ISSN : 2355-9365
e-Proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 | Page 5000
USULAN PERBAIKAN PROSES BISNIS, STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) DAN DOKUMEN PENDUKUNG LAINNYA SESUAI DENGAN REQUIREMENT KLAUSUL 6 DAN 7 ISO 9001:2008 PADA PT.ADETEX FILAMENT DENGAN METODE BUSINESS PROCESS IMPROVEMENT IMPROVEMENT SUGGESTION OF BUSINESS PROCESS, STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) AND ANOTHER SUPPORTING DOCUMENT BASED ON REQUIREMENT CLAUSE 6 AND 7 ISO 9001:2008 ON PT. ADETEX FILAMENT USING BUSINESS PROCESS IMPROVEMENT METHOD 1
Rizki Nur Rachman, 2Marina Yustiana Lubis, Ir., MSi. , 3Muhammad Iqbal, ST., MM 1,2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 2 1
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak - PT. ADETEX FILAMENT merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan benang menjadi kain. Perusahaan ini telah mengadopsi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 sejak tahun 2010, namun pada tahun 2013 perusahaan tidak dapat menerapkan implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dikarenakan tim MR (Management Representative) telah kembali ke departemen sebelumnya. Perusahaan ingin melaksanakan kembali sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 sebagai standar acuan sistem manajemen mutu karena untuk mengekspor produk yang dimilikinya, perusahaan dituntut harus memiliki sistem manajemen mutu yang telah terstandarisasi internasional. Setelah melakukan identifikasi proses secara mendalam, ternyata terdapat beberapa proses yang tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga ketidaksesuaian tersebut menjadi landasan awal dalam penelitian ini. Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi proses bisnis kritis dengan menggunakan pendekatan weighted selection approach. Dari pendekatan tersebut didapatkan 4 proses bisnis yang akan dianalasis dengan menggunakan metode business process improvement. Hasil dari metode ini selanjutnya akan dibuatkan SOP, diantaranya (i) SOP Proses Finishing, (ii) SOP Proses Topping Hasil Produksi, (iii) SOP Proses Inspection – Packing, (iv) SOP Proses Perbaikan Mesin Produksi, dan (v) dokumen pendukung SOP dalam bentuk work instruction dan rekaman. Kata Kunci: ISO 9001:2008, Proses Bisnis Kritis, BPI, SOP Abstract – PT. ADETEX FILAMENT is a company which concern in making process of yarn to be fabric. Since 2010, this company already adopted ISO 9001:2008 quality management system, but in 2013 this company couldn’t implement ISO 9001:2008 anymore because their MR (Managemen Representative) team had already back to their department. This company wants to implement again their quality management system because this company indicted to have a quality management system which has been internationally standardized before exporting their product to customer. After identify in depth, some process dosen’t meet the requirement of this company, so their mismatch become a first step to do this research. The research begin with identify critical business process using weighted selection approach. From that approach, 4 business process will be analyzed using business process improvement method. Result from that method will be a step to design SOP, which are (i) SOP Finishing Process, (ii) SOP Topping Process From Production Result, (iii) SOP Inspection – Packing Process, (iv) SOP Repairing Production Machine Process, and (v) supporting SOP documents which form in work instruction and data record. Keyword: ISO 9001:2008, Critical Business Process, BPI, SOP
I.
PENDAHULUAN
PT. ADETEX FILAMENT I - II merupakan sebuah perusahaan tekstil yang bergerak dalam bidang pembuatan kain tekstil. PT. ADETEX FILAMENT terletak di Jalan Raya Banjaran No. 590, Jawa Barat. Produk yang dihasilkan oleh PT. ADETEX FILAMENT I - II yaitu kain celup dan kain cetak. PT. ADETEX FILAMENT telah mengadopsi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 sejak tahun 2010. Namun, sistem manajemen mutu di perusahaan tidak lagi mencapai target perusahaan karena tidak adanya tim management representative pada perusahaan tersebut sehingga implementasinya sudah tidak berjalan lagi sejak akhir tahun 2013. Perusahaan ingin melaksanakan kembali sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 sebagai standar acuan sistem manajemen mutu karena untuk mengekspor produk yang dimilikinya, perusahaan dituntut harus memiliki sistem manajemen mutu yang telah terstandarisasi internasional.
