Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) 1,2)
Aldila Samudro Mukti1, Hudaya2
Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email:
[email protected]
ABSTRAK PT. Itokoh Ceperindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha casting baja dan stainless steel. Dalam dunia industry, faktor efektifitas mesin sangat mempengaruhi proses produksi, oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam pemeliharaan mesin untuk dapat menanggulangi dan mencegah masalah efektifitas mesin. Total Productive Maintenance (TPM) merupakan metode pemeliharaan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat saling bekerjasama dalam menghilangkan factor Six big losses. Berdasarkan pengukuran efektivitas mesin Induction Furnance dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE), didapatkan nilai OEE dari mesin Induction Furnance untuk periode Oktober 2010 – September 2011 berkisar antara 83.63% sampai 88.67%. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan mesin Induction Furnance belum mencapai kondisi yang ideal (≥85%). Adapun yang mempengaruhi nilai OEE dan menjadi prioritas utama untuk dieliminasi perusahaan adalah Scrap/Yield Loss sebesar 50,85% dan Set-up and Adjustment Loss sebesar 32,49%. Kata Kunci: Overall Equipment Effectiveness (OEE), Total Productive Maintenance (TPM), Six big losses.
ABSTRACT PT. Itokoh Ceperindo is a steal casting and stainless steel company. Engine efectifity is cruicial in production process. Thus, requires efective and efficeint steps in machine maintenance to overcome and prevent machine efficiency issues. Total Productive Manitenance (TPM) is a maintenance method involving all companies stakeholers to cooperate in eliminating six big losses factor. Based on Induction Furnance Mchine Performance using overall equioment effectiveness, the OEE score in october 2010 – september 2011 varies between 83.63% to 88,67%. This shows that the machine is not in its idealconditions (≥85%). It is a priority to eliminate Scrap/Yield Loss (50,85% ) and Set-up and Adjustment Loss (32,49%). Keyword: Overall Equipment Effectiveness (OEE), Total Productive Maintenance (TPM), Six big losses
Pendahuluan Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran kesesuaian antara kondisi perusahaan dimana factor six-big losses sangat berpengaruh terhadap efisiensi dan efektifitas proses produksi perusahaan dengan penerapan total productive maintenance (TPM). TPM merupakan sistem Jepang yang unik dari suatu kepakaran manajerial, telah diciptakan pada tahun 1971, berdasarkan konsep pemeliharaan pencegahan atau pemeliharaan mandiri yang telah diperkenalkan dari Amerika Serikat pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an (Corder, 1998). Menurut Nakajima (1988) TPM adalah suatu program untuk pengembangan fundamental dari fungsi pemeliharaan dalam suatu organisasi, yang melibatkan seluruh SDM-nya. Metode yang digunakan adalah metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas yang sesuai dengan prinsip – prinsip TPM untuk dapat mengetahui besarnya kerugian (six big losses) meliputi breakdown losses, setup and adjustment losses, reduced speed losses, idling and minor stoppages, rework losses dan scrap/yield losses. penelitian
89
Aldila Samudro Mukti, Hudaya/ Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) / JOIR Vol. XII, No. 2 Juli 2013, pp 89-101
ditekankan pada faktor-faktor kinerja produksi yang meliputi produktivitas pekerja, man hour, product delivery dan tingkat defect.
Metode Penelitian Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Itokoh Ceperindo.
Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Studi Lapangan Wawancara Pengumpulan data secara langsung dengan tanya jawab kepada responden, yaitu dengan pihak manajemen perusahaan atau karyawan perusahaan. Observasi Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung pada objek yang diteliti. 2. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah usaha mencari dan mengumpulkan literatur-literatur, karya ilmiah dan referensi yang mendukung serta berkaitan dengan masalah yang diteliti sehingga dapat digunakan sebagai dasar analisis dalam pemecahan masalah.
