Instructor: Dr. Istadi (http://tekim.undip.ac.id/staf/istadi ) Email:
[email protected]
Pentingnya Proses Dehidrasi Gas Untuk menghindari pembentukan hidrat: Hidrat merupakan padatan yang terbentuk akibat bergabungnya molekul air (90%) dengan molekul-molekul hidrokarbon (10%). Hidrat akan terbentuk sedikit demi sedikit dalam bentuk kristal di orifice, valve, dan pipa sehingga dapat menyebabkan penyumbatan. Kondisi-kondisi yang memicu terbentuknya hidrat adalah temperatur rendah dan tekanan tinggi. Untuk menghindari masalah korosi: Korosi dapat terjadi jika cairan air ada bersama dengan gas asam yang mudah larut dalam air dan membentuk larutan asam yang bersifat sangat korosif, terutama terhadap carbon steel yang merupakan bahan konstruksi yang banyak digunakan dalam fasilitas pemrosesan hidrokarbon.
Pentingnya Dehydration… Persyaratan kualitas komersial gas alam (sales gas): Gas alam yang akan dijual, baik yang penyalurannya melalui pipa atau dengan moda pengangkutan lain dituntut untuk memenuhi persyaratan tertentu, seperti impuritas, heating value, dew point, dll. Diantara persyaratan-persyaratan tersebut, yang paling krusial adalah kandungan air. Pada umumnya kandungan air dalam sales gas dipersyaratkan berkisar 4 – 8 lb/MMSCF (1 lb/MMSCF = 16 mg/Sm3 = 16 ppmv). Persyaratan downstream processing: Air dapat menyebabkan reaksi samping, foaming, atau deaktivasi katalis. Oleh karena itu LNG atau LPG yang akan diproses lebih lanjut disyaratkan memiliki kandungan air sebesar 0,1 ppmv atau kurang.
WATER CONTENT OF HYDROCARBONS Water content is stated in a number of ways: Mass of water per volume of gas, lb/MMscf (mg/Sm3) Dew point temperature, °F (°C Concentration, parts per million by volume (ppmv) Concentration, parts per million by mass (ppmw) First assume: ideal behavior In any mixture, where both the gas and liquid phases
are in equilibrium non ideal Karl-Fischer titration (kadar air dalam minyak)
Thermodinamika – Vapor Liquid Equilibria Langkah pertama dalam proses dehidrasi gas alam adalah
penghilangan cairan yang ikut bersama aliran gas. Jika ditinjau dari aspek termodinamis, maka peristiwa yang terjadi di dalam separator adalah suatu keseimbangan Apabila diasumsikan bahwa air yang berada dalam gas berada dalam keadaan jenuh, maka dengan menggunakan konsep keseimbangan fasa, komposisi air dalam fasa cair dan uap dinyatakan dengan persamaan: sat
x i i Pi
y i i P
xi : fraksi mol komponen i dalam fasa cair; I : koefisien
aktifitas komponen i; Pisat : tekanan uap jenuh komponen i; yi : fraksi mol komponen i dalam fasa gas; P: tekanan total
Thermodinamika…. Penyederhanaan terhadap persamaan tersebut dapat
dilakukan apabila tekanan total kurang dari 500 psia (35 bar). Jika hidrokarbon dianggap tidak ada yang berada dalam fasa cair, maka xi dan I untuk air masing-masing nilainya sama dengan satu. Selanjutnya jika fasa gas dianggap ideal, maka I juga sama dengan satu, sehingga:
Pi sat yi P
Thermodinamika…. Temperatur dan tekanan sangat berpengaruh terhadap jumlah air yang
dapat dipisahkan dari gas Temperatur: Semakin tinggi temperatur, maka tekanan uap air murni (Pairsat) juga semakin tinggi. Jadi untuk tekanan operasi yang sama, kenaikan temperatur operasi separator akan menyebabkan konsentrasi air dalam gas (y) semakin besar, dan jumlah air yang dipisahkan semakin kecil. Tekanan: Pada temperatur operasi yang sama, jika tekanan (P) semakin besar, maka menurut persamaan (2) konsentrasi air dalam fasa gas (y) akan semakin kecil, atau air yang dapat dipisahkan menjadi semakin besar. Gas yang keluar dari separator ini jenuh dengan uap air, sesuai dengan tekanan dan temperatur operasinya. Disamping dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur, kandungan maksimal air dalam gas juga dipengaruhi oleh keberadaan gas H2S dan CO2
Gas gravity and salinity corrections to water content in hydrocarbon gases
Example 6.1 Problem: Calculate the water content of the sweet
natural gas shown in Table 6.1 at 300 psia (20.7 bar) and 80°F (26.7°C) by use of Equation 6.2 and Figure 6.1.
