INFORMASI LABA DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS DI MASA MENDATANG (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA) Suprapto Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana email :
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this study, in detail are (1) to analyze the influence of gross profit, operating income and net income in predicting future cash flows by examining each variable and (2) analyze the effect of gross profit, operating income and net income in predicting the flow cash in the future by testing simultaneously.The results showed that the gross profit, operating profit, and net income have a significant impact on cash flow. In other words, information gross profit, operating profit, and net income partially significant in predicting future cash flows. F test results indicate a significant influence of gross profit, operating profit, and net income to cash flows simultaneously. In other words, information gross profit, operating income and net income are simultaneously significant in predicting future cash flows. Key words : tGross Profit, Operating Income, Net Income, Cash Flow ABSTRAK Penelitian berujuan (1) menganalisis pengaruh laba kotor, laba operasi dan laba bersih dalam memprediksi arus kas di masa mendatang dengan menguji masing-masing variable dan (2) menganalisis pengaruh laba kotor, laba operasi dan laba bersih dalam memprediksi arus kas di masa mendatang dengan menguji secara serentak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laba kotor, laba operasi, dan laba bersih mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap arus kas. Dengan kata lain, informasi laba kotor, laba operasi, dan laba bersih secara partial berpengaruh signifikan dalam memprediksi arus kas di masa mendatang. Hasil uji F menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan laba kotor, laba operasi, dan laba bersih secara simultan terhadap arus kas. Dengan kata lain, informasi laba kotor, laba operasi, dan laba bersih secara simultan berpengaruh signifikan dalam memprediksi arus kas di masa mendatang. Kata Kunci : Laba Kotor, Laba Operasi, Laba Bersih, Arus Kas
PENDAHULUAN Latar Belakang Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau laporan arus dana, dan catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber
daya yang dipercayakan kepadanya. Keputusan ekonomi yang dibuat pengguna laporan keuangan memerlukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas, waktu, serta kepastian dari hasil tersebut. Salah satu fokus utama pelaporan keuangan adalah informasi mengenai kinerja perusahaan yang disajikan dengan mengukur laba dan komponennya. Investor, kreditor, dan pihak-pihak lain yang tertarik dengan penilaian prospek arus kas masuk bersih perusahaan biasanya tertarik dengan informasi ini. Mereka tertarik pada arus kas masa depan dan kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas, yang mengarahkan pada informasi tentang laba dari pada informasi arus kas secara langsung (Thiono, 2005:1). Menurut PSAK No.2 dalam Bandi dan Rahmawati (2005), informasi yang disajikan dalam laporan arus kas berguna untuk (1)
163
164
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm. 163 - 176
Mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan keadaan dan peluang, (2) Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara dengan kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang terhadap arus kas masa depan dari berbagai perusahaan dan (3) Meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas serta dampak perubahan harga. Selain arus kas, parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama yaitu laba. Laporan laba rugi memuat angka laba, diantaranya laba kotor, laba operasi dan laba bersih. Menurut pengertian akuntansi konvensional dinyatakan bahwa laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang direalisir yang dihasilkan dari transaksi dalam suatu periode dengan layak dibebankan kepadanya. Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi yang sesungguhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan cara untuk menghitung laba (Muqodim: 114). Arus kas memiliki hubungan logis antara laba (earnings) arus kas ke investor dan kreditor. Hubungan ini akan membantu investor dan kreditor dalam mengembangkan model untuk memprediksi arus kas dimasa yang akan datang guna menilai investasi atau kapitalnya (Suwardjono, 2003). Laba memiliki potensi informasi yang sangat penting bagi pihak eksternal dan internal perusahaan.Laba dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan serta memberikan informasi yang berkaitan dengan kewajiban manajemen atas tanggung jawabnya dalam pengelolaan sumber daya yang telah dipercayakan kepadanya.Informasi laba diterbitkan oleh manajemen yang lebih mengetahui kondisi di dalam perusahaan. Informasi tentang kinerja perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mrmbuat keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola perusahaan
