PEMBERDAYAANEKONOMIMASYARA KAT MELALUI PROGRAM GADUHAN SAPI PERAH DI KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA
TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung
Oleh JOKO PURNOMO NIM : 24006045
Program Magister Studi Pembangunan Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2008
PEMBERDAYAANEKONOMIMASYARA KAT MELALUI PROGRAM GADUHAN SAPI PERAH DI KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA
Oleh
JOKO PURNOMO NIM : 24006045
Program Magister Studi Pembangunan Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung
Menyetujui Pembimbing
Tanggal, 5 Januari 2008
DR. Ir. lndra Budiman Syamwil, MSc. BEM
ABSTRAK PEMBERDAYAANEKONOMIMASYARAKAT MELALUI PROGRAM GADUHAN SAPI DI KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA Oleh JOKO PURNOMO NIM. 24006045 Program pemberdayaan masyarakat merupakan suatu langkah proaktif pemerintah dalam upaya mencegah atau mengurangi terjadinya kesenjangan dan ketidakmerataan terhadap hasil-hasil pembangunan. Upaya pemberdayaan melalui Program Gaduhan Sapi di Kecamatan Argomulyo Salatiga bertujuan untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan nilai tambah lahan melalui diversifikasi matapencaharian petani, serta adanya potensi pengembangan sektor peternakan di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program gaduhan sapi dalam meningkatkan ekonomi masyarakat perdesaan di Kecamatan Argomulyo Salatiga. Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, pengumpulan data primer dengan wawancara mendalam dan survey langsung ke lokasi penelitian. Penelitian menunjukkan bahwa berkembangnya usaha peternakan sapi perah mampu meningkatkan kegiatan ekonomi di masyarakat perdesaan dan telah mengalami diversifikasi dan terintegrasi antara agribisnis hulu dan hilir. Selanjutnya, penelitian terhadap individu petani menunjukkan bahwa keberhasilan petani dalam mengelola sapi gaduhan ditentukan oleh motivasi petani penggaduh, yang dipengaruhi oleh keyakinan terhadap pemasaran produk mereka. Pemberdayaan ekonomi masyarakat belum optimal karena pengelolaan usaha peternakan oleh masyarakat masih bersifat tradisional dan belum menunjukkan sebagai sebuah usaha yang efisien. Kata kunci : Pemberdayaan, Petani, Peternakan.
ABSTRACT THE EMPOWERMENT OF COMMUNITY'S ECONOMY BY MEANS Of RAISE SOMEONE'S COWS FOR SHARE IN THE PRODUCT PROGRAM (Program Gaduhan Sapi) IN ARGOMULYO SUBDISTRICT SALATIGA MUNICIPALITY By JOKO PURNOMO NIM: 24006045 The program of community's empowerment is one of the government initiative to minimalize the discrepancy and the social imbalance toward the development products. The effort of the program for community empowerment by means of raise someone's cows for a share in the product has intends to lessen problems unemployment and increase of farm added value through diversification of farmer's livelihood, also the potensial area for dairy farming activities. This research intends to know the influence of this program toward the increase of rural economy in Argomulyo, Salatiga. This research methode uses the qualitative research with the case study by means of assembling the primer data, by deeply interview and directly survey to the research location. The research indicates that the development of dairy cow venture able to increase the economical activities in the rural people, and has experienced diversification and integrated between upstream agribusiness and downstream agribusiness. Hereinafter, research to farmer individual indicates that the succes of the farmer in dairy farming depends on the motivation of the farmer, what influenced by confidence to their product marketing. The empowerment of community's economics has not optimal because they still uses the traditional management and it have not become the efficient business yet. Key words : Empowerment, farmer, animal husbandry
ii
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS
Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti HaKI yang berlaku di lnstitut Teknologi Bandung.
Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi
kutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbemya.
Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Direktur Program Pascasarjana lnstitut Teknologi Bandung.
Ill
KATAPENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul "Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Program Gaduhan Sapi Perah di Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga".
Tesis ini disusun untuk memenuhi
syarat kelulusan pada Program Studi Pembangunan Pasca Sarjana lnstitut Teknologi Bandung. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada semua pihak
yang telah
membantu
penulis dalam
menyelesaikan penyusunan tesis ini, antara lain: 1. Kepala Pusbindiklatren Bappenas yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Pascasarjana pada Program Studi Pembangunan lnstitut Teknologi Bandung; 2. Bapak Dr. lr. lndra Budiman Syamwil, MSc. BEM atas kesabaran dan dedikasinya dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis; 3.
Seluruh Staf Pengajar dan Karyawan di Program Studi Pembangunan ITB yang telah banyak mendukung kelancaran studi penulis;
4. Responden (petani penggaduh), rekan-rekan pada Dinas Pertanian Salatiga, ternan-ternan SP 2006, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala kerjasama dan bantuannya baik moral maupun spiritual. Teristimewa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada istri dan anakanakku tercinta Azizatul Atsna, Faidhal Aslah dan Naufal Qolbu atas semua kesabaran, ketabahan dan keikhlasannya selama penulis tidak mendampingi kesehariannya ketika penulis menyelesaikan studi. Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari berbagai pihak tersebut mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, dan tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Bandung, Januari 2008 Penulis
iv
DAFTARISI Hal am an HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN ABSTRAK ................................................................................................... . ABSTRACT.................................................................................................. PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS........................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR lSI................................................................................................. DAFTAR TABEL......................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
ii iii iv v VII VIII
ix
PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang ... ........ .. .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... I.2. Identifikasi Permasaiahan ............................................................ I.3. Permasalahan Penelitian .............................................................. I.4. Tujuan Penelitian ......................................................................... I.5. Ruang Lingkup ............................................................................ I.6. Sistematika Penuiisan ..................................................................
I 2 4 5 5 5
METODOLOGI PENELITIAN 2.I. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 2.2. Pendekatan Studi ......................................................................... 2.3. Metode Penelitian ........................................................................
7 7 9
III. TINJAUAN PUSTAKA 3.I. Pemberdayaan Masyarakat .......................................................... 3.2. Konsep Pemberdayaan Masyarakat . .......................................... 3.3. Tujuan dan Manfaat Pemberdayaan ........................................... 3.4. Pendekatan-pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat......... 3.5. Mekanisme Pemberdayaan Masyarat Miskin ............................ 3.6. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan ........... 3.7. Agribisnis dan Kewirausahaan Masyarakat Perdesaan................
II I2 I4 I5 I7 I9 23
I.
II.
IV. KONDISI WILA YAH PENELITIAN 4.I. Kondisi geografis dan Batas Wilayah ......................................... 4.2. Kependudukan dan Perekonomian .............................................. 4.3. Potensi Wilayah dan Pelaksanaan Program Gaduhan Sapi Di Kecamatan Argomulyo ............... ............................................ V.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.I. Pemberdayaan Masyarakat di Kec. Argomulyo........................... 5.2. Gaduhan Sapi AltematifPemberdayaan di Kec. Argomulyo ...... 5.3. Pengaruh Program terhadap Peningkatan Kemampuan dan Kewirausahaan Petani ..................................................................
v
27 27 28
35 39 50
5.4. Peningkatan Penghasilan Petani di Perdesaan ............................. 5.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan Masyarakat Miskin (Petani Penggaduh) ............................................................
56
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan .................................................................................. 6.2. Saran.............................................................................................
69 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... LAMPIRAN ..................................................................................................
75 77
vi
55
DAFT ART ABEL Halaman
Tabel
IV. I Jumlah Sapi Perah Gaduhan di Kec. Argomulyo................................
33
V.I.
Rata-rata Produksi Susu Harian tiap Ekor Sapi ..................................
54
V.2.
Distribusi Responden Berdasarkan Umur...........................................
58
V.3.
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga .........
59
V.4.
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Yang Mencari Nafkah .........................................................................
60
V.5.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .....................
61
V.6.
Peningkatan Kemampuan dan Pengetahuan .......................................
62
V.7.
Peningkatan Penguasaan Teknologi....................................................
62
V.8.
Peningkatan Kemampuan Menabung .................................................
63
V.9.
Peningkatan Modal Usaha...................................................................
63
V.1 0. Peningkatan Interaksi, Rasa Kesetiakawanan dan Gotong Royong....
64
VII
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gam bar I. I.
Struktur Usaha Sapi Gaduhan di Kec. Argomulyo .............................
4
II. I.
Bagan Alur Pikir Penelitian ................................................................
9
III. I. Posisi Program Gaduhan Sapi dalam Pembangunan Masyarakat.......
12
Salah Satu Sudut Wilayah Kel. Kumpulrejo dan Potensi Hijauan Pakan Temak (Rumput Gajah)............................................................
29
V.I.
Struktur Usaha Pertanian Masyarakat di Kec. Argomulyo .................
37
V.2.
Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Program
57
IV.l
VIII
DAFT AR LAMPIRAN Hal am an
Lampi ran I.
Peta Wilayah Kota Salatiga.................................................................
77
2.
Kandungan Gizi Konsentrat untuk Berbagai Kategori Sapi ...............
78
3.
Transkrip Wawancara dengan Petani Penggaduh ...............................
79
4.
Jenis Sapi Perah yang diusahakan di Lokasi Penelitian......................
86
5.
Model Kandang Pemeliharaan Sapi Perah di Lokasi Penelitian .........
87
6.
Model Pemeliharaan Sapi Perah oleh Petani Penggaduh di Lokasi Penelitian.............................................................................................
87
7.
Rumput Gajah dan Hijauan lain Siap Diberikan untuk Pakan Ternak
88
8.
Singkong yang telah dicacah Sebagai Pakan Tambahan ....................
88
9.
Penanaman Rumput Gajah yang Difungsikan Sebagai Batas Tanah Pekarangan ............. ............................................................ .................
89
Penanaman Rum put Gajah disela-sela Tanaman Keras di Sekitar Rumah.................................................................................................
89
II.
Penanaman Rumput Gajah Bersama dengan Tanaman Kebun...........
90
12.
Penanaman Rumput Gajah di Lahan Miring untuk Mengurangi Erosi Tanah .........................................................................................
90
I 0.
13.
Kotoran Ternak yang telah Dikeringkan Siap Digunakan Untuk Pupuk Tanaman.............................................................................................. 91
14
Pengolahan Kotoran Ternak Menjadi Kompos Siap Dimanfaatkan Untuk Pupuk Organik .................................................
91
Pemanfaatan Pupuk Kandang yang telah Menjadi Kompos Sebagai Media Tanam di Polibag .....................................................................
92
KUD yang Membantu Pemasaran Susu Sapi Segar di Lokasi Penelitian.............................................................................................
93
15.
16.
ix
Bah I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Program Pemberian Bantuan Sapi (Gaduhan Sapi) oleh pemerintah merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat miskin yang ada di Kota Salatiga. Program ini ditujukan untuk meningkatkan kemandirian dan kewirausahaan (enterpreneursip) petani agar produktivitas petani meningkat yang diharapkan dapat meningkatkan pula kualitas hidup atau kesejahteraan keluarga petani petemak, khususnya petemak penggaduh.
Dalam program ini petani diberikan pinjaman caJon induk sapi sebagai
suatu investasi yang diharapakan dapat dipelihara dan dikembangkan menjadi salah satu usaha sambilan dari keluarga petani temak tersebut.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa di wilayah tersebut terdapat populasi sapi perah gaduhan yang paling banyak dibandingkan dengan wilayah kecamatan yang lain di wilayah Kota Salatiga. Kondisi alam yang kurang mendukung usaha pertanian didaerah ini menyebabkan petani yang sepenuhnya mengandalkan kehidupannya pada sektor pertanian mempunyai tingkat kesejahteraan yang rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Program Gaduhan Sapi dalam meningkatkan kemandirian dan kewirausahaan (entrepreneurship)
petani. Sasaran
yang hendak dicapai dari implementasi kajian ini adalah peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya petani di perdesaan pada wilayah Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga melalui pemanfaatan potensi daerah/lahan secara optimal. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan usaha mereka, baik dalam sektor pertanian maupun dalam sektor petemakan. Pengamatan juga dilakukan terhadap perkembangan usaha masyarakat sebagai dampak berkembangnya usaha petemakan sapi perah di wilayah terse but.
Penelitian dilakukan dengan observasi langsung di lokasi (site survey) serta melakukan wawancara dengan petani penggaduh untuk mengetahui perkembangan dan pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya program gaduhan sapi perah.
1.2. Identifikasi Permasalahan Kecamatan Argomulyo adalah satu diantara empat kecamatan yang ada di wilayah Kota Salatiga. Oibandingkan dengan wilayah kecamatan lain wilayah ini memiliki topografi yang kurang baik terutama untuk kegiatan pertanian tanaman pangan. Komoditas yang dapat diusahakan didaerah ini didominasi oleh komoditas singkong dan jagung yang memiliki nilai ekonomi yang kurang baik.
Kondisi inilah yang
menyebabkan timbulnya kemiskinan yang dialami oleh masyarakat petani di daerah tersebut.
Sebagian besar penduduk terutama kaum muda dan berpendidikan lebih
menggantungkan hidupnya padasektor non pertanian, mereka lebih memilih untuk bekerja di kota menjadi buruh industri, berdagang atau bekerja di sektor jasa lainnya.
Masyarakat petani miskin berusaha memperbaiki taraf hidupnya dengan berusaha pada bidang lain ketika pekerjaan di lahan mereka telah terselesaikan.
Mereka
bekerja sebagai buruh bangunan, buruh pasar, berdagang dan lain-lain, namun pada umumnya dari pekerjaan ini hanya dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan dasar hidup mereka.
Beberapa aspek yang dirasa kurang menguntungkan bagi
kehidupan masyarakat petani di Kecamatan Argomulyo antara lain:
- Pertama, secara ekonomi posisi masyarakat di wilayah ini berada dalam keadaan yang sangat tidak menguntungkan.
Hal itu terjadi karena
rendahnya tingkat produksi hasil pertanian disamping tidak adanya organisasi petani yang baik yang dapat meningkatkan posisi tawar
(bargaining position) petani. - Kedua, secara sosial kualitas sumberdaya manusia petani tidak begitu bagus, sebagian besar petani yang ada di wilayah ini berpendidikan setingkat SO atau bahkan tidak tamat SO serta tidak sekolah dan buta huruf.
- Ketiga, secara fisik alamiah sebagian besar lahan pertaniannya berupa tanah kering tanpa irigasi yang berakibat pada rendahnya produktivitas hasil
2
pertanian sehingga lebih bersifat subsisten.
Akibatnya sebagian besar
masyarakat dari golongan ini mencukupi kebutuhan hidupnya dengan bekerja pada sektor lain Oasa) di kota, baik sebagai buruh industri, buruh serabutan, berdagang dan lain-lain.
Diversifikasi usaha pertanian sangat diperlukan dalam memanfaatkan potensi alam serta dalam menyediakan peluang/kesempatan kerja bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.
Diversifikasi usaha pertanian yang berupa peternakan sapi perah
serta beberapa usaha lain yang menyertai usaha ini merupakan salah satu contoh upaya diversifikasi yang dilakukan oleh masyarakat.
Rendahnya tingkat pendapatan petani, khususnya di wilayah Kecamatan Argomulyo sebagai akibat dari kondisi lahan yang sebagian besar lahan kritis, mendorong Pemerintah Kota Salatiga melalui Dinas Pertanian Kota Salatiga berupaya semaksimal mungkin memberikan solusi untuk meningkatkan pendapatan petani tersebut. Usaha yang ditempuh adalah dengan memanfaatkan seoptimal mungkin potensi
yang
ada di
daerah,
program
yang
dilaksanakan
adalah
dengan
mengembangkan usaha peternakan yang dikelola oleh masyarakat dengan model gaduhan ternak sapi. Pada program ini masyarakat diberikan bantuan bergulir (gaduhan) sapi perah. Gaduhan adalah sistem bagi hasil di usaha pertanian atau peternakan, biasanya separuh atau sepertiga dari hasil menjadi bagian penggaduh 1
Pemberian gaduhan sapi kepada petani ditujukan agar petani memiliki modal dalam mengembangkan usaha lain untuk mengisi waktu luang petani sekaligus diharapkan dapat mendukung kegiatan petani disektor pertanian.
Gaduhan sapi diharapkan
mampu menjadi penggerak perekonomian perdesaan.
Berkembangnya usaha
peternakan sapi perah di perdesaan diharapkan dapat merangsang timbulnya usahausaha baru yang diciptakan oleh masyarakat seperti, adanya perdagangan susu, rumput atau limbah pertanian lainnya, perdagangan ternak, usaha pengolahan susu dan produk lain berbahan dasar susu, serta beberapa usaha lain yang mampu meningkatkan perkembangan perekonomian perdesaan.
Struktur pelaksanaan
Program Gaduhan Sapi di Kec. Argomulyo dapat dilihat pada gambar 1.1. berikut. 1
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2002
3
Gambar 1.1. Struktur Usaha Sapi Gaduhan di Kec. Argomulyo Salatiga.
Pendapatan Keluarga Petani
l'll~t--------------,
Penggaduh
I Harp ......
I - Pedagang susu segar - Pengolab susu - Pengepul - KUD
- RT. Konsumen
.__________..
/
.----...!--~_,
Produk Petemakan (Susu)
'
._________,~,
Program Gaduban Sapi
~
Populasi Sapi
........
T. . . . Kerja
J/ Keluarga Petani Penggadub Sapi
Produktivitas Ternak
S..ber Daya Ala• -~n•pld
- LaiiM
..........,..
.u............. y•
1.3. Permasalahan Penelitian Permasalahan yang akan dikaj i dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Program Pemberian Bantuan Bergulir (Gaduhan) Temak Sapi dalam meningkatkan kemandirian dan kewirausahaan (entrepreneurship) masyarakat miskin, khususnya
4
petani ternak? Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat disusun beberapa sub permasalahan sebagai berikut: I. Dapatkah program gaduhan sapi
tnt
merangsang berkembangnya ekonomi
masyarakat petani di perdesaan? 2. Mengapa ada petani penggaduh yang berhasil dan tidak berhasil, faktor apa saja yang mempengaruhi? 3. Bagaimana strategi
yang harus diterapkan
agar program
tnt
dapat
berkelanjutan
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui Pengaruh Program Pemberian Bantuan Bergulir Ternak Sapi (Gaduhan Sapi) dalam meningkatkan Kemandirian dan Kewirausahaan (entrepreneurship) Petani Ternak sebagai Penggaduh.
Sasaran yang hendak dicapai dari implementasi kajian ini adalah peningkatan pemberdayaan masyarakat, khususnya petani ternak perdesaan di Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga melalui pemanfaatan potensi daerah/lahan secara optimal dengan tidak mengesampingkan kelestarian sumberdaya tersebut.
1.5. Ruang Lingkup Studi tentang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Program Gaduhan Sapi Perah di Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga dibatasi pada pengaruh pelaksanaan Program ini terhadap peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat khususnya keluarga petani penggaduh di wilayah Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Temuan atas studi ini mungkin tidak berlaku pada kasus lain yang berbeda lokasi, sarana dan prasarana, kondisi daerah serta kondisi keluarga petani penggaduh itu sendiri.
1.6. Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan dalam penyusunan tesis ini mengikuti alur sebagai berikut:
5
Bab I
Bab ini memaparkan Latar belakang penelitian, ldentifikasi masalah, Masalah penelitian, Tujuan penelitian
Bab II
Bab ini memaparkan metode penelitian yang mendasari dilakukannya penelitian ini.
Bab Ill
Bab ini memaparkan kerangka kerja konseptual yang menjadi dasar dan rujukan dalam melakukan analisis dan pembahasan permasalahanpermasalahan penelitian
Bab IV
Bab ini memaparkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kondisi pelaksanaan program gaduhan sapi di lokasi penelitian.
Bab V
Bab ini akan memaparkan analisis dan pembahasan dari implementasi program pemberian bantuan sapi (gaduhan sapi) sebagai upaya meningkatkan kemandirian dan kewirausahaan petani penggaduh.
