JISE 6 (1) (2017)
Journal of Innovative Science Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise
Pengembangan Kit Hukum-Hukum Dasar Kimia untuk Meningkatkan Pencapaian Kompetensi Siswa melalui Pendekatan Ilmiah Rizka Rida Utami,Edy Cahyono, Kasmadi Imam Supardi Prodi Pendidikan IPA, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Info Artikel
Abstrak
________________
___________________________________________________________________
Diterima September2016 Disetujui Januari 2017 Dipublikasikan Agustus 2017
Hukum-hukum dasar merupakan salah satu materi kimia di sekolah yang sering diajarkan dalam sebuah penjelasan materi saja tanpa melakukan percobaan, padahal materi tersebut dapat dipahami siswa lebih dalam melalui praktikum. Ketiadaan praktikum tersebut disebabkan tidak tersedianya alat yang mendukung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan validitas dan efektivitas kit hukum-hukum dasar dalam meningkatkan pencapaian kompetensi siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest-Posttest) Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA N 5 Semarang semester genap Tahun Pelajaran 2015-2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dan diperoleh kelas X MIA 10 sebagai kelas eksperimen dan X MIA 8 sebagai kelas kontrol. Kit Hukum-Hukum Dasar ini mencapai tingkat validitas 0,81 dengan kriteria valid. Efektivitas kit hukum-hukum dasar pada pembelajaran ditunjukkan berdasarkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ratarata n-Gain pencapaian kompetensi untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing sebesar 0,37 dan 0,69. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kit hukum-hukum dasar efektif dalam meningkatkan pencapaian kompetensi siswa.
________________ Keywords: Kit, Chemistry’s Fundamental Laws, Stundent’s competences ____________________
Abstract ___________________________________________________________________ Chemistry’s Fundamental Law is one of the main material in senior high school that was generally tought to student by material explanations without practice, whereas the student can deeply understand the material with practicing or lab activity. The absence of lab activity in this material was caused by restrictiveness of lab tools in school.This research was aimed to describe the effectiveness of basic laws kit in improving the student’s competences. The method of the research was quasi experimental with Non Equivalent (Pretest-Posttest) Control Group Design. The population of this research was students of class X SMA N 5 Semarang in even semester of academic year 2015-2016. Sampling was taken by purposive sampling and obtained class X10 as experimental class and X8 as control class. The effectiveness of scientific approach in the learning was showed by the significant difference of n-Gain between experiment and control class. Chemistry’s fundamental law kit reach the validity score of 0,81 which means it’s in valid criteria. The results showed that the average of student competence’s n-Gain of control class and experiment class were 0,37 and 0,69 respectively. The result of hypothesis testing showed that basic laws kit was effective in improving the student’s competences.
© 2017 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: E-mail:
[email protected]
p-ISSN 2252-6412 e-ISSN 2502-4523
Rizka Rida Utami,dkk./ Journal of Innovative Science Education 6(1) (2017)
PENDAHULUAN Berdasarkan
Permendikbud
No.65 pencapaian
kompetensi
terhadap
masalah,
Tahun 2013 tentang Standar Proses, pendekatan mempertimbangkan informasi baru dan ide-ide ilmiah
merupakan
diamanatkan mengadopsi
suatu
oleh
pendekatan
kurikulum
langkah-langkah
yang yang tidak biasanya dengan suatu pikiran
2013
yang terbuka, serta dapat membuat hubungan dalam
ilmiah
dalam menyelesaikan masalah tersebut (Munandar,
memecahkan suatu masalah. Langkah-langkah 2012). pembelajaran menggunakan kit hukum-hukum
Berdasarkan
hasil
observasi
yang
dasar adalah mengamati, menanya, mencoba, dilakukan di SMA Negeri 5 Semarang, diketahui menalardan membentuk jejaring (Tim Penyusun, bahwa pembelajaran kimia sudah mencapai 2013; Wiyanto et al., 2017).
KKM yakni 75.
