Jurnal Pembelajaran Prospektif 1 (1) (2016) 60-67 Miranda, D
Jurnal Pembelajaran Prospektif 1 (1) (2016) 60-67
JPP
Journal of Prospective Learning http://jurnal.untan.ac.id/index.php/lp3m
Upaya Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini di Kota Pontianak Dian Miranda FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak Received 11 Januari 2016 Approved 15 Februari 2016 Published 19 Februari 2016
Keywords: Creativity, Effort of teachers, Early childhood.
Abstrak It is time to consider aspects of creative education in educating the students, especially in the era of globalization which is full of competition.Creativity is needed in terms of making something new. This study aimed to look at the efforts of early childhood teachers in developing the creativity of early childhood teachers at ten-early childhood institutions (PAUD) in the city of Pontianak in 2015. The method used in this research was by direct observation using a structured observation instruments. The results obtained, by the 80% of teachers observed had to do things that support the creativity of the PAUD with excellent category, but 50% of the teachers still did inhibit creativities.
How to Cite Miranda, D. (2016). Upaya Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini Di Kota Pontianak. . JPP. 1 (1).60-67.
© 2016 Universitas Tanjungpura Correspondence Author: Jalan Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak Email :
[email protected]
60
Jurnal Pembelajaran Prospektif 1 (1) (2016) 60-67
PENDAHULUAN Kerativitas dalam pendidikan sangat diperlukan. Sudah saatnya dunia pendidikan mempertimbangkan aspek kreativtas dalam mendidik peserta didiknya, terutama di era globalisasi yang penuh dengan persaingan seperti sekarang ini. Pentingnya kreativitas dapat dibuktikan melalui salah satu tokoh dunia bernama Thomas alva edison yang terkenal sebagai penemu bola lampu pijar yang hingga saat ini kita nikmati manfaatnya yang merupakan buah dari kreativitas. Namun itu bukan satu-satunya temuan yang dimiliki oleh sang kreatif ini, melainkan masih banyak lagi karya nya yang dibuat dengan kerja keras dan sikap pantang menyerah. Tanpa kemampuan melihat dan berinteraksi dengan dunia dalam suatu cara yang berbeda dari umumnya maka Thomas alva Edison tidak akan mampu membuat berbagai macam penemuan. Dalam artikel yang ditulis oleh biantoro dalam merdeka.com sedikitnya ada 2.332 penemuan Thomas Alva Edison yang telah dipatenkan di sepanjang hidupnya. Secara sederhana kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memberikan gagasangagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Walaupun akan terdapat perbedaan antara yang disebut kreativitas pada orang dewasa dan kreativitas pada anak-anak. Namun sebagaimanapun maknanya, kreativitas diindentikkan dengan menemukan sesuatu yang baru atau memodifikasi yang telah ada menjadi sesuatu yang baru. Jadi tidak selalu harus benarbenar baru. Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi untuk menjadi kreatif, perbedaannya terletak pada derajat dan bidang yang diekspresikan. Maxim (1980) mengungkapkan, bahwa pada anak tertentu dapat menampilkan derajat kreativitas yang lebih tinggi dibanding anak lain, meski demikian harus dipahami bahwa tidak ada anak yang tidak memiliki kreativitas sama sekali. Oleh sebab itu, seorang guru harus yakin bahwa anak-anak didik mereka semua kreatif, hanya bagaimana lingkungan merangsang kemunculan kreatifitas mereka. Berbeda dengan orang dewasa, kreativitas anak dikoridori oleh keunikan gagasan dan tumbuhnya imajinasi serta fantasi. Anak-anak yang kreatif sensitif terhadap stimulasi. Mereka juga tidak dibatasi oleh frame-frame apapun. Artinya, mereka memiliki kebebasan dan keleluasan beraktivitas. Anak kreatif juga cenderung memiliki keasyikan dalam aktivitas. Kreativitas AUD juga ditandai dengan kemampuan membentuk imaji mental, konsep
Miranda, D
