JESTT Vol. 1 No. 9 September 2014 IMPLEMENTASI KONSUMSI ISLAMI PADA PENGAJAR PONDOK PESANTREN (STUDI KASUS PADA PENGAJAR PONDOK PESANTRENAL AQOBAH KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG)
Bagus Baidhowi Mahasiswa Program Studi S1 Ekonomi Islam - Fakultas Ekonomi dan Bisnis-Universitas Airlangga Email :
[email protected] Irham Zaki Departemen Ekonomi Syariah-Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Unversitas Airlangga Email :
[email protected] ABSTRACT : This study aims to determine the application of Islamic consumption by Al Aqobah Boarding School teacher in Diwek Subdistrict, Jombang District. This study used a qualitative approach with descriptive case study method. The population characteristics of this study are the teachers of Al Aqobah Boarding School in Diwek Subdistrict, Jombang District. The teachers of Al Aqobah Boarding School who know and understand the consumption according to Islam are people who implement Islamic consumption in his life, the teacher/ustadz and ustadzah who has been teaching at Al Aqobah boarding school at least 2 years. The number of samples in this study was six informants. The sampling technique used was purposive sampling. Based on the results of this study showed that Al Aqobah boarding school teacher in Diwek Subdistrict, Jombang District, has implemented the Islamic consumption legally (halal); they are not extravagant not only in spending wealth but also in living luxury and showing assets. They can also make the balance system between worldly and hereafter consumption. Moreover, the suggestion for all of people in Al Aqobah boarding school and also the teachers are expected to continue teaching the consumption which is true to Islam, apply in everyday life, and provide appropriate examples to the students. For further research, it is expected to examine the same topic with more in-depth details about the implementation of Islamic consumption on other aspects that are more specific. Keywords : implementation, Islamic consumption, boarding school, Al Aqobah.
I. PENDAHULUAN
keanekaragamannya tergantung pada
A. Latar Belakang Masalah
pendapatan dan
Manusia pada hakekatnya dituntut untuk
bekerja
dan
berusaha
memiliki
kebutuhan
dalam
berbagai hidupnya
hidup,
tersebut
berkaitan
Konsumsi merupakan bagian yang
macam
tidak terpisahkan dari perilaku manusia
yaitu
dalam memenuhi kebutuhan hidup yaitu sandang, pangan dan papan (Suwiknyo,
kebutuhan itu dikonsumsi agar manusia bertahan
kebutuhan
Aktifitas
produksi, konsumsi dan distribusi.
kebutuhan jasmani dan rohani. Semua
bisa
individunya.
dengan tiga aspek dalam ekonomi yaitu
untuk
memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Mereka
tiap
2010:148).
yang
hubungan
610
Menurut antara
Rosyidi
(2006:148)
konsumsi
dan
JESTT Vol. 1 No. 9 September 2014 pendapatan
disebut
propensity
keagamaan sebagai pedoman perilaku
to
consume (hasrat untuk konsumsi), karena
sehari-hari.
konsumsi
konsumsi
dan
hubungan
pendapatan
positif,
bila
memiliki
Mengingat dan
pentingnya
pengetahuan
pengajar
pondok tentang ajaran agama Islam,
pendapatan juga
maka penulis tertarik untuk mengambil
akan ikut meningkat, sebaliknya apabila
topik tentang perilaku konsumsi pengajar
pendapatan
pondok pesantren, bagaimana pengajar
seseorang
meningkat,
konsumsi
menurun
maka
konsumsi
pondok
juga akan merosot.
juga dinilai sebagai sarana wajib bagi muslim
untuk
B. Rumusan Masalah
merealisasikan
Rumusan masalah dalam penelitian ini
tujuan pengabdian kepada Allah SWT
adalah
sesuai dengan Q.S. Adz. Dzariat : 56
ْ ﺪون
ْﺠ و ْﻹ
إﻻ
perilaku
konsumsi islami pada kehidupannya.
Konsumsi di dalam ekonomi Islam
seorang
mengimplementasikan
bagaimana
pengajar
pondok
pesantren Al Aqobah Kecamatan Diwek
ْ
wamā khalaqtu aljinnawāl-insa
وﺎ
Kabupaten
illā
tasikan konsumsi Islami?
liya'budūni.
Jombang
mengimplemen-
C. Tujuan Penelitian
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dan manusia melainkan supaya mereka
mengetahui penerapan konsumsi Islami
menghamba kepada-Ku.” (Departemen
pengajar pondok pesantren Al Aqobah
Agama Republik Indonesia, 2007:523).
