JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
IMPLEMENTASI PEMAHAMAN KONSUMSI ISLAM PADA PERILAKU KONSUMSI KONSUMEN MUSLIM
Zulfikar Alkautsar Mahasiswa Program Studi S1 Ekonomi Islam–Fakultas Ekonomi dan Bisnis–Universitas Airlangga Email :
[email protected] Meri Indri Hapsari Departemen Ekonomi Syariah - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Airlangga Email :
[email protected] ABSTRACT: People does consumption to fulfill their needs in order to keeping their life. There are guidelines in Islam telling how a Moslem is supposed to consumed. A Moslem needs a comprehensive understanding about Islamic consumption in order to adjust their consuming behaviour with Islamic syaria. The understanding causes an implication of Moslem consumer behaviour in daily life. This research uses case study method with descripive qualitative approach. Author uses interview for primary data collection in this research. The scope of this research is limited in student of Islamic Economics of Economics and Business Faculty of Airlangga University and answer how to implement Islamic consumption understanding in Moslem consumption behavior. The result of this research shows there are four elements of Islamic consumption which is used as a guideline for moslem while they do consumption, ie: halal products consumption, avoiding excessive consumption (israf), paying zakat, infaq, and charity, and making needs priority. The informen confess that there is a difference in their consuming behaviour before and after knowing the Islamic consumption theory. Keywords: Islamic Economics Student, Islamic Consumption, Moslem Consumer behaviour
I. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki jumlah populasi yang
A. Latar Belakang
sangat
besar
dengan
karakteristik
bervariasi.
Konsumen-
Indonesia adalah Negara dengan
konsumen
jumlah populasi Muslim terbesar di dunia.
konsumen
Populasi
besar
menjadi
tersebut didominasi oleh konsumen muda
segmen
dengan
kelompokkan berdasarkan pendapatan,
Muslim
yang
rentang
berdasarkan
umur
sensus
sangat
17-25
tahun
penduduk
yang
yang
tersebut beberapa
dikelompokkan segmen.
tersebut
Segmen-
dikelompok-
jenis kelamin, dan umur.
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik tahun
Saat ini, banyak perusahaan mulai
2010 (BPS, 2013:14). Jumlah penduduk
memprioritaskan segmen konsumen muda
yang
dalam
besar
menimbulkan
jumlah
strategi
pemasarannya.
permintaan yang besar pula. Indonesia
Perusahaan-perusahaan
menjadi Negara yang potensial bagi para
menyadari
pelaku
muda
menjual
bisnis
untuk
memasarkan
produk-produknya
dan
karena
bahwa
memiliki
segmen
tersebut konsumen
kecenderungan
untuk
mudah bosan terhadap suatu produk.
736
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
Konsumen
muda
atau
biasa
Sumber:www.setneg.go.id/index.php?opti on=com_content&task=view&id=7068 (diakses pada 18 Maret 2014).
disebut generasi Y adalah mereka yang lahir
pada
konsumen
tahun ini
1977-1994.
berpandangan
Jenis
Islam telah memberikan tuntunan
bahwa
kepada umatnya mengenai cara-cara
penerimaan sosial dan pengakuan oleh
berkonsumsi yang baik. Islam membagi
lingkungan adalah dua hal yang harus
konsumsi menjadi dua, yaitu: konsumsi
dicapai (Mayasari dan Maharani, 2011:84-
untuk kebutuhan diri sendiri dan konsumsi
85).
untuk kebutuhan sosial. Generasi Y juga dikenal sebagai
Konsumen
konsumen yang haus akan inovasi-inovasi. pada
produk
yang
mereka
untuk kebutuhan individual dan untuk dibelanjakan
produk-produk dengan inovasi yang terus
Konsumsi
produk menjadi semakin pendek. Hal ini
seorang
dikarenakan para konsumen, terutama
yang
adanya
mempengaruhi
Islam
untuk
lebih
baru.
oleh
seharusnya
mengajarkan dengan
umatnya cara
untuk
menjauhi
produk-produk yang haram, tidak kikir, dan tidak tamak. Hal tersebut dijelaskan
dengan produk
Fenomena
dilakukan
Muslim
berkonsumsi
sebenarnya tidak terlalu mereka butuhkan
yang
yang
konsep konsumsi ilmu ekonomi lainnya.
terus mengkonsumsi produk-produk yang
untuk segera diganti
(Muflih,
antara konsep konsumsi Islam dengan
Iklan-iklan
konsumen
Allah.
Allah. Hal tersebut merupakan pembeda
yang
ditawarkan oleh produsen. Hal tersebut dengan
jalan
mencerminkan hubungan dirinya dengan
konsumen muda cenderung untuk terus terbaru
di
2006:16-17)
berkembang, membuat siklus hidup suatu
diperburuk
taat,
yang dimilikinya seharusnya dibelanjakan
Permintaan yang tinggi terhadap
produk-produk
yang
dirinya akan menyadari bahwa harta
gunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
membeli
Muslim
oleh Allah dalam Q.S. Al A’raf ayat 31 :
tersebut
membuat konsumen menjadi konsumtif. dengan
meningkatnya IKK (Indeks Kepercayaan
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu
Konsumen) Indonesia yang meningkat 5
yang indah di Setiap (memasuki) masjid,
poin dari tahun sebelumnya.
Makan dan minumlah, dan janganlah
Hal
tersebut
ditandai
berlebih-lebihan. tidak
menyukai
Sesungguhnya
Allah
orang-orang
yang
berlebih-lebihan.” (QS. Al A’raf:31). Fenomena yang terjadi kini sangat bertolak belakang dengan bagaimana seharusnya seorang muslim berkonsumsi.
737
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
Informasi gaya hidup dan tren yang
penelitian ini adalah mahasiswa Program
sangat mudah untuk diakses menjadikan
Studi Ekonomi Islam Universitas Airlangga
konsumen muda kini memiliki penafsiran
Surabaya. Seorang Muslim yang berakal
bahwa trend an gaya hidup di media
(memahami)
massa
mengamalkan
tersebut
menyangkut
harus
diikuti
penerimaan
karena
mereka
di
dalam
seharusnya ilmu
kehidupan
yang
dapat dimilikinya
sehari-hari
sebagai
lingkungan tempat mereka bergaul. Hal
wujud ketaatan seorang hamba kepada
tersebut
Allah SWT.
dalam
ilmu
psikologi
disebut
konformitas.
B. Rumusan Masalah
Konformitas perilaku
dan
adalah
sikap
perubahan
seseorang
Berdasarkan latar belakang yang
untuk
telah diuraikan di atas, maka rumusan
memenuhi standar yang dibentuk oleh
masalah
suatu kelompok agar seseorang dapat
penelitian
ini
adalah
“Bagaimana implementasi pemahaman
diterima sebagai bagian dari kelompok
konsumsi Islam pada konsumen Muslim?”
tersebut. (Hotpascaman, 2010:16). Mahasiswa masyarakat
adalah
yang
II. Landasan Teori
elemen
diharapkan
A. Pemahaman
dapat
Pemahaman memiliki kata dasar
berpikir kritis terhadap apa yang terjadi
paham yang mendapat imbuhan pe- dan
dengan lingkungan sekitarnya. Mahasiswa yang
memiliki
pemahaman
–an.
konsumsi
pengertian,
Islam dalam berkonsumsi harus didasari motivasi
maslahah
bukan
untuk untuk
ilmu
kewajiban
ekonomi
untuk
Islam,
Kitab Lisan Al Arab yang disusun oleh Ibnu Mandzur,
memiliki
makna
(1983: 22-24) seperti yang dikutip
dari
http://dirmandjahura.blogspot.com/2012/09/pemaham
Berdasarkan uraian di atas, penulis meneliti
ﻓﮭﻢ
Lebih lanjut, menurut Partowisastro
teori
kehidupan sehari-hari.