berbagai hal yang tidak hadir di hadapannya. AUD juga memiliki fantasi, imajinasi untuk membentuk konsep yang mirip dengan dunia nyata (Isenberg & Jalongo, 1993). Seorang anak dapat dikatakan kreatif ketika ia telah memenuhi syarat fluency dan flexibility dalam menemukan pemecahan atas sebuah permasalahan. Anak tentu saja melakukan fluency dengan memunculkan berbagai ide alternatif. Lebih lanjut anak akan mempertimbangkan berbagai hal untuk memilih solusi terbaik. Ketika anak menginginkan sesuatu, maka ia membutuhkan fluency sebagai preparation atau brainstorming. Anak kemudian melakukan berbagai pemikiran dan pertimbangan, bagaimana agar yang dilakukannya tersebut berhasil. Ia akan memilih salah satu alternative solusi yang ada dalam pikirannya. Anak melakukan flexibility karena konteks mulai berbicara. Ternyata, terdapat halangan dalam pelaksanaannya. Jika kemudian AUD itu berhasil menyelesaikan masalahnya, maka ia disebut kreatif. Tidak peduli jika solusi akhirnya diilhami oleh pengalaman orang lain. Dalam hal ini, originalitas tidak menjadi faktor utama kreativitas anak. Menurut Campbell (dalam Manguhardjana, 1986), kreativitas merupakan suatu kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya: a. Baru atau novel, yang diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan. b. Berguna atau useful, yang diartikan sebagai lebih enak, lebih praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik. c. Dapat dimengerti atau understandable, yang diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu, atau sebaliknya peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak dapat diulangi. Dari pernyataan tersebut dapat diprediksi, anak yang memiliki kreativitas tinggi akan lebih mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi untuk mempertahankan hidup mereka guna memperoleh masa depan yang cerah. Kreativitas tidak muncul secara instan datu tibatiba, keteraampilan ini harus dipupuk sejak dini, oleh sebab itu kreatifitas harus ditingkatkan sedini mungkin. Ciri Kreativitas Anak Usia Dini (Aud) Untuk menjabarkan ciri dari kreativitas anak, Munandar (1992) menjelaskan ciri-ciri kreativitas yang dibaginya menjadi dua yaitu ciri yang berhubungan dengan kemampuan berfikir
61
Jurnal Pembelajaran Prospektif 1 (1) (2016) 60-67
kreatif dan ciri yang berhubungan dengan sikap atau perasaan. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut: a. Ciri-ciri yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif atau kognitif (aptitude ) antara lain : 1) Keterampilan berpikir lancar, yaitu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. 2) Keterampilan berpikir luwes atau fleksibel, yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 3) Keterampilan berpikir orisinal, yaitu mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, serta mampu membuat kombinasikombinasi yang lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. 4) Keterampilan memerinci atau mengelaborasi, yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, dan menambahkan atau memerinci secara detail dari suatu obyek gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. 5) Keterampilan menilai, yaitu menentukan patokan penilaian sendiri dan penentuan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, serta tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya. b. Ciri-ciri yang menyangkut sikap dan perasaan seseorang atau afektif (non aptitude) antara lain adalah : 1) Upaya Rasa ingin tahu, meliputi suatu dorongan untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang lain, obyek dan situasi serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau meneliti. 2) Bersifat imajinatif, meliputi kemampuan untuk memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi, dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan. 3) Merasa tertantang oleh kemajemukan, meliputi dorongan untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa
Miranda, D