ISSN : 2355-9365
e-Proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 | Page 5001
Untuk mendapatkan kepuasan pelanggan yang baik perusahaan harus merancang sistem manajemen mutu dimana kualitas produk harus sesuai dengan kebutuhan pelanggan agar perusahaan mendapatkan kepuasan pelanggan[1]. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Departemen Processing, diketahui bahwa terdapat beberapa mesin yang sering mati secara mendadak sehingga membuat proses produksi terhenti dan membuat waktu pembuatan kain semakin bertambah lama. Selain itu operator yang mengerjakan kegiatan produksi seringkali meloloskan produknya ketika proses pengecekan sedang berjalan sehingga masih terdapat beberapa produk cacat yang diterima oleh pelanggan. Hal tersebut juga didukung oleh data produksi pada bulan Januari hingga bulan Mei 2015 yang menyatakan bahwa proses yang berjalan pada perusahaan masih belum mencapai tujuan perusahaan, karena data produksi tersebut menunjukkan masih terdapat banyak produk yang cacat sehingga produk tidak dapat dikirim kepada pelanggan.
Jumlah Cacat Produk Pada PT. ADETEX FILAMENT 80.000 Jumlah Cacat Produk Pada PT. ADETEX FILAMENT
Meter
60.000 40.000 20.000 0 Januari Februari Maret
April
Mei
Gambar 1 Data Jumlah Cacat Produk Pada PT. ADETEX FILAMENT Oleh karena itu berdasarkan tuntutan persaingan global serta keinginan untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2008, maka tugas akhir ini akan membahas perbaikan proses bisnis yang tidak sesuai serta membuat usulan perbaikan SOP berdasarkan requirement klausul 6 dan klausul 7 ISO 9001:2008. II. 1.
DASAR TEORI DAN MODEL KONSEPTUAL
Mutu
Phillip B. Crosby menyatakan bahwa mutu adalah kesesuaian dengan apa yang disyaratkan. Menurut Edward Deming mutu adalah kesesuaian dengan apa yang dibutuhkan oleh pasar dan pelanggan. Menurut Weinburg mutu adalah nilai yang dapat diberikan kepada seseorang. Sedangkan menurut ISO 9000 mutu adalah tingkatan karakteristik untuk memenuhi kebutuhan atau persyaratan [1]. Dari beberapa definisi yang telah disebutkan, fokus dari mutu yaitu menemui kesesuaian dengan pelanggan sehingga semakin baik mutu dari sebuah produk maka kepuasan pelanggan akan meningkat. 2.
Sistem Manajemen Mutu
Sistem manajemen mutu merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang/jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Terdapat karakteristik umum dari sistem manajemen kualitas [2] : a. Sistem manajemen mutu mempunyai ruang lingkup yang luas dari beberapa kegiatan yang terdapat di sebuah organisasi atau perusahaan. b. Sistem manajemen mutu menekankan proses kerja yang konsisten. c. Sistem manajemen mutu mengutamakan pada tindakan pencegahan kesalahan. d. Sistem manajemen mutu mencakup elemen-elemen: tujuan, pelanggan, hasil-hasil (output), proses-proses, masukan-masukan (input), pemasok dan pengukuran feedback. 3.
ISO 9001:2008
ISO 9001:2008 merupakan sebuah standar internasional untuk sistem manajemen mutu. ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan - persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang atau jasa) yang
ISSN : 2355-9365
e-Proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 | Page 5002
memenuhi persyaratan yang ditetapkan[2]. Berikut merupakan persyaratan – persyaratan yang terdapat pada ISO 9001:2008 : a. Ruang lingkup b. Acuan yang mengatur c. Istilah dan definisi d. Sistem manajemen mutu e. Tanggung jawab manajemen f. Pengelolaan sumber daya g. Realisasi produk h. Pengukuran, analisis dan perbaikan ISO 9001:2008 mempunyai persyaratan dokumentasi proses yang terdiri dari manual mutu, prosedur, instruksi kerja, dan form. 4.