Equation 6.2 using vapor-pressure data from Appendix
B gives:
convert to lb Water/MMscf:
From Table 6.1, the MW of the gas mixture is 18.41 and
the specific gravity is:
From Figure 6.1(a). Wsat= 85 lb/MMscf (1,400
mg/Sm3). Correct for specific gravity: by obtaining Cg from Figure 6.19b) (Cg = 0.99), and multiplication gives:
Main Process of Gas Dehydration 1.
2. 3. 4.
Absorpsi menggunakan desikan cair (solvent) Adsorpsi menggunakan desikan padat (adsorbent) Dehidrasi dengan CaCl2 Dehidrasi dengan permeasi membran
1. ABSORPTION PROCESSES Dengan metoda ini kandungan air dalam gas dapat diturunkan sampai 10 ppmv Kriteria Solvent untuk Absorbsi : Afinitas yang besar terhadap air dan kecil terhadap hidrokarbon. Mudah diregenerasi, biasanya dengan menggunakan panas untuk
“mengusir” semua air yang telah diserap, sehingga akan diperoleh desikan dengan konsentrasi lebih tinggi. Tekanan uap yang rendah pada temperatur operasi absorber untuk mengurangi kehilangan akibat penguapan. Viskositas yang rendah agar mudah dipompa dan terjadi kontak yang baik antara fasa gas dan cair. Stabilitas termal yang baik untuk menghindari dekomposisi pada waktu regenerasi. Tidak membeku pada rentang temperatur yang digunakan dalam proses absorpsi dan regenerasi. Tidak korosif terhadap material yang digunakan untuk peralatan, terutama ruang uap reboiler, kolom stripper, dan dasar absorber. Tidak bereaksi dengan komponen gas, termasuk CO2 dan senyawa sulfur
Absorbents Yang biasa digunakan The glycols: ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), Triethylene glycol (TEG), tetraethylene glycol (TREG) and propylene glycol (PG)
Glycols Used in Dehydration
Sifat fisik senyawa glycol MEG C2H6O 62.1 8 387,1 0,12
DEG C4H10O3 106.1 17 472,6 < 0,01
TEG C6H14O4 150.2 19 545,9 < 0,01
TREG C6H18O5 194.2 22 597,2 < 0,01
1,110
1,113
1,119
1,120
1,085
1,088
1,092
1,092
Viskositas (cP) Pada 25C Pada 60C
16,5
28,2
37,3
44,6
4,68
6,99
8,77
10,2
Specific heat (Btu/lb F) Temperatur mulai terdegradasi (F)
0,58 330
0,55 330
0,53 405
0,52 460
Dipole moment (D)
2,28
2,69
2,99
3,25
Rumus kimia Berat molekul Titik beku pada 760 mm Hg (F) Titik didih pada 760 mm Hg (F) Tekanan uap pada 25C (mm Hg) Density (g/cc) Pada 25C Pada 60C
Schematic of typical glycol dehydration unit
TEG - Absorbent Senyawa TEG memiliki karakteristik yang sesuai dengan kriteria
cairan penyerap, diantaranya: TEG lebih mudah diregenerasi pada tekanan atmosferis sampai konsentrasi 98-99,95% karena titik didih dan temperatur dekomposisinya tinggi. Ini akan dapat menghasilkan penurunan dew point gas alam sampai 80 – 150 oC. TEG memiliki temperatur dekomposisi 405 oF, sementara DEG hanya 330 oF. TEG memiliki tekanan uap yang lebih rendah daripada MEG dan DEG, sehingga kehilangan akibat penguapan, terutama dalam stripper, juga lebih rendah. Biaya modal dan operasi lebih rendah. Secara umum, TEG memiliki sifat-sifat fisik sebagai berikut: 1. Tidak berwarna 2. Volatilitas rendah 3. Higroskopis 4. Larut dalam air