tertantang oleh situasi-situasi yang rumit, serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit. 4) Sikap berani mengambil resiko, meliputi keberanian memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, serta tidak menjadi raguragu karena ketidakjelasan hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur. 5) Sikap menghargai, meliputi tindakan dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, serta menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. Upaya Pengembangan Kreativitas Aud Kreativitas akan tumbuh pada tempat yang tepat, yakni tempat yang memiliki dua syarat, yaitu : rasa aman dari gangguan dan tekanan, serta kemerdekaan psikologis. Ini berarti, anak akan menjadi kreatif dan tetap kreatif ketika tumbuh dilingkungan yang memiliki dua syarat tersebut. Rasa aman merupakan syarat eksternal lahan kreativitas. Di lingkungan amanlah benihbenih kreativitas dapat tumbuh. Anak-anak yang tidak merasa aman karena dinakali teman, takut kotor, takut jatuh, takut dimarahi, takut dicela, takut dicemooh, akan mengalami hambatan proses kreativitas. Sebaliknya, anak-anak yang memperoleh rasa aman, akan memulai segala aktivitas dengan perasaan lapang dan menyenangkan. “Inovasi-inovasi” akan lahir ketika anak merasakan ketiadaan ancaman. Oleh karena itu, sangat panting bagi guru menciptakan rasa aman di sekolah, termasuk rasa aman terhadap gangguan dan cemoohan teman. Kemerdekaan psikologis merupakan syarat internal kreativitas. Kemerdekaan psikologis merujuk pada suatu kebebasan untuk melakukan aktivitas berpikir dan bertindak tanpa perasaan tertekan oleh suatu target dan rasa terhambat. Kemerdekaan psikologis melekat dalam diri individu seorang anak, dan membimbing mereka untuk bermain dengan elemen dan konsep-konsep. Anak yang memiliki rasa merdeka secara psikologis cenderung terbuka terhadap ide dan pengalaman baru. Secara sederhana Hurlock (1978) menginformasikan beberapa faktor yang dapat mendorong seseorang untuk berlaku kreatif, seperti: (1) Waktu (2) Dorongan (3) Kesempatan menyendiri (4) Sarana (5) Lingkungan (6) Cara mendidik (7) Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan Setiawan dkk. (1984) menuliskan bahwa kreatifitas anak dapat dipupuk dengan cara: (1) Merangsang kelancaran, kelenturan dan keaslian dalam berpikir. (2)
62
Jurnal Pembelajaran Prospektif 1 (1) (2016) 60-67
Memupuk sikap dan minat untuk menyibukkan diri secara kreatif. (3) Menyediakan sarana dan prasarana pengembangan ketrampilan dalam membuat karya yang kreatif. Selain mengetahui factor-faktor yang merangsang kreativitas, juga perlu diketahui factor-faktor yang menghambat krativitas. Factor tersebut dapat dating dari luar maupun dari dalam diri individu sendiri. Menurut Campbell (1986) beberapa faktor yang diindikasikan menjadi penyebab rendahnya kreativitas seseorang seperti: (1) Takut gagal; (2) Terlalu sibuk dengan tata tertib dan tradisi (3) Gagal melihat kekuatan yang ada; (4) Terlalu pasti; (5) Enggan untuk mempengaruhi; (6) Enggan untuk bermain-main; (7) Terlalu mengharapkan hadiah. Tidak hanya itu, Leeper, Skipper dan Whitersponn (1079) mengungkap beberapa faktor yang cenderung dapat menghambat kreativitas adalah (1) Tekanan dari teman sebaya yang menuntut konformitas; (2) Tekanan terhadap pertanyaan dan eksplorasi, penekanan lebih dilakukan pada perilaku mendengar dan mengikuti petunjuk; (3) Penekanan pada perbedaan peran jenis kelamin; (4) Budaya beorientasi sukses yang membuat anak tidak berani mengambil resiko dengan pendekatan baru. Hal ini membuat anak-anak menjadi takut untuk bertindak. Hal di atas senada dengan yang ditulis oleh Santrock (2007) tentang Kondisi Yang Meningkatkan Kreativitas, yaitu: (1) Waktu (2) Kesempatan Menyendiri. (3) Dorongan. (4) Sarana. (5) Lingkungan yang merangsang. (6) Hubungan orang tua – anak yang tidak posesif. (7) Cara mendidik anak (8) Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan Dari paparan di atas, banyak sekali hal yang harus dilakukan guru untuk memfasilitasi anak dalam mengembangkan kreativitasnya. Mengingat pada kenyataannya banyak sekali guru yang telah mendapatkan pengetahun tentang kreativitas dan pentingnya kreativitas. Namun seberapa besar upaya mereka dalam membantu siswa untuk meningkatkan kreativitas serta bagaimana upaya yang mereka lakukan, apakah sudah tepat atau belum, perlu dikaji lebih dalam, sehingga dalam penelitian ini penulis berupaya untuk mengungkap upaya guru dalam meningkatkan kretaivitas anak di TK di kota Pontianak.