di masa yang akan datang. Teori laba berkepentingan untuk meyakinkan bahwa laba merupakan sumber predictor arus kas bagi investor. Laba akuntansi bermanfaat dalam perkontrakan dan pengendalian manajenmen serta mengandung informasi yang bermanfaat bagi investor.Laba dianggap mengandung informasi jika pasar saham bereaksi terhadap pengumuman laba akuntansi (Suwardjono, 2003). Menurut PSAK No.25, informasi yang disediakan laporan laba rugi sering digunakan untuk memperkirakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa mendatang. Potensi laba dalam kemampuannya untuk memprediksi keuntungan investasi di masa akan depan telah banyak dilakukan oleh para peneliti, baik pengujian kandungan nilai informasi laba, kemampuan prediksi laba maupun yang berhubungan dengan return saham. Namun umumnya para peneliti melakukan pengujian pada angka laba bersih ataupun angka laba operasi. Penelitian ini menggunakan laba kotor sebagai salah satu prediktor dari ekspektasi return saham, sehingga pada penelitian ini laba kotor digunakan sebagai variable yang diduga berpengaruh terhadap expected return saham. Tujuan Penelitian Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan penelitian adalah: 1. Menganalisis pengaruh laba kotor, laba operasi dan laba bersih dalam memprediksi arus kas di masa mendatang dengan menguji masing-masing variabel. 2. Menganalisis pengaruh laba kotor, laba operasi dan laba bersih dalam memprediksi arus kas di masa mendatang dengan menguji secara serentak TINJAUAN PUSTAKA Laporan Laba rugi Laporan laba rugi merupakan bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menyajikan unsur-unsur pendapatan dan biaya perusahaan sehingga menghasilkan laba atau rugi bersih.Laporan laba rugi merupakan
Informasi Laba Dalam Memprediksi Arus Kas Di Masa Mendatang (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia)
laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Menurut Kieso (2005) laporan laba rugi (income statement) adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu, menyediakan informasi yang diperlukan oleh para investor dan kreditor untuk memprediksi jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian dari aruk kas masa depan. Informasi kinerja suatu perusahaan terutama tentang profitabilitas dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang (PSAK No.25). Bagi internal perusahaan khususnya manajemen, laporan laba rugi dapat menjadi informasi untuk menilai sampai seberapa jauh efisiensi biaya dan laba yang dapat dicapai oleh perusahaan atas kinerja yang telah dilakukan.Oleh karena itu, selanjutnya hal ini dapat dijadikan motivasi bagi manajerial dan seluruh karyawan untuk terus berkinerja lebih baik lagi. Para pemakai laporan laba rugi perlu menyadari keterbatasan tertentu dari informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi yang akan mengurangi manfaat dari laporan ini untuk meramalkan jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan. Keterbatasan tersebut diantaranya menurut Kieso (2005) adalah : 1) Laporan laba rugi tidak memuat banyak pos yang memberi kontribusi terhadap pertumbuhan dana kesehatan perusahaan secara umum. 2) Angka laba seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan. 3) Ukuran laba merupakan subjek estimasi.
165
Laba Akuntansi Pengertian laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut ( Sofyan, 2008:305). Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan aktiva sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. IAI tahun 2007 memiliki pengertian lain mengenai income. IAI tahun 2007 justru tidak menterjemahkan income dengan istilah penghasilan. Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (IAI, 2007) mengartikan income (penghasilan) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva, atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Informasi laba sebenarnya dapat digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan. Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Informasi tentang laba perusahaan menurut Anis dan Imam (2007) dapat digunakan untuk : 1) Sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang wujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital). 2) Sebagai pengukur prestasi manajemen. 3) Sebagai dasar penentu besarnya pengenaan pajak. 4) Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu Negara. 5) Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus. 6) Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. 7) Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran 8) Sebagai dasar pembagian deviden. Menurut Febrianto dan Widiastuty (2005), angka laba akuntansi yakni laba kotor, laba operasi dan laba bersih bermanfaat untuk pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Investor dan kreditor yakin bahwa ukuran kinerja yang diutamakan dalam penilaian kinerja perusahaan adalah ukuran kinerja yang mampu menggambarkan kondisi dan prospek perusahaan di masa mendatang dengan baik. Penilaian kinerja perusahaan ini
166
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm. 163 - 176
didasarkan melalui informasi pada laporan laba rugi yang menyajikan informasi laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. Laba kotor adalah selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan cost barang terjual. Laba operasi adalah selisih laba kotor dengan biaya-biaya operasi. Biaya-biaya operasi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan operasi perusahaan atau biaya-biaya yang sering terjadi di dalam perusahaan dan bersifat operatif.Selain itu, biaya-biaya ini diasumsikan memiliki hubungan dengan penciptaan pendapatan. Diantara biaya-biaya operasi tersebut adalah biaya gaji karyawan, biaya administrasi, biaya perjalanan dinas, biaya iklan dan promosi, biaya penyusutan dan lain-lain. Laba bersih adalah angka yang menunjukkan selisih antara seluruh pendapatan dari kegiatan operasi perusahaan maupun non perusahaan. Dengan demikian, laba bersih adalah laba yang menunjukkan bagian laba yang akan ditahan perusahaan dan akan dibagikan sebagai deviden. Masing-masing dari hasil laba tersebut,memiliki kandungan informasi tersendiri yang dapat digunakan untuk memprediksi laba dan juga aliran kas masa depan. Laporan Arus Kas Menurut Rudianto (2009:206) mengartikan laporan arus kas sebagai suatu laporan tentang aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan di dalam suatu periode tertentu, beserta penjelasan tentang sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran kas tersebut. Laporan arus kas pertama kali ditetapkan sebagai bagian dari laporan keuangan pada tahun 1987 melalui SFAS No.95 yang menghendaki laporan arus kas sebagai pengganti laporan perubahan posisi keuangan dan sebagai bagian laporan keuangan. Alasan utama keputusan FASB yang mengharuskan perusahaan menyediakan laporan arus kas adalah keinginan untuk membantu para investor dan kreditor agar dapat memprediksi arus kas masa depan dengan lebih baik. Laporan arus kas wajib untuk dilaporkan di Indonesia pada tahun 1994 melalui Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.2 paragraf 1. Perusahaan harus menyusun