Pengolahan Data Penentuan Availability Ratio Availability merupakan rasio dari operation time, dengan mengeliminasi Downtime peralatan, terhadap loading time. Rumus yang digunakan adalah: 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 = x 100% 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒 Penentuan Performance Efficiency Performance effieciency merupakan hasil perkalian dari Operating speed rate dan net Operating speed, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk melakukan proses produksi. Rumus yang digunakan adalah: Performance = Operating speed rate – Operating Rate 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑥 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 = 𝑥 x 100% 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑥 𝑇ℎ𝑒𝑜𝑟𝑒𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒 𝐸𝑓𝑓𝑖𝑒𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = x 100% 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒 Penentuan Rate Of Quality Product Rate of quality product merupakan suatu rasio yang menggambarkan kemampuan peralatan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan standar perusahaan. Rumus yang digunakan adalah: 𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 − 𝐷𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡 𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑒 𝑂𝑓 𝑄𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑠 = x 100% 𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠𝑒𝑑 𝐴𝑚𝑜𝑢𝑛𝑡 Penentuan Overall Equipment Effetiveness (OEE) OEE = Avaibility (%) × Performance (%) × Quality Yield (%)
90
Aldila Samudro Mukti, Hudaya/ Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) / JOIR Vol. XII, No. 2 Juli 2013, pp 89-101
Perhitungan OEE Six big losses 1. Downtime Losses Downtime adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk melakukan proses produksi akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin mengakibatkan mesin tidak dapat melaksanakan proses produksi sebagaimana mestinya. Equipment Failures dan Setup Adjusment adalah yang termasuk dalam Downtime Losses.. Equipment Failures Equipment Failures yaitu kerusakan mesin / peralatan yang tiba-tiba dan mengakibatkan kerugian, karena kerusakan mesin akan menyebabkan mesin tidak beroperasi menghasilkan output. Equipment Failure Loss =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘𝑑𝑜𝑤𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
x 100%
Setup and Adjustment Setup and Adjustment adalah semua waktu set-up termasuk waktu penyesuaian dan juga waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan pengganti satu jenis produk berikutnya untuk proses produksi selanjutnya. Untuk mengetahui Setup and Adjustment digunakan rumus: 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑆𝑒𝑡𝑢𝑝𝑎𝑛𝑑𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑇𝑖𝑚𝑒
Setup and Adjustment loss= 2.
x 100%
Speed Losses Idling and Minor Stoppage Idling and Minor Stoppage Losses disebabkan oleh kejadian-kejadian seperti pembersihan mesin sejenak, kemacetan mesin dan idle time dari mesin. Idling and Minor Stoppages =
𝑁𝑜𝑛𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
x 100%
Reduced Speed Losses Reduced Speed Losses adalah selisih antara waktu kecepatan produksi aktual dengan kecepatan produksi mesin yang ideal. Reduced Speed Losses=
3.
𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔𝑇𝑖𝑚𝑒
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑇𝑖𝑚𝑒−(𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠𝑠) 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
x100%
Defect Losses Defect Losses adalah mesin tidak menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi dan standar kualitas produk yang telah ditentukan oleh perusahaan. Faktor yang dikategorikan ke dalam Defect Losses adalah Rework Loss dan Yield/Scrap Loss. Rework Loss Rework Loss yaitu kerugian yang disebabkan karena adanya produk cacat maupun kerja produk diproses ulang. Rework Loss=
𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 ×𝑅𝑒𝑤𝑜𝑟𝑘 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
x 100%
Yield/Scrap Losses Yield/Scrap Losses disebabkan oleh material yang tidak terpakai atau sampah bahan baku. Yield/Scrap Losses=
𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 𝐶𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒 ×𝑆𝑐𝑟𝑎𝑝 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑇𝑖𝑚𝑒
x 100%
Perhitungan Variabel – Variabel Produksi 1. Product Delivery Product Delivery yaitu berapa banyak barang yang bisa diproduksi terhadap rencana yang ditetapkan oleh perusahaan. 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡 𝐷𝑒𝑙𝑖𝑣𝑒𝑟𝑦 = × 100% 𝑃𝑙𝑎𝑛𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 2. Man hour Man hour adalah suatu perhitungan di mana jumlah jam kerja dikalikan dengan jumlah karyawan dibagi dengan jumlah produksi. 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑀𝑎𝑛 𝐻𝑜𝑢𝑟 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 3. Defect/Reject Defect/Reject merupakan kegagalan suatu produk akibat proses yang tidak sesuai dengan standar.