Miranda, D
METODE Penelitian ini dilaksanakan di sepuluh lembaga PAUD yang ada di kota Pontianak. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dimana pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data yaitu menggunakan teknik non interaktif yang berupa observasi nonpartisipan dan terstruktur. Dimana disini peneliti tidak terlibat langsung dalam aktivitas yang dilakukan oleh subjek penelitian namun peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Dari segi Intrumen yang digunakan, peneliti juga menggunakan observasi terstruktur karena menggunakan pengamatan yang dilakukan secara sistematik, karena peneliti telah menentukan aspek-aspek apa saja yang relevan dengan masalah serta tujuan penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah semua guru PAUD yang berada di kota Pontianak. Dari populasi yang ada perlu dilakukan penarikan sampel terhadap objek penelitian dengan karakteristik yang telah ditentukan oleh peneliti. Karakteristik dari sampel yang dipilih adalah sebagai berikut. - Guru PAUD dengan status guru Pegawai Negeri Sipil maupun guru kontrak yayasan yang mengajar pada sekolah tersebut. - Berstatus sebagai guru utama maupun guru pembantu - Melaksanakan pembelajaran dikelas sepanjang hari, rutin setiap hari Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini ialah dengan observasi dimana teknik pelaksanaan observasi ini dilakukan secara langsung yaitu pengamat berada langsung bersama objek yang di selidiki. Uji keabsahan data untuk menguji kebenaran data yang akan diperoleh dilakukan dengan triangulasi data, dimana dalam penelitian ini menggunakan triangulasi waktu, peneliti melakukan observasi selama tiga kali pertemuan dengan aspek-aspek yang dimati adalah aspek yang sama. Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Miles dan Huberman. Menurutnya terdapat tiga teknik analisisi data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.
63
Jurnal Pembelajaran Prospektif 1 (1) (2016) 60-67
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dari observasi yang dilakukan selama tiga kali pertemuan pada sepuluh sekolah didapat informasi sebagai berikut:
Miranda, D
mengembangkan kreativitas anak yaitu sebanyak 8-9 guru dari 10 guru yang diobservasi telah memberikan kondisi yang mendukung berkembangnya kreativitas anak.
Tabel 1. Hal Yang Merangsang Kreativitas No 1 2 3 4 5 6 7
Yang Mendorong Kreativitas Waktu Kesempatan menyendiri Dorongan Sarana Lingkungan Cara mendidik Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan total
Pert 1 jlh 8 24 19 9 19 24 17 120
Pert 2 % 80 80 95 90 95 80 85 86
jlh 9 22 18 8 20 25 19 121
Pert 3
% 90 73 90 80 100 83 95 86
jlh 8 20 19 9 20 24 18 118
% 80 67 95 90 100 80 90 84
Tabel 2. Hal Yang Menghambat Kreativitas No
Yang Menghambat Kreativitas
1 2 3 4 5 6 7 8
takut gagal; terlalu sibuk dengan tata tertib dan tradisi gagal melihat kekuatan yang ada; terlalu pasti; enggan untuk mempengaruhi; enggan untuk bermain-main; terlalu mengharapkan hadiah. tekanan dari teman sebaya yang menuntut konformitas; tekanan terhadap pertanyaan dan eksplorasi, penekanan lebih dilakukan pada perilaku mendengar dan mengikuti petunjuk; pada perbedaan peran jenis kelamin; budaya beorientasi sukses yang membuat anak tidak berani mengambil resiko dengan pendekatan baru. Anak-anak menjadi takut melakukan Total
9 10 11
Dari data di atas dapat di ketahui bahwa sebanyak 55% - 57% dari 10 guru dari 10 lembaga PAUD yang diobservasi masih memberikan kondisi yang menghambat kreativitas anak. Terutama pada kemampuan untuk melihat kekuatan yang ada pada anak, sekitar 85% guru yang diobservasi gagal dalam melihat kekuatan yang ada pada anak, 90%-100% guru melaksanakan kegitan pembelajaran yang terlalu pasti, serta 70%-75% guru masih menekankkan pada perilaku mendengar dan mengikuti petunjuk guru. Hasil Uji Keabsahan Data Melihat hasil yang diperoleh dari pengamatan yang telah dilakukan selama tiga kali pertemuan, data yang dipeoleh ternyata tidak jauh berbeda, Dari data di atas, dapat di jelaskan bahwa dari sepuluh sekolah secara garis besar ada 84% 86% yang memberikan kondisi yang mendukung perkembangan kreativitas untuk anak. Hal ini menunjukkan sebagian besar guru di sekolah tersebut telah memberikan kondisi yang dapat
Pert 1 jlh % 13 65 13 65 17 85 9 90 2 20 5 50 8 80 7 70
Pert 2 jlh % 14 70 13 65 17 85 10 100 1 10 7 70 6 60 5 50
Pert 3 jlh % 14 70 10 50 17 85 9 90 2 20 7 70 5 50 6 60
14
70
15
75
15
75
2
20
1
10
0
0
7
23
10
33
8
27
97
57
99
58
93
55
dari aspek yang mendukung kreativitas pada pertemuan pertama sebanyak 86% guru telah menciptakan kondisi yang mendukung kreativitas, sedangkan pada pertemuan ke dua sebanyak 86% guru dan pertemuan ke tiga sebanyak 84% guru telah menciptakan kondisi yang mendukung kreativitas. Maka dapat disimpulkan, pada proses pengumpulan data dapat dismpulkan abash atau dapat dipercaya. Pada aspek yang menghambat kreativitas juga demikian. Pada pertemuan pertama diketahui sebanyak 57% guru masih melakukan hal yang menghambat kreativitas anak, pada pertemuan ke dua sebaanyak 58% dan pertemuan ke tiga sebanyak 55% guru masih melakukan hal yang menghambat kreativitas anak, dapat disimpulkan sebanyak 5-6 orang guru dari 10 guru yang di observasi masih melakukan melakukan hal yang menghambat kreativitas anak. Pembahasan Dari data lapangan yang diperoleh dapat disimpulkan sebagian besar guru yang mengajar di lembaga PAUD di kota Pontianak telah melakukan hal-hal yeng mendorong kreativitas.