Bab VI
Bab ini merupakan kesimpulan dari basil analisis dan pembahasan serta saran-saran demi keberlanjutan program.
6
Bab II Metodologi Penelitian 11.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tentang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Program Gaduhan Sapi di Kecamatan Argomulyo Kota Salaliga, dilaksanakan pada bulan Juli- Agustus 2007.
Penelitian tersebut dilakukan terhadap pihak-pihak yang terlibat langsung
terutama petani penggaduh yang menjadi sasaran program.
Penelitian dilakukan di wilayah Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga yang meliputi Kelurahan Noborejo, Kumpulrejo, Randu Acir, Cebongan, Ledok dan Tegalrejo. Penelitian difokuskan pada peningkatan ekonomi pada petani penggaduh yang menjadi sasaran utama program.
Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada
pertimbangan bahwa di wilayah tersebut terdapat populasi sapi perah gaduhan yang paling banyak dibandingkan dengan wilayah kecamatan yang lain di wilayah Kota Salatiga.
11.2. Pendekatan Studi Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yang digunakan adalah deskriptif eksploratif dengan menggunakan informasi-informasi yang menggambarkan keadaan aktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan gejala-gejala atau hubungan yang terjadi antar fenomena yang diteliti.
Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan alur pikir sebagaimana hagan alur penelitian berikut (Gam bar 11.1 ). Dari hagan terse but dapat dilihat bahwa konsep pengelolaan sumber daya pertanian khususnya peternakan disesuaikan dengan potensi yang ada dan berbasis pada masyarakat, artinya bahwa pengelolaan sumber daya alam yang
ada
adalah
untuk
membangkitkan
perekonomian
masyarakat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di daerah yang bersangkutan.
guna
Gambar II. I. Bagan Alur Pikir Penelitian
Kemlsklun
Potensl Sumber Daya Alam
Pemberdayaan Masyarakat
Latar Be/akang
Permasalahan
ldentlflknl terhadap Pertembangan Perekonomlan dl Masyarakat
Sapi gaduban sebagai investasi dalam menciptakan usaba sambilan, yang dlbarapkan mampu meningkatkan pengbasilan keluarga petani
.; .i
ll
Berkembangnya usaba peternakan sapi perah di masyarakat dibarapkan mampu merangsang berkembangnya usaba-usaba lain sebagai efek positif sekaligus penciptaan lapangan kerja
8
Ana/isis dan Kesimpu/an
Meningkatkan nilai ekonomi dari komoditas lokal khususnya basil-basil pertanlan seperti, singkong, rumput, limbah pertanian lain yang diolab untuk pakan ternak
Studi ini didasarkan pada bentuk-bentuk pengelolaan Sumber Daya Alam (sumber daya pertanian) oleh masyarakat yang dilakukan secara tradisional atau yang sering kita sebut dengan Community Based Management, melalui studi pustaka maupun dari sumber-sumber lainnya. Selanjutnya hasil analisis tentang bentuk-bentuk pengelolaan tersebut digabungkan dengan aspek-aspek pendukung lainnya seperti aspek ekonomi, kesehatan, hukum maupun aspek perundang-undangannya.
11.3. Metode Penelitian Dalam rangka penyusunan konsep pengelolaan sumber daya pertanian khususnya peternakan yang berbasis pada masyarakat, pengumpulan data dilakukan dengan studi komprehensif terhadap bahan-bahan pustaka, seperti buku-buku (text book), jurnal, laporan penelitian, peraturan-peraturan pemerintah, hukum dan perundang-undangan serta sumber-sumber lainnya. Penelitian juga dilakukan dengan teknik "Peninjauan Lokasi Studi" (site survey) dalam rangka pengumpulan data biofisik, ekonomi dan sosial budaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode "studi kasus (case
study)" di Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Studi kasus digunakan karena memiliki beberapa keuntungan antara lain•: •
Studi kasus sangat berguna untuk mengetahui informasi Jatar belakang permasalahan, yang bermanfaat untuk perencanaan penelitian yang lebih besar. Studi ini dapat digunakan untuk mempelajari variabel-variabel penting serta proses dan interaksi antar variabel yang terjadi dalam sebuah fenomena.
•
Data yang diperoleh memberikan contoh-contoh yang berguna untuk ilustrasi mengenai penemuan-penemuan yang digeneralisasikan secara statistik.
Sedangkan untuk komponen biofisik dan SDA pengumpulan data dilakukan secara visual (Visual Survey) serta berdasarkan data-data yang telah ada pada instansi terkait (BPS, Dinas Pertanian maupun Kelurahan Setempat). Sedangkan untuk aspek ekonomi, sosial dan budaya, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik "wawancara mendalam (in-depth interviews) terhadap petani penggaduh sebagai obyek penelitian disamping tokoh masyarakat, Kelompok Tani maupun dari Petugas Pemerintah yang terkait. 1
Suryabrata, Sumadi, Metodolo!{i Penelitian,Ra,ia Grafindo Persada, 1995
9
Pengumpulan data kualitatif atas dampak nyata suatu program dilakukan melalui pengamatan langsung aktivitas-aktivitas program dan wawancara mendalam 1 • Wawancara secara langsung dilakukan dengan responden petani Penggaduh Sapi dari Pemerintah yang berasal dari sumber dana APBD I Propinsi Jawa Tengah. Survey di lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di
Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga.
Survey dan wawancara langsung dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2007. Pengamatan dilakukan pada proses pemerahan, penjualan susu, termasuk pengamatan Iangsung ke KUD Rukun yang bergerak dalam bidang usaha persusuan serta peninjauan ke lahan tempat penanaman rumput. Survey juga dilakukan ke lnstansi Pemerintah yang terkait yang bertujuan untuk memperoleh informasi dan data-data mengenai pelaksanaan program Gaduhan Sapi.
Data yang telah terkumpul, baik yang berasal dari studi pustaka (Literature survey) maupun yang berasal dari survey lokasi (site survey) selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif.
Analisis ekonomi dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan manfaat program gaduhan sapi terhadap pendapatan keluarga petani penggaduh.
Analisis ini juga
dilakukan untuk melihat diversifikasi usaha yang dilakukan oleh masyarakat yang mampu
menggerakkan
perekonomian
masyarakat
sebagai
berkembangnya usaha peternakan sapi perah di lokasi penelitian.
•Patton, Michael Quinn, Metode Evaluasi Kualitalif, Pustaka Pelajar, 2006
10
pengaruh
positip
Bah III Tinjauan Pustaka 111.1. Pemberdayaan Masyarakat
Konsep pemberdayaan (empowerment) lebih bersifat bottom up, yang berbasis kepentingan riil masyarakat. Pemberdayaan menjadi wacana yang cukup meluas di masyarakat ketika kebijakan pembangunan kurang memberikan manfaat yang adil dan merata bagi seluruh warga masyarakat, khususnya warga masyarakat miskin.
Pembangunan masyarakat perdesaan dapat dirurnuskan menjadi tiga tugas utama, yakni pertumbuhan ekonomi, perawatan masyarakat, dan pengembangan manusia. Fungsi pertumbuhan ekonomi mengacu pada bagaimana melakukan wirausaha guna memperoleh pendapatan finansial yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Fungsi perawatan masyarakat ditujukan untuk melindung masyarakat dari berbagai ancaman, sakit, bencana alam, kelaparan dll. Pengembangan manusia mengarah pada peningkatan kompetensi sumber daya manusia yang menjamin tersedianya angkatan kerja berkualitas yang dapat mendukung kegiatan pembangunan. Secara umum hubungan dari ketiga fungsi terse but dapat kita lihat pada hagan berikut (gambar 111.1 ) 1 •
Ilustrasi
tersebut
variabel/fungsi
menggambarkan
penyusunnya.
eratnya
Pertumbuhan
hubungan ekonomi
diantara
ketiga
diperlukan
untuk
menjalankan perawatan masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia. Namun demikian fungsi perawatan masyarakat dan pengembangan manusia juga memiliki posisi yang penting dalam konteks pembangunan masyarakat. Kedua fungsi tersebut diperlukan guna mendukung pertumbuhan ekonomi sehingga dapat berjalan secara berkelanjutan. Fungsi Gaduhan sapi dalam struktur ini berperan dalam membantu masyarakat khususnya petani miskin dalam menyediakan aset investasi untuk memulai usaha tambahan bagi keluarga petani. Suharto, Edi., Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat; Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Reftka Aditama, 2005 1
Program gaduhan sapi juga dapat dijadikan sarana transfer teknologi kepada Transfer teknologi terjadi karena dalam program tersebut tidak
masyarakat.
hanya diberikan modal temak, akan tetapi pemerintah juga menyediakan tenaga/teknisi pendampingan baik dalam teknis pemeliharaan maupun dalam menejemen usaha tennasuk dalam pemasaran produk.
Petani dapat belajar
budidaya dan berusaha secara langsung yang berdampak pada peningkatan penghasilan keluarga. Gambar 111.1. Posisi Program Gaduhan Sapi dalam Pembangunan Masyarakat
I
~
Pertumbuhan Ekonomi Pasar/distribusi
# Pengembangan Manusia (Pendidikan)
...
...
Perawatan Masyarakat (Kesebatan dan Kesejahteraan
111.2. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. 12
Dalam
kerangka pikiran tersebut, maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah penciptaan iklim yang memungkinkan masyarakat dapat berkembang. Dasar pemikiran ini adalah bahwa masyarakat pada dasarnya memiliki potensi yang dapat dikembangkan, ini mengandung makna bahwa penduduk miskin tidak berarti tidak memiliki potensi sama sekali. Oleh karena itu pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun daya yang dimiliki dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki oleh masyarakat miskin serta berupaya untuk mengembangkannya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses perubahan struktur yang harus muncul dari masyarakat, dilakukan oleh masyarakat dan hasilnya ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat adalah pembangunan ekonomi rakyat yang berpusat pada upaya mendorong percepatan perubahan struktur ekonomi rakyat sehingga memperkuat kedudukan dan perannya dalam perekonomian nasional.
Konsep pemberdayaan masyarakat ini
menyangkut masalah penguasaan
teknologi, pemilikan modal, akses ke pasar dan kedalam sumber-sumber informasi, serta ketrampilan manajemen. Kunci dari proses perubahan struktur masyarakat
melalui
pemberdayaan
masyarakat
m1
adalah
peningkatan
kemampuan masyarakat, penguasaan teknologi, dan pemupukan modal yang muncul dari dalam sendiri, yakni dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk dinikmati oleh masyarakat. Dalam pemberdayaan masyarakat tidak dapat digunakan pendekatan pembangunan yang tidak mempertimbangkan nilai-nilai dan aspirasi yang dimiliki oleh masyarakat, karena hal ini hanya akan melahirkan ketergantungan masyarakat pada pemerintah.
Pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi 1 , yaitu: 1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Hal ini bertitik tolak oada oengenalan bahwa 1 Kartasasmita, Ginanjar, Pemberdayaan Masyarakat; Konsep Pembangunan yang Berakar pada Masvarakat, Bappenas. 1996
13
setiap
manusm,
setiap
masyarakat,
memiliki
yag
potensi
dapat
dikembangkan. Artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya karena
kalau
demikian maka masyarakat akan
punah tentunya.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya tersebut, dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. 2. Memperkuat
potensi
atau
daya
yang
dimiliki
oleh
masyarakat
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif,
selain hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) serta pembukaan akses kedalam berbagai peluang (oppurtunies)
yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. 3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
111.3. Tujuan dan Manfaat Pemberdayaan Masyarakat
Pendekatan
pemberdayaan
masyarakat
bertujuan
untuk
meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam mengembangkan perikehidupan mereka. Secara langsung pendekatan ini bertujuan untuk': 1. Meningkatkan
kapasitas
masyarakat
dalam
menemukenali
dan
memprakarsai kegiatan untuk memecahkan permasalahan yang mereka Simanjuntak, TMS., Corporate Forum for Community Development & Community Development Circle, Duafa Republika, 2003 1
14
hadapi dengan menggunakan sumberdaya (modal, keahlian, pengetahuan, keuangan) mereka sendiri dengan cara yang berkelanjutan 2. Meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap kesinambungan kegiatan dan program pembangunan mereka sendiri 3. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menilai sumber daya yang bisa mendukung kegiatan -kegiatan mereka
Pendekatan
pemberdayaan
masyarakat
akan
meningkatkan
kemampuan
masyarakat untuk menemukenali masalah dan kebutuhan mereka, mencari solusi dan merancang kegiatan yang tepat dalam mengatasi masalah dan kebutuhan mereka. Pendekatan ini akan mempererat hubungan antar anggota masyarakat dan masyarakat lain serta lembaga-lembaga pendukung.
Ada beberapa manfaat signifikan yang dapat diidentifikasi bagi lembaga pelaksana
pendekatan
pemberdayaan
masyarakat
mt.
Mengembangkan/membangun pemberdayaan masyarakat akan meningkatkan efektivitas penggunaan sumber daya pembangunan.
Pendekatan ini akan
meningkatkan relevansi dan kesinambungan program pembangunan kepada masyarakat lokal dengan meningkatkan rasa tanggung jawab dan ikut memiliki dari masyarakat .
111.4. Pendekatan-pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat miskin di perdesaan pada umumnya kesulitan untuk melakukan proses pemberdayaan sendiri tanpa bantuan orang lain, banyak diantara masyarakat miskin menganggap kemiskinan yang dialaminya sebagai suatu takdir yang harus dijalani. Harus ada seseorang atau institusi yang menggerakkan atau memicu kemajuan bagi mereka. Dalam proses pemberdayaan masyarakat miskin, pemerintah baik pusat maupun daerah menggerakkan proses pemberdayaan ini
15
hanya pada tahap awal dan partisipasi masyarakat secara langsung yang akan menentukan proses pemberdayaan itu sendiri.
Berbagai input yang disediakan oleh pemerintah bagi masyarakat miskin dalam konteks pemberdayaan masyarakat seperti dana, sarana dan prasarana yang dialokasikan kepada masyarakat harus ditempatkan sebagai rangsangan untuk memacu percepatan kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Proses ini diarahkan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat (capacity building) melalui pemupukan modal yang bersumber dari surplus yang dihasilkan dan pada gilirannya dapat menciptakan pendapatan yang dinikmati oleh rakyat.
Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan 1 • ~
Pertama proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya.
~
Kedua
menekankan
pada
proses
menstimulasi,
mendorong
atau
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan masyarakat ini adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan obyek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi masyarakat merupakan subyek dari upaya pembangunan sendiri. Berdasarkan konsep ini maka konsep pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut: 1. Upaya itu harus terarah (targetted). Ini yang secara populer disebut pemihakan. Ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan dengan
1 Prijono, Onny S. dan AMW. Pranarka, Pemberdayaan Konsep Kebijakan dan lmplementasi, Centre for Strategic and International Studies, 1996
16
program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuat kebutuhannya. 2. Program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan diberdayakan mempunyai beberapa tujuan, yakni supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus mengingatkan kemampuan
masyarakat dengan pengalaman dalam
melaksanakan,
mengelola
dan
merancang,
mempertanggungjawabkan
upaya
peningkatan diri dan ekonominya. 3. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas kalau penanganannya dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok dalam bentuk usaha bersama merupakan pendekatan yang paling tepat dalam pengembangan ekonomi rakyat
Melalui pendekatan kelompok ini
interaksi diantara masyarakat dapat ditingkatkan, kepercayaan diri untuk melaksanakan ide-ide baru meningkat, serta kesetiakawanan dan kegotongroyongan dapat dibangun dan dikembangkan.
111.5. Mekanisme Pemberdayaan Masyarakat Miskin
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakat yang bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat hams melibatkan segenap potensi yang ada dalam masyarakat. Beberapa aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemberdayaan antara lain: 1. Peran Pemerintah Proses pemberdayaan masyarakat miskin mensyaratkan adanya perubahan sikap dari kalangan pemerintahan. Aparat pemerintah hendaknya dapat
17
menjadi motivatordari masyarakat miskin untuk bangkit dan keluar dari jerat kemiskinan yang melilitnya. 2. Organisasi-organisasi Kemasyarakatan Organisasi kemasyarakatan baik nasional maupun lokal dan juga lembaga swadaya masyarakat (LSM) dapat berfungsi sebagai mitra pemerintah dan partner masyarakat dalam pelaksanaan program pemberdayaan di lapangan 3. Lembaga masyarakat yang tum huh dari dalam masyarakat Lembaga bentukan dari masyarakat sendiri atau sering disebut dengan local community organization yang bersifat formal seperti kelompok tani,
LKMD, karang taruna merupakan wadah yang cukup baik bagi perkembangan dan pelaksanaan program pemberdayaan tersebut. 4. Koperasi Koperasi merupakan wadah ekonomi rakyat yang secara khusus dinyatakan dalam konstitusi sebagai bangunan usaha yang sesuai dengan demokrasi ekonomi Indonesia. Koperasi merupakan wahana yang efektif bagi upaya pemberdayaan masyarakat, dengan membangun usaha modern dengan dasar-dasar kekeluargaan dan kegotongroyongan. 5. Pendampingan Penduduk miskin pada umumnya mempunyai keterbatasan dalam mengembangkan dirinya. Oleh karena itu diperlukan adanya pendamping guna membimbing masyarakat miskin dalam upaya memperbaiki kesejahteraannya. Pendamping bertugas menyertai proses pembentukan dan
penyelenggaraan
kelompok
masyarakat
sebagai
fasilitator,
komunikator maupun dinamisator. 6. Keikutsertaan masyarakat Pemberdayaan masyarakat dapat lebih optimal jika teijadi keterkaitan dalam kemitraan usaha diantara yang telah mampu dengan yang masih
18
tertinggal terutama melalui penyediaan modal usaha untuk pengembangan usaha penduduk miskin.
Pemberdayaan masyarakat tidak dapat terlepas dari peran atau partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Tanpa partisipasi masyarakat niscaya tidak akan diperoleh kemajuan yang berarti, partisipasi masyarakat inilah yang diharapkan mampu merangsang proses kemandirian masyarakat. Hal ini terjadi karena dengan berpartisipasi berarti masyarakat ikut aktif mempengaruhi arah dan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan dan tidak hanya menerima proyek begitu saja.
Adanya gagasan bahwa partisipasi masyarakat mampu merefleksikan kemandirian bukanlah tanpa alasan, dengan adanya partisipasi, masyarakat menjadi berdaya dalam arti meningkatkan posisi mereka.
Awalnya mereka hanya sebagai
penerima manfaat tetapi dengan berpartisipasi masyarakat menjadi pihak yang ikut serta (terlibat) dalam proses pembangunan. Hal ini sangat diperlukan karena pemberdayaan merupakan proses yang berkesinambungan, dimana masyarakat bekerja secara terns menerus, sistimatik dan kolektif untuk menemukenali masalah di lingkungan mereka. Selanjutnya masyarakat dapat mengakses sumber daya yang tersedia yang mampu mendukung kegiatan mereka.
Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah siklus, proses partisipatif dimana anggota masyarakat bekerjasama dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam mencapai tujuan bersama.
111.6. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan
Prinsip pembangunan pada dasamya sama di setiap negara, akan tetapi kadar dan prestasi pembangunan itu sendiri berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat yang bersangkutan. Pembangunan juga sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi fisik dan non fisik dari negara yang
19
bersangkutan sehingga akselerasi (percepatan) pembangunan di tiap-tiap negara tidak sama.