untuk
kata
mengerti, memahami, dan pemahaman.
menerapkan
konsumsi Islam untuk dipraktikkan dalam
tertarik
mengerti
dari bahasa Arab, yaitu kata ﻓﮭﻢ. Menurut
kehidupan,
terutama
atau
kata paham merupakan kata serapan
dalam hal ini mahasiswa ekonomi Islam memiliki
pendapat,
Indonesia yang disusun oleh J.S. Badudu,
yang didapat dari proses perkuliahan dalam
Bahasa
Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa
maksimalisasi
berkewajiban untuk mengaplikasikan teori
diterapkan
Besar
benar akan suatu hal. Menurut Kamus
mencapai
utilitas. Sebagai akademisi, mahasiswa
untuk
Kamus
Indonesia (KBBI) paham memiliki makna
Islam, tentu memahami bahwa tuntunan
dengan
Menurut
an-sebagai-pernyataan-hasil.html
dampak
mengemukakan bahwa terdapat empat
implementasi pemahaman konsumsi Islam
macam pengertian pemahaman, yaitu :
pada perilaku konsumsi konsumen Muslim. Konsumen muslim yang dimaksud dalam 738
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
but as an aspect of how we deal with the
1. Melihat hubungan yang belum nyata
world.” Dari pernyataan tersebut dapat
pada pandangan pertama 2. Mampu
menerangkan
atau
diketahui
dapat
bahwa
pemahaman
bukan
melukiskan
tentang
aspek-aspek,
hanya sebatas pada teori saja, namun
tingkatan,
sudut
pandangan-
juga bagaimana seseorang merespon fenomena
pandangan yang berbeda
didapat
faktor-faktor yang penting
yang
membuat
beralasan
tingkah
Partowisastro seseorang
adalah dalam
aktifitas
kemampuan
mengerti
Kemampuan memahami sesuatu menjadi penting
pembelajaran
dalam
yang
material
maupun
material,
mampu
meningkatkan
sehari-hari.
Pemahaman
memiliki
yang
pengetahuan.
lebih
tinggi
Seseorang suatu
hal
belum
manusia
paling
sebagai
makhluk
(P3EI,
2011:43).
mulia”
saat
Halal memiliki definisi “tindakan yang dibenarkan untuk dilakukan oleh syara’” (Sholihin,2010:301). Halal dibagi
dari
menjadi tiga yaitu halal menurut sifat zat,
yang
cara
tentu
memperolehnya,
pengolahannya.
memahami hal tersebut, berbeda dengan
Allah
dan SWT
cara
berfirman
dalam Q.S. Al Baqarah:173
ٓۡ ﺰ ﺮ و ﺎ
seseorang yang memahami suatu hal, dapat dipastikan dirinya mengetahui hal (Diakses
yang
non
mengkonsumsi barang yang halal saja.
agar apa yang dipelajari oleh seseorang kehidupan
bentuk
bisa didapatkan oleh konsumen
tersebut saja, dibutuhkan pemahaman
dalam
segala
manfaat dan berkah. Maslahah hanya
cukup hanya dengan mengetahui hal
diaplikasikan
maslahah.
Maslahah memiliki dua kandungan, yaitu
seseorang. Mempelajari suatu hal tidak
tersebut
sebuah
keadaan, baik
yang
oleh
adalah
adalah
kedudukan
proses
dilakukan
konsumsi
“Maslahah
atau
mengetahui suatu hal dengan benar.
mengetahui
dalam
terpenting yang harus dicapai dalam
disimpulkan bahwa pemahaman menurut
tingkatan
sebelumnya
Islam berpandangan bahwa hal
Berdasarkan uraian diatas dapat
dapat
sekitarnya
B. Teori Konsumsi Islam
lakunya.
bagian
di
proses pembelajaran.
ramalan
mengenai
ada
menggunakan konsep/teori yang telah
3. Memperkembangkan kesadaran akan
4. Berkemampuan
yang
ۡ ۡ ﺔ و ﺪم و ۡﺤ
ۡ ﺮم ﻋΣ إ ﺎ
ۡ ϦϓͿ ﮫٕ ﻐ ۡ ﺮ مϞأھ Ωﻋﺎ و ۡ ﺮ ﺎϏ ﺮτο ٧ ٌ Σﻔﻮر رϏ Ϳ ﻋ ۡ ىﮫ إنΛۡ ٓ إϓ
melalui
http://www.dirman-djahura.blogspot.com pada 18 April 2014).
“Sesungguhnya
Allah
hanya
Carl Bereiter mengemukakan dalam
mengharamkan bagimu bangkai, darah,
bukunya Education and Mind in the
daging babi, dan binatang yang (ketika
Knowledge Age bahwa: “understanding
disembelih) disebut (nama) selain Allah.
was seen, not as some entity in the head
Tetapi 739
barangsiapa
dalam
keadaan
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
dharuriyat. Kebutuhan hajjiyat hanya bisa
menginginkannya
dipenuhi apabila kebutuhan dharuriyat
dan
tidak
(pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa
sudah
baginya.
kebutuhan
Sesungguhnya
Allah
Maha
terpenuhi.
Tidak
terpenuhinya
sebenarnya
hajjiyat
Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S.
mengancam
Al Baqarah:173).
kebutuhan dharuriyat masih terpenuhi.
dengan
bagaimana
tahsiniyat. Tingkatan kebutuhan ini memiliki
seorang
fungsi sebagai penambah keindahan dan
Muslim menjalani kehidupannya sehari-
kesenangan hidup. Kebutuhan tahsiniya
hari sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan
hadits.
seorang
Dalam
Muslim
konteks
hanya boleh dipenuhi setelah kebutuhan
ekonomi,
diwajibkan
dharuriyat dan hajjiyat terpenuhi lebih
untuk
dulu (Muflih, 2006: 66-70).
mengkonsumsi hal-hal yang baik saja.
Prioritas konsumsi seorang Muslim
Yaitu halal baik halal menurut sifat zat, cara
pemrosesan,
dan
harus
cara
kebutuhan
Mengkonsumsi barang dan jasa halal
saja
merupakan
balasannya,
manusia
dari
barang
dan
jasa
prioritas
dan
tahsiniyat.
hajjiyat
Sepintas, kebutuhan
yang
prioritas
tersebut
pemenuhan
tidak
berbeda
dengan prioritas pemenuhan kebutuhan yang
Teori konsumsi Islam mengajarkan membuat
dengan
dharuriyat terpenuhi.
akan
dikonsumsi. (P3EI, 2011:129).
untuk
dibandingkan
boleh dipenuhi setelah semua kebutuhan
mendapatkan pahala sebagai bentuk berkah
kebutuhan
Kebutuhan hajjiyat dan tahsiniyat hanya
bentuk
kepatuhan manusia kepada Allah SWT, sebagai
mengutamakan
dharuriyat
mendapatkannya.
yang
selama
dharuriyat
Tingkatan kebutuhan selanjutnya adalah
Keimanan seorang Muslim dapat diukur
aspek
tidak
ada
di
dalam
teori
konsumsi
ekonomi sekuler, namun jika diperhatikan
dalam
lagi,
pemenuhan kebutuhan. “Urutan prioritas
kebutuhan
(primer)
dharuriyat
mengandung unsur-unsur yang berbeda
kebutuhan tersebut adalah: dharuriyat
dengan kebutuhan primer yang ada di
(primer), hajjiyat (sekunder), dan tahsiniyat
teori
(tersier)” (Muflih, 2006:66-70).
konsumsi
ekonomi
sekuler.
