ARTIKEL ILMIAH STRATA 1 (S1)
INTERAKSI KEHIDUPAN KELUARGA SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA LUKIS
Oleh Ni Nyoman Ratih Sintya Dewi Pinatih NIM : 2008 04 017
PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI: SENI LUKIS FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013
ABSTRAK INTERAKSI KEHIDUPAN KELUARGA SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA LUKIS Ni Nyoman Ratih Sintya Dewi Pinatih Keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, serta sosial dari tiap anggota keluarga. Komunikasi dan cinta kasih antar anggota keluarga diperlukan untuk menjalin keharmonisan keluarga. Terkadang antar anggota keluarga ada pula konflik maupun perbedaan pendapat yang bersumber dari diri sendiri maupun lingkungan. Pencipta ingin mengungkap sebuah hubungan keluarga melalui karya seni lukis dan memperdalam kemampuan pencipta dalam mengamati fenomena sehingga melalui karya lukis tersebut bermanfaat sebagai media pemahaman terhadap masyarakat akan pentingnya pelaksanaan fungsi keluarga. Setelah dilakukan eksplorasi dan eksperimen, pencipta mewujudkannya dalam proses pembentukan dan menyajikan dalam karya seni lukis dekoratif naif yang cukup mudah dipahami masyarakat. Berawal dari mencatat ide yang muncul pencipta bereksperimen dengan membuat sketsa yang kemudian dipindahkan pada media kanvas. Interaksi kehidupan keluarga menjadi gambaran bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Mengingat kegiatan kita dimulai dari lingkungkan keluarga yang merupakan bentuk terkecil dari masyarakat, pencipta ingin menyadarkan banyak orang melalui karya lukis yang pencipta sajikan bahwa keluarga bukan sekedar bentuk masyarakat, akan tetapi merupakan bagian yang dapat melengkapi kesempurnaan hidup.
Kata kunci: Keluarga, keharmonisan keluarga dan konflik keluarga
ABSTRACT FAMILY LIFE INTERACTION AS PAINTING CREATION IDEA Family is a group of people that has marriage, birth and adoption which has the purpose to defend culture and to increase physical, mental, and social development within each family member. Communication and love between family members is needed to create harmony. Sometimes between family members have conflicts and different ways of thinking that comes from each individual or the environment. Creator wanted to reveal the connection within family through painting and to deepen creator’s ability to observe phenomena which so these paintings can be useful as a messenger to society on how family is an important function. After exploration and experiment, creator formed these paintings in a decorative naïve way which will ease the understanding for the society. Beginning with writing down ideas, creator took experiments in making sketches which then later to canvas. Life interaction in family became a picture of how human is a social being. Remembering our activities started from the family environment which is the smallest element of the society, painter wants to create an awareness that family is not only part of society but also part of completing life perfection. Key Words: Family, family harmony, and family conflict
A. PENDAHULUAN Seni merupakan kreasi bentuk simbolis dari perasaan manusia yang menghasilkan keindahan dan bersifat absolut dalam setiap manifestasinya. Seni dapat juga dikatakan sebagai ungkapan ekspresi maupun kreativitas yang menghasilkan keindahan. Nilai estetika sebuah karya seni dapat dilihat dari sudut pandang subyektif maupun obyektif. Secara subyektif nilai sebuah karya seni dilihat dari sudut pandang penikmatnya, sedangkan secara objektif nilai tersebut dilihat dari bagaimana wujud objek seni itu sendiri. Nilai- nilai yang terkandung dalam seni khususnya seni lukis dapat berupa sebuah pemahaman akan makna dari karya seni tersebut. Karya seni lukis ialah sebuah media penyampaian suatu pesan dan kesan yang dirasakan oleh pencipta karya tersebut terhadap pengalaman maupun fenomena yang terjadi di lingkungannya. Manusia memiliki akal budi dalam melakukan suatu tindakan dalam kehidupan sehari- hari. Akal budi muncul melalui proses berpikir manusia sehingga mereka dapat berkemampuan menyaring hal-hal positif maupun negatif yang masuk ke dalam pikirannya, serta memiliki keteraturan dalam tingkah laku. Segala hal tersebut tergantung bagaimana lingkungan keluarga mengajarkan anak- anak sejak dini agar terbentuk manusia yang berkualitas dikemudian hari. Lingkungan keluarga dapat dikatakan lingkungan terkecil dan terdekat dari manusia. Dalam lingkungan tersebut banyak diajarkan tentang kejujuran, kebijakan, kebaikan, ketulusan, budi pekerti, tanggung jawab, percaya diri dan emosi. Namun, ada pula orang tua tidak mampu menerapkan fungsi keluarga dengan baik sehingga terjadi fenomena seperti pelecehan seksual, pemerkosaan, penculikan, kekerasan fisik maupun psikis, dan intimidasi terhadap anak. Setiap manusia pasti ingin memiliki keluarga yang harmonis dan tertata, begitu pula dengan keinginan pencipta sebagai seorang wanita untuk memiliki keluarga yang diidamkan. Berangkat dari fenomena adanya perceraian orang tua, konflik keluarga, kenakalan remaja, pelecehan seksual terhadap anak, pembunuhan, pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan terhadap anak, penculikan bahkan perdagangan manusia, pencipta ingin mengemukakan sebuah pandangan akan pentingnya interaksi dalam suatu keluarga sebagai dasar menuju keluarga yang berkualitas dan bersahaja sehingga dapat meminimalkan hal buruk tersebut. Tema keluarga yang pencipta angkat begitu penting karena berdasarkan pengalaman dan pengamatan pencipta dalam kehidupan masyarakat, banyak terjadi fenomena perpecahan hubungan keluarga yang diakibatkan keegoisan masing- masing anggota keluarga. Ketidak pedulian orang tua terhadap anak mengakibatkan anak merasa kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian sehingga anak akan mengambil jalan negatif seperti menggunakan narkotika dan obat terlarang. Kurangnya perhatian orang tua juga dapat mengakibatkan anak melakukan pergaulan dan seks bebas, sehingga tanpa disadari hal tersebut mengakibatkan banyak kerugian. Peranan keluarga sangat penting untuk menghindari kriminal di lingkungan masyarakat yang lebih luas. Keharmonisan hubungan antara orang tua juga perlu dijaga untuk menghindari terjadinya perceraian yang semakin marak dewasa ini karena perceraian orang tua sangat memalukan dan menyakitkan hati anakanak sekaligus meruntuhkan harapan dan kebanggaan mereka terhadap orang tuanya. Selain itu perceraian sangat berpengaruh terhadap harga diri mereka sehinga tidak tertutup kemungkinan mereka akan menarik diri dari pergaulan karena merasa malu. Pendidikan yang paling utama dimulai dari kehidupan dalam keluarga. Ketika anggota keluarga saling berinteraksi dalam kehidupan sehari- hari, mereka akan mendapatkan pembelajaran tentang apa yang seharusnya diterima maupun yang seharusnya dihindari, apa yang baik dan buruk, serta bagaimana berprilaku sesuai norma. Satu contoh, anak- anak akan belajar dari orang tua mereka bahwa pertengkaran itu tidak baik dan apabila terjadi konflik dalam keluarga hendaklah diselesaikan secara bijaksana. Demikian halnya dengan orang tua yang belajar untuk melindungi anak- anaknya, memahami karakter mereka, menjaga perasaan mereka sehingga mereka tidak merasa adanya tekanan yang menimbulkan prilaku anak yang tercela. Orang tua juga wajib mengajarkan anak- anak mereka dalam memahami dan mengamalkan ajaran- ajaran agama. Agama ialah rambu- rambu spiritual yang harus ditaati setiap umat serta menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan sehari- hari khususnya kehidupan keluarga. Di jaman sekarang banyak berita tentang remaja putri yang hamil diluar nikah dan merasa malu sehingga tanpa rasa berdosa mengugurkan kandungan serta membuang janin. Melalui tema interaksi kehidupan keluarga, pencipta ingin menyampaikan pesan moral terhadap masyarakat bahwa nilai- nilai yang terkandung dalam hubungan keluarga harmonis bukan hanya sebagai wacana, tetapi dapat diterapkan dalam
kehidupan sesungguhnya. Dengan mengangkat tema ini pencipta ingin mengamalkannya dikemudian hari dalam kehidupan rumah tangga sehingga karya yang diwujudkan pencipta bukan hanya menjadi sebuah karya lukis semata, namun terdapat nilai- nilai kemanusiaan di dalamnya.
