INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS ICT DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN Abdurrachman Faridi FBS UNNES, e-mail:
[email protected] Abstract It is an undeniable fact that most of our students nowadays can enjoy having new technology either at homes or at schools. For this, it is quite possible for them to have ICT for learning. The purpose of having this kind of method is that students will have two advantages at the same time, i.e. the linguistic aspects and the content. For the linguistic aspects, firstly, they will learn the English sound system through spelling, secondly the grammar, by combining words into longer utterances, and finally the choice of words or vocabulary. While for the content, ICT let the students learn (assisted by the teacher) the variety of language used within a certain subject. Teaching technique using chalk and talk or explanation is not popular anymore. It is then suggested that the teacher uses internet within his teaching learning process and it is also compulsory for the students to learn to use it. The Internet is a must, because it can be used (1) as the source of knowledge (2) as an aid for learning (instructional aid) (3) as teaching or learning facility (4) as a standard of competency (5) as an administrative equipment (6) as a supporting equipment for the school management (7) as an educational infrastructure. Beside the aforementioned aspects, there are additional factors to consider. Among others are (a) the environmental factor which consists of school or institution holding the activity (b) students who learn, their ages, social and economical background, the language and literacy of IT, the variety of learning (c) the teacher, consists of the background of the teacher, the age, the teaching style, the experience and the personality (d) factors of technology which consists of computer, software, internet network and other application of EducateNet at schools. Kata kunci: ICT, standar kompetensi, infrastruktur, literatur, jaringan internet
(global) ini hanya berlangsung dalam hitungan waktu tidak lebih dari setengah abad (Dryden dan Voss, 1999). Berbeda dengan era pertanian dan industri, masyarakat dunia telah berada dalam era masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Dalam era seperti ini, kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan pengetahuannya untuk meningkatkan produktivitas menjadi vital. Pendidikan seyogyanya harus mampu membangun sumber daya manusia yang seperti ini. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan diarahkan agar mampu menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi tantangan masa depan secara efektif dan efisien, dengan memanfaatkan seluruh aspek sumber daya
PENDAHULUAN Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat telah berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Sampai saat ini, menurut Toffler, perkembangan tersebut telah mencapai gelombang yang ketiga. Gelombang pertama timbul dalam bentuk teknologi pertanian, era pertanian ini telah berlangsung selama ratusan ribu tahun yang lalu bahkan sampai sekarang. Gelombang kedua timbul dalam bentuk teknologi industri, era industri ini telah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu sampai sekarang. Kini, gelombang ketiga yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi elektronika dan informatika. Perubahan dari era industri ke era informasi
59
60
LEMBARAN ILMU KEPENDIDIKAN JILID 38, NO. 1, JUNI 2009
Tabel 1. Perbandingan HDI Indonesia dengan Negara lain Tahun Negara 1995 2000 2002 2003 2004 2006 Thailand 58 76 70 74 76 74 Malaysia 59 61 59 58 59 61 Philipina 100 77 77 85 83 84 Indonesia 104 109 110 112 111 108 China 111 99 96 104 94 81 Vietnam 120 108 109 109 112 109 Sumber: UNDP HDI Rank (1995, 2000, 2002, 2003, 2004, dan 2006)
