, sebanyak 17 responden (68%) memiliki umur di bawah rata-rata yaitu berkisar antara 20-28 tahun. Jumlah ini lebih banyak bila dibandingkan dengan responden yang memiliki umur di atas rata-rata, yaitu hanya sekitar 8 responden atau 32%. Sedangkan untuk karakteristik jenis kelamin, jumlah responden antara laki-laki dan perempuan hampir berimbang yaitu, sebesar 48% untuk responden laki-laki dan 52% untuk responden perempuan. B. Hubungan Antara Pengetahuan dan Tindakan Variabel pengetahuan digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan responden mengenai program zero waste. Pada Tabel 2, dari 25 responden yang telah disurvei, diperoleh hasil sebesar 52% yang menyatakan bahwa responden kurang memahami konsep zero waste. Sedangkan 48% responden telah memiliki pemahaman yang cukup mengenai konsep zero waste. Tabel 3 menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan kurang mengenai konsep zero waste melakukan tindakan yang juga kurang mendukung pelaksanaan zero waste itu sendiri. Ada sekitar 66,67% responden yang masuk ke dalam ketegori ini. Sedangkan sebanyak 33,33% responden masuk ke dalam kategori responden dengan tingkat pengetahuan yang cukup tetapi melakukan tindakan yang kurang mendukung pelaksanaan program zero awste. Hasil uji sattistik yang dilakukan terhadap variabel pengetahuan dan tindakan menunjukkan bahwa nilai p yang diperoleh adalah sebesar 0,158. Hasil ini lebih besar bila dibandingkan dengan nilai 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan tindakan. Dengan kata lain pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pelaksanaan zero waste di sekolah. Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan tentang zero waste Nilai Kurang Cukup
Jumlah (n) 13 12
Persentase (%) 52 48
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara pengetahuan dengan tindakan Pengetahuan Kurang Cukup Jumlah
Tindakan Kurang Cukup n % N % 8 66,67 5 38,46 4 33,33 8 61,54 12 100 13 100
P Value 0,158
C. Hubungan Antara Variabel Sikap Menerima dan Tindakan Variabel sikap dibagi atas tiga bagian. Bagian pertama merupakan variabel sikap menerima. Variabel ini menunjukkan berapa besar responden mau menerima penerapan konsep zero waste. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada lima orang responden yang bersikap negatif dalam hal penerimaan penerapan zero waste. Sedangkan sisa responden sebanyak dua puluh orang memilih bersikap positif dalam hal penerimaan penerapan program zero waste. Tabel 4 menunjukkan hasil penelitian tentang sikap menerima. Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap negatif terhadap penerimaan penerapan zero waste melakukan tindakan yang juga kurang mendukung pelaksanaan zero waste itu sendiri. Ada sekitar 33,33% responden yang masuk ke dalam ketegori ini. Sedangkan sebanyak 66,67% responden masuk ke dalam kategori responden yang memiliki sifat positif terhadap penerimaan zero waste tetapi melakukan tindakan yang kurang mendukung pelaksanaan program zero awste. Hasil uji sattistik yang dilakukan terhadap variabel pengetahuan dan tindakan menunjukkan bahwa nilai p yang diperoleh adalah sebesar 0,009. Hasil ini lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada terdapat hubungan yang signifikan antara sikap menerima dengan tindakan. Dengan kata lain sikap menerima memiliki hubungan yang signifikan dengan pelaksanaan zero waste di sekolah. Tabel 4 Distribusi frekuensi berdasarkan sikap menerima penerapan program zero waste Nilai Negatif Positif
Jumlah (n) 5 20
Persentase (%) 20 80
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan hubungan antara sikap menerima dengan tindakan Sikap menerima Negatif Positif Jumlah
Tindakan Kurang Cukup n % N % 2 33,33 0 0 4 66,67 19 100 8 100 19 100
P Value 0,009
43
Gita Prajati, dkk: Perilaku Guru dan Pegawai Sekolah … D. Hubungan Antara Variabel Sikap Merespon dan Tindakan Variabel ini menunjukkan berapa besar responden mau memberikan respon terhadap peraturan sekolah mengenai penerapan konsep zero waste. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada dua belas orang responden memberikan respon negatif terhadap peraturan sekolah yang bekaitan dengan penerapan zero waste. Sedangkan sisa responden sebanyak tiga belas orang memilih untuk memberikan respon positif terhadap peraturan sekolah mengenai penerapan program zero waste. Tabel 6 menunjukkan hasil penelitian tentang sikap merespon. Tabel 7 menunjukkan bahwa responden yang memiliki respon negatif terhadap peraturan dan sarana sekolah yang mendukung penerapan zero waste, melakukan tindakan yang juga kurang mendukung pelaksanaan zero waste itu sendiri. Ada sekitar 50% responden yang masuk ke dalam ketegori ini. Sedangkan sebanyak 50% responden masuk ke dalam kategori responden yang memiliki respon positif terhadap peraturan dan sarana sekolah yang mendukung penerapan zero waste, tetapi melakukan tindakan yang kurang mendukung pelaksanaan program zero waste. Hasil uji statistik yang dilakukan terhadap variabel pengetahuan dan tindakan menunjukkan bahwa nilai p yang diperoleh adalah sebesar 0,412. Hasil ini lebih besar bila dibandingkan dengan nilai 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap merespon dengan tindakan. Dengan kata lain sikap merespon tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pelaksanaan zero waste di sekolah. Tabel 6. Distribusi frekuensi berdasarkan sikap merespon penerapan program zero waste Nilai Negatif Positif
Jumlah (n) 12 13
Persentase (%) 48 52
Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara sikap merespon dengan tindakan Sikap Merespon Negatif Positif Jumlah
44
Tindakan Kurang Cukup n % N % 3 50 6 31,58 3 50 13 68,42 6 100 19 100
P Value 0,412
E. Hubungan Antara Variabel Sikap Menghargai dan Tindakan Variabel ini menunjukkan pandangan dari responden terhadap dukungan yang diperoleh dari lingkungan mengenai penerapan konsep zero waste. Dukungan tersebut berhubungan dengan rekan kerja dan sarana yang dimiliki oleh sekolah untuk mendukung program zero waste. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada dua belas orang responden memberikan pendangan negatif terhadap dukungan lingkungan dalam hal penerapan zero waste. Sedangkan sebanyak tiga belas responden memilih untuk memberikan pandangan positif terhadap dukungan lingkungan dalam hal penerapan program zero waste. Tabel 8 menunjukkan hasil penelitian tentang sikap menghargai. Tabel 9 menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap negatif mengenai dukungan lingkungan terhadap penerapan zero waste, melakukan tindakan yang juga kurang mendukung pelaksanaan zero waste itu sendiri. Ada sekitar 33,33% responden yang masuk ke dalam ketegori ini. Sedangkan sebanyak 66,67% responden masuk ke dalam kategori responden yang memiliki sikap positif mengenai dukungan lingkungan terhadap penerapan zero waste, tetapi melakukan tindakan yang kurang mendukung pelaksanaan program zero waste. Hasil uji statistik yang dilakukan terhadap variabel pengetahuan dan tindakan menunjukkan bahwa nilai p yang diperoleh adalah sebesar 0,539. Hasil ini lebih besar bila dibandingkan dengan nilai 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap menghargai dengan tindakan. Dengan kata lain sikap menghargai tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pelaksanaan zero waste di sekolah. Tabel 8. Distribusi frekuensi berdasarkan sikap menghargai penerapan program zero waste Nilai Negatif Positif
Jumlah (n) 12 13
Persentase (%) 48 52
Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan hubungan antara sikap menghargai dengan tindakan Sikap Menghargai Negatif Positif Jumlah
Tindakan Kurang Cukup n % N % 2 33,33 4 21 4 66,67 15 79 6 100 19 100
P Value 0,539
Gita Prajati, dkk: Perilaku Guru dan Pegawai Sekolah … F. Hubungan Antara Variabel Sikap Bertanggungjawab dan Tindakan Variabel ini menunjukkan pandangan dari responden terhadap tanggung jawab mereka mengenai penerapan konsep zero waste. Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya ada satu orang responden memberikan pendangan negatif terhadap sikap bertanggungjawab dalam hal penerapan zero waste. Sedangkan sebanyak dua puluh empat responden memilih untuk memberikan pandangan positif terhadap sikap bertanggungjawab dalam hal penerapan program zero waste. Tabel 10 menunjukkan hasil penelitian tentang sikap bertanggungjawab. Tabel 11 menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap negatif mengenai tanggung jawab terhadap penerapan zero waste, melakukan tindakan yang juga kurang mendukung pelaksanaan zero waste itu sendiri. Ada sekitar 16,67% responden yang masuk ke dalam ketegori ini. Sedangkan sebanyak 83,33% responden masuk ke dalam kategori responden yang memiliki sikap positif mengenai tanggung jawab terhadap penerapan zero waste, tetapi melakukan tindakan yang kurang mendukung pelaksanaan program zero waste. Hasil uji statistik yang dilakukan terhadap variabel pengetahuan dan tindakan menunjukkan bahwa nilai p yang diperoleh adalah sebesar 0,069. Hasil ini lebih besar bila dibandingkan dengan nilai 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap menghargaibertanggungjawab dengan tindakan. Dengan kata lain sikap bertanggungjawab tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pelaksanaan zero waste di sekolah. Tabel 10. Distribusi frekuensi berdasarkan sikap bertanggungjawab penerapan program zero waste Nilai Negatif Positif
Jumlah (n) 1 24
Persentase (%) 4 96
Tabel 11 Distribusi responden berdasarkan hubungan antara sikap bertanggungjawab dengan tindakan Sikap Bertanggungjawab Negatif Positif Jumlah
Tindakan Kurang Cukup n % n % 1 16,67 0 0 5 83,33 19 100 6 100 19 100
P Value 0,069
V. KESIMPULAN Variabel sikap menerima merupakan variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan dalam hal penerapan zero waste di sekolah
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih diberikan kepada SMK Maitreyawira Batam.