laporan arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Kebijakan ini berkaitan dengan manfaat yang dapat diambil para pemakai laporan keuangan khususnya investor dan kreditor. Laporan Arus Kas dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Arus kas dari kegiatan operasi, 2) Arus kas dari kegiatan investasi, dan 3) Arus kas dari kegiatan pendanaan atau pembiayaan. Arus kas operasi adalah selisih bersih antara penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas yang berasal dari aktivitas operasi selama satu tahun buku, sebagaimana tercantum dalam laporan arus kas. Arus kas operasi meliputi pengaruh kas dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih. Arus kas dari kegiatan investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas, antara lain menerima dan menagih pinjaman, hutang surat berharga atau modal, aktiva tetap atau aktiva produktif lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Arus kas dari kegiatan pembiayaan adalah arus kas yang berasal dari aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman jangka panjang perusahaan, berupa kegitan mendapatkan sumber-sumber dana dari pemilik dengan memberikan prospek penghasilan dari sumber dana tersebut, meminjam dan membayar hutang kembali atau melakukan pinjaman jangka panjang untuk membayar hutang tertentu (Sofyan, 2008:257). Informasi untuk menyiapkan laporan arus kas biasanya berasal dari tiga sumber: 1) Neraca komparatif, menyajikan jumlah perubahan aktiva, kewajiban dan ekuitas dari awal hingga akhir periode. 2) Laporan laba rugi periode berjalan, berisi data yang membantu penentuan jumlah kas yang diterima atau digunakan oleh operasi selama periode berjalan. 3) Data transaksi tertentu. Memberikan informasi tambahan terinci yang dibutuhkan untuk menentukan bagaimana kas diterima dan digunakan selam periode berjalan. Informasi tentang arus kas suatu perusahaan
Informasi Laba Dalam Memprediksi Arus Kas Di Masa Mendatang (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia)
berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam menggunakan kas dan setara kas sehingga dalam proses pengambilan keputusan ekonomi suatu perusahaan perlu dilakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian yang diperolehnya. Manfaat laba dapat diukur dari hubungan antara laba dan arus kas. Laba menentukan prediktor aliran kas ke investor, karena kemampuan menciptakan kas tersebut akan ditentukan oleh kemampuan perusahaan mendatangkan laba (earnings) jangka panjang yang memadai. Berdasarkan uraian di atas maka 1) Laba kotor berpengaruh positif terhadap arus kas, artinya kenaikan laba kotor operasi akan mengakibatkan kenaikan arus kas. Dalam hal ini, laba kotor merupakan informasi yang relevan bagi para investor dalam proses pengambilan keputusan. 2) Laba Operasi berpengaruh positif terhadap arus kas, artinya kenaikan laba operasi akan mengakibatkan kenaikan arus kas, karena laba operasi mampu mencerminkan profitabilitas perusahaan. 3) Laba Bersih berpengaruh positif terhadap arus kas, artinya kenaikan laba bersih akan mengakibatkan kenaikan arus kas, karena informasi laba bersih digunakan untuk menilai kinerja perusahaan oleh para investor. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah: 1. Laba kotor berpengaruh signifikan dan positif dalam memprediksi arus kas masa depan. 2. Laba operasi berpengaruh signifikan dan positif dalam memprediksi arus kas masa depan. 3. Laba bersih berpengaruh signifikan dan positif dalam memprediksi arus kas masa depan. 4. Informasi laba kotor, laba operasi, dan laba bersih secara simultan berpengaruh signifikan dalam memprediksi arus kas masa depan.
167
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengunjungi dan mengunduh data laporan keuangan melalui website Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id. Pemilihan objek penelitian yang dilakukan penulis adalah perusahaan industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. Variabel Penelitian dan Definisi Opersional Variabel Di dalam penelitian ini variabelvariabel penelitian diklasifikasikan menjadi dua kelompok variabel, yaitu variabel bergantung (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable).Variabel bergantung pada penelitian ini adalah cashflow (arus kas), dan yang menjadi variabel bebas adalah laba kotor, laba operasi dan laba bersih. 1. Arus kas, yaitu total arus kas yang merupakan penjumlahan dari arus kas operasi, investasi, dan pendanaan.Arus kas adalah laporan keuangan yang menginformasikan mengenai jumlah arus kas masuk dan arus keluar atau sumber dan pemakain kas dalam suatu perusahaan. 2. Laba kotor, yaitu selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan cost barang terjual. Cost barang terjual adalah semua biaya yang dikorbankan dimana untuk perusahaan pemanufakturan perhitungan dimulai dari tahap bahan baku masuk pabrik, diolah hingga dijual. Biaya-biaya langsung yang berhubungan dengan penciptaan produk tersebut kemudian dikelompokkan sebagai cost barang terjual. 3. Laba operasi, yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan operasional utama perusahaan, setelah dikurangi dengan biaya-biaya usaha. 4. Laba bersih, yaitu angka yang menunjukkan selisih antara seluruh pendapatan dari kegiatan operasi perusahaan maupun non operasi perusahaan.