Sifat Kimia TEG Adapun sifat kimia TEG adalah: Stabil pada temperatur kamar Tidak kompatibel dengan asam kuat, basa kuat, dan oksidator kuat. Terdekomposisi pada temperatur tinggi. Hasil dekomposisi tergantung pada temperatur dan zat lain yang ada bersama dengan TEG. Hasil dekomposisi TEG meliputi aldehid, keton, dan asam organik (asam format dan asam oksalat) TEG sudah dipakai untuk men-dehidrasi gas alam selama
lebih dari 50 tahun. Penurunan dew-point yang dihasilkan berkisar antara 40 – 150 oF, sementara tekanan dan temperatir gas masuk berkisar antara 75 – 2600 psig dan 55 – 160 oF.
Contactor/Absorber Proses yang terjadi di dalam Absorber adalah absorpsi uap air oleh cairan
glycol. Pada temperatur tertentu, jumlah maksimum air yang dapat diabsorp oleh cairan glycol adalah tertentu. Variabel-variabel proses yang berpengaruh terhadap kinerja absorber: Temperatur: Temperatur gas yang masuk tidak boleh terlalu rendah karena
beberapa alasan:
Untuk menghidari kondensasi gas Jika temperatur gas rendah, maka temperatur glycol juga rendah, sedangkan pada temperatur rendah (di bawah 50 oF) glycol menjadi sangat kental dan lebih sulit dipompa. Pada temperatur 60 – 70 oF glycol dapat membentuk emulsi yang stabil dengan gas hidrokarbon dan dapat menimbulkan foaming.
Sebaliknya, temperatur gas juga tidak boleh terlalu tinggi karena:
Temperatur tinggi berarti volume gas menjadi lebih besar, sehingga diperlukan kolom yang lebih besar. Kemungkinan kehilangan glycol akibat penguapan menjadi semakin besar.
Oleh karena itu temperatur gas masuk biasanya berkisar antara 60 – 110 oF.
Contactor…. Tekanan: Tekanan sangat berpengaruh terhadap kandungan air dalam gas masuk. Pada temperatur yang sama, semakin rendah tekanan, maka semakin tinggi kandungan uap air dalam gas yang masuk ke Absorber. Sementara itu, pengaruh tekanan terhadap mekanisme absorpsi tidak terlalu signifikan untuk tekanan di bawah 3000 psi. Tekanan Absorber ditentukan oleh tekanan gas masuk, yang biasanya berkisar antara 4000 – 8500 kPa (600 – 1200 psia).
Laju alir glycol: Laju alir glycol tergantung pada jumlah air yang akan dihilangkan; biasanya berkisar antara 2 – 6 galon TEG per lb air yang akan dihilangkan. Laju alir yang terlalu rendah akan menyebabkan jumlah air yang diserap tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya, laju alir yang semakin tinggi tidak akan begitu berpengaruh terhadap jumlah air yang dapat dihilangkan, tetapi justru akan menambah beban reboiler dan tenaga untuk pompa sirkulasi.
Kemurnian lean glycol: Kemurnian lean glycol sangat berpengaruh terhadap laju absorpsi uap air. Penyerapan akan berkurang apabila kemurnian lean glycol rendah. Semakin tinggi konsentrasi lean glycol maka akan semakin banyak air yang dapat diserap. Yang sering digunakan adalah lean glycol dengan konsentrasi yang berkisar antara 97 – 99%, dan yang keluar dari Absorber memiliki konsentrasi antara 80 – 90%.
