Memberi Kesaksian
S
ebelum hari persidangan, malam itu, ada dua orang penyusup masuk ke dalam rumah Pak
Doni, tanpa di ketahui oleh satpam yang menjaga rumah tersebut. Dengan mengenakan pakaian hitamhitam, mereka menyusup dan menyusuri setiap lorong rumah, guna mencari kamar tidur Olivia. Dengan mencongkel kaca jendela tersebut, mereka berhasil masuk. Olivia yang saat itu sedang tertidur pulas terkejut, matanya terbelalak tapi mulutnya tidak dapat berteriak karena keburu di bungkam dan di ancam dengan menggunakan senjata tajam. Merasa
1
nyawanya terancam, yang bisa dilakukannya hanya menuruti segala perintah sang laki-laki itu. “Jangan berteriak, bila ingin selamat! Dan ikuti segala apa yang kami perintahkan!” Olivia yang saat itu dalam keadaan tertekan hanya bisa mengangguk-angguk saja. Mereka
membawa
keluar
Olivia
menggunakan mobilnya. Sampailah di pos penjagaan. “Selamat malam Non!” ucap satpam. “Tolong bukakan gerbangnya Pak!” ucap Olivia. “Emangnya
malam-malam
begini,
mau
kemana Non?” “Aku ada keperluan yang sangat penting.” “Ngomong-ngomong, siapa dua orang lakilaki yang bersama anda ini? Karena sejak tadi aku tidak melihat mereka masuk.” “Mereka adalah sahabatku.”
2
Sang satpam merasa ada keanehan pada tingkah-laku majikannya pada malam itu, tapi tidak tau apa itu. Dengan penuh keraguan ia terpaksa membukakan
pintu
gerbangnya.
Setelah
jauh
meninggalkan rumahnya, Olivia di perintahkan menghentikan laju kendaraannya. Tiba-tiba sebuah pukulan yang sangat keras mendarat di pudaknya, hinggah ia tak sadarkan diri. Mereka kembali melajukan kendaraannya, sampailah di tepih jurang yang sangat terjal dan dalam. Terjadilah sekemah pembunuhan tapi di buat seolah-olah hanya sebuah kecelakaan. Mereka
mengeluarkan
sebotol
minuman
beralkohol, yang sudah di siapkan sejak rencana tersebut di susun. Minuman tersebut di minumkan kepada Olivia yang tak sadarkan diri. Sisanya di percikan
pada
pakainnya.
Kemudian
mereka
mengambil dongkrak dari bagasi mobil lalu di letakkan di antara dua roda belakang. Tuas dongkrak di naikkan beberapa kali hingga kedua roda belakang
3
terangkat. Gigi porseneleng dalam posisi stand by siap untuk melaju. kaki Olivia di letakan pada posisi menginjak gas. Roda mobil belakang berputar sangat cepat sekali. Tahap terakhir tuas dongkrak di turunkan, dengan seketika mobil tersebut meluncur dengan cepatnya jatuh ke dalam jurang dan BOOOMM!!!. Siapapun yang berada di dalam mobil, pasti akan tewas seketika, termasuk Olivia. “HALLO BOSS, MISI BERHASIL!!”
4
Ada yang tidak diketahui oleh mereka, sebelum mobil itu jatuh ke jurang dan meledak, sesosok bayangan masuk kedalam mobil tersebut dan menyelamatkan Olivia. Olivia tersadar dari pingsannya dan perlahanlahan ia membuka matanya kemudian mencoba untuk bangkit. Matanya memperhatikan sekeliling ruangan tersebut. Ia merasakan ada keanehan pada ruangan itu tapi tidak tau harus bertanya kepada siapa. “Di mana aku? Apakah aku sudah mati? Ruangan apa ini? Dan di mana pintunya?” Begitu banyak pertanyaan yang terlontar dari mulutya.
Tiba-tiba
muncul
seorang
wanita
dihapannya begitu saja. Itu membuat Olivia terkejut dan hampir terjatuh dari tempat yang ia tiduri. “Jangan takut Olivia!” “Sisiapa kamu?” ucap Olivia dengan nada terbata-bata.
