INDUKSI TUNAS DARI EKSPLAN BIJI MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DIBELAH EMPAT PADA MEDIA MS (MURASHIGE-SKOOG) DENGAN PENAMBAHAN BAP DAN MADU SECARA IN VITRO Nur Aisyah Amin1, Mayta Novaliza Isda2, Siti Fatonah2 1
Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2 Dosen Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
[email protected] ABSTRACT Mangosteen (Garcinia mangostana L.) is a tropical plant that has export value because it has a rich of antioxidant, xanthone, alpha and beta, that can be used for medicine as an anti-cancer agent. One of the alternative method to produce large number and uniform mangosteen seedlings inshort period can be done using in vitro culture technique. The purpose of this research was to determine the optimal concentration of BAP and honey in inducing shoot from of mangosteen explants from seed that had been divided into four parts and also to determine the best combination to induce mangosteen shoot uisngin vitromethod. The research was conducted at Integrated Biology Laboratory Department of Biologi, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Riau University from January until April 2015. This research used a Completely Randomized Design (CRD) with the concentration of BAP (3; 7 mg/l) and honey (3; 6; 9 ml/l), or in combination on MS medium with 5 replications.The result showed that the treatment on medium supplemented with each BAP and honeyor in combination gave the highest percentage of explant growthand shoot formation (100%)while the medium supplement with 7 mg/l BAP + 6 ml/l honey only need six days for shoot induction Keywords: Benzylaminopurin, Honey, In vitro, Shootinduction, Mangosteen (Garcinia mangostana L.) ABSTRAK Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman tropis yang bernilai komoditas ekspor karena mengandung bahan antioksidan xanton, alpha dan beta manggis yang digunakan sebagai agen anti kanker. Salah satu cara untuk menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak, seragam dan dalam waktu yang singkat dapat dilakukan melalui teknik kultur in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi BAP dan madu yang optimal dalam menginduksi tunas dari eksplan biji manggis yang dibelah empat dan menentukan kombinasi yang terbaik dalam menginduksi tunas manggis secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan di Repository FMIPA
1 1
Laboratorium Biologi Terpadu Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau dari bulan Januari sampai April 2015. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pemberian konsentrasi BAP (3 dan 7 mg/l) dan madu (3, 6 dan 9 ml/l madu) baik tunggal maupun kombinasi pada media MS dengan 5 ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian BAP dan madu baik tunggal dan kombinasi mampu menghasilkan persentase eksplan hidup dan membentuk tunas sebesar 100%. Perlakuan dengan konsentrasi 7 mg/l BAP + 6 ml/l madu menghasilkan rata-rata waktu muncul tunastercepat yaitu 6 hst. Kata kunci: Benzylaminopurin, In Vitro, Induksi tunas, Madu, Manggis (Garcinia mangostana L.) PENDAHULUAN Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu buah tropis populer yang dijuluki Queen of the Tropical Fruit, karena memiliki keindahan yang eksotik pada kulit buah serta daging buah yang putih bersih. Selain itu manggis juga memiliki kandungan metabolit sekunder yang berperan penting bagi kesehatan. Bahan antioksidan dalam lapisan pericarp seperti xanthon, alpa dan beta manggis digunakan sebagai agen anti kanker sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha dibidang agribisnis (Nugroho 2013). Peluang untuk pengembangan agribisnis manggis terbuka luas, permintaan jumlah manggis mencapai 10% per tahun. Produksi manggis di Riau pada tahun 2012 mencapai 2.618 ton sedangkan volume manggis Indonesia mencapai 20.29 ton (BPS 2013). Namun peningkatan ekspor manggis di Indonesia untuk pasar internasional dan lokal masih mengalami hambatan (Agromedia 2009). Ketidakseimbangan antara Repository FMIPA