Heat Exchangers (HE) HE mengambil panas dari lean glycol yang panas dan memindahkannya ke rich
glycol yang lebih dingin. HE harus dirancang dengan memenuhi syarat-syarat berikut: Temperatur lean glycol yang keluar dari HE harus 5 – 150 oF lebih tinggi
daripada temperatur gas kering yang keluar dari absorber. Dapat mempertahankan temperatur puncak stripper pada 210 oF, atau sedikit
lebih rendah daripada dew point air murni. Mengontrol pemanasan awal terhadap rich glycol yang akan masuk ke stripper.
Jika temperaturnya terlalu tinggi, maka air dalam rich glycol akan menguap dan dalam aliran akan terbentuk 2 fasa. Temperatur di ujung panas dari HE ini harus dijaga antara 60 – 90 oF.
HE ini memiliki beda temperatur antar aliran yang sangat besar, yaitu
temperatur rich glycol yang keluar dari HE jauh lebih rendah daripada temperatur lean glycol yang juga keluar dari HE. Tipe aliran seperti ini memerlukan pola aliran yang benar-benar counter-
current. Type HE yang digunakan biasanya adalah double-pipe atau plate-andframe.
Filter Kandungan padatan dalam glycol harus dijaga kurang dari 0,01% berat
untuk menghindari kerusakan pompa, plugging di heat exchanger, foaming, dan korosi pada tray dalam absorber dan packing/tray dalam stripper, korosi dan hot spot pada pipa api dalam reboiler. Pada filter yang dipakai untuk cloth atau sock filter. Filter dirancang untuk memisahkan partikel-partikel berukuran > 5 μm. Filter diletakkan setelah glycol/glycol exchanger dimana viskositas larutan glycol tidak terlalu besar. Filter dirancang untuk pressure drop sebesar 3 – 6 psi dan harus diganti jika pressure drop telah mencapai 15 – 25 psi. Filter juga harus sering dicek, apakah ada penyumbatan oleh parafin. Filter dari activated carbon juga digunakan untuk menghilangkan senyawa hidrokarbon, surfaktan, senyawa-senyawa yang ditambahkan di sumur untuk yang berbagai keperluan seperti antikorosi dan pencegah pembentukna hidrat, dan minyak pelumas kompresor, dan lain-lain yang terlarut dalam glycol.
Flash Tank Unit dehidrasi gas dilengkapi dengan flash tank untuk menghilangkan
hidrokarbon yang terlarut dalam rich glycol. Jumlah hidrokarbon yang terlarut tergantung pada kondisi operasi (tekanan dan temperatur) absorber, komposisi gas umpan, dan apakah dalam unit dehidrasi tersebut digunakan pompa glycol bertekanan tinggi atau tidak. Kelarutan hidrokarbon dalam glycol sangat tergantung pada tekanan dan temperatur. Pada temperatur 100 oF dan tekanan 1000 psig, kelarutan gas alam dalam TEG adalah 1 scf/gal pada tekanan 1000 psig dan temperatur 100 oF, sementara untuk senyawa hidrokarbon dengan berat molekul besar, termasuk senyawa aromatis, kelarutannya dalam TEG lebih besar. Penggunaan pompa bertenaga besar akan menyebabkan adanya offgas yang masuk/terlarut ke dalam glycol, biasanya sekitar 3 scf/gal untuk tekanan 500 psig dan 6 scf/gal untuk tekanan 1000 psig. Pemisahan offgas ini paling baik dilakukan pada temperatur 140 – 160 oF. Apabila dalam rich glycol terdapat pula hidrokarbon cair, maka di dalam flash tank akan terbentuk 3 fasa, yaitu rich glycol, cairan hidrokarbon, dan gas. Retention time yang diperlukan berkisar antara 20 – 45 menit.
