JCONES Vol. 2, No. 1 (2013) 16-25
Journal of Control and Network Systems Situs Jurnal : http://jurnal.stikom.edu/index.php/jcone
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PROTOKOL ONDEMAND ROUTING PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL AD HOC Rizky Ananto Putri1)Jusak2)Anjik Sukmaaji3) Program Studi/JurusanSistemKomputer STMIK STIKOM Surabaya Jl. Raya KedungBaruk 98 Surabaya, 60298 Email : 1)
[email protected], 2)
[email protected], 3)
[email protected]
Abstract: Some of developing countries recently employ network applications that use sensor nodes, Wireless Sensor Networks (WSN) for remote sensing. The latest researchers utilize methods with a network topology that has a fixed position. On the other hand, for remote monitoring network set up wireless networks typically use ad hoc and irregular distributed by its users. A study is needed to create a network system with randomly generated positions. In this work we concern about wireless network that employ On Demand Routing Protocols, i.e. Ad Hoc Ondemand Distance Vector (AODV) and Dynamic Source Routing (DSR). The result of the research shows that for the large topology (10 nodes) with randomly generated positions, AODV has a better performance in terms of the data accuracy based on Packet Loss Ratio (PLR) and the use of bandwidth utilization compared to the DSR. On the other hand, DSR shows a better performance in term of delay. Besides, the result of the research also shows that there are some differences of delay and PLR for the five and ten nodes between wireless Ad Hoc network system and the network that use cable. Those are caused by the different system settings. Keywords: Wireless Sensor Network, On-Demand Routing Protocol, Ad Hoc Jaringan Sensor Nirkabel (JSN) sangat penting sejak kebanyakan aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk area yang tidak dapat dijangkau. JSN memiliki sebuah komponen sensing dilengkapi dengan alat proses, alat komunikasi, dan tempat penyimpanan data. Penerapan JSN untuk pemantauan jarak jauh pada area yang tidak dapat dijangkau biasanya menggunakan jaringan Ad Hoc yang jarak jangkauannya lebih luas dibandingkan dengan tipe jaringan lainnya.Namun, penerapan JSN tersebut belum digunakan di Indonesia. Kebanyakan peneliti sebelumnya melakukan penelitian terhadap sebuah topologi jaringan yang sudah memiliki posisi yang tetap dan menggunakan kabel seperti yang dilakukan Nofianti, Dwi, dkk. 2011. Sedangkan, untuk pemantauan jarak jauh dibutuhkan jaringan yang
dibentuk tanpa kabel dan disebarkan secara tidak beraturan oleh penggunanya. Oleh karena itu, penulis melakukan sebuah penelitian terhadap topologi jaringan yang dibangkitkan secara random dan menggunakan tipe jaringan wireless. Karena dengan menggunakan tipe jaringan wireless, jarak jangkau pengiriman data antar node lebih luas sehingga dapat digunakan dalam pengimplementasian JSN untuk pemantauan jarak jauh (remote sensing). Untuk melakukan pengiriman data, diperlukan adanya penggunaan protokol routing untuk mengirimkan data atau informasi ke penerima. Ada beberapa tipe protokol routing yang dapat digunakan jaringan Ad Hoc yaitu seperti protokol Ad Hoc On-demand Distance Vector (AODV) dan Dynamic Source Routing (DSR) yang digunakan pada Tugas Akhir (TA)
Rizky Ananto Putri, Jusak, Anjik Sukmaaji JCONES Vol. 2, No. 1 (2013) Hal: 16
ini. Kedua protokol tersebut merupakan protokol routing On-demand. AODV merupakan sebuah protokol routing On-Demand yang hanya akan berperan aktif ketika node sumber membutuhkan rute untuk melakukan pengiriman paket data. Sedangkan DSR merupakan protokol dimana node sumber menentukan rute paket yang dikirim berdasarkan informasi rute yang lengkap dari node-node yang berpengaruh untuk pengiriman data ke node tujuan dan memilih rute yang terbaik. Dalam TA ini, penulis melakukan perbandingan unjuk kerja kedua protokol routing berdasarkan parameter-parameter QoS yaitu delay, Packet Loss Ratio (PLR), dan utilisasi bandwidth.