64
Jurnal Pembelajaran Prospektif 1 (1) (2016) 60-67
Dari tujuh aspek hal yang mendukung perkembangan kreativitas sebagian besar guru telah memenuhinya, pertama guru pada saat diamati telah memberikan waktu yang seluasluasnya kepada anak dalam melakukan aktivitas yang mereka minati, sesuai dengan yang dikemukan oleh Santrock (2007) bahwa untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain-main dengan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal. guru juga telah berusaha memberikan motivasi kepada anak dalam melakukan kegiatan-kegiatan kreatif. Guru menghindari ejekan atau kritikan dalam berlangsungnya pembelajaran. Selain itu guru juga memfasilitasi kegiatan anak dengan beragam media dan sarana dalam bermain sehingga akan memunculkan kelancaraan anak dalam berkreasi dalam aktifitasnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru membetuk hubungan yang sedang dengan anak, tidak terlalu lekat tetapi juga tidak terlalu longgar, guru mengembangkan hubungan kelekatan yang sedang dengan anak dimana menurut hompson & Goodvin (Santrock, 2007), kelekatan sangat penting bagi perkembangan, khususnya kelekatan yang aman, sebab kelekatan yang aman mencerminkan hubungan positif antara bayi dan orang tua, dan merupakan pondasi yang mendukung perkembangan sosioemosional yang sehat di tahun-tahun mendatang. Tentu saja hubungan yang positif tersebut tidak posesif dan juga tidak permisif. Menurut goleman (2000) bahwa anak yang cerdas secara emosial akan mampu mengembangkan kreativitasnya. Dengan hubungan kelekatan yang sedang ini membuat anak memiliki kesempatan untuk menentukan sendiri cara dan apa yang dilakukan anak dalam beraktivitas, sehingga kebebasan yang didapat anak inilah akan mengembangkan kreativitas anak. Pada aspek lainnya, dari hasil observasi yang dilakukan selama tiga hari, sebagian besar guru telah memberikan kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengetahuan dengan cara setiap hari guru memberikan informasi baru bagi anak, guru akan menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan dan sesekali bertanya kepada anak untuk merangsang pemikiran anak. Dalam bukunya Waluyo dkk (2008) menuliskan bahwa salah satu cirri anak kreatif adalah memiliki rasa ingin tahu yang besar, mereka akan sering bertanya, mengamati, dan selalu terlihat antusias dalam beraktivitas. Anak kreatif biasanya akan terlihat sebagai anak yang selalu semangat dalam mempelajari berbagai hal, oleh sebab itu untuk mengembangkan kreativitas sangat penting
Miranda, D
menyediakan informasi dan wawasan sebanyakbanyaknya untuk memuaskan rasa ingin tahu anak. Selain itu dengan banyaknya pengetahuan yang dimiliki oleh anak, anak akan memiliki banyak gagasan dalam berbagai hal termasuk dalam menemukan alternatif dari sebuah permasalahan, dimana kemampuan ini biasa dikenal sebagai kemampuan berfikir divergen yang merupakan salah satu ciri dari kemampuan berfikir kreatif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru yang di observasi dalam penelitian ini telah berupaya mendukung kreativitas anak, namun masih terdapat sedikit kekurangan yaitu, dari tujuh aspek pendukung perkembangan kreativitas anak, satu diantaranya masih belum banyak di lakukan oleh guru, masih sedikit guru yang memberikan kesempatan menyendiri kepada anak. Tidak banyak guru yang menjaga anak yang sedang asik dengan aktivitasnya sendiri bebas dari gangguan temannya. Dalam pengembangan kreativitas kesempatan untuk menyendiri sangat dibutuhkan agar anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan imajinasi dan fantasinya. Jika aktifitas dalam pembelajaran selalu harus mengikuti kemauan guru atau petunjuk guru dan dilakukan secara