Perbedaan tersebut adalah kebutuhan seseorang untuk beribadah. Teori konsumsi
Kebutuhan dharuriyat mencakup: agama
(din),
kehidupan
ekonomi
(nafs),
selanjutnya
mencakup
pendidikan. Islam mengajarkan umatnya
harta (mal). Tingkatan kebutuhan manusia Islam
hanya
kebutuhan sandang, pangan, papan, dan
pendidikan (‘aql), keturunan (nasl), dan
menurut
sekuler
untuk
adalah
hidup
terpenuhinya
kebutuhan hajjiyat. Kebutuhan hajjiyat ini
ukhrawi.
berfungsi sebagai pelengkap kebutuhan
selaras, kebutuhan
Sehingga
yaitu
dengan
duniawi
kebutuhan
dan untuk
beribadah termasuk dalam kebutuhan 740
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
dharuriyat (primer). Allah berfirman dalam
Islam). Pemahaman konsumsi Islam tidak
Q.S. Adz Dzariyat ayat 56:
terlepas dari pemahaman seorang Muslim
و ۡﻹ ﺲ إϦ ۡ ۡ ﺖ
ﺪونΒ ۡ
وﺎ
mengenai ajaran agama Islam itu sendiri. Allah SWT memberikan petunjuk kepada
Artinya “Dan aku tidak menciptakan jin
orang-orang yang mau memahami dan
dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”
(Q.S.
mengamalkan ajaran agama Islam. Allah
Adz
SWT berfirman dalam Q.S. Ar Ra’ad ayat
Dzariyat:56).
19-22:
Terdapat dua hal yang mendasari seseorang
dalam
berkonsumsi,
ر ﻚ ۡ ﺤϦ ۡ أ ﺎٓ أ ﺰل إ ۡ ﻚϦ ϓ۞أ Ϳ ﻮن ۡﮭﺪϓ ﻮϦ ά ٩ Β ۡ ﺮ أو ﻮا ۡﻷά أ ۡﻋ ى ٓﻰ إ ﺎ ﻮن ﺎٓ أ ﺮ Ϳ ٓﮫٕ أن Ϧά و ﻀﻮن ۡ ﺜ و ۡ ۡ وϞ ﻮ ﻮء ۡ ﺤﺴﺎبγ ٓ ﻮنϓﺸﻮن ر ﮭ ۡ و ﺎ
ھﻮϦۡ
yaitu
kebutuhan dan keinginan. Pemenuhan terhadap sesuatu yang dibutuhkan akan memberikan spiritual,
tambahan
intelektual
manfaat
ataupun
fisik,
ﻮة وأ ﻔ ﻮا
material,
ﺮوا ۡ ﻐﺎٓء و ۡ ﮫ ر ﮭ ۡ وأ ﺎ ﻮاΒ
ٗﺔ و ۡﺪرءون ﭑ ۡ ﺤﺴ ﺔ ﺴ ﺌﺔ
sedangkan pemenuhan keinginan akan
ٗﺮا وﻋγ ۡ ﺎ رز ۡ ﮭ ٓ ﻰ ﺪارΒ ۡ أو ﺌﻚ ﮭ ۡ ﻋ
menambah kepuasan psikis di samping manfaat lainnya (P3EI, 2011:130). 19. Adakah
orang
Ϧά و
yang
mengetahui
bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu adalah kebenaran sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil Islam
mengajarkan
pelajaran. 20.
bahwa
(yaitu) orang-orang
konsumsi atau pembelanjaan uang tidak
yang memenuhi janji Allah dan tidak
sebatas hanya untuk kepentingan pribadi
merusak perjanjian. 21.
namun juga untuk kepentingan sosial
orang yang menghubungkan apa-
yang terwujud dalam bentuk zakat dan
apa yang Allah perintahkan supaya
sedekah (Muflih, 2006:16). Konsumsi sosial
dihubungkan,
sebagai
kepada Tuhannya dan takut kepada
bentuk
redistribusi
kekayaan
dan
dan
mereka
takut
merupakan salah satu pembeda perilaku
hisab yang buruk. 22.
konsumen
orang yang sabar karena mencari
muslim
dengan
perilaku
keridhaan
konsumen ekonomi sekuler.
adalah
mendirikan
rezeki yang Kami berikan kepada
Dalam penelitian ini, pemahaman dimaksud
orang-
shalat, dan menafkahkan sebagian
C. Pemahaman Konsumsi Islam
yang
Tuhannya,
Dan
orang-
mereka, secara sembunyi atau terang-
pemahaman
terangan serta menolak kejahatan
seorang muslim terhadap teori konsumsi
dengan kebaikan; orang-orang itulah
Islam (sebagai bagian dari ajaran agama
741
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
yang mendapat tempat kesudahan
Pelarangan tersebut memiliki alasan-
(yang baik).
alasan
jasmani
yang “berakal” (memahami) apa yang melalui
Al
bangkai.
shalat,
yang
dan
pemahaman
seseorang
konsumsi
(sebagai
Islam
menimbulkan
penyakit
berkonsumsi secara berlebihan juga
tingkat
dilarang
mengenai bagian
dapat
mikroorganisme
produk yang haram, pelarang untuk
merupakan indikator-indikator yang dapat mengukur
macam
mengandung
Selain pelarangan konsumsi produk-
di jalan Allah. Hal-hal tersebut dapat
untuk
Sebagai
bagi manusia. (Hidayat, 2010: 234-236)
menafkankah sebagian harta yang dimiliki
digunakan
rohaninya.
Bangkai
berbagai
dan menjauhi larangan-Nya, menjaga tali mendirikan
dan
contoh, adalah pelarangan konsumsi
Qur’an
adalah orang yang menjalankan perintah
persaudaraan,
dapat
seorang Muslim, baik bagi kesehatan
atas menunjukkan bahwa seorang Muslim
Allah
yang
memberikan dampak buruk bagi diri
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ayat di
disampaikan
tertentu
dalam
Islam.
berlebih-lebihan
dari
atau
Israf
dalam
Islam
didefinisikan sebagai kegiatan konsumsi
ajaran agama Islam) dan bagaimana
yang
seorang Muslim tersebut mengamalkan
melebihi
seseorang.
pemahamannya dalam kehidupan sehari-
Untuk
kebutuhan
diri
menghindari
Israf,
Imam Al Ghazali seperti yang dikutip
hari.
oleh Karim (2010: 62) mengemukakan
Berikut ini adalah penjelasan dari
bahwa
kelima unsur pemahaman konsumsi Islam
skala
prioritas
konsumsi merupakan salah satu upaya
di atas:
untuk
1. Menjalankan perintah Allah SWT Menjalankan
perintah
Allah
Salah satu indikator utama keimanan seorang Muslim, adalah pelakasanaan
halal saja, baik halal zatnya dan cara
produk
Karena
konsumsi
halal
akan
yang
shalat. Shalat menjadi ibadah yang esensial dikarenakan shalat merupakan tiang agama.
mendatangkan maslahah dan berkah tidak
didapat
dari
dalam
israf
3. Mendirikan shalat
konsumsi pada produk-produk yang
mendapatkannya.
mengurangi
berkonsumsi bagi seorang Muslim.
dalam
konteks berkonsumsi adalah melalui
yang
membuat
ِ اﻟ ﱠ َو ْﻦ، ﱢﻳﻦ ُ ﺼﻼةُ ﻋ َ َ ْﻦ أ َﺎ َ ﻬﺎ ﻓَ ْﺪ أ َ َﺎم اﻟﺪ، ﺎد اﻟﺪﱢﻳ ِﻦ ﱢﻳﻦ َ َ ﺪ َ ﻬﺎ ﻓَـ َ ﺪ َ َﺪ َم اﻟﺪ
konsumsi
produk yang haram. (Hidayat, 2010:
Artinya: “Salat adalah tiang agama,
232-234)
barangsiapa
2. Menjauhi larangan Allah SWT
yang
menegakkannya,
Allah SWT telah menjelaskan hal-hal
maka ia telah menegakkan agamanya
apa
dan
saja
seorang
yang Muslim
diharamkan untuk
bagi
barangsiapa
merobohkannya,
dikonsumsi.