Hal ini menunjukkan bahwa
Mengacu pada amanat kurikulum 2013, kemampuan pencapaian kompetensi siswa sudah langkah-langkah pada kit hukum-hukum dasar baik, namun perlu ditingkatkan. Berdasarjan sesuai dengan karakter ilmu kimia sebagai proses hasil wawancara terhadap guru dan siswa, pada yang
meliputi
mengamati,
menafsirkan pembelajaran
di
kelas
sering
melakukan
pengamatan, meramalkan, menerapkan konsep, praktikum, hal ini sudah sesuai dengan amanat merencanakan percobaan, mengkomunikasikan kurikulum 2013 dan karakter ilmu kimia, akan percobaan, dan mengajukan pertanyaan. Konten tetapi untuk pembelajaran pada materi hukumilmu kimia yang berupa konsep, hukum, dan hukum dasar kimia belum pernah dilakukan teori, pada dasarnya merupakan suatu produk praktikum karena keterbatasan alat praktikum dari rangkaian proses dan sikap ilmiah.
Oleh yang sulit didapat bahkan di toko alat kimia.
sebab
harus
itu
pembelajaran
kimia
Berdasarkan
fakta
tersebut,
perlu
memperhatikan karakteristik ilmu kima sebagai diadakan suatu terobosan dalam pengadaan alat praktikum, salah satunya dengan menggunakan
proses, produk, dan sikap (Fadiawati, 2011). Dalam proses
pembelajaran
contohnya
ketika
kimia
sebagai kit
mengamati
hukum-hukum
dasar.
Didukung
oleh
dan penelitian Ikaningrum dan Gultom (2013) yang
merencanakan percobaan. Pada saat mengamati, menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang yaitu mengumpulkan data tentang fenomena signifikan pada prestasi belajar dan sikap ilmiah yang diamati langsung menggunakan inderanya, siswa kelas X SMA Negeri 4 Magelang sebelum menafsirkan
pengamatan, dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan
hasil
mengkomunikasikan gagasan dan pendapatnya menggunakan
kit
kepada orang lain serta mengajukan pertanyaan. praktikum elektrolisis Ketika
merencanakan
menentukan
variabel,
percobaan,
yaitu kepekaaan siswa.
merancang
suatu
Salah
satu
praktikum, dapat yang
dimana
kit
meningkatkan menjadi
target
penelitian, serta menentukan alat dan bahan. pembelajaran adalah pencapaian kompetensi. Hal ini merangsang siswa agar terpacu dalam Pencapaian kompetensi adalah meliputi kognitif, afektif
mengkomunikasikan percobaan.
dan
psikomotor
(Guilford
dalam
Keterampilan berpikir kreatif merupakan Febrianita, 2010). Salah satu kompetensi dasar keterampilan
mental
yang
terkait
dengan yang dapat dicapai dengan melatih pencapaian
29
Rizka Rida Utami,dkk./ Journal of Innovative Science Education 6(1) (2017)
kompetensi siswa melalui kit hukum-hukum
Tujuan
penelitian
ini
adalah
dasar adalah kompetensi dasar pada kelas X IPA, mendeskripsikan efektivitas kit hukum-hukum yakni KD 3.8 dan 4.8.
dasar
dalam
meningkatkan
pencapaian
Pada materi hukum-hukum dasar, siswa kompetensi siswa pada materi hukum-hukum diajak
untuk
mengamati
fenomena
dalam dasar kimia.
kehidupan sehari-hari, mencoba (melakukan
Pembelajaran menggunakan kit hukum-
percobaan), dan menalar dengan menjawab hukum pertanyaan.
dasar
dikatakan
efektifdalam
Dengan demikian siswa akan meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa
terpacu untuk berpikir kreatif dan pencapaian apabila secara statistik menunjukkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan
kompetensi siswa diharapkan dapat terlatih.
kelas eksperimen (Nuraeni, 2010). Dalam pengambilan sampel, peneliti
METODE memilih
Penelitian ini merupakan penelitian
metode
yang
digunakan
untuk
atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sedangkan
sebelumnya. Dengan bantuan guru bidang studi
menguji
kimia yang memahami karakteristik siswa di
efektivitasnya digunakan metode eksperimen
sekolah tersebut, peneliti mendapatkan kelas
(Sugiyono, 2010).