Regenerator/Stripper Sistem regenerasi TEG pada dasarnya hanya
merupakan sistem distilasi sistem biner dengan titik didih masing-masing komponen yang jauh berbeda dan tidak membentuk azeotrop. Satu-satunya kesulitan dalam sistem ini adalah kemungkinan terjadinya dekomposisi TEG apabila temperatur operasi terlalu tinggi. Kolom distilasi untuk TEG dapat dioperasikan pada temperatur 190 – 205 oC. TEG dan air memiliki perbedaan titik didih yang sangat besar sehingga stripping hanya memerlukan beberapa stage keseimbangan. Kebutuhan tray teoritis hanya berkisar antara 3 – 4 dengan salah satu di antaranya adalah reboiler
Pengaruh tekanan dan temperatur stripper terhadap kemurnian lean glycol
Reboiler Reboiler merupakan peralatan utama yang memegang peran
penting dalam proses regenerasi. Reboiler bertugas memasok panas untuk memisahkan glycol dan air dengan konsep distilasi sederhana. Biasanya reboiler untuk regenerasi glycol berupa type ‘pipa-api’ dan di dalamya ada ‘weir’ untuk menjamin bahwa pipa api tersebut tercelup seluruhnya dalam cairan glycol untuk menghindari terjadinya overheating pada pipa yang lebih lanjut dapat menyebabkan kerusakan dan/atau dekomposisi glycol. Temperatur maksimum yang disarankan adalah 205 oC. Secara teoritis, glycol yang dihasilkan pada temperatur ini memiliki konsentrasi 98,5%. Dalam praktek, konsentrasi glycol dapat mencapai 99.1% karena adanya hidrokarbon yang terlarut yang akan menambah efek stripping.
Operating Problem Absorber: Masalah utama yang timbul dalam Absorber meliputi
dehidrasi yang kurang, foaming, dan kelarutan hidrokarbon dalam glycol Insufficient Dehydration: Jika dehidrasi tidak mencukupi maka gas hasil
hasil dehidrasi masih mengandung air dengan kadar cukup tinggi. Penyebab hal ini meliputi kandungan air dalam lean glycol terlalu besar, desain absorber yang tidak memadai, temperatur gas masuk yang terlalu tinggi, temperatur lean glycol yang terlalu rendah, dan overcirculation/undercirculation dari glycol. Foaming: Foaming akan menyebabkan terbawanya glycol oleh aliran gas
keluar dari Absorber. Foaming dapat terjadi secara mekanis maupun kimiawi Kelarutan Hidrokarbon dalam Glycol: Dalam absorber, larutan TEG
akan menyerap sejumlah senyawa aromatis yang ada dalam gas (BTEX: benzene, toluene, ethyl benzene, dan xylene), yang akan akan
terlepas ke atmosfer melalui unit regenerator
Problem… Beberapa faktor penyebab foaming di antaranya
adalah: Konsentrasi glycol yang terlalu rendah dalam Absorber Beda temperatur yang terlalu besar antara gas basah
yang masuk Absorber dengan lean glycol yang masuk Absorber. pH glycol yang terlalu tinggi (pH > 9 akan menyebabkan foaming dan terbentuknya emulsi) Adanya kondensat hidrokarbon Adanya suspended solid yang sangat halus Kontaminasi garam Corrosion inhibitor
Problem…. Stripper: Masalah operasional utama dalam Stripper
adalah kehilangan glycol yang berlebihan akibat penguapan. Konsentrasi glycol dalam uap (yang berarti kehilangan glycol akibat penguapan) meningkat dengan tajam kalau temperaturnya di atas 250 oF. Reboiler: Masalah operasional dalam reboiler meliputi kontaminasi garam, degradasi glycol, dan masalah yang berhubungan dengan gas asam Kontrol Terhadap Dew Point: 'Dew Point' adalah temperatur dimana uap air mulai mengembun. Dalam industri, dew point digunakan untuk mengindikasikan kandungan air dalam aliran gas. Jika dew point digunakan utuk menyatakan kandungan air dalam gas, maka tekanan dari gas tersebut harus disebutkan.
