“INSULASI PADA CONTAINER BEKAS UNTUK KENYAMANAN THERMAL PADA LOW-INCOME HOUSING DI JAKARTA” Miladini Prastiwi Religiana Hendarti, Yosica Mariana Jurusan Arsitektur Binus University, JL. K. H. Syahdan No. 9 Palmerah, Jakarta Barat, 021-5543287 Email:
[email protected]
ABSTRAK Gagasan penyelenggaraan hunian vertikal (rumah susun) diharapkan menjadi salah satu alternatif penyediaan rumah untuk kebutuhan rumah penduduk dengan mengedepankan efisiensi lahan/ tanah diperkotaan dan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Dan memperhatikan tentang kenyamanan thermal agar penghuni rumah susun lebih nyaman terhadap tempat tinggalnya. Tujuan penelitian ini untuk membuat model rumah susun dengan memanfaatkan container bekas dan prefabrikasi untuk mempermudah pengadaan rumah susun. Dan menganalisis material-material yang cocok untuk pelapis material container agar dapat meredam panas dan kebisingan. Metode yang digunakan untuk pengujian bahan insulasi menggunakan Analisa dan Simulasi yang menggunakan program Ecotect Analysis 2011. Dengan begitu material yang paling baik di gunakan untuk meredam panas pada container bekas adalah penambahan material rockwool dan gypsum pada dinding dan panel wood pada lantai.(MDP) Keyword : Insulasi, Rumah Susun, Container
ABSTRACT The idea of organizing vertical housing (flats) is expected to be one of the alternative provision of houses for the needs of residents by promoting the efficiency of land for the low income community in urban area. This research focused on thermal comfort that apartment dwellers can be more convenient inside its place of residence. The purpose of this study is to simulated the optimum thermal comfort in the used container to facilitate the procurement of flats. And also to analyse the materials that are suitable for material container coating in order to reduce heat and noise. The method used for testing insulation material is by deploying Ecotect Analysis program 2011. Thu, the most suitable material used to reduce heat in the container used additional material is rock wool and gypsum on the wall and wood panel on the floor. (MDP) Keyword: Insulation, Flats, Container
PENDAHULUAN Idealnya, sebuah bangunan mempunyai nilai estetis, untuk memberikan rasa ‘aman’ (dari gangguan alam dan manusia/makhluk lain), serta memberikan ‘kenyamanan’. Setiap bangunan diharapkan dapat memberikan kenyamanan ‘thermal’, ‘visual’ dan ‘audio’ (Nugroho, 2011). Sehingga kenyamanan thermal adalah salah satu hal sangat dibutuhkan tubuh agar manusia dapat beraktifitas dengan baik selain faktor kenyamanan lainnya yaitu kenyamanan visual, kenyamanan audio dan indoor air quality (di rumah, sekolah ataupun di kantor/tempat bekerja). Szokolay dalam ‘Manual of Tropical Housing and Building’ menyebutkan kenyamanan tergantung pada variabel iklim (matahari/radiasinya, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin) dan beberapa faktor individual/subyektif seperti pakaian, aklimatisasi, usia dan jenis kelamin, tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, serta warna kulit. Dengan permasalahan panas yang berlebih, bangunan tetap harus menciptakan kenyamanan termal didalamnya. