Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK, TINGKAT INFLASI DAN BI RATE TERHADAP PERTUMBUHAN LABA (STUDI PADA BANK SWASTA DEVISA YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013) Daniel Imanuel Setiawan Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Bangsa, Bandung Jalan Dipatiukur No.80-84 Bandung, 40132 E-mail:
[email protected] Hanryono Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Bangsa, Bandung Jalan Dipatiukur No.80-84 Bandung, 40132 E-mail:
[email protected]
ABSTRACT The rapid development of banks, led to intense much competition among them, as well as the determination of interest rates. This creates a dynamic market conditions which ultimately require banks to work more effectively and efficiently in order to maintain its role in the national banking system. Based on monetary economics and banking buletin issued by Bank Indonesia (2012), Indonesia had economic problem due to global crisis in 2008, however the net profit for national banks continued to increase up to 23,6%, previously only 16% in 2006. Gain on profit successfully recorded at USD 35.015 billion after tax. Measurement of financial performance in this research use CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity) to see if there are some effect on profit growth on national banking company listed on Indonesia Stock Exchange on 2009-2013. Data analysis in this research use multiple regression method and purposive sampling method to collect the sample. This research includes t-test for partial test dan F-test for simultaneous test for the CAR, NPL, BOPO, LDR, inflation, and BI rate. The result show the influence of BOPO against profit growth in partial, while the other variables did not show any influence. In simultaneous test, all variables had influence on profit growth. Keyword: BI Rate, BOPO, CAR, Inflation, LDR, NPL, Profit Growth
ABSTRAK Seiiring perkembangan bank yang pesat, memunculkan persaingan yang ketat diantara bank, seperti halnya penetapan tingkat suku bunga bank. Hal ini menciptakan suatu kondisi pasar yang dinamis yang akhirnya menuntut bank untuk bekerja lebih efektif dan efisien guna mempertahankan perannya dalam sistem perbankan nasional. Berdasarkan buletin ekonomi moneter dan perbankan yang diterbitkan Bank Indonesia (2012), pada tahun 2008 kondisi perekonomian Indonesia sempat surut akibat krisis global. Namun laba bersih perbankan nasional terus meningkat menjadi 23,6% yang sebelumnya hanya 16% pada tahun 2006. Nilai keuntungan yang berhasil dibukukan adalah senilai Rp 35.015 triliun setelah dikurangi pajak. Pengukuran kinerja keuangan menggunakan analisis CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity) yang akan dilihat pengaruhnya pada pertumbuhan laba perbankan swasta devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan teknik pengambilan data purposive
ISSN # 2540-8275
21
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
sampling. Pengujian dilakukan secara parsial (uji t) dan simultan (uji F) pada variabel CAR, NPL, BOPO, LDR, tingkat inflasi, dan BI rate terhadap pertumbuhan laba. Hasil pengujian memperlihatkan pengaruh antara variabel BOPO terhadap pertumbuhan laba secara parsial Pada pengujian parsial terhadap variabel lainnya tidak menunjukan adanya pengaruh pada pertumbuhan laba. Secara simultan keseluruhan variabel berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Kata kunci: BI Rate, BOPO, CAR, Inflasi, LDR, NPL, Pertumbuhan Laba Latar Belakang Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang (UU) Perbankan No. 10 tahun 1998 dalam pasal 1 (Undang-Undang Perbankan, 1998), bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Melalui kegiatan perkreditan dan jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembebanan serta membantu memperlancar sistem pembayaran bagi sektor perekonomian. Perbankan di Indonesia memiliki tujuan strategis sebagaimana dijelaskan dalam pasal 4 UU Perbankan tahun 1992 (Undang-Undang Perbankan, 1998) yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional untuk meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perbankan juga berperan aktif dalam memajukan perekonomian suatu negara. Bank yang berfungsi menyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat telah membantu menyediakan modal usaha sehingga dapat menggerakan sektor riil. Pergerakan sektor riil yang semakin baik akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan nasional (Mankiw, 2011). Pada awal tahun 1980-an terjadi perubahan pada dunia perbankan. Setiap bank diberikan kebebasan untuk mencari nasabah sendiri. Hal ini didukung oleh keteapan pemerintah yang mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto 88) dan UU Republik Indonesia No. 7 tahun 1992 yang menjadikan industri perbankan berkembang pesat. Kebijakan ini ditandai dengan munculnya bank-bank swasta baru di Indonesia yang menawarkan berbagai jenis produk perbankan seperti deposito, giro, tabungan, dan sebagainya pada masyarakat. Disamping itu, guna memenuhi kebutuhan dana tambahan, bank juga menawarkan produk dalam bentuk kredit. Berdasarkan buletin ekonomi moneter dan perbankan yang diterbitkan Bank Indonesia (2012), pada tahun 2008 kondisi perekonomian Indonesia sempat surut akibat krisis global. Namun laba bersih perbankan nasional terus meningkat menjadi 23,6% yang sebelumnya hanya 16% pada tahun 2006. Nilai keuntungan yang berhasil dibukukan adalah senilai Rp 35.015 triliun setelah dikurangi pajak. Pertumbuhan laba yang terjadi pada industri perbankan nasional merupakan suatu hal yang baik guna menopang perekonomian domestik Indonesia. Hal ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Mukhlis (2012) dimana untuk menilai kinerja keuangan perbankan yang mendorong perekonomian Indonesia umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu Capital, Assets, Management, Earning, and Liquidity (CAMEL). Empat dari lima aspek tersebut (capital, assets, earning, liquidity) dinilai menggunakan rasio keuangan. Aspek capital dinilai menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR), aspek assets dinilai menggunakan Non Performing Loan (NPL), aspek earning dinilai menggunakan Beban Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), sedangkan untuk aspek liquidity dinilai menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). Selain itu, inflasi dan penentuan tingkat Bank Indonesia Rate (BI Rate) yang terjadi di Indonesia juga kerap memengaruhi pertumbuhan laba perbankan nasional. Dengan melakukan analisis CAR, NPL, BOPO, LDR, tingkat inflasi, dan BI rate, kinerja dan kesehatan perbankan dapat diukur sehingga bank tersebut dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi bagi perkembangan ekonomi nasional. Dari latar belakang di atas, akan diteliti