yang ada termasuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau dikenal dengan ICT (Information and Communication Technology). Pemanfaatan ICT untuk pendidikan, utamanya pembelajaran bahasa Inggris, sudah menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Berbagai aplikasi ICT sudah tersedia dalam masyarakat dan sudah siap menanti untuk dimanfaatkan secara optimal untuk keperluan pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai dengan fungsinya dalam pendidikan. Menurut Indrajut (2004), fungsi teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan dapat dibagi menjadi tujuh fungsi, yakni: (1) sebagai gudang ilmu, (2) sebagai alat bantu pembelajaran, (3) sebagai fasilitas pendidikan, (4) sebagai standar kompetensi, (5) sebagai penunjang administrasi, (6) sebagai alat bantu manajemen sekolah, dan (7) sebagai infrastruktur pendidikan Merujuk pada ketujuh fungsi tersebut dapat dipahami bahwa ICT dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya dalam dunia pendidikan. Maka dari itu, Kementrian Komunikasi dan Informasi bersama-sama dengan Komunitas Telematika Indonesia meluncurkan satu konsep Bulan Telematika atau ICT (Information and Communication Technology) month yang jatuh pada bulan
Agustus. Tujuan utama dari kegiatan itu adalah adanya usaha sosialisasi aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. Selanjutnya, dalam perkembangan ICT untuk pendidikan dikembangkan menjadi Jardiknas (Jaringan Pendidikan Nasional). Secara umum, hasil pendidikan Indonesia belum memuaskan. Hal itu tercermin pada laporan beberapa lembaga internasional berkenaan dengan tingkat daya saing sumber daya manusia Indonesia dengan negara-negara lain. Berdasarkan laporan UNDP tahun 2006, peringkat HDI Indonesia berada pada posisi 108 dari 177 negara. Sementara peringkat HDI Indonesia dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia pada tahun-tahun sebelumnya dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel itu memperlihatkan bahwa betapa posisi Indonesia tidak jauh berubah sejak tahun 1995, bahkan antara tahun 2003,2004, dan 2006 tidak mengalami perubahan peringkat, bila di lihat dari jumlah negara yang di survei. Indonesia berada diperingkat 112 dari 175 negara (2003) dan 111 dari 177 negara (2004) serta 108 dari 177 negara (2006). Organisasi internasional yang lain juga menguatkan hal itu, yakni: International Educational Achievement (IEA) melaporkan bahwa kemampuan membaca anak-anak SD Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang disurvei. Sementara itu, Third Matemathics and Science Study (TIMSS),
Abdurrachman Faridi, Inovasi Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis ICT
lembaga yang mengukur hasil pendidikan di dunia, melaporkan bahwa kemampuan matematika anak-anak SMP juga berada di urutan 34 dari 38 negara, sedangkan kemampuan IPA berada di urutan ke-32 dari 38 negara (Puskur 2004). Pembaharuan pendidikan di Indonesia memang harus terus dilakukan. Selain itu, perlu juga diupayakan penataan pendidikan yang bermutu dan terus menerus, yang adaptif terhadap perubahan zaman. Rendahnya mutu sumber daya manusia Indonesia itu memang tidak lepas dari hasil-hasil yang dicapai oleh pendidikan Indonesia selama ini dan, harus diakui, masih banyak persoalan yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia. Selama ini hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan anak-anak menghapal faktafakta. Walaupun banyak anak-anak mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam substansi materinya. Pertanyaannya, bagaimana pemahaman anak terhadap dasar kualitatif di mana fakta-fakta saling berkaitan dan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi baru? Termasuk pula dalam pembelajaran bahasa Inggris. Sebagai bahasa komunikasi dunia internasional, bahasa Inggris dipelajari oleh masyarakat sebagai media untuk mengenal dunia. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan seni yang dikembangkan saat ini sebenarnya dapat digenggam di tangan siswa tanpa hitungan detik. Melalui dunia maya (:internet) pembelajaran bahasa Inggris menjadi makin menarik. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah inovasi pembelajaran bahasa Inggris berbasis ICT dalam rangka meningikatkan mutu pendidikan bangsa Indonesia. Bukti Keberhasilan Pembelajaran Menggunaakan ICT Semua negara di dunia menyakini
61