Proses Bisnis
Proses Bisnis merupakan kumpulan aktifitas atau proses yang berlangsung dari awal hingga akhir secara berkaitan dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah di dalam perusahaan[3]. Proses bisnis terdiri dari gabungan beberapa aktifitas yang saling berkaitan[4]. 5.
Business Process Improvement
Business Process Improvement (BPI) adalah metodologi sistematis yang dirancang untuk membantu perusahaan dalam meningkatkan proses bisnisnya secara signifikan [4]. BPI membuat suatu sistem yang akan membantu perusahaan dalam menyederhanakan aktifitas atau proses bisnis yang terdapat di perusahaan, dengan memberi jaminan bahwa pelanggan eksternal dan internal dari organisasi akan mendapatkan output yang jauh lebih baik. 6. Standard Operating Procedure (SOP) Standard Operating Procedure (SOP) adalah dokumen yang menjelaskan tentang kegiatan operasional yang dilaksanakan oleh perusahaan agar pekerjaan tersebut dapat terlaksana secara benar, tepat, dan konsisten untuk menghasilkan produk yang telah ditetapkan sebelumnya [4]. Dilihat dari fungsinya, SOP berfungsi untuk membentuk sistem dan aliran kerja yang teratur, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga aktifitas yang terdapat dalam perusahaan tersebut konsisten[5]. 7.
Model Konseptual
Proses bisnis Eksisting pada PT. ADETEX FILAMENT
Requirement klausul 6 & 7 ISO 9001:2008 Proses bisnis kritis
Business Process Improvement Proses bisnis usulan pada PT. ADETEX FILAMENT
Usulan perbaikan SOP dan dokumen pendukung lainnya sesuai dengan klausul 6 & 7 ISO 9001:2008
Gambar 2 Model Konseptual Gambar III.1 menjelaskan tentang variabel - variabel yang digunakan dalam membuat rancangan SOP dan kebijakan lainnya sesuai dengan klausul 6 dan 7 ISO 9001:2008. Variabel pada penelitian ini dimulai dari adanya proses bisnis eksisting pada PT. ADETEX FILAMENT serta persyaratan - persyaratan yang telah
ISSN : 2355-9365
e-Proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 | Page 5003
ditentukan pada ISO 9001:2008 klausul 6 dan 7. Dari kedua variabel tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis gap sehingga proses bisnis yang akan dirancang memenuhi persyaratan ISO 9001:2008 klausul 6 dan 7. Proses bisnis tersebut selanjutnya akan diidentifikasi dengan menggunakan proses bisnis kritis. Hasil identifikasi proses bisnis kritis selanjutnya akan dilakukan improvement agar proses tersebut efektif dan efisien. Hasil dari improvement ini adalah proses bisnis usulan yang selanjutnya digunakan untuk merancang SOP sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2008 klausul 6 dan 7.
III. 1.
PEMBAHASAN
Identifikasi Proses Bisnis Kritis
Pada tahap ini, proses bisnis existing akan diseleksi untuk mengetahui proses yang memiliki kriteria kritis terbesar. Untuk memilih proses bisnis kritis digunakan pendekatan weighted selection approach. Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi proses bisnis yang kritis yaitu dengan memberikan penilaian kepada proses bisnis yang dikategorikan memberikan pengaruh kepada pelanggan, biaya, waktu siklus, teknologi, serta instruksi yang memberikan pengaruh kepada bisnis perusahaan[5]. Metode penghitungan yang digunakan untuk mengolah hasil data kuesioner yaitu metode Skala Likert. Berikut merupakan hasil penghitungan dengan menggunakan Skala Likert. Tabel 1 Tabel Data Kuesioner Jumlah Pilihan Dalam Kuesioner
4
Jumlah Pertanyaan Dalam Kuesioner
7
Skoring Terendah
1
Skoring Tertinggi
4