Masyarakat berdasarkan tingkat pencapa1an dalam pembangunan digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Masyarakat yang masih tradisional 2. Masyarakat yang bersifat peralihan (transitional) 3. Masyarakat maju Masyarakat dilokasi penelitian dapat digolongkan kedalam masyarakat peralihan. Kaum tua biasanya sangat tradisional dengan mata pencaharian sebagai petani ladang, sedangkan kaum muda lebih bersifat urban is (cenderung mencari pekerjaan di kota). Kaum muda dengan pendidikan yang lebih baik cenderung menghindari pekerjaan pada sektor pertanian (on farm). Kaum muda lebih memilih bekerja pada sektor non pertanian yang dianggap lebih terhormat dan lebih mempunyai masa depan. Kondisi ini tidak dapat kita pungkiri karena pada kenyataannya usaha disektor pertanian sangat rentan pada permainan pihak-pihak pemilik modal seperti pedagang dan tengkulak, sehingga usaha tani menjadi usaha yang paling memprihatinkan.
Keberhasilan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dapat terlihat dari kondisi ekonomi dan aktivitas ekonomi yang ada di daerah yang bersangkutan. Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa bidang ekonomi merupakan bidang yang paling dominan dalam proses pembangunan masyarakat dan bangsa, meskipun ini bukan satu-satunya bidang pembangunan yang ada.
Pembangunan dan Pemberdayaan masyarakat desa akan selalu menjadi perhatian dan seharusnya menjadi pusat kegiatan pembangunan, kondisi ini sangat beralasan karena 1 :
1
Usman, Sunyoto, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka Pelajar Ofset, 2006.
20
Pertama: Perkembangan kota dalam dua dasawarsa terakhir maju dengan pesatnya, akan tetapi perlu diingat bahwa secara umum wilayah negara Indonesia adalah didominasi oleh daerah-daerah pedesaan. Di beberapa daerah perdesaan memang terjadi kemajuan yang cukup pesat oleh karena adanya kegiatan industrialisasi dan urbanisasi akan tetapi ini tidak akan menghilangkan ciri perdesaan tersebut. Kedua : Pemerintah orde baru telah mencanangkan berbagai program kebijakan pembangunan perdesaan dengan masuknya inovasi teknologi modem di perdesaan, akan tetapi secara umum kondisi sosial ekonomi desa pada kenyataannya masih sangat memprihatinkan. Kemiskinan dan kesenjangan masih menjadi masalah besar diwilayah perdesaan.
Kegiatan pembangunan seharusnya diarahkan untuk merubah kehidupan masyarakat miskin ini agar lebih berdaya dengan memanfaatkan segala potensi yang ada padanya. Perencanaan dan implementasi pembangunan seharusnya berisi usaha untuk memberdayakan mereka, sehingga mereka dapat mempunyai akses pada sumber-sumber ekonomi.
Tantangan dalam mengatasi kemiskinan dan kesenjangan yang sebenamya adalah terletak di perdesaan. Industrialisasi dan urbanisasi dengan segala dimensinya temyata tidak mampu memecahkan permasalahan kemiskinan di perdesaan. Akses masyarakat perdesaan pada sumber-sumber ekonomi sampai kini masih memprihatinkan. Usaha memberdayakan masyarakat perdesaan serta usaha mengurangi kemiskinan dan kesenjangan di daerah perdesaan masih harus menjadi agenda penting dalam kegiatan pembangunan.
Usaha memberdayakan masyarakat perdesaan serta penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan menjadi fenomena yang semakin kompleks. Pembangunan perdesaan dalam perkembangannya tidak semata-mata terbatas pada peningkatan produksi pertanian. Pembangunan perdesaan juga tidak hanya mencakup
21
implementasi program peningkatan kesejahteraan sosial melalui distribusi uang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan dasar, akan tetapi lebih mencakup pada pemenuhan berbagai macam kebutuhan sehingga segenap anggota masyarakat dapat mandiri, percaya diri, dan tidak bergantung pada belenggu struktural yang menjerat mereka dalam kemiskinan.
Program gaduhan sapi yang diluncurkan oleh pemerintah adalah salah satu upaya untuk menjawab beberapa tantangan diatas. Program gaduhan sapi dilaksanakan dengan tujuan: 1. Memberikan peluang kepada masyarakat petani miskin untuk dapat menguasai atau mendekatkan kepada akses modal, tehnologi, informasi, dan pasar 2. Mengurangi jumlah pengangguran, baik pengangguran mutlak/absolut maupun semi pengangguran (disguised unemployment).
Terdapat 32%
tenaga ketja nasional yang ada di sektor pertanian berstatus disguised
unemployment
atau
setengah
menganggur 1•
Kondisi
inilah
yang
menyebabkan produkstivitas tenaga ketja di sektor pertanian menjadi sangat rendah atau hanya sekitar 23% dari produktivitas tenaga ketja di sektor industri. 3. Memanfaatkan potensi alam. Program gaduhan sapi diluncurkan dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumberdaya manusia. Daerah Kumpulrejo yang berada pada lereng dan perbukitan dengan kondisi lahan yang miring dengan suhu udara yang sejuk memiliki potensi hijauan pakan temak yang cukup tinggi, baik pada musim kemarau dan musim penghujan. Pemanfaatan yang masih rendah membuat nilai ekonomi sumberdaya ini menjadi sangat rendah. Kondisi inilah yang mendorong pemerintah untuk meluncurkan program ini sebagai pilot projek diversifikasi usaha di sektor pertanian. 1 Nuhung, Iskandar Andi, Bedah Terapi Pertanian Nasional; Peran Strategis dan Revitalisasi, Buana Ilmu Populer, 2006.
22
4. Penyediaan alternatif sumber makanan dalam rangka mendukung ketahanan pangan di daerah tersebut. 5. Mendorong tingkat kemandirian petani dalam mengembangkan potensi masyarakat.
III. 7. Agribisnis dan Kewirausahaan Masyarakat Perdesaan
Sistem agribisnis mengandung pengertian sebagai rangkaian kegiatan beberapa subsistem yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Subsistem-subsistem
tersebut adalah subsistem faktor input pertanian, subsistem produksi pertanian, subsistem pengolahan hasil pertanian, subsistem pemasaran baik untuk faktor produksi, hasil produksi maupun hasil olahannya dan subsistem kelembagaan penunJang. Sistem agribisnis sebenarnya terdiri dari lima bentuk kegiatan, yaitu: 1 Kegiatam pertanian budidaya sebagai kegiatan utama 2
Pengadaan sarana produksi pertanian
3
Agroindustri pengolahan
4
Pemasaran
5 Jasa-jasa penunjang Kegiatan pertanian budidaya dimasukkan sebagai kegiatan usaha tani (on farm), sedagkan pengadaan sarana produksi, agroindustri pengolahan, pemasaran dan jasa-jasa penunjang dikelompokka kedalam kegiatan luar usaha tani (off farm). Pembangunan pertanian di Indonesia telah dilakukan secara intensive sejak orde baru berkuasa, akan tetapi pembangunan yang telah begitu lama tidak juga mengubah tingkat ekonomi dan kesejahteraan petani. Kondisi petani sampai sekarang tetap memprihatinkan, mereka tetap berada pada golongan masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah. 1 Nuhung, Iskandar Andi, Bedah Terapi Pertanian Nasional; Peran Strategis dan Revitalisasi, Buana Ilmu Populer, 2006. 2 Saragih, Bungaran, Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian; Kumpu/an Pemilciran, Mulia Persada Indonesia dan Surveyor Indonesia, 1998
23
Kebutuhan basil pertanian tidak akan pemah berhenti sepanJang peradaban manusia masih ada. konsumsi
Kebutuhan itu akan cenderung meningkat, baik untuk
lansung masyarakat, industri makanan, minuman, obat-obatan,
kosmetik, dan bahan bakar merupakan suatu peluang dan tantangan pembangunan pertanian ke depan. Sebagai negara agraris Indonesia harus dapat mengambil dan berkontribusi secara signifikan untuk meraih peluang-peluang tersebut'.
Secara absolut tingkat kesejahteraan petani sebenamya telah mengalami perubahan/perbaikan, namun secara relatif kenaikan itu memang tidak berarti karena laju pertumbuhan/peningkatan pendapatan masyarakat selain petani (off farm) jauh lebih cepat dari laju pertumbuhan pendapatan petani secara
keseluruhan (petani dan petemak)2. Rendahnya laju pertumbuhan pendapatan petani disebabkan karena masyarakat petani hanya menguasai kegiatan subsektor budidaya yang mengutamakan produksi, dimana pada subsektor ini hanya memberikan nilai tambah paling kecil diantara subsektor-subsektor lain di bidang pertanian.
Dalam sistem agribisnis, nilai tambah terbesar berada pada subsistem agribisnis hulu dan hilir. Agribisnis hulu misalnya industri pupuk, pakan, benih dan termasuk sistem perdagangannya, sedangkan pada subsistem agribisnis hilir misalnya
industri-industri
pengolahan
basil
pertanian
dengan
sistem
perdagangannya. Agribisnis budidaya pertanian mempunyai nilai tambah paling kecil, sehingga mereka yang menguasai agribisnis budidaya pertanian akan memperoleh pendapatan yang relatif paling kecil juga. Sementara itu mereka yang menguasai subsistem hulu dan hilir (pengusaha dan pedagang) menerima pendapatan yang jauh lebih tinggi daripada pendapatan yang diterima petani.
Posisi pertanian rakyat yang berada pada kegiatan yang memberikan nilai tambah kecil diperparah oleh posisinya yang teijepit karena harus menghadapi kekuatan monopoli dipasar usaha tani baik di hulu maupun di hilir.
24
Akibatnya harga
komoditas yang dihasilkan petani relatif rendah, sementara itu harga-harga sarana prasarana produksi yang harus dibayar petani semakin mahal. Hal ini jelas akan mengurangi peluang petani untuk memperoleh keuntungan lebih. Pemberdayaan ekonomi masyarakat petani dilakukan dengan
melakukan
diversifikasi usaha di bidang pertanian. Dalam konteks agribisnis maka strategi yang harus diterapkan oleh petani adalah dengan melihat pasar dan potensi alam yang dapat dikembangkan. Petani seharusnya lebih jeli dengan melihat peluang pasar dan tidak terkungkung dengan memaksakan menanam padi, singkong ataupun jagung. Petani dapat memilih komoditas yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi, misalnya dengan mengembangkan temak dan menjadikan ladang atau lahannya untuk ditanami rurnput hila komoditas temak tersebut mempunyai peluang pasar yang baik.
Pemberdayaan petani pada prinsipnya adalah untuk mengarahkan petani agar mampu merebut pasar dan mampu merebut nilai tambah yang ada pada agribisnis hilir, sekaligus mampu memperkuat usahanya. Mengingat petani kita sebagian besar adalah petani gurem maka secara individu tentu tidak akan mampu merebut nilai tambah produk dengan menguasai agribisnis hilir, oleh sebab itu perlu dibentuk adanya ketjasama dari sekelompok petani atau organisasi bisnis petani. Organisasi bisnis petani dapat berupa kelompok tani maupun koperasi, fungsi organisasi ini tidak semata-mata bergerak dalam budidaya, tetapi yang terpenting adalah untuk menguasai kegiatan agribisnis hulu (misalnya industri pakan dan benih) dan juga agribisnis hilir (pemasaran beras, temak, pemotongan temak, dll). Penguasaan bisnis hulu dan hilir oleh koperasi yang dimilik petani sendiri akan menghindarkan adanya permainan harga (paradoks produksi) disamping memberikan kepastian kepada petani menampung semua hasil pertanian yang dihasilkan 1• Saragih, Bungaran, Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian; Kumpulan Pemikiran, Mulia Persada Indonesia dan Surveyor Indonesia, 1998. 1
25
Apabila kondisi diatas dapat dicapai maka nilai tambah yang ada pada agribisnis hulu dan hilir akan dapat direbut oleh masyarakat petani melalui koperasinya. Selain itu dengan adanya pabrik pakan dan benih maupun sarana lainnya yang telah dimiliki oleh petani/koperasi, maka harga yang dibayarkan untuk keperluan tersebut dapat ditekan seminimal mungkin sehingga dapat dihindari adanya harga monopoli seperti yang berlaku sekarang ini. Demikian pula di sektor hilir, dengan adanya industri pengolah hasil pertanian maka petani tidak khawatir lagi adanya permainan harga maupun dalam penanganan pasca panen hasil pertanian mereka. Kondisi ini membuat masyarakat petani dapat meningkatkan usahanya sekaligus dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
26
Bab IV Kondisi Wilayah Penelitian IV.l. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Kecamatan Argomulyo merupakan salah satu wilayah di Kota Salatiga yang berada pada daerah bergelombang, dimana sebagian wilayahnya berupa ladang atau daerah pertanian kering tanpa irigasi teknis. Potensi pengembangan peternakan cukup baik karena hijauan pakan ternak atau rumput dapat tumbuh dengan baik
sepanjang tahun. Hasil kebun dan juga limbah dari kegiatan
pertanian tegal ini juga cukup banyak yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti berbagai jenis dedaunan, kulit dan batang jagung, singkong dll. Tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat di daerah ini umumnya cukup rendah dibanding dengan wilayah lain di Salatiga. Pertimbangan-pertimbangan itulah yang menjadikan alasan dikeluarkannya kebijakan pemerintah yang berupa program gaduhan sapi bagi masyarakat khususnya petani miskin di wilayah ini.
IV.2. Kependudukan dan Perekonomian Jumlah penduduk di Kecamatan Argomulyo tercatat sebanyak 10.493 Kepala Keluarga (KK). Dari seluruh jumlah penduduk di wilayah ini, jumlah penduduk yang bekerja pada pertanian sebanyak 6.543 jiwa atau 17,5%.
Ditinjau dari
tingkat pendidikan, penduduk kecamatan argomulyo terdiri dari: 8.526 orang yang tamat Sekolah Dasar dan 10.135 orang adalah tidak tamat, bel urn tamat Sekolah Dasar dan tidak sekolah. 6.491 orang tamat SMP, 5.956 orang tamat setingkat SMA, 1.917 orang tamat Akademi/Diploma dan sarjana1•
Kondisi sosial masyarakat Argomulyo yang menyangkut sikap dan pandangan hidup tercermin dalam kehidupan sehari-hari dengan ciri khas sederhana, jujur/polos, serta tingkat loyalitas pada pimpinan terutama tokoh masyarakat dan aparat pemerintaha tinggi. Kebersamaan diantara masyarakat tercermin dari
1
Monografi Kecamatan Argomulyo, 2007
sikap gotong royong dan bersatu terutama dalam forum-forum desa, seperti rembug desa maupun dalam paguyuban dan kelompok tani. Masyarakat yang berprofesi sebagai petani sebagian besar hidup dengan tingkat kesejahteraan yang relatif rendah. Ini karena komoditas yang mereka hasilkan tidak mempunyai nilai ekonomi yang bagus, serta keterbatasan mereka dalam pengetahuan dan wawasan agribisnis membuat mereka sulit untuk melakukan pengembangan dan diversifikasi usaha pertanian mereka. Melalui kelompok tani inilah petani dapat mengembangkan wawasan, dan kemampuan penguasaan teknologi terhadap usaha pertanian yang berorientasi pasar.
Meningkatnya permintaan pasar akan produk-produk temak seperti, telur, daging dan susu, serta adanya dukungan alam yang cocok membuat masyarakat tertarik untuk mengembangkan usaha temak untuk menambah penghasilan atau tabungan bagi keluarga mereka. Berbagai jenis temak mampu berkembang dengan baik di seluruh wilayah ini. Kondisi udara yang sejuk didukung dengan ketersediaan hijauan pakan temak yang melimpah sepanjang tahun membuat sektor ini berkembang cukup pesat. Potensi alam ini sudah mulai dimanfaatkan oleh penduduk setempat dengan mengembangkan temak yang dikoordinasikan melalui kelompok tani yang ada.
IV.3. Potensi Wilayah dan Pelaksanaan Program Gaduhan Sapi di Kec. Argomulyo
Wilayah Kecamatan Argomulyo secara umum sangat cocok untuk pengembangan usaha petemakan, kususnya temak sapi dan kambing/domba. Kondisi cuaca yang tidak begitu panas didukung dengan ketersediaan hijauan pakan temak yang melimpah sepanjang tahun membuat usaha petemakan sangat cocok untuk dikembangkan di Wilayah ini. Potensi wilayah yang belum sepenuhnya tergarap dengan baik ini mendorong pemerintah untuk memanfaatkannya dengan mengembangkan usaha petemakan khususnya temak sapi. Pemerintah melalui
28
Dinas Pertanian Kota Salatiga mengalokasikan dana pembangunannya untuk pengembangan usaha peternakan di wilayah ini. Gaduhan sapi menjadi program utama dari Dinas Pertanian di Wilayah ini. Untuk kelancaran pelaksanaan program serta keberhasilan masyarakat dalam mengembangkan ternak Dinas Pertanian secara intensive juga memberikan bimbingan dan penyuluhan melalui petugas-petugasnya, yaitu Petugas Pertanian Kecamatan Bidang Peternakan dan juga Penyuluh Pertanian yang ditempatkan di tiap-tiap kecamatan.
Pembinaan yang dilakukan oleh petugas dari Dinas Pertanian ini dilakukan baik secara perorangan ataupun melalui Kelompok Tani yang ada di wilayah tersebut. Selain pembinaan teknis, pemerintah juga menyediakan pelayanan inseminasi buatan, maupun klinik hewan yang dapat dilayani melalui petugas-petugas di kecamatan tersebut. Usaha peternakan khususnya sapi perah ini juga didukung oleh adanya koperasi yang bergerak di bidang persusuan yang ada di daerah tersebut. Adanya koperasi ini turut membantu berkembangnya usaha peternakan di wilayah ini. Masyarakat dengan mudah dapat memasarkan produknya melalui koperasi tersebut, meskipun banyak pula masyarakat yang menjual produknya ke pedagang yang ada di desanya masing-masing.
Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat, pembangunan pertanian mutlak diperlukan karena bidang pertanian adalah salah satu sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan disektor inilah paling banyak kemiskinan terjadi.
Diversifikasi usaha pertanian perlu dilakukan dengan memanfaatkan seoptimal mungkin
potensi
daerah.
Diversifikasi
diperlukan
untuk
meningkatkan
pendapatan petani dan membuka lapangan kerja yang baru, diversifikasi ini diharapkan juga dapat meningkatkan ratio pendapatan tenaga kerja pertanian terhadap tenaga kerja sektor non pertanian.
29
Pada umumnya masyarakat di wilayah ini telah memiliki tanah atau ladang yang di dapat dari warisan orang tuannya. Namun kondisi daerah yang berupa perbukitan menyebabkan lahan garapan mereka sulit dimanfaatkan seoptimal mungkin. Komoditas seperti jagung, kacang kedelai hanya dapat ditanam pada waktu musim penghujan, sedangkan pada waktu musim kemarau hanya rumput gajah dan singkong yang masih dapat tumbuh dengan baik. Akan tetapi nilai ekonomi singkong dan rumput yang rendah, terutama di musim hujan, membuat masyarakat petani di wilayah ini masih mengalami keterpurukan ekonomi. Potensi hijauan temak di daerah ini memang cukup tinggi di setiap musim, baik kemarau maupun penghujan.
Gambar IV.l. Salah satu sudut Kelurahan Kumpulrejo dengan hijaunya rumput gajah sebagai salah satu potensi pengembangan temak Temak sapi adalah salah satu bentuk altematif diversifikasi pertanian di wilayah ini. Bagi masyarakat dengan modal yang cukup tentunya ini merupakan peluang usaha yang cukup baik, tetapi bagi masyarakat rniskin tentunya sangat susah untuk memanfaatkan kesempatan tersebut. Masyarakat dari kalangan ekonomi bawah pada awalnya memanfaatkan potensi ladang dan hijauan temak mereka dengan menjualnya dalam bentuk rumput segar. Pada musim kemarau hijauan
30
dari rumput gajab cukup banyak konsumennya, akan tetapi pada mus1m penghujan rumput tersebut susab untuk dijual. Banyak dari masyarakat miskin menyikapi kondisi ini dengan memelihara temak dari famili atau tetangga mereka dengan sistem gaduh. Dengan menggaduh temak dari tetangga dan famili, mereka mendapatkan bagian 50% dari basil temak tersebut. Sistem inilab yang merupakan embrio dari Program Gaduhan Sapi di Kota Salatiga khususnya dan Jawa Tengab pada umumnya.
