Prosiding Seminar Nasional Material dan Metalurgi (SENAMM VIII) Yogyakarta, 5 November 2015
Pemodelan Pengaruh Arah Serat Terhadap Kekuatan Impak Balistik Komposit E-Glass/Isophthalic Polyester Rizal Panglevie, Mas Irfan P. Hidayat, Sulistijono dan Lukman Noerochim Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Surabaya, 60111, Indonesia
[email protected] Abstract Ballistic impact simulation using the finite element method has been widely applied in various fields included in the case of ballistic impact on a bulletproof vest. In this final project, ballistic impact simulation had been used to determine the effect of the fiber direction to ballistic impact strength E-glass / Isophthalic polyester. Process analysis and simulation is performed by Patran, MSC Nastran and LS Prepost. Simulation is carried out by firing 1.1 grams Fragment Simulating projectile (FSP) at a speed of 355 m/s to composite panels which have dimension 100×100 mm with a number of layers 8, 12 and 16, where each layer has a thickness of 0.57 mm. In this final project, variations of fiber direction are [±450] and [900,00] with laminate arrangement in symmetry. The simulation result shows that the composite E-glass / Isophthalic polyester fiber with direction [±45 0] has a higher ballistic strength of 28.48% than that of [900,00]. The final result is validated by Wen model and showing the error value in the composite E-glass / Isophthalic-polyester is ranged from 2.63% to 8.74%. Keywords : isophthalic polyester, E-glass, finite element method, ballistic impact, bulletproof vest
141,9 m/s serta energi yang dapat diserap oleh komposit secara berturut-turut adalah 1102,7 J dan 1148,85 J. 1.
Pendahuluan Penelitian ini dilakukan karena rompi anti peluru merupakan hal yang menarik untuk dijadikan topik penelitian, khususnya pada lima puluh tahun terakhir [1]. Pada awalnya rompi anti peluru menggunakan baja sebagai komponen pelindung utama. Namun, baja memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam hal beratnya. Oleh karena itu komposit dipilih menjadi alternatif pengganti baja. Selain itu pengujian balistik secara langsung membutuhkan constraint yang kompleks dan harus dilakukan secara berulang [2]. Komposit merupakan jenis material orthotropik yang memiliki komponen berupa layer lamina yang memiliki jenis material isotropik transversal [3]. Material isotropik transversal memiliki kondisi pembebanan yang identik pada arah bidang 2 dan 3 [4]. Hal ini menyebabkan analisa secara tiga dimensi semakin mudah dilakukan. Sifat mekanik komposit secara global sangat bergantung pada sifat mekanik setiap layer laminanya. Setiap layer lamina memiliki serat penguat dengan arah tertentu. Sifat mekanik komposit secara global akan berubah apabila arah serat penguat layer lamina berubah [1]. Sifat mekanik komposit yang diakibatkan oleh berubahnya arah serat penguat layer lamina dibuktikan oleh penelitian Ismet Kutlay Odechi mengenai komposit sandwich core aluminium dengan komposit pelapis dari E-glass/polyester dengan variasi arah serat [00,900]s dan [±450]. Ia melakukan pengujian balistik pada komposit pelapisnya saja dengan tebal 5 mm dan diperoleh kecepatan balistik komposit arah serat [00,900] dan [±450] secara berturut-turut adalah 140,32 m/s dan Departermen Teknik Mesin dan Industri ISBN 978-602-73461-0-9
Pada gambar 1.1 memperlihatkan bahwa tipikal kerusakan yang terjadi pada komposit dengan arah serat [00,900] lebih meluas dari pada komposit [±450] [5]. Kerusakan atau kegagalan pada komposit terjadi dengan lima tahapan. Pertama, ketika proyektil tepat akan menumbuk permukaan komposit. Kedua, terjadinya pergeseran serat yang akan mengawali terjadinya kerusakan.