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan bahan-bahan insulasi, agar udara panas dari luar ruangan dapat diredam perambatannya kedalam ruangan, sehingga ruang tersebut dapat memenuhi kenyamanan termal yang dibutuhkan pada manusia. Oleh karena itu, bahan-bahan insulasi tersebut akan diaplikasikan pada material container, yang merupakan salah satu material yang dapat dengan mudah menyerap panas matahari langsung. Pada penelitian ini aplikasi container dengan peredam panasnya (insulasi) akan dilakkukan pada Rumah Susun untuk masyarakat ekonomi rendah. Rumah Susun merupakan solusi terbaik untuk para masyarakat berpenghasilan rendah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dan karena pada saat ini harga tanah yang semakin lama semakin memiliki angka yang sangat tinggi, sehingga lebih baik di dirikan rumah hunian yang berbentuk vertikal. Sehingga dapat membantu para masyarakat berpenghasilan rendah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Adapun rumusan masalah dalam perencanaan Low-income Housing ini adalah: 1. Bagaimana bahan insulasi yang tepat untuk solusi pemenuhan kenyamanan termal dengan menggunakan bahan bekas container yang mempunyai spesifikasi teknis (thermal conductivity) sebesar 237 W·m−1·K−1 untuk bangunan Rumah Susun? 2. Bagaimana merencanakan Rumah Susun dengan menggunakan bahan bekas container ? Tujuan penelitian dalam perencanaan adalah : 1. Untuk mendapatkan bahan insulator yang tepat bagi kenyamanan thermal untuk bangunan Rumah Susun. 2. Untuk merencanakan bangunan Rumah Susun bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan menggunakan bahan bekas container. Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembahasan maka lingkup pembahasan dibatasi sebagai berikut: a. Kenyamanan termal untuk bangunan rumah tinggal bagi masyarakat berpenghasilan rendah. b. Mempelajari variasi bahan insulator sebagai insulasi bahan kontainer bekas yang terbuat dari alumunium yang mempunyai thermal conductivity sebesar 237 W·m−1·K−1 c. Perancangan rumah tinggal bagi masyarakat ekonomi berpenghasilan rendah.
METODE PENELITIAN Untuk menjawab permasalahan yang telah dijabarkan pada Sub Bab 1.2 perumusan masalah, metode penelitian yang akan dipergunakan berdasarkan data-data yang harus diperoleh adalah : • Survey dan Pengukuran • Metode survey dan pengukuran adalah untuk mendapatkan data : 1. Lokasi Site Jl. Raya rawa buntu, Bsd City, Tangerang Selatan.
Gambar 1. Lokasi Site Sumber: Google Maps, diakses tanggal Juni 2015
2.
Perbandingan suhu luar ruangan dan dalam ruangan pada container dengan menggunakan Lutron LM-8010 Anemometer + Humidity Meter + Light Meter + Thermometer
Metode Analisis Metode simulasi untuk mendapatkan hasil kenyamanan thermal pada ruang container agar menjadi tempat hunian yang nyaman sesuai dengan standarisasi kenyamanan thermal yang berlaku. Metode Analisis yang digunakan adalah Metode Perbandingan, metode ini membandingkan beberapa material yang merupakan bahan insulasi sehingga dapat memberikan kenyamanan thermal yang paling baik didalam ruangan tersebut. Dengan menggunakan software Ecotect Analysis 2011 menjadi pilihan yang cukup signifikan dalam perhitungan suhu di dalam ruangan agar mencapai standarisasi kenyamanan termal. •
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Pengukuran Lapangan Analisa Suhu Dan Kenyamanan Thermal Metode Pengukuran Untuk menjawab permasalahan yang ada pada Sub Bab Rumusan Masalah, maka penulis melakukan pengukuran langsung ke lapangan dengan menggunakan alat ukur suhu, kelembapan, dan kecepatan udara. Observasi yang dilakukan pada container bekas dengan mengukur suhu dalam ruangan dengan menggunakan humidity/temperature meter untuk mengetahui perbedaan suhu yang berada di dalam ruang container maupun di luar ruang container.