X10
Langkah-langkah pengembangan yang
Semmel,
dan
X8
sebagai
sampel
penelitian.
menggunakan koin untuk menentukan kelas
yang telah dimodifikasi seperti yang disarankan Thiagarajan,
dan
Selanjutnya peneliti melakukan pengundian
digunakan pada penelitian ini adalah model 4-D oleh
yang
yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri
menguji produk tersebut disebut dengan metode pengembangan
sampling
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu
digunakan untuk menghasilkan produk dan dan
purposive
merupakan teknik pengambilan sampel yang
R&D (Research and Development). Metode yang
penelitian
teknik
yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas
Semmel
kontrol, didapatkan kelas X10 sebagai kelas
(Trianto, 2007). Model 4-D terdiri dari define
eksperimen
(pendefinisian), design (perancangan), develop
yang
diberi
perlakuan
yaitu
pembelajaran menggunakan kit hukum-hukum
(pengembangan), dan disseminate (penyebaran).
dasar, sedangkan kelas X8 sebagai kelas kontrol
Penelitian ini dilakukan modifikasi model 4-D
yang tidak diberikan perlakuan menggunakan
yaitu penyederhanaan dari empat tahap menjadi
kit hukum-hukum dasar.
tiga tahap, yaitu define (pendefinisian), design
Metode penelitian yangdigunakan pada
(perancangan), dan develop (pengembangan).
penelitian ini dilakukan untuk ujicoba skala luas
Populasi dalam penelitian ini adalah
dimana metode yang digunakan adalah kuasi
semua siswa kelas X SMA Negeri 5 Semarang
eksperimen
Tahun Ajaran 2015-2016 yang tersebar dalam 9
Eqiuvalent
kelas yaitu kelas X1 sampai dengan kelas X10.
dengan
menggunakan
(Pretest-Posttest)
Control
Non Group
Design(Creswell, 1997). Desain eksperimen ini
Dari populasi tersebut diambil dua kelas yang
ditunjukkan Gambar 1.
akan dijadikan sebagai sampel penelitian.
30
Rizka Rida Utami,dkk./ Journal of Innovative Science Education 6(1) (2017)
Gambar 1 Desain Non-Equivalen [Pre test-Post test] Control Group Design(Creswell, 2013) Penelitian ini terdiri dari satu variabel
model
pendekatan
ilmiah
diamanatkan
bebas adalah kit hukum-hukum dasar dan
diperoleh dari hasil studi lapangan dan studi
sebagai variabel terikat adalah pencapaian
pustaka menjadi dasar pengembangan produk. Produk
yang
2013.
Data
yang
bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel
kompetensi.Dalam penelitian ini, instrumen
kurikulum
seperti
dikembangkan
yang
pada
(Arikunto, 1997) yang digunakan Analisis SKL,
penelitian ini yaitu kit Hukum-Hukum Dasar
Kompetensi
kimia
Inti,
dan
Kompetensi
Dasar,
yang
berisi
alat
peraga
untuk
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
membuktikan
(RPP) yang sesuai dengan standar Kurikulum
Avogadro, dan Hukum Charles. Selain berisi
2013, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar
alat-alat dan bahan untuk praktikum,
penilaian aktivitas siswa, lembar penilaian
Hukum-Hukum Dasar ini juga didukung dengan
psikomotor, dan lembar observasi kinerja guru.
buku panduan untuk mempermudah pengguna
Soal pretes dan postes merupakan soal yang
dalam menggunakan alat-alat peraga yang
terdiri dari 6 butir soal uraian untuk mengukur
terdapat di dalam kit Hukum-Hukum Dasar ini.
pencapaian
kompetensi
siswa
Hukum Gay Lusac, Hukum kit
sebelum
Alat yang digunakan para percobaan
pembelajaran (pretes) dan sesudah pembelajaran
hukum Avogadro diantaranya syringe, sumbat
(postes).
karet, dan tabung Y.
Rangkaian alat pada
percobaan hukum Avogadro ditunjukkan pada HASIL DAN PEMBAHASAN Pada proses pembelajarannya, guru
Gambar 2.