bahwa pendidikan merupakan faktor kunci dalam pembangunan bangsa dan negaranya. Dua pokok permasalahan yang umumnya dihadapi mereka adalah peningkatan mutu dan perluasaan kesempatan belajar. Pertanyaan yang mendasar dalam menyikapi permasalahan tersebut adalah (1) bagaimana meningkatkan mutu pendidikan di semua jalur dan tingkatan sehingga menghasilkan manusia dan generasi yang dapat memberikan kontribusi pada masyarakat, bangsa, negaranya, mampu hidup dan bersaing dalam kancah dunia global, namun tanpa kehilangan identitas nasionalnya, dan (2) bagaimana memberikan pelayanan pendidikan dan belajar yang seluas-luasnya pada semua anak dan warga negaranya terlepas dari latar belakang suku, agama, sosial ekonomi, jenis kelamin, lokasi temapt tinggal serta kondisi mental fisiknya. Dua masalah ini tidak mudah dipecahkan bersama-sama. Mengingat berbagai keterbatasan yang ada sehingga seringkali perhatian yang diberi pada satu sisi menangguhkan penanganan sisi yang lain. Namun, dengan adanya ICT (Information and Communication Technology) diyakini sebagai salah satu cara strategis mengatasi masalah tersebut. Hal ini didasarkan pada beberapa penelitian sebagai berikut. 1) Watson (1993) dalam The Impact Report. An Evaluation of the Impact of Information Technology on Children’s Achivment in Primary and Secoundary Schools menemukan korelasi positif penggunaan ICT di kelas dan kinerja siswa. 2) Laporan World Bank tahun 1997 tentang program Global Distance Learning Network (GDLN) melaporkan bahwa pengembangan e-learning pada pendidikan di Amerika sangat efektif memungkinkan 30% pendidikan lebih baik, 40% lebih singkat, dan 30 % biaya lebih murah (Uno 2007) 3) Muijs & Reynolds (2008) dalam
62
LEMBARAN ILMU KEPENDIDIKAN JILID 38, NO. 1, JUNI 2009
Effective Teaching menemukan bahwa penggunaan ICT di kelas memberikan dampak peningkatan antusiasme dan on-task behavior yang tinggi pada siswa dalam mengerjakan tugas, karena siswa mendapatkan hal baru dan berbeda (novelty effect). Hasil positif dari penelitian tersebut jelas mendorong penggunaan ICT dalam pembelajaran bahasa Inggris untuk melakukan inovasi pembelajaran. Upaya ini sejalan dengan program dari Departemen Pendidikan melalui PMPTK yang bertekad untuk mengembangkan ICT dalam dunia pendidikan. Namun, agar langkah penggunaan ICT dalam pembelajaran bahasa Inggris dapat berjalan dengan optimal tentu dibutuhkan langkah yang sinergis dari pelbagai pihak, termasuk di dalamnya oleh guru yang profesional. Artinya, seoarang guru mampu memiliki wawasan dalam penggunaan ICT selain pula kompeten dalam keilmuan tentang bahasa Inggris dan pembelajarannya. Konsep Inovasi Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis ICT Istilah inovasi memberikan pandangan bahwa ada sesuatu yang baru,
unik dan menarik. Kebaruan, keunikan dan kemenarikan itu harus bermuara pada kemanfaatan. Manusia sebagai makhluk sosial yang dinamis dan tidak puas dengan apa yang sudah ada akan selalu mencoba, menggali dan menciptakan sesuatu yang ’baru’ atau ’lain’ dari biasanya, begitu pula masalah inovasi yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Inovasi yang ada dalam pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu upaya baru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, sarana dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Lebih lanjut, istilah ‘baru’ dalam inovasi dapat dimaknai sebagai apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi (siswa). Jadi, inovasi pembelajaran bahasa Inggris berbasis ICT dapat diwujudkan dengan perangkat pembelajaran berbasis ICT. Perangkat tersebut meliputi: (1) kerangka konsep KTSP, (2) silabus-RPP, (3) materi ajar, (4) media/alat peraga, dan (5) evaluasi pembelajaran. Secara sederhana, konsep inovasi dalam pembelajaran bahasa Inggris berbasis ICT dapat dilihat dari hasil perangkat
Abdurrachman Faridi, Inovasi Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis ICT