a.1 Rumusan Masalah a) Bagaimana mewujudkan pola-pola interaksi keluarga ke dalam karya seni lukis sehingga maksud yang disampaikan dapat dipahami oleh apresian? b) Bagaimana teknik yang tepat untuk mewujudkan karya seni lukis dengan tema keluarga sehingga terwujud karya seni lukis yang artistik? a.2 Ide Penciptaan Inspirasi yang muncul melalui pengamatan fenomena keharmonisan keluarga dan konflik menghasilkan sebuah ide. Ide adalah gagasan, pendapat, pemikiran maupun pandangan yang akhirnya dapat diimajinasikan melalui wujud karya. Pada pembahasan tentang ide penciptaan, pencipta mengimajinasikan interaksi keluarga yang terjadi di lingkungan sehari- hari, baik itu berupa konflik keluarga yang sebisa mungkin untuk dihindari, maupun hubungan antar anggota keluarga yang harmonis sebagai refleksi dari hubungan keluarga yang didambakan setiap manusia. Hubungan antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak, ibu dengan anak maupun persaudaraan antar anak, pencipta wujudkan ke dalam wujud karya seni lukis melalui gaya dekoratif naif.
a.3 Tujuan a) Mengungkap sebuah hubungan keluarga melalui karya seni lukis sehingga apresian dapat mengerti maksud yang ingin disampaikan pencipta. b) Memperdalam kemampuan pencipta dalam berimajinasi, mengamati suatu fenomena untuk diangkat sebagai ide dalam penciptaan karya lukis, serta mewujudkannya dengan tekhnik yang tepat.
a.4 Manfaat a) Mampu memberi pemahaman terhadap masyarakat akan pentingnya keluarga dan pelaksanaan fungsi keluarga. b) Dapat menggunakan teknik yang tepat dalam mewujudkan karya seni lukis dengan mengangkat tema keluarga sebagai sumber inspirasi. a.5 Ruang Lingkup Penciptaan Dalam hubungan keluarga terjalin interaksi dan komunikasi antar anggota keluarga untuk menyampaikan nilai- nilai yang terkandung dalam keluarga. Begitu luasnya permasalahan yang berkaitan dengan keluarga, maka pencipta membatasi pembahasan dan penciptaanya dalam ruang lingkup interaksi antar anggota keluarga berupa wujud keharmonisan dan konflik dalam hubungan antara ayah, ibu dan anak. Objek-objek yang dihadirkan pencipta merupakan ekspresi dari sebuah kejadian atau fenomena dalam kehidupan keluarga baik itu berupa konflik atau sebaliknya. Hal tersebut pencipta ungkapkan melalui karya seni lukis dekoratif naif.
B. TINJAUAN PUSTAKA b.1 Pengertian Judul
Interaksi Kehidupan
Interaksi adalah saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi, antar hubungan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 438). Kehidupan Dalam kamus bahasa Indonesia, terdapat dua pengertian tentang kehidupan. Hidup berarti terus ada, bergerak dan bekerja sebagaimana mestinya. Pengertian yang kedua yaitu hidup diartikan mengalami kehidupan dalam keadaan atau dengan cara tertentu. Kesimpulannya bahwa kehidupan merupakan arus yang bergerak, mengikuti setiap gerakan alami dalam hidup. (Tim Penyusun Kamus, 1988 : 308). Pencipta mengambil kesimpulan mengenai interaksi kehidupan yaitu saling melakukan aksi, berhubungan dan mempengaruhi dalam arus yang bergerak secara alami dalam hidup.
Keluarga
Keluarga adalah satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002 : 536). Dalam bahasa Sansekerta, kata keluarga berasal dari akar kata kulawarga yang berarti lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keluarga&oldid=6188879, Kamis 21 Februari 2013).
Ide Penciptaan Ide merupakan hasil pemikiran, pendapat atau pendangan tentang sesuatu yang terjalin melalui pengamatan suatu suasana atau keadaan tertentu (Djelantik, 1991: 66).