Kimia di SMA N 5 Semarang menggunakan
Gambar 2 Rangkaian Alat pada Percobaan Hukum Avogadro Alat peraga selanjutnya yaitu satu set
Gay Lussac diantaranya pesawat Hoffman,
alat-alat untuk percobaan hukum Gay Lussac.
statif, klem, dan adapter. Rangkaian alat pada
Alat yang digunakan para percobaan hukum
31
Rizka Rida Utami,dkk./ Journal of Innovative Science Education 6(1) (2017)
percobaan hukum Gay Lussac ditunjukkan pada
Gambar
3.
Gambar 3 Rangkaian Alat pada Percobaan Hukum Gay Lussac Alat peraga yang ketiga yaitu satu set
klem, termometer, gelas bekker 1000 mL,
alat-alat yang dirangkai untuk membuktikan
sumbat karet, erlenmeyer 100 mL, dan syringe.
hukum Charles.
Rangkaian alat pada percobaan hukum Charles
Alat yang digunakan para
percobaan hukum Charles diantaranya statif,
ditunjukkan
pada
Gambar
4.
Gambar 4 Rangkaian Alat pada Percobaan Hukum Charles Selain ketiga set alat peraga tersebut, di
praktikum ini berisi daftar alat, daftar bahan,
dalam kit Hukum-Hukum Dasar kimia ini juga
petunjuk
keselamatan
terdapat sebuah buku panduan praktikum yang
penyimpanan alat, dan petunjuk percobaan.
dapat digunakan untuk membantu pengguna
Gambaran buku panduan praktikum ini dapat
dalam melakukan percobaan. Buku panduan
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Gambaran Panduan Kit
32
kerja,
petunjuk
Rizka Rida Utami,dkk./ Journal of Innovative Science Education 6(1) (2017)
Pencapaian kompetensi siswa dalam eksperimen dan siswa kelas X10 sebagai kelas pembelajaran diketahui melalui soal pretes dan kontrol di SMA Negeri 5 Semarang. Perbedaan postes.
Berdasarkan penelitian yang telah rata-rata nilai pretes dan postes pencapaian
dilakukan terhadap siswa kelas X8 sebagai kelas kompetensi siswa dapat dilihat pada Gambar 6. 82,52 77,29
Gambar 6 Rata-rata nilai pretes danpostes pencapaian kompetensi siswa. Pada gambar tersebut, terlihat bahwa
Sebelum melakukan penelitian, harus
rata-rata nilai pretes pencapaian kompetensi diketahui terlebih dahulu apakah pada awalnya siswa pada kelas kontrol sebesar 29,54 dan rata- kedua kelas penelitian memiliki pencapaian rata nilai postes pencapaian kompetensi siswa kompetensi yang sama atau berbeda sehingga sebesar 77,29 sedangkan pada kelas eksperimen dilakukanlah uji kesamaan dua rata-rata dengan nilai pretes pencapaian kompetensi siswa sebesar menggunakan
analisis
statistik,
yaitu
uji-t.
30,19 dan rata-rata nilai postes pencapaian Sebelum dilakukan uji-t perlu dilakukan uji kompetensi siswa sebesar 82,52.
Berdasarkan prasyarat
hasil
peningkatan homogenitas.
tersebut
pencapaian
terlihat
bahwa
kompetensi
siswa
pada
kelas
yaitu
uji
Berdasarkan
normalitas hasil
dan
uji
perhitungan
uji
eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara normalitas terhadap nilai pretes pada kedua kelas signifikan, dimana kelas eksperimen memiliki penelitian diperoleh hasil seperti yang disajikan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan kelas pada Tabel 1. kontrol. Tabel 1 Nilai-nilai untuk uji normalitas Kelas penelitian Kontrol
X8hitung 31,64
X8tabel 42,6
Eksperimen
38,54
42,6
Kriteria Uji X8hitung<X8tabel
Keputusan Uji Terima H0 Terima H0
Pada tabel tersebut diketahui bahwa terima Ho yaitu kedua sampel penelitian berasal χhitung<χtabel pada taraf nyata 5% dengan dk 29 (n- dari populasi yang berdistribusi normal. 1). Berdasarkan kriteria uji disimpulkan bahwa
33
Rizka Rida Utami,dkk./ Journal of Innovative Science Education 6(1) (2017)
Uji
homogenitas
dilakukan
untuk perhitungan uji homogenitas diperoleh hasil pada
mengetahui apakah kedua kelas memiliki varians Tabel 2. yang homogen atau tidak.