jumlah permintaan dengan jumlah manggis yang tersedia dipengaruhi oleh tingkat produktivitas manggis yang jauh di bawah potensi yang dimiliki. Tanaman manggis pada umumnya diperbanyak dengan biji. Biji pada tanaman manggis dalam setiap buah terdapat 1-2 biji dan hanya dapat diperoleh pada saat musim berbuah saja. Biji manggis termasuk biji apomiksis yaitu buah dan biji terbentuk tanpa melalui perkawinan (Sunarjono 2000). Juanda dan Bambang (2000) menyebutkan bahwa perbanyakan tanaman manggis secara generatif kurang menguntungkan karena sifatnya yang rekalsitran dan tidak memiliki masa dormansi. Sedangkan perbanyakan secara vegetatif seperti pencangkokan dan okulasi tidak dianjurkan karena memiliki tingkat keberhasilan yang sangat kecil dan hasil yang rendah (Sunarjono 2000). Oleh karena itu perlu dilakukan perbanyakan tanaman manggis untuk dapat menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak dan unggul melalui teknik kultur jaringan. 2
Kultur in vitro merupakan salah satu metode atau teknik dalam perbanyakan tanaman yang dapat menjadi alternatif untuk memperoleh bibit manggis dengan jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat (Maysarah et al. 2012). Keberhasilan dalam metode in vitro dipengaruhi oleh jenis media, pemilihan eksplan dan zat pengatur tumbuh. Media dasar yang paling banyak digunakan adalah media Murashige dan Skoog (MS) karena memiliki kandungan nitrat, kalium dan amonium yang tinggi (Widyastuti 2002). Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan dari kultur in vitro adalah eksplan. Eksplan yang digunakan berasal dari bagian jaringan tanaman yang bersifat meristematik atau aktif membelah antara lain biji. Menurut Handayani et al. (2013) perlakuan seperti pembelahan biji dapat mempengaruhi regenerasi tunas. Roostika et al. (2005) menyatakan biji manggis yang dibelah menjadi empat keping menghasilkan nodul-nodul atau tunas- tunas yang berukuran kecil dengan jumlah yang sangat banyak karena biji manggis yang dibelah dan diletakkan dengan posisi telungkup dan bagian luka menghadap media menyebabkan terjadi kontak langsung antara media dengan biji manggis yang dilukai. Pemberianzat pengatur tumbuh dengan konsentrasi yang tepat juga diperlukan untuk pertumbuhan dan diferensiasi eksplan. Sitokinin seperti Repository FMIPA
BAP dan kinetin merupakan zat pengatur tumbuh yang banyak digunakan untuk memacu pembentukan tunas dengan daya aktivitas yang kuat mendorong proses pembelahan sel (George dan Sherrington 1984). Selain itu BAP juga memiliki sifat yang stabil, mudah diperoleh, tidak mudah terdegradasi dan lebih efektif dibandingkan kinetin (Wattimena 1992). Hasil penelitian mengenai penggunaan zat pengatur tumbuh sitokinin pada media MS untuk menginduksi tunas manggis telah dilakukan dengan menggunakan eksplan biji manggis yang dibelah. Berdasarkan dari hasil penelitian Rahmawati (2014) pada 70 hari setelah tanam menunjukkan bahwa penambahan BAP dengan konsentrasi 1, 3, dan 7 mg/l pada biji manggis belah empat menghasilkan persentase eksplan membentuk tunas terbanyak sebesar 100%, dan jumlah tunas terbanyak terdapat pada perlakuan 7 mg/l BAP sebanyak 2,8531 tunas. Usaha untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan teknik kultur in vitro dapat dilakukan dengan cara memodifikasi media, salah satunya dengan penambahan supplemen organik. Madu merupakan suplemen organik yang mampu mengoptimalkan pertumbuhan tunas pada tanaman. Menurut Hanafiah (2004) madu merupakan zat tambahan pada media karena memiliki kandungan bermacam-macam unsur yang dibutuhkan seperti (Ca, Na, K, 3