Tabel 2 Tabel Penghitungan Kriteria Penilaian Proses Bisnis Kritis Jumlah
Skor
7
Terendah Jumlah
Skor
28
Tertinggi Persentase Jumlah
100%
Skor Tertinggi Persentase Jumlah
25%
Skor Terendah Range
0.75
Kategori Interval
Kriteria Penilaian
Proses Kritis dan Bukan Proses Kritis
2 0.375 0.625
Dari metode tersebut didapatkan bahwa proses yang dikategorikan sebagai proses kritis yaitu proses yang memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 0.625 di setiap pertanyaanSelanjutnya, setiap kuesioner akan dihitung dan diurut berdasarkan nilai dari kriteria penilaian. Dari hasil penghitungan data kuesioner, proses yang
ISSN : 2355-9365
e-Proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 | Page 5004
memiliki nilai pada ranking 1 dikategorikan sebagai proses yang harus segera diperbaiki. Berikut merupakan proses bisnis yang dikategorikan sebagai proses bisnis yang harus segera diperbaiki : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Proses Topping hasil produksi (Departemen Dapur Cat) Proses Finishing (Unit Finishing) Proses Inspeciont-Packing (Departemen Inspection) Proses Perbaikan Mesin Produksi (Departemen Maintenance) Proses Perbaikan Mesin Utility (Departemen Utility) Proses Weaving (Departemen Weaving)
Dari keenam proses tersebut, akan diambil empat proses kritis yang akan dianalisis yaitu proses finishing, proses topping hasil produksi, proses inpect-packing, dan proses perbaikan mesin. Keempat proses ini diambil sebagai proses yang dianalisis karena keempat proses tersebut berjalan secara bersamaan dan menurut wawancara mendalam dengan Kepala Seksi Departemen Processing pada tanggal 27 Mei 2015 keempat proses tersebut harus segera diperbaiki karena keempat proses tersebut berpengaruh terhadap komplain pelanggan yang menyatakan bahwa hasil akhir produk yang diterima oleh pelanggan masih belum sesuai warna dan produknya. Selain itu, pelanggan internal perusahaan mengeluhkan mesin yang tiba - tiba mati ketika aktivitas sedang berjalan sehingga membuat proses produksi terhenti. Hal tersebut juga didukung oleh jumlah cacat produk yang terjadi pada proses produksi processing lebih banyak daripada proses produksi weaving sehingga penelitian ini fokus kepada perbaikan empat proses bisnis tersebut.
Perbandingan Jumlah Data Cacat Antara Weaving dan Processing
47.077
148.395
Cacat Pada Weaving (meter) Cacat Pada Processing (meter)
Gambar 3 Perbandingan Cacat Produk Weaving dan Finishing Setelah mengetahui proses mana yang akan dianalisis, tahap selanjutnya adalah melakukan perancangan SOP dengan menggunakan metode business process improvement. 2.
Perancangan
Berdasarkan hasil dari analisis aktivitas dan streamlining keempat proses bisnis kritis tersebut, selanjutnya akan dibuatkan rancangan usulan standard operationg procedure (SOP). Pada SOP sebelumnya, konten dari SOP tersebut menjelaskan tentang alur aktivitas yang harus dikerjakan pada sebuah proses. Namun setelah dilakukan analisis aktivitas dan streamlining dan mengacu kepada manual proses produksi processing, terdapat beberapa aktivitas yang ditambahkan pada SOP tersebut. Prosedur tersebut sebelumnya telah dibuat oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya. Hanya saja berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, masih terdapat beberapa aktivitas yang belum sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga prosedur – prosedur dirancang ulang untuk memenuhi kebutuhan perusahaan serta ISO 9001:2008.