Gambar 2. Container Bekas Hasil dan Pembahasan Pengukuran dilakukan pada pukul 12.00 WIB dengan suhu luar ruangan 310C, sedangkan hasil dari pengukuran suhu dalam ruangan mencapai 32,4oC,dimana kategori suhu dalam ruang ini tidak nyaman bagi penghuni. Hal ini dijelaskan pada penjelasan tentang kenyamanan thermal yang terdapat pada Standar Kenyamanan Termal, temperature ruangan yang sehat berkisar antara 18oC26oC menurut MENKES NO.261/MENKES/SK/II/1998 dan menurut SNI 03-6572-2001 standar kenyamanan termal dalam kondisi sejuk aman berkisar antara 20,50C TE - 22,80C TE. Dalam penelitian ini, akan menguji bahwa unit container yang merupakan alat pengiriman barang dapat di aplikasikan menjadi tempat tinggal manusia yang nyaman dengan fasilitas-fasilitas yang harus dipenuhi sesuai dengan peraturan pemerintah untuk bangunan Rumah Susun. 2. Simulasi Simulasi Kenyamanan Thermal dengan Penggunaan Bahan Insulator Metode Pengukuran Metode pengukuran kenyamanan thermal dengan penggunaan bahan insulator menggunakan software simulasi yang bernama Ecotect Analysis 2011. Simulasi ini digunakan untuk mengukur perbedaan suhu didalam ruangan dan di luar ruangan. Penetapan material yang digunakan berdasarkan standar dari thermal conductivity. Hasil dan Pembahasan a. Kondisi Awal Hasil pengukuran kenyamanan thermal dengan menggunakan media simulasi program ecotect analysis pada tahap awal, sebagai kajian untuk Rumah Susun dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaturan Kondisi Dalam Ruang
Gambar 3. Pengaturan Simulasi Pada pengaturan ini, memperhatikan tentang faktor subyektif didalam ruangan. Seperti pakaian yang digunakan, jumlah kapasitas manusia, kegunaan ruang, kecepatan angin dan pencahayaan didalam ruangan tersebut. 2. Pengaturan Thermal
Gambar 4. Pengaturan Simulasi Pada pengaturan ini, memperhatikan tentang faktor bukaan pada bangunan, standar suhu nyaman dalam ruang, serta waktu pengoprasionalan ruangan. 3. Hasil SImulasi
Gambar 5. Kondisi Kenyamanan Thermal
Gambar 6. Potongan Material
Gambar 7. Grafik Kenyamanan Thermal
Dari simulasi diatas, Tabel 1. Memperlihatkan Perbandingan Suhu Luar Dan Suhu Dalam Ruangan.
Tabel 1. Perbandingan Suhu Luar Dan Suhu Dalam Ruangan
Pada simulasi diatas,. Memperlihatkan Perbandingan Suhu Luar Dan Suhu Dalam Ruangan nilai rata-rata suhu didalam ruang sekitar 31,46oC dan untuk rata-rata suhu pada pukul 10 - 15 mencapai 38 oC memiliki perbedaan suhu sebesar 6,05 oC sehingga memerlukan bahan isolator penahan panas agar mencapai standar kenyamanan thermal. Dan perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 12 oC. Pada hasil simulasi pertama, menyatakan bahwa meterial insulasi 1 tidak menghantarkan panas dengan baik, sehingga pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu rata-rata sebesar 37,91oC dan perbedaan temperatur mencapai 5,9 oC jauh dari standar kenyamanan thermal. Dan suhu tertinggi mencapai 40,3 oC pada pukul 12, sedangkan suhu terendah sebesar 30,2 oC pada pukul 5. Dan perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 11,91 oC. Pada hasil simulasi kedua, menyatakan bahwa meterial insulasi, sehingga pada saat pukul 1015 kenaikan suhu rata-rata sebesar 31,68oC dan perbedaan temperatur mencapai -0,3 oC. Dan suhu tertinggi mencapai 33,5 oC pada pukul 13, sedangkan suhu terendah sebesar 28 oC pada pukul 6. Dan perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 5,68 oC. Dari hasil simulasi ketiga, menyatakan bahwa meterial insulasi, sehingga pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu rata-rata sebesar 33,75oC dan perbedaan temperatur mencapai 1,7 oC. Dan perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 7,75 oC. Pada ketiga simulasi dapat disimpulkan pada bangunan container yang mendekati dengan standarisasi kenyamanan thermal adalah material insulasi yang terdapat pada simulasi ke 2. Sekitar pukul 10-18 suhu dalam ruangan lebih rendah dari pada suhu luar ruangan, karena bahan yang digunakan dapat meredam panas didalam container dengan baik walaupun terkadang masih lebih tinggi di banding suhu luar ruangan, maka ruangan memerlukan ventilasi silang yang baik untuk memberikan sirkulasi udara yang optimal. Sehingga pada saat pengaplikasian bukaan pada container suhu rata-rata yang dicapai pada pukul 10-15 sebesar 30,01oC dan perbedaan temperatur mencapai -0,5 oC. Dan suhu tertinggi mencapai 30,9 oC pada pukul 12, sedangkan suhu terendah sebesar 25,8 oC pada pukul 00. Dengan material insulasi sebagai berikut:
Gambar 8. Container dan Rock wool
Gambar 9. Gypsum dan Wood Particle Panels Ukuran Standar Rumah Susun Kisaran luas unit Rumah Susun pada umumnya minimal 18m2 dan paling besar adalah 50 m2.