Karya Lukis
Seni lukis adalah penggunaan garis, warna, tekstur, ruang, dan bentuk pada satu permukaan yang bertujuan menciptakan kesan yang bisa merupakan pengekspresian dari ide- ide, emosi, pengalaman, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mencapai harmoni (Herbert Read, 1973 : 90). Kesimpulan yang dapat diambil dari kajian diatas mengenai interaksi kehidupan keluarga sebagai ide penciptaan karya lukis yaitu dapat diartikan sebuah hubungan berupa fisik maupun komunikasi yang terjadi secara alami dalam satuan kekerabatan terkecil di masyarakat, dimana hal tersebut diungkapkan melalui garis, warna, dan bentuk yang dituangkan dalam bidang dua dimensi. b.2 Pengertian Seni Suzanne K. Langer dalam Sony Kartika (2007: 7) menyatakan bahwa seni merupakan simbol dari perasaan. Seni merupakan kreasi bentuk simbolis dari perasaan manusia, bentuk- bentuk yang mengalami transformasi yang merupakan universalisasi dari pengalaman dan bukan merupakan terjemahannya dari pengalaman tertentu dalam karya seninya, melainkan formasi pengalaman emosionalnya yang bukan dari pikirannya semata. Soedarso SP berpendapat bahwa seni adalah karya manusia yang mengkomunikasikan pengalamanpengalaman batinnya dan disajikan secara indah atau menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang menghayatinya. Kelahirannya tidak didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan pokok, melainkan merupakan usaha melengkapi dan menyempurnakan derajat kemanusiaannya serta memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual. Dilihat dari beberapa kajian sumber diatas, dapat pencipta simpulkan bahwa seni merupakan ungkapan perasaan manusia tentang nilai keindahan yang dituangkan melalui media suara, gerak maupun
rupa yang dapat ditangkap indrawi. Seni dapat berupa pengalaman estetis maupun imajinasi dari proses berpikir manusia. Melalui bidang dua dimensi maupun tiga dimensi dalam dunia seni rupa, keindahan tersebut dapat diungkapkan dengan tujuan sebagai pemuasan hasrat keindahan penciptanya sehingga dapat dinikmati secara visual.
b.3 Pengertian Seni Lukis Sebagai salah satu cabang kesenian, seni lukis memang dikenal manusia sejak zaman dahulu. Masalah seni lukis menjadi masalah sepanjang hidup manusia. Dalam perjalannya, seni lukis berkembang sesuai dengan perkembangan zamannya serta seirama pula dengan tingkat penalaran dan pandangan hidup manusia yang semakin maju. Mayers dalam Susanto (2002: 71) berpendapat bahwa seni lukis secara teknis merupakan tebaran pigmen atau warna cair yang pada permukaan bidang kanvas, panel, dinding, atau kertas untuk menghasilkan sensasi atau ilusi keruangan, gerakan, tekstur, bentuk sama baiknya dengan tekanan yang dihasilkan kombinasi unsur- unsur tersebut dapat mengekspresikan emosi, ekspresi simbol, keberagaman dan nilai- nilai yang bersifat subjetif. Sesuai pernyataan tentang definisi seni lukis yang telah pencipta paparkan, maka pencipta menarik kesimpulan bahwa seni lukis adalah wujud seni rupa yang dituangkan pada media dwi matra dengan menggunakan unsur- unsur seni rupa dan sebagai pengungkapan pengalaman estetik.
b.4 Pengertian Seni Lukis Dekoratif Naif Susanto (2002: 30) menjelaskan tentang dekoratif yaitu sebuah karya seni yang memiliki daya (unsur) menghias yang tinggi atau dominan. Disini tidak menampakkan adanya volume keruangan maupun perspektif. Semua dibuat secara flat atau tidak menunjukan ketiga dimensiannya. Dijelaskan pula bahwa dekoratif naif merupakan sebuah gaya dalam mengungkapkan keindahan dekoratif berjenis naif (liar, kekanak- kanakan) dan primitif. Dalam dalam gaya ini hampir tidak terkekang masalah proporsi objek atau figur, perspektif atau volume keruangan. Semuanya menampakkan unsur menghias dua dimensi secara kuat. Pada gaya dekoratif naif, terdapat ornamen- ornamen pendukung. Ornamen ialah komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Selain berfungsi sebagai hiasan, pada ornamen sering ditemukan nilai- nilai simbolik atau maksud- maksud tertentu yang ada hubungannya dengan filsafat hidup dari manusia atau masyarakat penciptanya, sehingga benda-benda berornamen memiliki arti dan harapan- harapan tertentu. Menurut pendapat pencipta, seni lukis dekoratif naif adalah gaya pada seni lukis yang menekankan pada tekhnik dalam mendekor atau menghias dengan ornamen- ornamen yang bervariasi. Gaya dekoratif naif tidak terpaku pada proporsi sehingga karya lukis dekoratif naif dapat dikatakan flat. Namun, pada garapan pencipta, pencipta ingin menampilkan unsur menghias tersebut dalam objek naif serta terdapat ruang yang terbentuk di posisi- posisi tertentu.
b.5 Elemen- Elemen Seni Rupa
Titik Titik ialah salah satu bentuk yang paling sederhana. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, titik ialah noktah (pada huruf, tanda baca, dsb) (2005: 1200). Titik apabila ditempatkan pada pada daerah tertentu dalam suatu karya lukis, maka akan memberi arti. Apabila titik-titik tersebut ditempatkan secara berdekatan dan terkumpul dalam jarak tertentu, titik tersebut akan membentuk garis dan apabila garis- garis tersebut disatukan, maka akan membentuk ruang. Menurut kajian tersebut, pencipta menyimpulkan bahwa titik adalah pola dasar dari garis yang akan membentuk ruang sebagai elemen dari seni rupa.
Garis Dalam seni lukis, garis dapat dibentuk dari perpaduan antara dua warna, sedang dalam tiga dimensi garis dapat dibentuk karena belokan, sudut yang memanjang maupun perpaduan tekhnik dan bahan- bahan lainnya, dengan penggunaan garis secara matang dan benar, dapat pula membentuk kesan tekstur (barik), nada dan nuansa ruang serta volume (Susanto, 2001: 45). Elemen garis pada seni lukis merupakan awal dari ekspresi dalam berkarya karena dapat mereduksi seni pada bentuk yang paling sederhana. Garis sebagai menimbulkan kesan tertentu pada pengamat (Djelantik, 1999: 19). Berkaitan dengan karya yang diciptakan, pencipta menampilkan garis- garis yang tersusun secara rapi serta menjadi dekorasi dalam setiap karya. Garis yang diciptakan bervariasi dan terbentuk sebagai hiasan pada latar belakang lukisan maupun aksen dalam beberapa objek.
Warna Warna sebagai salah satu elemen dalam seni lukis digunakan untuk sampai kepada kesesuaian dan kenyataan, sebagaimana pada pelukis-pelukis realis atau naturalis. Namun, warna juga digunakan tidak demi bentuk tetapi demi warna itu sendir, untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan keindahannya serta dapat digunakan dalam berbagai pengekspresian (Sidik, 1979: 8). Pada karya pencipta, warna merupakan unsur terpenting dan berfungsi sebagai pengungkapan perasaan yang disesuaikan dengan tema yang pencipta angkat dalam penciptaan karya lukis. Pencipta mengutamakan pengomposisian warna dan menampilkan warna-warna cerah dan kekanakan sesuai gaya dekoratif naif yang pencipta ambil.