Kondisi diatas merupakan sebagian alasan dikeluarkannya kebijakan Gaduhan Sapi bagi masyarakat petani di Kota Salatiga. Program ini difokuskan di Kecamatan Argomulyo dengan pertimbangan: •
Potensi Hijauan pakan temak yang tinggi
•
Pertanian tidak begitu berkembang karena kondisi laban yang tidak ada pengairan dan 43% laban pertanian berupa tegalan, 55% pekarangan (laban pertanian sekitar rumab tinggal), dan hanya 1,8% yang berupa sawab tadab hujan. Kondisi wilayab miring/bergelombang yang berada di lereng perbukitan dengan suhu udara sejuk.
•
Pekerjaan masyarakat 48% adalab petani dan buruh tani, 23% adalab buruh serabutan, 29% lainnya adalab buruh industri, PNS, pedagang dll.
•
Tingkat pendidikan yang rata-rata rendab. Ini ditandai dengan adanya penduduk yang buta huruf sebesar 12%, Tidak tamat SD 26%, tamat SD 41%, dan sisanya adalab lulusan SMP keatas.
Dari pengakuan beberapa tokoh masyarakat di desa ini, ada beberapa hal yang mendorong mereka untuk mengusabakan sapi perab, antara lain: 1. Petemakan sapi perab merupakan lapangan usaba altematif yang sesuai dengan potensi sumber daya alam desa ini yang mampu memberikan keuntungan lebih dibanding dengan usaba pertanian lainnya. 31
2. Resiko kegagalan usaba petemakan sapi perab relatif kecil, dan hasilnya dapat dipungut setiap harinya. 3. Usaba petemakan sapi
perab tidak memerlukan laban yang luas
sebagaimana usaba pertanian lain yang berbasiskan tanaman. 4. Penyediaan laban untuk menanam rumput di desa ini tidak menjadi masalab, karena pada dasamya mereka memiliki laban untuk penyediaan rumput, baik sewaktu musim penghujan maupun pada musim kemarau. 5. Bertanam rumput relatif lebih mudab dan murab dan resiko kegagalannya sangat kecil 6. Pemasaran produk baik susu maupun penjualan sapi turunan cukup mudab dan harga nominalnya yang tidak pemab menurun. 7. Usaba petemakan sapi perab dapat digunakan sebagai usaba sambilan karena mereka masih dapat mengetjakan kegiatan pertanian mereka sebagaimana biasa.
Gaduhan adalab pola penyebaran temak Pemerintab baik bibit maupun kereman kepada petemak penggaduh yang pengembaliannya berupa temak dengan sistem begulir sesuai dengan ketentuan. Temak pemerintab yang digaduhkan untuk program ini adalab temak sapi kereman, sapi bibit dan sapi perab 1 •
Di Kecamatan Argomulyo temak pemerintab yang dijadikan komoditas untuk gaduhan sapi
mayoritas adalab temak sapi perab, hal ini disesuaikan dengan
potensi daerab dan juga kemampuan dari petemak penggaduh, disamping adanya peluang pasar untuk komoditas susu sapi segar di daerab ini. Adanya pabrik pengolaban susu segar di Kecamatan Getasan Kab Semarang yang berbatasan dengan wilayab ini, dan juga permintaan susu segar di daerab pemukiman (kota) menjadikan pertimbangan pemerintab setempat untuk memilih sapi perab ini.
1
SK Gubemur Jawa Tengah No. 1 Tahun 2004
32
Disamping itu tingkat ekonomi masyarakat yang rata-rata rendah dengan pekeijaan pokok rata-rata sebagai petani ladang sangat cocok dengan komoditas sapi perah. Tehnik pemeliharaan sapi perah relatif lebih mudah diadopsi oleh masyarakat pada umumnya, karena masyarakat rata-rata telah memiliki ketrampilan dalam memelihara sapi lokal. Dari sisi ekonomi sapi perah ini dapat memberikan hasil harian ketika telah berproduksi sehingga memberikan peluang bagi masyarakat untuk mendapat tambahan hasil harian (uang belanja harian).
Bagi masyarakat Argomulyo, adanya gaduhan sapi dari pemerintah memberikan peluang bagi masyarakat miskin untuk dapat memiliki akses investasi/modal. lnduk sapi perah yang mereka peroleh merupakan modal usaha sambilan yang tidak menutup kemungkinan untuk dijadikan sebagai pekeijaan pokok dengan hasil yang lebih baik. Usaha tambahan ini diharapkan mampu memberikan tambahan penghasilan bagi keluarga petani, yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut. Secara umum masyarakat menyambut baik program ini, dan menurut mereka adanya gaduhan sapi ini sangat membantu perekonomian mereka.
Dari gambaran kehidupan masyarakat di daerah tersebut menunjukkan bahwa: 1. Masyarakat di daerah ini sebenarnya memiliki kemauan besar untuk melepaskan diri mereka dari kemiskinan dan berupaya untuk melakukan diversifikasi usaha, meskipun banyak kendala yang mereka hadapi 2. Peternakan sapi perah di wilayah ini sudah dianggap sebagai usaha tani yang progresif, karena mampu meningkatkan pendapatan keluarga petani yang diharapkan mampu pula memperbaiki tingkat kesejahteraannya
Program gaduhan sapi perah di Kecamatan Argomulyo mulai dilaksanakan pada tahun 1994. Pada awal pelaksanaan program ternak yang digaduhkan masih sangat terbatas yaitu 3 ekor dan mulai tahun 1999 ternak yang digaduhkan mulai
33
diperbanyak, meskipun belum dapat memenuhi permintaan masyarakat petani calon penggaduh. Populasi sapi gaduhan di wilayah Kecamatan Argomulyo dapat dilihat pada tabel IV.1 berikut:
Tabel IV. I. Jumlah Sapi Perah Gaduhan di Kecamatan Argomulyo
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14.
Tahun
Jumlah Sapi (ekor)
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
3 3 8
3 10
10 17 13 22 29 37 30 14
Jumlah 199 Sumber: Dinas Pertaman Kota Salatiga yang diolah kembali
34
Bab V Analisis dan Pembahasan V.l. Pemberdayaan Masyarakat di Kec. Argomulyo
Kita ketabui bersama babwa tingkat kehidupan petani, terutama petani gurem maupun petani penggarap atau buruh tani pada umumnya hidup dalam jeratan kemiskinan dan serba keterbatasan.
Kemampuan mereka untuk memenuhi
kebutuhan dasar minimal kehidupan sehari-hari sangat terbatas. Kondisi petani yang ada di Kec. Argomulyo Kota Salatiga tidak terlepas dari kondisi yang demikian. Kondisi laban yang ada di lereng perbukitan dan tanpa adanya irigasi teknis membuat laban mereka sangat sulit untuk dikelola. Hanya komoditaskomoditas tertentu saja, seperti singkong dan jagung yang dapat mereka budidayakan, yang pada kenyataannya tidak mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Wilayab Kecamatan Argomulyo dengan luas 1.721 Ha dan jumlab petani 6.543 orang, baik petani pemilik maupun buruh tani. Dari luas itu wilayah ini hanya memiliki areal persawaban 32 Ha atau hanya sebesar 1,9% saja yang dapat ditanami padi. Selebihnya adalab laban pekarangan dan ladang yang hanya mengandalkan musim hujan untuk dapat mengolahnya. Melihat kondisi tersebut dapatlab kita membayangkan betapa beratnya kehidupan petani di daerab tersebut. Program gaduhan sapi di wilayab tersebutnya diharapkan mampu memberikan rangsangan bagi masyarakat sebagai bentuk diversifikasi usaba tani itu sendiri. Disamping itu dengan berkembangnya usaba temak sapi perab di daerab tersebut diharapkan dapat memicu berkembangnya agroindustri di daerab terse but.
Program gaduhan sapi pada awalnya adalab program langsung dari atas (top down).
Masyarakat hanya menerima sebagai bentuk bantuan, meskipun ada
kewajiban untuk menggulirkan bantuan tersebut.
Seiring dengan perjalanan
waktu dan melihat keberhasilan dari beberapa masyarakat penggaduh terdabulu temyata masyarakat cukup berminat, sehingga program gaduhan sapi ini tidak
semata-mata kemauan dari pemerintah tetapi berdasarkan permintaan juga dari masyarakat.
Saat ini temak sapi telah menjadi bagian dari perekonomian
masyarakat didaerah tersebut dan terbukti mampu menggairahkan usaha lain atau bangkitnya agroindustri dari rumah tangga petani di daerah tersebut.
Sumber-sumber pertumbuhan yang cukup potensial perlu dimanfaatkan untuk memacu tingkat pertumbuhan yang pada gilirannya akan memperbaiki nasib pelaku usaha pertanian (petani) itu sendiri. Pengembangan usaha petemakan sapi perah yang dirangsang dengan adanya gaduhan sapi dari pemerintgah merupakan salah satu bentuk diversifikasi usaha pertanian dengan memanfaatkan seoptimal mungkin potensi sumberdaya alam dan manusia.
Usaha ini ditujukan untuk
mengurangi terjadinya kesenjangan terutama dalam tingkat kesejahteraan antar golongan masyarakat, terutama di daerah-daerah perdesaan dimana terdapat banyak masyarakat yang berpendapatan rendah atau sangat rendah (miskin).
Sumber kemiskinan antara lain adalah karena adanya bias dalam kebijakan yang sering memberatkan masyarakat bawah terutama petani.
Penduduk miskin
terutama petani kecil dan buruh tani tidak mampu lagi mempertahankan produktivitas sumberdaya alam yang dikuasainya.
Pemberdayaan masyarakat
diluncurkan untuk mengatasi permasalahan ini dengan cara mencoba kembali dan mengupayakan kembali penduduk yang sudah tidak berdaya ini untuk menjadi berdaya kembali. Usaha-usaha yang dilakukan adalah dengan menata kembali pranata usaha dan mencoba kepada terobosan dengan cara usaha yang lebih produktif dan lebih bemilai ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya alam yang dipunyai. Hal inilah sebenamya yang menjadi tujuan dari pemberdayaan masyarakat melalui program gaduhan sapi yang ada di Kota Salatiga.
Masyarakat perdesaan di wilayah ini sebenamya memiliki potensi yang dapat dikembangkan, laban yang rata-rata mereka punyai, pengalaman bertemak dan bertani yang didapat dari pendahulunya merupakan bekal yang baik. Kelemahan
36
yang
ada
adalah
masyarakat
miskin
sendiri
kurang
percaya
dengan
kemampuannya serta perlu adanya rangsangan dan contoh agar bergerak aktif untuk memberdayakan diri dan potensi yang dipunyainya.
Masyarakat
cenderung berusaha secara konvensional seperti yang mereka dapat dari pendahulunya.
Pertanian ladang dengan komoditas jagung dan singkong yang mempunyai nilai ekonomi
rendah membuat masyarakat di daerah ini terns berkutat dalam
kesulitan ekonomi. Pada sisi lain potensi hijauan pakan temak (potensi agribisnis sapi perah) dengan komoditas susu yang bemilai ekonomi tinggi hanya dinikmati oleh sekelompok orang. Secara umum struktur usaha pertanian masyarakat di Kecamatan Argomulyo dapat digambarkan seperti gambar V.l berikut.
Pengembangan usaha agribisnis berskala kecil dan rumah tangga sangat penting dan strategis dalam upayanya mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan. Pada tahun 1998 ada 32 juta usaha kecil dimana 90% dari usaha tersebut adalah usaha rumah tangga yang bergerak disektor pertanian terbukti dapat bertahan dari krisis ekonomi. Jumlah tersebut apabila disertakan dengan keluarganya maka jumlah pengusaha kecil dengan anggota rumah tangganya bisa mencapai 80% dari penduduk Indonesia.
Dapat dibayangkan bagaimana
besamya masyarakat yang sangat tergantung dengan usaha pada level ini. Berbagai masalah dan kendala hams dihadapi oleh usaha kecil ini, terutama yang ada di perdesaan, namun yang paling mendasar adalah lemahnya posisi tawar mereka. Akibatnya mereka kesulitan untuk mengembangkan usahanya dan tetap menjadi petani gurem dan subsisten.
37
Gambar V.I. Struktur Usaha Pertanian Masyarakat di Kec. Argomulyo:
- Buruh - Dagang
Pendapatan Keluarga
Masyarakat
Bertani
- Jagung - Singkong - Jahe - Kunyit -Kunir - Rumput - dll
w
00
I I
- Peningkatan Nilai Ekonomi Prod Pertanian - Pasar yang lebih bagus - Stabilitas harga lebih tetjamin
~ ~ I
...:
.....................................................
- Susu - Daging - Bibit Temak - Pupuk Kandang - Biogas, dll
Pasar/Kons urn en ·····························...
Konsumsi Sendiri
Nilai ekonomi masih rendah
V.2. Gaduhan Sapi Alternatif Pemberdayaan di Kec. Argomulyo
Pemberdayaan ekonomi rakyat yang berbasis pertanian (agribisnis) seharusnya menjadi fokus dari upaya perbaikan kesejahteraan petani.
Hal ini beralasan
karena sebagian besar rakyat Indonesia menggantungkan hidupnya pada kegiatan pertanian. Usaha pemberdayaan ekonomi rakyat khususnya petani di perdesaan harus didasarkan pada potensi masyarakat dan potensi sumber daya alam di wilayah yang bersangkutan.
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh
adalah: 1. Mempercepat tingkat kemajuan sektor ekonomi dimana sebagian besar masyarakat menggantungkan kehidupannya, yaitu sektor agribisnis 2. Memperbesar pangsa pasar atas komoditas lokal yang mampu meningkatkan manfaat ekonomi bagi rakyat setempat.
Gaduhan sapi perah diharapkan menjadi embrio dan investasi bagi masyarakat petani agar tumbuh dan berkembang menjadi sebuah usaha petemakan rakyat yang cukup besar di wilayah tersebut. Kebijakan pemilihan lokasi di Kecamatan Argomulyo didasarkan pada potensi sumber daya alam yang ada.
Usaha
petemakan sapi perah merupakan salah satu usaha dimana sebagian besar kegiatan berada pada petemakan rakyat, secara keseluruhan ditunjukkan bahwa tulang punggung penyediaan hasil temak (seperti daging dan susu) disuplai sepenuhnya oleh petemakan rakyat.
Satu-satunya kegiatan petemakan yang
dikuasai oleh petemak bersama koperasinya adalah agribisnis sapi perah yang tergabung dalam GKSI (Gabungan Koperasi Susu lndonesia) 1 •
Berdasarkan tingkat komersialisasinya usaha petemakan yang dikembangkan oleh masyarakat yang dikembangkan dari sapi gaduhan dapat digolongkan menjadi tiga pola usaha, yaitu: 1. Usaha sampingan 1 Saragih, Bungaran, Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian; Kumpulan Pemikiran, Mulia Persada Indonesia dan Surveyor Indonesia, 1998
39
2. Tabungan 3. Usaha Pokok
Pada pola usaha sampingan dan tabungan disebabkan karena usaha pemeliharaan sapi dapat dilakukan secara terintegrasi dengan usaha pokok mereka yaitu bertani.
Usaha ini dilaksanakan oleh seluruh anggota keluarga dengan
memanfaatkan waktu luang serta memanfaatkan produk pertanian sampingan yang berupa limbah hasil panen, rumput/gulma, juga rumput gajah/rumput unggul yang ditanam dengan memanfaatkan tanah kosong dilahan dan sekitar rumah/pekarangan mereka.
Usaha pemeliharaan temak ini mereka anggap
sebagai tabungan karena hampir setiap tahun temak ini beranak, dan anak inilah yang mereka anggap sebagai tabungan. Pada pola usaha tabungan ini produk susu harian yang dihasilkan biasanya masih cukup rendah dan hanya cukup digunakan untuk biaya pakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sap1 dara jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan sapi dewasa atau pedet.
Kondisi ini menggambarkan
bahwa terdapat kecenderungan masyarakat untuk menjual sapi dara daripada pedet maupun induk produktif.
Hal ini dapat dimengerti karena masyarakat
menganggap bahwa sapi dara merupakan tabungan yang dapat dijual sewaktuwaktu, hila menjumpai kebutuhan yang mendesak dengan tingkat kebutuhan uang yang cukup besar. Misalnya: kebutuhan untuk biaya sekolah, membangun rumah, membeli kendaraan (sepeda motor), menikahkan anak, serta kebutuhankebutuhan keluarga lainnya. Kondisi semacam ini membuat usaha mereka tidak cepat berkembang, karena tidak teljadi penambahan volume usaha (jumlah sapi). Mereka tidak menyiapkan peremajaan bagi sapi-sapi mereka yang sekarang masih produktif. Sering dijumpai mereka menjual sapi dara untuk kepentingan kortsumtif yang akhimya membuat usahanya sulit maju/meningkat.
40
V.2.A. Usaha Petemakan di Kecamatan Argomulyo. Usaha petemakan yang ada di Kec. Argomulyo rata-rata adalah usaha sampingan. Sebagian besar masyarakat petani di daerah ini bergantung pada hasil pertanian ladang, karena tidak adanya irigasi di daerah ini. Kepemilikan temak rata-rata tiap keluarga adalah 2-3 ekor, Jenis sapi yang dipelihara adalah jenis FH (Fries Holland), meskipun ada juga yang mengembangkan sapi lokal yang mereka anggap sebagai tabungan. Rata-rata kepemilikan ini menunjukkan bahwa pola usaha yang dilakukan oleh masyarakat belum menunjukkan ciri-ciri usaha yang efisien dan masih bersifat tradisional, Usaha petemakan yang efisien, pemilikan temak minimal adalah 6 ekor sapi induk dengan perbandingan antara sapi produktif dan sapi non produktif adalahah 70 : 30 1 •
Pengelolaan usaha temak di wilayah ini tergolong masih sangat tradisional. Petani memelihara temak atau sapi perah ini sebagaimana memelihara sapi lokal pada umumnya.
Bahkan diantara mereka masih banyak yang memanfaatkan
tenaga sapi perah ini untuk menarik gerobak atau bajak di ladang mereka. Kondisi pemeliharaan inilah yang menyebabkan produktivitas sapi tidak sama dan cenderung rendah. Produksi susu di wilayah ini berfluktuasi dari 6 - 13 liter/hari per ekor sapi.
Petemak yang ada di wilayah kecamatan argomulyo pada umumnya telah menggunakan rumput unggul sebagai makanan pokok temaknya.
Rumput
unggul yang dimaksud adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum). Rumput gajah hila dibandingkan dengan rumput yang lain memiliki beberapa keunggulan antara lain: produktivitas lebih tinggi, yaitu 250 tonlha/tahun, pertumbuhan lebih cepat dan termasuk jenis rumput berkualitas sedang, yang memiliki kandungan protein kasar 5 - 10% dari bahan kering, energi antara 41 - 50% TON (Total Digestible Nutrient), kandungan kalsium berkisar 0,3%. Sebagai pembanding adalah rumput
gembala seperti
kolonjono
41
(Pannicum
maximum)
yang
produktivitasnya hanya sekitar 80 ton/ha/tahun, dan rumput lainnya yang potensi produktivitasnya rata-rata dibawah 100 ton/ha/tahun2 •
Sebagian besar lahan pertanian di Kecamatan Argomulyo berupa ladang kering di lereng-lereng bukit, rumput gajah cukup dikenal oleh sebagian besar petani. Rumput gajah ditanam petani sebagai makanan pokok temak disamping ditujukan sebagai penahan atau mengurangi erosi ketika hujan turun. Rumput gajah tidak hanya ditanam di ladang, tetapi juga ditanam di sekitar rumah tempat tinggal mereka. Rata-rata petani di wilayah ini telah mempunyai lahan untuk budidaya rumput. Kepemilikan lahan untuk rumput bervariasi dari 1000 sampai 3000 meter persegi.