pembelajarannya. Keseluruhan perangkat ini dikemas dalam format pembelajaran berbasis ICT dengan tidak mengesampingkan kompetensi komunikatif siswa dalam mempelajari bahasa asing. Titik tekan pembelajaran masih menonjolkan hakikat pembelajaran bahasa sebagai sarana komunikatif siswa dalam mengenal dunai sekitarnya. Dampak dari inovasi pembelajaran bahasa Inggris adalah lahirnya para guru inovatif. Berikut disajikan gambar alur konsep inovasi pembelajaran pembelajaran bahasa Inggris berbasis ICT. Sebagai media dalam proses pendidikan, ICT menawarkan beberapa aplikasi yang dapat dilakukan inovasi dalam pembelajaran bahasa Inggris. Aplikasi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. 1. E-learning E-learning atau pembelajaran melalui online adalah pembelajaran yang pelaksanaanya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelit atau komputer. Seperti Kursus atau pendidikan dengan media pembelajaran jarak jauh (distance learning) dan cyber classroom. Ada tiga sistem pembelajaran berbasis Internet dalam E-learning a. Web Course Merupakan penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran dimana bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian melalui internet atau tidak ada tatap muka dalam proses pembelajaran Seperti proses pendidikan jarak jauh (distance Education); virtual university. b. Web Centric Course Berbeda dengan Web Course, Web Centric Course lebih menekankan pembelajaran dimana bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan melalui internet. Ujian, dan sebagian konsultasi, diskusi & latihan secara tatap muka persentase tatap muka yang dilakukan
63
dalam proses pembelajaran lebih kecil. Seperti university off campus. c. Web Enhanced Course Merupakan penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran dimana internet hanya untuk mendukung kegiatan pembelajaran secara tatap muka atau persentase tatap muka yang dilakukan dalam proses pembelajaran lebih besar. 2. E-Library Merupakan perpustakaan online yang berisikan 800 milyar informasi tentang ilmu pengetahuan dll. 3. Virtual University Merupakan aplikasi dari proses pendidikan jarak jauh, dimana virtual university merupakan salah satu kemudahan yang diberikan layanan internet bagi pembelajar yang mengalami kesulitan dalam hal waktu tatap muka langsung, dan tentunya dalam prosesnya tidak mengurangi kualitas dari pendidikan tersebut. 4. EdukasiNet Merupakan situs pembelajaran berbasis internet; artikel, rancangan pengajaran, bahan ajar, proyek pendidikan, kurikulum, tutor, pusat sebaran dan penerbitan, forum diskusi, Interactive school magazine, video teleconference (kelompok diskusi berpusat di Global School Network,
[email protected]), TV Edukasi dan search engine. Bentuk-bentuk pengembangan lain internet dalam media pendidikan Lab Online (Virtual Laboratory), Data base materi yang ter-update, RealtimeWeb sharing dan diskusi. Pada dasarnya situs EdukasiNet dapat dimanfaatkan oleh siapa saja dan dengan cara yang sangat bervariasi dan fleksibel, tergantung kepada situasi dan kondisi sekolah dan guru yang bersangkutan. Namun demikian, untuk membantu para guru dalam pemanfaatan situs ini, beberapa bentuk pola pemanfaatan berikut dapat
64
LEMBARAN ILMU KEPENDIDIKAN JILID 38, NO. 1, JUNI 2009
dilakukan. a. Pola pemanfaatan di Lab Komputer Bagi sekolah yang telah memiliki fasilitas laboratorium komputer yang tersambung ke internet, dapat memanfaatkan situs ini di lab. Situs ini dapat diakses secara bersama-sama dalam bentuk klasikal ataupun individual di lab dengan bimbingan guru. b. Pola pemanfaatan di Kelas Apabila sekolah belum memiliki lab komputer, namun mempunyai sebuah LCD proyektor dan sebuah komputer yang tersambung ke internet, maka pemanfaatan situs ini dapat dilakukan dengan cara presentasi di depan kelas. Bahan belajar yang ada pada edukasi.net akan menjadi bahan pengayaan proses pembelajaran tatap muka di kelas, sesuai dengan topik yang dibahas pada saat itu. c. Pola penugasan Untuk sekolah yang belum memiliki sambungan internet, dapat memanfaatkan situs ini dengan pola penugasan. Siswa dapat mengakses internet pada tempattempat yang menyediakan jasa layanan internet, misalnya warnet, di rumah, ataupun tempat lainnya. d. Pola pemanfaatan individual Di luar itu semua siswa di beri kebebasan untuk memanfaatkan dan mengeksplor seluruh materi yang ada pada EdukasiNet, baik yang berupa bahan belajar, pengetahuan populer dan fasilitas komunikasi secara individual. Pemanfaatannya bisa dilakukan di rumah, bagi siswa yang memiliki komputer yang tersambung ke internet atau dilakukan di Warnet. Untuk memanfaatkan EdukasiNet sebagai media pembelajaran di sekolah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pemanfaatan EdukasiNet bisa berhasil, antara lain: a) Faktor lingkungan yang meliputi institusi penyelenggara pendidikan (dalam hal ini sekolah). b) Siswa/peserta didik/pebelajar,