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT hanya untuk mengabdi
atau
kebutuhan
beribadah,
sehingga
manusia
menurut
pokok
II. LANDASAN TEORI A. Ekonomi dalam perspektif Islam Ilmu ekonomi Islam merupakan
tuntunan Islam adalah beribadah. Konsumsi
tidak
hanya
ilmu
berlaku
di
kalangan
pondok
banyak
diajarkan
(Mustafa 2006:15). Menurut buku Ekonomi Islam (P3EI, 2008:17) ekonomi Islam adalah
untuk
suatu cabang ilmu pengetahuan yang
menerapkan ajaran Islam di kehidupan
berupaya
sehari-harinya. Menurut Mastuhu (1994:6),
Islam
yang
ajaran
agama
memandang,
permasalahan-permasalahan
mempelajari,
ekonomi
dengan cara-cara yang Islami.
memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan
untuk
menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan
pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional
yang
rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam
pesantren.
Mereka yang berada di kawasan pondok pesantren
sosial
mempelajari masalah-masalah ekonomi
untuk masyarakat umum, tetapi berlaku juga
pengetahuan
Ekonomi mikro Islami menjelaskan
Islam
bagaimana sebuah keputusan diambil
dengan menekankan pentingnya moral
611
JESTT Vol. 1 No. 9 September 2014 oleh
setiap
unit
memasukkan
ekonomi
batasan-batasan
dengan
adanya
syariah
perubahan
konsumen
(P3EI,
pendapatan
2008:206).
riil
Pengaruh
sebagai variabel yang utama. Berbeda
perubahan pendapatan riil dapat terjadi
dengan
konvensional,
karena adanya perubahan suatu harga
dalam pembahasan ekonomi mikro Islami,
barang maupun perubahan pendapatan
faktor moral atau norma yang terangkum
nominal yang diterima.
ekonomi
mikro
dalam tatanan syariah akan ikut menjadi
Berlakunya
beberapa
instrumen
variabel yang penting dan perlu dijadikan
dalam
sebagai analisis (Karim 2012:2). Konsumsi
berdampak kepada perilaku konsumsi,
merupakan salah satu cabang ilmu dari
Karim
mikro ekonomi. Konsumsi tidak dapat
dengan
dilepaskan
maknanya
karena
dari
faktor
keputusan
berkonsumsi
pendapatan,
seseorang
tergantung
ekonomi
(2012:91) hadits
Rasulullah “Yang
sesuai
SAW
yang
kamu
miliki
tingkat
apa yang telah kamu infakkan”, dari keterangan tersebut maka persamaan
Pendapatan
seseorang
Dimana
zakat
(Rosyidi,
pajak
agar
dan
infaq
tanpa
mengurangi
ini sesuai dengan firman Allah SWT di
dapat
dalam Q.S. An-Nisa’:39
income
pendapatan
yang
digunakan untuk konsumsi. Pola konsumsi
dijadikan disposable income. Disposable
pendapatan
dapat mengurangi nominal yang akan
perseorangan
harus dibayarkan atau ditunaikan dulu income
disetiap
nominal yang akan ditabung, namun
2006:114). Pajak itu merupakan pajak pribadi, sehingga
Islam
diterima, selalu disisihkan sebagian untuk
personal income itu belum dibayarkan pemerintah
konsep
Y = (C + Infak) + S
siap untuk digunakan sebab jumlah dari
kepada
menurut
menjadi :
atau
personal income pada dasarnya belum
sepenuhnya
menjelaskan
adalah
pendapatan
personal
akan
adalah apa yang telah kamu makan dan
B. Pendapatan
dari
tentu
dalam
pendapatannya.
pajak
Islam
murni
ﺮΧ ˯ ˸ϝ ˸ ϴ˸ Ϳ͉ Α َ
˯ ˸ ˸ ϴ˸ ϋ Ϋ ˱ ϴ ϋ ˸ ΑͿ͉ ϛ ͉Ϳىίέ ͉ َ ϔ
tidak milik
pribadi, karena pendapatan yang sudah
wamāżā 'alayhim
siap digunakan untuk konsumsi juga akan
law ‘āmanū
waalyawmi al-‘ākhiri
dikenakan pajak seiring dengan perilaku
biallāhi
wa-anfaqū
mimmā razaqahumu allāhu
konsumsi misalnya pajak pertumbuhan
wakāna allāhu bihim 'aliimān.
nilai, pajak kendaran, dan sebagainya.
Artinya : “Apakah kemudharatannya bagi C. Pengaruh Pendapatan pada Konsumsi
mereka, kalau mereka beriman kepada
Pengaruh pendapatan terhadap konsumsi
adalah
perubahan
Allah
jumlah
dan
menafkahkan
barang yang diminta sebagai akibat dari
hari
Kemudian
sebahagian
rezki
dan yang
Telah diberikan Allah kepada mereka ?