REFERENSI [1] Komari, A. S., Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Penerapan Program Zero waste Lifestyle di Kelurahan Sukaluyu Kota Bandung (Studi Deskriptif Terhadap Anggota Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi Bandung dengan Latar Belakang Status Sosial Ekonomi Berbeda), Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2014 [2] Notoadmojo, S., Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta, 2003 [3] Schwarz, S. F., Cities In Transition Towards Zero waste: A Case Study Of Aalborg Municipality, Master Theses Faculty of Engineering and Science Department of Development and Planning, Aalborg University, 2014 [4] Alsheyab, M. dan Kusch, S., “Decoupling Resources Use from Economic Growth Chances and Challenges of Recycling Electronic Communication Devices”, Journal of Economy, Business and Financing, Vol. 1 No. 1, pp. 16151619, 2013 [5] Saraswati, E., Model Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Persampahan Kota Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus Kota Bandung), Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, 2007 [6] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2011 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012 Buku III: Pembangunan Berdimensi Kewilayahan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2012 [7] Sharholy, M., Ahmad, K., Vaishya, R.C., dan Gupto, R.D., “Municipal Solid Waste Characteristics and Management in Allahabad, India”, Journal of Waste Management, Vol. 27 No. 4, pp. 490-496, 2007 [8] Adlina, A., Identifikasi Pengaruh Faktor-Faktor Sosioekonomi dan Kependudukan Terhadap Timbulan Sampah di Jawa Barat, Tesis Program Magister FTSL ITB, 2013 [9] Zaman, A. U. dan S. Lehmann., “Challenges and Opportunities in Transforming a City Into a Zero Waste City”, Challenges, Vol. 2, pp. 73-93, 2011 [10] Allen, C., Gokaldas, V., Larracas, A., Minot, L.A., Morin, M., Tangri, N., Tyler, B. dan Walker, B., On
45
Gita Prajati, dkk: Perilaku Guru dan Pegawai Sekolah …
[11]
[12]
[13]
[14]
46
The Road to Zero waste Success es and Less ons from around the World, GAIA Press, 2012 Zaman, A. U., “Roadmap Towards Zero Waste Cities”, International Journal of Waste Resources, Vol. 4 No. 2, pp. 100-106, 2014 Rajendran, K., Bjork, H. dan Taherzadeh, M. J., Borås, “A Zero Waste City in Sweden”, Journal of Development Management, Vol. 1 No. 1, pp. 3-8, 2013 Schumpert, Kary, Dietz dan Cyndra., “Zero Waste: A Realistic Sustainability Program for Schools”, School Business Affairs, Vol. 78 No. 2, pp. 14-17, 2012 Griffiths, M., Richards, M. dan Winters, B., How to reduce, reuse and recycle waste in schools. http://www.sustainability.vic.gov.au/services-and-
advice/schools/resources/waste-module-resources, 2007 [15] Nurhadyana, I., Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Membuang Sampah pada Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Bantar Gebang, Tahun 2012, FKM UI, 2012 [16] Mackenzie, A. C., “Australian Waste Wise Schools Program: Its Past, Present, and Future”, The Journal Of Environmental Education, Vol. 41 No. 3, pp. 165–178, 2010 [17] Kolbe, K. D., “Knowledge, Attitudes and Behaviour Regarding Waste Management in a Grammar and a Comprehensive School in EnglandResults from a School Questionnaire”, Journal of Teacher Education for Sustainability, Vol. 17 No. 1, pp. 58-71, 2015
JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa, Vol. 2, No. 1, Juni 2017, Hal. 47-54
p-ISSN 2548-737X e-ISSN 2548-8678
Analisis Manfaat Penerapan Sistem Informasi Ujian Online: Studi Kasus SMK Pasim Plus Erick Andika1, Djajasukma2, Herry Heryanto2 1
Program Studi Teknik Komputer, Politeknik Sukabumi Jl. Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi, Indonesia 2 Program Magister Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. H. Juanda No. 96 Bandung, Indonesia
[email protected]
Abstrak Evaluasi dilakukan untuk mengukur proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pelaksanaan ujian, pemeriksaan hasil ujian, serta pengumuman nilai ujian pada SMK Pasim Plus telah menggunakan sistem informasi ujian online. Penelitian dilakukan kepada 466 populasi siswa dengan pengambilan jumlah sampel berdasarkan rumus Slovin yaitu sebanyak 215 siswa. Model penelitian yang digunakan adalah D&M IS Success Model untuk mengukur kesuksesan sistem informasi, serta model UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology) untuk mengukur niat dan penggunaan sistem informasi. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan observasi dan kuesioner tertutup menggunakan skala Likert dimana kuesioner tersebut telah diuji validitas dan realibilitas. Data diolah dengan teknik SEM (Structural Equation Modelling) menggunakan SPSS 22 dan AMOS 22. Variabel yang diolah dalam penelitian ini antara lain Performance Expectancy, Effort Expectancy, Sosial Influence, Facilitating Conditions, Behavioral Intention, User Satisfaction, dan Net Benefits. Pengujian dilakukan menggunakan teknik Kolmogrov-Smirnov Goodness of Fit Test, pengujian normalitas data, pengujian validasi konstruk, hingga pengujian keseluruhan model. Hasil penelitian yang diperoleh diuraikan dan dibahas pada makalah ini. Kata kunci: UTAUT, D&M, SEM, kesuksesan, penerimaan
Abstract Evaluation was conducted to measure the learning process has been implemented. Test execution, test results and the announcement of examination score at SMK Pasim Plus has been conducted using the online system. The study was conducted to 466 students by taking the samples based on the Slovin formula 215 students. The research model used is the D&M IS Success Model for measuring the success of information systems, as well as models UTAUT (Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology) to measure the intent and use of information systems. Data collection techniques are conducted by observation and closed questioner using a Likert scale where has been tested in the validity and reliability. The data is processed with SEM (Structural Equation Modelling) technique using SPSS 22 and AMOS 22. Variables are processed in this study include Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence, Facilitating Conditions, Behavioral Intention, User Satisfaction, and Net Benefits. The tests were performed using the Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test technique, data normality test, construct validation testing, until entire testing models. The results of this research obtained is elaborated and discussed in this paper. Keywords: UTAUT, D&M, SEM, success, acceptance
I.