Berdasarkan hasil
Tabel 2 Nilai-nilai untu uji homogenitas F hitung
F tabel
KriteriaUji
Keterangan
1,08
2,18
Fhitung ≤ F½(1 , 2)
Terima H0
Pada tabel tersebut diketahui bahwa F hitung
tabel
dilakukan
pada taraf nyata 5% dengan dk n-1
uji
menggunakan
persamaan uji-t
dua
rata-rata
(Sudjana,
2002).
(Ʋ1,Ʋ2). Berdasarkan kriteria uji disimpulkan
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap nilai
bahwa terima Ho yaitu kedua kelas penelitian
pretes pada kedua kelas penelitian diperoleh
memiliki
hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
varians
yang
homogen.Kemudian
Tabel 3 Nilai-nilai untuk uji kesamaan dua rata-rata t hitung
t tabel
Kriteria Uji
Keterangan
0,12
1,67
Terima Ho
Tidak berbeda secara signifikan
Pada tabel tersebut diketahui bahwa t eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda hitung
< t tabel pada taraf nyata 5% dengan dk n1+n 2 - secara
signifikan.Berdasarkan
perhitungan
2. Berdasarkan kriteria uji disimpulkan bahwa diperoleh rata-rata n-Gain seperti yang disajikan terima Ho yaitu rata-rata pretes keterampilan pada Gambar 7. pencapaian
kompetensi
siswa
pada
kelas
Gambar 7 Rata-rata n-Gainpencapaian kompetensi siswa Pada gambar tersebut tampak bahwa sedangkan kelas eksperimen sebesar 0,59. Hal rata-rata
n-Gain
keterampilan
pencapaian ini
kompetensi siswa di kelas kontrol sebesar 0,37
34
menunjukkan
bahwa
rata-rata
n-Gain
Rizka Rida Utami,dkk./ Journal of Innovative Science Education 6(1) (2017)
pencapaian kompetensi siswa kelas eksperimen uji-t. Sebelumnya, terlebih dahulu dilakukan uji lebih baik daripada kelas kontrol.
prasyarat
yaitu
uji
normalitas
dan
uji
Setelah diperoleh n-Gain dilakukan uji
homogenitas. Berdasarkan hasil perhitungan uji
perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan
normalitas diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4 Nilai-nilai untuk uji normalitas Kelas Kontrol Eksperimen
χhitung 1,47 0,52
Kriteria Uji Terima Ho Terima Ho
χtabel 42,60 42,60
Pada Table 4 tersebut diketahui bahwa
dari
Keterangan Normal Normal
populasi
yang hasil
berdistribusi
χhitung<χtabel pada taraf nyata 5% dengan dk 29 (n-
normal.Berdasarkan
1) Berdasarkan kriteria uji disimpulkan bahwa
homogenitas terhadap n-Gain pada kedua kelas
terima Ho yaitu kedua sampel penelitian berasal
penelitian
diperoleh
hasil
perhitungan sebagai
uji
berikut.
Tabel 5 Nilai-nilai uji homogenitas Fhitung
F tabel
Kriteria Uji
Keterangan
0,17
1,85
Fhitung ≤ F½(1 , 2)
Homogen
Pada Tabel 5 tersebut diketahui bahwa
Kemudian dilakukan uji perbedaan dua
F hitung< F tabel pada taraf nyata 5% dengan dk n-1
rata-rata menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil
(Ʋ1,Ʋ2). Berdasarkan kriteria uji disimpulkan
perhitungan terhadap n-Gain pada kedua kelas
bahwa terima Ho yaitu kedua kelas penelitian
penelitian diperoleh hasil seperti ditunjukkan
mempunyai varians yang homogen.
pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai-nilai untuk uji perbedaan dua rata-rata thitung
t tabel
Kriteria Uji
Keterangan
6,56
1,675
Tolak Ho
Berbeda secara signifikan
Pada Table 6 tersebut diketahui bahwa t meningkatkan pencapaian kompetensi siswa hitung
2.