Bentuk Bentuk merupakan wujud yang digambarkan serta memiliki sifat geometris dan organis. Bentuk geometris strukturnya searah misalnya segitiga, segi empat, lingkaran dan sebagainya. Bentuk organis susunannya atau strukturnya berupa bentuk- bentuk ilmiah (Surhayadi, 1994: 5). Pencipta menampilkan bentuk-bentuk naif yang bersifat tidak sesuai dengan realitas namun masih dapat diterjemahkan oleh penikmat karena bentuk- bentuk yang dihadirkan pencipta merupakan perubahan bentuk nyata yang bersifat spontanitas dan kekanak-kanakan. Imajinasi pencipta dituangkan dalam bentuk yang terkadang aneh, lucu dan menarik.
Ruang Dalam seni rupa, orang sering mengaitkannya dengan bidang yang memiliki batas atau limit, walaupun kadang- kadang ruang memiliki sifat yang tidak terbatas dan tidak terjamah. Ruang juga dapat diartikan secara fisik adalah rongga yang terbatas maupun tidak terbatas oleh bidang (Susanto, 2002: 99). Karya yang pencipta ciptakan merupakan karya seni lukis dekoratif naif, dimana seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dekoratif naif tidak terikat pada masalah perspektif, volume maupun ruang sehingga karya yang datar namun memiliki nilai estetik dalam penampilannya.
Tekstur Tekstur adalah nilai raba pada permukaan baik nyata maupun semu. Tekstur nyata apabila diraba, secara fisik akan betul- betul terasa sedangkan tekstur semu hanya kelihatannya saja berbeda, namun apabila diraba tidak nyata (Sidik, 1981: 41). Tekstur dalam karya pencipta merupakan salah satu elemen penting karena dapat menunjang nilai artistik. Pencipta meggunakan kolase yang dapat membentuk tekstur pada kanvas apabila diaplikasikan dan direspon dengan warna. Kertas yang telah diremas dan ditempel pada bagian- bagian tertentu dapat menimbulkan efek berbeda serta bila direspon dengan warna akan menghasilkan kesan retakan alami pada karya.
b.6 Prinsip- Prinsip Penyusunan Karya Seni Lukis
Komposisi Pada penyusunan karya seni lukis, terdapat komposisi yaitu pengorganisasian dari unsur- unsur seni rupa (Sidik, 1981: 44). Komposisi adalah pengaturan unsur- unsur seni rupa baik berupa garis, bidang, warna, dan sebagainya dengan pertimbangan suatu keseimbangan yang dapat menghasilkan karya yang harmonis (Poerwardaminta, 1976: 581). Pencapaian komposisi yang membentuk kedinamisan secara visual dan konseptual dapat melalui penyusunan elemen- elemen seni rupa dengan pertimbangan yang matang.
Proporsi Proporsi merupakan suatu perbandingan antara bentuk yang satu dengan bentuk gambar yang lainnya (Susanto, 2002: 56). Dalam karya pencipta, proporsi menjadi hal yang dipertimbangkan untuk mewujudkan bentukbentuk naif yang pencipta hadirkan. Bentuk naif yang pencipta wujudkan seperti wujud manusia, tumbuhan, binatang dan sebagainya tidak berkiblat pada proporsi dari bentuk-bentuk pada kenyataannya.
Pusat Perhatian Pusat perhatian biasanya disebut dengan titik fokus dari suatu susunan. Suatu pusat perhatian di elemen- elemen lain yang bertebaran sehingga yang kita fokuskan menjadi menonjol, tetapi tidak lepas dari yang lain atau lingkungannya (Arsana dan Supono, 1983: 66). Pencipta menghadirkan warna- warna yang lebih mencolok atau objek dengan bentuk yang lebih besar sebagai pusat perhatian. Namun, secara keseluruhan pusat perhatian yang pencipta hadirkan tidak lepas dengan warna dan bentuk lain dalam kesatuan karya tersebut.
Kesatuan Darsono Sony Kartika dalam bukunya yang berjudul Seni Rupa Modern mengemukakan bahwa kesatuan adalah kohesi, konsistensi, ketungalan atau keutuhan, yang merupakan isi pokok dari komposisi. Kesatuan merupakan efek yang dicapai dalam suatu susunan atau komposisi di antara hubungan unsur pendukung karya, sehingga secara keseluruhan menampilkan kesan tanggapan secara utuh (2004: 55). Kesatuan ini berarti estetis atau tersusun secara baik ataupun sempurna bentuknya dan memiliki suatu kesatuan bentuk, antara bagian- bagian sampai keseluruhan (Liang Gie, 1976: 48). Berhasil tidaknya pencapaian bentuk estetik suatu karya ditandai oleh menyatunya unsur- unsur estetik, yang ditentukan oleh kemampuan memadukan keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa tidak ada komposisi yang tidak utuh.
Keseimbangan Keseimbangan merupakan penyesuaian materi- materi dari ukuran berat dan memberikan tekanan pada stabilitas pada suatu komposisi dalam karya seni (Susanto, 2002: 20).
Irama Irama adalah aturan atau pengulangan yang teratur dari suatu bentuk atau unsur- unsur lainnya. Bentuk- bentuk pokok irama adalah berulang- ulang (reventitif), berganti- ganti (alternatif), berselangselang (progresif), dan mengalir (flowing) (Arsana dan Supono, 1983: 70).
Kontras Kontras merupakan paduan unsur- unsur yang berbeda tajam. Semua matra sangat berbeda (interval besar), gelombang panjang pendek yang tertangkap oleh mata terhadap warna. Kontras merupakan bumbu komposisi dalam pencapaian bentuk. Tetapi perlu diingat bahwa kontras yang berlebihan akan merusak komposisi, ramai dan berserakan (Sony Kartika, 2004: 55).