meliputi usia, latar belakang sosial ekonomi dan budaya, penguasaan bahasa maupun IT literacy, serta berbagai gaya belajar. c) Guru/pendidik/pembelajar, meliputi latar belakang, usia, gaya mengajar, pengalaman, dan personalitinya. d) Faktor teknologi meliputi computer, perangkat lunak, jaringan koneksi internet dan berbagai kemampuan yang dibutuhkan berkaitan dengan penerapan EdukasiNet di lingkungan sekolah. 5. Jardiknas Jardiknas merupakan Wide Area Network (WAN) Pendidikan skala Nasional Jardiknas terdiri dari 4 zona jaringan, meliputi: (1) Jardiknas Kantor Dinas/Insitusi (DiknasNet), (2) Jardiknas Perguruan Tinggi (Inherent), (3) Jardiknas Sekolah (SchoolNet), dan (5) Jardiknas Guru dan Siswa (TeacherNet and StudentNet). Manfaat Jardiknas secara umum antara lain: a) Peningkatan kecepatan layanan informasi yang integral, interaktif, lengkap, akurat dan mudah didapat. b) Memberikan pelayanan data dan informasi pendidikan secara terpadu. c) Menciptakan budaya transparan dan akuntabel. d) Merupakan media promosi pendidikan yang handal. e) Meningkatkan komunikasi dan interaksi baik secara lokal maupun internasional. f) Mengakses berbagai bahan ajar dari seluruh dunia, dan g) Meningkatkan efisiensi dari berbagai kegiatan pendidikan. Bahkan untuk membuat jaringan yang lebih luas, aplikasi yang ada dalam ICT disalurkan pula dalam bentuk jaringan internet. Hingga saat ini jaringan ini telah menjadi suatu medium belajar dan mengajar yang perlu diperhitungkan kemanfaatannya. Menurut Kamarga (2002),
Abdurrachman Faridi, Inovasi Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis ICT
internet merupakan jaringan yang terdiri dari ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal yang terhubung melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauannya mencakup seluruh dunia. Internet memiliki banyak fasilitas yang telah dipergunakan dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang pendidikan. Fasilitas tersebut antara lain: e-mail, Telnet, Internet Relay Chat, News groups, Mailing List (Milis), File Transfer Protocol (FTP), atau World Wide Web (WWW). Ada lima aplikasi stpenggunar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, terutama dalam inovasi pembelajaran, yaitu e-mail, Mailing List (milis), News groups, File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW) (Onno W. Purbo, 2002). World Wide Web atau sering disebut Web merupakan kumpulan dokumentasi terbesar yang tersimpan dalam berbagai server yang terhubung menjadi suatu jaringan (internet). Dokumen ini dikembangkan dalam format hypertext dengan menggunakan Hypertext Markup Language (HTML). Melalui format ini dimungkinkan terjadinya link dari satu dokumen ke dokumen atau bagian yang lain (http://www.livinginternet.com). Sebenarnya, internet awalnya lahir untuk suatu keperluan militer di Amerika Serikat. Pada awal tahun 1969 Advanced Research Project Agency (ARPA) dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat, membuat suatu eksperimen jaringan yang diberi nama ARPAnet untuk mendukung keperluan penelitian (riset) kalangan militer. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya jaringan ini dipergunakan untuk keperluan riset perguruan tinggi, yang dimulai dengan University of California, Stanford Research Institute dan University of Utah (Cronin, 1996). Fasilitas aplikasi Internet cukup banyak sehingga mampu memberikan dukungan bagi keperluan militer, kalangan media massa, kalangan bisnis, maupun kalangan pendidikan. Dalam kaitan pemanfaatannya untuk
65