ISSN : 2355-9365
e-Proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 | Page 5005
2.1 Prosedur Proses Finishing Prosedur Proses Finishing Flow Proses
Prosedur Proses Finishing Deskripsi Proses
Rekaman
Flow Proses
Deskripsi Proses
Rekaman
Mulai A 1. Operator Finishing (persiapan)
1. Operator finishing menerima kain setengah jadi (kain grey) dan Laporan Kegiatan Produksi Weaving dari departemen weaving
1. Form Kegiatan Produksi Weaving
Menerima kain setengah jadi 2. Operator Finishing (mesin pencucian) Mencuci kain setengah jadi
3. Operator Finishing (mesin CRR) Melakukan proses dyeing pada mesin CRR
4. Operator Finishing (mesin centrifuge) Mengeringkan kain pada mesin centrifuge
5. Operator Finishing (mesin scutcher) Membuka serat kain
6. Operator Finishing (mesin dryer) Mengeringkan kain pada mesin dryer 7. Operator Finishing (mesin inspection warna) Melakukan pengecekan warna kain
8. Operator Finishing (mesin stenter) Melembutkan kain pada mesin stenter
2. Operator finishing melakukan proses pencucian kain (kain cotton atau kain polyester) pada mesin pencucian sesuai dengan Work Instruction Proses Pencucian
8. Operator finishing melembutkan kain (kain cotton atau kain polyester) dan mengatur density kain pada mesin stenter sesuai dengan Work Instruction Proses melembutkan kain pada mesin stenter
8. Work Instruction Mesin Stenter
9a. Operator finishing melakukan proses pengurangan gramasi atau berat kain pada mesin BDR (Bath Danier Reduce) sesuai dengan Work Instruction Proses Pengurangan Berat Kain 9b. Operator finishing memisahkan kain jenis cotton dengan kain jenis polyester sebelum melakukan proses selanjutnya
9a. Work Instruction Proses Pengurangan Berat Kain 9b. Kartu Pemisahan Jenis Kain
10. Setelah kain jenis cotton dan polyester dipisahkan, maka operator akan melaksanakan proses sebagai berikut -) Kain Cotton - Menyusutkan kain pada mesin sanforize - Melembutkan kain pada mesin calender -) Kain Polyester - Melembutkan kain pada mesin comfit Proses tersebut dilakukan sesuai dengan Work Instruction Proses Sanforize, Work Instruction Proses Calender dan Work Instruction Proses Comfit
10a. Work Instruction Proses Sanforize 10b. Work Instruction Proses Calender 10c. Work Instruction Proses Comfit
11a. Operator finishing melakukan pengecekan kualitas kain (kain cotton atau kain polyester) pada mesin inspection sesuai dengan Work Instruction Pengecekan Kain Finishing 11b. Operator finishing mencatat realisasi proses finishing dalam Laporan Kegiatan Finishing,
11a. Work Instruction Pengecekan Kain Finishing 11b. Form Kegiatan Produksi Finishing
2. Work Instruction Proses Pencucian 9. Operator Finishing (mesin BDR)
3. Operator finishing melakukan proses dyeing kain (kain cotton atau kain polyester) yang terdiri dari : -) proses relaxing -) proses dyeing -) proses bleaching Semua proses tersebut dilaksanakan sesuai Work Instruction Proses Dyeing pada mesin CRR (Circular Rafid Reduction)
3. Work Instruction Proses Dyeing
4. Operator finishing mengeringkan kain (kain cotton atau kain polyester) pada mesin centrifuge sesuai dengan Work Instruction Proses Centrifuge
4. Work Instruction Proses Centrifuge
5. Operator finishing membuka gumpalan serat kain (kain cotton atau kain polyester) pada mesin scutcher sesuai dengan Work Instruction Proses Scutcher
5. Work Instruction Proses Scutcher
6. Operator finishing mengeringkan kain (kain cotton atau kain polyester) pada mesin dryer sesuai dengan Work Instruction Proses Dryer
6. Work Instruction Proses Dryer
Mengurangi gramasi atau berat kain
10. Operator Finishing (pelembutan) Menyusutkan dan melembutkan kain
11. Operator Finishing (mesin inspection) Melakukan pengecekan kualitas kain
12. Operator Finishing (mesin inspection)
12. Operator finishing memberikan kain kepada departemen inspection untuk melakukan proses inspection - packing
Memberikan kain kepada departemen inspection 7. Operator finishing mengecek Warna Kain dengan menggunakan mesin inspeksi sesuai dengan Work Instruction Pengecekan Warna Kain. Apabila kain sudah sesuai dengan warna acuan maka operator Memberikan tanda "WARNA TELAH SESUAI" pada kartu pengecekan warna kain dan proses dapat dilanjutkan menuju proses finish. Jika warna kain belum sesuai maka operator akan Memberikan tanda "WARNA BELUM SESUAI" pada kartu pengecekan warna kain dan mencatat jenis kesalahan yang terjadi dalam Formulir Proses Topping agar kain tersebut akan diproses ulang dalam proses topping hasil produksi.