b.7 Kajian Tentang Tema
Keluarga Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang memiliki ikatan darah, hidup dalam satu atap dan rumah tangga serta saling ketergantungan. Dalam kehidupan terdapat beberapa jenis keluarga yaitu keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Sedangkan keluarga yang terdiri dari pasangan dewasa dan anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua disebut keluarga konjugal. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek. Dalam kehidupan keluarga terutama dalam hubungan rumah tangga, kehadiran anak merupakan hal penting. Dalam buku Hukum Keluarga, D.Y. Witanto, S.H menjelaskan bahwa seorang anak memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah kehidupan rumah tangga, karena tujuan melangsungkan perkawinan selain untuk membangun mahligai rumah tangga yang bahagia dan sejahtera juga untuk mempersatukan keluarga dan meneruskan keturunan, sehingga tidak heran jika banyak pasangan suami istri yang baru melangsungkan perkawinan begitu mendambakan kehadiran seorang anak dalam kehidupan rumah tangganya dan sebagai bukti kesempurnaan ikatan cinta dan kasih sayang diantara mereka (2012: 1). Secara biologis, anak merupakan hasil dari pertemuan antara sel telur seorang perempuan yang disebut ovum dengan benih dari seorang laki- laki yang desebut spermatozoa, yang kemudian menyatu menjadi zygot lalu tumbuh menjadi janin dan pada akhirnya terlahir kedunia sebagai seorang manusia (bayi) yang utuh (http://duniapsikologi.dagdigdug.com/pengertian-anak-tinjauan-secara-kronologis-dan-psikologis, Selasa, 26 Februari 2013). Keluarga dipimpin oleh seorang kepala keluarga yang juga merupakan suami dari ibu, ayah dari anak- anak yang bertugas bertanggung jawab atas keluarga itu sendiri. Pada hakekatnya, keluarga memiliki fungsi. Fungsi keluarga ialah sebagai berikut: a. Fungsi pendidikan, dilihat dari bagaimana orang tua dalam suatu keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak. b. Fungsi sosialisasi anak, dilihat dari bagaimana orang tua dalam suatu keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik. c. Fungsi perlindungan, dilihat dari bagamana keluarga melindungi anak sehingga anggota merasa terlindung d. Fungsi perasaan, dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan setiap anggota keluarga, berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga sehingga terwujud rasa saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga e. Fungsi Agama, dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan serta mengajak anggota keuarga melalui kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia. f. Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga. g. Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga seperti menonton acara televisi bersama, bercerita tentang pengalaman masing- masing, berekreasi atau piknik bersama, dan lainnya. h. Fungsi biologis, dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya. (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keluarga&oldid=6188879, Kamis, 21 Februari 2013). Keluarga dibagi menjadi beberapa bentuk berdasarkan garis keturunan, jenis perkawinan, pemukiman, jenis anggota keluarga dan kekuasaan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai bentuk keluarga. Berdasarkan Garis Keturunan:
a. Patrilinear adalah keturunan sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. b. Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa ganerasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. Berdasarkan Jenis Perkawinan: a. Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan seorang istri. b. Poligami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dengan lebih dari satu istri. a. b. c.
Berdasarkan Pemukiman: Patrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga sedarah suami. Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan keluarga satu istri Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun istri.
Berdasarkan Jenis Anggota Keluarga: a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. b. Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara. Misalnya : kakak, nenek, keponakan, dan lain-lain. c. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. d. Keluarga Duda/janda (Single Family) dalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. e. Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama. f. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang yang terjadi tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga. Berdasarkan Kekuasaan: a. Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah. b. Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu. c. Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan adalah ayah dan ibu. (http://www.kajianpustaka.com/2012/11/definisi-fungsi-dan-bentuk-keluarga.html#ixzz2LyBllbs8, 21 Februari 2013).
Kamis,
Keharmonisan Keluarga Secara terminologi, keharmonisan berasal dari kata harmonis yang berarti serasi dan selaras. Titik berat dari keharmonisan adalah keadaan yang bertujuan untuk mencapai keselarasan dan keserasian (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 299) Hasan Basri mengemukakan pendapatnya dalam buku Merawat Cinta Kasih tentang definisi keharmonisan keluarga. Ia menyatakan bahwa: keluarga yang harmonis dan berkualitas yaitu keluarga yang rukun berbahagia, tertib, disiplin, saling menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat beribadah, berbakti kepada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif sehingga mampu memenuhi dasar keluarga (1996: 111). Keluarga harmonis akan tercipta apabila kebahagiaan salah satu anggota berkaitan dengan kebahagiaan anggota- anggota keluarga lainnya. Secara psikologis dapat berarti dua hal yaitu: a. Tercapainya keinginan- keinginan, cita- cita dan harapan dari semua anggota keluarga. b. Sesedikit mungkin terjadi konflik dalam pribadi masing- masing maupun antar pribadi (Sarlito Wirawan Sarwono, 1982: 2).
Dalam buku Ketenangan dan Kebahagiaan dalam Keluarga, Zakiah Drajat berpendapat bahwa keluarga harmonis atau keluarga bahagia ialah apabila kedua pasangan tersebut saling menghormati, saling menerima, menghargai, mempercayai dan mencintai (1975: 9). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keharmonisan rumah tangga adalah terciptanya keadaan yang sinergis diantara anggotanya yang didasarkan pada cinta kasih, dan mampu mengelola kehidupan dengan penuh keseimbangan (fisik, mental, emosional dan spiritual) baik dalam tubuh keluarga maupun hubungannya dengan yang lain, sehingga para anggotanya merasa tentram di dalamnya dan menjalankan peran-perannya dengan penuh kematangan sikap, serta dapat melalui kehidupan dengan penuh keefektifan dan kepuasan batin.