91
Aldila Samudro Mukti, Hudaya/ Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) / JOIR Vol. XII, No. 2 Juli 2013, pp 89-101
𝐷𝑒𝑓𝑒𝑐𝑡/𝑅𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝐶𝑎𝑐𝑎𝑡 × 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
Diagram Pareto Untuk melihat lebih jelas Six big losses yang mempengaruhi efektivitas mesin Induction Furnance, maka akan dilakukan perhitungan time loss untuk masing-masing faktor dalam Six big losses. Diagram Cause and Effect Diagram ini berguna untuk menganalis dan menemukan faktor – faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap penentuan karakteristik kualitas output kerja.
Hasil dan Pembahasan Penentuan Availability Ratio Tabel 1. Perhitungan Availability ratio bulan Oktober 2010 – September 2011 Bulan
Loading Time (jam)
Total Downtime
Operation Time
Availability Rasio %
Oktober
316
18.2
297.8
94.24050633
November
296.5
15.8
280.7
94.67116358
Desember
316.5
17.9
298.6
94.34439179
Januari
316.3
21.2
295.1
93.29750237
Februari
296.8
15.3
281.5
94.84501348
Maret
287
18.2
268.8
93.65853659
April
296.7
17.8
278.9
94.00067408
Mei
346
21.8
324.2
93.69942197
Juni
287
15.4
271.6
94.63414634
Juli
296.6
18.9
277.7
93.62778152
Agustus
326
17.1
308.9
94.75460123
Sptember
326
17.3
308.7
94.69325153
Perhitungan Performance Efficiency Bulan
Tabel 2. Perhitungan Performance efficiency bulan Oktober 2010 – September 2011 Total Product Ideal Cycle Time Performance efficiency Processed (Kg) (Jam/Kg) Operatio Time (%)
Oktober
14570
0.02022
297.8
98.92726662
November
12797
0.02167
280.7
98.79265764
Desember
14077
0.02098
298.6
98.90671802
Januari
13899
0.02098
295.1
98.81430701
Februari
12756
0.02183
281.5
98.92130728
Maret
12998
0.02046
268.8
98.93566964
April
13233
0.02084
278.9
98.87978487
Mei
16721
0.01916
324.2
98.81997532
Juni
12639
0.02126
271.6
98.9341458
Juli
12446
0.02206
277.7
98.86883687
Agustus
12766
0.0239
308.9
98.77222402
Sptember
13259
0.023
308.7
98.78749595
92
Aldila Samudro Mukti, Hudaya/ Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) / JOIR Vol. XII, No. 2 Juli 2013, pp 89-101
Perhitungan Rate Of Quality Product Tabel 3. Perhitungan rate of quality product bulan Oktober 2010 – Septemberi 2011 Bulan
Total Product Processed (Kg)
Total Scrap Weight (Kg)
Rate Of Quality Product (%)
Oktober
14570
794
94.55044612
November
12797
766
94.01422208
Desember
14077
1091
92.24976913
Januari
13899
1289
90.72595151
Februari
12756
858
93.27375353
Maret
12998
1246
90.41390983
April
13233
667
94.95957077
Mei
16721
1736
89.61784582
Juni
12639
1054
91.66073265
Juli
12446
1105
91.12164551
Agustus
12766
1084
91.50869497
Sptember
13259
710
94.64514669
Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Tabel 4. Perhitungan overall equipment effectiveness Bulan Oktober 2010 – September 2011 Bulan
Availability Rasio %
Performance efficiency (%)
Rate Of Quality Product (%)
OEE
Oktober
94.621
99.122
94.55
88.67866021
November
94.569
98.792
94.014
87.83408982
Desember
94.344
98.906
92.249
86.07927308
Januari
93.297
98.814
90.725
83.63982893
Februari
94.845
98.921
93.354
87.58623742
Maret
93.66
98.936
90.413
83.77981192
April
94.1
98.879
94.959
88.35473354
Mei
94.699
98.819
89.617
83.86413061
Juni
94.634
98.934
91.67
85.82622227
Juli
93.627
98.868
91.121
84.34810579
Agustus
94.754
98.772
91.025
85.19068061
Sptember
94.693
98.787
94.645
88.53507269
Berikut ini adalah nilai OEE yang diperoleh pada mesin Induction Furnance selama periode Oktober 2010 – September 2011: 1. Pada bulan Oktober 2010 – September 2011 diperoleh nilai OEE sebesar 83.63982893% - 88.67866021%. Dari hasil tersebut ternyata masih terdapat nilai OEE yang berada di bawah keadaan ideal 85%. 2. Nilai OEE tertinggi pada mesin Induction Furnance didapat pada bulan Oktober 2010 sebesar 88.67866021% dengan rasio Availability 94,621%, Performance Efficiency 99,122% dan Rate of Quality Product 94,55%. Rendahnya nilai OEE mesin Induction Furnance pada periode Januari 2011sebesar 83.63982893% disebabkan oleh rasio Availability sebesar 93,297% dan Performance Efficiency sebesar 98,814% sedangkan rasio Rate of Quality Product memiliki nilai yang rendah yaitu90,725%.