7a. Work Instruction Pengecekan Warna Kain 7b. Kartu Pengecekan Warna Kain 7c. Formulir Proses Topping
Selesai
A
Gambar 4 Prosedur Usulan Proses Finishing 2.2 Prosedur Proses Topping Hasil Produksi Prosedur Proses Topping Hasil Produksi Flow Proses
Deskripsi Proses
Rekaman
Mulai
1. Operator Lab S/O (test lab) Menerima kain dari departemen finishing dan melakukan test warna
1a. Operator Lab S/O menerima kain setengah jadi (kain grey) yang warnanya tidak sesuai dengan acuan kartu proses produksi dari departemen finishing 1b. Mengidentifikasi penyebab kesalahan warna yang terdapat pada kain 1c. Membuat resep topping terhadap kain yang akan dilakukan proses topping. Pembuatan kadar resep topping agar sesuai dengan acuan kartu proses produksi bergantung pada kadar : 1d. Melakukan proses topping terhadap kain sesuai dengan resep topping yang telah dibuat. Proses topping dapat dilakukan dengan cara berikut : -) penambahan kadar dyestuff -) penambahan kadar optic -) colour up -) cuci ulang
1a. Formulir Proses Topping 1b. Work Instruction Topping 1c. Form Resep Topping
2. Operator Lab S/O (checker) Melakukan pengecekan warna hasil topping produksi
2a. Operator melakukan pengecekan warna hasil topping produksi 3. Form Kegiatan Topping dengan menggunakan mesin inspeksi. Apabila warna telah sesuai maka akan dilanjutkan pada proses berikutnya. Jika warna belum sesuai maka akan dilakukan test warna dan melakukan proses topping ulang. 2b. Mencatat kegiatan topping tersebut dalam Form Kegiatan Topping Produksi
3. Operator Lab S/O (topping produksi) Melakukan proses topping untuk kain sesuai dengan quantity
3a. Operator Lab S/O melaksanakan proses topping terhadap kain 4. Form Kegiatan Topping – kain yang warnanya tidak sesuai dengan acuan proses produksi. Resep topping akan dibuat sesuai dengan quantity kain yang akan dilakukan topping. 3b. Mencatat kegiatan topping tersebut dalam Form Kegiatan Topping Produksi
4. Operator Finishing Melanjutkan proses finishing
4. Operator Lab S/O memberikan kain yang telah di topping kepada departemen finishing, dan departemen finishing dapat melanjutkan proses finishing kembali.
Selesai
Gambar 5 Prosedur Usulan Proses Topping Hasil Produksi
ISSN : 2355-9365
e-Proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 | Page 5006
2.3 Prosedur Proses Inspection – Packing Prosedur Proses Inspection - Packing Flow Proses
Deskripsi Proses
Rekaman
Mulai
1. Operator PPIC Memberikan schedule delivery kepada departemen inspection 2. Operator Inspection (test lab) Melakukan test lab dan memeriksa kualitas kain
3. Operator Inspection (rolling)
1. Operator PPIC memberikan schedule delivery kepada kepala bagian inspection untuk meralisasikan kegiatan inspection yang telah dijadwalkan oleh departemen PPIC.
1. Schedule Delivery Inspection
2a. Operator inspection melakukan pengecekan kain sesuai dengan acuan kartu proses produksi. Kegiatan pengecekan kain meliputi : -) quantity kain -) lebar kain -) ketebalan kain -) gramasi kain -) handfeel kain -) warna kain -) identifikasi cacat kain Hasil pemeriksaan kain akan dicatat dalam Form Kegiatan Inspection. 2b. Apabila terdapat jenis cacat yang melebihi dari batas ukuran kinerja, maka operator maintenance akan memberi informasi kepada departemen marketing untuk mengkonfirmasi, apabila departemen marketing “SETUJU” maka proses akan berlanjut, jika “TIDAK SETUJU” maka kain akan disimpan ke gudang Stock Lot B
2a. Work Instruction Inspection 2b. Work Instruction Stock Lot 2c. Kartu Proses Rolling 2d. Form Kegiatan Inspection 2e. Form Re-print Request 2f. Form Penyimpanan Kain Cacat Di Gudang Stock Lot
3. Operator Inpection melakukan proses rolling kain sesuai dengan Work Instruction Rolling
3. Work Instruction Rolling
Prosedur Proses Inspection - Packing
Flow Proses
Melakukan proses wrapping kain
5. Operator Inspection (checker) Melakukan pengecekan produk yang telah diroll dan dicek
Pembuatan laporan kegiatan inspection
4. Operator Inpection melakukan proses rolling kain sesuai dengan Work Instruction Wrapping
4. Work Instruction Wrapping
7. Operator Verpacking Melakukan proses pengepakan kain ke dalam box
5. Operator Inpection melakukan pengecekan kain yang telah dibungkus. Jika “SETUJU” maka kain akan disusun per palet, jika “TIDAK SETUJU” maka proses akan diulang dari proses rolling.