PENDAHULUAN
Evaluasi merupakan proses yang menjadi tolak ukur sejauh mana sebuah kegiatan telah dicapai, serta mengetahui apakah pencapaian tersebut sudah sesuai harapan. Begitu pun evaluasi yang dilakukan pada SMK Pasim Plus dilakukan untuk mengukur
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pelaksanaan ujian, pemeriksaan hasil ujian serta pengumuman nilai Ujian pada SMK Pasim Plus telah menggunakan sistem informasi ujian online. Pemanfaatan teknologi sistem informasi bertujuan untuk memudahkan pengguna didalam usaha pemenuhan kebutuhannya, namun ada
Diterima: 2 Juni 2017; Direvisi: 6 Juli Mei 2017; Disetujui: 13 Juli 2017 JTERA, Vol. 2, No. 1, Juni 2017 © Politeknik Sukabumi
47
Erick Andika, dkk: Analisis Manfaat Penerapan Sistem Informasi … beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan pengguna dalam memanfaatkan sistem informasi berbasis teknologi. Penerimaan pengguna sistem informasi berbasis teknologi berpengaruh besar dalam implementasinya oleh karena hal tersebut memerlukan suatu perhatian khusus. Banyak faktor yang dapat menjadikan suatu sistem gagal diterima, kegagalan dalam implementasi sebuah sistem informasi dapat dibedakan menjadi dua aspek. Pertama, aspek teknis yang menyangkut sistem itu sendiri yang merupakan kualitas teknis sistem informasi. Sedangkan aspek kedua adalah aspek non-teknis yang berkaitan dengan persepsi pengguna sistem informasi [1]. Pengukuran kegagalan yang ditentukan berdasarkan persepsi penggunanya memiliki kelebihan, yaitu secara alami mengintegrasikan berbagai aspek. Aspek ini lebih menyangkut kepada perilaku pemakai sistem informasi tersebut. Namun model UTAUT hanya meneliti pengaruh konstruk ke niat keperilakuan, belum menghubungkan ke hasil pemakaian, tetapi dengan menggunakan model kesuksesan DeLone dan McLean telah menghubungkan penggunan dengan dampaknya.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. UTAUT Model UTAUT (Gambar 1) ini sebenarnya merupakan penggabungan dari pada elemen-elemen yang terdapat dalam delapan model penerimaan teknologi terkemuka lainnya dengan tujuan
mengembangkan sebuah model baru yang terintegrasi. Delapan model yang dikaji sebagai acuan metodologi UTAUT adalah Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action atau TRA), Model Penerimaan Teknologi (Technologi Acceptance Model atau TAM), Model Motivasi (Motivational Model atau MM), Teori Perilaku yang direncanakan (Theory of Planned Behavior atau TPB), Model gabungan TAM dan TPB (a model combining the Technology Acceptance Model and the Theory Planned Behavior atau TAM+TPB), Model Pemanfaatan PC (Model of PC utilization atau MPCU), Teori Difusi Inovasi (Innovation Diffusion Theory atau IDT), Teori Kognitif Sosial (Sosial Cognitive Theory atau SCT) [2]. Disamping itu terdapat pula empat moderator yang diposisikan untuk memoderasi dampak dari empat konstruksi utama pada Behavioral Intention dan Use Behavior yaitu, Jenis Kelamin (Gender), Usia (age), Kesukarelaan (Voluntariness), Pengalaman (Experience) [1]. B. D&M IS Success Model Model Kesuksesan Sistem Informasi Delone dan McLean (D & M IS Success Model) [3] didasarkan pada proses dan hubungan kausal dari dimensidimensi di model. Suatu model proses mengusulkan bahwa suatu sistem informasi terdiri dari beberapa proses. Sementara model kausal atau model varian berusaha untuk menentukan apakah variansi dari suatu elemen-elemen lainnya untuk menentukan apakah terjadi hubungan kausal diantara mereka. Model ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Harapan kinerja (performance expectancy) Harapan usaha (effort expectancy)
Niat keperilakuan (behavioural intention)
Perilaku mengunakan (use behaviour)
Pengalaman (experience)
Kesukarelaan Penggunaan (voluntariness of use)
Pengaruh sosial (social influence) Penyediaan fasilitas (facilitating conditions)
Gender
Umur (age)
Gambar 1. UTAUT Model
48
Erick Andika, dkk: Analisis Manfaat Penerapan Sistem Informasi … System Quality Use
Intention to Use
Information Quality
Net Benefits
User Satisfication Service Quality
Gambar 2. D&M IS Success Model
Performance Expectancy H1
Effort Expectancy
H2
Behavioral Intention
H3
Social Influence
H6
H9
Net Benefits
H8 H4
H10
H5 H7
Facilitating Conditions
User Satisfaction Gender
Gambar 3. Model Penelitian
Model penerimaan UTAUT hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi penerimaan pengguna terhadap sistem informasi. Model UTAUT tidak dapat menilai kesuksesan sistem informasi [4]. Model kesuksesan sistem informasi Delone dan McLean sangat baik untuk menilai kesuksesan system informasi.Atas temuan-temuan tersebut maka disusunlah model penelitian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN Organisasi yang menjadi objek penelitian dalam tesis ini adalah sebuah lembaga pendidikan formal sekolah menengah kejuruan (SMK) yang berada di Kota Sukabumi, SMK Pasim Plus membuka enam kompetensi keahlian yaitu teknik komputer dan jaringan (TKJ), rekayasa perangkat lunak (RPL), Film Animasi, Teknik Broadcast, Andministrasi Perkantoran, dan Akuntansi Perbankan. Jumlah populasi yang ada di SMK Komputer Pasim Plus adalah 446 siswa. Pada
penelitian ini untuk menentukan ukuran sampel dilakukan perhitungan secara matematis menggunakan rumus Slovin sebagai berikut: (1) dimana: n = ukuran sampel yang dicari N = ukuran populasi d = galat pendugaan Dari perhitungan yang dilakukan berdasarkan persamaan (1), diperoleh sampel sebanyak 215 siswa. Langkah penelitian yang dilakukan tersaji pada Gambar 4. Variabel laten dan manifest yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model yang telah diajukan pada bab sebelumnya, yaitu Performance Expectancy (PE), Effort Expectancy (EE), Sosial Influence (SI), Facilitating Conditions (FC), Behavioral Intention (BI), User Satisfaction (US), Net Benefits (NB). Variabel dan manifest tersebut sesuai dengan Tabel 1.
49
Erick Andika, dkk: Analisis Manfaat Penerapan Sistem Informasi …
Start
Persiapan Penelitian
Pengembangan Model D&M IS Success model
Pengembangan Model UTAUT
Penyusunan Variabel Laten dan Manifest
Penyusunan Kuesioner
Uji Validitas Kuesioner
Triming
Tidak Valid
Valid
Pengumpulan Data
Pengolahan Data & Uji Model
Triming
Tidak Valid Valid Analisis, Kesimpulan dan Saran
End
Gambar 4. Langkah Penelitian
50
Erick Andika, dkk: Analisis Manfaat Penerapan Sistem Informasi … Tabel 1. Daftar variabel manifest Laten
Definisi
PE
Sebagai seberapa tinggi seseorang percaya bahwa menggunakan suatu sistem akan membantu dia untuk mendapatkan keuntungankeuntungan kinerja di pekerjaannya
Berguna Meningkatkan efektivitas Meningkatkan produktivitas Meningkatkan niat belajar
Sebagai tingkat kemudahan yang dihubungkan dengan penggunaan suatu sistem
Paham Menggunakan Terampil menggunakan Mudah menggunakan Mudah mengoperasikan
[1], [2], [5]
Orang yang mempengaruhi Orang yang penting Orang yang lebih berpengalaman Dukungan Lembaga
[1], [2], [5]
Memiliki Sumber daya Memiliki pengetahuan Tidak kompatibel Tersedia tenaga ahli
[1], [2], [5]
EE
SI
FC
BI
US
NB
Sejauh mana seseorang individual mempersiapkan kepentingan yang dipercaya oleh orang-orang lain yang akan mempengaruhinya menggunakan sistem yang baru Facilitating Conditions didefinisikan sejauh mana seseorang percaya bahwa infrastruktur organisasi dan teknikal tersedia untuk mendukung sistem
Sebagai ukuran kekuatan niat seseorang untuk menggunakan teknologi
Sebagai respon pemakai terhadap penggunaan keluaran sistem informasi
Dampak pengguna sistem informasi terhadap pengguna dan organisasi
Manifest
Laten
Berminat untuk menggunakan kembali Memperkirakan menggunakan Kembali Berencana menggunakan kembali Implementasi efektif dan efisien Interface dan fitur memuaskan Kepuasanpada informasi yang disediakan Secara keseluruhan puas Mengingkatkan Kompetensi Bekerja lebih efektif dan
Definisi
Ref
Manifest
Ref
efisien Meningkatkan kinerja Menurunkan tingkat kesalahan pemeriksaan
[1], [2],[5]
IV. HASIL PENGOLAHAN DATA Analisis hasil pengolahan data pada tahap full model SEM dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Hasil uji goodness-of-fit model dijelaskan pada Tabel 2. Pengujian hipotesis penelitian berdasarkan pada model yang dikembangkan, pengujian ini dilakukan untuk melihat hubungan diantara konstruk-konstruk yang ada dalam model penelitian (Tabel 3). Dasar pengambilan keputusan diambil dengan melihat bobot regresi untuk konstruk terkait pada hasil pengujian menggunakan SPSS AMOS 22. Jika p > 0,05 maka ditolak dan apabilal p < 0,05 atau dilambangkan *** maka diterima. Dalam Pengujian Hipotesis penelitian ini, Performance Expectancy berpengaruh pada Behavioral Intention, Effort Expectancy berpengaruh pada Behavioral Intention, Social Influence berpengaruh pada Behavioral Intention sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa Performance Expectancy berpengaruh terhadap Behavioral Intention [7], Performance Expectancy berpengaruh terhadap Behavioral Intention [5], Temuan yang sama juga didapat dari penelitian lain [2], [5], [8], [9], [10]. Tabel 2. Hasil uji GoF [1], [2]
Kriteria Model Fit CMIN (Chi Square)
Hasil Uji
3,038
[4]
[4], [6]
RSMEA (Root mean square error of approximation) TLI (TuckerLewis Index) NFI (Normed Fit Index) CFI (Confirmatory Fit Index) PNFI (Parcimonious Fit Index)
Acceptable Level Diantara Saturated Model dan Independence Model
Interpretasi
Kesesuaian baik
< 0,080
Tidak memenuhi
0 (tidak fit) s/d 1 (fit) 0 (tidak fit) s/d 1 (fit)
Kesesuaian menengah Kesesuaian menengah
0,729
0 (tidak fit) s/d 1 (fit)
Kesesuaian Baik
0,533
0 (tidak fit) s/d 1 (fit)
Kesesuaian menengah
0,098
0,668 0,653
51
Erick Andika, dkk: Analisis Manfaat Penerapan Sistem Informasi … Facilitating Conditions berpengaruh pada Behavioral Intention sesuai dengan penelitianpenelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa Facilitating Conditions berpengaruh terhadap Behavioral Intention [5]. Hal ini juga ditemukan oleh [2], [5], [8], [10]. Pada penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa konstruk Facilitating Conditions mempengaruhi Behavioral Intention [7], tetapi pada penelitian ini diperoleh hasil sebaliknya. Behavioral Intention berpengaruh pada User Statisfaction, Behavioral Intention berpengaruh pada Net Benefits dan User Satisfaction berpengaruh pada Net Benefits. Sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan atara Behavioral Intention dengan User Statisfaction, Behavioral Intention dengan Net Benefits, dan User Satisfaction dengan Net Benefits [4], [11], [12]. Metode penelitian yang digunakan menggunakan variabel moderator gender untuk melihat pengaruh gender terhadap hubungan konstruk Performance Expectancy (PE) dengan Behavioral Intention (BI), Effort Expectancy (EE) dengan Behavioral Intention (BI) dan Social Influence (SI) dengan Behavioral Intention (BI). Dasar pengambilan keputusan diambil dengan melihat bobot regresi untuk konstruk terkait pada hasil pengujian menggunakan AMOS22. Jika p > 0.05 maka ditolak dan apabila p < 0.05 atau dilambangkan dengan *** maka diterima. Tetapi pengujian yang dilakukan dua kali dengan data yang berbeda gender, pengujian satu dilakukan pada semua data dengan gender laki-laki dan pengujian dua dilakukan dengan semua data dengan gender perempuan. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat terdapat pengaruh Social Influence terhadap Behavioral Intention dengan data gender laki-laki dengan nilai P 0,006 maka hipotesis diterima sedangkan jika data gender perempuan nilai P 0,003 maka hipotesis juga diterima ini membuktikan bahwa pengaruh Social Influence terhadap Behavioral Intention tidak dimoderasi oleh gender. Pengaruh Effort Expectancy terhadap Behavioral Intention dengan data gender laki-laki dengan nilai P 0,051 maka hipotesis ditolak sedangkan jika menggunakan data gender perempuan nilai P *** menandakan bahwa nilai P < dari 0,05 maka hipotesis diterima ini membuktikan pengaruh Effort Expectancy terhadap Behavioral Intention dimoderasi oleh gender.