612
JESTT Vol. 1 No. 9 September 2014 dan
adalah
Allah
Maha
mengetahui
E. Tujuan Konsumsi Islam
keadaan mereka. (Departemen Agama
Menurut Al Haritsi di dalam jurnal
Republik Indonesia, 2007:85).
Teori Ekonomi Islam (Pujiyono, 2006:199)
Ayat ini menjelaskan jika manusia tidak
menyedekahkan
konsumsi bagi seorang muslim hanya
atau
sekedar
perantara
untuk
menambah
membelanjakan sebagian harta dan rezki
kekuatan dalam mentaati Allah, yang ini
yang diberikan Allah kepadanya akan
memiliki
tertimpa bencana atau kemudharatan,
kehidupannya. Konsumsi Islam juga akan
dan
menjauhkan seseorang dan sifat egois,
sebaliknya
menyedekahkan
jika
atau
manusia
membelanjakan
indikasi
sehingga
positif
seoarang
muslim
dalam
akan
sebagian harta dan rezki yang diberikan
menafkahkan
Allah kepadanya akan menerima pahala
terdekat (sebaik-baik infaq), fakir miskin
karena hanya Allah yang mengetahui
dan
keadaan mereka.
dalam rangka mendekatkan diri kepada
Menurut As-shatibi didalam buku
yang
kerabat
mumbutuhkan
F. Prinsip-prinsip Dasar dalam Konsumsi
Ekonomi Islam (P3EI, 2008:6) berpendapat “mashlahah
orang-orang
untuk
penciptanya.
D. Mashlahah dalam Konsumsi
bahwa
hartanya
Menurut Islam
yang
mendasari
untuk
mencapai
menurut Al Haritsi di dalam jurnal Teori
falah, yaitu kehidupan yang mulia dan
Ekonomi Islam (Pujiyono, 2006:199) adalah:
sejahtera di dunia dan akhirat yang terdiri
1. Prinsip syariah, yaitu menyangkut dasar
dari 5 hal yaitu agama (dien), jiwa (nafs),
syariat yang harus terpenuhi dalam
intelektual (aql), keluarga dan keturunan
melakukan konsumsi yang terdiri dari
(nasl), dan harta (maal). Jika salah satu
prinsip akidah, prinsil ilmu, dan prinsip
dari kebutuhan di atas tidak terpenuhi
amaliah.
kehidupan
manusia
Prinsip
dengan seimbang maka manusia tidak akan
mencapai
kebahagiaan
konsumsi
Islami
2. Prinsip kuantitas, yaitu sesuai dengan
hidup
batas-batas
dengan sempurna”. Karakteristik
dasar
dijelaskan
kuantitas dalam
yang syariat
telah Islam,
dalam
diantaranya adalah sederhana, sesuai
Konsumsi, dalam Buku Ekonomi Islam (P3EI,
antara pemasukan dan pengeluaran,
2008:144) menjelaskan mashlahah yang
serta menabung dan investasi.
diperoleh
Mashlahah
ketika
membeli
berbentuk
manfaat
memeperhatikan urutan kepentingan
material, manfaat fisik dan psikis, manfaat
yang harus diprioritaskan agar tidak
intelektual, manfaat terhadap lingkungan
terjadi
(intra generation), dan manfaat jangka
sekunder, dan tertier.
barang
konsumen dapat
3. Prinsip
panjang.
613
prioritas,
kemudharatan,
dimana
yaitu
primer,
JESTT Vol. 1 No. 9 September 2014 4. Prinsip
sosial,
yaitu
memperhatikan
perut
dan
kemaluannya,
lingkungan sosial disekitarnya sehingga
melalaikannya dari hal-hal mulia dan
tercipta keharmonisan hidup dalam
akhlak luhur, disamping membunuh
masyarakat,
semangat
diantaranya
adalah
jihad,
kepentingan umat, keteladanan, dan
perihatinan,
tidak membahayakan orang lain.
hamba
5. Kaidah
lingkungan,
yaitu
dalam
kesungguhan
dan
menjadikannya
kehidupan
kesenangan
dan
santai
(Qardhawi
dan
2001:247).
mengkonsumsi harus sesuai dengan
Dalam hal ini sesuai dengan sabda
kondisi potensi daya dukung sumber
Rasulullah SAW yaitu :
daya alam dan keberlanjutannya atau
و ْﺪ،ْﺪ ا ْ ﻄ ْ ﺔ
، ْﺪ ا ﺪرْ ھ
،ْﺪا ﺪ ْ ﺎر ْ ﺔ
tidak merusak lingkungan.