22
ISSN #2540-8275
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
permasalahan tentang pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), inflasi, Bank Indonesia Rate (BI Rate) terhadap pertumbuhan laba secara parsial maupun simultan. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan keuangannya dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan juga merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu (Fahmi, 2011). Penilaian kinerja keuangan merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para pemangku kepentingan dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Adapun manfaat dari penilaian kinerja keuangan dalam buku Analisis Laporan Keuangan (Fahmi, 2011) adalah sebagai berikut: 1. Mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya. 2. Digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan dan kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. 3. Digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan dimasa yang akan datang. 4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya. 5. Sebagai dasar penentuan kebijakan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. Pengukuran Kinerja Perbankan Menurut Koch (2009) kinerja atau kemampuan bank dalam meningkatkan nilai usahanya melalui peningkatan laba, aset, dan prospek ke depan sejak tahun 1987 dievaluasi dengan metode CAMEL (Capital-Asset-Management-Earning-Liquidity). Namun fokus evaluasi tetap mendasarkan pada aspek-aspek earning atau profitabilitas dan risiko. Aspek profitabilitas diukur dengan ROA, ROE, NIM (Net Interest Margin) dan Asset Utilization. Koch (2009) juga menjelaskan bahwa usaha perbankan, tingkat pendapatan dan kelangsungan usaha dipengaruhi oleh Credit Risk, Liquidity Risk, Interest Risk, Operational Risk, dan Solvency Risk. Credit risk merupakan risiko kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan (gagal bayar) dari debitur atas kewajiban pembayaran hutangnya, baik utang pokok maupun bunganya. Bagi banyak bank, pertumbuhan kredit sama pentingnya dengan pertumbuhan pendapatan. Permasalahan yang timbul adalah munculnya kesulitan bagi bank untuk menentukan porsi yang tepat dari kedua sektor tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, bank menggunakan perhitungan Loan Growth Rate dan Deposit Growth Rate sebagai pertimbangan manajemen dalam hal menentukan kapan pendanaan harus dilakukan maupun dihambat. Loan Growth Rate merupakan perhitungan yang dilakukan oleh manajemen bank atas total pendanaan yang diberikan bank terhadap total dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun dalam suatu periode. Deposit Growth Rate merupakan perhitungan atas total dana pihak ketiga yang dihimpun terhadap total pendanaan yang diberikan pada nasabah dalam suatu periode. Liquidity Risk merupakan variasi pendapatan dan modal yang dikaitkan dengan variasi bank dalam memperoleh dana dan beban dana (Cost of Money). Interest Risk menunjukan variasi pendapatan yang terjadi akibat variasi tingkat beban bunga. Operational Risk merupakan variasi pendapatan bank berkaitan dengan kebijakan-kebijakan bank yang diukur dengan efisiensi beban operasi dan pendapatan operasi. Solvency Risk menunjukan variasi pendapatan dengan tingkat modal dan kecukupannya. Rasio permodalan (Capital), kualitas aset produktif (Assets Quality), manajemen (Management), pendapatan (Earning), likuiditas (Liquidity) telah ditetapkan oleh otoritas moneter ISSN # 2540-8275
23
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
di Indonesia yang tertuang dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 26/23/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank. Laba Laba adalah perbedaan antara pendapatan (Revenue) yang direalisasi, timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan beban-beban yang dikeluarkan pada periode tersebut (Harahap, 2011). Pada penelitian ini, laba yang dimaksud merupakan laba setelah dikurangi pajak. Laba juga merupakan jumlah residual yang tersedia setelah semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal jika ada) dikurangkan pada penghasilan. Jika beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih. Pertumbuhan laba yang dimaksud dalam penelitian ini dihitung dari selisih jumlah laba tahun bersangkutan dengan jumlah laba tahun sebelumnya. Inflasi Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga yang secara umum naik dan berlangsung terus menerus (Mankiw, 2011). Kenaikan yang dimaksudkan merupakan kenaikan secara meluas (berbagai sektor). Inflasi juga merupakan suatu keadaan yang timbul karena tidak adanya keseimbangan antara permintaan akan barang-barang dengan persediaannya. Inflasi merupakan salah satu ukuran perekonomian suatu negara. Beberapa klasifikasi inflasi menurut sifatnya adalah: a. Inflasi lambat Kenaikan harga terjadi secara lambat dengan persentase kecil dalam jangka waktu yang relatif lama (<10% per tahun). b. Inflasi menengah Kenaikan harga cukup besar dan berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta memiliki sifat akselerasi. c. Inflasi tinggi Kenaikan harga yang mencapai 5 hingga 6 kali keadaan normal. Nilai uang merosot tajam hingga daya beli masyarakat menurun drastis. Bi Rate Bank Indonesia Rate (BI Rate) merupakan suku dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai kebijakan moneter. Secara sederhana, BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi (Bank Indonesia, 2014). Sasaran akhir suatu kebijakan moneter dalam arti luas mencakup stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, keseimbangan neraca pembayaran, stabilitas finansial, serta stabilitas pasar valuta asing. Respons kebijakan yang dimaksud dinyatakan dalam kenaikan, penurunan atau tidak berubahnya BI Rate, sebagai sinyal kebijakan moneter untuk mengarahkan dan memengaruhi suku bunga yang berlaku di pasar keuangan. Penetapan respons kebijakan moneter biasa dilakukan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) triwulan dan berlaku selam triwulan berjalan. Apabila diperlukan, BI Rate juga dapat diubah dalam RDG bulanan. BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dengan mempertimbangkan rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi. Selain itu, BI Rate yang ditetapkan juga mempertimbangkan berbagai informasi lainnya seperti leading indicators, survei, informasi variabel, expert opinion, assessment faktor risiko dan ketidakpastian serta hasil riset ekonomi dan kebijakan moneter.