Sebagian besar dari petani sebenamya menyadari bahwa pemberian makanan bergizi akan berpengaruh terhadap pembentukan sapi yang ideal dan produksi susu yang optimal. Susu yang dihasilkan akan menjadi maksimal dan kualitas susu yang dihasilkan juga menjadi lebih baik. Pemberian pakan tambahan pada umumnya tidak diberikan dengan alasan untuk memperkecil biaya pemeliharaan. Pandangan dan cara pemeliharaan ini menjadi salah satu sebab mengapa produktivitas temak yang mereka pelihara rata-rata rendah.
Rata-rata produksi susu harian berkisar 8-1 0 liter perhari dari 12-14 liter produksi optimal yang dapat dihasilkan dari jenis sapi FH seperti yang mereka pelihara. Hal ini dapat dimengerti karena kemampuan modal, pendidikan dan ketrampilan yang terbatas yang dimiliki oleh petani. Dari beberapa responden yang berhasil penulis temui didapatkan rata-rata produksi susu temak mereka sebagaimana tabel berikut:
Rustamadji, B., Prospek dan Strategi Pengembangan Sapi Perah Pasca krisis Moneter, 1990 Siregar, MS. Dan Soribasya, Sapi Perah, Jenis, Tehnik Pemeliharaan dan Analisa Usaha, Panebar Swadaya, 1995. 1
2
42
Tabel V.l Rata-Rata Produksi Susu Harian tiap Ekor Sapi No. 1.
2. 3. 4.
Rata-rata Produksi (Liter/hari/ekor) 6-8 8-10 10-12
12- 14
Jumlah Sumber: Data primer yang diolah kembali
Jumlah Responde~ I 6
23 4 2 35
Pakan tambahan berupa konsentrat, atau dikalangan peternak biasa disebut dengan makanan penguat dan juga pakan perangsang atau UMB (urea molase blok) sangat penting untuk kesehatan ternak. Makanan ini penting bagi ternak sapi perah yang harus memproduksi susu, karena bahan ini kaya akan gizi yang dapat difungsikan untuk memperkaya gizi pada makanan pokoknya yaitu rumput dan hijauan lainnya.
Pakan tambahan tidak hanya diberikan pada sapi yang
produktif saja, tetapi baik juga diberikan kepada sapi-sapi yang masih dalam masa pengeringan atau sapi dara yang belum berproduksi. Ini penting dilakukan agar sapi selalu dalam keadaan sehat dan tumbuh dengan baik. Standart pakan juga harus dibedakan atau disesuaikan denganjenis ternak yang dibudidayakan.
Berkembangnya usaha peternakan sapi perah memberikan tantangan tersendiri bagi masyarakat setempat.
Berkembangnya usaha ini berarti bertambahnya
populasi ternak sapi yang dipelihara, dengan bertambahnya populasi ternak maka diperlukan penambahan produksi hijauan rumput pakan ternak.
Disisi lain
kebutuhan hijauan pakan ternak yang tinggi harus diikuti oleh penambahan luas lahan penanaman rumput. Kondisi yang demikian menuntut adanya pemikiran dan tindakan yang bijak agar semuanya dapat berjalan secara seimbang sehingga keberlanjutan usaha ini dapat dipertahankan.
Keberhasilan usaha dalam sektor peternakan akan sangat tergantung pada ketersediaan pakan. Sekitar 60-70 persen biaya produksi adalah biaya pengadaan pakan, baik pakan pabrikan maupun pakan dari hijauan. Ketersediaan hijauan
43
temak diwilayah ini cukup banyak, akan tetapi seiring dengan perkembangan populasi temak tentunya ketersediaan hijauan ini akan mengalami kekurangan, terutama pada musim kemarau. Untuk mengatasi hal tersebut masyarakat petemak perlu menempuh cara agar ketersediaan hijauan ini tetap cukup. Langkah-langkah yang diambil adalah dengan metode pengawetan hijauan temak. Pengawetan dilakukan pada waktu musim penghujan dimana produksi hijauan pakan temak ini sangat tinggi dan berlebih.
Beberapa kelompok tani temak dengan dibimbing dari petugas lapangan telah mencoba melakukan proses beberapa metode pengawetan antara lain: 1. Silage yaitu hijauan pakan temak dalam keadaan segar yang diawetkan dengan cara menyimpannya kedalam tempat penyimpanan (silo) dalam kondisi anaerob.
2. Hay yaitu hijauan pakan temak yang masih segar dikeringkan dengan sinar matahari.
Beberapa langkah dalam memanfaatkan semaksimal mungkin hijauan pakan temak harus dilakukan apabila masyarakat menginginkan usaha yang digelutinya akan berkembang dan berkelanjutan. Selain hijauan pakan temak pemberian makanan konsentrat sebagai makanan penguat sangat diperlukan agar temak sapi yang dipelihara mampu berproduksi secara optimum.
Rendahnya tingkat produksi rata-rata dari temak yang dipelihara masyarakat di Kecamatan Argomulyo disebabkan karena pola pengelolaan yang masih sangat tradisional. Pakan yang diberikan mayoritas adalah hasil dari ladang mereka, rumput gajah, singkong, rumput liar, serta beberapa produk pertanian lainnya. Pemberian makanan penguat sangat jarang diberikan dengan alasan harga yang mahal, disisi lain masih dijumpai adanya sapi perah ini yang dipekerjakan, baik untuk membajak sawah maupun untuk menarik gerobak.
44
Pengelolaan temak yang masih tradisional dapat dilihat dari keberadaan kandang temak yang biasanya masih menyatu dengan dapur atau rumah tinggal mereka. Keberadaan kandang sebagai tempat pemeliharaan temak belum dibuatkan pada lokasi sendiri, hal ini karena petani masih menganggap temak ini sebagai usaha sampingan dan tabungan. Dari sisi kesehatan tentunya ini merupakan cara yang tidak baik (tidak sehat) akan tetapi karena adanya kemampuan finansial yang terbatas mereka terpaksa menggunakan sebagian dapur/rumah mereka untuk kandang temak, meskipun ada beberapa orang yang telah membuat kandang temak mereka terpisah dari rumah tinggalnya.
Sebagian besar masyarakat menyadari bahwa pemeliharaan temak yang menjadi satu dengan tempat tinggal mereka adalah tidak sehat.
Bau kotoran yang
menyengat dan juga sampah menyebabkan banyak nyamuk di tempat tinggal mereka, disamping itu kandang temak yang menyatu dengan rumah juga tidak baik bagi temak itu sendiri. Banyaknya orang yang melewati dan kontak langsung dengan hewan tersebut, disamping tingkat kegaduhan yang tinggi di dalam rumah sangat mengganggu temak. Hal ini juga berimbas dan menjadi alasan mengapa produksi susu rata-rata masih rendah. Dari hasil pengamatan di lapangan dapat diungkapkan bahwa: •
Kandang sangat sederhana , dinding setengah terbuka terbuat dari anyaman
bambu
(gedeg).
Ada
beberapa
petemak
yang
telah
menggunakan dinding dari tembok, Lantai kandang plesteran semen ada sebagian yang masih tanah biasa, tempat makanan terbuat dari bambu dan kayu/papan. •
Kandang umumnya berada di tengah-tengah pemukiman dan menyatu dengan rumah tempat tinggal.
•
Tempat penampungan kotoran berada di dekat kandang yang biasanya berada di belakang rumah
•
Saluran air dibuat seadanya
45
•
Bangunan kandang tidak selalu menghadap ke timur, tetapi hanya mengikuti arah rumah.
•
Rata-rata tidak memiliki tempat khusus untuk penyimpanan makanan atau perlengkapan lainnya.
Pola pengelolaan semacam ini mestinya dapat ditinggalkan, karena disamping tidak efisien pengelolaan yang sembarangan akan menyebabkan kualitas sapi menjadi rendah yang berakibat pada rendahnya produksi susu yang dihasilkan
V .2.8. Kelembagaan usaha Jumlah petani yang cukup besar dengan areal usaha termasuk kepemilikan temak yang kecil-kecil, lokasi domisili di perdesaan yang terpencar atau kadang-kadang terpencil tentu akan sangat sulit untuk melakukan pendekatan pembinaan, percepatan pembangunan sosial ekonomi, adopsi teknologi, aksestabilitas pada modal, teknologi, informasi dan pasar perlu dibangun kebersamaan diantara petani itu sendiri melalui pembentukan kelembagaan petani, mulai dari kelompok tani, kerjasama antar kelompok, sampai pembentukan unit usaha koperasi sebagai kelembagaan ekonomi petani.
Petemakan rakyat di wilayah Kecamatan Argomulyo umumnya kecil-lemah dan kebanyakan masih merupakan usaha sampingan.
Secara individu petemak-
petemak di wilayah ini sulit untuk merebut nilai tambah yang besar disektor agribisnis hulu dan hilir. Untuk mengatasinya perlu adanya organisasi bisnis bagi petemak-petemak kecil ini.
Petemak-petemak ini didorong untuk
membentuk organisasi bisnis yang berupa koperasi agribisnis. Koperasi ini harus dikelola oleh orang-orang yang profesional dan jujur, koperasi ini bergerak dalam kegiatan petemakan di sektor hulu dan hilir dimana terdapat nilai tambah yang besar, disamping dapat juga mendukung perkembangan usaha anggotanya. Koperasi tidak bergerak dalam budidaya karena pada bagian ini sepenuhnya telah dikuasai petemak. Koperasi agribisnis mengembangkan unit-unit usaha di sektor 46
hulu seperti, industri pakan temak, distribusi bibit dan obat, sedangkan di sektor hilir seperti, perdagangan pedet (anak sapi), industri pengolah susu, daging maupun tempat pemotongan temak.
Apabila kondisi seperti diatas dapat dicapai maka nilai tambah yang cukup besar pada agribisnis hulu dan hilir tentunya akan dapat direbut dan dinikmati oleh petemak-petemak rakyat tersebut melalui koperasi agribisnisnya. Industri pakan yang dikelola oleh koperasi milik masyarakat juga dapat menghindarkan adanya monopoli harga pakan sehingga tidak merugikan masyarakat petemak.
Di wilayah Kecamatan Argomulyo sebenamya telah ada koperasi persusuan, namun keberadaanya tidak mampu menolong petemak kecil, hal ini disebabkan karena koperasi yang ada selama ini masih terbatas pada usaha penampungan hasil produk. Peran utamanya bam menyalurkan dan menampung hasil produksi serta penyaluran sarana produksi. Jadi keberadaan koperasi masih merupakan kepanjangan tangan dari pengusaha-pengusaha yang bergerak pada agribisnis hulu dan hilir, sehingga yang mendapat keuntungan besar tetap pada pihak pengusaha.
V.2.C. Keberlanjutan Usaha Temak sapi Usaha temak jenis apapun penguasaan pakan sangat menentukan keberhasilan dan keberlanjutan usaha ini. Penguasaan pakan dapat meliputi ketersediaan lahan hijauan pakan temak, pola tanam, teknologi budidaya, teknologi pengawetan termasuk dalam memproduksi pakan yang berupa produk pakan industri seperti konsentrat juga vitamin dan mineral. Masyarakat yang berusaha dalam bidang petemakan menyadari kondisi ini, selama ini mereka sangat tergantung dengan harga pakan pabrikan. Ketika harga pakan terjaga/stabil mereka bisa mengambil keuntungan akan tetapi ketika harga pakan labil dan biasanya cenderung naik tidak terkontrol membuat petemak merugi.
47
Petemakan rakyat biasanya gagal mengembangkan kegiatan bisnisnya ke agribisnis hulu dan hilir.
Secara individu, petemakan rakyat yang umumnya
kecil-kecil tentu tidak akan mampu untuk membangun industri pakan maupun industri pengolahan hasil temak.
Petemakan rakyat sulit mengembangkan
usahanya bila mereka berjalan sendiri-sendiri, akan tetapi petemakan rakyat secara bersama-sama dapat membentuk organisasi bisnisnya sehingga mampu menguasai agribisnis hulu maupun hilir.
Kondisi petemakan rakyat yang demikian tidak saJa karena kesalahan masyarakat/petani temak akan tetapi juga merupakan kegagalan pemerintah, pemerintah gagal mengembangkan organisasi bisnis masyarakat sehingga banyak pengusaha swasta yang berhasil memanfaatkan kondisi tersebut. Banyak perusahaan yang mengambil peluang tersebut dengan mendirikan perusahaan integreated yang dapat menguasai bisnis secara keseluruhan, dari bisnis hulu,
budidaya/usaha tani sampai usaha hilir.
Contoh kasus yang pemah terjadi adalah pada usaha petemakan ayam ras yang dikembangkan secara besar-besaran pada masa pemerintahan orde baru. Pemerintah pada waktu itu menjadikan usaha petemakan ayam ras ini sebagai gerakan masal (Bimas ayam ras ). Keberhasilan usaha ini akhimya merangsang perusahaan swasta ikut berusaha pada sektor ini. Pada perkembangannya usaha swasta ini berkembang sangat pesat, bukan saja pada sektor usaha budidaya (on farm) tetapi juga pada industri hulu seperti pembibitan, pakan maupun pada
sektor hilimya yang berupa industri pemotongan ayam dan pengolahan serta tata niaga perdagangannya. Pada sisi lain usaha petemakan rakyat hanya bergerak pada sektor budidaya pembesarannya. Akibatnya dominasi perusahaan swasta semakin meluas, harga-harga prasarana petemakan seperti pakan dan bibit ayam (DOC) dimonopoli oleh perusahaan swasta. Petemakan rakyat semakin lama menjadi sulit berkembang dan akhimya mengalami kebangkrutan.
48
Belajar dari pengalaman petemakan ayam ras diatas maka pemerintah sebaiknya mengadakan antisipasi dengan membuat aturan dan kebijakan yang mengatur dan melindungi usaha rakyat terutama di sektor usaha sapi perah tersebut. Secara organisasi usaha petemakan sapi perah ini telah lebih baik dibanding usaha-usaha petemakan yang lain. Petemakan sapi perah telah mempunyai induk usaha yaitu GKSI meskipun kiprahnya belum maksimal karena bidang usahanya yang masih terfokus pada industri hilir yaitu penampungan dan perdagangan susu. Dimasa mendatang GKSI semestinya hams dapat menguasai seluruh tahapan-tahapan dalam agribisnis ini, dari sektor hulu sampai hilir.
Usaha petemakan sapi perah di wilayah Kec. Argomulyo yang didukung adanya program gaduhan sapi dari pemerintah ini juga tidak dapat dihindarkan dari ancaman kebangkrutan apabila meneJemen usaha serta teknologi
yang
dimanfaatkan masih tradisional. Peluncuran kebijakan gaduhan sapi oleh pemerintah ditujukan untuk memberdayakan ekonomi rakyat.
Esensi dari
pemberdayaan ekonomi masyarakat perdesaan adalah bagaimana petemak rakyat dapat merebut nilai tambah yang ada pada agribisnis hulu dan hilir, sekaligus mampu memperkuat usahanya.
Saat ini paradigma pembangunan pertanian hams kita ubah dari orientasi produksi di masa lalu menjadi orientasi agribisnis di masa sekarang. Pendekatan agribisnis diperlukan untuk membuka peluang bagi petani dalam merebut nilai tambah yang ada pada sektor non usaha tani, khususnya usaha tani padi. Di Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga mayoritas keluarga petani adalah mengelola ladang karena kondisi lahan tanpa irigasi. Komoditas yang ditanam adalah singkong dan jagung yang merupakan komoditi musiman dan harga sangat tergantung dari kondisi pasar. Nilai ekonomi dari produk ini biasanya sangat rendah sehingga petani sangat sulit untuk meningkatkan pendapatan bagi keluarganya. Adanya program gaduhan sapi dari pemerintah membuat para petani ini mengubah komoditi yang ditanam dengan komoditas rumput gajah. 49
Budidaya rumput gajah yang lebih mudah dengan biaya perawatan yang lebih murah dan mudah serta masa pemanenan yang lebih cepat membuat rumput ini menjadi lebih bemilai ekonomi dibanding singkong. V.3. Pengaruh Program Terhadap Peningkatan Kemampuan aa1, Kewirausahaan Petani Program gaduhan sapi perah di Kota Salatiga ditujukan sebagai rangsangan bagi masyarakat petani miskin sebagai altematif usaha atau diversifikasi usaha bertani mereka. Hal ini dengan pertimbangan bahwa komoditas susu sapi lebih bemilai ekonomi. Pemasaran susu sapi segar cukup mudah dan fasilitas pemasaran telah ada dengan didukung sumber daya hijauan temak yang tinggi menyebabkan usaha sapi perah mempunyai prospek yang cukup baik hila dibandingkan dengan usaha ladang mereka.
Prospek pemasaran basil kebun yang kurang baik
menyebabkan nilai ekonominya merosot ditambah dengan adanya kendala tidak adanya sistem irigasi membuat produktivitas lahan mereka menjadi cukup minim. Adanya gaduhan sapi diharapkan masyarakat bisa mengembangkan temak ini dan menjadikan temak tersebut menjadi sebuah usaha rumah tangga yang potensial yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut.
Seperti usaha-usaha kecil lainnya, usaha petemakan sapi perah inipun masih mengalami banyak masalah dan kendala. Bila kita amati masalah dan kendala tersebut biasanya bermuara atau bersumber pada lemahnya posisi tawar
(bergaining position) dari usaha kecil atau rumah tangga tersebut. Secara umum lemahnya posisi tawar dari usaha keluarga ini antara lain: a. Usaha kecil yang terlalu kecil sehingga tidak memiliki atau tidak mampu menyimpan energi yang cukup untuk bergerak secara leluasa. b. Kurang terorganisimya kegiatan-kegiatan dari usaha-usaha kecil tersebut sehingga langkah yang diambil kurang terarah. c. Menejemen usaha yang bercampur dengan menejemen ekonomi rumah tangga menyebabkan terganggunya proses pengembangan usaha. 50
d. Pengelolaan usaha yang dilakukan dengan memanfaatkan anggota rumah tangga sebagai pekerja dan pengelola menyebabkan perjalanan usaha ini menjadi rentan terhadap ancaman kebangkrutan/bubar di tengahjalan.
Posisi tawar yang rendah terhadap usaha mikro keluarga petani akan menyebabkan sulitnya usaha ini untuk lebih mengembangkan sayapnya. Melihat kondisi diatas, maka strategi pemberdayaan masyarakat petani perdesaan sebaiknya melalui pengembangan koperasi agribisnis sebagai organisasi bisnis petani. Pengembangan koperasi agribisnis dalam hal ini tidak sama dengan pengembangan koperasi dimasa lampau, yang hanya terbatas pada penyaluran saprodi (sarana produksi) dan pengumpulan hasil serta menangani seluruh komoditi pertanian. Pengembangan koperasi agribisnis perlu ditujukan untuk menjadi aktor utama dalam non usaha tani (offfarm) untuk merebut nilai tambah yang tinggi.
Pengembangan koperasi agribisnis oleh petani ditujukan untuk menguasa1 agribisnis dari hulu sampai ke hilir. Penguasaan agribisnis di hulu dengan usaha pengadaan pakan misalnya akan mengurangi ketergantungan petani dari para pengusaha atau industri pakan, sehingga petani tidak mudah dipermainkan dengan harga pakan yang fluktuatif. Penguasaan agribisnis di hilir ditujukan untuk menguasai pasar dan penampungan hasil dari para petani. Adanya koperasi ini dapat dicegah adanya paradoks produksi karena harga yang dipermainkan oleh pengusaha hilir.