yang dilakukan menggunakan topologi dengan posisi node yang bersifat acak (random), dimana untuk menghasilkan posisi yang acak tersebut menggunakan parameter eksternal berupa nilai seed yang ditentukan untuk masing-masing percobaan. Proses tersebut menghasilkan datadata yang akan digunakan dalam penghitungan parameter delay, PLR, dan utilisasi bandwidth. Hasil penghitungan pada bagian proses akan menghasilkan perbandingan protokol AODV dan DSR pada bagian outputsehingga dapat dilihat protokol yang paling sesuai untuk digunakan pada pengimplementasian JSN Ad Hoc berdasarkan unjuk kerja dari masing-masing protokol.
METODE
Desain Topologi Simulasi
Metode penelitian yang digunakan dalam TA ini dapat dijelaskan melalui blok diagram sebagai berikut :
Desain topologi yang digunakan adalah desain topologi yang dibangun secara random yang ditunjukan pada gambar di bawah ini :
Gambar 2. Desain Topologi
Gambar 1. Diagram Blok Gambar 1.merupakan serangkaian metode yang digunakan dalam penyelesaian TA ini yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian input, proses, dan output. Bagian input terdiri dari data yang digunakan untuk simulasi yaitu berupa data trafik. Data tersebut adalah data TCP. Data TCP tersebut dialirkan dari node sumber menuju node tujuan menggunakan protokol AODV dan DSR. Input data tersebut dibangkitkan secara otomatis oleh NS-2 dan dilakukan secara terpisah dengan topologi yang dibangkitkan secara random. Kemudian pada bagian proses dilakukan konfigurasi jaringan, desain topologi, mengatur skenario simulasi dan parameter eksternal, dan menjalankan simulasi. Simulasi
Desain topologi di atas adalah topologi dengan menggunakan 5 buah node. Oleh karena penelitian ini menggunakan 5 dan 10 buah node.Node-node yang dibangkitkan secara randomseperti pada Gambar 2. tersebut juga dilakukan pada penerapan 10 buah node.
Parameter-parameter Simulasi Pembuatan sistem simulasi menggunakan parameter-parameter sebagai berikut : Tabel 1. Parameter-parameter Simulasi No. 1. 2.
Nilai WirelessChannel Free Space
4.
Parameter Channel Model propagasi Tipe antarmuka antrian Model antena
5.
Tipe protokol routing
AODV dan DSR
6.
Network Interface
WirelessPhy
7.
Tipe MAC
802.11
3.
Drop Tail Omni antenna
Rizky Ananto Putri, Jusak, Anjik Sukmaaji JCONES Vol. 2, No. 1 (2013) Hal: 17
8.
Tipe Link Layer
LL
9.
Dimensi topografi
300 x 300 m
10.
Waktu simulasi
± 200 detik
Parameter Seed Tabel 2. Parameter Seed AODV DSR n 5node 10node 5node 10node 1. 0 2. 0.001 3. 0.002 4. 0.003 5. 0.004 6. 0.005 7. 0.006 8. 0.01 9. 0.02 10. 0.03 11. 0.04 12. 0.05 13. 0.06 14. 0.07 15. 0.08 16. 0.09 17. 0.1 18. 0.2 19. 0.3 20. 0.4 21. 0.5 22. 0.6 23. 0.7 24. 0.8 25. 0.9 26. 1 27. 2 28. 3 29. 4 30. 5 Nilai-nilai seed pada tabel di atas berpengaruh pada pembuatan generator nilai random yang akan digunakan pada simulasi. Nilai-nilai tersebut ditentukan berdasarkan range maksimal nilai seed yang berpengaruh pada hasil simulasi sehubungan dengan nilai seed tersebut akan menghasilkan nilai posisi yang masih bisa terjangkau oleh node-node lain ataupun tidak. Nilai seed = 5 adalah nilai maksimal yang dapat dijangkau dengan ukuran topografi yang ditentukan.