(a)
(b) Gambar 1.1 Kerusakan pada komposit [00,900] dan [±450] [5]
Ketiga, muncul shear plug pada sisi belakang permukaan komposit. Geometri shear plug akan terus tumbuh karena mengalami penekanan. Keempat, tegangan tekan pada tahap keempat semakin berkurang dan justru berubah menjadi tegangan tarik. Tegangan tarik ini akan menyebabkan terjadinya tegangan geser di sekitar shear plug. Kelima, komposit mengalami kegagalan yang ditandai dengan terjadinya getaran pada permukaan komposit sebagai akibat dari pendistribusian tegangan [6]. Pada gambar 1.2, disajikan ilustrasi mekanisme kegagalan komposit. Hal ini sesuai dengan penelitian Joseph Jordan mengenai pengaruh bentuk
193
Prosiding Seminar Nasional Material dan Metalurgi (SENAMM VIII) Yogyakarta, 5 November 2015 nose proyektil FSP pada kecepatan balistik komposit Eglass/phenolic. Joseph Jordan menjelaskan bahwa ketika penetrasi, komposit mengalami 5 fase, yaitu impact, compression crushing, compression shear, plugging, tensile fiber failure dan residual [7].
Gambar 1.2. Ilustrasi mekanisme kegagalan komposit [6]
Mekanisme kegagalan pada komposit bergantung pada respon komposit terhadap impak. Respon komposit terhadap impak dipengaruhi oleh empat hal, yaitu kecepatan impak, sifat material impaktor, ukuran target dan batasan kondisi [8]. Namun yang paling berpengaruh adalah kecepatan impak karena menyebabkan respon global dan lokal. Respon global diakibatkan oleh kecepatan impak rendah dan ditandai dengan terjadinya delaminasi secara meluas pada komposit. E. Kerr Anderson, S. Pillay and U.K.Vaidya melakukan penelitian mengenai dampak kompresi pada komposit laminat karbon dengan variasi kecepatan impak. Kerusakan semakin meluas dengan bertambahnya kecepatan impak seperti pada gambar 1.3 [9]. Tetapi dengan semakin meningkatnya kecepatan impak, dampak impak yang terjadi justru lebih terlokalisir seperti pada gambar 1.4.
Sai Kiran Chelluru melakukan penelitian mengenai pemodelan impak balistik pada plat aluminium dan komposit E-glass/polypropylene dengan Patran dan LS-Dyna. Dengan kecepatan impak 125, 187 dan 200 m/s. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil pada kecepatan lebih rendah, tendensi untuk terjadi delaminasi lebih besar seperti pada gambar 1.5 [1]. Pemodelan impak balistik pada komposit Eglass/polypropylene juga dilakukan oleh L. J. Deka, Bartus S. D., Vaidya U. K. Pada penelitian tersebut digunakan jumlah layer komposit 8, 12 dan 16. Proses validasi menggunakan data hasil eksperimental. Hasil yang diperoleh adalah komposit 8, 12 dan 16 layer memiliki batas kecepatan balistik secara eksperimental 181,3; 272,5 dan 288,8 m/s [11].
(a)
Gambar 1.5 Delaminasi E-glass/polypropilene kecepatan impak (a) 125 (b) 187 (c) 200 m/s [1]
H. M. Wen membuat model perhitungan untuk memprediksi batas kecepatan balistik. Model ini memiliki asumsi bahwa tekanan rata-rata yang diterapkan secara normal pada permukaan proyektil dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pertama tekanan kohesif resistif kuasi statis akibat deformasi elastis plastis dari komposit dan yang kedua tekanan resistif dinamis akibat kecepatan impak [12]. 𝑉𝑏 =
Gambar 1.3 Dampak kecepatan impak rendah [9]
(a)
(b) Gambar 1.4 Dampak kecepatan impak tinggi (a) 647,7 m/s (b) 891,2 m/s [10]
Respon lokal ditandai dengan sedikitnya delaminasi yang terjadi seperti pada gambar 1.4. Departermen Teknik Mesin dan Industri ISBN 978-602-73461-0-9
(c)
(b)
𝜋𝛽√𝜌𝑡 𝜎𝑒 𝐷2 𝑇 4𝐺
[1 + √1 +
8𝐺 𝜋𝛽 2 𝜎𝑒 𝐷2 𝑇
]
(1)
dimana, 𝑉𝑏 adalah batas kecepatan balistik, 𝛽 adalah konstanta dimensional, 𝜎𝑒 adalah tegangan ekuivalen, 𝜌𝑡 adalah massa jenis komposit, 𝐷 adalah diameter proyektil, 𝑇 adalah ketebalan komposit dan 𝐺 adalah massa proyektil. P. C. Onyechi, S. O. Edelugo, E. O. Chukwumuanya, S. P. N. Obuka melakukan penelitian mengenai respon komposit E-glass/polyester terhadap impak balistik dengan validasi menggunakan model balistik Wen. Proyektil yang digunakan memiliki bentuk nose kerucut dan ogif dengan massa dan kecepatan impak sama secara berturut-turut, yaitu 1.7 g dan 355 m/s. Jumlah layer komposit divariasikan 6, 9, 12, 15, 18 dan 22. Pada ketebalan 4, 6 dan 8 mm diperoleh kecepatan balistik model Wen 130,2374; 195,3549 dan 390,7076 m/s pada peluru ogif. Dengan ketebalan yang sama, pada peluru kerucut diperoleh kecepatan balistik model Wen 130,2943; 195,4404 dan
194
Prosiding Seminar Nasional Material dan Metalurgi (SENAMM VIII) Yogyakarta, 5 November 2015 260,5864 m/s. Hasil model Wen tersebut memiliki tingkat kecocokan 100% [13]. 2.