Tabel 2. Tipe Unit Rumah Susun Tipe Unit Tipe 24 m2 Tipe ini biasanya untuk keluarga muda atau seseorang yang belum memiliki keluarga Tipe 50 m2 Tipe ini untuk keluarga yang sudah memiliki anak
Fasilitas - 1 kamar tidur - ruang tamu/keluarga - kamar mandi - dapur/pantry
- 2 kamar tidur - ruang tamu / keluarga - kamar mandi / WC - dapur / pantry - ruang makan
Sumber: Rosfian (2009) Pada konsep perancangan ini, tipe bangunan yang sesuai dengan hasil analisis berdasarkan besaran container yang sesuai adalah tipe 24m2 dan tipe 50m2. Program Ruang Rumah Susun dibuat dengan ketinggian 4 (empat) lantai, hal ini dipertimbangkan dari transportasi vertikal menggunakan tangga. Pada proyek ini, penggunaan setiap lantai sebagai berikut: • Lantai 1 digunakan untuk: hall, ruang serbaguna, Musholla, komersial, parkir motor, ruang penjaga, ruang pengelola, ruang tidur difabel, ruang toilet, ruang genset, ruang pompa, ground water tank (GWT), gudang, tangga dan taman. • Lantai 2-4 merupakan lantai tipikal, digunakan untuk: ruang-ruang unit keluarga, sirkulasi. Lokasi Tapak Letak lokasi proyek secara administratif berada dalam wilayah DKI Jakarta, Kelurahan Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Lokasi proyek tersebut berada di Jl. Moh. Asinie no 88-89, Semanan, Jakarta Barat. Lokasi ini berada dilama permukiman warga, yang mendekati dengan jalan besar Gatot Subroto dan Terminal Kalideres.
Lokasi Luas Lahan Bentuk Lahan Regulasi Lahan Tata Ruang Lahan Peruntukkan Lahan Kontur Lahan
Tabel 3. Deskripsi Tapak Jl. Moh. Asinie no 88-89, Semanan, Jakarta Barat 4.713,15 m2 Persegi panjang KDB 50%, KLB 3.5, KB 16, KDH 30, KTB 55 Tipe massa bangunan tunggal Perumahan Vertikal Topografi lahan secara garis bedar relatif datar
Zoning Bangunan Rumah Susun terdiri dari 4 Lantai, dengan penggunaan zoning vertikal sebagai berikut : 1). Denah Lantai 1 Digunakan untuk ruang – ruang sebagai berikut : Hall, ruang serba guna, mushola, komersial, parkir motor, ruang penjaga, ruang pengelola, ruang difabel,ruang toilet, ruang genset, ruang pompa, Ground Water Tank (GWT), ruang gudang, tangga, dan taman. 2). Denah Lantai Tipikal 2–4 Merupakan denah tipikal, digunakan untuk ruang–ruang unit keluarga. Lantai 2 terdiri dari 24 unit ruang keluarga dan 2 unit ruang bersama. Setiap lantai 3-4 terdiri dari 12 unit ruang keluarga dan 2 unit ruang bersama Sirkulasi Bangunan Pola sirkulasi pada bangunan Rumah Susun ini terdiri dari sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal. Fungsi sirkulasi horizontal adalah menghubungkan ruang-ruang dalam setiap level lantai, sedangkan sirkulasi vertikal untuk menghubungkan ruang antar level.