pendidikan, Ashby (1972) seperti dikutip oleh Miarso (2004), menyatakan bahwa dunia pendidikan telah memasuki revolusinya yang kelima. Revolusi pertama terjadi ketika orang menyerahkan pendidikan anaknya kepada seorang guru. Revolusi kedua terjadi ketika diguanakannya tulisan untuk keperluan pembelajaran. Revolusi ketiga terjadi seiring dengan ditemukannya mesin cetak sehingga materi pembelajaran dapat disajikan melalui media cetak. Revolusi keempat terjadi ketika digunakannya perangkat elektronik seperti radio dan televisi untuk pemerataan dan perluasan pendidikan. Revolusi kelima, seperti saat ini, dengan dimanfaatkannya teknologi komunikasi dan informasi mutakhir, khususnya komputer dan internet untuk pendidikan. Revolusi ini memberi dampak terhadap beberapa kecenderungan pendidikan masa depan. Beberapa ciri tersebut, menurut Ashby seperti dikutip oleh Miarso (2004) adalah sebagai berikut: berkembangnya pembelajaran di luar kampus sebagai bentuk pendidikan berkelanjutan, orang memperoleh akses lebih besar dari berbagai sumber belajar, perpustakaan sebagai pusat sumber belajar menjadi ciri dominan dalam kampus, bangunan kampus berserak (tersebar) dari kampus inti di pusat dengan kampus satelit yang ada di tengah masyarakat, tumbuhnya profesi baru dalam dalam bidang media dan teknologi, dan orang dituntut lebih banyak belajar mandiri. Kecenderungan lain, seperti diungkapkan oleh Ryan et al (2000) adalah sebagai berikut: a. Teknologi yang ada saat ini dapat mentransformasi cara pengetahuan dikemas, disebarkan, diakses, diperoleh dan diukur. Sehingga merubah cara produksi dan penyampaian materi dari cetak dan analog ke dalam bentuk digital dalam bentuk DVD, CD-ROM, maupun bahan belajar on-line berbasis web lainnya.
66
LEMBARAN ILMU KEPENDIDIKAN JILID 38, NO. 1, JUNI 2009
b. Orang akan lebih memilih metode belajar yang lebih luwes (flexible), mudah, dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Sehingga memicu terjadinya pergeseran pola pendidikan dari tatap muka (konvensional) kearah pendidikan yang lebih terbuka. c. Dengan adanya teknologi internet ini sistem penyampaian dan komunikasi (delivery system and communication) antara siswa dengan guru, guru dengan guru atau siswa dengan siswa dapat dilakukan dengan berbagai bentuk dan cara, baik secara bersamaan (synchronous) maupun (asynchronous). Beberapa bentuk komunikasi yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut (Purbo, 1997): (1) Dialog elektronik (chatting); dialog elektronik adalah percakapan berbasis teks yang dapat dilakukan secara online dalam waktu bersamaan (synchronous) antara dua atau lebih pengguna internet. Contoh aplikasi dalam konteks pendidikan tinggi, dialog elektronik dapat digunakan untuk proses komunikasi antara dosen dengan beberapa orang mahasiswanya dalam mendiskusikan suatu pokok bahasan dalam perkuliahan tertentu. (2) Surat elektronik (e-mail); surat elektronik merupakan suatu bentuk komunikasi tidak bersamaan (asynchronous) yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara mahasiswa dengan dosen atau mahasiswa dengan mahasiswa lain melalui surat yang disampaikan secara elektronik melalui internet. Berbeda dengan chatting, dengan cara ini umpan balik yang diperoleh mungkin tertunda. (3) Konferensi kelompok melalui
(4)
surat elektronik (mailing list); Mailing list merupakan perluasan dari e-mail dimana seseorang dapat mengirim pesan kepada sekelompok orang tertentu yang telah terdaftar untuk bergabung dalam kelompok diskusi. Sebagai contoh, seorang dosen memiliki daftar mahasiswa yang tergabung dalam kelompok mata kuliah tertentu. Pemberian tugas dan diskusi dapat dilakukan melalui fasilitas seperti ini. Konferensi jarak jauh (teleconference); konferensi jarak jauh dapat berupa konferensi audio maupun konferensi video. Kedua konferensi ini dapat dilakukan dengan cara “point to point” atau “multi point”. Cara pertama dilakukan dalam dua tempat. Sedangkan cara kedua dilakukan dalam lebih dari dua tempat. Sebagai contoh, seorang guru dari sekolah tertentu dapat mendiskusikan suatu topik tertentu kepada siswa di beberapa sekolah lain dalam waktu bersamaan.