52
Tabel 3. Hasil uji hubungan antar konstruk No. 1
2
3
4
5
6
7
Hipotesis
P
Performance Expectancy berpengaruh pada Behavioral Intention Effort Expectancy berpengaruh pada Behavioral Intention Facilitating Conditions berpengaruh pada Behavioral Intention Social Influence berpengaruh pada Behavioral Intention Behavioral Intention berpengaruh pada User Statisfaction Behavioral Intention berpengaruh pada Net Benefits User Satisfaction berpengaruh pada Net Benefits
Keterangan
0,020
Diterima
****
Diterima
***
Diterima
***
Diterima
***
Diterima
***
Diterima
***
Diterima
Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis Konstruk dipengaruhi Gender Hipotesis Pengaruh Social Influence terhadap BehavioralIntention dimoderasi oleh gender Pengaruh Effort Expectancy terhadap Behavioral Intention dimoderasi oleh gender. Pengaruh Performance Expectancy terhadap Behavioral Intention dimoderasi oleh gender.
Gender L P
L P
L P
P 0,006
Ket Diterima
0,003
Diterima
0,051
Ditolak
***
Diterima
0,461
Ditolak
0,123
Ditolak
Pengaruh Performance Expectancy terhadap Behavioral Intention dengan data gender laki-laki nilai P 0,461 maka hipotesis ditolak sedangkan jika menggunakan data gender perempuan nilai P 0,123 maka hipotesis juga ditolak ini membuktikan bahwa Pengaruh Performance Expectancy terhadap Behavioral tidak dimoderasi oleh gender. Model akhir penelitian yang dihasilkan setelah melalui proses trimming dan pengujian hubungan antar konstruk dapat dilihat pada Gambar 5.
Erick Andika, dkk: Analisis Manfaat Penerapan Sistem Informasi …
Gambar 5. Model Akhir Penelitian
V. KESIMPULAN Hasil analisa data dan pengujian hipotesis, dapat diambil kesimpulan bahwa: Indikator-indikator yang berpengaruh terhadap manfaat bersih Sistem Ujian Online yaitu, Performance Expectancy, Effort Expectancy, Sosial Influence, Facilitating Conditions, Behavioral Intention, User Statisfaction. Performance expectancy terbukti secara empiris berpengaruh terhadap Behavioral Intention. Effort Expectancy terbukti secara empiris berpengaruh terhadap Behavioral Intention. Facilitating Conditions terbukti secara empiris berpengaruh terhadap Behavioral Intention Social Influence terbukti secara empiris berpengaruh terhadap Behavioral Intention. Behavioral Intention terbukti secara empiris berpengaruh terhadap User Statisfaction. Behavioral Intention terbukti secara empiris berpengaruh terhadap Net Benefits. User Satisfaction terbukti secara empiris berpengaruh terhadap Net Benefits. Untuk pengujian variabel moderator, hasil pengujian hipotesis menunjukkan hasil sebagai berikut : Social Influence berpengaruh terhadap Behavioral Intention tidak dimoderasi oleh gender.
Pengaruh Effort Expectancy terbukti secara empiris berpengaruh terhadap Behavioral Intention dimoderasi oleh gender. Pengaruh Performance expectancy terbukti secara empiris berpengaruh terhadap Behavioral Intention tidak dimoderasi oleh gender.
REFERENSI [1] Hartono, Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi, 2007 [2] V. Venkatesh, M. G. Morris, G. B. Davis and F. D. Davis, UserAcceptance of Information Technology: Toward A Unified View, MISQuarterly, pp. 425478, 2003 [3] W. H. DeLone and E. R. McLean, “The DeLone and McLean Model of Information Systems Success: A Ten-Year Update”, Journal of Management Information Systems, 2003 [4] Haris Pamugar, Wing Wahyu Winarno, Warsun Najib, “Model Evaluasi Kesuksesan dan Penerimaan Sistem E-Learning pada Lembaga Diklat Pemerintah”, Scientific Journal of Informatics, Vol. 1 No. 1 ISSN 2407-7658, 2014 [5] R. Kristoforus Jawa Bendi, Sri Andayani, “Analisis Perilaku Penggunaan Sistem Informasi Menggunakan Model UTAUT”, Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan, ISBN: 979-26-0266-2, 2013 [6] K. S. Mohamadali & J. M. Garibaldi, “A Novel Evaluation Model of User Acceptance of Software
53
Erick Andika, dkk: Analisis Manfaat Penerapan Sistem Informasi … Technology in Healthcare Sector”, International Conference on Health Informatics, 2010 [7] I Gusti Nyoman Sedana dan St. Wisnu Wijaya, “Penerapan Model UTAUT untuk Memahami Penerimaan dan Penggunaan Learning Management System Studi Kasus Experantial E-Learning of Sanata Darma University”, Journal of Information System, Vol. 5, Issues 2, 2009 [8] AbuShanab, Emad., J. Michael Pearson,. Andrew J. Setterstoem, “Internet Banking and Customers Acceptance in Jordan: The Unified Model‟s Perspective”, Communication of the Association for Information System, Vol. 26 hal 493-524, 2010 [9] Dasgupta, S., Haddad, M., Weiss, P., dan Bermudez, E., “User Acceptance of Case Tools in System Analysis and Design: an Empirical Study”, Journal of Informatics Education Research, Vol. 9, No. 1. hal. 51-78, 2007
54
[10] James Y.L, Thong Viswanath Venkatesh,Xin Xu,Se-Joon Hong, and Kar Yan Tan, “Concumer Acceptance of Personal Information and Communication Technology Services”, IEEE Transactions on Engineering Management, Vol. 58, No. 4, 2011 [11] N. A. K. S. Mohamadali. and J. M. Garibaldi, “Understanding and Addressing The „Fit‟ Between User, Technology, and Organization in Evaluating User Acceptance of Healthcare Technology”, International Conference on Health Informatics, 2012 [12] Erna Yuliasari, “Penggunaan Sistem Aplikasi Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dan Implikasinya terhadap Kinerja Pemeriksa (Studi pada BPK RI Perwakilan Provinsi JawaBarat)”, JNTETI, Vol. 03, No. 2, Mei 2014
JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa, Vol. 2, No. 1, Juni 2017, Hal. 55-62
p-ISSN 2548-737X e-ISSN 2548-8678
Desain Gating System dan Parameter Proses Pengecoran untuk Mengatasi Cacat Rongga Poros Engkol Kadarisman Syah1, Djoko W. Karmiadji2, Dwi Rahmalina2 1
Program Studi Teknik Mesin, Politeknik Sukabumi, Jl. Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi, Indonesia 2 Pascasarjana Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasila Jl. Borobudur No. 7 Jakarta Pusat, Indonesia
[email protected]
Abstrak Teknologi pengecoran logam merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam sektor industri pengolahan logam. Pada proses pengecoran poros engkol menggunakan besi cor nodular (FCD 700) juga terkadang timbul cacat pengecoran, salah satunya adalah cacat penyusutan (macro shrinkage). Cacat penyusutan terjadi karena rongga atau lubang yang terbentuk akibat pengecilan volume ketika logam mengalami pembekuan. Pada saat proses pembekuan logam, tiap bagian coran yang berbeda bentuknya atau dimensinya memiliki kecepatan pembekuan yang berlainan. Pada umumnya, cacat penyusutan terjadi pada bagian yang paling tebal dengan laju pembekuan yang paling lambat dan daerah cacat biasanya dikelilingi oleh krital-kristal dendrite yang terjadi pada saat pembekuan logam. Salah satu solusi untuk mendapatkan produk poros engkol yang bebas dari cacat penyusutan adalah dengan melakukan optimasi desain gating system. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain yang dibuat masih menghasilkan cacat berupa rongga penyusutan. Hal ini terjadi karena belum optimalnya desain sistem saluran yang telah digunakan. Kata kunci: macro shrinkage, desain gating system, simulasi komputer
Abstract Metal casting technology is one of the methods often used in the foundry sector. In the crankshaft casting process using nodular cast iron (FCD 700) also found defects, one of these is the weakness of shrinkage (macro shrinkage). Macro shrinkage occurs when the holes formed due to the decreasing volume during the metal is freezing. At the time of the metal freezing process, each part of the cast of different shapes or dimensions has a different freezing rate. Generally, the depreciation deficiency in the thickest part with the slowest freezing rate and the area normally exposed to the cortex-dendrite crystals that at the time of metal freezing. One of the solutions to obtain the crankshaft product that avoided from shrinkage is by using optimization of gating system design. The research result shows that the design still produce the weaknesses. It is due to the design that have been used doesn’t optimized properly. Keywords: macro shrinkage, gating system design, computer simulation
I.