168
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm. 163 - 176
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan 2011. Metode yang digunakan dalam pemilihan objek pada penelitian ini adalah purposive sampling yaitu metode pemilihan objek dengan beberapa kriteria tertentu yakni: 1) Tersedianya laporan keuangan selama periode tahun 2009-2011. 2) Mengungkapkan dan menyajikan secara lengkap data yang dibutuhkan. 3) Tidak melakukan merger selama periode pengamatan, dan terdaftar secara berturut-turut selama periode pengamatan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasikan yang diambil dari data base Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 sampai 2011 yang meliputi laporan laba rugi dan laporan arus kas perusahaan. Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain dengan melakukan dokumentasi yaitu suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan menganalisis informasi yang di dokumentasikan dalam bentuk tulisan dan bentuk-bentuk lain atau menggandakan data yang ada. Metode Analisis Data Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Analisis dimaksudkan untuk menguji sejauh mana dan bagaimana arah variabelvariabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis yang digunakan untuk menguji persamaan tersebut secara matematis dirumuskan sebagai berikut: Y = b0 + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e Dimana: Y : Arus kas di masa depan b0 : Intersep dari nilai AK b1,2,3 : Slope dari garis regresi X1 : Laba kotor X2 : Laba operasi X3 : Laba bersih e : Error term
Teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 17.0 for windows.Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, pada keempat variabel penelitian tersebut dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas. Hal ini bertujuan agar hasil perhitungan tersebut dapat diinterprestasikan secara tepat dan efisien. Uji Asumsi Klasik Pengujian dengan menggunakan regresi linier berganda dapat dilaksanakan setelah memenuhi asumsi klasik, tujuannya adalah agar variabel independen sebagai estimator atas variabel independen tidak bias.Pengujian ini meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas. Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis mengenai masalah pengaruh variabel bebas terhadap variabel bergantung dapat digunakan alat analisa statistik yaitu dengan melakukan uji F dan Uji t. Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independensecara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F table. Kriteria pengujian dengan berdasarkan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Uji t dilaksanakan untuk melihat signifikan dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Pengujian ini dilaksanakan dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel. Kriteria pengujian dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Sebelum analisis data dilakukan untuk membuktikan suatu hipotesis, terlebih dahulu harus mengumpulkan data yang dibutuhkan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laba Kotor (X1), Laba Operasi (X2) dan Laba Bersih (X3) sebagai variabel independen
Informasi Laba Dalam Memprediksi Arus Kas Di Masa Mendatang (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia)
dan Arus Kas sebagai variabel dependen (Y). Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dapat dilihat dari nilai-nilai rata-rata (mean), standart deviasi, maksimum, dan minimum, baik karakteristik variabel independen maupun variabel dependen. Adapun hasil analisis deskriptif ratarata laba kotor, laba operasi dan laba bersih serta arus kas perusahaan manufaktur dalam penelitian ini dari tahun 2009 sampai dengan 2011 sebagai berikut:
169
445.253.666,00 dengan demikian batas bawah nilai laba operasi dalam penelitian ini adalah Rp. 445.253.666,00 yang diperoleh dari PT. Asahimas Flat Glass, Tbk. • Rata-rata laba operasi dari tahun 20092011 memiliki nilai maximum sebesar Rp. 1.433.220.462.958,00 dengan demikian batas atas nilai laba operasi dalam penelitian ini adalah Rp. 1.433.220.462.958 ,00 yang diperoleh dari PT. Mayora Indah Tbk.
Tabel 1. Descriptive Statistics Variabel
N
Minimum
Maksimum
Mean
Std.Deviation
Laba Kotor
60
953433000
2810450614037
561933915713.07
747805364864.235
Laba Operasi
60
445253666
1433220462958
231126400842.00
343871599013.599
Laba Bersih
60
-22519007337
1045739722678
154806022177.47
250096614653.128
Arus Kas
60
618528000
1098331132128
299711646034.78
359560975513.489
Valid N (listwiese)
60
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriftif pada Tabel 1 di atas dapat diketahui: 1. Laba kotor a. Rata-rata laba kotor selama 3 tahun memiliki nilai minimum sebesar Rp. 953.433.000 dengan demikian batas bawah nilai laba kotor dalam penelitian ini adalah Rp.953.433.000 yang diperoleh dari PT Asahimas Flat Glass, Tbk. b. Rata-rata laba kotor selama 3 tahun memiliki nilai maximum sebesar Rp 2.810.450.614.037 dengan demikian batas atas nilai laba kotor dalam penelitian ini adalah Rp. 2.810.450.614.037 yang diperoleh dari PT Mayora Indah, Tbk c. Laba kotor selama kurun waktu 3 tahun memiliki nilai rata-rata sebesar Rp.561.933.915.713.07, dengan demikian rata-rata laba kotor dalam penelitian ini adalah Rp. 561.933.915.713,07 . d. Laba kotor memiliki nilai standar deviasi dari tahun 2009-2011 sebesar Rp.747.805.364.864,23 dengan demikian batas penyimpangan laba kotor dalam penelitian ini adalah Rp.747.805.364.864,23. 2. Laba Operasi a. Rata-rata laba operasi dari tahun 20092011 memiliki nilai minimum sebesar Rp.
b. Laba operasi dari tahun 2009-2011 memiliki nilai rata-rata sebesar Rp. 231.126.400.842.28 dengan demikian rata-rata laba operasi dalam penelitian ini adalah Rp. 231.126.400.842,28. c. Laba operasi dari tahun 2009-2011 memiliki nilai standar deviasi sebesar Rp. 343.871.599.613.599 dengan demikian batas penyimpangan laba operasi dalam penelitian ini adalah Rp. 343.871.599.613.599. 3. Laba Bersih a. Rata-rata rugi bersih dari tahun 2009-2011 memiliki nilai minimum sebesar (Rp. 22.519.007.337,00) dengan demikian batas bawah nilai rugi bersih dalam penelitian ini adalah (Rp. 22.519.007.337,00) yang diperoleh dari PT Ultra Jaya Tbk. b. Rata-rata laba bersih dari tahun 20092011 memiliki nilai maximum sebesar Rp.1.045.739.722.678,00 dengan demikian batas atas nilai laba bersih dalam penelitian ini adalah Rp. Rp.1.045.739.722.678,00 yang diperoleh dari PT Mayora Indah, Tbk. c. Rata-rata laba bersih dari tahun 20092011 memiliki nilai rata-rata sebesar Rp. 154.806.022.77,47 dengan demikian ratarata laba bersih dalam penelitian ini adalah Rp. 154.806.022.77,47 .