Fe, P, S, Mn), vitamin (A, B kompleks, C, D, E, K), asam-asam organik, karbohidrat, dan gula yang mampu merangsang pertumbuhan sel. Penelitian mengenai penggunaan madu sebagai zat tambahan pada media MS secara kultur in vitro belum banyak dilakukan. Salah satunya telah dilakukan pada tanaman anggrek.Sari et al. (2011) telah melakukan penelitian menggunakan eksplan batang dan tunas pucuk tanaman Grammatophyllum speciosum BL. hasil kultur in vitro pada media MS selama 84 hari tanam dengan penambahan madu Al Shifa pada konsentrasi 6 ml/l menghasilkan ratarata pertambahan jumlah tunas paling banyak yaitu 1,08 tunas, tinggi tunas 26,58 dan rata-rata jumlah daun 4,83. Sementara penambahan madu 9 ml/l menghasilkan jumlah akar terbanyak 5,17 akar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh pemberian BAP dan madu baik secara tunggal dan kombinasi dalam menginduksi tunas dari eksplan biji manggis yang dibelah empat secara in vitro dan menentukan konsentrasi BAP dan madu yang optimal pada media MS dalam menginduksi tunas eksplan biji manggis (Garcinia mangostana L.) yang dibelah empat secara in vitro. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2015 Repository FMIPA
di Laboratorium Biologi Terpadu Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, Kampus Bina Widya, Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksplan biji manggis asal Kabupaten Kampar, media dasar MS (Murashige dan Skoog), zat pengatur tumbuh BAP dengan konsentrasi 3 mg/l dan 7 mg/l, akuades, alkohol 70%, alkohol 96%, spiritus, agar, gula, HCL 1N, NAOH 1N, detergen, madu liar dari Sialang, larutan fungisida, larutan bakterisida, Na-hipoklorit (baycline), Tween-80 dan iodine. Alat-alat yang digunakan yaitu, Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) (Lab Tech), autoklaf (All American) tipe 25X-2, petridish, timbangan analitik (Kern) tipe ABJ 120-4M, hot plate (Pselecta) tipe 048432, erlenmeyer, botol kultur, pH meter, mata pisau, spatula, beaker glass, gelas ukur, scalpel, oven, pinset, pipet tetes, batang pengaduk, hand sprayer, panci enamel, lampu bunsen, tissu gulung, karet gelang, aluminium foil, kertas label, gelas piala, plastik buram, plastic wrap, kertas saring, masker dan gunting. Penelitian ini menggunakan rancangan lingkungan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) BAP dan madu yang ditambahkan kedalam media MS. Konsentrasi BAP dan madu yang
4
digunakan terdiri dari 12 taraf perlakuan, yaitu: M1 : 0 ml/l (kontrol) M2 : 3 mg/l BAP M3 : 7 mg/l BAP M4 : 3 ml/l madu M5 : 6 ml/l madu M6 : 9 ml/l madu M7 : 3 mg/l BAP + 3 ml/l madu M8 : 3 mg/l BAP + 6 ml/l madu M9 : 3 mg/l BAP + 9 ml/l madu M10: 7 mg/l BAP + 3 ml/l madu M11 : 7 mg/l BAP + 6 ml/l madu M12 : 7 mg/l BAP + 9 ml/l madu Sehingga dengan demikian diperoleh 12 taraf perlakuan dan masing-masing diulang sebanyak 5 kali, maka jumlah keseluruhannya adalah 60 unit percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu keping biji manggis yang dibelah empat. Pelaksanaan penelitian meliputi sterilisasi alat, pembuatan media tanam, persiapan dan penanaman eksplan. pemeliharaan dilakukan dengan menjaga ruang inkubasi agar kondisinya selalu bersih dan steril. Pemeliharaan ruang inkubasi dengan menyemprotkan 70 % alkohol 2 hari sekali. Suhu ruang diatur 23-25°C dan diberi penyinaran lampu selama 90 hari. Parameter dalam penelitian meliputi: persentase eksplan hidup(%), persentase pembentukan tunas (%) dan waktu muncul tunas (hst). Data hasil pengamatan selanjutnya dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Jika terjadi pengaruh Repository FMIPA
