2016
HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION
Indonesian Background Speakers ( Section I — Listening and Responding Part A and Part B)
Transcript
Familiarisation Text FEMALE:
Hallooo . . . apa kabar? Lama nggak jumpa nih!
MALE:
Iya. Saya baru pulang dari liburan di Semarang, Jawa Tengah.
FEMALE:
Gimana cuaca di sana?
MALE:
Wah, sedang musim hujan dan banjir, karena Semarang adalah kota pantai.
FEMALE:
Tentunya lembab juga ya.
MALE:
Memang! Apalagi kalau hujannya hanya sebentar, lalu disusul dengan cuaca yang panas.
Section I — Listening and Responding Part A Question 1 Wulan dan Rama, serta hadirin sekalian. Pada hari yang teramat indah ini saya ingin menyampaikan pesan dan nasehat singkat. Yang panjang-panjang biar Papa dan Mama saja. Wulan, kau adikku satu-satunya. Telah kukenal kau dari bayi yang suka ngompol dan ngedot dari botol. Eh, tiba-tiba kau sudah dewasa, cantik jelita. Wajahmu serupa bulan purnama, berseri-seri karena hari ini kau menjadi istri. Rama, kita telah bersahabat sejak kanak-kanak. Haha . . . tahukah kau bahwa saat memacari adikku, kupikir kau itu Pungguk merindukan Bulan? Wulan ’kan bahasa Jawa untuk Bulan. Eh . . . ternyata kau berhasil menikahinya! Itu benar-benar “Seperti kejatuhan Bulan”. Untung besar! Ya, orang kawin itu terkadang berantem, asal jangan terlalu sering. Tapi, kalau kau marahmarah dan Wulan diam seribu bahasa, jangan kau kira kau menang, Rama. Kalau suami-istri bertengkar, kan pepatah mengatakan: yang kalah jadi abu, yang menang jadi arang. Jadi kalian akan sama-sama hitam, hangus, carbonated. Barusan kita menyaksikan Upacara Adat Jawa, Rama menginjak telur, lalu Wulan mencuci kakinya. Itu lambang pelayanan dan pengabdian istri kepada suami. Itu bagus . . . di zamannya Siti Nurbaya. Sekarang lain, Rama. Biarkan Wulan yang mengambil keputusan di bidang keuangan; dia ’kan akuntan dan MBA. Kamu ikuti saja semua keputusannya. Percayalah, adikku itu BB – bukan Black Berry melainkan Beauty & Brain!
–2–
Dan kau, Wulan, biarkan Rama yang mengambil semua keputusan di bidang artistik – dari desain rumah sampai tata taman. Rama ahlinya! Lalu, semua urusan rumah-tangga yang lain . . . . Share! Sekarang soal anak. Dulu, orang kawin wajib punya anak, sekarang itu pilihan. Kalian boleh memilih, dan pilihan itu tidak boleh diganggu-gugat karena ini hidup kalian, bukan orang lain yang menjalani. Pada hari bahagiamu ini, kulihat kalian . . . sudah cocok! Sudah jodoh. Serasi, seperti cincin dengan permata, Ebony dan Ivory pada piano yang memainkan melodi dan harmoni yang merdu indah. Akhir kata, SELAMAT! Semoga kalian berdua bahagia selama-lamanya!
–3–
Section I — Listening and Responding Part B Question 2, Text 1 PRESENTER:
Selamat malam, pendengar. Telah hadir di studio, Bapak Doktor Subianto untuk membahas pop culture alias budaya pop. Sebelum mulai dapatkah Bapak menjelaskan mengapa tertarik pada bidang budaya pop?
DR SUBIANTO:
Budaya pop sebuah fenomena yang menarik, mengundang banyak perdebatan. Ia ditemukan dalam semua aspek kehidupan, seperti bahasa, pakaian, makanan, seni dan lain-lain. Contoh dari bahasa misalnya kata ‘bonyok’ singkatan Bokap dan Nyokap untuk ayah dan ibu; ‘berdugem’ berdunia gemerlap.
PRESENTER:
Merusak bahasa, ya Pak? Apalagi karena pemakaiannya marak menyebar kemana-mana. Ayah, ibu jadi ‘bonyok’ kata yang jelek kedengarannya.