93
Aldila Samudro Mukti, Hudaya/ Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) / JOIR Vol. XII, No. 2 Juli 2013, pp 89-101
Perhitungan OEE Six big losses 1.
Downtime Losses Equipment Failures Tabel 5. Perhitungan equipment failure loss bulan Oktober 2010 – September 2011
Bulan
Machine Break
Loading Time (jam)
Equipment Failure Loss (%)
Oktober
2.3
316
0.727848101
November
1.1
296.5
0.370994941
Desember
1.4
316.5
0.442338073
Januari
4.8
316.3
1.517546633
Februari
1.1
296.8
0.370619946
Maret
3.3
287
1.149825784
April
2.7
296.7
0.910010111
Mei
4.5
346
1.300578035
Juni
1.3
287
0.452961672
Juli
3.1
296.6
1.045178692
Agustus
1.2
326
0.36809816
Sptember
1.3
326
0.398773006
Setup and Adjustment Tabel 6. Perhitungan setup and adjustment bulan September 2010 – Januari 2011 Setup and Adjustment
2.
Bulan
Schedule Shutdown
Warm Up (Jam)
Total (Jam)
Loading Time (Jam)
Setup Loss (%)
Oktober
3
11
14
316
4.430379747
November
3
10.5
13.5
296.5
4.55311973
Desember
3
12
15
316.5
4.739336493
Januari
3
11.6
14.6
316.3
4.615871009
Februari
2.5
10.4
12.9
296.8
4.346361186
Maret
2.5
10.8
13.3
287
4.634146341
April
3
10.6
13.6
296.7
4.583754634
Mei
3.5
11.7
15.2
346
4.393063584
Juni
2.5
10.2
12.7
287
4.425087108
Juli
3
11.4
14.4
296.6
4.855023601
Agustus
3.5
10.8
14.3
326
4.386503067
Sptember
3.4
11.1
14.5
326
4.447852761
Speed Losses Idling and Minor Stoppage Tabel 7. Perhitungan idling and minor stoppages Bulan Oktober 2010 – September 2011 Bulan
Pencucian Mesin
Loading Time (jam)
Idling and Minor Stoppages (%)
Oktober
1.4
316
0.443037975
November
1.2
296.5
0.404721754
Desember
1.5
316.5
0.473933649
Januari
1.8
316.3
0.569079987
94
Aldila Samudro Mukti, Hudaya/ Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) / JOIR Vol. XII, No. 2 Juli 2013, pp 89-101
Tabel 7. Perhitungan idling and minor stoppages Bulan Oktober 2010 – September 2011 lanjutan
Bulan
Pencucian Mesin
Loading Time (jam)
Idling and Minor Stoppages (%)
Februari
1.3
296.8
0.438005391
Maret
1.6
287
0.557491289
April
1.5
296.7
0.505561173
Mei
2.1
346
0.606936416
Juni
1.4
287
0.487804878
Juli
1.4
296.6
0.472016183
Agustus
1.6
326
0.490797546
Sptember
1.5
326
0.460122699
Reduced Speed Losses Tabel 8. Perhitungan reduced speed losses bulan Oktober 2010– September 2011 Operation Ideal Cycle Time Total Product Loading Time Reduced Speed Losses Time (Jam/Kg) Processed (Kg) (Jam) (%)
Bulan Oktober
297.8
0.02022
14570
316
0.010109494
November
280.7
0.02167
12797
296.5
0.011430051
Desember
298.6
0.02098
14077
316.5
0.010314502
Januari
295.1
0.02098
13899
316.3
0.011062219
Februari
281.5
0.02183
12756
296.8
0.010230863
Maret
268.8
0.02046
12998
287
0.009968362
April
278.9
0.02084
13233
296.7
0.010530098
Mei
324.2
0.01916
16721
346
0.011056763
Juni
271.6
0.02126
12639
287
0.01008662
Juli
277.7
0.02206
12446
296.6
0.010590829
Agustus
308.9
0.0239
12766
326
0.011633742
Sptember
308.7
0.023
13259
326
0.011481595
3.