nyata dilakukan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 5 % dengan menggunakan aplikasi SPSS. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Tunas Eksplan Bji Manggis Pengaruh pemberianBAP dan madubaik tunggal maupun kombinasi terhadappertumbuhan tunas yang disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel1 terlihat bahwa persentase eksplan hidup dan persentase eksplan yang membentuk tunas pada hari ke-70 setelah tanam mencapai 100% pada semua perlakuan yaitu kontrol, BAP dan madu baik tunggal maupun kombinasi. Kondisi eksplan yang hidup ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, ukuran eksplan, kondisi fisiologis eksplan yang dikulturkan, metode sterilisasidan komposisi media. Menurut Rahmawati (2014) tingkat kematangan biji yang berbeda mempengaruhi viabilitas eksplan yang dikulturkan karena kondisi fisiologis biji yang belum matang mempengaruhi cadangan makanan dan komposisi embrio didalam biji. Haryadi (2006) mengatakan bahwa biji yang mempunyai ukuran yang lebih besar mempunyai cadangan makanan yang lebih banyak. Metode sterilisasi eksplan pada penelitian ini menggunakan larutan Na-hipoklorit 10% selama 10 menit 5
dan alkohol 70% selama 5 menit, diduga metode sterilisasi ini cukup baik sehingga tidak menyebabkan terjadinya kontaminasi, kerusakan jaringan dan kematian pada eksplan. Zulkarnain (2009) menyatakan bahwa sterilisasi menggunakan larutan hipoklorit (natrium maupun kalsium) terbukti efektif untuk sebagian tanaman. Tingkat persentase hidup eksplan yang tinggi dalam penelitian ini juga dipengaruhi oleh kandungan nutrisi pada media pertumbuhan yang tersedia dalam jumlah yang cukup hingga pada hari ke-70 hst. Menurut Razdan (2003) medium MS pada umumnya digunakan untuk induksi tunas dan regenerasi tanaman
yang dikulturkan secara in vitro. MS mengandung sejumlah makronutrien dan mikronutrien yang digunakan oleh tanaman untuk menunjang pertumbuhan yang optimal pada tanaman secara in vitro. Penambahan suplemen organik tambahan seperti madu kedalam media MS berpengaruh terhadap persentase eksplan hidup dan persentase eksplan dalam membentuk tunas. Hal ini diduga karena madu yang diberikan mampu memacu pertumbuhan eksplan. Madu merupakan suplemen organik tambahan yang mengandung karbohidrat berupa glukosa, sukrosa dan fruktosa (White et al. 1980) serta senyawa organik lainnya seperti vitamin (A, B, C, D, E, K) dan mineral
Tabel 1. Persentase eksplan hidup, pembentukan tunas dan waktu muncul tunas Kode Perlakuan M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12
Perlakuan BAP (mg/l) 3 7 3 3 3 7 7 7
Repository FMIPA
Madu (ml/l) 3 6 9 3 6 9 3 6 9
Eksplan Hidup(%)
Pembentukan Tunas (%)
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
60 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Waktu Muncul Tunas ±sd (hst) 9,20 ± 2,58 11,20 ± 7,50 7,40 ± 0,54 7,40 ± 0,54 7,80 ± 1,64 16,40 ± 11,71 11,80 ± 8,76 10,80 ± 6,22 8,80 ± 4,60 7,80 ± 2,38 6,00 ± 0,70 7,60 ± 1,67 6
(K, Ca, Fe, I, Na, S, Cl, P, Mn,Mg) (Bagde et al. 2013). Hasil penelitian ini menunjukkan semua perlakuan mampu membentuk tunas hingga 100%. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Rahmawati (2014) yang menghasilkan persentase biji yang membentuk tunas pada eksplan biji manggis belah empat sebesar 100%pada perlakuan konsentrasi 1, 3 dan 7 mg/l BAP pada media MS, sedangkan pada perlakuan lainnya (0 dan 5 mg/l BAP) masingmasing menghasilkan persentase 66,67% dan 33,33%. Hal ini menunjukkan pada biji yang dibelah empat dengan konsentrasi 3 dan 7 mg/l BAP merupakan konsentrasi yang efektif untuk memacu pertumbuhan tunas. BAP merupakan zat pengatur tumbuh golongan sitokinin dan turunan dari adenin (Razdan 2003), yang berperan dalam memacu pembentukan tunas dan mendorong proses pembelahan sel (George dan Sherrington 1984). Tunas yang terbentuk dengan penambahan madu pada penelitian ini juga mencapai persentase 100%. Menurut Sari et al. (2011) tunas yang terbentuk pada perlakuan penambahan madu ini dikarenakan madu berperan sebagai senyawa organik tambahan yang secara eksogen mampu berinteraksi dengan hormon endogen yang terdapat pada tanaman, sehingga dapat menginduksi terbentuknya tunas.