24
ISSN #2540-8275
Journal of Accounting and Business Studies
Nama Sugiani & Werastuti (2015)
Aini (2013)
Gunawan & Wahyuni (2013)
Prasanjaya & Ramantha (2013)
Sahara (2013)
Wibowo & Syaichu (2013)
ISSN # 2540-8275
Penelitian Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu Judul Variabel yang Digunakan Pengaruh NPL, Independen: LDR, Nilai NPL, LDR, Nilai Komposit GCG, Komposit GCG, NIM, BOPO, dan NIM, BOPO, CAR terhadap CAR Pertumbuhan Laba Perbankan Dependen: Pertumbuhan Laba Pengaruh CAR, Independen: NIM, LDR, NPL, CAR, NIM, LDR, BOPO, dan NPL, BOPO, Kualitas Aktiva Kualitas Aktiva Produktif terhadap Dependen: Perubahan Laba Perubahan Laba Pengaruh Rasio Independen: Keuangan TATO, FATO, terhadap ITO, CR, DAR, Pertumbuhan dan DER Laba pada Dependen: Perusahaan Pertumbuhan Perdagangan di Laba Indonesia Analisis Pengaruh Independen: CAR, CAR, BOPO, BOPO, LDR, dan LDR, dan Ukuran Total Asset Perusahaan terhadap Dependen: Profitabilitas Pertumbuhan Bank yang Laba Terdaftar di BEI Analisis Pengaruh Independen: Inflasi, Suku Tingkat Inflasi, BI Bunga BI, dan Rate, dan PDB Produk Domestik Dependen: Bruto terhadap Pertumbuhan Return On Asset Laba Bank Syariah di Indonesia Analisis Pengaruh Independen: Suku Suku Bunga, Bunga, Inflasi, Inflasi, CAR, CAR, BOPO, BOPO, dan NPF NPF terhadap Dependen: Profitabilitas Profitablitas Bank Syariah
Vol. 1, No. 1, September 2016
Hasil Penelitian Variabel CAR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, namun variabel lainnya memiliki pengaruh signifikan.
Variabel LDR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Variabel lain memiliki pengaruh.
Terdapat pengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan antara variabel dependen dan independen.
Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara variabel Pertumbuhan Laba dengan CAR, BOPO, LDR, dan Total Asset.
Terdapat pengaruh negatif antara pertumbuhan laba terhadap BI Rate, Terdapat pengaruh antara pertumbuhan laba terhadap tingkat inflasi dan PDB. Tingkat inflasi tidak berpengaruh pada profitabilitas. Variabel lain memiliki pengaruh.
25
Journal of Accounting and Business Studies
Nama
Judul
Fathoni & Sasongko (2012)
Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Sektor Perbankan Faktor Fundamental Makro dan SKIM Bunga Kredit sebagai Variabel Intervening Pengaruhnya Terhadap Kinerja Bank Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba Perbankan Go Public Kinerja Keuangan Bank dan Stabilitas Makroekonomi terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia Analisis Performa Keuangan BPR Konvensional (Studi Kasus: BPR di Jawa dan Sumatra)
Harmono (2012)
Kartika & Prastiwi (2012)
Mukhlis (2012)
Agustina & Budiman (2011)
Sabir (2010)
26
Analisis Hubungan Spread of Interest Rate, Fee Based Income, Loan to Deposit Ratio, dan Capital Adequacy Ratio terhadap Profirabilitas Perbankan
Vol. 1, No. 1, September 2016
Variabel yang Digunakan Independen: CAR, NPL, BOPO, LDR Dependen: Pertumbuhan Laba
Hasil Penelitian
Independen: SKIM Bunga Kredit, CAR, NPL, NIM, ROA, dan LDR Dependen: Kesehatan Bank
Terdapat pengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan antara variabel dependen dengan variabel independen.
Independen: CAR, NPL, BOPO, NIM Dependen: Pertumbuhan Laba Independen: CAR, FDR, NPL, NPF, INF, dan GR Dependen: Pertumbuhan Laba dan Total Asset
Variabel NPL tidak berpengaruh pada pertumbuhan laba. Variabel lain memiliki pengaruh.
Variabel LDR tidak berpengaruh pada pertumbuhan laba. Variabel lain memiliki pengaruh signifikan.
CAR berpengaruh negatif signifikan. FDR, NPL, NPF, INF, dan GR berpengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen.
Dependen: Pertumbuhan Laba
Terdapat pengaruh tidak signifikan antara pertumbuhan laba dengan variabel Independen: CAR, independen karena letak NPL, ROA, dan geografis dan BOPO karakteristik SDM. Independen: Variabel CAR tidak Spread of Interest berpengaruh terhadap Rate, Fee Based profitabilitas. Variabel Income, LDR, lainnya memiliki CAR pengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Dependen: Profitabilitas
ISSN #2540-8275
Journal of Accounting and Business Studies
Nama
Vol. 1, No. 1, September 2016
Judul
Variabel yang Hasil Penelitian Digunakan Dwijayanthy & Analisis Pengaruh Independen: Variabel BI rate Naomi (2009) Inflasi, BI Rate, Inflasi, BI Rate, berpengaruh negatif dan Nilai Tukar Nilai Tukar signifikan pada Mata Uang Asing profitabilitas. Variabel terhadap Dependen: lainnya berpengaruh Profitabilitas Profitabilitas signifikan pada Bank Bank profitabilitas. Stiawan (2009) Analisis Pengaruh Independen: Tingkat inflasi Faktor Makroekonomi, berpengaruh negatif Makroekonomi, Pangsa Pasar, signifikan pada Pangsa Pasar, dan Karakter Bank profitabilitas. Variabel Karakteristik lainnya berpengaruh Bank terhadap Dependen: signifikan pada Profitabilitas Profitabilitas profitabilitas. Bank Syariah Mahardian (2008) Analisis Pengaruh Independen: Variabel NPL tidak Rasio CAR, CAR, BOPO, berpengaruh pada BOPO, NPL, NPL, NIM, LDR kinerja keuangan NIM, dan LDR (Laba). Variabel terhadap Kinerja Dependen: lainnya memiliki Keuangan Kinerja Keuangan pengaruh positif Perbankan signifikan. Sumber: Sugiani & Werastuti (2015), Aini (2013), Gunawan & Wahyuni (2013), Hutagalung (2013) , Prasanjaya & Ramantha (2013), Sahara (2013), Wibowo & Syaichu (2013), Fathoni & Sasongko (2012), Harmono (2012), Kartika & Prastiwi (2012), Mukhlis (2012), Agustina & Budiman (2011), Sabir (2010), Dwijayanthy & Naomi (2009), Stiawan (2009), Mahardian (2008) Model Penelitian Dasar penelitian ini menggunakan rasio-rasio keuangan sebagai variabel independen dan pertumbuhan laba sebagai variabel dependen. Adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan meliputi CAR, NPL, LDR, BOPO, serta tingkat inflasi, dan BI rate. Analisis rasio keuangan merupakan cara yang umum digunakan dalam membuat analisis laporan keuangan. Hasil analisis tersebut dapat menggambarkan kinerja dari suatu bank. Dengan demikian, kerangka pikir dalam melihat pengaruh rasio keuangan (CAR, NPL, LDR, dan BOPO) serta tingkat inflasi, dan BI rate terhadap pertumbuhan laba bank swasta devisa dapat dilihat pada gambar II.3.2 berikut ini: Gambar 1. Model Penelitian CAR (X1) NPL (X2) BOPO (X3) LDR (X4)