Membuat Script *.tcl
Pembuatan script *.tcl digunakan untuk membangun simulasi. Simulasi dibangun berdasarkan parameter-parameter yang ditentukan sebelumnya dan sesuai kebutuhan sistem yang akan digambarkan pada diagram alur berikut ini :
Gambar 3. Diagram Alur Pembuatan Script *.tcl
Penghitungan Parameter-parameter QoS Parameter-parameter QoS dihitung berdasarkan rumus-rumus berikut : 1. Delay Delay adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah paket data, terhitung dari saat pengiriman oleh transmitter sampai saat diterima oleh receiver. (1) Dimana : 0 ≤ t ≤ T Keterangan : Tr : Waktu penerimaan paket (detik) Ts : Waktu pengiriman paket (detik) T : Waktu simulasi (detik) t : Waktu pengambilan sampel (detik) 2. PLR PLR adalah prosentase banyaknya paket yang hilang selama proses transmisi ke Rizky Ananto Putri, Jusak, Anjik Sukmaaji JCONES Vol. 2, No. 1 (2013) Hal: 18
tujuan. Paket hilang terjadi ketika satu atau lebih paket data yang melewati suatu jaringan gagal mencapai tujuannya. Besarnya PLR tersebut dikalikan dengan 100% untuk mendapatkan hasil dalam prosentase. (2) Dimana : 0 ≤ t ≤ T Keterangan : Pd : Paket yang mengalami drop (paket) Ps : Paket yang dikirim (paket) T : Waktu simulasi (detik) t : Waktu pengambilan sampel (detik) 3. Utilisasi Bandwidth Utilisasi Bandwidth merupakan parameter yang menunjukkan prosentase suatu sumber daya yang digunakan.
Gambar 4.a
(3) Keterangan : ∑ Bandwidth terpakai : total Bandwidth yang terpakai dari masing-masing percobaan (byte) Bandwidth sistem : 1.2 Mbps (default)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini berupa hasil penghitungan dan analisis dari parameterparameter QoS yang akan digunakan sebagai perbandingan kinerja antara protokol AODV dan DSR.
Hasil Penghitungan parameter QoS
Parameter-
Gambar 4.b
Hasil penghitungan parameterparameter tersebut dapat dilihat pada gambargambar grafik di bawah ini :
Grafik Rata-rata Delay
Gambar 4.c
Rizky Ananto Putri, Jusak, Anjik Sukmaaji JCONES Vol. 2, No. 1 (2013) Hal: 19
Gambar 4.d Gambar 4.a dan 4.b merupakan hasil dari penghitungan rata-rata delay penerapan protokol AODV. Gambar 4.a merupakan grafik rata-rata delay penerapan algoritma AODV pada 5 buah node dan Gambar 4.b merupakan grafik rata-rata delay penerapan algoritma AODV pada 10 buah node. Rata-rata delay di antara keduanya tidak jauh berbeda yaitu 0.088349094 detik untuk 5 buah node dan 0.100360694 detik untuk 10 buah node karena protokol yang digunakan sama. Akan tetapi, terdapat rata-rata delay yang lebih besar pada beberapa percobaan. Pada percobaan penerapan protokol AODV pada 10 buah node terdapat lebih banyak percobaan yang memiliki rata-rata delay lebih besar dibanding pada 5 buah node, hal tersebut dikarenakan jumlah node yang besar (10 node) memiliki banyak kemungkinan terdapatnya node perantara node sumber dan node tujuan, sehingga rata-rata delay yang terjadi lebih besar. Gambar 4.c dan 4.d merupakan hasil penghitungan penerapan protokol DSR. Gambar 4.c merupakan grafik rata-rata delay penerapan algoritma DSR pada 5 buah node, dan Gambar 4.d merupakan grafik rata-rata delay penerapan algoritma DSR pada 10 buah node. Seperti grafik pada gambar sebelumnya, karena protokol yang digunakan sama maka rata-rata delay di antara penerapan dsr pada 5 atau 10 buah node tidak jauh berbeda. Akan tetapi, hanya terdapat sedikit percobaan dengan rata-rata delay yang lebih besar dibanding percobaan-percobaan lainnya meski terdapat kemungkinan adanya node perantara, protokol DSR tidak melakukan periodic update seperti protokol AODV.