742
berarti
yang ia
telah
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
merobohkan agamanya” (HR. Imam
Wallażiina yu’minuuna bimaa unzila
Baihaqi).
ilaika wamaa unzila min qablika wabil
4. Menafkahkan sebagian hartanya di
aakhirati hum yuuqinuuna.
jalan Allah
“Dan
mereka
yang
beriman
Seorang muslim yang hartanya telah
kepada Kitab (Al Quran) yang telah
mencapai
untuk
diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab
menunaikan zakat maal. Selain zakat
yang telah diturunkan sebelummu, serta
maal, dalam Islam juga dikenal bentuk
mereka yakin akan adanya (kehidupan)
konsumsi lainnya seperti infaq, sedekah,
akhirat.” (Q.S. Al Baqarah:4).
dan
nisab,
hibah.
diwajibkan
Seorang
Muslim
yang
Seorang
menunaikan ZIS (Zakat, Infaq, Sedekah),
Penunaian
merupakan
bentuk
persaudaraan
ZIS
melalui
kehidupan
juga
menjaga
akan
tali
yang
berimplikasi
terjadi
karena
akhirat
selalu
dapat
dipastikan
berusaha
menjaga
tuntunan Islam. 2. Tingkat
pada
kesuksesan
seorang
Muslim
diukur dengan moral agama yang
peredaman kecemburuan sosial yang marak
senantiasa
konsumsinya agar tetap sesuai dengan
pengurangan
kesenjangan antara si miskin dan si kaya
yang
beriman pada hari kiamat dan adanya
akan memperoleh keberkahan pada hartanya.
Muslim
dimilikinya,
adanya
banyak
kesenjangan kekayaan di masyarakat.
bukan harta
dari yang
seberapa dimilikinya
sebagaimana firman Allah dalam Q.S.
(Muflih, 2006: 127).
Al Hujurat:13
… ଉଉ ۡىԩ ۡ …إن أ ۡ ﺮ ۡ ﻋ ﺪ Ϳ أ
D. Teori Perilaku Konsumen Muslim Teori perilaku konsumen Muslim
Artinya: “…Sesungguhnya orang yang
sangat berbeda dengan teori perilaku konsumen perilaku
yang
ditemui
konsumen
pada
ekonomi
paling mulia diantara kamu disisi Allah
teori
ialah orang yang paling takwa diantara
sekuler.
kamu…”.
Perbedaan tersebut terletak pada nilai
3. Memiliki kekayaan bukanlah sesuatu
dasar teori, motif dan tujuan konsumsi,
yang
serta teknik pemilihan dan pengalokasian anggaran
untuk
berkonsumsi
buruk,
kekayaan
(Wigati,
namun
itu
harus
pemanfaatan sesuai
dengan
tuntunan Islam sebagaimana dalam
2011:31). Terdapat tiga nilai yang menjadi
Q.S. Al Baqarah ayat 262:
dasar perilaku konsumen Muslim, yaitu:
ٓ ﻮن ﺎΒ ۡ
Λ Ϳ Ϟ Βγ ϲϓ ۡ ﻔ ﻮن أ ۡ ﻮ ﮭϦ ά أ ﻔ ﻮا ٗ ﺎ و ٓ أ ٗذى ﮭ ۡ أ ۡ ﺮھ ۡ ﻋ ﺪ ر ﮭ ۡ و
1. Keyakinan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat. Allah SWT berfirman
ٌ ۡﻮ ف ﻋ ۡ ﮭ ۡ و ھ ۡ ۡﺤﺰ ﻮن
dalam Q.S. Al Baqarah:4
ﻚΒۡ Ϧ ۡﺆ ﻮن ﺎٓ أ ﺰل إ ۡ ﻚ و ﺎٓ أ ﺰلϦ ά و ٓ ۡ و ﭑﻷ ﺮة ھ ۡ ﻮ ﻮن
Artinya:
”Orang-orang
yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa 743
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
yang
dinafkahkannya
itu
h)
dengan
Mencoba
waktu, saat produk yang pertama
penerima),
dibeli belum habis dipakai
mereka
memperoleh
F. Teori Pengaruh Konformitas Terhadap Perilaku Konsumtif Konformitas perilaku
(Q.S. Al Baqarah:262).
Menurut perilaku
Simbolon
konsumtif
pembelian
adalah
suatu
produk
dapat menimbulkan perilaku konsumtif. Hal ini diungkapkan oleh diungkapkan oleh Simbolon (2010:24) bahwa untuk
indikator
mendapatkan
perilaku
penerimaan
konsumtif menurut Sumartono” (2002:119),
namun
Membeli produk karena kemasannya menarik produk
demi
(bukan
produk
atau
pengakuan,
seseorang
secara
sekedar
mendapat akan
tetap
(2010:216)
berpendapat
bersamaan
dalam
kehidupan
sehari-hari. Kedua hal tersebut adalah: karena
a) Pengaruh normatif
unsur
Pengaruh
ini
menjadikan
seseorang untuk menyesuaikan dirinya
mengiklan
dengan keinginan atau harapan orang
Adanya penilaian bahwa pembelian produk
untuk
oleh
hal tersebut sering terjadi pada individu
konformitas terhadap model yang
g)
diterima
konformitas pada diri seseorang. Kedua
menjaga simbol status produk
dapat
bahwa terdapat dua hal pembentuk
karena
hanya
agar
Myers
Membeli produk atas pertimbangan
Memakai
masyarakat,
membeli produk-produk tersebut.
menjaga
manfaat/kegunaannya)
f)
suatu
masyarakat
penampilan diri dan gengsi
Membeli
oleh
atau
produk yang tidak terlalu dibutuhkan,
Membeli produk karena iming-iming hadiah
e)
pengakuan
seseorang bisa saja akan membeli produk-
yaitu:
harga
untuk
tersebut (Simbolon, 2010:16). Konformitas
secara
sebesar-besarnya secara berlebih-lebihan.
Membeli
seseorang
diterima sebagai bagian dari kelompok
“perilaku
rasional untuk mendapatkan kepuasan
delapan
sikap
perubahan
suatu kelompok agar seseorang dapat
(2010:11),
berlebihan tanpa pertimbangan secara
Terdapat
dan
adalah
memenuhi standar yang dibentuk oleh
E. Perilaku Konsumtif
d)
produk
dengan tidak menyakiti (perasaan si
tidak (pula) mereka bersedih hati”.
c)
dua
sejenis (merk berbeda) dalam satu
kekhawatiran terhadap mereka dan
b)
dari
menyebut- nyebut pemberiannya dan
pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada
a)
lebih
yang
mahal
lain untuk dapat diterima. Seseorang akan
akan
berusaha membuat dirinya patuh pada
menimbulkan rasa percaya diri yang
norma-norma
tinggi
suatu
kelompok
yang
apabila dilanggar, terdapat sanksi berupa
744
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
penolakan atau pengucilan dirinya dari
Al Qur'an & Hadits
suatu kelompok. b) Pengaruh informasional Penyesuaian
Teori Konsumsi Islam
pemikiran
atau
keinginan yang dilakukan oleh individu karena
adanya
anggapan
bahwa
Berkonsumsi Proporsional
Konsumsi Produk Halal
Membuat Prioritas Kebutuhan
Konsumsi Sosial (Menunaikan ZIS)
(Menjauhi Israf)
informasi yang berasal dari kelompoknya lebih
akurat
dibandingkan
dengan
informasi yang dimilikinya sendiri. Sehingga
Pemahaman Konsumsi Islam
terdapat kecenderungan bagi individu tersebut
untuk
konform
dalam Perilaku Konsumen Muslim
menyamakan sugesti atau pendapat.