5
“Namaku Nyi Kenis! Aku sahabatnya Ki Barda.” “Ki Barda!!!” sejenak ia berpkir “Oh ya, aku kenal dengan orang yang bernama Ki Barda.” ucap Olivia kemudian. “Sekarang ini, aku berada dimana?” tanya Olivia kembali. “Kamu sekarang berada di ruangan Dimensi dan Waktu.” “Ruangan Dimensi dan Waktu, apa itu? Lalu dimana pintunya?” “Ruangan ini berada di antara alamku dan alammu. Untuk keluar masuk, kita tidak memerlukan pintu, yang kita perlukan hanya sebuah kata kunci.” Olivia tidak mengerti dengan penjelasan yang di berikan oleh Nyi Kenis, dan itu tidak begitu ia pikirkan, yang terpenting adalah bagaimana ia bisa keluar dari ruangan tersebut.
6
“Bagaimana aku bisa sampai di sini? dan bagaimana aku bisa keluar dari ruangan ini?” “Aku menyelamatkanmu dari sebuah mobil yang akan jatuh ke jurang.” Mendengar ucapan dari Nyi Kenis. Olivia baru teringat, bahwa sebelumnya ia di ancam oleh dua orang yang tidak di kenal. Kemudian ia tidak sadarkan diri dikarenakan pundaknya di pukul dengan sangat keras. “Ternyata kedua orang laki-laki itu ingin membunuhku, dengan menjatuhkanku ke jurang bersama dengan mobilku.” Tiba-tiba ia teringat, bahwa hari ini adalah hari persidangannya. “Maaf ya Nyi! Aku harus segera pergi karena hari ini aku harus menghadiri persidangan.” “Baiklah kalau begitu, aku akan mengantarmu ke sana.”
7
“Terimakasih
ya
Nyi
karena
telah
menolongku.” “Berterimakasihlah kepada Ki Barda!” “Mengapa harus kepada Ki Barda, kan Nyi Kenis lah yang menolongku.” “Karena dialah yang memohon kepadaku, untuk melindungimu. Dia sangat khawatir akan keselamatanmu.” “Terimakasih
Ki!
Karena
mengkhawatirkan keselamatanku!!” ucap
telah Olivia
dalam benaknya sambil tersenyum. Mereka pun pergi menuju pengadilan.
Hari ini adalah hari dimana persidangan berlangsung.
Persidangan
mengenai
kasus
pemerkosaan sekaligus pembunuhan yang dilakukan 8
oleh pacarnya sendiri. Dimana yang menjadi korban seorang gadis bernama Maria dan yang menjadi tersangka bernama zulfikar Sanjaya. Dalam beberapa kali di sidang di adakan, terdakwa tidak hadir dengan alasan sakit. Setelah mendengar bahwa saksi berhasil di lenyapkan oleh orang suruan ayahnya, terdakwa hadir dengan alasan sudah sehat. Masuklah pada tahapan Sidang Pembuktian. Yaitu pemeriksaan terhadap alat bukti dan barang bukti yang di ajukan. Pengajuan saksi yang memberatkan.
Hakim
Ketua
bertanya
kepada
Penuntut Umum. “Apakah sudah siap untuk menghadirkan saksi?” “Sudah, Hakim Ketua!” Hakim Ketua mempersilakan masuk saksi seorang demi seorang yaitu ayah Maria, temannya Maria dan saksi kunci Olivia Belum hadir ke persidangan. Melihat satu orang saksi belum hadir, keluarga Pak Arman Sanjaya tersenyum bahagia. 9
Penuntut umum menyebutkan nama saksi yang akan di periksa. Petugas membawa saksi ke ruang sidang dan di kursi pemeriksaan lalu di sumpah. Mereka pun satu-persatu
memberikan
kesaksian
yang
di
butuhkan. Masuklah giliran saksi yang berikutnya, yaitu Olivia. Penuntut umum memangil namanya, tapi tidak menampakan diri. Ki Barda sangat cemas dengan keselamatan Olivia. Sedangkan keluarga Arman Sanjaya semakin yakin, bahwa saksi yang di sebutkan tadi tidak dapat hadir di persidangan. Hinggah pada pemanggilan yang ketiga kalinya, tidak juga ada respone. suasana lengang untuk beberapa saat. Tiba-tiba muncul saksi yang di panggil keruang sidang yaitu Olivia. “Bagaimana bisa?” ucap Arman Sanjaya dengan nada heran dan perasaan tidak percaya, dalam hatinya.
10