Konflik Keluarga Konflik selalu bisa muncul dalam rumah tangga dan bila tidak diatasi akan dapat menimbulkan gangguan psikologis baik pada pihak istri maupun pihak suami. Konflik adalah suatu kondisi yang tidak menyenangkan dan dapat menekan perasaan individu karena adanya hal atau objek kebutuhan, keinginan, kekuatan, kecenderungan dan tujuan yang berbeda atau betentangan yang timbul pada saat yang sama. Dalam suatu keluarga biasanya terdiri dari suami, istri dan anak. Namun ada pula keluarga yang belum dapat mandiri sehingga dalam keluarga tersebut masih ada orang tua dari pihak istri atau suami. Hal ini tidak menutuk kemungkinan akan adanya konflik antara suami istri, orang tua dengan anak, atau orang tua dengan mertua dan cucu. Konflik selalu dalam keluarga dan apabila tidak ada penyelesaian yang baik maka akan berdapak pada keharmonisan keluarga itu sendiri dan akhirnya dapat menimbulkan gangguan psikologis pada individu yang terlibat didalamnya. Untuk mengatasi konflik yang terjadi dalam kehidupan keluarga, diperlukan penerapan tentang manajemen konflik keluarga. Manajemen konflik adalah kemampuan individu untuk mengelola konflikkonflik yang dialaminya dengan cara yang tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi negatif pada kesehatan jiwa maupun keharmonisan keluarga. Strategi dalam mengelola konflik dapat dilakukan melalui beberapa tahap karena pada dasarnya lebih baik mencegah daripada mengalami konflik (http://www.sarjanaku.com/keluarga/, Selasa, 26 Februari 2013). Terdapat beberapa jenis konflik yang dialami oleh individu. Apabila ditinjau dari sumber timbulnya konflik, maka jenis konflik dapat dibedakan menjadi: a. Konflik yang bersumber dari diri sendiri, sering disebut konflik internal. Salah satu contoh, adanya rasa kebingungan atau kebimbangan terhadap apa yang akan ia lakukan karena terdapat banyak hal yang harus dipertimbangkan. b. Konflik yang bersumber pada pada lingkungan baik lingkungan keluarga maupun lingkungan luar keluarga seperti masyarakat, sekolah, pergaulan dengan teman dan kantor. Pada hubungan berumah tangga, terdapat beberapa faktor penyebab timbulnya konflik. Faktor- faktor tersebut antara lain adalah: a. Kurangnya saling pengertian terhadap kelebihan dan kekurangan masing masing b. Kurangnya rasa saling percaya c. Kurangnya saling terbuka d. Kurangnya komunikasi yang efektif. Terkadang, konflik dapat menimbulkan kekerasan fisik maupun psikis pada anggota keluarga. Tak jarang yang menjadi korban mayoritas ialah kaum wanita dan anak- anak. Namun dewasa ini, tidak hanya para orang tua yang melakukan tindak kekerasan tetapi anak- anak juga sering terlibat sebagai pelaku tindak kekerasan dan penganiayaan sehingga semakin meresahkan masyarakat. Pola asuh yang salah yang dilakukan orang tua terhadap anak bisa saja memicu terjadinya kekerasan tersebut. Salah satu sistem pola pengasuhan anak- anak yang banyak mendapatkan sorotan atau menuai kritik dari berbagai pihak adalah pola asuh berdasarkan kekerasan disertai penganiayaan. Anak- anak yang mengalami kekerasan, penganiayaan atau kekerasan sangat berpotensi mengalami cedera fisik bahkan psikis yang berat. Patut diketahui bahwa cedera psikis sulit sekali dipulihkan. Tidak tertutup kemungkinan cedera psikis masa kecil berlanjut sampai dewasa, bahkan lanjut usia.
C. PROSES PENCIPTAAN c.1 Penjajagan (Eksplorasi) Proses yang paling awal dilakukan dalam proses penciptaan yaitu penjajagan. Penjajagan dilakukan bertujuan untuk mempertimbangkan konsep yang akan dijadikan ide awal terbentuknya karya seni lukis. Persiapan yang dilakukan berupa penggalian ide dan pengamatan tentang tema dalam perwujudan karya sehingga karya yang akan disajikan memiliki pondasi yang kuat secara konseptual. Proses penjajagan yang dilakukan pencipta adalah sebagai berikut:
Mencatat Ide yang Muncul Inspirasi yang muncul secara spontanitas menghasilkan sebuah ide atau gagasan. Ide yang timbul tersebut bisa saja terlupakan apabila tidak segera dicatat atau ditulis. Untuk mengingat dan mengolah lagi gagasan- gagasan yang muncul sebagai buah pemikiran yang dapat diwujudkan dalam bentuk karya seni lukis, pencipta mulai mencatat hal- hal penting yang dapat direalisasikan. Catatan- catatan tersebut dapat menjadi acuan dalam proses perwujudan karya kedepannya.
Pengamatan Langsung Terhadap Objek dan Fenomena Tahap ini dilakukan pencipta dengan mengamati fenomena apa saja yang terjadi di kehidupan keluarga dan sekitar. Hal ini bertujuan agar karya lukis yang dihasilkan tidak menyimpang jauh dengan keadaan yang terjadi sehingga maksud dan tujuan yang ingin pencipta sampaikan dapat dimengerti oleh apresian. Pengamatan objek dan fenomena secara langsung pencipta lakukan melalui pengalaman pribadi, orang lain, maupun melalui media- media telekomunikasi seperti televisi, media masa dan internet. Mediamedia tersebut memberikan informasi mengenai tingkat perceraian yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga, kekerasan terhadap wanita dan anak- anak di suatu keluarga, serta kasus kriminal dimana anggota keluarga menjadi pelakunya. Pada media- media tersebut pula pencipta mendapatkan gambaran keluarga yang harmonis dan sejahtera sebagai bentuk keluarga yang diimpikan setiap insan.
Pengamatan Melalui Karya Seni Proses pengamatan melalui karya seni dilakukan pencipta dengan mengunjungi dan mengamati karya- karya seniman lainnya yang pencipta jumpai di museum- museum, gallery, dan katalog seniman. Pengamatan ini bertujuan agar pencipta mendapatkan perbandingan dan masukan dari karya seniman lain terhadap karya garapan pencipta. Melalui proses pengamatan terhadap lukisan karya seniman lain, pencipta memperoleh inspirasi dari segi konsep dan tekhnik c.2 Percobaan (Eksperimen)
Sketsa
Tahap percobaan atau eksperimen merupakan tahap dimana pencipta mengolah dan mewujudkan hasil dari eksplorasi kedalam wujud sketsa. Sketsa dibuat sebagai rancangan dalam mewujudkan karya seni lukis. Biasanya sketsa dibuat secara ringan dengan menggunakan bahan yang mudah seperti pensil, tinta atau pena. Sketsa- sketsa yang terpilih tidak seluruhnya diwujudkan dalam bentuk lukisan. Melalui pertimbanganpertimbangan mengenai ide, estetik dan artistik sketsa- sketsa tersebut ditinjau dan diseleksi sebagai penunjang karya yang berkualitas.
Contoh percobaan sketsa:
Berayud, 2013 21x29 cm (HVS A4) Drawing Pen diatas Kertas (Dokumentasi Pencipta)
c.3 Pembentukan (Forming)
Persiapan Alat dan Bahan Sebelum dilaksanakannya proses pembentukan, pencipta melakukan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses penciptaan. Alat dan bahan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan sesuai dengan tekhnik yang digunakan. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses penciptaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Alat- alat Melukis 1. Stapless Staples pencipta gunakan sebagai perekat dalam proses pementangan kain kanvas pada spanram. 2. Kuas Kuas yang pencipta gunakan dalam proses penciptaan merupakan kuas cat minyak dan kuas cat air berbagai ukuran. 3. Palet Palet merupakan tempat mencampur cat yang digunakan pencipta, berupa papan tripleks atau palet plastik. 4. Ember Kecil Ember kecil digunakan sebagai alat untuk mencuci kuas. Apabila air pada tempat cuci kuas mulai nampak tidak layak untuk digunakan kembali, pencipta harus segera mengganti air tersebut agar warna yang dihasilkan pada karya pencipta tidak buram. b. Bahan- bahan Melukis 1. Kertas Dalam proses berkarya, pencipta menggunakan kertas untuk membuat sketsa- sketsa sebagai rancangan yang akan dipindahkan ke media kanvas. Kertas yang digunakan adalah kertas HVS berukuran A4 dan kertas Concorde. 2. Alat tulis kantor
3.