kolektif maka anak akan memiliki kesempatan yang sedikit untuk berimajinasi dan berfantasi dimana hal ini diperlukan dalam munculnya kreatifitas dan menciptakan ide yang original. Namun selain hal di atas, dari data hasil observasi secara umum dapat disimpulkan juga bahwa, separuh dari guru yang diobservasi masih melakukan hal-hal yang menghambat kreativitas anak. yang telah dilakukan mengenai hal-hal yang menghambat kreativitas anak, di temukan bahwa tujuh dari sebelas aspek yang menjadi penghambat kreativitas masih dilakukan oleh sebagian besar guru yang di observasi. Aspek tersebut ialah takut gagal; gagal melihat kekuatan yang ada; terlalu pasti; enggan untuk bermain-main; terlalu mengharapkan hadiah; tekanan dari teman sebaya yang menuntut konformitas; tekanan terhadap pertanyaan dan eksplorasi, penekanan lebih dilakukan pada perilaku mendengar dan mengikuti petunjuk. Sedangkan pada aspek lainnya hanya kurang dari enam guru yang masih melakukannya. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa sebagian besar guru di TK kota Pontianak yang telah diobservasi walau telah melakukan hal yang mendukung kreativitas namun mereka juga melakukan hal yang menghambat kreativitas, seperti menciptakan persaan takut gagal kepada anak berupa pemberian nilai berupa angka maupun symbol lainnya yang menandakan
65
Jurnal Pembelajaran Prospektif 1 (1) (2016) 60-67
keberhasilan anak, selain itu memberikan peringkat dalam semua aktifitas yang dilakukan anak dapat membuat anak merasa dirinya di nilai dan dibandingkan dengan anak lainnya, sehingga anak akan berusaha untuk selalu melakukan yang benar atau yang dinalai tinggi oleh guru. Pemikiran yang seperti ini akan mematikan kebebasan anak dalam bertindak maupun berfikir karena perasaan takut di cap atau dinilai rendah dan akan malu kepada guru, teman, dan orang tua. Kebiasaan dalam merangking, memberi nilai, atau memberi tanda pada setiap aktivitas yang dilakukan anak dapat menciptakan perasaan takut gagal pada anak. Kelemahan dalam pengembangan kreativitas yaitu, guru masih gagal melihat kekuatan yang ada, maksudnya guru lebih mengutamakan pada kekurang anak, memperbaiki hal-hal yang belum dikuasai anak. Sehingga guru lupa bahwa setiap anak berbeda yang seharusnya mereka memilik hak yang sama untuk diistimewakan. Guru harus peka terhadap bakat dan minat setiap anak dan guru harus menyadari bahwa mereka tidak bisa menargetkan keberhasilan yang sama pada setiap anak. Biasanya guru lebih memberikan perhatian pada anak yang masih kesulitan dalam melaksanakan kegiatan yang diberikan guru, padahal guru juga harus mampu memotivasi, memberikan informasi, dan memberikan inspirasi bagi anak yang telah dapat melakukan tugasnya dengan baik agar mereka dapat meningkatkan kemampuannya sehingga menjadi lebih berkembang dan unggul di bidangnya. Oleh sebab itu guru perlu memperhatikan pada bidang apa anak menjadi tertarik, antusias dan begitu senang saat diajak melakukan satu kegiatan, bukan malah memaksakan kehendak pada mereka yang merasakan hal sebaliknya. Jika guru berfokus pada kelebihan anak, anak akan merasa tertarik, senang, dan antusias sehingga mendorong rasa ingin tahu, mengemukakan gagasan dan ide, memberikan pendapat secara spontan, mengajukan pertanyaan yang berkualitas mengenai hal tersebut, dimana sikap-sikap ini merupakan ciri sikap seorang yang kreatif menurut munandar. Sikap terlalu mengharapkan hadiah juga dikembangkan oleh sebagian besar guru dalam proses pembelajarannya. Padahal banyak peneliti menemukan, ternyata iming-iming hadiah dapat menghambat daya eksplorasi dan imajinasi anak. Seorang anak akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapat hadiah. Namun, sama sekali tidak ingin berusaha lebih jauh dari usaha yang ia lakukan untuk meraih hadiah tersebut. Hadiah akan menghambat kesenangan intrinsik dari aktivitas kreatif. sebaiknya anak-anak merasa senang