DR SUBIANTO:
Merusak mungkin terlalu keras. Budaya pop sifatnya tidak langgeng, terus berubah. Karenanya tidak sempat merusak. Misalnya remaja 90an bilang ‘ortu’ orang tua. Lalu ‘berdugem’ beberapa dasa warsa lalu disebut ‘bergadang’. Kadang orang yang berkata budaya pop merusak bahasa, dulu pakai kata ortu dan bergadang.
PRESENTER:
Tapi pemakaiannya yang menyebar itu lho Pak yang dikuatirkan.
DR SUBIANTO:
Memang menyebar karena digemari orang banyak, kalau tidak, bukan budaya pop yang ciri lainnya adalah harus digemari orang banyak. Tapi tidak selalu negatif, lho. Contoh yang baik adalah batik. Batik tradisional, tapi menjadi pop ketika designer muda memasukkan corak-corak dan warna-warna baru. Orangorang menggemarinya, termasuk yang muda, karena merasa tidak kuno lagi kalau berbatik. Batik menjadi pop kan? Tidak ada yang bilang pengepopan batik merusak tradisi, kan? Malah bangga, sekarang ada Hari Batik Nasional.
PRESENTER:
Tapi untuk hal-hal tertentu yang lebih serius, misalnya upacara tradisional atau ritual agama sebaiknya ya jangan dipopkan, ya Pak? Hilang khikmadnya.
DR SUBIANTO:
Mungkin, tapi kita lihat saja lah perkembangannya.
–4–
Section I — Listening and Responding Part B Question 2, Text 2 ISTERI:
Lho Pak, kenapa? Pulang dari rapat RW kok bermuka masam.
SUAMI:
Wah, pusing dan sebel nih! Ndak tahu apa maunya anak-anak muda itu. Kamu tahu kan, rapat membicarakan kegiatan yang akan diadakan warga untuk tahun depan. Menurutku ndak masuk akal dan ada-ada saja usulannya.
ISTERI:
Coba Pak, terangkan. Saya kok jadi tertarik. Apa saja yang diusulkan?
SUAMI:
Untuk upacara adat Bersih Desa, mau diadakan ‘Carnivale’ arak-arakan atau parade dengan musik yang beragam. Lalu pesertanya juga berbusana macammacam, kreasi-kreasi baru dengan dandanan rambut yang aneh-aneh. Ada lomba puisi, lomba nyanyi, lapak seni katanya. Bapak lihat foto-foto dalam usulan program. Kayak Carnivale di Brazil itu. Aneh sekali untuk upacara bersih desa. Tradisi kok dipopkan gitu. Akan musnah lah budaya tradisional kita.
ISTERI:
Lho Pak, kan malah rame dan menarik. Semua orang akan ikut, tidak seperti biasanya hanya yang tua-tua saja, itupun mereka kelihatannya tidak menikmati. Jadi luas pak nanti peminatnya. Ngepop.
SUAMI:
Tapi kekhusukan dan kesakralan upacara kan hilang. Bersih desa kok hura-hura.
ISTERI:
Lha daripada upacara tradisional itu mati, kan lebih baik tetap ada meski bentuknya berbeda tho Pak. Tujuannya sama lah Pak, memohon agar desa selamat terlindungi. Caranya saja mengikuti jaman. Terus, para pemuda yang punya ide dan kreatifitas kan tertampung, tersalurkan dalam kegiatan yang berintikan tradisi budaya kita. Kalau tidak tersalurkan malah nanti mereka mengadakan karnaval ‘Halloween’yang bukan budaya kita.
SUAMI:
Ah kamu seperti mereka. Ini juga jadi komersial, jadi mahal.
ISTERI:
Ya memang, tapi dari sisi lain kan malah mengembangkan ekonomi, Pak. Tukang jahit jadi banyak pesanan, begitu juga salon rambut dan make-up. Belum lagi untuk konsumsi makanannya. Lha nanti kalau kota kita jadi terkenal kan malah jadi tujuan wisata. Pasti dicover media toh. Bapak sendiri kan gemar wayang yang dipopkan. Dalangnya kadang pakai bahasa Inggris, waktu pertunjukan nya dipersingkat. Bapak bilang dengan begitu orang muda akan suka juga.
SUAMI:
Ya, ya sudah, kalah debat Bapak. Biarlah wujud ganti asal semua orang ikut merayakan dan melakukan bersih desa.
–5– © 2016 Board of Studies, Teaching and Educational Standards NSW