Sirkulasi yang akan diterapkan pada bangunan Rumah Susun adalah sirkulasi yang menghubungkan antar single corridor. Sirkulasi yang dianggap paling baik dan efisien adalah sirkulasi linear. Berikut merupakan beberapa tipe pola sirkulasi horizontal.
Tabel 4. Pola Sirkulasi Horizontal Ruang
Sumber: (D.K. Ching, Francis(1993) & Arsitektur: bentuk, ruang dan susunannya. Jakarta : Erlangga) Dari Tabel di atas, maka sirkulasi yang akan diterapkan pada rumah susuun yaitu sirkulasi linear, di mana pola ini memudahkan akses pencapaian ke unit-unit hunian. Untuk area lobby akan diterapkan pola radial, dimana lobby menjadi titik pusat ruang-ruang lainnya. Untuk bagian koridor, menggunakan sistem single loaded. sistem sirkulasi vertikal di atas, menyimpulkan bahwa sirkulasi yang paling efektif dan efisien bagi Rumah Susun adalah Tangga. Alasannya: 1. fleksibel, dapat digunakan kapan saja 2. murah, tidak menggunakan listrik 3. berfungsi efektif saat kebakaran Tata Ruang Tata ruang disusun berdasarkan bentuk selular (ruang disusun berjajar dengan disekat dinding) dengan menggunakan sirkulasi Single Loaded Coridor. Dalam 1 lantai terdiri dari 1 baris unit ruang keluarga yang dipisahkan dengan Inner Court (taman dalam). Setiap tower memiliki 2 tangga darurat agar pada saat evakuasi kebakaran penghuni Rumah Susun tidak berdesak-desakan.
Gambar 10. Tata Ruang Bangunan Hunian
Koridor
Tangga
Analisa Container dan Sistem Struktur 4 lantai sistem struktur bangunan pada Rumah Susun, maka menggunakan kombinasi struktur tiang pancang. Pondasi tiang pancang dipilih karena kelebihannya yang tidak berdampak buruk bagi lingkungan, serta memiliki kekokohan yang baik untuk bangunan bertingkat tinggi.
Jenis Tiang Pancang
Bored pile
Tabel 2. Sistem Struktur Bawah Kelebihan • Waktu pelaksanaan cepat • Relatif murah • Cocok untuk menahan beban vertikal
• Pemasangan tidak berdampak buruk bagi lingkungan, cocok dengan konsep
Kekurangan • Diperlukan ketelitian yang tinggi, banyak sambungan, dan kurang ekonomis bagi hotel • Cenderung bising dan dapat menimbulkan getaran • Jangka waktu pelaksanaan lebih lama
wisma atlet • Memiliki kekuatan yang cukup untuk bangunan bertingkat tinggi • Cocok untuk segala jenis tanah Pondasi Rakit • Tahan gempa • Boros dalam pemakaian (basement) • Ruang pada pondasi dapat difungsikan bahan, sebagai asement/efisiensi lahan • Pelaksanaan sulit • Kedalaman sebesar volume yang dipindahkan Sumber: (Juwana, Jimmy S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi) Konsep Perancangan Keseluruhan Konsep Sustainable Modular Homes Secara umum, pengertian dari arsitektur berkelanjutan adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut. Reduce Reduce merupakan salah satu cara untuk mengurangi pemakaian sesuatu yang dapat menyebabkan limbah baru. Sehingga pemanfaatan ini diterapkan pada material container bekas yang didaur ulang agar dapat mengurangi limbah yang ada. Dan reduce dapat diwujudkan pada konsep Green Design. Green design yang dimaksud adalah desain yang memperhatikan lingkungan hidup, memperhatikan dampak terhadap kesehatan, menggunakan tumbuhan atau tanaman untuk menetralkan udara dan memproduksi o2, system sanitasi dan penampungan air hujan. Konsep green design diaplikasikan pada, urban farming yang dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari dan penetralan udara serta memproduksi o2. Sistem penampungan air hujan yang dipergunakan untuk pengairan pada tanaman yang berada disekitar bangunan serta urban farming. Recycle Recycle merupakan sistem daur ulang bahan-bahan yang telah