Metode Perangkat lunak Patran, MSC Nastran dan LS Prepost digunakan untuk memodelkan impak balistik proyektil pada E-glass/isophthalic polyester. Pada tabel 2.1 disajikan sifat mekanik E-glass/isophthalic-polyester dengan fraksi volume serat penguat 36,51%. Sifat mekanik komposit E-glass/Isophthalic-polyester didapat dari hasil uji mekanik oleh TRIAXIS Composite. Sedangkan Material yang digunakan untuk proyektil adalah baja AISI 4340H dengan sifat mekanik pada tabel 2.2. Tabel 2.1 Sifat mekanik E-glass/isophthalic-polyester Sifat Mekanik Unidirection Modulus elastisitas longitudinal (GPa) 25,8 Modulus elastisitas transversal (GPa) 8,0 Modulus geser (GPa) 8,4 Kekuatan tarik longitudinal (MPa) 720 Kekuatan tarik transversal (MPa) 70 Kekuatan geser (MPa) 102 Rasio Poisson 0,29 Massa Jenis (kg/m3) 1681
komposit agar tidak terjadi pergerakan. Kemudian proyektil diberikan kecepatan awal 355 m/s dengan jarak antara proyektil dan panel komposit adalah 0,02 mm.
Gambar 2.1 Meshing FSP caliber 0,22 inch dalam satuan mm
Gambar 2.2 Jumlah layer (a) 4 (b) 8 (c) 16 layer dan (d) meshing panel komposit
Tabel 2.2 Sifat mekanik proyektil [14] Sifat Mekanik AISI 4340H Massa Jenis (kg/m3) 7877 Modulus Elastisitas (GPa) 207 Rasio Poisson 0,33
E-glass/isophthalic-polyester terdiri dari 8, 12 dan 16 layer komposit (lihat gambar 2.1) dengan masing-masing layer memiliki geometri 100×100×0,57 mm3. Variasi arah serat komposit yang digunakan adalah [900,00] dan [±450]. Komposit E-glass/isophthalic polyester dimodelkan menggunakan elemen hexahedron dengan kerapatan tidak seragam seperti pada gambar 2.1. Hal ini dilakukan karena kecepatan impak yang digunakan tergolong kecepatan impak tinggi, yaitu 355 m/s. Sehingga tegangan yang terjadi bersifat terlokalisir [1]. Oleh karena itu ukuran elemen dengan kerapatan tertinggi hanya diterapkan pada permukaan yang terkena impak proyektil secara langsung. Proyektil yang digunakan adalah fragment sumulating projectile atau FSP dengan caliber 0,22 inch dan bermassa 1,1 g. FSP terbuat dari baja AISI 4337H dengan sifat mekanik pada tabel 2.2. Kriteria kegagalan Chang-Chang (MATD022) dengan kriteria erosi digunakan untuk memodelkan E-glass/isophthalicpolyester. Kriteria erosi yang digunakan berbasis pada regangan efektif, regangan volume dan regangan principal. Proyektil peluru dimodelkan sesuai dengan standar NATO STANAG 2920 [14] seperti pada gambar 2.1. Proyektil menggunakan material model rigid material (MATD20), karena teori yang digunakan untuk validasi berasumsi bahwa massa proyektil tetap. Pemodelan kondisi pembebanan pada penelitian ini dilakukan dengan menjepit sisi luar panel Departermen Teknik Mesin dan Industri ISBN 978-602-73461-0-9
Gambar 2.3 Pemodelan kontak
3.