Defect Losses Rework Loss Tabel 9. Perhitungan rework loss bulan Oktober 2010 – September 2011 Bulan
Loading Time (Jam)
Ideal Cycle Time (Jam/Kg)
Rework (Kg)
Rework Losses (%)
Oktober
316
0.02022
0
0
November
296.5
0.02167
0
0
Desember
316.5
0.02098
0
0
Januari
316.3
0.02098
0
0
Februari
296.8
0.02183
0
0
Maret
287
0.02046
0
0
April
296.7
0.02084
0
0
Mei
346
0.01916
0
0
Juni
287
0.02126
0
0
Juli
296.6
0.02206
0
0
Agustus
326
0.0239
0
0
Sptember
326
0.023
0
0
95
Aldila Samudro Mukti, Hudaya/ Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) / JOIR Vol. XII, No. 2 Juli 2013, pp 89-101
Yield/Scrap Losses Tabel 10. Perhitungan yield/scrap losses bulan Oktober 2010 – September 2011
Bulan
Ideal Cycle Time (Jam/Kg)
Total Scrap Weight (Kg)
Loading Time (Jam)
Yield/Scrap Losses (%)
Oktober
0.02022
794
316
5.080594937
November
0.02167
766
296.5
5.598387858
Desember
0.02098
1091
316.5
7.231968404
Januari
0.02098
1289
316.3
8.549864053
Februari
0.02183
858
296.8
6.31069407
Maret
0.02046
1246
287
8.882634146
April
0.02084
667
296.7
4.68496124
Mei
0.01916
1736
346
9.613225434
Juni
0.02126
1054
287
7.807679443
Juli
0.02206
1105
296.6
8.218577208
Agustus
0.0239
1084
326
7.947116564
Sptember
0.023
710
326
5.009202454
Tabel 11. Pengurutan persentase faktor six big losses mesin Induction Furnance No
Six big losses
Total Time Losses (jam)
Persentase (%)
Persentase Kumulatif (%)
1
Scrap/Yield Loss
262,99
50,85
50,85
2
Set up and Adjustment Loss
168
32,49
83,34
3
Reduced Speed Loss
39,77
7,69
91,03
4
Breakdown Loss
28,1
5,43
96,46
5
Idling and Minor Stoppages
18,3
3,54
100
6
Rework Loss
0
0
100
Total
100
Dari hasil pengurutan persentase faktor Six big losses tersebut maka akan digambarkan diagram Paretonya sehingga terlihat jelas urutan dari keenam faktor yang mempengaruhi efektivitas pada mesin Induction Furnance.
Persentase
Diagram Pareto Six Big Losses 60 50 40 30 20 10 0
50,85
32,49 7,69
5,43
3,54 0 Scrap/Yield Set up and Reduced Breakdown Idling and Rework Loss Loss Adjustment Speed Loss Loss Minor Loss Stoppages
Six Big Losses Gambar 1. Diagram pareto persentase faktor six big losses Induction Furnance periode Oktober 2010 – September 2011.