dipergunakan. Recycle dapat di wujudkan pada konsep Sustainable Design. Sustainable Design itu sendiri merupakan usaha untuk memperhatikan seluruh aspek desain mulai dari perancangan, eksekusi, pemilihan material, dan pendaur ulangan. Pengaplikasian pada konsep ini dengan memilih material yang memiliki dampak samping yang rendah, misalnya menggunakan bahan-bahan alam seperti kayu. Mendaur ulang sampah yang akan dimanfaatkan untuk pupuk pada urban farming. Urban Farming Urban Farming yang diberikan FAO, Sebuah industri yang memproduksi, memproses, dan memasarkan produk dan bahan bakar nabati, terutama dalam menanggapi permintaan harian konsumen di dalam perkotaan, yang menerapkan metode produksi intensif, memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman dan hewan ternak.
Gambar 11. Urban Farming Manfaat Urban farming: 1. Urban Farming memberikan kontribusi penyelamatan lingkungan dengan pengelolaan sampah Reuse dan Recycle, 2. Membantu menciptakan kota yang bersih dengan pelaksaan 3 R (reuse, reduse, recycle) untuk pengelolaan sampah kota,
3. 4. 5. 6. 7.
Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota, Meningkatkan Estetika Kota, Mengurangi biaya dengan penghematan biaya transportasi dan pengemasan, Bahan pangan lebih segar pada saat sampai ke konsumen yang merupakan orang kota, Menjadi penghasilan tambahan penduduk kota.
Memanen Air Hujan Memanen air hujan merupakan alternative sumber air yang sudah dipraktekkan selama berabad-abad di berbagai negara yang sering mengalami kekurangan air (Chao-Hsien Liaw & YaoLung Tsai, 2004). Air hujan yang dipanen dapat digunakan untuk multi tujuan seperti menyiram tanaman, mencuci, mandi dan bahkan dapat digunakan untuk memasak jika kualitas air tersebut memenuhi standar kesehatan (Sharpe, William E., & Swistock, Bryan, 2008; Worm, Janette & van Hattum, Tim, 2006).
Gambar 12. Memanen Air Hujan Secara ekologis ada empat alasan mengapa memanen air hujan penting untuk konservasi air (Worm, Janette & Hattum, Tim van, 2006), yaitu: 1. Peningkatan kebutuhan terhadap air berakibat meningkatnya pengambilan air bawah tanah sehingga mengurangi cadangan air bawah tanah. Sistem pemanenan air hujan merupakan alternatif yang bermanfaat. 2. Keberadaan air dari sumber air seperti danau, sungai, dan air bawah tanah sangat fluktuatif. Mengumpulkan dan menyimpan air hujan dapat menjadi solusi saat kualitas air permukaan, seperti air danau atau sungai, menjadi rendah selama musim hujan. 3. Sumber air lain biasanya terletak jauh dari rumah atau komunitas pemakai. Mengumpulkan dan menyimpan air di dekat rumah akan meningkatkan akses terhadap persediaan air dan berdampak positif pada kesehatan serta memperkuat rasa kepemilikan pemakai terhadap sumber air alternatif ini. 4. Persediaan air dapat tercemar oleh kegiatan industri mupun limbah kegiatan manusia misalnya masuknya mineral seperti arsenic, garam atau fluoride. Sedangkan kualitas air hujan secara umum relatif baik.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable Energi Use adalah desain berkelanjutan merupakan filosofi desain yang berusaha untuk memaksimalkan kualitas lingkungan dengan memanfaatkan energi yang ada . Jalan Semanan, Jakarta Barat merupakan salah satu kawasan yang diperuntukkan untuk Rumah Susun yang bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Kawasan tersebut berada di dekat jalan raya besar menuju Kalideres dan Jakarta. Dewasa ini, banyaknya isu tentang pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu bumi, dan iklim yang tidak menentu. Dan karena pada saat ini lahan