> t tabel pada taraf nyata 5% dengan dk n1+n2- digali lebih dalam pada tahap mengamati, Berdasarkan pengujian hipotesis tersebut mencoba, dan menalar.
disimpulkan bahwa penggunaan kit hukumhukum
dasar
efektif
dalam
Efektivitas
kit
hukum-hukum
dasar
meningkatkan dalam meningkatkan pencapaian kompetensi
pencapaian kompetensi siswa.
siswa terlihat pada proses mengamati. Siswa
Pada penelitian ini ditemukan bahwa kit diminta untuk mengamati fenomena oksigen hukum-hukum dasar efektif dalam meningkatkan yang terbentuk di udara. pencapaian
kompetensi
siswa.
Efektivitas kesempatan
kepada
Guru memberi siswa
untuk
penggunaan kit hukum-hukum dasar dalam mengidentifikasi, mendeteksi, dan mengenali
35
Rizka Rida Utami,dkk./ Journal of Innovative Science Education 6(1) (2017)
masalah dari fenomena yang diberikan tersebut ditunjukan dengan lebih tingginya nilai rata-rata sesuai dengan proses berpikirnya masing-masing. n-Gainpencapaian
kompetensi
pada
kelas
Hal ini didukung oleh pernyataan Piaget (Dahar, eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. 1989)
bahwa
seorang
anak
yang
tadinya Tahapan pada kit hukum-hukum dasar meliputi
memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan yang diamatinya akan berubah pandangannya membentuk jejaring.
Pencapaian kompetensi
menjadi obyektif melalui pertukaran ide dengan siswa lebih banyak dikembangkan pada tahap orang lain.
mengamati, mencoba, dan menalar.
Pada tahap mencoba, siswa diajak untuk
Pada tahap mengamati, siswa diarahkan
merancang dan melakukan percobaan. Ketika untuk
mengumpulkan
informasi
tentang
melakukan percobaan, siswa diminta untuk fenomena yang diberikan. Kegiatan siswa pada mengidentifikasi, hal ini berarti siswa dapat tahap ini dapat melatih berpikir kreatif siswa mendeteksi dan mengenali suatu fenomena terutama pencapaian kompetensi, dimana siswa perubahan volume yang terjadi pada asam sulfat dilatih
untuk
kritis
dalam
mendeteksi,
dalam pesawt hoffman. Pada tahap ini dapat mengenali, dan memahami fenomena yang dilihat
bahwa
pembelajaran
dengan diamati.
menggunakan kit hukum-hukum dasar dapat meningkatkan
kemampuan
siswa
Pada pertemuan pertama (LKS 1) tahap
dalam mencoba,
siswa
diminta
merancang
mengenali suatu fenomena.Belajar penemuan melakukan percobaan hukum Charles. meningkatkan
penalaran
dan
dan
Dalam
kemampuan merancang percobaan, siswa terlihat bingung
berpikir secara bebas dan melatih keterampilan dalam menentukan variabel, menyusun prosedur kognitif untuk menemukan dan memecahkan percobaan, dan menentukan alat dan bahan. masalah (Trianto, 2007).
Selanjutnya siswa melakukan percobaan dengan
Pada tahap menalar siswa diberikan prosedur yang diberikan oleh guru. pertanyaan-pertanyaan
di
LKS
untuk
didiskusikan bersama kelompoknya.