Gambar 5.a
Gambar 5.b
Gambar 5.c
Grafik Rata-rata PLR
Rizky Ananto Putri, Jusak, Anjik Sukmaaji JCONES Vol. 2, No. 1 (2013) Hal: 20
Gambar 5.d Gambar 5.a merupakan grafik ratarata PLR penerapan algoritma AODV pada 5 buah node dan Gambar 5.b merupakan grafik rata-rata PLR penerapan algoritma AODV pada 10 buah node. Pada setiap mekanisme pengiriman data yang terjadi akan mengalami adanya paket yang hilang. Dari kedua gambar di atas dari 2 macam skanrio mengalami PLR yang tidak jauh berbeda prosentasenya. Hal tersebut karena selain menggunakan protokol yang sama yaitu AODV, kemungkinan jarak antar node sumber dengan node penerima berdekatan atau posisi node penerima dapat dijangkau oleh node sumber. Namun, tetap terjadi beberapa perbedaan PLR dari kedua skenario tersebut. Seperti yang terlihat pada Gambar 5.a, percobaan ke-25 mengalami prosentase paket hilang yang lebih banyak dibanding dengan 29 percobaan yang lain, karena pada saat tersebut kemungkinan jarak node yang ingin dijangkau oleh node sumber pada percobaan tersebut lebih jauh dibanding pada percobaan-percobaan lainnya. Sedangkan yang terjadi pada percobaan dengan 10 buah node, rata-rata paket yang hilang lebih kecil dibanding dengan 5 buah node tetapi juga tidak jauh berbeda, karena meskipun jarak antar node sumber dengan node tujuan berjauhan, besar kemungkinan dengan jumlah node yang lebih besar banyak node perantara yang dapat digunakan oleh node sumber untuk mengirimkan paket ke node penerima, sehingga memperkecil kemungkinan adanya kehilangan paket dalam jumlah yang besar. Gambar 5.c merupakan grafik rata-rata PLR penerapan algoritma DSR pada 5 buah node dan Gambar 5.d merupakan grafik rata-rata PLR penerapan algoritma DSR pada 10 buah node. Seperti yang terjadi pada penerapan protokol AODV, rata-rata PLR yang terjadi
seperti yang terlihat pada Gambar 5.c dan 5.d tidak jauh berbeda. Dari kedua gambar tersebut terlihat kemungkinan terdapat paket yang hilang pada saat pengiriman paket oleh sumber sangat kecil sekali. Dari penerapan protokol DSR pada 2 skenario yang berbeda hanya terdapat 2 percobaan yang mengalami perbedaan rata-rata PLR pada Gambar 5.c dan 1 percobaan yang mengalami perbedaan rata-rata PLR pada Gambar 5.d. Akan tetapi, PLR yang terjadi tidak lebih besar dari percobaan-percobaan yang lain. Hal tersebut dikarenakan jarak antar node sumber dengan node penerima berdekatan dan juga dapat dikarenakan dari penerapan protokol DSR itu sendiri.
Grafik Rata-rata Utilisasi Bandwidth
Gambar 6.a
Gambar 6.b
Rizky Ananto Putri, Jusak, Anjik Sukmaaji JCONES Vol. 2, No. 1 (2013) Hal: 21
Gambar 6.c
Gambar 6.c merupakan grafik rata-rata utilisasi bandwidth penerapan algoritma DSR pada 5 buah node, dan Gambar 6.d merupakan grafik rata-rata utilisasi bandwidth penerapan algoritma DSR pada 10 buah node. Sama dengan penerapan protokol yang sebelumnya, terlihat bahwa penggunaan sumber daya pada saat komunikasi dan pengiriman data tidak jauh berbeda dan tidak begitu besar pada prosentasenya. Kedua penerapan di atas memiliki prosentase seperti yang tergambar pada grafik karena protokol yang digunakan sama. Selain itu dikarenakan paket yang dikirim berupa data TCP yang berukuran kecil sedangkan bandwidth yang disediakan oleh sistem WirelessPhy 802.11 cukup besar yaitu 1.2 Mbps (Gong, Shan. 2006). Mekanisme yang dilakukan oleh masing-masing protokol juga berpengaruh pada prosentase penggunaan sumber daya tersebut.