PENDAHULUAN
Teknologi pengecoran adalah salah satu teknik pengerjaan logam yang dapat menghasilkan bendabenda cor yang memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Karakteristik logam dasar sebagai bahan baku pengecoran, menentukan kualitas dari coran yang dihasilkan. Hal ini disebabkan setiap jenis logam memiliki sifat fisik dan mekanik tertentu yang mempengaruhi produk coran. Salah satu jenis
logam dasar yang digunakan pada proses pengecoran adalah Ferro Carbon Ductile (FCD700). Karakteristik dari besi cor nodular ini memiliki kekuatan tarik dan keuletan yang tinggi dibandingkan dengan besi cor kelabu. Hal ini disebabkan besi cor nodular memiliki grafit yang berbentuk bulat, sehingga konsentrasi tegangan akibat adanya tegangan tarik relatif rendah dibandingkan struktur mikro yang berbentuk serpih atau jenis besi tuang kelabu [1]. Sebaliknya, besi
Diterima: 30 Mei 2017; Direvisi: 10 Juli 2017; Disetujui: 11 Juli 2017 JTERA, Vol. 2, No. 1, Juni 2017 © Politeknik Sukabumi
55
Kadarisman S, dkk: Desain Gating System dan Parameter Proses … cor nodular memiliki karakteristik sifat pembekuan yang berbeda dibanding dengan pembekuan logam lain, yaitu adanya ekspansi kedua setelah proses pembekuan yang menimbulkan masalah penyusutan (shrinkage) yang berlebihan pada produk besi cor nodular. Cacat-cacat pengecoran seperti shrinkage merupakan rongga atau lubang yang terbentuk akibat pengecilan volume yang terjadi ketika logam mengalami pembekuan karena adanya laju pendinginan. Pada saat proses pembekuan logam,tiap bagian coran yang berbeda bentuknya atau dimensinya memiliki kecepatan pembekuan yang berlainan yang tergantung laju pendinginan dan gradient temperature. Pada umumnya, cacat shrinkage terjadi pada bagian yang paling tebal dengan laju pembekuan yang paling lambat dan daerah cacat biasanya dikelilingi oleh krital-kristal dendrite yang terjadi pada saat pembekuan logam. Adanya tuntutan untuk mampu menghasilkan produk cor dengan lower reject, cost reduction, dan higher quality telah menempatkan masalah cacat coran dan berbagai aspek penyebabnya, menjadi fokus pengendalian proses mulai dari pembelian bahan, engineering and casting design, pattern making, mold and core making, melting, pouring, dan finishing process. Adanya cacat pada saat pembuatan poros engkol berupa rongga pada bagian dalam bisa merupakan inisiasi adanya kegagalan proses saat menerima gaya pembebanan sewaktu pemakaian, hal ini perlu dicegah dengan mencari penyebab dan solusi agar cacat bisa dihilangkan. Hasil pemeriksaan dianalisis untuk mencari penyebab terjadinya cacat penyusutan dan solusinya. Salah satu solusi untuk mendapatkan produk poros engkol yang bebas dari cacat penyusutan dengan melakukan optimasi desian gating system sehingga mampu penghasilkan proses solidifikasi yang terkendali melalui analisis perhitungan perancangan. Hasil optimasi desain ini yang akan dicor ulang sebelumnya telah dilakukan proses simulasi computer dengan harapan untuk mengurangi cacat pada saat pengecoran. Penelitianyang dilakukan dengan menggunakan material besi cor nodular kualitas FCD-700 dengan menganalisis proses produksi dan gating system pada saat pengecoran poros engkol, yang diperkirakan merupakan salah satu parameter dominan terjadinya cacat. Analisis gating system/saluran tuang dan riser dilakukan karena penentuan dimensi dan layout system merupakan parameter yang diprediksi menjadi penyebab terjadinya cacat. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan terhadap saluran turun (sprue), saluran pengalir (runner), 56
saluran masuk (ingate) saluran penambah (riser) serta layout dari sistem saluran tuang. Simulasi komputer dilakukan untuk memberi gambaran kondisi logam cair selama proses pengisian dan pendistribusian temperatur dan laju pembekuan. Simulasi komputer hanya sebagai validasi pembanding terhadap hasil percobaan pengecoran bukan merupakan kajian utama dalam penelitian yang akan dilakukan [2].
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Shrinkage pada Pengecoran Besi Cor Nodular Penyusutan cacat pengecoran terjadi karena pengecilan volume ketika logam mengalami pembekuan akibat adanya laju pendinginan logam cair pada rongga cetak. Bentuk cacat shrinkage biasanya dikelilingi oleh kristal-kristal dendrit, yang terjadi pada saat pembekuan logam cair. Saat logam membeku, tiap bagian coran yang mempunyai dimensi yang berbeda bentuknya akan mempunyai kecepatan pembekuan yang berlainan seperti pada dinding cetakan dan pada bagian tengah rongga cetak. Rongga susut mempunyai permukaan yang kasar dan cenderung intergranular. Lapisan luar logam membeku dengan cepat dan terdiri atas kristal sama yang disebut dengan chill. Setelah itu, terdapat lapisan yang tumbuh lebih lambat karena laju pendinginan lebih lambat, dengan bentuk dendrit atau pola seperti pohon, dengan arah sumbu memanjang menuju arah pusat coran. Ketika butir dendrit terbentuk, suhu logam cair dipusat turun dan mulailah terbentuk inti. Sebelum dendrit saling bertemu pada pusat coran, terjadi solidifikasi di sekeliling inti tadi dan terbentuklah daerah pusat yang terdiri atas kristal sama sumbu. Akan tetapi, di dekat dasar rongga cetak, laju pendinginan cukup tinggi sehingga dendrit tumbuh dengan cepat dan saling bertemu di pusat dan akan membentuk rongga susut baik dalam skala makro maupun mikro [3]. Jenis cacat penyusutan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, dapat ditunjukan pada Gambar 1. (1) outer shunk: cacat ini bisa dilihat dari permukaan luar berupa turunnya permukaan produk cor baik pada permukaan vertikal maupun horizontal. Mekanisme penyusutan terjadi pada
Gambar 1. Klasifikasi cacat penyusutan: outer shunk (kiri), macro shrinkage (tengah), micro shrinkage (kanan)
Kadarisman S, dkk: Desain Gating System dan Parameter Proses … permukaan luar yang membeku membentuk kulit tipis logam cair. Saat gradien temperature semakin rendah, logam cair belum membeku tapi sudah terjadi penyusutan. Jika pasokan logam cair dari riser tidak cukup, maka konstrasi akan menyebabkan tekanan negative dalam rongga cetak. Permukaan bagian luar akan menyamakan tekanan atmosfir bagian dalam sehingga kulit terluar akan tertarik kearah dalam. Efek kontraksi dipasok dengan pengurangan volume benda coran, cacat ini terjadi pada tahap awal pembekuan [3]. Cara mengatasi outer shunk sebagai berikut: untuk pengecoran dengan modulus kecil atau rute alir yang panjang harus diterapkan temperature tuang yang tinggi atau dituang dengan sangat cepat untuk menghindari cacat pengecoran. Coran dengan modulus yang besar atau jarak alir yang pendek, temperatur tuang lebih rendah. Untuk memperkecil kontraksi volume pada saat masih cair, maka diset pada temperatur rendah. Riser yang dibuat dengan tujuan untuk mengatasi outer shunk, dapat dibuat lebih kecil dibanding riser untuk mengatasi makro shrinkage yang terjadi pada tahap pembekuan berikutnya. (2) macro shrinkage: cacat ini tidak tampak dari luar, kecuali benda cor dipotong melewati pusat panasnya, kadang juga terjadi dekat saluran tuang (ingate). Karakteristik cacat macro shrinkage terdapat pada bagian dalam benda coran berupa lubang /rongga, permukaannya kasar dan dendritik dengan dimensi lebih dari 5 mm [3]. Mekanisme cacat macro shrinkage terjadi setelah pembekuan awal pada permukaan dimana kulit permukaan yang membeku sudah tidak dapat lagi di deformasi oleh perbedaan tekanan ditengah rongga cetak dengan atmosfir. Jika pasokan logam cair dari riser tidak mencukupi maka kontraksi akan terjadi pada logam yang cair maupun sudah membeku sehingga terjadi rongga pada bagian yang membeku [3]. Pada Gambar 2 menunjukkan bentuk cacat macro shrinkage. Untuk mengatasi terjadinya cacat macro shrinkage hampir sama dengan outer shunk akan tetapi pasokan logam cair (feed metal) dari riser harus lebih lama tersedia dibanding outer shunk karena cacat ini terjadi pada pembekuan lebih lanjut dibanding outer shunk, dengan menempatkan riser pada posisi yang tepat [3].