5. Form Pengecekan Rolling dan Wrapping Kain
6a.
Operator inspection membuat catatan Laporan Kegiatan Inspection sesuai dengan kegiatan inspection yang telah terlaksana. 6b. Operator inspection memberikan kain yang telah dibungkus beserta Form Kegiatan Inspection kepada operator verpacking untuk melaksakan proses pembungkusan kain ke dalam box.
7a. Operator verpacking memasukkan kain yang telah dibungkus ke dalam box packing, serta memberikan segel pada box agar kualitas kain terjaga dari kotoran. 7b. Operator verpacking mencatat kegiatan pengepakan dalam Laporan Kegiatan Inspection, lalu memberikan laporan tersebut kepada supervisor agar Laporan Kegiatan Inspection tersimpan dalam arsip 7b. Operator verpacking membuat catatan Form Packing List Kain untuk diserahkan ke departemen logistik.
Selesai
A
Gambar 6 Prosedur Usulan Proses Inspection - Packing 2.4 Prosedur Proses Perbaikan Mesin Prosedur Proses Perbaikan Mesin Flow Proses
Deskripsi Proses
Rekaman
Mulai
1. Admin Maintenance
Pengajuan perbaikan mesin
2. Operator Maintenance
Pengecekan mesin utility
3. Kepala Bagian Pembelian Membeli material mesin yang rusak
4. Operator Maintenance Pelaksanaan Perbaikan Mesin Produksi
5. Admin Maintenance Pencatatan Realisasi Kegiatan Maintenance
Rekaman
A
6. Operator Inspection (checker)
Melakukan proses rolling kain
4. Operator Inspection (wrapping)
Deskripsi Proses
1a. Pegawai administrasi membuat surat pengajuan perbaikan 1. Surat Pengajuan mesin kepada Factory Manager PT. ADETEX FILAMENT II Perbaikan Mesin 1b. Apabila Factory Manager menyetujui departemen maintenance untuk melakukan perbaikan, maka proses berlanjut dan surat pengajuan akan ditembuskan kepada kantor pusat PT. ADETEX. Apabila Factory Manager tidak menyetujui, maka proses dihentikan. 2a. Operator maintenance melakukan pengecekan terhadap kerusakan mesin di lapangan dan mengidentifikasi penyebab dari kerusakan mesin tersebut. 2b. Operator maintenance mencatat jenis kerusakan dan penyebab kerusakan mesin pada Form Kerusakan Mesin 2c. Apabila mesin yang rusak masih dapat diperbaiki maka operator akan melaksanakan perbaikan mesin. Apabila mesin yang rusak membutuhkan material baru, maka operator akan memberikan Form Kerusakan Mesin kepada departemen pembelian untuk membeli material.
2. Form Kerusakan Mesin
3a. Kepala Bagian Pembelian membeli material mesin kepada 3. Form Pembelian supplier sesuai dengan kebutuhan Form Kerusakan Mesin. Material Mesin 3b. Kepala bagian akan memberikan material yang telah dibeli Produksi kepada operator maintenance dan mencatat kegiatan pembelian tersebut dalam Form Pembelian Material Mesin Produksi.
4a. Operator melaksankan perbaikan mesin produksi sesuai dengan kriteria kerusakan yang telah tertera dalam Laporan Kerusakan Mesin. 4b. Apabila mesin tetap tidak menyala, maka akan dilakukan identifikasi ulang kerusakan mesin. Jika penyebabnya adalah material yang baru maka material tersebut akan dikembalikan kepada departemen pembelian untuk mengganti dengan materi yang baru dan operator melaksanakan perbaikan mesin kembali. 4c. Operator Maintenance mencatat kegiatan perbaikan mesin produksi ke dalam Form Kegiatan Maintenance. 4d. Operator maintenance memberikan Form Kegiatan Maintenance kepada admin maintenance. 5.