170
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm. 163 - 176
d. Laba bersih dari tahun 2009-2011 memiliki nilai standar deviasi sebesar Rp. 250.096.614.653.128 dengan demikian batas penyimpangan laba bersih dalam penelitian ini adalah Rp.250.096.614.653.128
d. Rata-rata arus kas dari tahun 2009-2011 memiliki nilai standar deviasi sebesar Rp. 359.560.975.513,489 dengan demikian batas penyimpangan arus kas dalam penelitian ini adalah Rp. 359.560.975.513,489.
4. Arus Kas a. Rata-rata arus kas dari tahun 20092011 memiliki nilai minimum sebesar Rp.618.528.000,00 dengan demikian batas bawah nilai arus kas dalam penelitian ini adalah Rp. .618.528.000,00 yang diperoleh dari PT Asahimas Flat Glass. Tbk. b. Rata-rata arus kas dari tahun 20092011 memiliki nilai maximum sebesar Rp.1.098.331.132.128,00 dengan demikian batas atas nilai arus kas dalam penelitian ini adalah Rp. 1.098.331.132.128,00 yang diperoleh dari PT Mayora Indah, Tbk. c. Arus kas dari tahun 2009-2011 memiliki nilai rata-rata sebesar Rp.297.711.646.034,78 dengan demikian rata-rata arus kas dalam penelitian ini adalah Rp. 297.711.646.034,78.
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolonieritas Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai Varian Inflation Factor (VIF), yaitu apabila nilai tolerance variabel bebas lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10,00 dapat dikatakan tidak terjadi multikolonieritas. Apabila nilai toleranctolerance variabel bebas kurang dari 0,10 dan nilai VIF lebih dari 10,00 dapat dikatakan terjadi multikolonieritas. Berikut hasil analisis dengan bantuan program SPSS.
Tabel 2. Hasil Uji Multikolonieritas Model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
.213
4.694
Laba Operasi (X2)
.110
9.051
Laba Bersih (X3)
.171
5.838
1 (Constant) Laba Kotor (X1)
Sumber : Data sekunder diolah.
Berdasarkan Tabel 2 tersebut di atas, diketahui variabel X1 mempunyai nilai tolerance sebesar 0,213 > 0,10, dan nilai VIF sebesar 4,694 < 10. Variabel X2 mempunyai nilai tolerance sebesar 0,110 > 0,10 dan nilai VIF sebesar 9,051 < 10. Variabel X3 mempunai nilai tolerance sebesar 0,171 > 0,10 dan nilai VIF sebesar 5,838 < 10. Jadi ketiga variabel tidak terjadi multikolonieritas, atau dengan kata lain dalam model regresi lolos uji multikolonieritas.
2. Uji Autokorelasi Salah satu cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan Runs Test yaitu untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Apabila signifikan run tes < 0,05 maka terjadi autokorelasi, sedangkan apabila nilai signifikan run tes > 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi. Berikut hasil uji autokorelasi dengan program SPSS.
Informasi Laba Dalam Memprediksi Arus Kas Di Masa Mendatang (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia)
171
Tabel 3. Hasil Uji Autokorelasi Dengan Runs Test Unstandardized Residual Test Value(a)
-65720086606.49850
Cases < Test Value
30
Cases >= Test Value
30
Total Cases
60
Number of Runs
34
Z
.781
Asymp. Sig. (2-tailed)
.435
Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan Tabel 3 diketahui nilai Sig. Run Test sebesar 0,435 > 0,05 sehingga dapat dikatakan residual adalah acak atau random, yang berarti tidak terjadi autokorelasi atau lolos uji autokorelasi. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.Uji yang digunakan adalah uji Glejser. Selanjutnya dasar pengambilan kepuasan dengan cara melihat nilai probabilitas, apabila nilai probabilitas value > 0,05 berarti tidak terjadi heteroskedastisitas artinya model regresi lolos uji heteroskedastisitas, sebaliknya jika probabilitas value < 0,05 berarti terjadi heteroskedastisitas artinya model regresi tidak lolos uji heteroskedastisitas. Berikut hasil uji heteroskedastisitas dengan program SPSS.
Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser Model 1
Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
142528870608.437
19505056698.785
t
Sig.
7.307
.000
(Constant)
.023
.045
.144
.530
.617
X1
-.071
.137
-.207
-.520
.605
X2
-.029
.152
-.060
-.189
.851
X3
Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa probabilitas value X1, X2, dan X3, lebih besar (>) 0,05 yang berarti tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berasal dari varians sama yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. 4. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.Model regresi yang baik memiliki distribusi normal atau setidaknya mendekati distribusi normal.Adapun uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov
Test (K-S). Berikut hasil uji normalitas dengan program SPSS. Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Dengan Uji (K-S) Unstandardized Residual N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
60 Mean Std. Deviation
.0000061 180151284611.75270000
Absolute
.173
Positive
.173
Negative
-.157
KolmogorovSmirnov Z
1.341
Asymp. Sig. (2-tailed)
.055
a Test distribution is Normal. b Calculated from data Sumber: Data sekunder diolah.