(3) micro shrinkage: cacat berupa rongga kecil di bawah 3 mm yang terdapat pada bagian dalam benda cor. Cacat micro shrinkage terletak dekat dengan riser pada benda cor. Cacat ini biasanya tidak terditeksi kecuali adanya pemotongan pada benda kerja. Mekanisme cacat terjadi pada tahap akhir pembekuan dimana konstraksi terjadi tidak dapat lagi dikompensasi dengan peningkatan volume akibat presifitasi carbon menjadi grafit [3].
Gambar 2. Identifikasi cacat macro shrinkage pada riser
Gambar 3. Diagram alir perhitungan perancangan pengecoran
B. Perancangan Gating System Dalam proses pengecoran logam diperlukan suatu desain saluran tuang yang baik, hal tersebut sangatlah penting karena dapat mempengaruhi kualitas dari produk coran yang dihasilkan, kemudahan dalam proses fetling, memiliki faktor ekonomis dan sebagainya. Langkah pertama dalam pembuatan desain sistem saluran tuang adalah penentuan berat tuangan, dilanjutkan dengan menentukan dimensi dari saluran turun, saluran pengalir dan saluran masuk. Secara garis besar urutan dari perhitungan perancangan pengecoran ditunjukan pada Gambar 3. C. Penentuan Berat Total Tuangan Untuk menentukan berat tuangan, dalam perencanaan sistem saluran harus diperhitungkan berat produk cor, berat riser, dan perkiraan berat gating yang digunakan sebagai asumsi awal berat coran. Berat tuangan dapat dihitung melalui perhitungan dari gambar kerja, dimana sebelumnya dihitung terlebih dahulu volume tuangannya yang kemudian dikalikan dengan berat jenis dari logam cair menggunakan persamaan berikut [4]: (1) dimana adalah berat benda tuang, adalah berat jenis logam cair, dan adalah volume benda tuang.
57
Kadarisman S, dkk: Desain Gating System dan Parameter Proses … Dalam perancangan sering digunakan faktor pengali untuk menambah allowence permesinan 1,1 kali lebih besar dari pada hasil perhitungan untuk produk yang memiliki banyak permukaan as-cast, dan sekitar 1,3 kali untuk produk yang memiliki banyak permukaan permesinan. Berat total tuangan (Wt) dari proses pengecoran didapat dari berat benda tuang ditambah berat riser ditambah berat gating. D. Penentuan Waktu Tuang Untuk memperoleh lama waktu tuang logam cair terlebih dahulu harus diketahui berat tuangannya. Setelah itu dapat dihitung ukuran dari setiap bagian dari sistem saluran. Untuk menghitung waktu tuang digunakan persamaan sebagai berikut [4]: √
(2)
efektif logam cair tidak dapat langsung digunakan suatu persamaan tertentu akan tetapi harus mempertimbangkan posisi dari saluran masuk dan benda tuang. Posisi saluran masuk ada yang ditempatkan diatas benda tuang, dibawah benda tuang, atau sejajar dengan parting line. Gambar 4 menunjukan jenis penentuan tinggi efektif logam cair. Oleh karena itu digunakan , yang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut [4]: ⁄
dimana adalah tinggi efektif logam cair, adalah jarak dari sprue ke permukaan logam didalam pouring basin, adalah tinggi dari bidang pisah ke permukaan atas coran, dan adalah tinggi coran.
dimana adalah berat tuangan total, adalah konstanta fluiditas yang bernilai: 2,0 sampai 2,5 untuk kurang dari 100 kg dan 1,5 sampai 2,0 untuk lebih dari 100 kg. E. Penentuan Tinggi Efektif Logam Cair Tinggi efektif logam cair merupakan representasi dari energi yang dikandung logam cair dalam sistem saluran tuang untuk melakukan usaha dalam mengisi rongga cetakan. Perhitungan tinggi
Gambar 4. Penentuan tinggi efektif logam cair
Gambar 5. Tahapan penelitian
58
(3)
Kadarisman S, dkk: Desain Gating System dan Parameter Proses … F. Penentuan Laju Aliran Logam Cair pada Saluran Turun Untuk menentukan nilai laju aliran logam cair melewati saluran turun, dapat digunakan persamaan sebagai berikut [4]: √
(4)
dimana adalah laju aliran, adalah koefisien aliran (0,45), dan adalah gaya gravitasi (980 cm/dt).
III. METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mekanisme dan penyebab terjadinya cacat macro shrinkage pada proses pengecoran poros engkol yang didasarkan pada data awal pemeriksaan dan parameterparameter penyebab terjadinya cacat. Analisis terjadinya cacat penyusutan pada produk gravity casting ini dapat dilakukan melalui tahapan penelitian yang sesuai dengan diagram alir pada Gambar 5. A. Pengamatan dan Pemeriksaan Poros engkol merupakan bagian dari komponen mesin yang utama, berfungsi untuk menggerakan piston agar mesin dapat dihidupkan. Prinsip kerjanya, pada saat dinamo starter berputar, diteruskan ke roda penerus, kemudian ke poros engkol, maka poros engkol tersebut berputar. Tenaga putar dari poros engkol dirubah menjadi gerak translasi pada piston didalam silinder mesin. Kegagalan pengecoran poros engkol ini ditandai adanya cacat berbentuk penyusutan yang berlokasi pada daerah ukuran dimensi yang paling besar Pemeriksaan visual dilakukan dengan cara melihat bentuk permukaan hasil pengecoran, selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya cacat pada bagian dalam dengan cara memotong pada arah melintang dan vertikal pada daerah yang memungkinkan terjadinya cacat macro shrinkage. Prediksi daerah/segmen pada poros yang mempunyai ketebalan atau diameter terbesar dengan modul tertinggi dimungkinkan terjadinya shrinkage. Dari hasil pemotongan penampang poros dapat diamati adanya cacat berupa rongga dendritik dengan kedalaman lebih dari 5 mm dengan lebar 4 mm dan dklasifikasikan sebagai cacat macro shrinkage. Gambar 6 menunjukkan lokasi terjadinya cacat macro shrinkage.
Gambar 6. Poros engkol yang mengalami cacat macro shrinkage
Poros engkol merupakan komponen yang sangat penting. Untuk itu harus dapat menggerakan piston hingga mesin hidup. Tuntutan lain harus dapat menggerakan komponen lainnya seperti dinamo ampere yang berfungsi sebagai pembangkit listrik pada mesin, pompa oli sebagai tenaga aliran untuk pendorong mengalirnya minyak pelumas di dalam mesin, dan delco untuk membagi aliran listrik ke setiap busi. Agar busi menyala dan membakar campuran udara di dalam ruang bakar secara teratur sesuai dengan urutan pengapian (firing order), sebagai tenaga dari mesin untuk motor bensin, untuk motor diesel tanpa menggunakan busi, melainkan glow plug yang alirannya diambil bukan melewati distributor, tapi langsung dari arus dari aki (baterai). B. Pemeriksaan Proses Produksi Pada proses pengecoran dalam pembuatan poros engkol ini dilakukan secara gravity (tekanan logam cair pada cetakan dihasilkan dengan memanfaatkan gaya tarik bumi). Jenis cetakan yang dipakai adalah cetakan pasir dengan rangka cetak kuat terbuat dari logam. Pasir cetak yang biasa digunakan dalam proses pengecoran mengandung bentonite sekitar 5,5%, kadar air antara 3-6%, sedangkan penggunaan pasir baru dengan pasir bekas diatur untuk efisiensi dengan presentase 40% pasir baru sedangkan pasir bekas 60%. Pada proses pengecoran dalam pembuatan poros nokini dilakukan secara gravity (tekanan logam cair pada cetakan dihasilkan dengan memanfaatkan gaya tarik bumi), jenis cetakan yang dipakai adalah cetakan pasir dengan rangka cetak kuat terbuat dari logam. Hasil pengujian pasir cetak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pemeriksaan pasir cetak yang mengalami cacat Jenis pemeriksaan
Cacat pengecoran
Standar JIS
Kadar air
4,5%
4,5%
Permeabilitas
100
Kekuatan tekan
> 90 2
1,13 kg/cm
0,7-1,2 kg/cm2
59
Kadarisman S, dkk: Desain Gating System dan Parameter Proses … Proses melting pengecoran poros engkol dilakukan dengan menggunakan Tanur Induksi dengan kapasitas 200 Kg. Bahan yang digunakan steel scrap, return FCD, FeSi, FeMn dan carburizer, sedangkan proses noduarisasi dengan menggunakan proses Sandwich atau metode ladel terbuka yang menggunakan unsur nodularisasi Magnesium (Mg) atau cerium (Ce), dimana paduan magnesium dibungkus dengan skrap baja lalu diletakan kedalam ladel dalam posisi dibagian bawah yang sudah di desain khusus. Logam cair dari tungku dituangkan pada paduan yang terletak di dasar ladel. Temperatur melting pada suhu 1500ºC dengan temperatur pouring pada suhu 1400ºC.