4a. Form Kerusakan Mesin 4b. Form Kegiatan Maintenance
Admin maintenance membuat salinan Form Kegiatan 5. Form Kegiatan Maintenance untuk disimpan di departemen maintenance dan Maintenance departemen utility
Selesai
Gambar 7 Prosedur Usulan Proses Perbaikan Mesin Produksi
6. Form Kegiatan Inspection
7a. Work Instruction Packing 7b. Laporan Kegiatan Inspection 7c. Packing List Kain
ISSN : 2355-9365
3.
e-Proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 | Page 5007
Analisis Efektivitas dan Efisien
Pada tahap ini, prosedur lama dan prosedur usulan akan dibandingkan untuk mengetahui hasil perbedaan antara prosedur lama dan prosedur usulan yang dirancang pada penelitian ini. Dalam analisis ini, prosedur usulan juga diberikan analisis efektivitas dan efisien untuk mengetahui tingkat efektivitas dan efisiennya. IV.
Kesimpulan
Setelah penelitian ini dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa: 1. PT. ADETEX FILAMENT memiliki 68 proses bisnis operasional. Setelah dilakukan seleksi proses bisnis kritis, didapatkan 6 proses bisnis yang dikategorikan sebagai proses bisnis kritis. Keenam proses tersebut yaitu : a. Proses topping hasil produksi (Departemen Dapur Cat) b. Proses finishing (Unit Finishing) c. Proses inspection – packing (Departemen Inspection) d. Proses perbaikan mesin produksi (Departemen Maintenance) e. Proses perbaikan mesin utility (Departemen Utility) f. Proses Weaving (Departemen Weaving) Berdasarkan wawancara terhadap kepala seksi departemen processing dan data cacat produksi yang menunjukkan bahwa produk cacat yang dihasilkan oleh departemen processing lebih banyak dibandingkan dengan departemen weaving, maka 4 dari 6 proses tersebut akan dilakukan analisis aktivitas dan streamlining. Empat proses tersebut adalah proses finishing, proses topping hasil produksi, proses inspection – packing, dan proses perbaikan mesin produksi. Selanjutnya, keempat proses bisnis tersebut akan dilakukan analisis aktivitas dan streamlining. Hasil dari analisis aktivitas dan streamlining merupakan proses bisnis usulan perusahaan yang beberapa aktivitasnya dilakukan penyederhanaan aktivitas dan dibuatkan penambahan aktivitas yang tertera dalam instruksi kerja untuk menunnjang proses tersebut agar diharapkan dapat berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan 2. Hasil dari analisis aktivitas dan streamlining terhadap keempat proses tersebut menghasilkan rancangan usulan perbaikan prosedur sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan ISO 9001:2008. Prosedur yang dirancang yaitu : a. Prosedur proses finishing b. Prosedur proses topping hasil produksi c. Prosedur proses inspection – packing d. Prodesur proses perbaikan mesin produksi Untuk menjamin aktivitas yang terdapat pada tiap prosedur berjalan secara lancar maka dalam penelitian ini dirancang dokumen pendukung prosedur usulan yang berupa work instruction dan form.
V.
Daftar Pustaka
[1]
Tricker, Ray. ISO 9001: 2008 for Small Businesses. Vol. 4. Elsevier, 2010.
[2]
Gaspersz, Vincent. All-in-one Bundle of ISO. Vol. I. Tri-Al-Bros Publishing, 2013.
[3]
Harrington, H. James. Business Process Imrovement : The Breakthrough Strategy For Total Quality, Productivity, and Competitiveness. McGraw-Hill, 1991.
[4]
Tathagati, Arini. Step by Step Membuat SOP. Jakarta: Efata Publishing, 2013.
[5]
Atmoko, Tjipto. "STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH." e-dokumen kemenag. n.d. http://edokumen.kemenag.go.id/files/BX32jRZz1284857253.pdf (accessed November 13, 2014).