Disadari atau tidak politik pertanian di masa lalu yang berorientasi pada peningkatan
produksi
telah
memfasilitasi
para
petani
untuk
tetap
menggantungkan hidupnya pada ekonomi usahatani produksi (on farm) yang justru merupakan kegiatan ekonomi yang memiliki nilai tambah yang kecil. Sementara itu kegiatan ekonomi yang memiliki nilai tambah terbesar yaitu pada kegiatan pengadaan dan perdagangan sarana produksi pertanian (saprotan), alat
51
produksi pertanian (alsintan), serta kegiatan pengolahan basil dan perdagangan produknya (offfarm), diserahkan kepada mereka yang bukan petani. Akibatnya setiap peningkatan produksi, nilai tambah yang dinikmati petani tetap kecil, sementara mereka yang berada pada ekonomi non usaha tani (off farm) menikmati nilai tambah yang lebih besar, baik nilai tambah pada perubahan bentuk (pengolahan), perubahan tempat (perdagangan) maupun nilai tambah karena waktu (penampungan).
Nilai tambah yang dinikmati oleh petani pada usaha tani semakin diperkecil oleh mekanisme usaha non usaha tani (off farm) yang sengaja dipermainkan oleh aktor-aktor yang terlibat di level ini, pedagang, tengkulak dan juga konsumen serta sifat produk pertanian yang mudah busuk semakin menyulitkan petani dalam mendapatkan niali tambah yang besar. Penurunan harga ditingkat konsumen berpengaruh langsung (ditransmisikan) dengan cepat dan sempurna kepada petani, sebaliknya kenaikan harga di tingkat konsumen ditransmisikan dengan begitu lambat dan tidak sempurna kepada petani. Disamping itu informasi pasar yang tidak akurat dan cenderung terlambat sering dimanfaatkan oleh pengusaha non pertanian (offfarm) untuk lebih mengeksploitasi petani.
Kondisi ini lebih diperparah dengan sifat produk pertanian yang mudah busuk/rusak dimana petani tidak memiliki teknologi penyimpanannya. Akibatnya harga yang diterima petani tetap rendah atau pada kondisi ini petani mengalami paradoks produktivitas. Semakin meningkat produktivitas (produksi) usaha tani maka harga akan cenderung turun, sehingga nilai tambah yang dinikmati oleh petani tetap rendah, sebaliknya pada tingkat usaha non usaha tani nilai tambah yang diterima akan semakin besar. Kondisi inilah yang menyebabkan semakin jauhnya kesenjangan antara petani yang berusaha disektor produksi (onfarm)dan pengusaha yang bergerak di non usaha pertanian.
52
Terjadinya kesenjangan sektor usaha tani(on farm) dengan usaha non pertanian (offfarm) karena terjadinya paradoks produktivitas. Pada kondisi ini segala upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi seperti perbaikan teknologi, kebijakan harga, kebijakan modal bahkan pembangunan prasarana dan sarana pertanian di perdesaan tidak akan banyak menolong atau memperbaiki kesejahteraan petani. Pedagang dan pengusaha yang bergerak pada non usaha pertanianlah yang banyak mengambil keuntungan.
Agenda utama dari setiap upaya pemberdayaan masyarakat adalah pembangunan ekonomi rakyat yang berpusat pada upaya mendorong percepatan perubahan struktur ekonomi rakyat sehingga memperkuat kedudukan dan perannya dalam perekonomian
nasional.
Strategi
tersebut
diterapkan
untuk
menJamm
berlangsungnya proses perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modem, dari ekonomi yang lemah ke ekonomi yang tangguh, dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar, dan dari kedudukan ketergantungan kepada kedudukan kemandirian.
Program gaduhan sapi diluncurkan untuk keluarga petani miskin sebagai upaya pemerintah untuk merangsang terjadinya diversifikasi pada sektor pertanian. Dengan gaduhan sapi petani diberikan pinjaman modal investasi yang pada gilirannya penggaduh harus mengembalikan pinjaman investasi tersebut dengan cara menggulirkan kepada petani lain. Ini mengandung maksud agar petani tidak tergantung pada pemberian yang bersifat derma sehingga petani betul-betul bertanggung jawab
dalam
mengelola
agar
dapat
mengembalikan
atau
menggulirkan pinjaman yang dia terima. Cara ini menjauhkan masyarakat dari ketergantungan kepada pemerintah dan masyarakat lain yang lebih berdaya.
Selain caJon induk sapi, pemerintah juga menyediakan pendampingan kepada masyarakat dalam
mengelola
temak
tersebut.
Pemerintah
menyediakan
bimbingan dengan menugaskan beberapa petugas lapangan, baik petugas khusus
53
bidang petemakan maupun penyuluh yang telah ada pada tiap kecamatan. Melalui petugas-petugas inilah terjadi transfer teknologi dari petugas kepada petani, petani dapat memperoleh pengalaman dan wawasan barn yang dapat membuka cakrawala barn mengenai usaha maupun cara pengembangannya.
Kunci dari proses perubahan struktur (pemberdayaan) masyarakat
adalah
peningkatan kemampuan, penguasaan teknologi, dan pemupukan modal yang muncul dari dalam sendiri, yakni dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk dinikmati masyarakat.
Peningkatan kewirausahaan dapat terlihat dari berkembangnya kegiatan ekonomi yang ada di daerah sasaran.
Kegiatan ekonomi yang berkembang baik pada
sektor pertanian khususnya petemakan di daerah sasaran adalah indikator yang menunjukkan adanya multifier effect dari pelaksanaan program tersebut. Dari hasil observasi dilapangan dapat dikatakan bahwa dengan adanya program gaduhan sapi ini membuat masyarakat lebih terangsang untuk ikut serta mengembangkan usaha ini karena beberapa alasan antara lain: Usaha sapi perah mampu memberikan hasil tambahan (income keluarga) yang dapat dipetik hasilnya setiap hari. Hal ini penting untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka disamping digunakan lansung untuk perawatan temak itu sendiri Berkembangnya usaha petemakan sapi perah ini sangat berperan dalam meningkatkan nilai ekonomi dari hasil ladang/tegal mereka. Komoditas seperti singkong dapat dimanfaatkan sebagai pakan tambahan bagi temak yang temyata lebih bemilai ekonomi daripada dijual langsung ke pasar. Komoditas rumput yang cukup melimpah menjadi lebih bemilai ekonomi hila digunakan untuk memberi pakan temak sendiri daripada dijual dalam bentuk rumput segar, terutama
54
pada mus1m penghujan. Pada mus1m penghujan harga rumput cenderungjatuh dan sulit dalam pemasarannya. Berkembangnya usaha sapi perah merangsang munculnya kreatifitas masyarakat dalam menambah income/pendapatan bagi keluarganya. Di masyarakat setempat muncul adanya pedagang susu segar untuk dipasarkan di kota, munculnya pengepul yang beketja dengan mengambil susu dari rumah tangga petemak untuk langsung dijual ke pasar maupun untuk disetor ke KUD. Munculnya pengolah susu yang langsung dipasarkan dalam bentuk susu segar dengan menambah berbagai rasa untuk lebih menarik konsumen, serta beberapa usaha lain yang berkaitan dengan usaha petemakan ini.
V.4. Peningkatan Penghasilan Petani di Perdesaan Secara kelembagaan dan organisasi usaha, petemakan sapi perah telah mampu mengembangkan organisasi bisnis secara nasional, sehingga usaha petemakan sapi perah atau agribisnis susu segar mampu menguasai agribisnis dari hulu ke hilir melalui koperasinya atau KUDIKPS sebagai koperasi primer dan GKSI sebagai koperasi sekunder (Saragih, 1998).
Kondisi tersebut mestinya mampu mendukung usaha petemak sehingga petani temak dapat memperbaiki kesejahteraan keluarganya.
Berdasarkan temuan
dilapangan temyata kondisinya jauh dari teori yang diharapkan. Sebagian besar petemak rata-rata memiliki kehidupan yang pas-pasan. Temyata tidak semua petani temak dapat memanfaatkan peluang tersebut. Harga komoditas susu yang cukup baik dan investasi berupa temak yang dipunyainya semestinya memberikan pendapatan keluarga yang cukup tinggi.
Realitas dilapangan
temyata hanya sedikit penggaduh yang mampu menikmati kondisi tersebut. Sebagian besar penggaduh belum berhasil mengembangkan usaha temaknya seperti yang diharapkan. Pengelolaan budidaya yang tidak didukung kemampuan
55
modal dan skill yang memadai membuat produksi temak mereka masih cukup rendah.
Kemauan dan tekad yang kuat dari penggaduh untuk mengembangkan temaknya menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam usaha ini.
Adanya tanggungan
jumlah keluarga yang rata-rata cukup besar menuntut adanya income keluarga yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Kondisi tersebut membuat
petani sering lupa untuk mencukupi kebutuhan temaknya karena hasil temak tersebut habis dibelanjakan untuk kebutuhan rumah tangga.
Kondisi diatas menjadi kendala dan alasan mengapa temak mereka tidak berkembang dan berproduksi secara optimal. Terbatasnya lahan untuk cadangan makanan/rumput yang tidak disikapi dengan teknologi pengawetan rumput misalnya dengan fermentasi dan silase membuat petemak kesulitan dalam mencukupi makanan temaknya pada waktu musim kemarau. Tidak jarang petani menjual sebagian temaknya pada musim kemarau ini untuk mengurangi beban pakan yang hams sediakan.
Kesadaran dan minat menabung yang masih cukup rendah juga menjadi kendala tidak berkembangnya usaha temak mereka. Tabungan para petemak biasanya berujud temak juga.
Pada waktu tingkat pengeluaran keluarga tidak besar
mereka sering menginvestasikan modal mereka dengan membelikan pedet atau anakan sapi. Mereka menabung untuk kebutuhan yang akan datang misalnya untuk biaya sekolah, hajatan atau keperluan lainnya.
V.S. Faktor-faktor yang Mempengarubi Pemberdayaan Masyarakat Miskin
(Petani Penggaduh). Dalam bagian ini akan dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemberdayaan, baik faktor yang mendorong terjadinya proses pemberdayaan
56
maupun faktor-faktor yang menghambat proses pemberdayaan masyarakat melalui program gaduhan ternak sapi dari pemerintah. Pembahasan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemberdayaan masyarakat miskin tersebut terbagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
V.5.1 Analisis terhadap faktor-faktor internal Faktor-faktor internal yang menjadi kajian dalam penelitian ini meliputi nilainilai fisik dan nilai-nilai intrinsik. Menurut Walle dan Cratty (2003), pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari nilai-nilai fisik yang terkandung di dalam keluarga seperti: tingkat pendidikan, kesehatan, umur, jumlah anggota keluarga, dan lain-lain. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan usaha pemberdayaan di lokasi penelitian dapat digambarkan seperti gam bar V.2 berikut.
Nilai-nilai fisik dari keluarga petani penggaduh yang dikaji dalam penelitian ini meliputi umur, kesehatan anggota keluarga, pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang mencari nafkah. Sedangkan nilai-nilai intrinsik yang menjadi kajian dalam penelitian ini meliputi Peningkatan kemampuan dan penguasaan teknologi, Peningkatan permodalan dan kemampuan menabung, kesetiakawanan dan kegotongroyongan.
V.S.l.A. Nilai-nilai Fisik 1. Umur
Umur responden dalam penelitian ini bervariasi mulai dari yang termuda berumur 30 tahun dan yang tertua 59 tahun. Sebaran umur responden dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kelompok umur yaitu 30-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun. Sebaran responden berdasarkan umur dapat dilihat dalam tabel V.2. berikut:
57
Gambar V.2. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan program
La han
/
~
VI
00
l + Produksi
l
Tabel V.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
No.
Kategori (tahun)
Jumlah Responden
Persentase
1.
30-40 41-50 >50
13
37,1 54,3 8,6 100
2. 3.
19 3 35
JUMLAH Sumber: Data pnmer yang d10lah kembah
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa mayoritas umur responden penerima gaduhan sapi adalah dibawah 50 tahun. Angka ini memperlihatkan bahwa masyarakat penerima program gaduhan sapi mayoritas adalah masyarakat usia produktif, sehingga diharapkan dapat mendukung keberhasilan program tersebut. 2. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga petani penggaduh mencerminkan jumlah beban keluarga dan jumlah tenaga keija yang tersedia dalam keluarga tersebut dalam mengelola temak menjadi sebuah usaha keluarga yang baik, yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan keluarga petani tersebut.
Sebaran jumlah
anggota keluarga responden dalam penelitian ini dibagi dalam tiga klasifikasi yaitu 2 orang anggota keluarga, 3 - 5 orang anggota keluarga dan lebih dari 5 orang anggota keluarga. Data hasil penelitian disajikan dalam tabel V.3. berikut. Tabel V.3. Distribusi Responden Berdasar Jumlah Anggota Keluarga
No. 1.
2. 3.
Kategori Giwa)
Jumlah Responden
Persentase
2-4 5-7 >7
12 21 2 35
34,3 60 5,7 100
JUMLAH Sumber: Data primer yang diolah kembali
Dari tabel V.3. tersebut menunjukkan bahwajumlah anggota keluarga responden sebagian besar (60%) terdiri dari 5 - 7 orang, hal ini menunjukkan bahwa
59
sehagian hesar responden merupakan keluarga yang cukup hesar dalam jumlah tanggungannya. 34,3% merupakan keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga di hawah 4 orang. Kondisi ini dapat dimengerti karena hila melihat seharan umur responden rata-rata juga telah memasuki usia yang cukup matang (diatas 30 tahun).
Besamya jumlah anggota keluarga dapat herimplikasi pada dua sisi. Sisi pertama, Banyaknya anggota keluarga menyehahkan hanyaknya tenaga kerja yang dapat memhantu herjalannya usaha keluarga, yang secara tidak langsung akan herpengaruh terhadap tingkat pendapatan keluarga. Sisi lain dari hanyaknya anggota keluarga merupakan hehan yang cukup herat hagi ekonomi keluarga. Kondisi ini juga dapat herpengaruh terhadap kelancaran usaha temak mereka. Behan rumah tangga yang cukup hanyak akan mengganggu dalam pengelolaan keuangan usaha dari keluarga tersehut.
3. Jumlah Anggota Keluarga Pencari Nafkah Keherdayaan keluarga miskin selain jumlah anggota keluarga maka jumlah anggota keluarga yang mencari nafkah juga ikut mempengaruhi tingkat keherdayaan keluarga. Semakin sedikit jumlah anggota keluarga yang mencari nafkah, maka sumher penghasilan keluargajuga sedikit. Jumlah anggota keluarga responden yang mencari nafkah herkisar antara 1 sampai 3 orang. Seharan jumlah anggota keluarga responden yang mencari nafkah dalam penelitian ini dihagi menjadi 3 klasifikasi seperti tahel 5.1 herikut: Tabel V.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Yang Mencari Nafkah.
No. 1. 2. 3.
Kategori (orang) Jumlah Responden 1 29 2 4 3 atau lehih 2 JUMLAH 35 Sumher: Data primer yang diolah kemhali
60
Persentase 82,9 11,4 5,7 100
Tabel V.4. memperlihatkan bahwa mayoritas keluarga responden hanya memiliki 1 orang anggota keluarga yang mencari nafkah, dan hanya sebagian kecil keluarga responden yang lebih dari 1 orang anggota keluarganya mencari nafkah. Kondisi ini memperlihatkan bahwa sebagian besar masyarakat miskin dari keluarga petani penggaduh hanya kepala keluarganya saja yang mencari nafkah. Hal ini tentu saja berakibat pada sulitnya keluarga tersebut dalam meningkatkan pendapatan keluarganya.
4. Pendidikan Tingkat pendidikan umumnya sangat berpengaruh terhadap wawasan bagi pengembangan usaha dalam upayanya untuk lebih memberdayakan keluarga tersebut. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi menyebabkan keluarga tersebut menjadi lebih dinamis, dan sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan keluarga tersebut statis dalam mengembangkan usaha.
Beberapa penggaduh yang berhasil temyata mereka hanya lulus sekolah dasar (SD/MI), secara teori mestinya dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi seharusnya lebih berhasil, karena dengan pendidikan yang cukup transfer teknologi akan berjalan lebih baik dan lebih cepat. Disamping itu dengan pendidikan yang tinggi wawasan yang didapat cenderung lebih luas dan kemampuan dalam berinovasi menjadi lebih baik.
Kondisi ini tercipta karena sangat dipengaruhi oleh budaya masyarakat secara umum. Mereka banyak berpandangan bahwa usaha temak adalah altematif terakhir. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi cenderung bekerja di kota, mereka bekerja pada sektor jasa dan pemerintah. Masyarakat berpendapat bahwa pekerjaan disektor tersebut lebih terhormat dan lebih bergengsi di masyarakat. Sebaliknyan pada tingkat pendidikan dasar apalagi yang telah berprofesi sebagai petani, mereka cenderung lebih serius dan lebih terbuka kepada petugas, sehingga
61
dengan sukarela mereka menerima bimbingan dan petunjuk dari petugas terkait. Mereka merasa memang dunianya adalah di pertanian, sehingga dengan semakin turunnya nilai hasil pertanian khususnya tanaman pangan, serta semakin baiknya nilai ekonomi hasil peternakan, mereka cenderung lebih dapat menerima dan menekuni dan menjadikan sektor ini sebagai peketjaan pokok mereka. Tabel V.5. berikut menunjukkan bahwa rata-rata penerima program berpendidikan rendah. Tabel V.S. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Jumlah Responden Tingkat Pendidikan 4 Tidak sekolah 21 Tamat SD 2. Tamat SMP 7 3. Tamat SLTA 3 4. 0 Akademi/Satjana 5. JUMLAH 35 Sumber: Data primer yang diolah kembali No. 1.
Persentase 11,4
60 20 8,6 0 100
V.S.l.B. Nilai-nilai Intrinsik 1. Peningkatan Kemampuan dan Penguasaan Teknologi Peningkatan kualitas sumber daya manusia dikaji dengan mengajukan pertanyaan kepada responden yang intinya apakah dengan mengikuti program ini responden mengalami
peningkatan
dalam
kemampuan
dan
pengetahuan
untuk
mengembangkan kegiatan usaha serta peningkatan dalam penguasaan teknologi. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan disajikan dalam tabel 4.1 untuk indikator peningkatan kemampuan dan pengetahuan dalam mengembangkan kegiatan usaha. Tabel 4.2 menyajikan indikator peningkatan penguasaan teknologi, khususnya teknologi dalam pemeliharaan dan usaha peternakan sapi.
Berdasarkan tabel V .1 dan V .2 tersebut dapat dikatakan bahwa secara urn urn responden mengalami peningkatan dalam kualitas sumber dayanya, meskipun
62
masih ada beberapa orang yang belurn yakin dengan kemampuan dan penguasaan teknologi petemakan ini. Tabel V.6. Peningkatan Kemampuan dan Pengetahuan No.
Kategori
Jumlah Responden
Persentase
3 5 27 35
8,6 14,3 77,1 100
Tidak Meningkat Tidak Yakin!Ragu-ragu Meningkat JUMLAH Sumber: Data primer yang diolah kembali 1. 2. 3.
Tabel V.7. Peningkatan Penguasaan Teknologi No.
Kategori
Jurnlah Responden
Persentase
2 7 26 35
5,7 20 74,3 100
Tidak Meningkat Tidak Y akin/Ragu-ragu Meningkat JUMLAH Sumber: Data primer yang diolah kembali 1. 2. 3.
2. Peningkatan Permodalan dan Kemampuan Menabung Peningkatan kemampuan permodalan dalam penelitian ini dikaji dengan mengajukan pertanyaan kepada responden, apakah setelah adanya program gaduhan sapi mampu meningkatkan kemauan dan minat menabung serta peningkatan modal usaha dari keluarga petani penggaduh. Hasil penelitian ini disajikan pada tabel 4.3 untuk indikator peningkatan kemauan dan minat menabung, serta tabel4.4 yang menyajikan indikator peningkatan modal usaha.