Repository FMIPA
Tabel 1 menunjukkan eksplan yang ditanam tanpa pemberian BAP dan madu juga dapat membentuk tunas hingga 100%. Hal ini diduga karena pada tanaman sudah mengandung hormon endogen yang tersimpan di dalam jaringan meristem dan diduga pada biji manggis yang dibelah empat terdiri dari jaringan yang bersifat meristematik yaitu embrio dan kotiledon sehingga mampu membentuk tunas tanpa penambahan hormon secara eksogen. Rata-rata waktu munculnya tunas paling cepat pada penelitian ini cenderung dihasilkan pada perlakuan 7 mg/l BAP dengan penambahan 6 ml/l madu yaitu 6,00 hst, sedangkan ratarata waktu muncul tunas paling lama terdapat pada perlakuan 9 ml/l madu pada hari ke-16,40 hst. Diduga penambahan BAP dengan konsentrasi yang tinggi 7 mg/l yang dikombinasikan dengan 6 ml/l madu mampu mempercepat pertumbuhan tunas pada eksplan biji manggis. a
b
Gambar 1. Tunas yang muncul dari eksplan biji mnggis setelah 7 hari tanam a: 7 mg/l BAP + 6 ml/l madu menunjukkan waktu muncul tunas tercepat, b:
7
menunjukkan kontrol belum muncul tunas. Perlakuan pembelahan biji manggis menjadi empat bagian berkaitan dengan proporsi embrio dan cadangan makanan yang terdapat pada eksplan. Menurut Rahmawati (2014) bagian yang bersifat meristematik pada biji terletak pada embrio yang merupakan calon tumbuhan baru. Diduga proporsi embrio dan kandungan cadangan makanan pada biji yang dibelah empat menjadi lebih sedikit sehingga membutuhkan konsentrasi BAP yang tinggi untuk merangsang proses regenerasi sel dan jaringan membentuk tunas. Menurut Wattimen (1992) bahwa penambahan zat pengatur tumbuh berperan untuk menambah efektifitas jumlah hormon endogen pada biji sehingga dengan penambahan BAP mampu mempercepat waktu pembentukan tunas. Penambahan madu pada tingkat konsentrasi tertentu yaitu 6 ml/l kedalam media kultur dapat meningkatkan aktivitas kerja sitokinin dalam proses pembelahan sel dan diferensiasi sel, karena pada madu mengandung gula sebagai sumber karbon dan dibutuhkan dalam proses metabolisme selama pertumbuhan sel dan mengandung sejumlah garamgaram anorganik (hara makro seperti N, P, K, S, Ca, Mg dan unsur hara mikro seperti Fe, Mn, Zn, Cu, Cl) dan vitamin. Menurut Zulkarnain (2009) Repository FMIPA
asam nikotinat (niacin), piridoksin (vitamin B6) dan tiamin (vittamin B1) merupakan vitamin yang esensial yang dapat meningkatkan pertumbuhan kultur. Hasil penelitian ini lebih lambat jika dibandingkan pada hasil penelitian Rahmawati (2014), dimana waktu terbentuknya tunas tercepat terdapat pada perlakuan 5 mg/l BAP yaitu 1,7407 HST pada eksplan biji manggis asal Bengkalis yang dibelah empat pada media MS. Hal ini diduga karena penggunaan eksplan pada penelitian ini berasal dari daerah dan klon yang berbeda sehingga memiliki respon yang berbeda pula terhadap waktu muncul tunas. Joni et al. (2014) mengatakan bahwa jenis klon biji manggis yang berbeda mempengaruhi morfogenesis manggis secara in vitro. KESIMPULAN Persentase hidup eksplan biji manggis dan pembentukan tunas mencapai 100% pada semua perlakuan baik kontrol maupun dengan penambahan BAP dan madu. Perlakuan dengan konsentrasi 7 mg/l BAP + 6 ml/l madu menghasilkan rata-rata waktu muncul tunastercepat yaitu 6,00 hst. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut
8
membantu dalam penelitian ini.