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm. 163 - 176
172
Berdasarkan Tabel 5 tersebut dapat diketahui bahwa probabilitas value sebesar 0,055 berarti lebih besar dari 0,05, jadi dalam model ini residual berdistribusi normal, berarti memenuhi asumsi normalitas.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Dengan bantuan SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Model
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
Standardized Coefficients
Sig.
Beta
1
105968196181.878
29959651311.340
(Constant)
.381
.070
.792
X1
-1.268
.211
-1.213
X2
1.735
.233
1.205
X3
t
3.537
.001
5.463
.000 .000
6.020
.000
7.451
a Dependent Variable: Y Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan Tabel 6 tersebut di atas, dapat diketahui nilai a dan b1, b2, dan b3 adalah sebagai berikut: b0 = 105968196181.878 b1 = 0,381 b2 = -1,268 b3 = 1,735 Dengan hasil tersebut maka persamaan koefisien regresi berganda yang diperoleh adalah sebagai berikut : Y = 105968196181,878 + 0,381X1 -1,268X2 + 1,735X3 + e Dari persamaan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut: • b0 = 105968196181,878 artinya apabila laba kotor (X1), laba operasi (X2) dan laba bersih tetap atau konstan, maka arus kas (Y) pada perusahaan manufaktur sebesar Rp. 105.968.196.181,878. • b1 = 0,381 adalah variabel laba kotor (X1), artinya apabila laba kotor (X1) meningkat sebesar Rp 1,00, maka arus kas (Y) pada perusahaan manufaktur meningkat sebesar Rp.0,381 dengan asumsi laba operasi (X2) dan laba bersih (X3) dianggap tetap.
• b2 = -1,268 adalah variabel laba operasi (X2), artinya apabila laba operasi (X2) menurun sebesar Rp 1,00, maka arus kas (Y) pada perusahaan manufaktur menurun sebesar Rp. 1.268 dengan asumsi laba kotor (X1) dan laba bersih (X3) dianggap tetap. • b3 = 1,735 adalah variabel laba bersih (X3), artinya apabila laba bersih (X3) meningkat sebesar Rp1,00, maka arus kas (Y) pada perusahaan manufaktur meningkat sebesar Rp. 1.735 dengan asumsi laba kotor (X1) dan laba operasi (X2) dianggap tetap. Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut, maka dapat diketahui bahwa laba bersih (X3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap arus kas (Y), karena nilai koefisien regresinya lebih besar (1,735). Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Laba bersih lebih berpengaruh dibandingkan dengan laba operasi dan laba bersih terhadap arus kas” terbukti kebenarannya 5. Pengujian Hipotesis 1. Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh laba kotor (X1), laba operasi (X2), dan laba bersih (X3) secara parsial terhadap arus kas (Y). Adapun hasil uji t dengan program SPSS, sebagai berikut:
Informasi Laba Dalam Memprediksi Arus Kas Di Masa Mendatang (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia)
173
Tabel 7. Hasil Uji t Model 1 (Constant) X1 X2
t 3.537 5.462 -6.020
Sumber: Data sekunder diolah Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut: a. Pengaruh Laba Kotor (X1) terhadap Arus Kas (Y) 1. Menyusun formulasi hipotesis nihil dan hipotesis alternatif Ho: ß1 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan laba kotor (X1) terhadap arus kas (Y). Ha: ß1 ≠ 0, artinya ada pengaruh yang signifikan laba kotor (X1) terhadap arus kas (Y). 2. Level of Significance (a) = 0,05 3. Kriteria Pengujian Jika nilai ƿ-value > 0,05, berarti Ho diterima Jika nilai ƿ-value ≤ 0,05, berarti Ho ditolak 4. Perhitungan Dari uji regresi dengan menggunakan SPSS didapatkan nilai thitung sebesar 5,462 dengan ƿ-value sebesar 0,000. 5. Kesimpulan Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 5,462 dengan p-value 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak, berarti ada pengaruh yang signifikan laba kotor (X1) terhadap arus kas (Y). Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ”Laba kotor berpengaruh signifikan dan positif terhadap arus kas”, terbukti kebenarannya. Variabel faktor laba kotor mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap arus kas perusahaan manufaktur pada tahun 2009-2011, yang berarti kenaikan laba kotor akan mengakibatkan kenaikan arus kas, yang mana laba kotor merupakan selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan cost barang terjual. Cost barang terjual adalah semua
Sig. .001 .000 .000
biaya yang dikorbankan, untuk perusahaan manufaktur perhitungan dimulai dari tahap ketika bahan baku masuk ke pabrik, diolah, hingga dijual. Semua biaya-biaya langsung yang berhubungan dengan penciptaan produk tersebut dikelompokkan sebagai cost barang terjual. Dalam hal ini, laba kotor merupakan informasi yang relevan bagi para investor dalam proses pengambilan keputusan. b. Pengaruh Laba Operasi (X2) terhadap Arus Kas (Y) 1. Menyusun formulasi hipotesis nihil dan hipotesis alternatif Ho: ß1 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan laba kotor (X2) terhadap arus kas (Y). Ha: ß1 ≠ 0, artinya ada pengaruh yang signifikan laba kotor (X2) terhadap arus kas (Y). 2. Level of Significance (a) = 0,05 3. Kriteria Pengujian Jika nilai ƿ-value > 0,05, berarti Ho diterima Jika nilai ƿ-value ≤ 0,05, berarti Ho ditolak 4. Perhitungan Dari uji regresi dengan menggunakan SPSS didapatkan thitung sebesar -6,020 dengan p-value sebesar 0,000. 5. Kesimpulan Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar -6,020 dengan p-value 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak, berarti ada pengaruh yang signifikan laba operasi (X2) terhadap arus kas (Y). Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ”Laba operasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap arus kas”, terbukti kebenarannya.