Problem… Jika penurunan dew point dari gas yang di-dehidrasi terlalu kecil,
kemungkinan ada beberapa penyebab, seperti: laju sirkulasi glycol yang rendah; konsentrasi lean glycol yang rendah akibat sistem regenerasi yang tidak
baik; foaming (menyebabkan kurang baiknya kontak antara gas basah dan lean glycol); alat-alat kontak dalam Absorber kotor atau tersumbat; kecepatan gas terlalu tinggi dalam Absorber, dll. Untuk menjamin tidak terjadi hal yang tidak diinginkan
tersebut, maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah: Cek laju sirkulasi larutan glycol Cek temperatur reboiler dan yakinkan bahwa temperatur tersebut telah
diset dengan benar. Jika setting dari temperatur sudah benar, verifikasi temperatur reboiler dengan menggunakan termometer dan yakinkan bahwa sistem kontrol temperatur bekerja dengan baik
Problem… Kontrol Terhadap pH Glycol: pH sangat berpengaruh terhadap korosi.
Penyebab turunnya pH di antaranya adalah karena pembentukan senyawa asam organik hasil oksidasi glycol, hasil dekomposisi glycol, atau gas asam yang terbawa bersama aliran gas. Oleh karena itu pH glycol harus dicek secara periodik dan dijaga tetap dalam kondisi sedikit basa dengan cara menetralkannya menggunakan borax, ethanolamine, atau zat-zat kimia bersifat basa lainnya yang cocok, untuk mempertahankan pH antara 7,5 – 8,0. (1 lb amine/400 gallon glycol). Larutan glycol yang terlalu basa, dapat menyebabkan mengendapnya senyawa basa yang ditambahkan, berbusa dan terbentuk emulsi. Pembentukan Sludge: Debu, pasir, kerak pipa, partikel halus dari tangki
penyimpanan glycol, dan hasil-hasil korosi seperti FeS dan karat akan terbawa oleh aliran glycol jika tidak dipisahkan terlebih dahulu dalam inlet separator. Filtrasi yang bagus dan efektif menjaga konsentrasi padatan dalam glycol berada di bawah 0,01% berat, sehingga akan mencegah terbentuknya sludge dalam sistem glycol.
Other Factors That Affect Glycol Dehydrator Performance Oxygen reacts with the glycols to form corrosive
acidic compounds. The products also increase the potential for foaming and glycol carryover A dry natural gas blanket is often put over the storage and surge tanks to minimize air intrusion. low pH accelerates glycol decomposition suggestion: addition of trace amounts of basic hydrocarbons
2. ADSORPTION PROCESSES The two types of adsorption are: physical adsorption Chemisorption Physical adsorption: the bonding between the
adsorbed species and the solid phase is called van der Waals forces, the attractive and repulsive forces that hold liquids and solids together and give them their structure. Chemisorption: a much stronger chemical bonding occurs between the surface and the adsorbed molecules.
Physical Adsorption Adsorbate concentrations are usually low only a few
layers of molecules will build up on the surface. Thus, adsorption processes use solids with extremely high surface-to-volume ratios. (synthetic zeolites (i.e, molecular sieves) have surface-to-volume ratios: 750 cm2/cm3. Molecular sieves the adsorbent consists of extremely fine zeolite particles held together by a binder. Therefore, adsorbing species travel through the macropores of the binder into the micropores of the zeolite. Adsorbents such as silica gel and alumina are formed in larger particles and require no binder. Pore openings that lead to the inside of commercial adsorbents are of molecular size (4 Å (1 Å = 10−8 cm) to 100 Å).