Analisis Parameter QoS Adapun hasil perbandingannya adalah sebagai berikut:
Gambar 7. Hasil Penghitungan Rata-rata Parameter QoS Gambar 6.d Gambar 6.a merupakan grafik rata-rata utilisasi bandwidth penerapan algoritma AODV pada 5 buah node dan Gambar 6.b merupakan grafik rata-rata utilisasi bandwidth penerapan algoritma AODV pada 10 buah node. Dari Gambar 6.a dan Gambar 6.b terlihat bahwa penggunaan sumber daya pada saat komunikasi dan pengiriman data tidak jauh berbeda dan tidak begitu besar pada prosentasenya. Kedua penerapan di atas memiliki prosentase seperti yang tergambar pada grafik karena protokol yang digunakan sama. Selain itu dikarenakan paket yang dikirim berupa data TCP yang berukuran kecil sedangkan bandwidth yang disediakan oleh sistem WirelessPhy 802.11 cukup besar yaitu 1.2 Mbps (Gong, Shan. 2006). Mekanisme yang dilakukan oleh masing-masing protokol juga berpengaruh pada prosentase penggunaan sumber daya tersebut.
Analisis Delay
Gambar 8. Perbandingan Rata-rata Delay Rata-rata delay yang terjadi pada saat menerapkan protokol AODV lebih besar dibanding dengan penerapan protokol DSR. Dimana rata-rata delay dari penerapan protokol Rizky Ananto Putri, Jusak, Anjik Sukmaaji JCONES Vol. 2, No. 1 (2013) Hal: 22
AODV adalah 0.088349094 detik untuk 5 buah node dan 0.100360694 detik untuk 10 buah node. Sedangkan rata-rata delay dari penerapan protokol DSR adalah 0.079795787 detik untuk 5 buah node dan 0.073771913 detik untuk 10 buah node. Hal tersebut terjadi karena protokol DSR tidak melakukan periodic update dalam pemeliharaan rutenya karena masing-masing paket yang dikirim sudah memiliki header yang berisi rute-rute yang dilalui. Protokol DSR cenderung memiliki lebih lama delay pada saat pertama kali pengiriman data, karena protokol tersebut memiliki kelemahan dalam melakukan pencarian rute baru. Sedangkan protokol AODV cenderung melakukan periodic update dalam pemeliharaan rute dengan mengirim pemberitahuan-pemberitahuan kepada node tetangganya untuk memastikan ada atau tidaknya perubahan topologi sehingga mengakibatkan delay yang lebih besar daripada DSR.
Analisis PLR
jumlah node yang digunakan dalam penerapan protokol tersebut maka semakin banyak paket dikirim yang akan hilang sebelum sampai ke tujuan karena memori dari sensor yang terbatas, tetapi jika semakin besar penggunaan jumlah node dalam penerapannya maka akan semakin efektif karena banyak kemungkinan terdapat banyak node perantara sehingga tidak ada penumpukan paket pada salah satu node saja yang menyebabkan adanya paket yang hilang. Sedangkan penerapan protokol DSR akan optimal pada jumlah node yang kecil karena protokol tersebut tidak melakukan banyak mekanisme seperti yang dilakukan oleh protokol AODV, sehingga tidak akan terdapat banyak paket yang hilang. Akan tetapi, semakin besar jumlah node yang digunakan dalam penerapan protokol DSR akan semakin tidak efektif, karena protokol DSR lemah dalam pemeliharaan rute dan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pencarian rute baru jika mengalami perubahan topologi, sehingga pada kondisi tersebut paket yang dikirim akan lebih banyak yang didrop atau hilang pada saat komunikasi selama proses pencarian rute baru tersebut.