96
Aldila Samudro Mukti, Hudaya/ Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) / JOIR Vol. XII, No. 2 Juli 2013, pp 89-101
Perhitungan Variabel – Variabel Produksi 1. Product Delivery Tabel 12. Perhitungan product delivery bulan Oktober 2010 – September 2011 Bulan
Total Good Product (Kg)
Planning Product
Delivery
Oktober
13776
13912
99,02242668
November
12031
12149
99,02872664
Desember
12986
13110
99,05415713
Januari
12610
13043
96,68021161
Februari
11898
12031
98,89452248
Maret
11752
12088
97,22038385
April
12566
12692
99,00724866
Mei
14985
15254
98,23652812
Juni
11585
11702
99,00017091
Juli
11341
11730
96,68371697
Agustus
11682
11797
99,02517589
Sptember
12549
12675
99,00591716
Pada bulan Oktober 2010 – September 2011 diperoleh nilai product delivery sebesar 96,68% - 99,05%. Dari hasil tersebut ternyata masih terdapat nilai product delivery yang berada di bawah keadaan ideal 99%. Presentase product delivery terendah terjadi pada bulan Januari 2011. Persentase terendah tersebut terjadi karena total good product yang dihasilkan sangat rendah yaitu 13776 Kg dimana nilai tersebut jauh dari planning product yaitu sebesar 13043 Kg 2.
Man hour Tabel 13. .Perhitungan man hour bulan Oktober 2010 – September 2011 Bulan
Total Available Time (Jam)
Jumalah Pekerja
Total Product Processed (Kg)
Man hour
Oktober
320
90
14570
1,976664379
November
270
90
12797
1,898882551
Desember
300
90
14077
1,918022306
Januari
320
90
13899
2,072091517
Februari
270
90
12756
1,904985889
Maret
290
90
12998
2,008001231
April
300
90
13233
2,040353661
Mei
350
90
16721
1,883858621
Juni
290
90
12639
2,065036791
Juli
270
90
12446
1,952434517
Agustus
270
90
12766
1,903493655
Sptember
330
90
13259
2,239987933
Pada bulan Oktober 2010 – September 2011 diperoleh nilai Man hoursebesar 1,883858621 Jam–2,239987933 Jam. Dari hasil tersebut nilai Man hour yang tinggi terjadi pada bulan September 2011. Hal tersebut disebabkan karena pada bulan September 2011 nilai total available time tinggi yaitu sebesar 330 Jam. 3.
Defect/Reject Tabel 14. .Perhitungan defect/reject bulan Oktober 2010 – September 2011 Bulan
Total Product Processed (Kg)
Produk Cacat
Defect/Reject
Oktober
14570
136
0,933424846
November
12797
118
0,922091115
97
Aldila Samudro Mukti, Hudaya/ Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) / JOIR Vol. XII, No. 2 Juli 2013, pp 89-101
Tabel 14. .Perhitungan defect/reject bulan Oktober 2010 – September 2011 lanjutan Bulan
Total Product Processed (Kg)
Produk Cacat
Defect/Reject
Desember
14077
124
0,880869503
Januari
13899
433
3,115332038
Februari
12756
133
1,042646598
Maret
12998
336
2,585013079
Tabel 14. .Perhitungan defect/reject bulan Oktober 2010 – September 2011 lanjutan Bulan
Total Product Processed (Kg)
Produk Cacat
Defect/Reject
April
13233
126
0,952165042
Mei
16721
269
1,608755457
Juni
12639
117
0,925706148
Juli
12446
389
3,125502169
Agustus
12766
115
0,900830331
Sptember
13259
126
0,950297911
Pada bulan Oktober 2010 – September 2011 diperoleh nilai tingkat defect sebesar 0,95% - 3,12%. Dari hasil tersebut nilai tingkat defect terbesar terjadi pada bulan Juli 2011. Tingkat defect pada bulan tersebut terjadi karena terdapat 389 Kg produk cacat yang dihasilkan
Diagram Sebab Akibat/Fishbone Melalui diagram Pareto dapat dilihat bahwa faktor yang memberikan kontribusi terbesar dari faktor Six big losses tersebut adalah Scrap/Yield Loss sebesar 50,85%dan Set up and Adjustment Loss32,49%. Menurut aturan Pareto (aturan 80%) maka nilai persentase kumulatif mendekati atau sama dengan 80% menjadi prioritas permasalahan yang akan dibahas selanjutnya. Oleh karena itu, kedua faktor inilah yang akan dianalisis dengan menggunakan diagram sebab akibat. Dalam diagram sebab akbat pada gambar 2 dan gambar 3 dibawah ini akan diketahui penyebab tingginya faktor scrap/yield loss dan set up dan adjustment loss. Operator
Mesin Sering Mengalami Gangguan
Kurang Terlatih
Bahan Baku Yang Kurang Bagus
Mesin Yang Sudah Tua
Pengawasan yang Kurang
Bahan Baku