Hasil dan Pembahasan Arah serat komposit yang digunakan pada pemodelan ini adalah [±450] dan [900,00]. Oleh karena itu konstanta dan kekuatan komposit juga akan berubah sesuai dengan variasi arah serat komposit. Tabel 3.1 Konstanta komposit sesuai variasi arah serat Arah Serat 00 900 450 -450 0,720 0,070 0,497 0,293 E1(GPa) 0,070 0,720 0,293 0,497 E2(GPa) 0,351 0,122 0,379 0,093 v12 0,122 0,351 0,093 0,379 v23 0,122 0,122 0,122 0,122 v13
XT YT XC YC S12 S23 S13
Tabel 3.2 Kekuatan komposit sesuai variasi arah serat Arah Serat 00 900 450 -450 0,720 0,070 0,497 0,293 0,070 0,720 0,293 0,497 0,351 0,122 0,379 0,093 0,122 0,351 0,093 0,379 0,102 0,102 0,325 0,325 0,051 0,102 0,036 0,108 0,102 0,051 0,108 0,036
195
Prosiding Seminar Nasional Material dan Metalurgi (SENAMM VIII) Yogyakarta, 5 November 2015 Kriteria erosi yang digunakan secara bersamaan dengan Material model Chang-Chang berbasis pada regangan efektif (εeff ) dan regangan volume (εvol ) yang disesuaikan dengan arah serat layer pada tabel 3.3. Sedangkan regangan prisipal yang digunakan adalah regangan prisipal serat kaca tipe E, yaitu 0,048 . Tabel 3.3 Regangan volume layer 00, 900, +450 dan -450 Arah 𝛆𝐞𝐟𝐟 𝛆𝐯𝐨𝐥 Serat 0 0,03341322 0,0243209 0 0,03493534 0,0281523 900 0,04656265 0,0336461 450 0,04656265 0,0336461 -450
Setelah melakukan perhitungan data-data pendukung, didapat hasil pemodelan berupa penurunan kecepatan proyektil pada komposit [±450] dan [900,00] 8, 12 dan 16 layer pada gambar 3.1. (a)
Tabel 3.4 Batas kecepatan balistik komposit [±450] dan [900,00] Jml. 𝐕𝐩 (m/s) Arah Serat 𝐕𝟎 (m/s) 𝐕𝐛 (m/s) Layer 8 355 186,83 168.17 12 355 111,00 244,00 [±450] 16 355 63,96 291,04 8 355 222,57 132,43 12 355 142,01 212,99 [900,00] 16 355 99,21 255,79
Pada tabel 3.4 dapat dilihat bahwa batas kecepatan balistik hasil pemodelan mendekati hasil eksperimen pada penelitian Deka dkk [11] dan Onyechi dkk [13]. Komposit dengan arah serat [±450] memiliki batas kecepatan balistik 16,23 % lebih tinggi dari pada komposit dengan arah serat [900,00]. Hal ini disebabkan oleh lama waktu perforasi proyektil pada komposit arah serat [±450] lebih tinggi 15,35% dari pada komposit dengan arah serat [900,00] seperti pada gambar 3.2.
(b) Gambar 3.2 Perbandingan batas kecepatan balistik komposit [±450] dan [900,00]
Lama waktu perforasi ini didapat dengan mengambil selisih antara kecepatan awal proyektil tepat sebelum menumbuk komposit dengan kecepatan sesudah melakukan perforasi dari grafik pada gambar 3.1. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3.4 (c) Arah Serat [±450]
[900,00]
Gambar 3.1 Grafik kecepatan proyektil komposit [±45 0] dan [900,00] (a) 8 layer (b) 12 layer (c) 16 layer
Dari gambar 3.1 didapat kecepatan setelah perforasi (Vb) dan batas kecepatan balistik hasil pemodelan (Vp) pada tabel 3.4. Departermen Teknik Mesin dan Industri ISBN 978-602-73461-0-9
Tabel 3.4 Waktu perforasi 𝐭 𝐩 (μs) 𝐭 𝟎 (μs) 0,828 10,70 0,828 12,00 0,828 14,20 0,735 6,67 0,735 9,16 0,735 11,10
𝐭 𝐭𝐨𝐭 (μs) 9,87 11,17 13,37 5,93 8,42 10,36
Pengaruh perbedaaan arah serat penguat juga dapat dianalisa dengan distribusi tegangan Von-Mises dan mode kerusakan pada komposit seperti pada gambar 3.3. Pada waktu 3,1 μs (lihat gambar 3.3) komposit arah serat [±450] 8, 12 dan 16 layer mengalami tegangan Von-Mises maksimum secara berturut-turut 1,380; 1,405 dan 1,396 GPa. Sedangkan pada komposit arah 196