ْا
6. Tidak meniru atau mengikuti perbuatan
Hadits tersebut menjelaskan bahwa,
konsumsi yang tidak mencerminkan
orang yang menjadikan harta, uang,
etika
kain sutera, dan makanan sebagai
konsumsi
Islami
seperti
suka
menjamu dengan tujuan bersenang-
pemuas
senang
memamerkan
mendatangkan bencana bagi dirinya
menghambur-
karena hal tersebut bisa melalaikan
atau
kemewahan
dan
masyarakat
G. Konsumsi Perpektif Islam Qardhawi
ialah
seperti
yang
sehingga
yang
bantuan
dirinya
menjadikannya
sebagai
manusia yang sombong.
tersebut
3. Tidak Boros dan Berlebihan
dalam hadits terdahulu tentang produksi
Qardhawi (2001:247) menjelaskan jika
dan kewajiban menjaga berbagai sumber
sikap
pendapatan dan tidak menyia-nyiakan
hidup
mewah
(kemewahan)
biasanya harus diiringi dengan sikap
makanan.
berlebih-lebihan,
1. Halal
berlebih-lebihan
Menurut Karim (2012:68) kesejahteraan
mengurangi
halal
mengonsumsi
Keseimbangan
dan
alokasi
barang
disertai
pendapatan
merupakan yang
konsumsi
harus dalam
kegiatan sosial seperti zakat, infaq,
2. Tidak Hidup Mewah kemewahan
harus
konsumsi
memperhatikan
yang buruk atau haram.
Sesungguhnya
tidak
sikap
4. Keseimbangan Konsumsi
mengkonsumsi lebih banyak barang bermanfaat,
sedangkan
dengan kemewahan.
konsumen akan meningkat jika dia
yang
sekitarnya
membutuhkan
(2001:238)
diantara keindahan pengarahan masalah konsumsi
akan
manusia dari ibadah dan keadaan
hamburkan harta.
Menurut
kebutuhannya
maupun shadaqah (Hidayat 2010:239).
adalah
Tabel
perusak individu karena kemewahan
1
bawah
ini
menjelaskan
perbedaan konsumsi muslim dan non
menyibukkan manusia dengan nafsu
muslim.
614
JESTT Vol. 1 No. 9 September 2014 Tabel 1
I.
Rasionalitas Konsumsi Islami dan Non Islami
Konsumsi Duniawi Konsumsi Akhirat Zakat Al Dhururiyyah Infaq Shadaqah Al Hajiyyah Waqaf Haji At Tahsiniyyah Amal Ibadah
Sumber
:
Islam
dalam
Pembatasan
Konsumsi Islam
Rasionalitas Konsumsi Non Islami
Rasionalitas Konsumsi Islami
Sasaran
menunjukkan
beberapa
pendidikan dan pelajaran yang dapat diambil dari batasan dalam konsumsi dan cara membelanjakan harta, seperti yang
100 % habis untuk jatah konsumsi duniawi
dijelaskan Yusuf Qhardawi (2001:262): 1. Pendidikan Moral
Ryandono
(2009)
Semacam pendidikan moral psikologis
Rasional
karena sikap berlebih-lebihan dalam
Konsumsi Muslim
makan H. Batasan Islam tentang Pembelanjaan
dan
minum
bukan
moral
berupaya
untuk
kesenjangan
sosial,
seorang mu’min.
Harta
2. Pendidikan Sosial Menurut
menjelaskan
Qardhawi bahwa
(2001:259)
batasan
Pendidikan
Islam
menghilangkan
tentang pembelanjaan ada dua kriteria
antara orang yang kaya dan orang
yaitu :
yang tidak mampu, karena faktor yang
1. Batasan pada Cara dan Sifat
menambah kesengsaraan orang-orang
Batasan-batasan yang dirumuskan oleh
melarat
Islam mengenai konsumsi yang terkait dengan
yang
cara
dan
macam
mampu berbuat
pembelanjaan tersebut terkait dengan
Pendidikan
yang
dalam
di
Membelanjakan
harta
kemampuan
juga
menyebabkan
di
kebangkrutan
akan
memaksa
dalam
ekonomi
bagi
setiap
adalah menyia-nyiakan semua usaha
kedua.
untuk penambahan produksi.
luar
4. Pendidikan Kesehatan dan Jasmani
dapat
Pendidikan
dan
kesehatan
dan
jasmani
adalah sikap berlebih-lebihan dalam
menjadikan diri lemah tak berdaya karena
berlebih-lebihan
sikap berlebih-lebihan dalam konsumsi
pendapatannya kriteria
dengan
individu muslim dan umat Islam karena
diperlukannya dari yang tidak dapat
termasuk
masyarakat
3. Pendidikan Ekonomi
2. Batasan pada Kuantitas dan Ukuran
oleh
di
menikmati kesenangan hidup.
hal-hal yang diharamkan Islam.
ditanggung
orang-orang
melipatgandakan kepedihan kaum tak
dibelanjakan, sedikit atau banyak, yaitu
harta
sikap
kaya yang secara tidak disadari telah
tanpa
melihat kepada kuantitas sesuatu yang
Membelanjakan
adalah
makanan
untuk
dan
minuman
yang
berakibat pada sakit perut (karena
berhutang.