F. Pemeriksaan Sistem Saluran yang Mengalami Cacat Macro Shrinkage Sistem saluran (gating system) yang digunakan dalam proses pembuatan poros engkol dalam satu cetakan dengan dimensi yang berbeda, hal ini tentu mempunyai keuntungan dan kerugian ditinjau dari kualitas dan aspek pengecoran gravity sand casting dengan penggabungan sistem saluran yang sederhana dan rumit. Pengukuran dimensi poros engkol serta dimensi sistem saluran dilakukan dengan mengukur produk dengan jangka sorong, ukuran dari saluran tuang (sprue), saluran pengalir (runner), saluran masuk (ingate) dan ukuran dari saluran penambah (riser).
IV. KESIMPULAN C. Pengujian Komposisi Kimia Metode yang digunakan untuk mengetahui komposisi kimia yang terdapat dalam sampel uji, menggunakan metode spectrometer. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kandungan unsur-unsur yang terdapat pada sampel poros engkol. Untuk melihat kesesuaian komposisi antara material hasil cor dengan standar dalam hal ini yang dipakai standar Japanese International Standard (JIS). Proses pembuatan sampel untuk komposisi kimia pada besi cor nodular dalam bentuk chill yang dibuat pada proses melting dengan ukuran standar cetakan khusus. D. Pemeriksaan Metalografi Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur dan fasa-fasa dari suatu material dengan menggunakan mikroskop optik. Sampel yang telah memenuhi syarat untuk dianalisa kemudian dilakukan preparasi dengan langkah-langkah penentuan struktur mikro yang sudah baku. Struktur mikronya difoto dengan pembesaran foto diatas 50 kali untuk memudahkan dalam memperoleh informasi adanya fasa-fasa ferit-ferit dan grafit dalam struktur mikro sampel uji. E. Pengujian Sifat Mekanik Pengujian sifat mekanik yang dilakukan adalah uji kekerasan bahan. Pengujian dilakukan pada bagian melintang dari poros untuk segmen tertentu yang menunjukkan adanya cacat yaitu bagian porosnya. Pengujian kekerasan dengan menggunakan leco micro Hardeness Tester dengan beban 100 kg yang dapat mengukur kekerasan dalam skala Vickers dan Rockwell, selanjutnya dilakukan konversi untuk mendapatkan data kekerasan brinnel.
60
Dari pembahasan dan analisis pada gating system dalam mengatasi cacat macro shrinkage dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pada desain system saluran yang telah digunakan ditemukan adanya cacat berupa rongga penyusutan yang disebabkan karena belum optimalnya desain system saluran yang telah digunakan. Merubah bentuk pola cetakan lama yang mengalami cacat dengan pola cetakan baru yang lebih fleksibel, dimana desain telah mengalami perubahan dimensi yaitu: (1) panjang saluran pengalir pada pola/rancangan yang lama dirubah dari 80 cm menjadi 45,5 cm sehingga fungsinya menjadi lebih efektif; (2) memperbesar ukuran riser dari diameter 60 mm panjang 90 mm menjadi diameter 90 mm, panjang 110 mm; (3) memperbesar ukuran ingate dari ukuran 4 x 50 mm menjadi 6x102 mm; (4) penambahan dimensi/ ukuran pola dari benda cor 0,7-1,2% untuk menghindari solid shrinkage. Mengoptimalkan temperatur proses pengecoran dengan cara: (1) meningkatkan temperatur tuang yang terlalu rendah dari 1350ºC menjadi 1400ºC akan menyebabkan pembekuan dini yang akibatnya terjadinya pembentukan penyusutan, sedangkan temperature yang baru diatas 1400ºC hasilnya lebih baik dan tidak terjadi cacat; (2) pemanasan ladel sampai 900ºC untuk menghindari temperature drop pada saat temperature pouring; (3) mengoptimalkan jarak dari ladel terhadap benda coran karena jarak dari tanur induksi dengan benda coran relatif jauh. Terjadinya peningkatan presentase C sebesar 3,57% pada sistem saluran baru dari nilai komposisi karbon hasil coran dengan sistem saluran yang mengalami cacat dengan presentase karbon 3,4% lebih rendah dari standar JIS yaitu
Kadarisman S, dkk: Desain Gating System dan Parameter Proses … diatas 3,5% sehingga mempengaruhi kepada nilai Carbon Equivalen (CE). Adanya peningkatan nilai CE sebesar 4,45% dari nilai CE yang lama sebesar 4,0% ini menunjukkan bahwa hasil coran poros engkol berada pada daerah kualitas baik bila dilihat dari grafik nilai CE, sedangkan nilai CE 4,0% berada pada daerah shrinkage bila dilihat pada grafik CE. Hasil simulasi menggunakan software Solidwork menunjukkan tidak terjadinya rongga penyusutan pada material poros engkol. Penempatan riser pada modulus yang paling besar pada benda coran akan meningkatkan pasokan logam cair lebih banyak pada saat terjadi pembekuan dan hasilnya tidak terjadi cacat.
REFERENSI [1] W. O. Alexander, Dasar Metalurgi Untuk Rekayasawan, PT. Gramedia Utama, 64-66, 1990 [2] Pratomo S. B., Analisis Simulasi Komputer Pengecoran untuk Meminimalkan Cacat Coran, Journal Metal Indonesia Vol. 024, pp. 23-30, 2002 [3] Basuki E. A., Teknik Pengecoran, Option Metallurgi ITB, 2004 [4] David Sparkman, Offseting Macro-Shrinkage in Ductile Iron, Ductile Iron News, Foseco Metallurgical, Inc., 2001
61
Kadarisman S, dkk: Desain Gating System dan Parameter Proses …
62
Template Makalah JTERA Penulis Pertama1, Penulis Kedua2, Penulis Ketiga3 1,3
Afiliasi Penulis Pertama dan Ketiga Alamat Afiliasi, Negara 2 Afiliasi penulis kedua Alamat Afiliasi, Negara
[email protected]
Abstrak Dokumen ini merupakan format panduan bagi penulis untuk menulis makalah yang siap dipublikasikan dalam JTERA. Para penulis harus mengikuti petunjuk yang diberikan dalam panduan ini. Anda dapat menggunakan dokumen ini baik sebagai petunjuk penulisan dan sebagai template dimana Anda dapat mengetik teks Anda sendiri. Tuliskan Abstrak ini dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dengan maksimal 200 kata. Kata kunci: tidak lebih dari 5 kata kunci
Abstract This document gives formatting instructions for authors preparing papers for publication in JTERA. The authors must follow the instructions given in the document for the papers to be published. You can use this document as both an instruction set and as a template into which you can type your own text. Please write the Abstract in English and Bahasa Indonesia with maximum 200 words. Keywords: include at least 5 keywords or phrases
I.
PENDAHULUAN
Dokumen ini adalah template. Sebuah salinan elektronik yang dapat diunduh dari situs web JTERA. Untuk pertanyaan atas panduan ini, silakan hubungi panitia publikasi jurnal seperti yang ditunjukkan pada website. Makalah yang telah dipublikasikan tersedia dan dapat dilihat dalam situs website JTERA.
II. FORMAT HALAMAN Cara paling mudah untuk memenuhi persyaratan format penulisan adalah dengan menggunakan dokumen ini sebagai template. Kemudian ketikkan teks Anda ke dalamnya. Jumlah halaman makalah tidak lebih dari 10 halaman. Ukuran kertas harus sesuai dengan ukuran halaman A4, yaitu lebar 210 mm dan panjang 297 mm. Batas margin ditetapkan sebagai berikut: Atas = 20 mm Bawah = 25 mm
Kiri = Kanan = 20 mm Artikel penulisan harus dalam format dua kolom dengan ruang 7 mm antara kolom.
III. STYLE HALAMAN Paragraf harus teratur. Semua paragraf harus rata, yaitu sama-sama rata kiri dan dan rata kanan. A. Huruf-huruf Dokumen Seluruh dokumen harus dalam Times New Roman font. Jenis font lain dapat digunakan jika diperlukan untuk tujuan khusus. Fitur ukuran font dapat dilihat pada Tabel I. B. Judul dan Penulis Judul harus dalam font biasa berukuran 24 pt. Nama penulis, afiliasi, dan alamat afiliasi harus dalam font biasa berukuran 10 pt Italic. Alamat email korespondensi harus dalam font Courier New/Regular berukuran 10 pt.
vii
Tabel 1. Ukuran font makalah Ukuran Font 10
11
12
13 24
Tampilan (dalam Time New Roman) Biasa Tebal Miring (Reguler) (Bold) (Italic) Isi Abstrak, isi Ket. Isi Abstract tabel, referensi Tabel, Ket. Gambar Isi heading heading level 2 level 2 heading level 3, afiliasi penulis, alamat afiliasi, istilah Bahasa Inggris Nama heading penulis, Abstract, heading Abstrak heading Abstract Heading level 1 Judul Judul dalam Bahasa Inggris
adalah “UCAPAN “REFERENSI”.