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm. 163 - 176
174
Variabel laba operasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap arus kas pada perusahaan manufaktur tahun 2009-2011. Ini berarti kenaikan laba operasi akan mengakibatkan kenaikan arus kas, karena laba operasi mampu mencerminkan profitabilitas perusahaan. akan mengakibatkan kenaikan arus kas, karena laba operasi mampu mencerminkan profitabilitas perusahaan.
Jika nilai ƿ-value ≤ 0,05, berarti Ho ditolak 4. Perhitungan Dari uji regresi dengan menggunakan SPSS didapatkan nilai thitung sebesar 7,451 dengan p-value sebesar 0,000. 5. Kesimpulan Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 7,451 dengan p-value 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak, berarti ada pengaruh yang signifikan laba bersih (X3) terhadap arus kas (Y). Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ”Laba bersih berpengaruh signifikan dan positif terhadap arus kas”, terbukti kebenarannya.
d. Pengaruh Laba Bersih (X3) terhadap Arus Kas (Y) 1. Menyusun formulasi hipotesis nihil dan hipotesis alternatif Ho: ß1 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan laba kotor (X3) terhadap arus kas (Y). Ha: ß1 ≠ 0, artinya ada pengaruh yang 2. Uji F signifikan laba kotor (X3) terhadap arus Analisis ini digunakan untuk kas (Y). mengetahui signifikansi pengaruh variabel 2. Level of Significance (a) = 0,05 bebas (laba kotor, laba operasi dan laba bersih) 3. Kriteria Pengujian secara bersama-sama terhadap variabel terikat Jika nilai ƿ-value > 0,05, berarti Ho (arus kas).Hasil analisis disajikan berikut ini. diterima Tabel 8. Hasil Uji F Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
5712946976131870000
3
19043156587106250
55.693
.000(a)
Regression
000000.000 1914814635488636000
Residual
56
000000.000 7627761611620510000
Total
00000000.000 34193118490868510 000000.000 59
000000.000
Sumber: Data sekunder diolah. Adapun langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut: • Menyusun formulasi hipotesis nihil dan hipotesis alternatif Ho: ß1= ß2 = ß3 = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan laba kotor (X1), laba operasi (X2), dan laba bersih (X3) secara simultan terhadap arus kas (Y). Ha: ß1 ≠ ß2 ≠ ß3 ≠0, artinya ada pengaruh yang signifikan laba kotor (X1), laba operasi (X2), dan laba bersih (X3) secara simultan terhadap arus kas (Y). • Level of significance (a) = 0,05 • Kriteria pengujian Ho diterima bila p-value ≥ 0,05 Ho ditolak bila p-value < 0,0
• Perhitungan Dari perhitungan dengan menggunakan program SPSS, diperoleh nilai Fhitung sebesar 55.693 dengan p-value sebesar 0,000. • Kesimpulan Karena besarnya nilai Fhitung 18,883 dengan p-value 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak. Berarti ada pengaruh yang signifikan laba kotor (X1), laba operasi (X2) dan laba bersih secara simultan terhadap arus kas (Y), sehingga hipotesis yang berbunyi “Informasi laba kotor, laba operasi, dan laba bersih secara simultan berpengaruh signifikan terhadap arus kas”, terbukti kebenarannya.