Tabel V.S. Peningkatan Kemampuan Menabung
J umlah Responden Kategori 21 Tidak Meningkat 4 Tidak Yakin!Ragu-ragu 10 Meningkat JUMLAH 35 Surnber: Data pnmer yang diolah kembali
No. 1. 2. 3.
63
Persentase 60 11,4 28,6 100
Tabel V.9. Peningkatan Modal Usaha No.
Kategori
Jumlah Responden
Tidak Meningkat 1 Tidak Yakin/Ragu-ragu 3 Meningkat 3. 31 JUMLAH 35 Sumber: Data primer yang diolah kembali. 1. 2.
Persentase 2,9 8,6 88,6
100
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat hanya sebagian kecil responden atau 28,6% yang mengaku mampu meningkatkan minat untuk menabung.
Sedangkan sebagian
besar responden atau 60% responden mengaku tidak meningkatkan minat menabungnya setelah melaksanakan atau menerima sapi gaduhan ini, dengan alasan bahwa tingkat kebutuhan sehari-hari juga terns meningkat.
Selain itu
mereka beralasan bahwa dengan memelihara ternak sapi perah secara tidak langsung mereka telah menabung karena sapi perah yang dipelihara akan meningkat harganya, disamping anakan yang akan dihasilkan juga merupakan tabungan.
Tabel 4.4 secara umum dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden atau 91,4% responden mengaku mengalami peningkatan dalam permodalan usahanya, dan sebagian kecil atau 11,5% responden tidak yakin atau ragu-ragu mengenai besar modal yang digunakan.
Dalam kelompok yang tidak yakin ini mereka
masih meragukan dengan usaha yang dilakukan. Mereka ragu usahanya tersebut menguntungkan atau tidak serta mereka tidak dapat memperkirakan nilai modal yang sedang digunakan, apakah nilainya meningkat atau justru mengalami penurunan. 3. Kesetiakawanan dan Gotong Royong Peningkatan rasa kesetiakawanan dan kegotongroyongan kepada responden dikaji dengan mengajukan pertanyaan, apakah setelah mengikuti program gaduhan sapi responden mengalami peningkatan interaksi diantara kelompok masyarakat serta peningkatan kesetiakawanan dan kegotongroyongan. Interaksi yang intensif serta 64
peningkatan kesetiakawanan dan kegotongroyongan yang tinggi merupakan modal dasar bagi pengembangan kelembagaan usaha bersama di perdesaan.
Peningkatan yang dirasakan oleh responden dalam interaksi, kesetiakawanan dan kegotongroyongan disaj ikan dalam tabel V .1 0. berikut. Tabel V .1 0. Peningkatan Interaksi, Rasa Kesetiakawanan dan Gotong Royong Kategori Jumlah Responden Tidak Meningkat 2 1. 2. Tidak Yakin!Ragu-ragu 0 Meningkat 33 3. JUMLAH 35 Sumber: Data pnmer yang d10lah kembah.
No.
Persentase
5,7 0
94,3 100
Berdasarkan tabel V .1 0. dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan dalam pengembangan kelembagaan usaha bersama yang dicirikan dengan adanya sebagian besar responden yang menyatakan adanya peningkatan interaksi diantara kelompok masyarakat serta peningkatan rasa kesetiakawanan dan kegotongroyongan.
Peningkatan interaksi dan kegotongroyongan ini menjadi kunci kebersamaan dari petani penggaduh karena pengembangan usaha sapi perah ini berkembang melalui kelompok tani. Melalui kelompok inilah petani dapat diajukan sebagai penggaduh dan dalam pelaksanaan usaha terutama arus informasi dan pemasaran sangat membutuhkan kerjasama didalam kelompok tersebut. Adanya beberapa orang yang merasa tidak mengalami peningkatan interaksi dan kegotongroyongan biasanya dialami oleh anggota kelompok yang pasif atau biasanya mempunyai usaha lain yang lebih baik.
65
V.5.2. Analisis terhadap faktor-faktor eksternal
a. Pasar Mengapa kehidupan petani pada umumnya miskin?. Apa yang menjadi akar permasalahannya? Petani selalu dieksploitir oleh tengkulak dan pedagang hasil bumi maupun para pengusaha-pengusaha besar.
Kondisi ini terjadi karena
paradigma yang telah tertanam dalam hati petani, mereka selalu mengusahakan komoditas pokok seperti beras tanpa melihat pasar. Petani sibuk dengan pola tanam yang sangat tergantung pada musim tanpa hams memperhatikan strategi dan peluang pasar.
Petani menanam dan memanen secara bersamaan dan
komoditas yang sejenis, sehingga terjadi paradoks produktivitas. Petani menjadi bulan-bulanan tengkulak dan pedagang dengan memberikan harga yang sangat rendah terhadap produk pertanian yang dihasilkan. Kondisi semacam inilah yang membuat kesejahteraan petani tetap rendah atau bahkan semakin terpuruk.
Petani hams dapat melepaskan paradigma lama yang hanya mengeJar produktivitas tanpa melihat peluang pasar. Petani hams dapat mengembangkan komoditas-komoditas pertanian yang bemilai ekonomi tinggi termasuk komoditas ekspor, serta mencari pola produksi yang efisien dan menguntungkan. Kondisi ini hams didukung sepenuhnya oleh pemerintah dengan mengupayakan kebutuhan-kebutuhan sarana produksi pertanian yang murah dan dapat dipenuhi dari produk negeri sendiri. Pemerintah hams ikut berperan aktif dalam upaya memperbaiki sistem jaringan pemasaran, perbaikan mutu produk, standarisasi produk,
peningkatan efisiensi produksi,
perbaikan sistem penyimpanan,
kesinambungan suplai melalui pengaturan pola tanam dan pola panen, perbaikan sistem distribusi dan penguatan terminal agribisnis.
66
b. Petugas Lapangan Masyarakat khususnya petani miskin di perdesaan pada umumnya mempunyai keterbatasan dalam mengembangkan diri, oleh sebab itu mereka memerlukan tenaga pendamping yang diharapkan dapat membina masyarakat khususnya petani miskin dalam mengembangkan usaha yang ditekuninya agar terjadi peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan keluarganya. dilakukan meliputi
Pembinaan yang
peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan
memberikan motivasi agar petani dapat aktif dalam kelompok tani, karena dalam kelompok inilah terjadi transformasi pengetahuan baik sesama petani maupun antara petani dengan petugas.
Petugas lapangan harus dapat memahami dan menyelami keadaan masyarakat dan kelompok tani.
Cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengadakan
komunikasi yang intensif, efektif dan persuasif dengan masyarakat tersebut. Beberapa langkah yang harus ditempuh adalah dengan aktif mengikuti kegiatan dari kelompok tani, ikut memantau dan membantu untuk perkembangan usaha masyarakat serta dapat juga dengan memberikan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan pengembangan usaha masyarakat. Dalam program gaduhan sapi ini pemerintah juga menugaskan beberapa orang petugas lapangan yang ditugaskan untuk membantu masyarakat dalam pengembangan usaha sapi perah terse but.
Petugas lapangan sebagai pembimbing langsung masyarakat sebaiknya diambil atau bertempat tinggal di daerah tersebut. Hal ini ditujukan agar kinerja dari petugas tersebut akan lebih efektif dan berdaya guna dalam mengembangkan dan memberdayakan masyarakat sasaran.
67
c. Teknologi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Teknologi merupakan salah satu kunci peningkatan produktivitas mutu dan distribusi hasil-hasil pertanian. bioteknologi
merupakan
Pengembangan teknologi dan khususnya
tuntutan
pengembangan
pertanian
ke
depan.
Pengembangan teknologi pertanian penting dilakukan agar produk pertanian Indonesia dapat bersaing di pasar intemasional.
Pengembangan teknologi
diperlukan agar pemanfaatan sumber daya alam dapat dipergunakan sebesarbesamya untuk kesejahteraan masyarakat.
Potensi sumber daya alam di
perdesaan khususnya pertanian yang cukup besar seharusnya dapat dimanfaatkan sebesar-besamya untuk kesejahteraan masyarakat khususnya petani di perdesaan.
Pemanfaatan teknologi yang telah dilakukan di lokasi penelitian meliputi, penggunaan bibit unggul dan pemanfaatan teknologi inseminasi buatan (IB). Selain itu masyarakat dilokasi penelitian belum mampu memanfaatkan teknologi yang telah ada secara optimum. Teknologi tersebut antara lain, pemberian pakan baik hijauan maupun pakan tambahan, program pembesaran dan pengeringan sapi laktasi bunting,
perkandangan maupun dalam budidaya rumput gajah
sebagai faktor utama penyediaan pakan.
Berkenaan dengan penyediaan makanan hijauan, upaya yang dapat dilakukan meliputi, peningkatan keragaman makanan hijauan temak, peningkatan produksi dan pengawetan pakan.
Peningkatan keragaman makanan dapat dilakukan upaya-upaya: pengembangan rumput benggala, setaria, kaliandra, lamtoro dan lain-lain. Peningkatan produksi susu dapat dilakukan dengan memberikan pakan yang berkualitas baik dalam komposisi gizi maupun jumlahnya.
Pengawetan makanan hijauan dapat
dilakukan dengan membuat hay dan silase.
68
Bab VI Kesimpulan dan Saran VI.l. Kesimpulan
Berdasarkan basil penelitian dan analisa terhadap pelaksanaan Program Gaduhan Sapi di Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Salatiga, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1) Program
gaduhan
sapi
di
Kecamatan
Argomulyo
Salatiga mampu
meningkatkan kemandirian dan kewirausahaan masyarakat, khususnya petani penggaduh. Hal ini dapat dilihat dari: a. Masyarakat khususnya petani penggaduh berhasil mengembangkan temak gaduhannya,
sehingga
dapat
berkembang
dan
dapat
memenuhi
kewajibannya untuk menggulirkan bantuan tersebut ke masyarakat lain sehingga induk temak yang digaduhnya telah dapat mereka miliki sepenuhnya. Sebagian besar petemak (85%) mampu mengembangkan temaknya menjadi sebuah usaha keluarga/usaha sambilan yang mampu memberikan basil (income) tarnbahan bagi keluarga petani penggaduh tersebut. Beberapa permasalahan yang bel urn terselesaikan adalah: ~
Usaha petemakan sapi perah yang berkembang di wilayah penelitian
sebagian
besar
masih
tradisional
dan
belum
menunjukkan sebagai usaha yang efisien. Hal ini ditandai dengan: kepemilikan temak yang rata-rata masih rendah (2-3 ekor sapi), produktivitas
temak
masih
rendah
(dibawah
10
liter
susu/ekor/hari), tenaga kerja yang digunakan sebatas pada anggota keluarga dan tidak mempekerjakan tenaga tarnbahan yang profesional,
serta rendahnya tingkat pemfungsian (adopsi)
teknologi pengelolaan seperti dalam pemberian pakan yang hanya memanfaatkan
hijauan/rumput
kebun
tarnbahan dengan nilai gizi yang baik.
tanpa
adanya
pakan
0 Masyarakat diwilayah penelitian belum menjadikan bisnis ini sebagai
usaha yang
sustainable, tetapi
masyarakat masih
menjadikan usaha ini sebagai usaha yang responsive (sekedar mencukupi kebutuhan) 0 Usaha petemakan sapi perah di wilayah penelitian masih bersifat individual, meskipun kelompok tani telah dibentuk dan pertemuan juga rutin dilakukan.
Petemak belum dapat menyatukan usaha
dalam organisasi kelompok agribisnis, meskipun ada kelompok namun dalam pengelolaan usahanya mereka berjalan sendirisendiri, baik dalam pemasaran hasil maupun dalam pengadaan sarana produksi.
Usaha demikian sebenamya sangat rawan
dengan permainan pihak lain di sektor agribisnis hulu dan hilir, kondisi ini menyebabkan pendapatan petemak tidak maksimal dan dan tidak menjamin adanya keberlanjutan usaha.
b. Berkembangnya ekonomi perdesaan yang ditandai dengan munculnya usaha-usaha baru sebagai pengaruh dari berkembangnya usaha petemakan yang ada di lokasi penelitian. Usaha-usaha tersebut antara lain munculnya, pengepul susu, pedagang susu segar, pengolahan susu segar, pengolahan
kotoran
temak
menjadi
kompos
yang
siap
pakai,
meningkatnya perdagangan komoditas ladang sebagai pakan temak, serta munculnya pertanian yang memanfaatkan kompos ini untuk penanaman sayur dan buah-buahan dengan menggunakan polybag. munculnya usahausaha baru masyarakat tersebut memberikan nilai tambah ekonomi dari produk pertanian/ladang yang dihasilkan oleh masyarakat di lokasi penelitian.
2) Banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegagalan program gaduhan sapi tersebut, beberapa faktor diantaranya:
70
yang berpengaruh
a. Motivasi penggaduh. Usaha petemakan sapi perah ini akan berhasil hila sumber daya manusia pengelolanya memiliki motivasi yang kuat serta keyakinan yang tinggi akan keberhasilan usahanya. Secara eksplisit dari data yang diperoleh, terlihat bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh langsung terhadap keberhasilan usaha ini. Kaum tani biasanya telah cukup familiar dengan pemeliharaan temak, meskipun temak lokal. Teknologi pengelolaan sapi perah oleh masyarakat didasari
oleh pengalaman petani
dalam
memeliharaan temak lokal ini, sehingga pengembangan teknologi selanjutnya dapat dilakukan oleh petani tersebut melalui kelompok tani, penyuluhan dan araban dari petugas serta keaktifan pengelola dalam mengembangkan ketrampilannya dalam usaha ini.
Faktor ini sangat berpengaruh terhadap kemantapan/stabilitas berusaha. Petani dengan moral dan niat yang baik biasanya mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan program ini. Mereka akan sangat malu hila ternak yang mereka gaduh sampai tidak berhasil.
b. Ketrampilan dan pengalaman Pengalaman sangat berpengaruh terhadap tingkat penyerapan informasi (transformasi informasi) yang disampaikan oleh petugas teknis. Dengan penyerapan yang baik akan berpengaruh terhadap tingkat ketrampilan petani dalam mengelola aset mereka agar berkembang menjadi usaha yang menguntungkan. Pengalaman petani penggaduh dalam pengelolaan sapi sangat bermanfaat bagi perkembangan usaha mereka.
c. Modal/investasi Ini biasanya berhubungan dengan sarana dan prasarana peternakan itu sendiri, baik dari kandang, lahan untuk rumput, modal operasional untuk 71
pembelian pakan dan
obat-obatan,
termasuk
dalam
pelaksanaan
Inseminasi Buatan, agar anakan sapi yang dihasilkan berkualitas baik. Kondisi ini lebih banyak dipengaruhi oleh menejemen keluarga dari petani tersebut. Untuk keluarga petani dengan kemampuan ekonomi yang cukup rendah, hasil harian dari penjualan susu cenderung dihabiskan untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka sering melupakan bahwa sebagian hasil penjualan susu seharusnya kembali ke ternaknya dalam bentuk pakan yang berkualitas serta perawatan yang baik.
3) Beberapa strategi yang dapat diterapkan agar program m1 berkelanjutan antara lain:
a. Perlu adanya diversifikasi usaha yang lebih luas yang meliputi penyediaan sarana prasarana budidaya sampai kepada penanganan pasca panen seperti pengolahan, distribusi/pemasaran serta teknologi pengawetan produk. Langkah ini penting dalam rangka memperluas kesempatan kerja serta menggerakkan perekonomian perdesaan
b. Perlunya organisasi profesional dari petani, sehingga masyarakat secara berkelompok mampu menguasai agribisnis ini mulai dari hulu sampai ke hilir. Hal ini sangat penting dilakukan karena agribisnis hulu dan hilir inilah yang mempunyai nilai tambah tinggi dan sangat menentukan keberlanjutan usaha ini.
c. Perlunya pengembangan teknologi baik dalam pengelolaan ternak, penyediaan sarana pendukung seperti tehnologi pengawetan rumput, intensifikasi penanaman rumput, tehnologi pembuatan pakan dari limbah pertanian pangan, pengawetan produk/susu, pengolahan dan pengawetan produk, pengolahan limbah untuk pupuk atau bahan bakar dll. Usaha-
72
usaha ini dilakukan dalam rangka meningkatkan nilai tambah serta perluasan kesempatan keija di perdesaan.
VI.2. Saran Beberapa strategi yang dapat dijalankan sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan program gaduhan sapi yang sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petemak dan pengembangan temak sapi perah diantaranya:
1. Adanya seleksi penggaduh yang lebih ketat yang dilakukan oleh dinas terkait dengan mengikutsertakan ketua kelompok tani dan tokoh masyarakat (RT/RW) dalam menentukan orang-orang yang tepat dalam menentukan penggaduh. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan masukan yang lengkap dan dari berbagai pihak tentang moral dan perilaku calon penggaduh.
2. Gaduhan sapi diberikan kepada anggota kelompok tani, dan setoran pergulirannya diberikan kepada anggota kelompok tani tersebut. Hal ini bertujuan untuk memberikan tekanan moral kepada penggaduh dengan tujuan agar anggota kelompok yang lain ikut mengawasi penggaduh dalam mengelola temaknya. Penggaduh dengan pengelolaan yang baik diharapkan dapat dengan cepat menggulirkan temaknya, sehingga anggota yang lain dapat segera mendapatkan gaduhan sapi juga.
3. Perlu adanya evaluasi yang melibatkan ketua kelompok tani, baik sewaktu pengadaan temak untuk digaduhkan, maupun setelah temak dalam proses gaduhan. Tujuannya adalah untuk menghindari adanya suplai temak dengan kualitas yang buruk, dan evaluasi ke penggaduh bertujuan agar sapi gaduhan jatuh kepada orang yang tepat. Hal ini memungkinkan juga adanya penarikan kembali atau memindahkan ke penggaduh lain terhadap
73
temak gaduhan apabila temyata si penggaduh tidak dapat merawat temaknya dengan baik. Disamping itu evaluasi ini bermanfaat juga untuk mengambil tindakan yang tepat hila tetjadinya kenyataan sapi mandul atau cacat.
Dalam upaya meningkatkan pendapatan petemak dan pengembangan petemakan sapi perah pada umumnya, beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
1. Peningkatan jumlah kepemilikan temak piaraannya tiap keluarga dengan mengoptimalkan sumber daya alam khususnya lahan untuk penanaman rumput. Adapun jumlah kepemilikan minimal agar tercapai usaha yang efisien perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. 2. Sebagai upaya peningkatan kualitas pakan maka penanaman rumput perlu dilakukan intensif, selain itu pengembangan tanaman keras yang menghasilkan hijauan temak pendukung perlu dilakukan seperti lamtoro gung, warn maupun jenis lainnya. 3. Sebagai upaya untuk menjaga stok pakan khususnya hijauan pakan temak diperlukan upaya pengawetan pakan, khususnya pada waktu mustm penghujan dimana stok hijauan pakan temak cukup berlimpah.
74
DAFTAR PUSTAKA I. Adiwijoyo, Suwamo. (2005), Reformasi Bidang Pertanian; Memimpikan Kemandirian Petani Indonesia, Pakar, Jakarta. 2. Adi, Isbandi Rukminto. (2003), Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. LP-FEUI. Jakarta. 3. Arsyad, Lincoln. (1997), Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta 4. Bappeda Kota Salatiga. (2005), Profil Daerah Kota Salatiga Tahun 2005. 5. Chambers, Robert. Jakarta. I987
Pembangunan Desa Mulai dari Belakang.
LP3ES.
6. Desai, V andana dan Potter, Robert B. (2002), The Companion to Development Studies. Oxford University Press. New York. 7. Gubemur Jawa Tengah, (2004), Keputusan Gubemur Jawa Tengah No. I Tahun 2004 tentang Pedoman Penyebaran dan Pengembangan Temak Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Semarang. 8. Kartasasmita, Ginanjar. (1996), Pemberdayaan Masyarakat: Pembangunan yang Berakar pada Masyarakat. Bappenas. Jakarta.