Kemajuan-kemajuan yang ada dalam dunia ICT perlu mendapat respon positif dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Namun, perlu diperhatikan pula masalah-masalah yang sering dihadapi dalam pengembangan inovasi pembelajaran bahasa Inggris berbasis ICT sebagai berikut: 1) Masalah akses untuk bisa menggunankan ICT seperti ketersedian jaringan internet, listrik, telepon, dan sarana prasaran lain yang menunjang. 2) Masalah ketersediaan software (peranti lunak), yakni bagaimana mengusahakan peranti lunakyang tidak mahal. 3) Masalah nuture efek terhadap kurikulum yang ada 4) Masalah skill dan knowledge
Abdurrachman Faridi, Inovasi Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis ICT
5) Attitude terhadap ICT Oleh karena itu, perlu diciptakan bagaimana semuanya mempunyai attitude yang positif terhadap ICT, bagaimana semuanya bisa mengerti potensi potensi ICT dan dampaknya ke siswa dan masyarakat, sehingga penggunaan teknologi baru bisa mempercepat pemerataan pendidikan dan pembangunan. PENUTUP ICT merupakan wujud kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan seni yang harus dioptimalkan fungsinya, terutama dalam pelaksanakan pembelajaran bahasa Inggris. ICT memberikan peluang untuk menapaki komunikasi global, sehingga dalam menghadapi era persaingan global siswa perlu mendapat bekal yang memadai. Melalui inovasi pembelajaran bahasa Inggris yang berbasis ICT dapat memberikan peluang yang seluas-luasnya kepada siswa untuk mengasah dan memacu kompetensinya dalam skala internasional. Di sisi lain, sikap mental dan kemadirian dalam mengakses segala infromasi pembelajaran yang dibutuhkan secara mandiri memberikan pengaruh dalam penanaman nilai-nilai kepribadian siswa agar tidak selalu menggantukan hidupnya dengan orang lain. Saat ini penguasaan ICT adalah keharusan yang bagi setiap insan agar tidak termakan zaman. Begitu pula dalam dunia pendidikan, inovasi pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa Inggris dapat dilakukan dengan memanfaatkan jaringan internet dalam menghasilkan perangkat pembelajaran yang berbasis ICT. Semoga pemanfaatan ICT ini mampu mengantarkan pendidikan saat ini menuju
67
pendidikan yang bermutu. DAFTAR PUSTAKA Dryden, Gordon & Voss, Jeannette. 1999, ”the Learning Revolution: to Change the Way the World Learns”, Torrance, California, USA: The Learning Web. Indrajut, Richardus Eko. 2004, “Arsitektur Sekolah Modern Indonesia”, Presentasi Sajian. Kamarga, Hanny. 2002. Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif Mengakses Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media. Miarso,Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Edisi I Cetakan 3. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Muijs, Daniel and David Reynolds. 2008. Effective Teaching: Evidence and Practice. London: Sage Publications. Purbo, Onno W. 2002. Teknologi elearning Berbasis PHP dan MySQL: Merencanakan dan Mengimplementasikan Sistem elearning. Jakarta: Gramedia. Puskur. 2004. Naskah Akademik. Jakarta: Puskur, Depdiknas. Pustekkom, Depdiknas. 2005. Hasil Lokakarya EdukasiNet, Bogor 23–25 November 2005. Pustekkom, Depdiknas. 2005. Buku Panduan Pemanfaatan EdukasiNet. Jakarta: Pustekkom. Watson, D. (ed.). 1993. The Impact Report. An Evaluation of the Impact of Information Technology on Children’s Achievement in Primary and Secoundary School. London : King’s College.