T ERIMA
KASIH”
dan
2) Heading Level-2: Heading level-2 harus miring (italic) dan tebal (bold) dengan ukuran 11 pt, merapat ke kiri dan dinomori menggunakan abjad huruf besar. Sebagai contoh, lihat heading “C. Bagian Heading” di atas. 3) Heading Level-3: Heading level-3 harus diberi spasi, miring, dan dinomori dengan angka diikuti dengan tanda kurung kanan. Heading level 3 harus diakhiri dengan titik dua. Heading level-3 berukuran 11 pt. Isi dari bagian level-3 bersambung mengikuti judul heading dengan paragraf yang sama. Sebagai contoh, bagian ini diawali dengan heading level-3. D. Grafik dan Tabel Grafik dan tabel harus terletak di tengah (centered). Grafik dan tabel yang besar dapat direntangkan pada kedua kolom. Grafik diperbolehkan berwarna. Gambar tidak boleh menggunakan pola titik-titik karena ada kemungkinan tidak dapat dicetak sesuai aslinya. Gunakan pewarnaan padat yang kontras baik untuk tampilan di layar komputer, maupun untuk hasil cetak yang berwarna hitam putih, seperti tampak pada Gambar 1.
Judul dan pengarang harus dalam format kolom tunggal dan harus rata tengah. Setiap awal kata dalam judul harus huruf besar, kecuali untuk katakata pendek seperti, “sebuah”, “dan”, “di”, “oleh”, “untuk”, „dari”, „pada”, „atau”, dan sejenisnya. Penulisan penulis tidak boleh menunjukkan nama jabatan (misalnya Dosen Pembimbing), gelar akademik (misalnya Dr) atau keanggotaan dari setiap organisasi profesional (misalnya Senior Member IEEE). Setiap afiliasi harus dimasukkan, seperti: nama institusi, nama organisasi, nama perusahaan. Nama afiliasi diakhiri dengan alamat, termasuk nama negara. Tuliskan satu saja alamat email salah satu penulis sebagai email korespondensi. C. Bagian Heading Sebaiknya tidak lebih dari tiga tingkat untuk heading. Setiap awal kata dalam suatu heading harus berhuruf kapital, kecuali untuk kata-kata pendek seperti yang tercantum dalam bagian III-B. 1) Heading Level-1: Heading level-1 harus dalam Small Caps dengan ukuran 13 pt, terletak di tengah-tengah dan menggunakan penomoran angka Romawi huruf besar. Sebagai contoh, lihat heading “III. STYLE HALAMAN” dari dokumen ini. Heading level-1 yang tidak boleh menggunakan penomoran viii
Gambar 1. Contoh grafik garis menggunakan warna yang kontras baik di layar komputer, maupun dalam hasil cetak hitam-putih
Gambar 2 menunjukkan contoh sebuah gambar dengan resolusi rendah yang kurang sesuai ketentuan, sedangkan Gambar 3 menunjukkan contoh dari sebuah gambar dengan resolusi yang memadai. Periksa bahwa resolusi gambar cukup untuk mengungkapkan rincian penting pada gambar. Harap periksa semua gambar dalam makalah Anda, baik di layar, maupun hasil versi cetak.
Ketika memeriksa gambar versi cetak, pastikan bahwa: warna mempunyai kontras yang cukup, gambar cukup jelas, semua label pada gambar dapat dibaca.
H. Links dan Bookmarks Semua hypertext link dan bagian bookmark akan dihapus. Jika makalah perlu merujuk ke alamat email atau URL di artikel, alamat atau URL lengkap harus diketik dengan font biasa.
E. Keterangan Gambar Gambar diberi nomor dengan menggunakan angka. Keterangan gambar harus dalam font tebal (bold) ukuran 10 pt. Keterangan gambar harus diletakkan di tengah (centered). Keterangan gambar dengan nomor gambar harus ditempatkan setelah gambar terkait, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
I. Penulisan Persamaan Persamaan secara berurutan diikuti dengan penomoran angka dalam tanda kurung dengan margin rata kanan, seperti dalam (1). Gunakan equation editor untuk membuat persamaan. Beri spasi tab dan tulis nomor persamaan dalam tanda kurung. Untuk membuat persamaan Anda lebih rapat, gunakan tanda garis miring, fungsi pangkat, atau pangkat yang tepat. Gunakan tanda kurung untuk menghindari kerancuan dalam pemberian angka pecahan. Jelaskan persamaan saat berada dalam bagian dari kalimat, seperti berikut: ∑
Gambar 2. Contoh gambar dengan resolusi kurang
Gambar 3. Contoh gambar dengan resolusi cukup
F. Keterangan Tabel Tabel diberi nomor menggunakan angka. Keterangan tabel di tengah (centered) dan dalam font tebal (bold) berukuran 10 pt. Setiap awal kata dalam keterangan tabel menggunakan huruf kapital, kecuali untuk kata-kata pendek seperti yang tercantum pada bagian III-B. Keterangan angka tabel ditempatkan sebelum tabel terkait, seperti yang ditunjukkan pada Tabel I. G. Nomor Halaman, Header, dan Footer Nomor halaman, header dan footer tidak perlu dicantumkan penulis.
(1)
Pastikan bahwa simbol-simbol di dalam persamaan telah didefinisikan sebelum persamaan atau langsung mengikuti setelah persamaan muncul. Simbol diketik dengan huruf miring. mengacu pada gaya, tetapi F merupakan satuan Farad. Mengacu pada (1), bukan Pers. (1) atau persamaan (1), kecuali pada awal kalimat: “Persamaan (1) merupakan …”. J. Referensi Judul pada bagian heading referensi tidak boleh bernomor. Semua item referensi berukuran font 10 pt. Silakan gunakan gaya tulisan miring dan biasa untuk membedakan berbagai perbedaan dasar seperti yang ditunjukkan pada bagian Referensi. Penomoran item referensi diketik berurutan dalam tanda kurung siku (misalnya [1]). Ketika Anda mengacu pada item referensi, silakan menggunakan nomor referensi saja, misalnya [2]. Jangan menggunakan ”Ref. [3]” atau ”Referensi [3]”, kecuali pada awal kalimat, misalnya ”Referensi [3] menunjukkan bahwa ...”. Dalam penggunaan beberapa referensi masingmasing nomor diketik dengan kurung terpisah (misalnya [2], [3], [4]-[6]). Beberapa contoh item referensi dengan kategori yang berbeda ditampilkan pada bagian Referensi yang meliputi: contoh buku pada [1] contoh seri buku dalam [2] contoh artikel jurnal di [3] contoh paper seminar di [4] contoh paten dalam [5] contoh website di [6] contoh dari suatu halaman web di [7] contoh manual databook dalam [8] contoh datasheet dalam [9] ix
contoh tesis master di [10] contoh laporan teknis dalam [11] contoh standar dalam [12]
[4]
IV. KESIMPULAN Template ini adalah versi pertama JTERA. Sebagian besar petunjuk format di dokumen ini disadur dari template untuk artikel IEEE.
UCAPAN TERIMA KASIH Bagian ini berisi ucapan terima kasih terhadap pihak yang berkontribusi terhadap penelitian (jika ada). Judul untuk ucapan terima kasih dan referensi tidak diberi nomor.
REFERENSI [1] S. M. Metev and V. P. Veiko, Laser Assisted Microtechnology, 2nd ed., R. M. Osgood, Jr., Ed. Berlin, Germany: Springer-Verlag, 1998 [2] J. Breckling, Ed., The Analysis of Directional Time Series: Applications to Wind Speed and Direction, ser. Lecture Notes in Statistics. Berlin, Germany: Springer, 1989, vol. 61 [3] S. Zhang, C. Zhu, J. K. O. Sin, and P. K. T. Mok, “A novel ultrathin elevated channel low-
x
[5]
[6] [7]
[8] [9] [10]
[11]
[12]
temperature poly-Si TFT”, IEEE Electron Device Lett., vol. 20, pp. 569–571, Nov. 1999 M. Wegmuller, J. P. von der Weid, P. Oberson, and N. Gisin, “High resolution fiber distributed measurements with coherent OFDR,” in Proc. ECOC’00, 2000, paper 11.3.4, p. 109 R. E. Sorace, V. S. Reinhardt, and S. A. Vaughn, “High-speed digital-to-RF converter,” U.S. Patent 5 668 842, Sept. 16, 1997 (2002) The IEEE website. [Online]. Available: http://www.ieee.org/ M. Shell. (2002) IEEEtran homepage on CTAN. [Online]. Available: http://www.ctan.org/texarchive/macros/latex/contrib/supported/IEEEtran/ FLEXChip Signal Processor (MC68175/D), Motorola, 1996 “PDCA12-70 data sheet,” Opto Speed SA, Mezzovico, Switzerland A. Karnik, “Performance of TCP congestion control with rate feedback: TCP/ABR and rate adaptive TCP/IP,” M. Eng. thesis, Indian Institute of Science, Bangalore, India, Jan. 1999 J. Padhye, V. Firoiu, and D. Towsley, “A stochastic model of TCP Reno congestion avoidance and control,” Univ. of Massachusetts, Amherst, MA, CMPSCI Tech. Rep. 99-02, 1999 Wireless LAN Medium Access Control (MAC) and Physical Layer (PHY) Specification, IEEE Std. 802.11, 1997
ii