kekenyangan) dan kegemukan. 5. Pendidikan Kemiliteran dan politik
615
JESTT Vol. 1 No. 9 September 2014 Pendidikan militer dan politik bagi umat
mengimplementasikannya
Islam
kehidupan sehari-hari.
adalah
pendidikan
yang
umat
untuk
mempersiapkan
III. METODE PENELITIAN
menghadapi musuh, karena musuh-
A. Pendekatan Penelitian
musuh umat Islam memiliki kekuatan dan
ketangguhan
sehingga
dalam
Metode penelitian kualitatif adalah
untuk
metode penelitian yang berlandaskan
melatihnya agar memiliki kekuatan fisik
pada
dan akal.
sifat
postpositivisme,
digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (Sugiyono, 2011:9). Metode yang
J. Pondok Pesantren Pondok
pesantren
merupakan
digunakan dalam penelitian ini adalah
lembaga pendidikan berbasis Islam yang
studi kasus deskriptif yang bertujuan untuk
ada
di
Indonesia.
Menurut
Mastuhu
menjelaskan
(1994:6),
pesantren
adalah
lembaga
implementasi
pendidikan
tradisional
mempelajari,
Islam
memahami,
yang
mendalami,
perilaku
konsumsi
Islami
Menurut Yin (2011:1) secara umum studi
agama
cocok
dengan
menggambarkan
pengajar pondok pesantren.
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
dan
menekankan
kasus jika
merupakan pokok
strategi
yang
pertanyaan
suatu
pentingnya moral keagamaan sebagai
penelitian berkenaan dengan how atau
pedoman perilaku sehari-hari. Masyarakat
why
memandang
sebagai
peluang yang kecil sekali atau tidak
komunitas khusus yang ideal terutama
memiliki peluang untuk melakukan kontrol
dalam
terhadap peristiwa tersebut.
pesantren
bidang
kehidupan
moral
keagamaan sehingga pesantren menjadi
Ruang
(Mastuhu, 1994, 60).
pengetahuan
tentang
sehingga
yang
memiliki
lingkup
penelitian
ini
pada implementasi komsumsi pengajar
ajaran
pondok pesantren, yang sesuai syariat
agama Islam yang lebih banyak dan lebih
konsumsi
hanya
terbatas
Hal itu disebabkan karena mereka
memahaminya
peneliti
B. Ruang Lingkup Penelitian
rujukan moral bagi kehidupan mereka
memiliki
dimana
mereka
Islam.
perilaku
lakukan
Penelitian
bermaksud
menggali
tentang pola konsumsi pengajar pondok
akan
pesantren sudahkah sesuai syariat Islam
dijadikan contoh serta akan ditiru oleh
yang
masyarakat dan santri.
berkaitan
berkonsumsi
dengan
yang
tidak
halal,
sikap
boros
dan
berlebihan, keseimbangan konsumsi, dan
K. Proposisi Apabila
Pondok
pemenuhan maslahah dalam konsumsi
Pesantren Al Aqobah Kecamatan Diwek
serta pengalokasian pendapatan untuk
Kabupaten
konsumsi dengan zakat, infaq, shodaqah.
konsumsi
pengajar
Jombang
Islami
maka
memahami mereka
akan
Penelitian
616
dikhususkan
pada
pengajar
JESTT Vol. 1 No. 9 September 2014 pondok
pesantren
mengetahui
karena
bagaimana
ingin
E. Teknik Analisis Data
implementasi
Teknik analisis penelitian ini adalah
konsumsi islami.
pendekatan analisis kualitatif deskriptif. Analisis tersebut bertujuan menganalisis
C. Jenis dan Sumber Data
data
Jenis data yang dibutuhkan dalam
bermaksud
menggali
dengan
dengan
membuat
(deskripsi) kasus yang bersangkutan dan
informasi
membuktikan proposisi teoritis yang telah
secara luas dan mendalam pada objek penellitian
kasus
penjelasan (naratif) dan menggambarkan
penelitian ini adalah berupa data primer karena
studi
dibuat.
melakukan
wawancara satu persatu dengan pihak
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
pengajar pondok pesantren. Penelitian ini
A. Pembahasan
menggunakan teknik purposive sampling
Konsumsi merupakan bagian yang
dalam mendapatkan informan. Menurut
tidak terpisahkan dari perilaku manusia
Sugiyono (2012:218) purposive sampling
dalam memenuhi kebutuhan hidup yaitu
adalah
teknik
sandang, pangan dan papan (Suwiknyo,
sumber
data
pengambilan dengan
sampel
pertimbangan
2010:148).
tertentu.