Pertumbuhan Laba (Y)
Inflasi (X5) BI Rate
ISSN # 2540-8275
27
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Capital Adequacy Ratio Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Laba Penelitian-penelitian terdahulu telah menunjukan bahwa rasio kecukupan modal/Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba sebuah perusahaan. CAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mempertahankan modal dan kemampuan dalam mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan risiko-risiko yang mungkin timbul terhadap besarnya modal bank (Prasanjaya & Ramantha, 2013). Nilai CAR yang dimiliki suatu bank akan memengaruhi kondisi bank tersebut. Nilai CAR yang tinggi berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasional, serta menguntungkan bagi bank tersebut karena di kemudian hari akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan laba (Hutagalung, Djumahir, & Ratnawati, 2013). Sesuai peraturan Bank Indonesia nomor 15/12/PBI/2013, nilai CAR yang harus dicapai oleh suatu bank adalah minimal 9% (Bank Indonesia, 2013). Uraian di atas menerangkan bahwa terdapat pengaruh antara CAR terhadap pertumbuhan laba. Dengan demikian, hipotesis yang digunakan adalah: H1: Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Non Performing Loan Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Laba Risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (event) yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank (Bank Indonesia, 2014). Salah satu risiko yang dihadapi adalah risiko kredit. Risiko kredit merupakan risiko yang terjadi akibat dana yang disalurkan bank kepada pihak lain mengalami gagal bayar. Kondisi tidak terpenuhinya kewajiban debitur pada bank disebut Non Performing Loan (NPL). Apabila nilai NPL suatu bank tinggi maka akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aset produktif maupun biaya lainnya, sehingga memungkinkan potensi kerugian bagi bank tersebut (Mukhlis, 2012). Uraian di atas menerangkan bahwa terdapat pengaruh antara NPL terhadap pertumbuhan laba. Dengan demikian, hipotesis yang digunakan adalah: H2: Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Beban Operasional Dan Pendapatan Operasional (Bopo) Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Laba Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Agustina dan Budiman (2011) menunjukan hasil bahwa Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) akan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba. BOPO merupakan rasio perbandingan antara beban operasional dan pendapatan operasional suatu bank. Dengan melakukan perhitungan tersebut, bank akan mencapai efisiensi operasionalnya, sehingga keseluruhan biaya yang dikeluarkan bank tersebut dapat diminimalisisr dan berdampak terhadap pertumbuhan laba (Hutagalung, Djumahir, & Ratnawati, 2013). Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah <90%. Apabila rasio BOPO tersebut melebihi 90% hingga mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasionalnya (Bank Indonesia, 2013). Uraian di atas menerangkan bahwa terdapat pengaruh antara BOPO dengan pertumbuhan laba. Dengan demikian, hipotesis yang digunakan adalah: H3: Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Loan To Deposit Ratio Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Laba Suatu bank dikatakan likuid apabila dapat memenuhi seluruh kewajiban jangka pendeknya dalam bentuk membayar kembali semua deposannya, serta memenuhi seluruh permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan (Harmono, 2012). Ukuran yang digunakan bagi bank untuk mengukur tingkat likuiditasnya adalah dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). 28
ISSN #2540-8275
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
LDR menyatakan seberapa besar kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit sebagai sumber likuiditasnya. Dengan mengandalkan kredit sebagai sumber likuiditasnya, diharapkan bank tersebut juga mampu mengelola pertumbuhan laba sejalan dengan selisih suku bunga simpanan dan suku bunga kredit (Mukhlis, 2012). Besarnya rasio LDR menurut peraturan Bank Indonesia adalah maksimum 110% (Bank Indonesia, 2013). Uraian di atas menerangkan bahwa terdapat pengaruh antara LDR dengan pertumbuhan laba. Dengan demikian, hipotesis yang digunakan adalah: H4: Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Tingkat Inflasi Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Laba Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga yang secara umum naik dan berlangsung terus menerus (Mankiw, 2011). Kenaikan yang dimaksudkan merupakan kenaikan secara meluas (berbagai sektor). Inflasi juga merupakan suatu keadaan yang timbul karena tidak adanya keseimbangan antara permintaan akan barang-barang dengan persediaannya. Penelitian yang dilakukan oleh Sahara (2013) menunjukan hasil bahwa terdapat pengaruh antara tingkat inflasi dalam periode penelitian terhadap pertumbuhan laba perbankan. Pada keadaan tingkat inflasi yang tinggi, minat publik untuk menyimpan uangnya di bank mulai meningkat karena Bank Indonesia umumnya akan menaikan tingkat suku bunga sehingga kondisi uang beredar akan menurun. Dengan meningkatnya simpanan publik di bank tersebut, maka bank akan mendapatkan laba dari selisih bungan simpanan dengan bunga kredit yang juga meningkat. Uraian di atas menerangkan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat inflasi terhadap pertumbuhan laba. Dengan demikian, hipotesis yang digunakan adalah: H5: Tingkat inflasi berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Bank Indonesia Rate (Bi Rate) Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Laba Bank Indonesia Rate (BI Rate) merupakan suku dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai kebijakan moneter. Secara sederhana, BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi (Bank Indonesia, 2014). Kenaikan BI Rate akan memunculkan minat bank di Indonesia untuk menambah simpanan mereka masing-masing pada bank sentral dengan tujuan