semakin lama semakin meningkat harga jualnya, maka akan merancang Rumah Susun yang dapat dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam perancangan Rumah Susun di Jakarta Barat memiliki kebutuhan ruang container yaitu single room dan double room dan diperuntukkan kalangan keluarga baru dan keluarga berketurunan. Dimana ruang-ruang unit kamar ini berbentuk seperti container, dengan kebutuhan ruang unit kamar dan unit kamar mandi. Unit single room memiliki jumlah kamar setiap tower 24 kamar dengan dan double room memiliki jumlah kamar 20 kamar. Total keseluruhan jumlah unit kamar adalah 44 kamar setiap tower. Dalam perancangan sebuah Rumah Susun bisa dapat berkembang untuk mecapai kriteria perancangan dalam kenyamanan termal dan menyesuaikan dengan peraturan pemerintah. Konsep
perencanaan dan perancangan sebagai hasil analisa dilakukan untuk menjawab permasalahan proses desain yang akan dirancang dengan bukaan dan material insulator yang digunakan. Untuk mencapai standarisasi kenyamanan termal yang dipergunakan pada material container melalu beberapa tahap simulasi yaitu: 1. Menggunakan material insulasi 1 tanpa menggunakan air gap tidak menghantarkan panas dengan baik, sehingga pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu rata-rata sebesar 37,91oC dan perbedaan temperatur mencapai 5,9 oC jauh dari standar kenyamanan thermal. Dan suhu tertinggi mencapai 40,3 oC pada pukul 12, sedangkan suhu terendah sebesar 30,2 oC pada pukul 5. Dan perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 11,91 oC. 2. Menggunakan meterial insulasi 2 tanpa air gap, pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu ratarata sebesar 31,68oC dan perbedaan temperatur mencapai -0,3 oC. Dan suhu tertinggi mencapai 33,5 oC pada pukul 13, sedangkan suhu terendah sebesar 28 oC pada pukul 6. Dan perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 5,68 oC. 3. Menggunakan meterial insulasi 3 tanpa air gap, sehingga pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu rata-rata sebesar 33,75oC dan perbedaan temperatur mencapai 1,7 oC. Dan perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 7,75 oC. 4. Menggunakan meterial insulasi 2 dengan air gap pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu ratarata sebesar 32,06oC dan perbedaan temperatur mencapai 0,05. Dan suhu tertinggi mencapai 31,5 oC pada pukul 11, sedangkan suhu terendah sebesar 26,6 oC pada pukul 00. Dan perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 6,0 oC. 5. Menggunakan meterial insulasi 3 dengan air gap, sehingga pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu rata-rata sebesar 33,03oC dan perbedaan temperatur mencapai 1. Dan suhu tertinggi mencapai 34,2 oC pada pukul 12, sedangkan suhu terendah sebesar 26,5 oC pada pukul 5. Dan perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 7,03oC. Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa simulasi material yang digunakan adalah pada simulasi 2 menggunakan air gap dengan bahan peredam panas yaitu, Sisi Lantai :Aluminium (205 W/(m.K)), Air Gap, Rock Wool (0.045 W/(m.K)), Air Gap, Wood Particle Panels. Sisi Dinding: Aluminium (205 W/(m.K)), Air Gap, Rock Wool (0.045 W/(m.K)), Air Gap, Gypsum (0.17 W/(m.K)). Sisi Atap: Aluminium (205 W/(m.K)), Air Gap, Rock Wool (0.045 W/(m.K)), Air Gap, Gypsum (0.17 W/(m.K)) suhu rata-rata yang didapat didalam ruang sebesar 30,00oC. Dan perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 4oC. Konsep yang digunakan dalam perancangan adalah sustainable design dan green design,dengan memikirkan efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi penggunaan material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah. Saran Saran-saran yang diberikan oleh penulis ditujukan pada mahasiswa Tugas Akhir periode selanjutnya, Dosen Pembimbing dan pada Binus University. Saran-saran ini diberikan dengan tujuan agar Tugas Akhir selanjutnya dapat dijalankan dengan lebih baik lagi. Mahasiswa Tugas Akhir Periode Selanjutnya Saran-saran yang dapat diberikan pada mahasiswa Tugas Akhir periode selanjutnya yaitu sebagai berikut : 1. Mahasiswa sebaiknya membuat time schedule sendiri dan memiliki tekad untuk memenuhi jadwal tersebut. Hal ini sangat membantu agar penyusunan paper Tugas Akhir dapat berjalan baik dan tidak mengalami kekurangan. 2. Mahasiswa sebaiknya segera menentukan judul proyek Tugas Akhir dan segera melakukan survey lokasi, sehingga memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan analisa. 3. Mahasiswa sebaiknya memanfaatkan waktu asistensi dengan Dosen Pembimbing sebaik-baiknya dan aktif bertanya dan menanggapi masukan yang diberikan oleh Dosen Pembimbing. 4. Mahasiswa sebaiknya memiliki catatan pribadi yang berisikan poin-poin penting dari setiap data yang diperoleh, sehingga akan memudahkan dalam proses analisa. Binus University Pihak Jurusan Arsitektur Binus University telah banyak membant penulis dalam penyusunan paper Tugas Akhir ini. Keterlibatan Jurusan mulai dari masa persiapan Tugas Akhir, masa bimbingan dan studio, hingga proses penyusunan Tugas Akhir ini selesai. Adapun saran yang ingin diberikan kepada pihak Jurusan Arsitektur Binus University yaitu: 1. Memberikan gambaran penulisan paper Tugas Akhir sebaik-baiknya dan sejelas-jelasnya sehingga mahasiswa tidak melakukan kesalahan dalam proses penulisan.
2.
3.
Mengadakan pertemuan antar Dosen Pembimbing dan Pengurus Tugas Akhir perihal menyatukan pemikiran mengenai Tugas Akhir ini, karena perbedaan pendapat Dosen-Dosen Pembimbing membuat mahasiswa-mahasiswi kebingungan. Mengadakan pertemuan bersama, misalnya beberapa minggu sekali untuk menyampaikan informasi terbaru.
DAFTAR PUSTAKA Buku: Burl E. Dishongh, Pokok-pokok teknologi Struktur untuk Kontruksi dan arsitektur, penerbit Erlangga, 2004. Jurnal: Chao-Hsien Liaw and Yao-Lung Tsai, 2004, Optimum Storage Volume of Rooftop Rain Water Harvesting System for Domestic Use, Journal of the American Water Resources Association; Aug 2004; 40, 4; Proquest Agriculture Journals pg. 901. Sharpe, William E. and Swistock, Bryan., 2008, Household Water Conservation, College of Agricultural Sciences, Agricultural Research and Cooperative Extension College of Agricultural Sciences, The Pennsylvania State University. Thomas, Terry, tanpa tahun, Rainwater Harvesting: Practical Action, School of Engineering, University of Warwick, Coventry CV4 7AL, UK. Peraturan Daerah: Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 60/PRT/m/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Umum Bertingkat Tinggi. http://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/sick-building-syndrome.html http://www.epanel.co.id/peredam-panas/panel-dinding-atap-peredam-panas/ http://www.engineeringtoolbox.com/thermal-conductivity-d_429.html http://www.engineeringtoolbox.com/insulation-temperatures-d_922.html http://data.go.id/dataset/suhu-udara-menurut-bulan-dki-jakarta/resource/1ca247ca-6d92-467cae13-ff3f35baad6c
RIWAYAT HIDUP Miladini Prastiwi lahir di Tangerang pada tanggal 16 Mei 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Bina Nusantara University dalam bidang Arsitektur pada tahun 2014/2015.