Analisis Utilisasi Bandwith
Gambar 9. Perbandingan Rata-rata PLR Rata-rata PLR yang terjadi pada saat menerapkan protokol AODV pada 5 buah node lebih besar yaitu 3.4432739% dibanding dengan penerapan protokol DSR pada 5 buah node yaitu 1.7579239%. Sedangkan rata-rata PLR dari penerapan protokol AODV pada 10 buah node lebih kecil yaitu 2.5732633% dibanding dengan penerapan DSR yaitu 2.6857262%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar penggunaan jumlah node, lebih efektif keakuratan datanya jika menerapkan protokol AODV daripada DSR dan sebaliknya. Hal tersebut terjadi karena protokol AODV cenderung melakukan mekanisme komunikasi berupa pengiriman-pengiriman pesan pemberitahuan secara periodik dalam pemeliharaan node, sehingga semakin kecil
Gambar 10. Perbandingan Rata-rata Utilisasi Bandwidth Rata-rata utitlisasi bandwidth yang digunakan pada saat menerapkan protokol AODV lebih kecil daripada menerapkan protokol DSR. Rata-rata sumber daya yang dihabiskan saat menerapkan protokol AODV yaitu sebesar 2.257378743% untuk 5 buah node dan sebesar 2.21912592% untuk 10 buah node dari sumber daya yang disediakan oleh sistem. Sedangkan pada penerapan protokol DSR ratarata menghabiskan sumber daya 2.264252148% Rizky Ananto Putri, Jusak, Anjik Sukmaaji JCONES Vol. 2, No. 1 (2013) Hal: 23
untuk 5 buah node dan sebesar 2.275915241% untuk 10 buah node. Hal tersebut terjadi karena protokol AODV cenderung mengabaikan RREQ dari sumber node yang berbeda jika sudah mendapatkan RREQ dari node yang pertama kali menjawab pada saat pencarian rute (Nofianti, Dwi, dkk. 2011) dan peran aktif protokol AODV terjadi pada saat adanya proses komunikasi jaringan Ad Hoc saat tidak ditemukannya rute untuk mengirimkan paket data, jadi jika rute yang digunakan untuk mengirim paket sudah tersedia dan valid maka penggunaan protokol AODV tidak dijalankan sehingga sangat menguntungkan karena tidak menghabiskan lebih banyak sumber daya dalam penerapannya. Sedangkan penerapan protokol DSR selalu menanggapi semua RREQ yang datang pada saat pencarian rute sehingga akan menghabiskan lebih banyak sumber daya daripada penerapan protokol AODV.
SIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Jaringan sistem komunikasi Ad Hoc pada JSN dengan menggunakan protokol AODV dan DSR berhasil dibuat dan sistem dapat berjalan dengan baik, jaringan tersebut dapat saling berkomunikasi dan dapat mengirimkan data ke tujuan yang diinginkan. 2. Perbandingan unjuk kerja kedua protokol routing tersebut pada JSN Ad Hoc berdasarkan parameter delay, PLR, dan utilisasi bandwidth menghasilkan analisis sebagai berikut : a. Delay : rata-rata delay dari penerapan protokol AODV untuk 5 buah node lebih kecil yaitu sebesar 0.088349094 detik daripada untuk 10 buah node yaitu sebesar 0.100360694 detik. Sedangkan rata-rata delay dari penerapan protokol DSR untuk 5 buah node lebih besar yaitu sebesar 0.079795787 detik daripada untuk 10 buah node yaitu sebesar 0.073771913 detik. Hal tersebut dikarenakan protokol DSR tidak melakukan periodic update. b. PLR : rata-rata PLR yang terjadi pada saat menerapkan protokol AODV pada 5 buah node lebih besar yaitu sebesar 3.4432739% dibanding dengan penerapannya pada 10 buah node yaitu
3.