Sumber: Diolah Penulis
G. Proposisi Implementasi konsumsi
Islam
pemahaman
pada
diri
Kerangka
seorang
yang harus dipahami oleh setiap Muslim.
syariat Islam, yaitu: konsumsi produk halal, Membuat
atas
merupakan dasar teori konsumsi Islam
perilaku konsumen yang sesuai dengan
israf,
di
menunjukkan bahwa Al Qur’an dan hadits
konsumen muslim akan berdampak pada
menjauhi
berpikir
Penerapan/implementasi
Prioritas
pemahaman
konsumsi Islam pada konsumen muslim
kebutuhan, dan Melaksanakan konsumsi
akan
sosial.
berdampak
konsumen
seorang
pada
perilaku
Muslim.
Seorang
Muslim yang taat akan senantiasa untuk menyesuaikan segala aktifitasnya dengan tuntunan Islam, termasuk dalam kegiatan berkonsumsi. III. Metode Penelitian Penelitian penelitian
yang
kualitatif
adalah
bertujuan
untuk
memahami fenomena apa yang telah dialami oleh objek penelitian misalnya
H. Kerangka Berfikir
perilaku, akibat,
persepsi, dan
motivasi,
lain-lain.
tindakan,
Strategi
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan dan memaparkan dampak implementasi pemahaman konsumsi Islam
745
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
pada perilaku konsumen Muslim. Menurut
adalah
Yin (2009:1) secara umum studi kasus
pemahaman konsumsi Islam pada diri
adalah metode yang cocok digunakan
seorang
bila rumusan masalah/pertanyaan yang
mengarahkan pada karakter konsumen
ada pada suatu penelitian berkenaan
yang beretika konsumsi Islam kemudian
dengan how dan why suatu fenomena
berdampak
yang akan diteliti dapat terjadi, dimana
yang sesuai syariat Islam.
peneliti
3. Unit analisis
tidak
mengontrol
berpeluang
peristiwa
untuk
tersebut.
Yin
semakin
diimplementasikan
konsumen
pada
muslim
perilaku
akan
konsumen
Unit analisis merupakan komponen
(2009:27) juga mengemukakan bahwa
yang
studi kasus memiliki lima komponen desain
dengan masalah penentuan kasus dalam
penelitian, yaitu:
penelitian
1. Pertanyaan-pertanyaan penelitian
Kepustakaan terdahulu dapat menjadi
Mengklarifikasi
secara
persis
secara
fundamental
yang
berkaitan
bersangkutan.
tuntunan dalam menetapkan kasus dan
hakikat pertanyaan pada penelitian yang
unit analisis.
dilakukan
4. Logika yang mengaitkan data dengan
merupakan
rambu-rambu
penting untuk dapat menentukan strategi penelitian
yang
cocok
dan
proposisi tersebut
akan
Komponen ini mengetengahkan
digunakan. Strategi studi kasus merupakan
tahap-tahap
strategi yang paling cocok digunakan
penelitian studi kasus. Pengaitan data
untuk
terhadap
tipe
pertanyaan
“bagaimana”
analisis
proposisi
data
dapat
dalam
dilakukan
seperti yang digunakan dalam penelitian
dengan banyak cara, namun tidak ada
ini. Pada penelitian ini menggunakan
satupun yang dapat terdefinisi secara
pertanyaan penelitian yaitu bagaimana
pasti. Satu pendekatan yang memberi
dampak
pemahaman
harapan
kepada
konsumsi Islam pada perilaku konsumen
gagasan
mengenai
muslim?
yaitu
mengaitkan
2. Proposisi
kasus
yang
implementasi
Proposisi penelitian mengarahkan
proposisi
sama
pemahaman
harus
menjadi
dalam
ruang
lingkup
beberapa
adalah pola
informasi
dengan
beberapa
Pada
penelitian
perilaku
faktor
kasus
penjodohan
teoritis.
perhatian peneliti kepada sesuatu yang diselidiki
studi
yang
konsumsi dapat
Islam
dikaitkan
penelitian yang dilakukan dan dapat
antara proposisi dengan data yang ada.
membantu
5. Kriteria untuk menginterpretasi temuan.
peneliti
untuk
dapat
menemukan dimana bukti yang relevan
Komponen kelima ini juga tidak
bagi penelitian dapat diperoleh. Proposisi
memiliki satupun cara yang tepat yang
juga digunakan sebagai batasan untuk
dapat digunakan untuk menyusun kriteria
menampilkan suatu penyempitan data
guna menginterpretasikan tipe-tipe data
yang relevan. Proposisi pada penelitian ini
temuan. Melalui temuan yang diperoleh 746
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
berdasarkan
perbandingan
sekurang-
wawancara
disesuaikan
dengan
kurangnya dua proposisi yang bersaing,
kesepakatan yang dilakukan peneliti
diharapkan
dengan
dapat
pola-pola
memberikan
yang
berbeda
gambaran
cukup
jelas. Peristiwa yang
dalam
penelitian
ini
yang
penelitian.
Tempat
wawancara sebagian besar dilakukan
dimaksud
adalah
objek
di fakultas ekonomi dan bisnis UNAIR.
adanya
3. Saat pengumpulan data
fenomena budaya konsumerisme pada
Peneliti
akan
merekam
dan
generasi Y. Dalam penelitian ini generasi Y,
mencatat semua percakapan yang
adalah para mahasiswa Program Studi
berlangsung
Ekonomi
Islam
Universitas
Kemudian hasil rekaman dan catatan
Surabaya
yang
memiliki
Airlangga
pemahaman
selama
wawancara.
tersebut
akan
diinterpretasikan
konsumsi Islam. Konsumen muslim yang
sehingga
dapat
dijadikan
memiliki
pembahasan
pemahaman
konsumsi
Islam,
seharusnya dapat membentengi diri dari
Teknik
A. Prosedur Pengumpulan Data
setelah
1. Persiapan awal
dengan
memilih
ini
mahasiswa
ekonomi
Islam
menempuh
analisis
proses
data
dilakukan
pengumpulan
menggunakan
data
pendekatan
peneliti
akan
tersebut diatas. Menurut Bogdan dalam
program
studi
Sugiyono (2012:244) “analisis data adalah
telah
proses mencari dan menyusun secara
pengantar
sistematis data yang diperoleh dari hasil
UNAIR
mata
dalam
B. Teknik Analisis Data
pada perbuatan israf dan mubadzir.
tahap
simpulan
peneltian ini.
budaya konsumerisme yang mengarah
Pada
dan
hasil
yang
kuliah
ekonomi islam, ekonomi mikro islam,
wawancara,
dan manajamen pemasaran syariah.
bahan-bahan
Kemudian
mudah difahami, dan temuannya dapat
peneliti
kesepakatan
akan
waktu
membuat wawancara
memasuki
lokasi
Analisis wawancara
sehingga
dan dapat
studi
kasus
akan
lebih
lengkap jika memiliki suatu strategi umum.
objek peneltian Peneliti
lain,
lapangan,
diinformasikan kepada orang lain.”
dengan objek penelitian. 2. Proses
catatan
Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat
mengumpulkan
data
memperlakukan
bukti
secara
wajar,
melalui tanya jawab secara langsung
menghasilkan
dan
objek
mendukung dan menetapkan alternatif
dapat
interpretasi. Dua strategi umum menurut
mendalam
penelitian.
kepada
Pertanyaan
berkembang
sesuai
dengan
konklusi
1. Mendasarkan pada Proposisi Teoritis
dilakukan namun tetap berada dalam
Strategi
yang
ruang
disukai
adalah
penelitian.
yang
Yin (2011:136) adalah:
perkembangan topik wawancara yang
lingkup
analisis
Waktu
747
pertama
dan
mengikuti
lebih
proposisi
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
teoritis yang menuntun studi kasus.