Prosiding Seminar Nasional Material dan Metalurgi (SENAMM VIII) Yogyakarta, 5 November 2015 serat [900,00] sudah mengalami tegangan Von-Mises sebesar 1,835; 1,891 dan 1,899 GPa. Hal ini menyebabkan komposit arah serat [900,00] lebih cepat mengalami kerusakan. Sebagai buktinya pada waktu ke 7,1 μs (lihat gambar 3.4), dapat dilihat bahwa komposit dengan arah serat [900,00] sudah mengalami kegagalan terlebih dahulu dari pada komposit arah serat [±450]. Pada waktu 3,1 μs (lihat gambar 3.3) komposit arah serat [±450] 8, 12 dan 16 layer mengalami tegangan Von-Mises maksimum secara berturut-turut 1,380; 1,405 dan 1,396 GPa. Sedangkan pada komposit arah serat [900,00] sudah mengalami tegangan Von-Mises sebesar 1,835; 1,891 dan 1,899 GPa. Hal ini menyebabkan komposit arah serat [900,00] lebih cepat mengalami kerusakan. Sebagai buktinya pada waktu ke 7,1 μs (lihat gambar 3.4), dapat dilihat bahwa komposit dengan arah serat [900,00] sudah mengalami kegagalan terlebih dahulu dari pada komposit arah serat [±450]. [900,00]
[±450]
Gambar 3.3 Distribusi tegangan Von-Mises (GPa) dan Mode kerusakan komposit arah serat [±450] dan [900,00] pada 3,1 μs
[900,00]
Gambar 3.4 Distribusi tegangan Von-Mises (GPa) dan Mode kerusakan komposit arah serat [±450] dan [900,00] pada 7,1 μs
Pada waktu 11,1 μs tegangan Von-Mises maksimum pada komposit arah serat [±450] 8, 12 dan 16 layer lebih tinggi, yaitu 0,5137; 1,153 dan 1,671GPa dari pada komposit [900,00], yaitu 0,1284; 0,2621 dan 0,5010 GPa. Hal ini terjadi karena komposit arah serat [±450] sedang mengalami perforasi. Sedangkan komposit arah serat [900,00] hampir selesai melakukan perforasi (lihat gambar 3.5). [900,00]
[±450]
Gambar 3.5 Distribusi tegangan Von-Mises (GPa) dan Mode kerusakan komposit arah serat [±450] dan [900,00] pada 11,1μs
[±450] Diubahnya arah serat penguat komposit Eglass/isophthalic polyester dari [900,00] menjadi [±450] juga berpengaruh pada kekuatan impak balistiknya. Dengan data batas kecepatan balistik pada tabel 3.4, diperoleh kekuatan balistik komposit arah serat [±450] dan [900,00] pada tabel 3.5. Tabel 3.5 kekuatan balistik komposit [±450] dan [900,00] Arah Serat Kekuatan Balistik (GPa) 0,145 0,204 [±450] 0,217 0,090 0,155 [900,00] 0,166
Dari tabel 3.5 dapat disimpulkan bahwa kekuatan balistik komposit dengan arah serat [±450] Departermen Teknik Mesin dan Industri ISBN 978-602-73461-0-9
197
Prosiding Seminar Nasional Material dan Metalurgi (SENAMM VIII) Yogyakarta, 5 November 2015 lebih tinggi 28,48 % dari pada komposit dengan arah serat [900,00]. Untuk lebih jelas dalam mengetahui perbedaan kekuatan balistik komposit arah serat [±450] dengan [900,00], disajikan grafik pada gambar 3.6.
Gambar 3.6 Perbandingan kekuatan balistik komposit [±450] dan [900,00]
Perhitungan validasi menggunakan model balistik Wen. Pada tabel 3.6 disajikan batas kecepatan balistik komposit [±450] dan [900,00] hasil perhitungan model Wen. Tabel 3.6 Batas kecepatan balistik hasil perhitungan model Wen Jumlah Layer Kekuatan Balistik Arah Serat (GPa) 8 158,318 12 237,411 [±450] 16 316,495 8 138,288 12 207,374 [900,00] 16 276,452
Nilai error relatif ditentukan dari presentase selisih antara batas kecepatan balistik hasil perhitungan model Wen (Vb ) dan hasil pemodelan (VM ). Pada tabel 3.7 menunjukkan error relatif tertinggi terjadi adalah 8,74%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model elemen hingga yang dikerjakan memiliki akurasi yang baik untuk kasus pengaruh arah serat terhadap kekuatan impak balistik komposit E-glass/isophthalic polyester.