Pada pertemuan ke-2 (LKS 2) tahap
Dalam mencoba,
siswa
diminta
mengamati
suatu
LKS tersebut terdapat beberapa pertanyaan yang gambar submikroskopis tentang gas-gas yang ada dapat mengukur pencapaian kompetensi siswa. di udara. Pada pertemuan kedua ini, siswa mulai Terjawabnya pertanyaan tersebut oleh siswa lebih mampu mengenali dan mendeteksi masalah menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi yang diberikan tanpa diarahkan terlebih dahulu, siswa dapat terlatih. Sesuai pendapat Husamah seperti mendeteksi bahwa padatan NaCl iondan Yanur (2013) bahwa konsep belajar menurut ionnya teori
belajar
konstruktivisme
yaitu
sangat rapat sehingga
siswa menghantarkan listrik.
mengkonstruksi pengetahuan baru secara aktif
Pada pertemuan ke-3 (LKS 3) siswa
berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh disajikan sebelumnya.
pencapaian
suatu
gambar
submikroskopis
mengenaigas O2 dan CO2. Pada tahap menalar,
Berdasarkan diketahui
tidak dapat
bahwa
pengujian terjadi
kompetensi
hipotesis terdapat
peningkatan siswa.
Hal
peningkatan
pada
pencapaian
pada kompetensi siswa di setiap pertemuan. Hal ini ini terlihat pada pertemuan pertama, siswa terlihat
36
Rizka Rida Utami,dkk./ Journal of Innovative Science Education 6(1) (2017)
bingung, tetapi pada pertemuan kedua sampai terlihat senang dan antusias dalam mengenali pertemuan ketiga siswa telah mampu mengenali suatu situasi atau masalah yang terdapat pada dan memahami suatu masalah dan fenomena LKS yang diberikan. yang diberikan, hal ini mendorong siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Sikap pembelajaran
dan
dengan prosedur yang diberikan guru.
aktivitas
terlihat
Selanjutnya siswa melakukan percobaan
siswa
berkembang
Pada
dalam kegiatan ini, siswa tampak antusias dan aktif dari dalam merancang dan melakukan percobaan
pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga. yang dapat melatihkan aktivitas ilmiah siswa Pada kegiatan pembelajaran, siswa berkelompok seperti ulet, kritis, dan kreatif dalam merancang secara heterogen. Hal ini membuat siswa lebih sebuah percobaan dan menumbuhkan sikap semangat
dalam
pembelajaran
dan
mengembangkan sikap sosial siswa.
dapat bertanggung jawab serta bekerja sama dengan Sesuai baik.
dengan pernyataan Piaget, dasar dari belajar
Pada tahap menalar, siswa dilatih untuk
adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan terbiasa bekerjasama dalam kelompok sehingga lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya, dapat
menumbuhkan
sikap
disiplin
interaksi anak dengan orang lain memainkan bertanggung jawab dalam dirinya. peranan
penting
dalam
dan
Kegiatan
mengembangkan menalar juga melatih siswa untuk teliti dalam
pandangannya (Dahar, 1989).
menganalisis data hasil percobaan.
Sikap siswa yang dapat berkembang
Tahap
melalui pembelajaran menggunakan kit hukum- jejaring,
terakhir dimana
hukum dasar diantaranya jujur, disiplin, teliti, untukmengemukakan
yaitu
membentuk
siswa
dilatih
pendapat,
dan
ulet, kritis, antusias, bertanggungjawab, dan bertanggung jawab dalam mengemukakan ide berkerja sama.
Sedangkan aktivitas siswa dan gagasannya.Berdasarkan data sikap dan
meliputi mengemukakan pendapat, kritis dalam aktivitas siswa di kelas eksperimen,rata-rata nilai percobaan, kreatif dalam merancang percobaan, sikap siswa meningkat di setiap pertemuan. Hal dan banyak bertanya. Perkembangan
ini dapat dilihat sikap
siswa
dalam siswa,
rata-rata
pembelajaran terlihat jelas pada pertemuan meningkat kedua hingga pertemuan ketiga dimana siswa
37
pada Gambar 8.Selain sikap nilai aktivitasn
ditunjukkan
yang
padaGambar
juga 9.
Rizka Rida Utami,dkk./ Journal of Innovative Science Education 6(1) (2017)
Gambar 8 Rata-rata nilai sikap siswa kelas eksperimen.