(2002:330), adalah
Afzalurrahman (1995:12) konsumsi adalah
teknik
permintaan
pemeriksaan
berbagai
keabsahan data yang memanfaatkan
dibutuhkan
agar penelitian tersebut dapat dipercaya
jika
diatas
konsumsi
bisa adalah
dan
diingikan
untuk
bisa
manusia. Di dalam ekonomi Islam, konsumsi
bisa diratakan seperti dalam penelitian juga
dideskripsikan,
memiliki
pengertian
yang
sama
tetapi berbeda dalam tujuan dan cara
dikategorisasikan, mana pandangan yang
pencapaiannya,
sama, yang berbeda dan mana yang
yaitu
harus
sesuai
dengan prinsip dan pedoman yang telah
spesifik dari ketiga sumber data tersebut.
ada di Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tujuan
Data yang telah di analisis oleh peneliti
utama konsumsi seorang muslim adalah
sehingga menghasilkan suatu kesimpulan, dimintakan
pengertian
Dari
memenuhi dan memuaskan kebutuhan
menggunakan
triangulasi sumber karena penelitian tidak
tetapi
pemanfaatan.
penggunaan barang atau jasa yang
dalam meneliti dibutuhkan keabsahan
Penulis
dan
dikatakan
yang lain. Peneliti menyimpulkan bahwa
selanjutnya
(2006:147)
memuaskan kebutuhan manusia. Menurut
Triangulasi data menurut Moleong
kuantitatif,
Rosyidi
konsumsi adalah penggunaan jasa untuk
D. Teknik Keabsahan Data
kredibilitasnya.
Menurut
sebagai sarana penolong dan pelengkap
kesepakatan
untuk beribadah kepada Allah SWT.
dengan ketiga sumber data tersebut.
Konsumsi dapat dilihat dari tingkah laku konsumen dalam melakuan konsumsi
617
JESTT Vol. 1 No. 9 September 2014 untuk
memenuhi
dan
Menurut Karim (2012:68) kesejahteraan
diartikan
konsumen akan meningkat jika dia
dengan perilaku konsumsi. Allah SWT juga
mengkonsumsi lebih banyak barang
telah banyak memberikan batasan dan
yang
larangan dalam perilaku konsumsi. Salah
mengurangi
satunya di Q.S. Al-A’raf ayat 31
yang buruk atau haram. Wujud halal di
۟ ْﺠ ۢﺪ و ﻮا
dalam konsumsi para pengajar Pondok
kepuasannya
kebutuhan
atau
dapat
۟ ي◌ ٓﻰ ءادم ﺬ ْ وا ز ۟ و ْﺮ ﻮا وﻻ ْﺮ ٓﻮ ۟ا ۚ إ ﮫۥ ﻻ
ْﺪ
ْ
ْ ْﺮ
bermanfaat,
halal
mengonsumsi
dan barang
Pesantren juga dekat dengan sikap yang
ditunjukkan
mereka
dalam
yā banī ādama khużū zīnatakum 'inda kulli
meyakini
masjidin
memberikan rezekinya melalui jalan
wakulū
waisyrabū
walā tusrifū
innahu lā yuḥibbu almusrifīna. Artinya
:
“Hai
SWT
yang
telah
sebagai guru. pakailah
Hal tersebut ditunjukkan dengan bukti
setiap
rasa syukur mereka. Para Informan
(memasuki) masjid, makan dan minumlah
meyakini halal dalam mendapatkan
dan
berlebih-lebihan.
rezeki dengan tidak korupsi, mencuri
tidak
menyukai
dan menipu. Sebagai seorang guru,
berlebih-lebihan.
para informan melakukannya dengan
(Departemen Agama Republik Indonesia,
tidak mengurangi jam mengajar dan
2007:154).
berusaha
pakaianmu
anak
Allah
yang
Adam,
indah
janganlah
Sesungguhnya orang-orang
Allah yang
di
Ayat tersebut disampaikan untuk
Muslim,
dianjurkan
kemampuan
yang terbaik kepada para santri.
seluruh keturunan Nabi Adam, khususnya umat
memberikan
2. Tidak Boros dan Berlebihan
memakai
Qardhawi (2001:247) menjelaskan jika
pakaian yang indah saat akan menuju
sikap
masjid yaitu pakaian yang mewujudkan
biasanya harus diiringi dengan sikap
kesopanan
manusia
berlebih-lebihan,
tanpa tanpa berlebih-lebihan. Termasuk
berlebih-lebihan
anjuran untuk makan dan minum agar
dengan
tidak berlebih-lebihan.
boros
kepada
Unsur-unsur
sesama
dari
konsumsi
yang
hidup
mewah
(kemewahan)
sedangkan tidak
harus
kemewahan. dan
konsumsi
disertai
Wujud
berlebihan
para
sikap
di
tidak dalam
pengajar
Pondok
sesuai dengan syariat Islam menciptakan
Pesantren dekat dengan sikap yang
berbagai
ditunjukkan mereka dalam meyakini
sikap
dan
kebijakan
yang
ditunjukkan oleh para pengarajar yang
Allah
menjadi informan dalam penelitian ini
rezeki. Hal tersebut ditunjukkan dengan
untuk
bukti
memutuskan
sesuatu.