In addition to concentration (i.e., partial pressure for
gases), two properties of the adsorbate dictate its concentration on the absorbent surface: polarity and size. Unless the adsorbent is nonpolar, which is not the case for those used in gas plants, polar molecules, like water, will be more strongly adsorbed than weakly polar or nonpolar compounds. Thus, methane is displaced by the weakly polar acid gases that are displaced by the strongly polar water
Equilibrium Conditions for water on a commercial molecular sieve
Syarat-syarat desikan padat untuk dehidrasi gas Mempunyai kapasitas adsorpsi yang tinggi pada
keseimbangan Mempunyai selektivitas tinggi Mudah diregenerasi Pressure drop rendah Mempunyai sifat mekanik yang baik (kuat, tidak mudah remuk, stabilitas yang tinggi selama penyimpanan) Murah, tidak korosif, tidak beracun, inert, density bulk yang besar, dan tidak mengalami perubahan volume pada saat meng-adsorp maupun men-deadsorp air
Pemilihan Jenis Desikan Padat Silica gel paling banyak digunakan apabila konsentrasi
uap air dalam gas umpan cukup tinggi (> 1 % mol) dan kandungan air dalam gas hasil dehidrasi diinginkan tidak terlalu rendah. Alumina bersifat sangat polar dan akan mengikat air dan gas-gas asam dengan kuat. Alumina digunakan bila kandungan air dalam gas umpan tidak terlalu tinggi dan tidak diperlukan kandungan air yang terlalu rendah dalam gas produk. Jika gas yang didehidrasi akan diproses lebih lanjut dalam unit cryogenic, maka satu-satunya adsorben yang cocok adalah molecular sieve. Yang paling sering digunakan adalah molecular sieve dengan ukuran pori 4 Å.
Mekanisme Adsorpsi Langkah pertama adalah kontak antara komponen tersebut
dengan permukaan, dan langkah kedua adalah perjalanan komponen tersebut melalui pori-pori adsorben. Langkah pertama berlangsung cepat, sedangkan langkah kedua relatif lambat, sehingga waktu untuk mencapai keadaan keseimbangan pada proses adsorpsi dengan adsorben padat lebih lama daripada absorpsi. Dalam praktek, proses adsorpsi berlangsung dalam kolom vertikal dengan bahan isian adsorben (fixed bed). Gas mengalir ke arah bawah melalui bed. Proses ini berlangsung lambat, sehingga akan terbentuk satu zona transfer massa (ZTM) di dalam bed sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
Vapor-phase concentration profile of an adsorbate in the three zones of an adsorption bed.
Mekanisme…
Zona keseimbangan: tempat dimana adsorbat pada permukaan
adsorben berada dalam keseimbangan dengan adsorbat yang ada dalam gas masuk, sehingga pada zona ini tidak terjadi adsorpsi lagi. Zona transfer massa (ZTM): tempat dimana transfer massa dan adsorpsi berlangsung. Zona aktif: tempat dimana adsorpsi belum terjadi. Dalam ZTM, konsentrasi adsorbat dalam fasa gas turun dari yin menjadi yout dengan profil penurunan konsentrasi yang berbentuk S. Jika laju transfer massa berlangsung cepat tak terhingga, maka tebal ZTM sama dengan nol. Ketebalan ZTM biasanya berkisar antara 0,5 – 6 ft, dan gas berada dalam zona ini selama 0,5 – 2 detik. Untuk memaksimalkan kapasitas bed, maka ZTM harus setipis mungkin karena zona ini hanya mengadsorp 50% adsorbat yang dapat diadsorp pada zona keseimbangan. Bed yang tinggi dan diameternya kecil akan mengurangi persentase bed dalam ZTM, dan ukuran partikel adsorben yang kecil akan meingkatkan efektivitas bed, tetapi keduanya akan meningkatkan pressure drop
Faktor yang berpengaruh terhadap proses adsorpsi Konsentrasi atau tekanan parsial uap air: Yang berpengaruh adalah
tekanan parsial dari gas yang akan diadsorp, bukan tekanan total dari sistem. Pada temperatur yang sama, semakin besar tekanan parsial komponen tersebut, maka semakin cepat keadaan keseimbangan akan tercapai. Ukuran molekul adsorbat: Pengaruh ukuran molekul adsorbat terhadap proses adsorpsi sangat tergantung pada ukuran pori adsorben. Apabila molekul adsorbat lebih besar daripada ukuran pori adsorben, maka adsorbat hanya akan teradsorp pada permukaan luar adsorben, yang sebenarnya hanya sebagian sangat kecil dari keseluruhan luas permukaan adsorben. Jika ukuran molekul adsorbat jauh lebih kecil daripada ukuran pori adsorben, maka molekul adsorbat yang kurang volatil (biasanya ukurannya lebih besar) akan menggeser molekul-molekul yang lebih volatil. Polaritas adsorbat: Adsorben bersifat polar, sehingga molekul-molekul polar akan teradsorp lebih kuat daripada molekul-molekul yang kurang polar. Air akan teradsorp lebih kuat daripada senyawa-senyawa yang sedikit polar atau non polar
Advantages When used as a purification process, adsorption has
two major disadvantages: It is a fixed-bed process that requires two or more
adsorption beds for continuous operation. It has limited capacity and is usually impractical for removing large amounts of impurity.