4.
5. 6.
7.
Alat tulis kantor seperti pensil, penghapus, pena, dan alat lainnya digunakan sebagai bahan dalam pembuatan sketsa. Kanvas Kain kanvas yang pencipta gunakan adalah kain kanvas yang setelah proses pementangan kanvas pada spanram selesai dilakukan, kanvas tersebut didasari dengan cat waterproof sehingga pori- pori yang timbul akibat pementangan tersebut dapat tertutup secara sempurna. Apabila kanvas yang telah tertutup cat dasar tersebut digunakan sebagai media dalam melukis, maka warna yang digoreskan tidak akan menembus ke bagian belakang kanvas. Spanram Spanram yang digunakan pencipta terbuat dari kayu damar yang memiliki kualitas yang cukup baik. Pastel Pencipta menggunakan pastel sebagai bahan untuk membuat sketsa pada kanvas. Cat Akrilik Cat yang digunakan pencipta dalam proses melukis adalah cat akrilik. bahan pencampur cat akrilik yang biasa pencipta gunakan adalah air atau getah khusus yang diperuntukkan cat akrilik agar memiliki daya lekat yang maksimat serta warna yang cerah. Air Air biasa digunakan pencipta untuk mencuci kuas atau mencairkan cat akrilik apabila cat memiliki tingkat kekentalan yang tinggi.
Gambar1. Bahan yang digunakan dalam proses penciptaan (Sumber: Dokumentasi Pencipta)
Gambar2. Alat- alat yang digunakan dalam proses penciptaan (Sumber: Dokumentasi Pencipta)
Proses Penciptaan Pertama, pencipta melakukan proses pembuatan kanvas yang diawali dengan pementangan kanvas pada spanram dengan ukuran yang bervariasi. Kain dipasang dan direkatkan dengan menggunakan staples. Usai kain kanvas direntangkan pada spanram, kanvas tersebut dilapisi cat waterproof putih agar pori- pori yang muncul pada kain akibat proses pementangan terutup secara sempurna. Setelah kanvas tertutup rata dengan cat dasar, kanvas dibiarkan kering dengan sendirinya dengan meletakannya di tempat yang agak terbuka agar mudah terkena angin sehingga kanvas cepat kering. Setelah kanvas kering, pencipta membuat sketsa pada kanvas tersebut dengan menggunakan pastel atau pensil. Proses tersebut pencipta lakukan sesuai dengan sketsa yang telah pencipta lakukan pada bidang kertas, dengan menabah skala sesuai ukuran kanvas. Proses pewarnaan dilakukan pencipta setelah sketsa pada kanvas selesai dibuat. Pencipta menggunakan tekhnik sigar warna pada proses pewarnaan dengan menggunakan cat akrilik. Tekhnik sigar ini menghasilkan warna yang berlapis- lapis sehingga muncul gradasi warna yang menarik dan tidak datar. Setelah diwarnai, pencipta mengontur bagian- bagian tertentu dengan warna yang lebih gelap dan tajam.
c.4 Penyelesaian (Finishing) Penyelesaian pencipta lakukan dengan menuliskan nama pencipta dipojok kiri bawah pada karyakarya yang telah dianggap selesai. Penyajian sangat penting dalam karya pencipta. Karena itu, pencipta memasangkan bingkai pada karya yang telah selesai sebagai penyempurnaan bentuk penyajian. Bingkai yang pencipta gunakan merupakan bingkai list polos. Karya akan dianggap selesai setelah melewati beberapa tahapan tersebut. Jangka waktu pengerjaan karya bervariatif tergantung besarnya karya sehingga penyelesaian karya tidak dapat diprediksikan. Terkadang pada proses pengerjaan juga terjadi kegagalan. Proses pengerjaan karya dilakukan pencipta di studio yang sekaligus adalah kediaman pencipta. Pada waktu- waktu tertentu pencipta juga menyempatkan diri untuk melukis di kampus untuk menghindari kejenuhan yang pencipta alami ketika berkarya dikediaman pencipta. Kendala- kendala sering dihadapi pencipta diantaranya dari faktor internal seperti kurangnya gairah
dan semangat pencipta dalam berkarya atau belum adanya ide serta inspirasi yang muncul maupun faktor eksternal berupa kesibukan lain diluar kegiatan kampus. Namun permasalahan tersebut dapat pencipta atasi berkat dorongan dari teman- teman dan keluarga pencipta.
D. WUJUD KARYA d.1 Aspek Ideoplastis Secara umum, aspek ideoplastis ialah gambaran mengenai ide atau gagasan sebelum diwujudkan dalam bentuk karya seni. Ide tersebut dapat diperoleh dari pengamatan yang diimajinasikan dalam karya lukis dekoratif naif. Berdasarkan pengamatan pencipta, perwujudan karya direalisasikan dengan mengangkat tema keluarga sebagai gagasan. Melalui aspek ideoplastis tersebut pencipta mempertimbangkan bentuk dan warna yang tepat untuk memunculkan gambaran keluarga harmonis, konflik keluarga maupun fenomenafenomena yang terjadi di kehidupan keluarga.
d.2Aspek Fisikoplastis Aspek fisikoplastis yaitu meliputi hal- hal yang berhubungan dengan tekhnik dan elemen- elemen visual. Aspek tersebut lebih bersifat fisik dari karya- karya yang pencipta hadirkan. Dalam perwujudan, pencipta menghadirkan karya- karya dekoratif naif dengan warna- warna yang mayoritas ceria, segar dan sedikit terdapat campuran- campuran warna. Pencipta mengkomposisikan warna dan menghadirkan bentukbentuk yang relatif bersifat kekanak- kanakan, dengan mengambil unsur- unsur lokal seperti bentuk wayang, ornamen Bali, dan motif batik yang pencipta olah dengan versi pencipta.