Informasi Laba Dalam Memprediksi Arus Kas Di Masa Mendatang (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia)
Pembahasan 1. Pengaruh Faktor Laba Kotor terhadap Arus Kas Variabel faktor laba kotor mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap arus kas perusahaan manufaktur pada tahun 2009-2011, yang berarti kenaikan laba kotor akan mengakibatkan kenaikan arus kas, yang mana laba kotor merupakan selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan cost barang terjual. Cost barang terjual adalah semua biaya yang dikorbankan, untuk perusahaan manufaktur perhitungan dimulai dari tahap ketika bahan baku masuk ke pabrik, diolah, hingga dijual. Semua biaya-biaya langsung yang berhubungan dengan penciptaan produk tersebut dikelompokkan sebagai cost barang terjual. Dalam hal ini, laba kotor merupakan informasi yang relevan bagi para investor dalam proses pengambilan keputusan. 2. Pengaruh Laba Operasi terhadap Arus Kas Variabel laba operasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap arus kas pada perusahaan manufaktur tahun 2009-2011. Ini berarti kenaikan laba operasi akan mengakibatkan kenaikan arus kas, karena laba operasi mampu mencerminkan profitabilitas perusahaan. akan mengakibatkan kenaikan arus kas, karena laba operasi mampu mencerminkan profitabilitas perusahaan. 3. Pengaruh Laba Bersih terhadap Arus Kas Variabel laba bersih mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap arus kas pada perusahaan manufaktur tahun 2009-2011. Dari hasil ini memberikan arti, bahwa kenaikan laba bersih akan mengakibatkan kenaikan arus kas, karena informasi laba bersih digunakan untuk menilai kinerja perusahaan oleh para investor. Hasil penelitian ini sesuai yang ungkapkan oleh Febrianto dan Widiastuty (2005), ketika angka laba akuntansi yakni laba kotor, laba operasi dan laba bersih bermanfaat untuk pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan.Investor dan kreditor yakin bahwa ukuran kinerja yang diutamakan
175
dalam penilaian kinerja perusahaan adalah ukuran kinerja yang mampu menggambarkan kondisi dan prospek perusahaan di masa mendatang dengan baik.Penilaian kinerja perusahaan ini didasarkan melalui informasi pada laporan laba rugi yang menyajikan informasi laba kotor, laba operasi, dan laba bersih. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa Laba Kotor (X1), Laba Operasi (X2), dan laba bersih (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Arus Kas (Y). Dengan kata lain, informasi laba kotor, laba operasi, dan laba bersih secara partial berpengaruh signifikan dalam memprediksi arus kas di masa mendatang. 2. Informasi laba bersih (X3) mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap arus kas (Y). Dengan kata lain, informasi laba bersih lebih berpengaruh dibandingkan dengan laba kotor dan laba operasi dalam memprediksi arus kas di masa mendatang. 3. Hasil uji F menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan laba kotor (X1), laba operasi (X2), dan laba bersih secara simultan terhadap arus kas (Y). Dengan kata lain, informasi laba kotor, laba operasi, dan laba bersih secara simultan berpengaruh signifikan dalam memprediksi arus kas di masa mendatang. Saran 1. Laba kotor dan laba operasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap arus kas, untuk itu hendaknya perusahaan agar lebih mengefisienkan lagi biaya-biaya yang berhubungan dengan operasi perusahaan agar laba kotor dan laba operasi yang diharapkan dapat meningkat. 2. Laba bersih berpengaruh dominan terhadap arus kas, oleh karena itu perusahaan manufaktur agar lebih selektif dalam mengeluarkan biaya-biaya dalam kegiatan operasionalya.
176
Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial, Jilid 2, Nomor 2, November 2013, hlm. 163 - 176
DAFTAR PUSTAKA Ali, Ashiq. 1994. The Incremental Information Content of Earnings, Working Capital from Operations and Cash Flows. Journal of Accounting Research, vol 32 no.1,61 -73 Bandi dan Rahmawati.2005. Relevansi Kandungan Informasi Komponen Arus Kas dan Laba dalam memprediksi Arus Kas Masa depan, Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 5 No.1 Baridwan, Z. 1990. Intermediate Accounting, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Balkaoei, Amed Riahi.2007. Teori Akuntansi Buku 2 , Salemba Empat, Jakarta Daniati Ninna dan Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan terhadap Expected Return Saham. SNA IX Padang Febrianto, R. dan E. Widiastuty. 2005. Tiga Angka Laba Akuntansi: Mana yang Lebih Bermakna Bagi Investor? SNA VIII (Solo): 159-169. Financial Accounting Standards Board. 1980. Statements of Financial Accounting Concepts. Connecticut: John Wiley and Sons Inc. Imam Ghozali dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi, Badan Penerbit Undip, Semarang. Imam Ghozali.2009. Aplikasi SPSS.Badan Penerbit universitas Diponegoro, Semarang. Ikatan Akuntan Indonesia.2008. Pernyataan Standart Akuntansi Keungan (http:/www. iaiglobal.or.id/prinsip akuntansi/index. php/id=24)
Kieso, Donald E. dan Jerry J. Weygandt. 2002. Akuntansi Intermediate. Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Kim M.dan W.Kross.2005. The Abilty of Earnings to Predict Future Operating Cash Flows Has Been Increasing – Not Decreasing. Accounting Research. Munawir.2004. Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta. Muqodim.2007. Teori Akuntansi, Edisi I. Penerbit Ekonisia,Yogyakarta. Munawir.2004. Akuntansi Keuangan dan Manajemen. Penerbit BPFE,Yogyakarta. Rudianto.2009. Pengantar Akuntansi, Erlangga, JakartaPengantar Akuntansi, rlangga, Jakarta. Sofyan Syafri Harahap.2008.Teori akuntansi, Rajawali Pers, Jakarta. Sofyan Syafri Harahap.2011.Teori akuntansi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suwardjono. Teori Akuntansi Edisi 3, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Handri Thiono. 2006. “Perbandingan Keakuratan Model Arus Kas Metoda Langsung Dan Tidak Langsung Dalam Memprediksi Arus Kas Dan Deviden Masa Depan”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. Wijayanti, 2006. Analisis Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Arus Kas. STIE Atma Bakti Surakarta. SNA IX Padang. Winwin Yadiati.2007. Pengantar Akuntansi edisi revisi, Penerbit Prenada Media, Jakarta. www.idx.co.id
-oOo-