Menurut Partowisastro (1983: 22-24),
Tujuan dan desain asal dari studi kasus
pemahaman
diperkirakan berdasar atas proposisi
seseorang
semacam
selanjutnya
mengetahui suatu hal dengan benar.
serangkaian
Pemahaman dibutuhkan agar apa yang
itu,
yang
mencerminkan pertanyaan
penelitian,
pustaka,
dan
tinjauan
dipelajari
pemahaman-
membantu
keseluruhan
kasus
kemampuan
mengerti
oleh
seseorang dalam
atau
dapat
kehidupan
sehari-hari.
pengorganisasian
studi
dalam
diimplementasikan
pemahaman baru. Proposisi tersebut juga
adalah
Pemahaman
yang
dimaksud
dan
dalam penelitian ini adalah pemahaman
menetapkan alternatif penjelasan yang
teori konsumsi Islam yang mengandung
harus diuji. Proposisi teoritis tentang
empat unsur penting, yaitu: pemahaman
hubungan-hubungan kausal jawaban-
mengenai
jawaban
pertanyaan
pemahaman mengenai konsumsi yang
“bagaimana” dan “mengapa” bisa
proporsional (menjauhi israf), pemahaman
sangat
mengenai
terhadap
berguna
untuk
menuntun
analisis studi kasus dalam hal ini.
(pelaksanaan
mengembangkan suatu kerangka kerja
Berikut
deskriptif
mengorganisasikan
informan
studi kasus. Strategi ini kurang disukai
tersebut:
dibanding
1. Halal
penggunaan
prioritas
barang
halal,
kebutuhan,
dan
pemahaman mengenai konsumsi sosial
2. Strategi umum yang kedua adalah
untuk
konsumsi
proposisi
ini
zakat/infak/sedekah).
adalah mengenai
pemahaman keempat
para unsur
teoritis tetapi bisa menjadi alternatif
Halal merupakan syarat mutlak bagi
bilamana proposisi teoritis tidak ada.
produk-produk yang akan dikonsumsi oleh
Proses
selanjutnya
seorang konsumen muslim. Halal tidak
didasarkan pada proposisi teoritis yang
hanya dinilai dari sifat zat nya, namun juga
telah ditentukan. Hal ini berguna untuk
bagaimana cara produk/barang tersebut
membantu dan menuntun analisis agar
diperoleh, diproses, dan dipergunakan.
bukti
dapat
Konsumsi
dapat
menimbulkan manfaat lain yang hanya
analisis
data
data
yang
diperoleh
diperlakukan
secara
menghasilkan
konklusi
mendukung,
dan
wajar, analisis
yang
diperoleh
menetapkan
produk/barang
jika
halal
seorang
akan
muslim
mengkonsumsinya, yaitu keberkahan.
alternatif interpretasi. (Yin, 2011:135-137).
IV. Pembahasan A. Pemahaman Konsumsi Islam
748
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
3. Prioritas Kebutuhan Islam
mengajarkan
bahwa
pemenuhan kebutuhan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Bahkan
Islam
telah
memberikan
konfigurasi kebutuhan manusia menjadi tiga tingkatan, dimulai dari yang paling utama adalah: dharuriyat (primer), hajiyat (sekunder),
dan
Sepintas
(tersier).
tahsiniyat
konfigurasi
tersebut
tidak
berbeda dengan konfigurasi kebutuhan manusia dalam ekonomi sekuler. Namun sebenarnya
terdapat
hal
yang
membedakan kebutuhan primer dalam Sumber: Diolah Penulis
ekonomi Islam dengan ekonomi sekuler.
2. Konsumsi yang proporsional
Kebutuhan primer dalam ekonomi Islam
Islam mengajarkan umatnya untuk berkonsumsi
secara
wajar
dan
mencakup:
tidak
agama,
kehidupan,
pendidikan, keturunan, dan harta (Muflih,
berlebihan. Tidak berlebihan adalah suatu
2006: 66).
keadaan dimana seseorang berkonsumsi cukup untuk memenuhi kebutuhannya bukan
berkonsumsi
untuk
memuaskan
keinginannya.
Sumber: Diolah Penulis 4. Konsumsi Sosial Islam
mengajarkan
bahwa
pembelanjaan uang tidak hanya sebatas pada pemenuhan kebutuhan materi saja, tapi juga dalam bentuk konsumsi sosial dalam Konsumsi
bentuk sosial
zakat
dan
mendapat
sedekah. perhatian
penting dalam Islam karena konsumsi tersebut
dapat
kontribusinya
secara
langsung membantu dalam memenuhi
749
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
kebutuhan sarana dan prasarana fisik (Muflih, 2006:17). 4
5
6
7 8
9
10
Sumber: Diolah Penulis B. Implementasi Pemahaman Konsumsi
b) Konsumsi yang Proporsional
Muslim
Tabel 4.6
a) Halal
Implementasi Pemahaman Konsumsi Proporsional Oleh Informan
Tabel 4.5 Implementasi Pemahaman Halal Oleh Informan
1
2
3
Informan menggunakan informasi dari teman-temannya dan dari label halal pada kemasan untuk mengetahui kehalalan produk yang akan dikonsumsinya. Informan memperhatikan kehalalan produk dari label halal di kemasan produk yang akan dikonsumsinya. Informan pernah membatalkan pembelian produk makanan dan minuman impor dikarenakan tidak ada label halal pada kemasan produk tersebut. Informan menggunakan informasi dari teman-temannya dan dari label halal pada kemasan untuk mengetahui kehalalan produk yang akan dikonsumsinya. Informan mengetahui kehalalan produk yang akan dibelinya melalui label halal pada kemasan. Informan mengetahui kehalalan produk yang akan dibelinya melalui label halal pada kemasan dan memperhatikan fungsi dari produk yang akan dikonsumsinya.
Sumber: Diolah Penulis
Islam Sebagai Dasar Perilaku Konsumen
Informan
Informan mengetahui kehalalan produk yang akan dibelinya melalui label halal pada kemasan produk tersebut atau menanyakan langsung pada pramuniaga mengenai kehalalan produk yang akan dibelinya.
Informan
Implementasi Unsur-Unsur Konsumsi Islam oleh Informan Halal Informan menghindari produk-produk yang tidak memiliki kejelasan mengenai kehalalannya. Contohnya pada produk makanan, informan hanya membeli produk makanan yang memang diketauinya betul mengenai kehalalan komposisinya. Informan mengetahui kehalalan suatu produk melalui informasi dari temannya yang telah mengkonsumsi produk sejenis. Informan memberikan contoh pada produk makanan yang dikonsumsinya. Informan hanya mengkonsumsi produk makanan yang memang telah diketahui kehalalannya oleh dirinya dan temannya. Informan menghindari untuk mengkonsumsi jenis makanan baru yang banyak bermunculan di masyarakat. Informan merasa khawatir karena kehalalan produk produk makanan baru tersebut diragukan.