Gambar 9 Rata-rata nilai aktivitas siswa kelas eksperimen
Pada Gambar 8 dan 9 tampak bahwa menentukan alat dan bahan, siswa tampak rata-rata nilai sikap dan aktivitas siswa di kelas bingung dan kurang memahami instruksi guru, eksperimen
semakin
meningkat
di
setiap namun pada kegiatan selanjutnya siswa mulai
pertemuan.
Hal ini menunjukkan bahwa kit lebih memahami instruksi.
hukum-hukum dasar dapat menghasilkan tingkat
Kegiatan
praktikum
dalam
aktivitas dan sikap siswa yang lebih baik.Dalam pembelajaran menggunakan pendektan ilmiah kegiatan praktikum terdapat beberapa kinerja ini ternyata lebih mempermudah siswa untuk siswa yang berkembang, yaitu keterampilan menemukan
konsep
dan
membuat
dalam menentukan variabel-variabel percobaan, menjadi lebih aktif dan kreatif. keterampilan
dalam
menyusun
prosedur laboratorium,
percobaan, keterampilan dalam menentukan alat memberi
terutama kesempatan
dan bahan percobaan, keterampilan dalam mengembangkan membaca prosedur percobaan.
siswa
Kegiatan
praktikum,
dapat
siswa
untuk
keterampilan
berpikir
(Wiyanto, 2008; Husamah & Yanur, 2013).
Ketika siswa diminta untuk menentukan variabel, menyusun prosedur percobaan, dan
38
Rizka Rida Utami,dkk./ Journal of Innovative Science Education 6(1) (2017)
Berdasarkan
SIMPULAN Kit
Hukum-Hukum
Dasar
hasil
penelitian
dan
yang pembahasan disimpulkan bahwa rata-rata n-Gain
dikembangkan valid untuk digunakan dalam pencapaian kompetensi siswa yang diajarkan pembelajaran dengan tingkat validitas sebesar menggunakan kit hukum-hukum dasar pada 0,81.Berdasarkan
respon
siswa
pada
kelas pembelajaran materi hukum-hukum dasar lebih
eksperimen, 31 responden (100%) memberikan tinggi daripada rata-rata n-Gain pencapaian respon positif terhadap Kit Hukum-Hukum kompetensi siswa pada kelas kontrol.
Hal ini
Dasar yang dikembangkan, dimana 9 responden menunjukkan bahwa penggunaan kit hukummenyatakan kit memiliki kriteria baik dan 22 hukum dasarpada pembelajaran materi hukumresponden menyatakan kit memiliki kriteria hukum sangat
baik
untuk
digunakan
dasar
efektif
dalam
meningkatkan
dalam pencapaian kompetensi siswa kelas X SMA
pembelajaran.
Negeri 5 Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014.
DAFTAR PUSTAKA
Peserta Didik Kelas X. Jurnal Program Studi Pendidikan Kimia, 2(2). Munandar, S.C.U. (2012). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Nuraeni, N. (2010). Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. Bandung: UPIBandung. Sudjana, N. (2002). Metode Statistika Edisi keenam. Bandung: PT. Tarsito. Tim Penyusun. 2013. Standar Proses Kit hukumhukum dasar. Jakarta: Kemdikbud. Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Wiyanto. (2008). Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang: Unnes Press. Wiyanto, Nugroho, S.E., & Hartono. (2017). The Scientific Approach Learning: How prospective science teachers understand about questioning. Journal of Physics: Conference Series, 824 (1), 012015.
Arikunto, S. (1997). Penilaian Program Pendidikan (EdisiKetiga). Jakarta: Bina Aksara. Cresswell, J.W. (1997). Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Thousand Oaks-London-New. New Delhi: Sage Publications. Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Fadiawati, N. (2011). Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. Bandung: SPs-UPI Bandung. Febrianita, N. (2010). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pokok Bahasan Lingkaran Berbasis Pemecahan Masalah untuk Melatih Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa SMP.Tesis. Palembang: SPs-Unsri. Husamah & Setyaningrum, Y.(2013). Desain Pembelajaran Berbasis KompetensiPanduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Ikaningrum, M. N. N. & Gultom, T. (2013). Efektivitas Pendekatan Scientific Inquiry Terhadap Prestasi Belajar dan Sikap Ilmiah
39