Bentuk
SWT yang
rasa
telah memberikan
syukur
mereka
yang
implementasi dari unsur-unsur kecerdasan
mengutamakan kebutuhan daripada
spiritual Islam yaitu:
keinginan.
1. Halal
618
Para
Informan
meyakini
JESTT Vol. 1 No. 9 September 2014 tidak boros itu sesuai dibutuhkan bukan
mengutamakan kebutuhan daripada
menuruti hawa nafsu.
keinginan.
3. Tidak Hidup Mewah
Para
Informan
meyakini
tidak hidup itu sesuai dibutuhkan bukan
Kemewahan di dalam Al-Quran adalah
menuruti
ciri-ciri pertama penghuni neraka yang
memperhatikan keadaan masyarakat
berhak
sekitar
mendapatkan
kemurkanan
Allah dan azab-Nya yang pedih:
ﻮم ۢ
ﻰ ﺎل
ْ ﺎل ﺎٓ أ
ﻻ ﺎر ۢد وﻻ ْ ﻮم ۟ و ﺎ ﻮا
ْ وأ
ۢ وظ
و
Keseimbangan alokasi
fī
Wujud
memberikan
Pesantren
para dekat
rezeki.
Hal
tersebut
ditunjukkan dengan bukti rasa syukur mereka
dalam (siksaan)
yang
mengutamakan
kebutuhan akhirat setelah kebutuhan
angin yang amat panas, dan air panas
pokok
yang mendidih, dan dalam naungan
terpenuhi.
Sehingga
para
informan mendapatkan berkah dari
asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak
Allah SWT.
Sesungguhnya
sebelum
bermewahan.
Pondok
konsumsi
dalam meyakini Allah SWT yang telah
wakānū
Artinya : “Dan golongan kiri, siapakah
mereka
dalam
dengan sikap yang ditunjukkan mereka
yuṡirrūna 'alā alḥintsi al'ażīmi.
menyenangkan.
harus
konsumsi
kesimbangan
pengajar
lā bāridin walā karīmin. innahum kānū
golongan kiri itu?
yang
maupun shadaqah (Hidayat 2010:239).
samūmin
mutrafīna.
pendapatan
merupakan
kegiatan sosial seperti zakat, infaq,
waḥamīmin. ważillin min yaḥmāmin. qabla żālika
menonjolkan
konsumsi
memperhatikan
aṡhābu alsysyimāli
mā aṡḥābu alsysyimāli.
tidak
dan
4. Keseimbangan Konsumsi
ﺮون ﻰ ْ ﺚ ْ ﻈ
Wa
dengan
nafsu
kekayaan yang dimiliki.
۟ إ ﮭ ْ ﺎ ﺮ ﻮا ْ ذ
ْﺮ
hawa
Dan
itu
hidup
mereka
terus-
B. Validitas Data Penelitian
ini
menggunakan
metode triangulasi teknik untuk mengecek
menerus mengerjakan dosa besar”.
data yang diperoleh dari informan kesatu
(QS. Al Waqi’ah : 41-46) (Departemen
sampai keenam mengenai implementasi
Agama Republik Indonesia, 2007:535).
konsumsi Islami. Peneliti menggunakan Wujud tidak hidup mewah di dalam konsumsi
para
pengajar
teknik pengumpulan data yang berbeda-
Pondok
beda
Pesantren dekat dengan sikap yang
SWT yang
rasa
syukur
mereka
data
dari
observasi dan dokumentasi, seperti yang
telah memberikan
dijelaskan pada gambar 1 :
rezeki. Hal tersebut ditunjukkan dengan bukti
mendapatkan
sumber yang sama, yaitu wawancara,
ditunjukkan mereka dalam meyakini Allah
untuk
yang
619
JESTT Vol. 1 No. 9 September 2014 penelitian ini memberikan data yang
Observasi
representatif sehingga dapat memberikan data yang diharapkan dan mendukung
Sumber data yang sama
Wawancara
penelitian ini. Penelitian ini hanya dalam lingkup
Dokumentas i Sumber
:
Pondok Sugiyono.
2009.
Pesantren
Al
Aqobah
Desa
Metode
Kwaron Kecamatan Diwek Kabupaten
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Jombang dan tidak mengikutkan Pondok
hal.242
Pesantren lainnya yang ada di Kabupaten Jombang sehingga hanya dilihat dari satu
Gambar 1
sudut
Triangulasi Teknik
pandang
saja.