mendapatkan laba lebih tinggi dibanding periode sebelumnya. Guna menambah simpanan pada bank sentral, masing-masing bank akan berusaha menarik minat masyarakat untuk menyimpan uang mereka pada bank tersebut, serta menaikan suku bunga kredit agar terdapat selisih lebih laba lebih tinggi (Sahara, Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset Bank Syariah di Indonesia, 2013). Uraian di atas menerangkan bahwa BI Rate berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Dengan demikian, hipotesis yang digunakan adalah: H6: Bank Indonesia Rate (BI Rate) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasional Dan Pendapatan Operasional, Loan To Deposit Ratio, Tingkat Inflasi, Dan Bank Indonesia Rate Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Laba Beberapa penelitian terdahulu menunjukan bahwa analisis rasio-rasio keuangan untuk menilai kinerja suatu perusahaan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Menurut Agustina dan Budiman (2011), rasio CAR, NPL, dan BOPO memiliki pengaruh secara bersamasama (simultan) terhadap pertumbuhan laba perbankan. Dalam penelitian yang dilakukan Mukhlis (2012), rasio CAR dan NPL juga memiliki pengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan laba. Selain kinerja keuangan, pertumbuhan laba suatu perusahaan juga terpengaruh oleh faktor inflasi. Inflasi dapat terjadi karena adanya penurunan suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral, sehingga uang tunai yang beredar di publik terlalu banyak (Bank Indonesia, 2012). ISSN # 2540-8275
29
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Dampaknya, permintaan uang tunai makin meningkat dan juga terjadi peningkatan daya beli masyarakat yang tidak seiiring dengan kenaikan output produksi yang pada akhirnya menyebabkan harga barang dan jasa meningkat. Hal tersebut juga berdampak pada perubahan angka keuntungan yang akan diperoleh perusahaan tersebut (Sahara, Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset Bank Syariah di Indonesia, 2013). Uraian di atas menerangkan bahwa Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasional dan Pendapatan Operasional, Loan to Deposit Ratio, tingkat inflasi, dan Bank Indonesia Rate berpengaruh terhadap Pertumbuhan laba. Dengan demikian, hipotesis yang digunakan adalah: H7: Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasional dan Pendapatan Operasional, Loan to Deposit Ratio, tingkat inflasi, dan Bank Indonesia Rate secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba Operasionalisasi Variabel Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada berikut ini: Tabel 2. Operasional Variabel Variabel Konsep Indikator Dependen Pertumbuhan Pertumbuhan (Y) Laba (Y) laba adalah selisih laba tahun bersangkutan π¦π β π¦πβ1 dengan ΞYn = jumlah laba π¦πβ1 tahun sebelumnya, dibagi dengan jumlah laba tahun sebelumnya. Independen Capital CAR adalah (X) Adequacy rasio Ratio (CAR) perbandingan πΆππππ‘ππ π΄ππππ’πππ¦ π
ππ‘ππ (X1) antara modal π΅πππ πΆππππ‘ππ bank terhadap = ππππβπ‘ππ π
ππ ππ¦ π΄π π ππ‘π total aset Γ 100% tertimbang menurut risiko (ATMR). Non NPL Performing merupakan Loan (NPL) rasio πππ ππππππππππ πΏπππ π½π’πππβ πΎπππππ‘ π΅πππππ πππβ (X2) perbandingan = antara kredit πππ‘ππ πΎπππππ‘ bermasalah Γ 100% terhadap total kredit.
30
Skala
Rasio
Rasio
Rasio
ISSN #2540-8275
Journal of Accounting and Business Studies
Variabel Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) (X3)
Vol. 1, No. 1, September 2016
Konsep Indikator BOPO adalah rasio π΅πππ perbandingan π΅ππππ ππππππ πππππ antara biaya = ππππππππ‘ππ ππππππ πππππ operasional Γ 100% terhadap pendapatan operasional. Loan to LDR adalah Deposit perbandingan πΏπ·π
Ratio (LDR) antara total πππ‘ππ πΎπππππ‘ π¦πππ π·ππππππππ (X4) kredit yang = π·πππ ππβππ πΎππ‘πππ + πππππ diberikan Γ 100% dengan total dana pihak ketiga (DPK). Tingkat Ukuran inflasi (X5) peningkatan πΌπ»πΎ = πΌπ»πΎπ harga secara umum. Tingkat BI Tingkat suku Rate (X6) bunga BI Rate yang π΅πΌπ
= π΅πΌπ
π ditetapkan Bank Indonesia Sumber: data diolah
Skala
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Populasi Dan Sampel Sampel penelitian diambil secara purposive sampling yaitu sampel yang ditarik sejumlah tertentu dari populasi dengan menggunakan pertimbangan atau kriteria tertentu (Asnawi & Wijaya, 2005). Kriteria untuk pemilihan sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lembaga keuangan bank yang terdaftar pada Direktori Perbankan Indonesia yang dikelola oleh Bank Indonesia. 2. Lembaga keuangan bank yang terdaftar/listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3. Lembaga keuangan bank berstatus swasta devisa yang menyajikan laporan keuangan dan rasio-rasio yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu selama lima tahun berturut-turut, mulai dari 31 Desember 2009 hingga 31 Desember 2013 dan telah dipublikasikan. 4. Perbankan berstatus swasta devisa tersebut harus memiliki rasio CAR dalam rentang 10%46%, rasio NPL maksimum 11%, rasio BOPO maksimum 99%, rasio LDR dalam rentang 44%-120%, serta pertumbuhan laba positif. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif-komparatif, yaitu suatu teknik analisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya dari nilai variabel independen, baik satu variabel atau lebih kemudian membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dan yang lainnya, dilanjutkan dengan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010). ISSN # 2540-8275
31
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, pengujian ditekankan pada pengaruh antara kinerja keuangan bank, BI rate, dan tingkat inflasi terhadap pertumbuhan laba. Hal ini dimaksudkan untuk menguji seberapa besar pengaruh antara kinerja keuangan bank, BI rate, dan tingkat inflasi terhadap pertumbuhan laba. Jumlah sampel terpilih berdasarkan teknik pengambilan sampel purposive sampling adalah sebagai berikut: Tabel 3. Pemilihan Sampel Penelitian No. Kriteria 1 Lembaga keuangan bank yang terdaftar pada Direktori Perbankan Indonesia yang dikelola oleh Bank Indonesia. 2 Lembaga keuangan bank yang terdaftar/listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3 Lembaga keuangan bank berstatus swasta devisa yang menyajikan laporan keuangan dan rasio-rasio yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu selama lima tahun berturut-turut, mulai dari 31 Desember 2009 hingga 31 Desember 2013 dan telah dipublikasikan. 4 Perbankan berstatus swasta devisa tersebut harus memiliki rasio CAR dalam rentang 10%-46%, rasio NPL maksimum 11%, rasio BOPO maksimum 99%, rasio LDR dalam rentang 44%-120%, serta pertumbuhan laba positif. Sumber: data diolah