Konsep
9. Kecamatan Argomulyo. (2007), Monografi Kecamatan Argomulyo Bulan Agustus 2007. Argomulyo Salatiga. I 0. Khairuddin. (2000), Pembangunan Masyarakat; Tinjauan Aspek Sosiologi, Ekonomi dan Perencanaan. Liberty. Yogyakarta. II. Kusnadi. (2006), Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Bandung.
Humaniora.
I2. Ness, Mamia. (2007), Modul Pelatihan Dasar Relawan; Program PNPM-P2KP Provinsi J awa Tengah. 13. Mubyarto dkk. (1994), Keswadayaan Masyarakat Desa Tertinggal; Prospek Pedesaan Edisi sembilan. Aditya Media. Yogyakarta. 14. Nuhung, Iskandar Andi. (2006), Bedah Terapi Pertanian Nasional; Peran Strategis dan Revitalisasi. Buana Ilmu Populer. Jakarta.
75
15. Patton, Michael Quinn. (2006), Metode Evaluasi Kualitatif (terjemahan). Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 16. Prijono, Onny S dan A.M.W. Pranaka. (1996), Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Center for Strategic and International Studies. Jakarta. 17. Remi, Sutyastie Soemitro dan Tjiptoherijanto, Prijono. (2002), Kemiskinan dan Ketidakmerataan di Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta. 18. Saragih, Bungaran. (1998), Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian; Kumpulan Pemikiran. Mulia Persada Indonesia dan Surveyor Indonesia. 19. Siregar, MS dan Soribasya. (1995), Sapi Perah; Jenis, Tehnik Pemeliharaan dan Analisa Usaha. Panebar Swadaya. Jakarta. 20. Simanjuntak, TMS. (2003), Corporate Forum for Community Development & Community Development Circle. Duafa Republika. Jakarta. 21. Suharto, Edi. (2005), Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat; Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Refika Aditama. Bandung. 22. Supriatna, Tjahya. (1997), Birokrasi Pemberdayaan dan Kemiskinan. Humaniora Utama Press. Bandung.
Pengentasan
23. Suryabrata, Sumadi. (1995), Metodologi Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 24. Usman, Sunyoto. (2006), Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar Ofset. Yogyakarta. 25. UNDP. Human Development Report 1997. (1997), Oxford University Press. New York. 26. Walle, D.V. dan Cratty, D., (2003), Is the Emerging Non-Farm Market Economy the Route Out of Poverty in Vietnam. World Bank Policy Research Working Paper. Washington,DC.
76
Lampiran 1. Peta Wilayah Kota Salatiga
w
POERINTAH KOlA
SALATIGA
REHCAHA TATARUAHQ: WI.AYNi KOTA SH.ATIOA TN«JN 201M • 20131
.....,............,.,.
E::3-E:=::3-"'-"""''RTASI
c::::;::3 -~
~ ----~------~ ----~------e::;::]Suogol
-•• -T.,...T.,eA T..,.,_.T.,. C SWT-
E3-...-....~ ---Td
--
~ ...
... I'EtA
__...
I
I U f AftA
~
S KAl A
'
-
__,,...........,
77
·~
Lampiran 2. Kandungan Gizi konsentrat (pakan temak) untuk berbagai kategori sapi perah (Direktorat Jendral Petemakan dalam Soribasya,S. 1995).
1. Pedet Betina: - Protein kasar tidak kurang dari 20% - Enerji tidak kurang dari 65% - Kalsium tidak kurang dari 0,6% - Fosfor tidak kurang dari 0,4% - Vitamin A tidak kurang dari 1. 722 IU/Kg bahan 2. Dara - Protein kasar tidak kurang dari 16% - Enerji tidak kurang dari 63% - Kalsium tidak kurang dari 10,3% - Fosfor tidak kurang dari 0,4% - Vitamin A tidak kurang dari 1.297 IU/Kg bahan 3. Induk Laktasi - Protein kasar tidak kurang dari 18% - Enerji tidak kurang dari 75% - Kalsium tidak kurang dari 1,0% - Fosfor tidak kurang dari 0,8% -Vitamin A tidak kurang dari 2.214 IU/Kg bahan 4. lnduk Kering - Protein kasar tidak kurang dari 11% - Enerji tidak kurang dari 60% - Kalsium tidak kurang dari 0,3 7% - Fosfor tidak kurang dari 0,26% - Vitamin A tidak kurang dari 3.200 IU/Kg bahan
78
Lampiran 3. Sebagian Transkrip Wawancara dengan Petani Penggaduh Petikan wawancara dengan Bpk Nasiki di dukuh Pamot RT 01 RW 01 Keluranar.. Noborejo Kecamatan Argomulyo Salatiga Narasumber Pewawancara Hari I tanggal Waktu Tern pat
Bpk Nasiki Joko Purnomo Minggu I 29 Juli 2007 Pukul 14.30 WIB Rumah Bapak Nasiki
JP
Sejak kapan pak Nasiki mendapat temak (sapi) gaduhan?
NSK
Wah kapan ya, sepertinya sekitar tahun 1994, sudah lamajadinya agak lupa
JP
Sapinyajenis apa yang diterima?
NSK
Waktu itu sebenamya saya menerima bibit sapi jenis kereman (sapi potong), akan tetapi karena saya rasa perkembangannya kurang baik, ditambah lagi saya hams menunggu lama untuk mendapatkan basil, padahal modal saya kan terbatas, maka sayajual dan saya belikanjenis sapi perah
JP
Kenapa ditukarkan dengan jenis sapi perah dan waktu itu seijin petugas atau tidak?
NSK
: Waktu itu saya tidak ijin dengan petugas, dalam pikiran saya yang penting kewajiban angsuran/setoran dapat saya penuhi. Awalnya pak petugas juga agak marah karena saya tidak koordinasi terlebih dahulu, akan tetapi setelah saya jelaskan tujuan saya dan saya menyatakan bertanggung jawab penuh terhadap kewajiban pengembalian/setoran maka pak petugas juga bisa mengerti.
Alasan kenapa saya tukarkan dengan jenis sapi perah adalah
dengan pertimbangan bahwa dengan memelihara sapi perah saya mendapatkan keuntungan/masukan dua jenis produk, yaitu anakan sapi dan susu sapi yang dapat saya perah setiap hari. Hasil harian dari penjualan susu segar sangat kami perlukan karena dengan adanya basil harian maka keperluan pakan temak terutama pakan tambahan dapat dipenuhi dari basil penjualan susu tersebut. Maklumlah kami ini modalnya hanya tenaga saja
79
jadi kalau harus nunggu nanti menjual anakan sapi ya kami harus makan apa untuk keluarga. JP
Bibit temak yang bapak terima waktu itu kira-kira umumya berapa?
NSK
Kalau kata petugas 1 tahun, tetapi kalau menurut kami paling masih 6 - 8 bulan, sapinya masih kecil kok. Kalau petani disini menyebutnya masih "pedet pethot" atau pedet yang mulai disapih (dilatih untuk tidak menyusu ke induknya langsung).
JP
Lalu bagaimana kewajiban pengembalian atau setoran ke pemerintah?
NSK
Ya waktu itu pokoknya kami harus mengembalikan anakan dari sap1 tersebut sebanyak 2 ekor.
JP
Dikasih waktu berapa tahun untuk pengembalian atau untuk menyelesaikan setoran?
NSK
Wah saya malah tidak tahu, waktu itu setahu saya setelah sapi beranak, anak pertama dan kedua harus disetor kembali ke pemerintah.
JP
Umur berapa sapi yang disetor kembali ke pemerintah?
NSK
Waktu itu kami diberitahu temak yang harus disetor kembali adalah sekualitas dengan yang kami terima, jadi ya kami setorkan anakan sapi tersebut setelah anakan sapi disapih dari menyusu induknya.
JP
Sekarang ini apakah bapak telah melunasi setoran tersebut?
NSK
Sudah.
JP
Menurut bapak bermanfaat tidak pemberian gaduhan sap1 tersebut bagi petani?
NSK
Wah, manfaat sekali pak, terutama sapi perah. Kalau sapi perah ada hasil hariannya, tetapi kalau sapi jenis kereman atau potong kan harus menunggu anakan besar dan dijual. Jadi kami kerepotan dalam menyediakan pakannya, terutama makanan tambahannya itu lho, seperti bekatul dan sentrat (konsentrat). Kalau sapi perah sebagian hasil penjualan susu dapat dibelikan pakan tersebut, dan sebagian lain untuk belanja dapur.
JP
: Apakah adanya gaduhan sapi juga dapat mendukung usaha pertanian bapak?
80
NSK
Iya, kotorannya kan bisa digunakan untuk pupuk. Selain itu dengan adanya sapi rumput-rumput pengganggu di ladang kan bisa dimanfaatkan untuk pakan, jadi sekalian membersihkan tumbuhan pengganggu sekalian mencari rumput untuk pakan sapi.
JP
Apakah adanya sapi gaduhan dapat mengurangt pengangguran di desa bapak?
NSK
Kalau mengurangi sepertinya belum bisa pak, sebab disamping jumlah sapi yang belum terlalu banyak peketjaan pemeliharaan sapi biasanya dilakukan sambil lalu saja oleh petani. Jadi sapi ini kan masih usaha sampingan jadi tidak dapat menyerap tenaga ketja. Jadi hanya memberi tambahan perketjaan kepada petani.
JP
Apakah tidak ada rencana untuk mengembangkan usaha ini?
NSK
Sebenamya rencana ada, tapi terbentur modal yang terbatas.
JP
Sekarang ini berapajumlah temak bapak?
NSK
3 ekor, 2 ekor yang dapat diperah, sedangkan yang satu jantan yang rencananya nanti dijual sebagai sapi potong.
JP NSK
: Kenapa memelihara sapi jantan, kalau perkawinannya kan memakai IB? Pejantan itu memang sengaja saya pelihara sampai besar. ltu saya anggap sebagai tabungan.
JP
Kan ada hasil harian dari penjualan susu segar?
NSK
Kalau hasil penjualan susu segar ya habis untuk beli pakan dan belanja harian ibunya anak-anak. Kalau sapi potong hila dijual dapat digunakan untuk keperluan yang lebih besar seperti untuk memperbaiki rumah atau bisa juga dibelikan indukan sapi lagi
JP
Kalau pak Nasiki rencana untuk apa, kan dah cukup besar?
NSK
Ha ha ha. Belum tau, sekarang pokoknya nabung saja dulu.
JP
Sampai berapajuta kalau pejantan sebesar ini?
NSK
Kemarin pak In dah berani 5,5 juta.
JP
Wah lumayan ya pak?
NSK
Iya.
81
Petikan wawancara dengan Bpk Marwoto di dukuh Tetep Wates RT 01 RW 02 Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Salatiga Narasumber Pewawancara Hari I tanggal Waktu Tempat
Bpk Marwoto Joko Pumomo Rabu I 8 Agustus 2007 Pukul 13.00 WlB Rumah Bapak Marwoto
JP
Sejak kapan pak Nasiki mendapat temak (sapi) gaduhan?
MAR
Wah kapan ya, mungkin tahun 93 atau 94.
JP
Sekarang berapa jumlah sapi yang dipelihara?
MAR
3 ekor
JP
Produktif semua?
MAR
Iya.
JP
Berapa produksi setiap ekomya?
MAR
12 liter perekor per hari
JP
Bgaimana kewajiban pengembalian atau setoran ke pemerintah?
MAR
Ya kami hams mengembalikan anakan dari sapi terse but sebanyak 2 ekor.
JP
Dikasih waktu berapa tahun untuk pengembalian atau untuk menyelesaikan setoran?
MAR
Yang saya tahu anakan pertama dan kedua disetor kern bali ke Dinas.
JP
Umur berapa sapi yang disetor kembali ke pemerintah?
MAR
8 bulan
JP
Sekarang ini apakah bapak telah melunasi setoran tersebut?
MAR
Sudah.
JP
Menurut bapak bermanfaat tidak pemberian gaduhan sap1 tersebut bagi petani?
MAR : Ya sangat bermanfaat, dengan adanya gaduhan sapi ini orang yang tadinya tidak ada harapan bisa punya sapi kan jadi bisa punya kesempatan untuk memiliki sapi. Bagi petani sapi itu kan mitra sekaligus sebagai tabungan. Jadi kalau punya sapi ketika ada keperluan mendadak ya bisa dijual dengan cepat. Banyak warga sekitar sini yang belum dapat gaduhan sapi dari
82
pemerintah yang menggaduh dari tetangga atau familinya agar dapat memelihara temak tersebut. Padahal gaduhan dari tetangga atau keluarga biasanya mempunyai sistem bagi hasil yang lebih berat hila dibanding dengan gaduhan dari pemerintah. JP
Bagaimana sistem bagi hasil kalau dari tetangga?
MAR
Istilahnya "maro" artinya kalau sapi itu beranak dua kali maka satu ekor untuk pemilik induk dan satu ekor untuk penggaduh, sedangkan induk tetap menjadi hak pemilik. Kalau gaduhan dari pemerintah lebih ringan, asal sudah setor dua anakan sapi sepenuhnya sudah menjadi milik penggaduh.
JP
Apakah adanya sapi gaduhan dapat membantu pendapatan keluarga bapak?
MAR
lya, membantu sekali. Hasil susu harian itu kan dah bisa untuk memenuhi kebutuhan temak sekalian juga memberikan tambahan untuk belanja kebutuhan dapur. Bahkan anak saya bisa kuliah dari hasil sapi ini kok pak. Iya memang sapi saya jumlahnya tetap 3 ekor sebab yang lain dah dijual untuk membayar SPP anak saya. Dulu temak saya bisa sampai 8 ekor sewaktu belum membiayai sekolah/kuliah anak saya di Jakarta.
JP
Bagaimana bapak menjual susu sehari-harinya?
MAR
Sudah diambil oleh pengepul pak, tiap pagi dan sore pengepul tersebut yang keliling dari rumah ke rumah, jadi kita tinggal nunggu saja di rumah
JP
Berapa harga per litemya
MAR
Sekarang Rp 1.550,-
JP
Kenapa tidak disetor ke KUD sendiri,
MAR
Tidak sempat pak, apalagi kalau disetor sendiri harganya hanya terpaut 50 rupiah saja, jadi mending dititipkan ke pengepul.
JP
Apakah ada bimbingan dari Dinas pak?
MAR
Ada pak, petugas petemakan ada, penyuluhjuga ada.
JP
Apakah bapak merasa terbantu dengan keberadaan petugas tersebut
MAR
Iya pak, Kalau mau 18 (Inseminasi buatan) kan minta tolong sama petugas tersebut. Hanya kalau disini memang ada masalah sedikit karena petugas
83
tersebut tidak tinggal di desa ini jadi kadang kita susah bila ada keadaan yang darurat, seperti sapi sakit, atau mau beranak. Jadi kurang praktis. JP
Kan ada HP yang bisa dihubungi?
MAR
Iya memang, tapi kadang kalau sedang didaerah lain kan lama juga nunggunya. Satu kecamatan hanya dilayani 2 orang jadi mungkin ya agak kesulita untuk melayani dengan cepat
JP
Kalau harapan bapak ke pemerintah bagaimana?
MAR
Kalau bisa program gaduhan sapi ini lebih diperbesar volumenya, sebab masih banyak petani yang menginginkan untuk mendapat gaduhan sapi.
JP
Apakah minat masyarakat disekitar sini baik, kan lebih enak kerja di kota?
MAR
Minat masyarakat sangat baik, memang banyak pemuda-pemuda yang bekerja di kota tapi setelah berumah tangga banyak diantara mereka yang ingin kembali bekerja di kampung halaman, mereka biasanya menginginkan usaha di rumah di lingkungan keluarganya.
JP
Kalau memang minat masyarakat tinggi, bagaimana dengan penyediaan rum put?
MAR
Kalau rumput sekarang ini masih tersedia cukup banyak, apalagi kalau musim penghujan. Biasanya rumput terbatas kalau mengalami kemarau yang panJang.
JP
Kalau sekarang saja rumput dah kekurangan meskipun pada musim kemarau saja, bagaimana kalau volume usaha petemakan ini di perbesar, bisa-bisa rumput harus beli juga.
MAR
Sebenamya lahan penanaman rumput masih cukup banyak, kalau kondisi sekarang ada kekurangan hanya karena masyarakat belum mengusahakan secara optimal penanaman rumput ini.
JP
Bagaimana saran dari petugas?
MAR
Petugas sering menyarankan untuk mengintensifkan penanaman rumput ini, bahkan untuk mengatasi kekurangan pada musim kemarau kami pemah diajak praktek untuk mengawetkan rumput.
JP
: Kenapa tidak dilakukan?
84
MAR
Saya tidak pemah sampai kekurangan jadi kalau saya bel urn perlu, sekarang ini kan sudah kemarau panjang tapi persediaan rumput di ladang masih cukup banyak.
JP
Memangnya berapa luas laban rumput punya bapak?
MAR
Kira-kira 2.500 meter persegi yang saya tanami rumput. Kalau harga susu seperti sekarang saya berani mengganti tanaman singkong saya untuk lahan rumput.
JP
Mengapa begitu pak?
MAR
Ya karena singkong harga jualnya juga murah, nunggunya lama lagi. Selama ini saya tidak pemah menjual singkong karena harganya murah. Singkong yang saya tanam juga untuk pakan sapi ini.
JP
Apa tidak sayang pak?
MAR
Tidak karena kalau dijual hasilnya tidak lebih banyak. Kalau saya berikan sapi nanti kan jadi susu, dan kami jual susunya saja kan lebih mudah dan lebih bagus harganya.
JP
Berarti usaha bapak ini sudah tidak ada kendala ya?
MAR
Ya ada pak, semua usaha pasti ada kendala.
JP
Apa itu?
MAR
Kalau sekarang memang sudah tidak banyak, tapi pada awalnya dahulu banyak sekali. Bahkan sapi saya ada yang mati juga karena sakit. Cukup lama saya belajar agar usaha ini berkembang.
JP
Setelah bapak pelajari temyata kenapa sapinya mati?
MAR
Waktu itu kandang saya memang terbuka, rupanya kalau malam hari sapi itu tidak kuat apalagi kalau sapi bam beli, udara disini kan dingin sekali kalau malam. Waktu itu saya juga tidak tabu, hanya sapi yang lain saya pindah ke dapur kok tidak sakit, akhimya kandangnya saya pindah di samping dapur sampai sekarang.
85
Lampiran 4. Jenis sapi perah yang diusahakan di lokasi penelitian
Lampiran 5. Model Kandang untuk Pemeliharaan Sapi Perah di lokasi penelitian
86
Lampiran 6. Model Pemeliharaan Sapi Perah oleh Petani Penggaduh di Lokasi Penelitian
87
Lampiran 7. Rumput Gajah dan Hijauan lain (Rumput gulma/rumput liar di kebun) siap diberikan untuk pakan temak
Lampiran 8. Singkong yang telah dicacah sebagai pakan tambahan untuk sapi perah
88
Lampiran 9. Penanaman rumput gajah yang difungsikanjuga sebagai batas tanah pekarangan
Lampiran I 0. Penanaman rumput gajah disela-sela tanaman keras di sekitar pekarangan rumah
89
Lampiran 11. Penanaman rumput gajah bersama dengan tanaman kebun (singkong)
Lampiran 12. Penanaman rumput gajah di lahan miring yang bermanfaat untuk mengurangi erosi akibat air hujan
90
Lampiran 13. Kotoran ternak yang telah dikeringkan, siap digunakan sebagai pupuk tanaman
Lampiran 14. Pengolahan kotoran ternak menjadi kompos yang siap untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik
91
Lampiran 15. Pemanfaatan pupuk kandang yang telah menjadi kompos sebagai media tanam di polibag
92
Lampiran 16. Koperasi Unit Desa yang membantu pemasaran susu sapi segar di lokasi penelitian
•
93