penyelesaian
Juanda
DAFTAR PUSTAKA Agromedia. 2009. Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Agromedia Pustaka. Jakarta. Bagde A.B, Sawant R.S, Bingare S.D, Sawai R.V, Nikumbh M.B. 2013. Therapeutic and Nutritional Values of Honey [Madhu]. J. pahrm. 4(3):1922. George EF, PD Sherrington. 1984. Biotechnology by Tissue Culture. Exegetics Ltd. Eversley. Hanafiah, A. 2004. Komposisi Madu. http://www.halal-baikenak.co.id/. [28 September 2014]. JoniYZ, EfendiD, Roostika I. 2014. Morfogenesis Eksplan Keping Biji dari Tiga Klon Manggis(Garcinia mangostana L.) pada Tiga Jenis Media Dasar. J. Hort. 24(2):94-101. Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor, IPB. Bogor.
Repository FMIPA
D, Bambang C. 2000. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Manggis. Kanisius. Yogyakarta.
Maysarah. 2012. Pertumbuhan Eksplan Manggis (Garcinia mangostana L.) secara In Vitro dengan Air Kelapa, Ekstrak Tauge dan Ragi [skripsi]. Fakultas Kehutanan, Univesitas Tanjungpura Pontianak. Kalimantan Barat. Nugroho
AE. 2013. Manggis (Garcinia mangostana L): dari Kulit Buah yang Terbuang Hingga Menjadi kandidat Suatu Obat [bibliografi]. Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Rahmawati RY. 2014. Induksi Tunas dari Eksplan Biji Manggis (Garcinia mangostana L.) Asal Bengkalis secara In Vitro dengan Perlakuan BAP (Benzylaminopurine) pada Medium MS [skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau. Pekanbaru. Razdan M.K. 2003. Introduction to Plant Tissue Culture. Ed ke2. Science Publisher, Inc.USA.
9
Roostika I, Sunarlim N, Mariska I. 2005.Mikropropagasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostanaL.).Jurnal Agrobiogen. 1(1):20-25. Sari YP, Hetty M, Vicky N. 2011. Mikropagansi Tanaman Anggrek Tebu (Grammmatophyllum speciosum BL.) secara In Vitro dari Sumber Eksplan Tunas Pucuk Pada Media MS (Murashige-skoog) dengan PenambahanMadu. Mulawarman Scientifie. 1(10):51-62.
White, J.W. Jr. 1980. Detection of Honey Adulteration by Carbohydrate Analysis. JAOAC. 63(1):11-18. Widyastuti N. 2002. Inovasi MemperbanyakBibit Tanaman.www.sinarharapan. co.id/berita/0202/13/ipt02.ht ml. [20 September 2014]. Zulkarnain. 2009. Solusi Perbanyakan Tanaman Budidaya Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
Wattimena GA, LW Gunawan, NA Mattjik, E Syamsudin, NMA Wiendi, A Ernawati. 1992. Bioteknologi Tanaman. IPB. Bogor.
Repository FMIPA
10