Jumlah 120 36 28
22
Berikut adalah 22 daftar nama bank yang terpilih menjadi sampel penelitian ini: Tabel 4. Daftar Nama Sampel No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Bank PT Bank Artha Graha Internasional PT Bank Central Asia PT Bank Bukopin PT Bank Capital Indonesia PT Bank Danamon Indonesia PT Bank QNB Kesawan PT Bank Mega PT Bank OCBC NISP PT Bank PAN Indonesia PT Bank Permata PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga
No. 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nama Bank PT Bank Bumi Arta PT Bank Ekonomi Raharja PT Bank Ganesha PT Bank ICBC Indonesia PT Bank Index Selindo PT Bank Maspion PT Bank Mestika Dharma PT Bank Nusantara Parahyangan PT Bank Sinarmas PT Bank UOB Indonesia PT Bank Mayapada Internasional
Sumber: data diolah Hasil Pengujian T (Parsial) Uji t (uji parsial) dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel independen secara parsial memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Dalam hal ini uji t akan menguji secara parsial antara variabel CAR, NPL, BOPO, LDR, tingkat inflasi, dan BI rate terhadap pertumbuhan laba selama periode 2009-2013 dengan cara membandingkan thitung dengan ttabel pada tingkat signifikansi (Ξ±) sebesar 5%. Adapun nilai thitung dapat dilihat pada tabel IV.7 berikut ini:
32
ISSN #2540-8275
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Tabel IV.7 Hasil Uji t
Sumber: data hasil SPSS Pengaruh dari masing-masing variabel independen (CAR, NPL, BOPO, LDR, tingkat inflasi, dan BI rate) terhadap pertumbuhan laba dapat dilihat dari arah dan tingkat signifikansi (probabilitas) pada kolom t. Variabel NPL, tingkat inflasi, dan BI rate memiliki arah negatif, sedangkan variabel CAR, BOPO, dan LDR memiliki arah positif. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang telah dilakukan dijelaskan sebagai berikut: 1. Dari perhitungan uji parsial yang dilakukan antara variabel CAR terhadap pertumbuhan laba diperoleh nilai thitung sebesar 0,289. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan nilai ttabel sebesar 1,984. Nilai signifikansi CAR sebesar 0,773 lebih besar daripada nilai Ξ± sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak yang berarti variabel CAR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perbankan. 2. Dari perhitungan uji parsial yang dilakukan antara variabel NPL terhadap pertumbuhan laba diperoleh nilai thitung sebesar -1,266. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan nilai -ttabel sebesar -1,984. Nilai signifikansi NPL sebesar 0,208 lebih besar daripada nilai Ξ± sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak yang berarti variabel NPL tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perbankan. 3. Dari perhitungan uji parsial yang dilakukan antara variabel BOPO terhadap pertumbuhan laba diperoleh nilai thitung sebesar 2,592. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan ttabel sebesar 1,984. Nilai signifikansi BOPO sebesar 0,11 lebih kecil daripada nilai Ξ± sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima yang berarti variabel BOPO berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perbankan. 4. Dari perhitungan uji parsial yang dilakukan antara variabel LDR terhadap pertumbuhan laba diperoleh nilai thitung sebesar 0,973. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan nilai ttabel sebesar 1,984. Nilai signifikansi LDR sebesar 0,33 lebih besar daripada nilai Ξ± sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak yang berarti variabel LDR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perbankan. 5. Dari perhitungan uji parsial yang dilakukan antara variabel tingkat inflasi terhadap pertumbuhan laba perbankan diperoleh nilai thitung sebesar -1,122. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan nilai -ttabel sebesar -1,984. Nilai signifikansi tingkat inflasi sebesar 0,264 lebih besar daripada nilai Ξ± sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak yang berarti variabel tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perbankan. 6. Dari perhitungan uji parsial yang dilakukan antara variabel tingkat BI rate terhadap pertumbuhan laba perbankan diperoleh nilai thitung sebesar -1,787. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan nilai -ttabel sebesar -1,984. Nilai signifikansi BI rate sebesar 0,77 lebih besar daripada nilai Ξ± sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak yang berarti variabel tingkat BI rate tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perbankan. ISSN # 2540-8275
33
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Hasil Pengujian F (Simultan) Uji F atau uji simultan merupakan uji koefisien regresi secara bersama-sama yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Priyatno D. , 2012). Dalam hal ini pengujian simultan dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara simultan dari variabel CAR, NPL, BOPO, LDR, tingkat inflasi, dan BI rate terhadap pertumbuhan laba perbankan. Uji F menggunakan tabel Analysis of Variance (ANOVA) dengan tingkat signifikansi 0,05. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel IV.8 berikut ini: Tabel 5. Hasil Uji F (ANOVA) ANOVAa Sum of Model Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 21,002 6 3,500 2,728 ,017b Residual 132,145 103 1,283 Total 153,146 109 a. Dependent Variable: PERTLABA_Ln b. Predictors: (Constant), BIRATE_Ln, CAR_Ln, LDR_Ln, NPL_Ln, BOPO_Ln, INFLASI_Ln Sumber: data hasil SPSS Berdasarkan tabel IV.8 diatas diperoleh nilai Fhitung sebesar 2,728. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan nilai Ftabel sebesar 2,19. Nilai signifikansi pada uji F tersebut adalah 0,017. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan nilai Ξ± sebesar 0,05. Berdasarkan dua hal tersebut dapat disimpulkan bahwa H1 diterima sehingga hipotesis yang menyatakan CAR, NPL, BOPO, LDR, tingkat inflasi, dan BI rate berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan laba diterima. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi merupakan besarnya kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Priyatno D. , 2012). Dengan melihat nilai R2 tersebut maka besarnya pengaruh dari variabel independen dengan dependen dapat terlihat dengan merubahnya ke bentuk persen terlebih dahulu. Adapun hasil perhitungan koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel IV.9 berikut ini: Tabel 6. Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Sumber: data hasil SPSS Berdasarkan tabel 6 diatas diperoleh hasil koefisien determinasi (R2) sebesar 0,137 (13,7%). Hal tersebut memiliki arti bahwa sumbangan pengaruh variabel CAR, NPL, BOPO, LDR, tingkat inflasi, dan BI rate terhadap pertumbuhan laba perbankan adalah sebesar 13,7%, sedangkan sisanya sebesar 86,3% adalah pengaruh dari variabel lain yang tidak dimasukan ke model penelitian ini.
34
ISSN #2540-8275
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Penutup Penelitian ini digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan bank, tingkat inflasi, dan BI rate terhadap pertumbuhan laba pada bank swasta devisa yang terdaftar di BEI pada periode 2009 hingga 2013. Hasil pengujian hipotesis menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis regresi berganda terhadap variabel independen (CAR, NPL, BOPO, LDR, tingkat inflasi, dan BI rate) dan variabel dependen yakni pertumbuhan laba menunjukan bahwa: 1. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba bank swasta devisa yang terdaftar di BEI pada periode 2009-2013. Regulasi perbankan yang ketat terhadap CAR menjadikan bank hanya terfokus pada nilai CAR yang mengakibatkan tidak terjadinya pertumbuhan laba. 2. Variabel Non Performing Loan (NPL) secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba bank swasta devisa yang terdaftar di BEI pada periode 2009-2013. Bank telah mengasuransikan kredit yang disalurkan pada nasabahnya sehingga kredit macet yang terjadi di kemudian hari tidak langsung memengaruhi pertumbuhan laba. 3. Variabel Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan laba bank swasta devisa yang terdaftar di BEI pada periode 2009-2013. Efisiensi operasional yang dilakukan perusahaan secara langsung memengaruhi pertumbuhan laba. 4. Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba bank swasta devisa yang terdaftar di BEI pada periode 2009-2013. Dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun bank tidak sepenuhnya disalurkan kembali dalam bentuk kredit sehingga bank memiliki sejumlah dana diam (idle fund) yang berdampak pada tidak adanya pertumbuhan laba. 5. Variabel tingkat inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba bank swasta devisa yang terdaftar di BEI pada periode 2009-2013. Peningkatan harga secara umum akibat inflasi mengakibatkan naiknya biaya operasional perusahaan, namun diwaktu yang sama pemerintah menaikan tingkat suku bunga untuk menarik minat masyarakat meningkatkan simpanan. Hal tersebut saling berlawanan sehingga pertumbuhan laba tidak terjadi. 6. Variabel BI rate secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba bank swasta devisa yang terdaftar di BEI pada periode 2009-2013. Peningkatan BI rate bertujuan menahan laju inflasi dengan cara menaikan suku bunga simpanan dan suku bunga kredit. Dampak yang muncul adalah permohonan kredit masyarakat cenderung turun akibat dari naiknya suku bunga kredit. Keadaan tersebut mengakibatkan tidak terjadinya pertumbuhan laba. 7. Secara bersama-sama (simultan) variabel CAR, NPL, BOPO, LDR, tingkat inflasi, dan BI rate berpengaruh terhadap pertumbuhan laba bank swasta devisa yang terdaftar di BEI pada periode 2009-2013. Dengan menjaga rasio-rasio serta kondisi perekonomian yang diukur dengan tingkat inflasi dan BI rate bank dapat mengambil setiap keputusan dengan tepat sehingga pertumbuhan laba terjadi pada setiap periode. Adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi investor/nasabah hendaknya memerhatikan informasi-informasi terkait kinerja keuangan bank berupa rasio keuangan, khususnya rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba agar menjadi pertimbangan dalam melakukan investasi pada perusahaan perbankan. 2. Bagi perusahaan hendaknya tidak hanya berfokus menjaga rasio-rasio keuangan sesuai regulasi. Pertumbuhan laba sebagai salah satu faktor yang meningkatkan kredibilitas juga perlu diperhatikan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan kepercayaan nasabah/investor. 3. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya memperluas area penelitian dan menambahkan faktorfaktor lain selain variabel CAR, NPL, BOPO, LDR, tingkat inflasi, dan BI rate, seperti kualitas aset, Loan Growth Rate (LGR), serta Deposit Growth Ratio (DGR) yang juga memengaruhi pertumbuhan laba perusahaan. ISSN # 2540-8275
35
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
DAFTAR PUSTAKA Agustina, Y., & Budiman, H. (2011). Analisis Performa Keuangan BPR Konvensional (Studi Kasus: BPR di Jawa dan Sumatra). Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Universitas Lampung, 73-83. Aini, N. (2013). Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, dan Kualitas Aktiva Produktif terhadap Perubahan Laba. Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Universitas Stikubank Semarang., 14-25. Asnawi, S. K., & Wijaya, C. (2005). Riset Keuangan. Pengujian-Pengujian Empiris. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Bank Indonesia. (2012, Oktober). Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Dipetik November 6, 2014, dari Bank Indonesia: http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnal-ekonomi/Documents /11ec79729230486aa426daa84fbca561ArisyiFRazTamarindPKIndraDeaKArtikasihSyalindra Cit.pdf Bank Indonesia. (2013). Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Dipetik November 6, 2014, dari http://www.bi.go.id/id/perbankan/arsitektur/Contents/ Default.aspx Bank Indonesia. (2013). Bank Indonesia. Diambil kembali dari Peraturan Bank Indonesia: http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Documents/ pbi_151213rev.pdf Bank Indonesia. (2014, November 4). Ruang Media. Dipetik November 6, 2014, dari Bank Indonesia: http://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Keyakinan-KonsumenOktober-2014-Sedikit-Meningkat.aspx Brase, C. H., & Brase, C. P. (2013). Understanding Basic Statistics. Sixth Edition. Boston: Cengage Learning. Bursa Efek Indonesia. (2015, Januari 30). Publikasi Fact Book. Diambil kembali dari http://www.idx.co.id/id-id/beranda/publikasi/factbook.aspx Dwijayanthy, F., & Naomi, P. (2009). Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang Asing terhadap Profitabilitas Bank. Jurnal Karisma. Universitas Paramadina Jakarta. Volume 3. No.2. Fahmi, I. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Lampulo: Alfabeta. Fathoni, M. I., & Sasongko, N. (2012). Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Sektor Perbankan. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Volume 13. No.1, 15-25. Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 21. Update PLS Regresi. Edisi 7. Semarang: BP Universitas Diponegoro. Greuning, H. V., & Bratanovic, S. B. (2009). Analyzing Banking Risk. A Framework for Assessing Corporate Governance and Risk Management. Third Edition. Washington D.C: The World Bank. Gunawan, A., & Wahyuni, S. F. (2013). Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perdagangan di Indonesia. Jurnal Manajemen & Bisnis. Volume 13. Nomor 1, 63-84. Harahap, S. S. (2011). Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers. Harmono, H. (2012). Faktor Fundamental Makro dan SKIM Bunga Kredit sebagai Variabel Intervening Pengaruhnya Terhadap Kinerja Bank. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Universitas Merdeka Malang. Volume 16. Nomor 1, 132-146. Hutagalung, E. N., Djumahir, D., & Ratnawati, K. (2013). Analisa Rasio Keuangan terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen. Volume 11. Nomor 1. Ismail, I. (2010). Manajemen Perbankan. Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana. Kartika, N. S., & Prastiwi, D. (2012). Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba Perbankan Go Public. Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri Surabaya. Volume 1. Kasmir, K. (2010). Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers. Koch, T. W., & MacDonald, S. S. (2009). Bank Management. Seventh Edition. USA: SouthWestern, Cengage Learning.
36
ISSN #2540-8275
Journal of Accounting and Business Studies
Vol. 1, No. 1, September 2016
Mahardian, P. (2008). Tesis. Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR terhadap Kinerja Keuangan Perbankan. Semarang: Universitas Diponegoro. Mankiw, N. G. (2011). Makroekonomi. Edisi Keenam. Terjemahan Fitria Liza, SE. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mukhlis, I. (2012). Kinerja Keuangan Bank dan Stabilitas Makroekonomi terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Volume 16. Nomor 2, 275-285. Munawir, S. (2010). Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty. Prasanjaya, A. Y., & Ramantha, I. W. (2013). Analisis Pengaruh CAR, BOPO, LDR, dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas Bank yang Terdaftar di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Volume 4, 230-245. Priyatno, D. (2012). Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta: Penerbit ANDI. PT Bank Bumi Arta. (2009). Laporan Keuangan 2009. Jakarta: PT Bank Bumi Arta. PT Bank Capital Indonesia. (2011). Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bank Capital Indonesia. PT Bank Index Selindo. (2010). Laporan Keuangan 2010. Jakarta: PT Bank Index Selindo. PT Bank Maspion. (2012). Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bank Maspion. PT Bank Mayapada Internasional. (2012). Laporan Keuangan 2012. Jakarta: PT Bank Mayapada Internasional. PT Bank Mestika Dharma. (2009). Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bank Mestika Dharma. PT Bank QNB Kesawan. (2011). Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bank QNB Kesawan. PT Bank QNB Kesawan. (2013). Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bank QNB Kesawan`. PT Bank Sinarmas. (2009). Laporan Keuangan 2009. Jakarta: PT Bank Sinarmas. Republik Indonesia. (1992). Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Lembaran Negara Tahun 1962 No. 10. Jakarta: Sekretariat Negara. Republik Indonesia. (1998). Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Lembaran Negara RI Tahun 1968, No. 63. Jakarta: Sekretariat Negara. Sabir, M. (2010). Analisis Hubungan Spread of Interest Rate, Fee Based Income, Loan to Deposit Ratio, dan Capital Adequacy Ratio terhadap Profirabilitas Perbankan. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajeme Bisnis. Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi dan Manajemen Barunawati. Volume 1. Sahara, A. Y. (2013). Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Jurnal Ilmu Manajemen. Volume 1. No.1. Sahara, A. Y. (2013). Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto terhadap Return On Asset Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Ilmu Manajemen. Volume 1. Nomor 1, 149-157. Stiawan, A. (2009). Tesis. Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi, Pangsa Pasar, dan Karakteristik Bank terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Semarang: Universitas DIponegoro. Sugiani, L., Werastuti, D. N., & Darmawan, N. A. (2015). Pengaruh NPL, LDR, Nilai Komposit GCG, NIM, BOPO, dan CAR terhadap Pertumbuhan Laba Perbankan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Universitas Pendidikan Ganesha Denpasar. Volume 3. Sugiyono, S. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Research and Development. Bandung: Alfabeta. Wibowo, E. S., & Syaichu, M. (2013). Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, dan NPF terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Journal of Management. Universitas Dipornegoro. Volume 2. No.2.
ISSN # 2540-8275
37