d.3 Wujud Karya Ditinjau dari Aspek Ideoplastis dan Fisikoplastis Pencipta merealisasikan ide ke dalam wujud karya seni lukis sebanyak 12 karya. Agar karya- karya pencipta dapat dipahami secara jelas melalui aspek ideoplastis dan fisikoplastis, di bawah ini akan pencipta bahas secara rinci karya dan uraiannya sebagai berikut:
Judul Bahan Ukuran Tahun
: Berayud : Akrilik pada Kanvas : 120 x 200 cm : 2013
Istilah “Banyak Anak Banyak Rejeki” sering kita jumpai di kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat Bali telah mengenal istilah Men Brayut untuk menyebut seorang ibu yang memiliki banyak anak. Banyak yang beranggapan bahwa memiliki banyak keturunan merupakan hal yang merepotkan terlebih bagi masyarakat kurang mampu di era globalisasi sekarang ini. Dualisme sisi negatif dan positif mulai bermunculan tentang bagaimana pemerintah menggalakkan program Keluarga Berencana atau yang sering disingkat KB ini terselenggara dengan lancar untuk menekan kepadatan penduduk selain dilakukan migrasi. Ada yang berasumsi bahwa program tersebut yang menyatakan Dua Anak Lebih Baik adalah hal yang kurang cocok bagi mereka yang mendambakan banyak keturunan, ada pula yang beranggapan KB tersebut memang tepat bagi masyarakat yang kurang mampu memenuhi kebutuhan anak secara materiil dan hidup dalam kesederhanaan. Masyarakat Bali secara turun temurun telah mengenal budaya menamai anak mereka sesuai urutan misalnya; Wayan yaitu sebutan untuk anak pertama, Made untuk anak ke dua, Nyoman untuk anak yang ke tiga, dan Ketut untuk sebutan anak ke empat. Hal ini juga menjadi sebuah pertanyaan apabila dikaitkan pada program KB. Si Nyoman dan Si Ketut pastinya akan hilang karena KB hanya menganjurkan adanya Si Wayan dan Si Made. Namun memang tidak semua pasangan rumah tangga dapat menghasilkan banyak anak bahkan ada pula yang justru tidak dapat menghasilkan keturunan dan hal tersebut sungguh memprihatinkan. Bagi mereka yang memiliki rencana memiliki banyak keturunan perlu mempersiapkan mental dan materi dalam membentuk pribadi yang baik untuk anak- anak mereka kelak. Pencipta mengadirkan wujud Men Brayut pada karya berjudul Berayud dimana sosok Brayut yang kuat dan penuh kasih sayang mengurus serta membesarkan anak- anaknya. Masing- masing anak memiliki perbedaan karakter satu sama lain. Orang tua sebagai pendidik di lingkungan keluarga sudah selayaknya mengayomi dan membentuk pribadi anak- anak agar menjadi baik dan suputra. Dalam karya yang pencipta wujudkan, secara visual sosok brayut menjadi wanita yang perkasa, merawat dan mendidik anak- anaknya dengan ketulusan hati. Tampak karakter seorang ibu menggendong anak yang masih kecil dan bermanja dalam pelukan hangat wanita paruh baya tersebut. Peranan program KB tidak nampak karena pencipta ingin menggambarkan kondisi kebahagiaan dan penuh kasih yang terpancar dari seorang ibu tersebut meskipun memiliki banyak keturunan yang bisa saja sangat merepotkan bagi keluarga lain. Memilih antara memiliki banyak anak atau mengikuti program pemerintah merupakan hal yang relatif. Bagi yang mampu untuk punya banyak keturunan tidak ada larangan untuk mewujudkannya. Program Keluarga Berencana yang dibuat pemerintah hanya sebagai anjuran bukan suatu keharusan.
E. SIMPULAN Karya lukis diwujudkan dengan melakukan penjelajahan terhadap konsep penciptaan dan melakukan pengamatan mengenai kehidupan keluarga. Dengan melakukan penjajagan, percobaan hingga pembentukan pencipta menghadirkan karya- karya dekoratif naif untuk menyelaraskan dengan konsep yang diangkat. Perwujudan karya pencipta sampaikan dengan tekhnik sigar maupun plakat dengan mengangkat ornamenornamen nusantara salah satunya motif mega mendung. Objek yang digarap menyerupai bentuk- bentuk wayang yang telah di modifikasi. Fenomena- fenomena yang terjadi dikeluarga pencipta olah agar masyarakat dapat memahami tata nilai universal yang terkandung dalam kehidupan keluarga dan kini semakin terkikis. Pencipta juga mengaitkan permasalahan tersebut dalam hal agama berupa Tri Hita Karana dan Catur Guru. Melalui tema interaksi kehidupan keluarga, pencipta ingin menyampaikan pesan moral terhadap masyarakat bahwa nilainilai yang terkandung dalam hubungan keluarga harmonis bukan hanya sebagai wacana, tetapi dapat diterapkan dalam kehidupan sesungguhnya.
DAFTAR RUJUKAN Arsana, Nyoman dan Supono. 1983. Dasar- dasar Seni Lukis. Denpasar : dan Kebudayaan.
Departemen
Pendidikan
Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga. Basri, Hasan. 1996. Merawat Cinta Kasih. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Gunarsa,D.,Singgih. 1986. Psikologi untuk Keluarga. Jakarta : Gunung Mulia. Darma Putra, I Nyoman. 2003. Wanita Bali Tempo Doeloe: Perspektif Masa Kini. Denpasar : Yayasan Bali Jani. Djelantik, A.A. M. 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika, Falsafah Keindahan dan Kesenian. Denpasar : STSI Denpasar. Gunarsa,D.,Singgih. 1986. Psikologi untuk Keluarga. Jakarta : Gunung Mulia. Sachari, Agus. 2002. Membangun Kreatifitas dan Kompetensi Seni Rupa dan Desain. Bandung : Erlangga. Suda Supartha, I Nyoman, dkk. 1991. Pendidikan Agama Hindu untuk SMP Kelas I. Bandung : Ganeca Exact. Sumawa, I Wayan, dkk. 1995. Bahan Pendidikan dan Pengajaran Agama Hindu, Denpasar : MGMP Agama Hindu SMU Propinsi Bali. Soni Kartika, Dharsono. 2004. Seni Rupa Modern. Yogyakarta : Rekayasa Sains. Surbakti, E.B. 2011. Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Surbakti, E.B. 2012. Parenting Anak- Anak. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Susanto, Mikke. 2002, Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta :
Kanisius.
The Liang Gie, 1976. Filsafat Seni. Yogyakarta : Pusat Belajar Ilmu Berguna (PUBIB). Tim Penyusun. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi-4. Departemen Jakarta : Balai Pustaka.
Pendidikan
Nasional.
Witanto, D.Y. 2012. Hukum Keluarga: Hak dan Kedudukan Anak Luar Kawin. Jakarta : Prestasi Pustaka. Sumber Internet http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keluarga&oldid=6188879 (dikutip pada : 21-02-2013). http://www.artikata.com/arti-333983-keluarga.html (dikutip pada: 21-02-2013). (http://www.kajianpustaka.com/2012/11/definisi-fungsi-dan-bentuk-keluarga.html#ixzz2LyBllbs8 (dikutip pada: 21-02-2013). http://www.sarjanaku.com-keluarga (dikutip pada: 26-02-2013)