Manajemen Bahan Baku yang Kurang Baik
Sering Mengalami Keausan
Kurang Teliti
Scrap/Yield Loss Quality Control yang Kurang Baik
Proses Dibawah Standard
Proses
Control Terhadap Suhu Mesin yang Minim
Jarang Mengalami Pembersihan Mesin
Lingkungan
Gambar 2. Diagram sebab akibat/fishbone scrap/yield loss
98
Aldila Samudro Mukti, Hudaya/ Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) / JOIR Vol. XII, No. 2 Juli 2013, pp 89-101
Operator
Mesin Sering Mengalami Gangguan
Kurang Terlatih
Mesin Yang Sudah Tua
Kurangnya Jumlah Operator
Bahan Baku Bahan Baku Yang Kurang Bagus Manajemen Bahan Baku yang Kurang Baik
Perawatan yang Kurang maksimal
Kurang Teliti
Set up and Adjustment Loss Sering terjadi penundaan Proses Produksi Proses Dibawah Standard
Proses
Control Terhadap Suhu Mesin yang Minim
Mesin Kotor
Lingkungan Gambar 3. Diagram sebab akibat/fishbone setup and adjustment loss
Analisa diagram sebab akibat untuk faktor scrap/yield loss loss dan set up and adjustment loss adalah sebagai berikut: 1. Manusia (operator) Operator kurang teliti dalam pengoperasian mesin sehingga mesin tidak bekerja secara maksimal. Kurangnya jumlah tenaga kerja yang ditugaskan sehingga menambah waktu tunggu (delay) bila mesin mengalami kerusakan. Kurangnya pengawasan terhadap kinerja operator yang berakibat kinerja operator dalam pengoperasian mesin kurang maksimal. 2. Mesin (peralatan) Umur mesin yang sudah tua mempengaruhi terjadinya gangguan seperti aus pada beberapa bagian. Kurangnya fasilitas dan sarana perawatan mesin. 3. Bahan Baku (material) Tidak ada spesifikasi bahan baku yang berkualitas dalam penanganan material sehingga dapat menyebabkan mesin berjalan yang tidak konstan. Manajeman bahan baku yang kurang bagus menyebabkan banyak bahan baku yang terbuang ketika diolah pada mesin. 4. Lingkungan Kotoran seperti debu atau sisa bahan baku yang menempel pada mesin akan mempengaruhi efektifitas mesin. Kontrol suhu lingkungan kerja yang jarang dilakukan menyebabkan operator yang mudah merasa gerah. 5. Proses Kerja Keadaan mesin yang tua menyebabkan terjadi penundaan proses produksi karena beberapa gangguan. Proses yang menggunakan mesin secara terus menerus harus menuntut agar mesin selalu dalam keadaan yang stabil, maka perlu adanya pemeliharaan dan perawatan yang lebih intensif.
Evaluasi dan Usulan Penyelesaiaan Masalah Usulan Penyelesaian Masalah Six big losses Berikut ini adalah tindakan yang harus dilakukan untuk menangani masalah tersebut: 1. Langkah – langkah perbaikan pada faktor tenaga kerja
99
Aldila Samudro Mukti, Hudaya/ Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) / JOIR Vol. XII, No. 2 Juli 2013, pp 89-101
2.
3.
4.
5.
Memberikan training atau penyuluhan kepada operator secara berkala, misalnya dilakukan kegiatan training setiap enam bulan. Menambah jumlah tenaga kerja untuk mengurangi terjadinya delay jika terjadi kerusakan pada mesin dengan kemampuan kerja operator yang optimal. Meningkatkan pengawasan terhadap kinerja tenaga kerja agar kegiatan produksi berjalan lebih efektif. Langkah – langkah perbaikan pada mesin produksi Melakukan perawatan mesin secara berkala untuk menemukan kondisi tak wajar pada mesin sedini mungkin. Melakukan pemeliharaan pada kondisi yang wajar seperti, pengencangan baut, pembersihan mesin dan mengganti bagian mesin yang rusak. Menerapkan dan mengembangkan metode penaggulangan kondisi mesin. Langkah – langkah perbaikan pada bahan baku atau material Membuat standar ukuran bahan yang sesuai sehingga mesin bekeja secara optimal dan mengurangi jumlah sisa bahan baku yang terbuang. Langkah – langkah perbaikan pada faktor lingkungan Melakukan pembersihan mesin sebelum dan sesudah proses operasi. Lebih memperhatikan suhu lingkungan kerja sehingga operator merasa lebih nyaman dengan lingkungan keja. Langkah – langkah perbaikan pada faktor proses kerja Melakukan pemeliharaan dan perawatan untuk mengurangi gangguan dan mengembalikan mesin pada kondisi yang optimal. Menentukan standar pelaksanaan setting tools.
Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) Agar implementasi TPM berhasil, maka perusahaan harus memiliki: 1. Dukungan dari Top Manajemen. 2. Pemahaman dan komitmen dari setiap orang dalam organisasi. 3. Pelatihan dan motivasi dari setiap orang di dalam organisasi. 4. Manajemen harus mendidik, mempromosikan dan membangun budaya baru di mana tim dapat berfungsi guna menghasilkan sebuah sistem TPM. 5. TPM memerlukan pemberdayaan karyawan, dengan partisipasi total dari seluruh tenaga kerja. 6. TPM tidak akan berhasil jika hanya sebagai sebuah program pemeliharaan, tetapi harus menjadi program dari setiap orang. 7. Dengan TPM, operator mesin bertanggung jawab atas pemeliharaan rutin mesin dan peralatan, termasuk pembersihan dan pemeliharaan area kerja. 8. Para karyawan dilatih untuk dapat mengidentifikasi permasalahan, menentukan pemecahan dan menerapkan metode kerja yang dikembangkan oleh kelompok kecil.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan uraian hasil Overall Equipment Effectiveness pada mesin Induction Furnance, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari pengukuran tingkat efektivitas mesin dengan menggunakan metode OEE pada bulan Oktober 2010September 2011 yang dilakukan di PT. Itokoh Ceperindo, terdapat beberapa bulan dimana presentase tersebut kurang dari standar ideal OEE yaitu 85%. Hal itu terjadi pada bulan Januari (83.63%), Maret (83.77%), Mei (83.86%), Juli (84.34%). Persentase nilai OEE yang rendah terjadi karena mesin banyak mengalami gangguan, seperti mesin mati secara tiba-tiba dan bagian komponen pada mesin yang mengalami kerusakan. Diluar faktor tersebut hal-hal seperti operator kurang menguasai mesin dan kurang disiplinnya operator dalam merawat mesin juga menjadi penyebab rendahnya nilai OEE.
100
Aldila Samudro Mukti, Hudaya/ Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) / JOIR Vol. XII, No. 2 Juli 2013, pp 89-101
2.
3.
Tingkat efektifitas mesin dan lingkungan perusahaan sangat berpengaruh terhadap product delivery, man hour dan tingkat product defect. Hal ini dapat dilihat ketika mesin mengalami banyak gangguan dan kerusakan maka nilai product delivery akan menurun, nilai man hour yang meningkat dan nilai Product Defect yang bertambah. Jika ketiga hal tersebut terjadi dalam sebuah perusahaan maka nilai efisiensi dan efektivitas akan menurun dalam sebuah perusahaan dimana pemborosan biaya dan waktu akan terjadi. Selain itu terjadi penurunan kualitas kinerja dan produk perusahaan tersebut. Faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas di PT. Itokoh Ceperindo dapat dilihat dari persentase six big losses mesin Induction Furnance. Di mana besarnya persentase breakdown loss sebesar 5,43%, set-up and adjustment loss sebesar 32,49%, reduced speed loss sebesar 7,69%, idling and minor stoppages sebesar 3,54%, rework loss sebesar 0% dan scrap/yield loss sebesar 50,85%. Presentase terbesar pada scrap/yield loss disebabkan karena breakdown pada mesin produksi, kualitas operator yang kurang baik, dan bahan baku yang digunakan kurang berkualitas.
Daftar Pustaka Corder, Anthony., (1992). Maintenance Management Technique. Jakarta: Erlangga. Seiichi Nakajima., (1988). “Introduction to Total Productive Maintenance (TPM)”, Cambridge : Productivity Press Inc., hal. 21.
101