sebesar 2.5732633%. Sedangkan untuk penerapan protokol DSR pada 5 buah node lebih kecil yaitu sebesar 1.7579239% dibandingkan dengan penerapannya pada 10 buah node yaitu sebesar 2.6857262%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar penggunaan jumlah node, lebih efektif keakuratan datanya jika menerapkan protokol AODV daripada DSR dan sebaliknya. c. Utilisasi bandwidth : rata-rata utitlisasi bandwidth yang digunakan pada saat menerapkan protokol AODV lebih kecil daripada menerapkan protokol DSR. Rata-rata sumber daya yang dihabiskan saat menerapkan protokol AODV yaitu sebesar 2.257378743% untuk 5 buah node dan sebesar 2.21912592% untuk 10 buah node dari sumber daya yang disediakan oleh sistem. Sedangkan pada penerapan protokol DSR rata-rata menghabiskan sumber daya 2.264252148% untuk 5 buah node dan sebesar 2.275915241% untuk 10 buah node. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan protocol AODV lebih hemat sumber daya. Pada penerapan posisi node yang sudah ditentukan (tidak random) memiliki pola delay dan PLR yang relatif sama dengan penerapan posisi node secara acak (random) sesuai dengan penerapan protokol masingmasing.
DAFTAR PUSTAKA Anjik,
Rianto. 2008. Jaringan Komputer, Konsep Dasar Pengembangan Jaringan & Keamanan Jaringan. Andi : Yogyakarta. Dargie, Waltenegus & Poellabauer, Christian. 2010. Fundamentals of Wireless Sensor Networks. New York : A John Wiley & Sons Ltd. Dra. Martiningtyas, Nining M.MT. 2011. Teori, Soal dan Pembahasan Statistika. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. Gong, Shan. 2006. Quality of Service Aware Routing Protocol for Mobile Ad Hoc Network. (Online). (http://lib.tkk.fi/, diakses 20 Maret 2013). Heinzelman, Wendi, Chandrakasan, Anantha dkk. 2000. Energy-Efficient Communication Protocol for Wireless Rizky Ananto Putri, Jusak, Anjik Sukmaaji JCONES Vol. 2, No. 1 (2013) Hal: 24
Microsensor Networks. (Online). (http://ieeexplore.ieee.org/, diakses 1 Februari 2013). Jonathan, P., Hermawan, D., dkk. 2011. Network Traffic Management, Quality of Service (QoS), Congestion Control dan Frame Relay. Universitas Gunadarma. Jusak. 2011. Diktat Kuliah : Desain Unjuk Kerja Jaringan. Surabaya : STIKOM. Nofianti, Dwi, dkk. 2011. Simulasi Kinerja WPAN 802.15.4 (ZIGBEE) dengan Algoritma Routing AODV dan DSR. (Online). (http://eprints.undip.ac.id/, diakses 10 Januari 2013). Pambudi, Dicky R. 2007. Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing dan Zone Routing pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth. (Online). (http://digilib.its.ac.id/, diakses 10 Januari 2013). Puspita, Stephanie Arief. 2011. Pegasis Algorithm Analysis on Wireless Sensor Network. Bandung. Rifiani, Vina dan Hadi, M. Zen S., dkk. 2009. Analisa Perbandingan Metode Routing Distance Vector dan Link State pada Jaringan Packet. (Online). (http://repo.eepis-its.edu/, diakses 1 Februari 2013). Walpole, Ronald E., Raymond H Myers. 1995. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan Edisi ke-4, Alih Bahasa : RK Sembiring. Bandung: ITB. Welzl, Michael. The ns-2 Network Simulator. Austria : Institute of Computer Science University of Innsbruck (http://www.welzl.at). Wirawan, Andi B. dan Indarto, Eka. 2004. Mudah Membangun Simulasi dengan Network Simulator-2. Yogyakarta : ANDI.
Rizky Ananto Putri, Jusak, Anjik Sukmaaji JCONES Vol. 2, No. 1 (2013) Hal: 25