Miranda, D
dengan semua kegiatan yang ia lakukan, menjadi anak yang penuh motivasi, bukan anak dengan buku laporan yang penuh dengan bintang namun tidak melakukannya untuk meningkatnya potensinya. Dalam penelitian ini ditemukan sebagaian besar guru selalu menyiapkan hadiah bagi anak dalam aktivitasnya baik berupa hadiah materil seperti nilai, bintang atau simbol lainnya, maupun yang berupa non fisik berupa pujian, tepuk tangan dll. Munculnya perilaku konformitas misalnya anak yang dominan cenderung ditiru anak lain ketika ia menggambar bunga dengan warna hijau, maka yang lain juga menggambar yang sama, tekanan muncul ketika anak atau kelompok yang dominan ini membujuk, mempengaruhi, bahkan memaksa anak lain untuk berbuat sama sepertinya. Tekanan terhadap pertanyaan dan eksplorasi seperti Guru menekankan pada perilaku mendengar dan mengikuti petunjuk berupa menentukan pertanyaan yang harus dijawab jika kegiatan anak berupa mengeksplorasi sesuatu, pertanyaan pertanyaan telah disiapkan guru untuk dijawab anak, padahal sebaiknya guru mengarahkan anak untuk menemukan pertanyaan sendiri. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Secara umum dapat disimpulkan bahwa upaya guru dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini sudah baik, secara khusus dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Upaya guru TK melakukan hal-hal yang mendukung kreatifitas AUD dapat disimpulkan sudah sangat baik karena lebih dari 80% guru telah melakukan hal yang mendukung kreativitas. 2. Masih cukup banyak guru yang melakukan hal- hal yang menghambat kreatifitas AUD, sekitar 50% guru masih melakukan hal yang menghambat kretaivitas, terutama pada hal membuat anak takut gagal, belum mampu mengoptimalkan kekuatan yang ada pada anak, melakukan pembelajaran yang sifatnya terlalu pasti, enggan bermain-main, terlalu mengandalkan pemberian hadiah, mengabaikan perilaku teman sebaya yang menekankan konformitas, serta menekankan pada sikap mematuhi dan mengikuti petunjuk pada kegiatan yang dilakukan anak terutama ketika kegiatan mengekplorasi. Saran 1. Secara umum guru telah berupaya dengan baik dalam mengembangkan kreativitas anak
66
Jurnal Pembelajaran Prospektif 1 (1) (2016) 60-67
2.
3.
Miranda, D
dan hanya perlu mengurangi perilaku yang dapat menghambat kreativitas anak. Guru perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk menyendiri dan memberikan ruang bagi anak untuk tidak diganggu olehteman-temannya ketika mereka sedang asik dengan kesendiriannya. Guru sebaiknya tidak hanya berfokus pada hal-hal yang mengembangkan kreatifitas saja, tetapi juga harus menghindari hal-hal yang dapat menghambat berkembangnya kreatifitas anak.
DAFTAR PUSTAKA Biantoro, Bramy. ini-5-penemuan-terpentingthomas-alva-edison-untuk-manusia. http://www.merdeka.com/teknologi/edisi 25 Agustus 2014 20:15 didownload pada 19 April 2016 Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak (Jilid 1 Edisi keenam). Jakarta : Erlangga. Isenberg, Joan P and Jalongo, Mary Renck. (1993). Creative Expression and Play in the Early Childhood Curriculum. New York: Merrill/ Prentice Hall. Mangunhardjana, A.M. (1986). Mengembangkan Kreativitas. Yogyakarta: Kansius Maxim, G.W. (1980). The Very Young: Guiding Children from Infancy through the Early Years. Californa: Wodsworth. Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat . Jakarta: Rineka Cipta Santrock, J.W. (2007). Psikologi Perkembangan. Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga
67