However, adsorption is very effective in the
dehydration of natural gas, because water is much more strongly adsorbed than any of the alkanes, carbon dioxide, or hydrogen sulfide. Generally, a higher degree of dehydration can be achieved with adsorbents than with absorption processes.
Industrial Adsorbents for Dehydration Three types of commercial adsorbents are in common use in gas processing plants: Silica gel, which is made of pure SiO2
Activated alumina, which is made of Al2O3 Molecular sieves, which are made of alkali
aluminosilicates and can be altered to affect adsorption characteristics
Properties of Commercial Silica Gels, Activated Alumina, and Molecular Sieve 4A
Sifat-sifat Desikan Padat Silica gel Diameter pori (Å) Bulk density (lb/ft3) Ukuran partikel Luas permukaan (m2/g) Volume pori (cm3/g) App. specific gravity Heat capacity (Btu/lb F) Dew point minimum (F) Temperatur regenerasi (C) Panas adsorpsi (Btu/lb) Kandungan air minimum rata-rata dalam effluent gas (ppmv)
10 – 90 49 2 – 5 mm 650 – 750 0,40 – 0,45 1,2 0,24 – 70 sampai – 80 375 – 5 – 10
Activated alumina 15 48 3 mm; 5 mm; 6 mm 325 – 360 0,21 1,6 0,24 Sampai – 100
Molecular sieve 3, 4, 5, 10 40 – 45 1,6 mm; 3,2 mm; 6,0 mm 600 – 800 0,27 1,1 0,24 Sampai – 150
320 – 430 – 10 – 20
400 – 600 1800 0,1
Adsorption Process Scheme
Skema Lainnya
Typical Operating Conditions for Molecular Sieve Dehydration Units
3. DESICCANT PROCESSES Dengan menggunakan dehidrator CaCl2 dapat diperoleh
gas dengan kandungan air sampai 1 lb/MMCF. Kapasitas CaCl2 adalah 0,3 lb CaCl2 per lb H2O. Kecepatan superficial dalam bed adalah 20 – 30 ft/min dan rasio panjang dengan diameter bed sekurang-kurangnya antara 3 sampai 4:1. Dehidrator CaCl2 merupakan alternatif untuk unit glycol untuk sumur gas yang berada di daerah terpencil dan dengan laju alir rendah. CaCl2 harus diganti secara periodik, antara 2 – 3 minggu sekali. Salah satu masalah yang timbul dalam dehidrator ini adalah limbah larutan garam
Gambar Dehydrator
4. MEMBRANE PROCESSES Membranes offer an attractive option for cases in which
drying is required to meet pipeline specifications. Their modular nature, light weight, large turndown ratio, and low maintenance make them competitive with glycol units in some situations The inlet gas must be free of solids and droplets larger than 3 microns Inlet gas temperature should be at least 20°F (10°C) above the dew point of water to avoid condensation in the membrane. membranes used for natural gas dehydration are economically viable only when dehydration is combined with acid-gas removal
Membrane Operation Units operate at pressures up to 700 to
1,000 psig (50 – 70 barg) with feed gases containing 500 to 2,000 ppmv of water. They produce a product gas stream of 20 to 100 ppmv and 700 to 990 psig (48 to 68 barg). The low-pressure (7 to 60 psig [0.5 to 4 barg]) permeate gas volume is about 3 to 5% of the feed gas volume