1
2
3
750
Implementasi Unsur-Unsur Konsumsi Islam oleh Informan Konsumsi yang proporsional Informan menggunakan uang yang diterimanya tiap bulan dengan bijak (tidak boros) dan berusaha untuk tidak berhutang. Informan membuat skala prioritas konsumsi sebagai cara untuk mendisiplinkan diri dalam berkonsumsi. Informan sedang dalam proses pengerjaan skripsi. Infoman meminta tambahan uang dari orang tua dikarenakan kebutuhan yang bertambah seperti untuk keperluan pencetakan dokumen dalam jumlah banyak. Informan menggunakan uang yang diterimanya tiap bulan dengan bijak (tidak boros) dan berusaha untuk tidak berhutang. Para informan membuat skala prioritas konsumsi sebagai cara untuk mendisiplinkan diri dalam berkonsumsi. Informan menggunakan uang yang diterimanya tiap bulan dengan bijak (tidak boros) dan berusaha untuk tidak
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
4
5
6
7
8
9
10
berhutang. Para informan membuat skala prioritas konsumsi sebagai cara untuk mendisiplinkan diri dalam berkonsumsi. Informan sedang dalam proses pengerjaan skripsi. Infoman meminta tambahan uang dari orang tua dikarenakan kebutuhan mereka yang bertambah seperti untuk keperluan pencetakan dokumen dalam jumlah banyak. Informan menggunakan uang yang diterimanya tiap bulan dengan bijak (tidak boros) dan berusaha untuk tidak berhutang. Para informan membuat skala prioritas konsumsi sebagai cara untuk mendisiplinkan diri dalam berkonsumsi. Informan menggunakan uang yang diterimanya tiap bulan dengan bijak (tidak boros) dan berusaha untuk tidak berhutang. Para informan membuat skala prioritas konsumsi sebagai cara untuk mendisiplinkan diri dalam berkonsumsi. Informan sedang dalam proses pengerjaan skripsi. Infoman meminta tambahan uang dari orang tua dikarenakan kebutuhan mereka yang bertambah seperti untuk keperluan pencetakan dokumen dalam jumlah banyak. Informan menggunakan uang yang diterimanya tiap bulan dengan bijak (tidak boros) dan berusaha untuk tidak berhutang. Para informan membuat skala prioritas konsumsi sebagai cara untuk mendisiplinkan diri dalam berkonsumsi.
5
6
7
8
9
10
Sumber: Diolah Penulis d) Konsumsi Sosial Tabel 4.8 Implementasi Pemahaman Konsumsi Sosial Oleh Informan
Sumber: Diolah Penulis
Informan
c) Prioritas Kebutuhan Tabel 4.7 1
Implementasi Prioritas Kebutuhan Oleh Informan Informan
1
2
3
4
dan konsumsi sosial pada pada pengeluarannya. Informan membuat tiga pos pengeluaran untuk rencana konsumsinya, yaitu: kebutuhan pokok (kebutuhan kuliah, makan, dan kebutuhan kos), konsumsi sosial, dan kegiatan rekreatif. Informan tidak membuat pos pengeluaran tertentu pada pengeluarannya tiap bulan, namun informan mendahulukan kebutuhan untuk kuliah dan konsumsi sosial pada pada pengeluarannya. Informan mendahulukan kebutuhan kos dan makan, kemudian kebutuhan kuliah, dan konsumsi sosial. Informan menyusun prioritas tersebut sebagai acuan, pada praktiknya prioritas tersebut dapat berubah sesuai dengan kebutuhan yang informan perlukan tiap bulannya. Informan menempatkan kebutuhan makan dan kuliah sebagai prioritas utama kemudian konsumsi sosial Informan tidak membuat prioritas tertentu dalam rencana pengeluarannya tiap bulan, namun informan menempatkan kebutuhan kuliah sebagai kebutuhan utama.
Implementasi Unsur-Unsur Konsumsi Islam oleh Informan Prioritas Kebutuhan Informan membagi pengeluarannya tiap bulan menjadi tiga pos pengeluaran. Dimulai dari yang paling utama yaitu: pos kebutuhan kuliah, konsumsi sosial, dan pembelian buku. Informan membagi pengeluarannya tiap bulan menjadi tiga pos pengeluaran, dimulai dari yang paling utama yaitu: kebutuhan kuliah, dana cadangan, dan infak/sedekah. Informan membagi pengeluarannya tiap bulan menjadi tiga pos pengeluaran. Dimulai dari yang paling utama yaitu: kebutuhan kuliah, kebutuhan kos, dan konsumsi sosial. Informan tidak membuat pos pengeluaran tertentu pada pengeluarannya tiap bulan. Informan mendahulukan kebutuhan untuk kuliah
2
3
4 5
6
7
751
Implementasi Unsur-Unsur Konsumsi Islam oleh Informan Konsumsi Sosial Informan menganggarkan uang bulanan yang diterimanya dari orang tua + 10% untuk diredistribusikan melalui infak di masjid pada saat pelaksanaan salat jum’at dan sedekah pada dhuafa yang ditemuinya di jalanan. Informan menganggarkan uang yang dimiliknya sebesar dua ribu rupiah untuk diinfakkan setiap dirinya melaksanakan salat jum’at Informan menganggarkan uang bulanan yang diterimanya dari orang tua + 10% untuk diredistribusikan melalui infak di masjid pada saat pelaksanaan salat jum’at atau salat fardhu di masjid dan sedekah pada dhuafa yang ditemuinya di jalanan. Informan menganggarkan uang yang dimilikinya tiap bulan sebesar + 2,5% untuk diredistribusikan melalui sedekah pada para dhuafa. Informan tidak membuat prosentase tertentu, namun tiap pelaksanaan salat jum’at, dirinya selalu berinfak dengan jumlah uang yang tidak tetap tiap minggunya. Informan tidak membuat prosentase tertentu tiap bulan untuk konsumsi
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
sosialnya, namun dirinya tetap melaksanakan infak dan sedekah dengan jumlah uang yang tiak tetap tiap bulannya. Informan tidak membuat prosentase jumlah uang yang akan digunakannya untuk konsumsi sosial. Informan menyalurkan infak/sedekahnya kepada LAZ melalui layanan di ATM ketika dirinya melakukan tarik tunai tiap bulan. Informan menyisihkan 2,5% dari uang yang diterimanya tiap bulan dari orang tua untuk digunakan sebagai konsumsi sosialnya. Informan tidak membuat prosentase tertentu mengenai jumlah uang yang digunakannya untuk konsumsi sosial. Jumlah yang digunakan informan untuk konsumsi sosial bervariasi tiap bulannya, bergantung pada besarnya pengeluaran untuk kebutuhan yang harus dipenuhinya.
8
9
10
memuaskan merupakan
keinginan dorongan
yang
hawa
nafsu.