Arah Serat [±450]
[900,00]
Tabel 3.7 Nilai error relatif Jumlah VM (m/s) Vb (m/s) Layer 8 168,170 158,318 12 244,000 237,411 16 291,046 316,495 8 132,430 138,288 12 212,990 207,374 16 255,788 276,452
4.
Error Relatif 5,85 2,70 -8,74 -4,42 2,63 -8,07
Kesimpulan Dari penelitian ini, didapat beberapa kesimpulan: komposit E-glass/isophthalic polyester dengan arah serat [±450] memiliki kekuatan balistik lebih tinggi 28,48 % dari pada arah serat [900,00]. Validasi dengan menggunakan model Wen menunjukkan bahwa nilai error pada komposit E-glass/isophthalic polyester berkisar antara 2,63% sampai 8,74%. Hasil tersebut Departermen Teknik Mesin dan Industri ISBN 978-602-73461-0-9
menunjukkan bahwa model elemen hingga yang dikerjakan memiliki akurasi yang baik untuk kasus di atas.
Daftar Pustaka [1] Chelluru, Saikiran. 2004. “Finite Element Simulation of Ballistic Impact on Metal and Composite Plates”. Department of Mechanical Engineering Wichita State University 4: 39 – 42. [2] Wardani, Iftika Philo. 2007. “Analisa Balistik Impak pada berbagai ketebalan Shell Helm dan Kecepatan Awal Proyektil dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga”. Institut Teknologi Sepuluh Nopember: 1-2. [3] Kaw, Autar K. 2006. Mechanics of Composite Material 2nd Edition. Boca Raton: Taylor & Francis. [4] Jones, Robert M. 1998. Mechanics of Composite Material 2nd Edition. Blaksburg: Taylor & Francis. [5] Odechi, Ismet Kutlay. 2011. “The Projectile Impact Responses of The Composite Faced Aluminium Foam and Corrugated Aluminium Sandwich Structures: A Comparative Study”. Izmir Institute of Technology: 79-80. [6] Grujicic, M., Snipes, J. S., dan Chandrasekharan, N. 2013. “A Simple Model for The Prediction of The Ballistic Limit in Thick-Section Composite Laminates”. International Journal of Engineering Practical Research 2: 32 – 33. [7] Jordan, Joseph. 2013. “Penetration of Composites by Arbitrary Shaped Fragments – A Numerical and Experimental Investigation”. University of Lehigh: 33-94. [8] Bhatnagar, A. 2006. Lightweight Ballistic Composites. Military and Law-Enforcement Applications. England: Woodhead Publishing in Materials. [9] Anderson, E. Kerr, S. Pillay dan U. K. Vaidya. 2010. “Compression after Impact of Stitched FRP Laminates with Machined Holes versus Ballistic Impact Penetration Apertures”. University of Alabama: 6. [10] Yen, Chian Fong. 2009. “Ballistic Impact Modeling of Composite Materials”. International LS – DYNA Users Conference 6: 23. [11] Deka, L.J., Bartus, S.D., Vaidya, U.K. 2006. “Damage Evolution and Energy Absorption of FRP Plates Subjected to Ballistic Impact Using a Numerical Model”. 9th International LS-Dyna Users Conference: 53-58. [12] Wen, H.M. 2000. “Predicting The Penetration and Perforation of FRP Laminates Struck Normally by Projectiles with Different Nose Shapes”. Composite Structures Vol. 49, No. 3: 321-329. [13] Onyechi, P.C., S.O. Edelugo, E.O.Chukwumuanya, S.P.N. Obuka. 2014. “Ballistic Penetration 198
Prosiding Seminar Nasional Material dan Metalurgi (SENAMM VIII) Yogyakarta, 5 November 2015 Response Of Glass Fibre Reinforced Polyester (Gfrp) Composites: Body Amour”. International Journal of Scientific & Technology Research: 233236. [14] . 2003. NATO STANAG 2920. Belgium: NATO Standarization Agency.
Departermen Teknik Mesin dan Industri ISBN 978-602-73461-0-9
199