Agar
dapat
dilakukan penelitian komprehensif dapat Selain
melakukan
proses
dilakukan penelitian tentang implementasi
wawancara mendalam kepada informan,
konsumsi
peneliti juga melakukan proses observasi
Islami
di
Pondok
Pesantren
lainnya.
ke Pondok Pesantren Al Aqobah kurang V. SIMPULAN
lebih selama 2 minggu untuk mengamati
Berdasarkan
kegiatan yang dilakukan oleh informan. Peneliti
juga
melakukan
penelitian ini adalah Pengajar Pondok Pesantren Al Aqobah Kecamatan Diwek
yang ada di lapangan, dokumentasi ini meningkatkan
Kabupaten
keabsahan
yang
didapat
dari
Pengajar
membelanjakan dijalan Allah SWT tidak
penelitian
untuk judi dan foya-foya. Hal ini mereka
Pondok
lakukan
Pesantren Al Aqobah dapat dipercaya
sejalan
thayyib. 2. Tidak
triangulasi teknik.
boros
harta C. Keterbatasan Penelitian ini
hanya
dapat
mengambil enam informan yang mewakili di
bidang
keagamaan
akademik atau
dan
bidang
pengajar
pondok
tuntunan
utama konsumsi Islami harus halal dan
setelah
dilakukan validitas data dengan metode
Penelitian
dengan
syariat Islam bahwa salah satu syarat
dan memiliki kebenaran data yang dapat dipertanggungjawabkan
Islami
1. Mengolah dengan zat yang halal dan
benar melakukan pengumpulan data. data
konsumsi
dengan cara sebagai berikut:
merupakan bukti bahwa peneliti benar-
umum,
Jombang
mengimplementasikan
penelitian, karena dokumentasi tersebut
Secara
pembahasan
pada bab empat, maka simpulan dari
proses
dokumentasi untuk memotret keadaan
akan
hasil
dalam
karena
membelanjakan mereka
mementingkan
kebutuhan
keinginan.
ini
Hal
lebih daripada
mereka
lakukan
sejalan dengan tuntunan syariat Islam bahwa
saja.Enam informan yang mewakili dalam
620
salah
satu
syarat
utama
JESTT Vol. 1 No. 9 September 2014 konsumsi Islami dengan tidak berlebih-
Pujiyono, Arif. 2006. Teori Konsumsi Islami.
lebihan.
Dinamika Pembangunan, Vol. 3,
3. Tidak hidup mewah dan menonjolkan
No. 2: 196-207.
kekayaan
Pusat Pengkajian dan Pengembangan
4. Menyeimbangkan
antara
konsumsi
Ekonomi Islam. 2008. Ekonomi Islam.
duniawi dan konsumsi akhirat.
Edisi
1995.
Doktrin
dalam
Ekonomi
Muhammad.
Introduction
2010.
to
The
Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo
Sharia
Persada. Sugiyono.
Karim, Adiwarman. 2012. Ekonomi Mikro
Dinamika
Pendidikan
Pesantren
:
Pendidikan
Pustaka Pelajar. Yin, Robert K. 2011. Studi Kasus:Desain dan
Pesantren.
2002.
Persada.
Metodologi
Penelitian. Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Nafik, Muhammad H.R. 2009. Rasionalitas di
Muslim
Rosdakarya.
Seminar
Ekonomi tidak
Islam.
diterbitkan.
Surabaya Fakultas Ekonomi dan Universitas
Airlangga
Surabaya. Nasution,
Mustafa
Pengenalan Islam.
Edisi
R&D.
Metode. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Lexy.
Makalah
Kualitatif
Ayat Ekonomi Islam. Yogyakarta:
Suatu
Jakarta: INIS.
Konsumsi
Penelitian
Suwiknyo, Dwi. 2010. Kompilasi Tafsir Ayat-
Sistem
Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem
Metode
Bandung: Alfabeta.
Raja Grafindo Persada. 1994.
2011.
Kuantitatif
Islam. Edisi Keempat. Jakarta: PT
Bisnis
Islam.
Rosyidi, Suherman. 2006. Pengantar Teori
An
Economic. Jakarta: Zikrul Hakim.
J.
Perekonomian
dkk. 2001. Jakarta: Robbani Press.
Wakaf.
Moleong,
Raja
Terjemahan oleh Didin Hafiluddin,
Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti
Mastuhu.
PT
Qardhawi, Yusuf. Peran Nilai dan Moral
Al Qur’an dan Hadits.
Hidayat,
Jakarta:
Grafindo Persada.
DAFTAR PUSTAKA
Afzalurrahman.
Kesatu.
Edwin.
2006.
Eksklusif
Ekonomi
Pertama.
Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.
621