Penyusunan prioritas kebutuhan juga menjadi cara bagi para mahasiswa untuk menentukan apa yang menjadi kebutuhan dipenuhi.
utama
untuk
segera
yang
terakhir
Perbedaan
adalah konsumsi sosial. Para mahasiswa menyadari pentingnya redistribusi harta melalui infak/sedekah. 3. Implementasi pemahaman unsur halal dalam
konsumsi
mahasiswa SIMPULAN
produk
oleh
para
diwujudkan
pemeriksaan
Simpulan yang dapat diambil dari
Islam
label
yang
melalui
pada
akan
kemasan dikonsumsi,
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut
rekomendasi dari teman yang telah
:
mengkonsumsi
1. Mahasiswa Islam
program
Fakultas
Universitas
Ekonomi
Airlangga
pemahaman
studi
ekonomi
dan
yang
mengimplementasikan
memperhatikan
Bisnis
yang
memiliki
konsumsi
produk
akan
fungsi
dibeli
tersebut, dari
produk
apakah
sesuai
dengan hukum Islam atau tidak, dan
Islam
menanyakan
pemahaman
pramuniaga
tersebut pada perilaku konsumsinya
langsung di
tempat
pada penjualan
produk tersebut.
dalam kehidupan sehari-hari
4. Implementasi
pemahaman
unsur
2. Secara umum, mahasiswa program
proporsional dalam berkonsumsi oleh
studi ekonomi Islam Fakultas Ekonomi
para mahasiswa diwujudkan melalui
dan
Airlangga
pembuatan prioritas konsumsi sebagai
merasakan perbedaan pada perilaku
cara untuk mendisiplinkan diri dalam
konsumsi mereka kini dengan perilaku
pembelanjaan
konsumsi
belum
miliki dan menghindari untuk berhutang.
mengetahui teori konsumsi Islam, yakni
Menurut pemahaman yang mereka
lebih memperhatikan kehalalan produk
miliki,
yang akan dikonsumsi baik berupa sifat
berhutang dalam aktifitas konsumsinya
zat, cara pengolahan produk, dan
perlu
cara
konfigurasi konsumsnya
Bisnis
Universitas
mereka
saat
memperolehnya.
Kemudian
seseorang
untuk
proporsional dalam berkonsumsi yakni
termasuk
dengan
keinginan.
mendahulukan
apa
yang
menjadi kebutuhan utama daripada 752
uang
yang
yang
memeriksa
dalam
mereka
sampai
kembali
mana yang
kebutuhan
dan
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
5. Implementasi
pemahaman
unsur
p?booklet=1,
prioritas kebutuhan dalam berkonsumsi oleh
para
dalam
mahasiswa
bentuk
pengeluaran
yang
Badudu,
pos-pos
telah
digunakan
diatur
untuk
J.S.
(2003)
Serapan
10
Kamus
Asing
Kata-kata
Dalam
Bahasa
Indonesia, Jakarta : Kompas.
sedemekian rupa sehingga uang yang semestinya
pada
Maret 2014).
diwujudkan
pembuatan
diakses
Belch, George E. dan Michael A. Belch.
suatu
2003. Advertising and Promotion
kebutuhan tidak ikut terpakai untuk
(An
memenuhi kebutuhan lainnya. Para
Perspective 6th Edition. New York:
mahasiswa juga memahami bahwa
Mc Graw Hill Companies.
terdapat kebutuhan
perbedaan pada
Bereiter, Carl. 2000. Education and Mind in
Islam
the Knowledge Age. New Jersey:
ekonomi
John Wiley And Sons LTD. Departemen
yaitu kebutuhan akan ibadah dan
6. Implementasi
pemahaman
diwujudkan
Cipta Media.
dalam
Hidayat,
bentuk
sedekah/infak
yang
mendapatkan
uang
bulanan
Beberapa
berpendapat
bahwa
diakses pada 15 Maret 2014).
Mereka
http://www.setneg.go.id/index.php?optio n=com_content&task=view&id=706
pembuata
8, diakses pada 4 Maret 2014 Katsir,
melatih diri dalam menunaikan zakat
telah
2000.
Masyarakat Ciptaan
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu
Katsir.
Konsumen
Sebagai
Kapitalisme
Global:
Fenomena Budaya Dalam Realitas
Badan Pusat Statistik. 2013. Perkembangan
Sosial, (Online), Vol. 10, No. 2,
Beberapa Indikator Utama Sosial-
(http://journal.ui.ac.id/index.php/h
Ekonomi Indonesia. Jakarta: Badan Statistik,
Tafsir
Kushendrawati, Selu Margaretha. 2006.
mencapai
nisab.
Pusat
Ibnu.
Bandung. Sinar Baru Algensindo.
mal jika nanti mereka sudah memiliki yang
Sharia
6789/14510/1/10E00397.pdf,
prosentase tersebut sebagai cara untuk
penghasilan
the
An
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
dari
mahasiswa
sosialnya.
to
2010.
Economics. Jakarta: Zikrul Hakim.
bahkan membuat prosentase tertentu konsumsi
mohammad.
Introduction
direncakan tiap awal bulan setelah
untuk
Republik
Terjemahan. Jakarta: PT. Syamil
unsur
konsumsi sosial oleh para mahasiswa
tua.
Agama
Indonesia.2005.Al-Qur’an
pendidikan.
orang
Communications
prioritas
dibandingkan dengan ekonomi sekuler,
pelaksanaan
Integrated
umanities/article/viewFile/19/15,
(Online).
diakses pada 17 April 2014).
(http://www.bps.go.id/aboutus.ph
Mayasari, Iin & Anita Maharani. 2011. Idealisme 753
versus
Relativisme
JESTT Vol. 1 No. 10 Oktober 2014
Muflih,
Generasi Y Terhadap Iklan dengan
Konformitas Pada Remaja. Skripsi
Tema Sexual Appeal. Karisma. V
diterbitkan.
(2): 84-93.
Sumatera Utara. (Online).
Muhammad.
2006.
Universitas
Perilaku
Sudjana, Nana. 2010. Evaluasi Proses Dan
Konsumen Dalam Prespektif Ilmu
Hasil Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Ekonomi
Jakarta:
Islami.
Aksara.
RajaGrafindo Persada.
Sugiyono.
Myers, David G. 2010. Social Psychology
2012.
Kuantitatif,
10th Edition. New York: Mc Graw
Metode
Penelitian
Kualitatif
Dan
R&D.Bandung: Alfabeta.
Hill.
Sumartono. 2002. Terperangkap Dalam
Nurist, Surayya. 2010. Posmodernisme dan Budaya
Iklan (Meneropong Imbas Pesan
(Online),
Konsumen,
Iklan Televisi). Bandung: Alfabeta.
(http://eprints.undip.ac.id/9820/,
Wigati, Sri. 2011. Perilaku Konsumen Dalam
diakses 10 April 2014).
Prespektif Ekonomi Islam. Jurnal
Partowisastro, Koestoer. 1983. Dinamika
Maliyah,
(Online),
Vol
1,
No.1,
Dalam Psikologi Pendidikan (Jilid I).
(http://
Jakarta: Erlangga.
portalgaruda.org/?ref=browse&mo
Piliang, Yasraf Amir. 2004. Dunia Yang Dilipat:
Tamasya
Melalui
Batas
Kebudayaan.
d=viewarticle&article=88351, diakses 15 Maret 2014).
Batas-
Bandung:
Yin, Robert K. 2009. Case Study Research
Jalasutra. Poerwadarminta,
4th Edition. California: SAGE Inc. W.J.S.1976.
Kamus
Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Pujiyono, Arif. 2006. Teori Konsumsi Islam. Jurnal Dinamika Pembangunan. III (2): 196-207. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), 2011. Ekonomi Islam. Jakarta:Rajawali Pers. Shihab,
Medan
M.
Quraish.
Tafsir
al-Mishbah;
Pesan, Kesan, dan Keserasian alQur’an. Jakarta; Lentera Hati. 2003. Sholihin, Ahmad Ifham. 2010. Buku Pintar Ekonomi
Syariah.
Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Simbolon, Hotpascaman. 2010. Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Dengan 754