Tinjauan Pustaka
Imunobiomolekuler kolesteatoma timpani Bambang Udji Djoko Rianto Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta - Indonesia
ABSTRAK Latar belakang: Kolesteatoma timpani merupakan suatu pertumbuhan sel epitel secara hiperproliferatif. Penelitian imunobiomolekuler menunjukkan beberapa sitokin yang terekspresi lebih tinggi dibandingkan jaringan normal. Tujuan: Mengetahui patogenesis kolesteatoma timpani untuk menentukan secara pasti peran spesifik tiap jenis sel yang terlibat dalam penyakit tersebut. Tinjauan pustaka: Tingginya ekspresi IL-1α (interleukin 1α) dan IFN-γ (interferon γ), protein p53 dan prostaglandin dalam kolesteatoma timpani berperan dalam hiperproliferasi sel dan efek destruksi tulang. Kesimpulan: Pada kolesteatoma timpani ditemukan adanya ekspresi bermacam sitokin, sel imun, serta protein spesifik. Sangat mungkin ekspresi tersebut adalah respons imun tubuh terhadap kausa tertentu yang bersifat multifaktor. Kata kunci: kolesteatoma timpani, patogenesis kolestatoma, ekspresi IL-1α, IFN-γ, protein p53, prostaglandin, respons imun tubuh
ABSTRACT Background: Tympanic cholesteatoma is a hyperproliferative process of epithelial cells. Based on the immunobiomolecular research it showed several sitokins hyperexpression. Purpose: To provide information of timpanic cholesteatoma pathogenesis and the involvement of specific cells and the role of them. Review: High expression of IL-1α (interleukin 1α) dan IFN-γ (interferon γ), protein p53 and prostaglandine plays role in the process of cell hyperproliferation and bone destruction. Conclusion: The expression of cytokines, imunocellular cells, specific protein were found in the tympanic cholesteatoma. It’s possible that the expression is the immune response to certain causative factors which could be multifactorial. Key words: tympanic cholesteatoma, pathogenesis of cholesteatoma, IL-1α, IFN-γ, p53 protein, prostaglandin, immune response Alamat korespondensi: Bambang Udji Djoko Rianto, Bagian Ilmu Kesehatan THT FK UGM. Jl. Sekip Utara I, Yogyakarta. E-mail:
[email protected]
jaringan manusia, dengan rentang bobot
PENDAHULUAN Dalam beberapa tahun terakhir ini, beberapa
penelitian
tentang
imunologi
telinga normal dan patologik telah mulai diteliti, terutama tinjauan terhadap aspek histopatologik epidermis membran timpani, kanalis auditorius eksternus dan mukosa kavum timpani normal, demikian pula pada fenomena bila terjadi radang pada organorgan tersebut. Saat ini yang banyak dilakukan
penelitian
salah
satunya
mengenai patogenesis koleateatoma timpani secara
imunobiomolekuler.
faktor
penting
dalam
patogenesis kolesteatoma timpani. Sasaki dan Huang2 berpendapat bahwa sel keratin kulit
kanalis
auditorius
eksternus
mengalami migrasi dan hiperproliferasi akibat inflamasi ke dalam kavitas timpani yang selanjutnya menyebabkan akumulasi
penelitiannya,
Sasaki
dan
Huang meneliti ekspresi sitokeratin spesifik (CKs) dalam matriks kolesteatoma timpani untuk
menentukan
kolesteatoma penyakit
kemungkinan
timpani
sebagai
hiperproliferatif.
suatu
Sitokeratin
merupakan suatu protein tak larut yang membentuk
40.000-67.000,
filamen
di
antara
sel-sel
mamalia. Sampai saat ini telah diketahui terdapat 19 jenis sitokeratin (CKs) pada
derajat
dua kelompok, yaitu kelompok basa dan asam. Sebagian besar sitokeratin asam diekspresikan
bersama-sama
dengan
sitokeratin basa yang spesifik, membentuk suatu pasangan sitokeratin. Pola CKs dapat diidentifikasi jaringan,
pada
dan
mempunyai
tiap
epitel
bermacam
epitel
karakteristik
jaringan kombinasi
pasangan CKs tersebut.2 Ekspresi sitokeratin diperiksa dalam kolesteatoma timpani, kulit meatus dan membran timpani dengan menggunakan dua
antibodi
monoklonal,
satu
untuk
sitokeratin 13 dan 16 (antibodi K8, 12) dan lainnya hanya untuk sitokeratin 13 (antibodi KS-13). CK-13 (MW 51 KD)
yang
merupakan petanda diferensiasi dan CK-16 (MW
48
KD)
hiperproliferasi
debris keratin. Dalam
antara
keasaman (pH) 5-8. CKs dibagi menjadi
Akumulasi
epitel keratinisasi dalam kavum timpani merupakan
molekul
sel
pemeriksaan menunjukkan
sebagai keratin.
immunoblot bahwa
petanda
CKs-13
Hasil probes dan
16
terdapat dalam kolesteatoma timpani.1 Yan dan Huang3 menemukan ekspresi limfotoksin dalam jaringan kolesteatoma timpani
dengan
pemeriksaan
menggunakan
imunoperoksidase
metode IgG
(imunoglobulin G) antihuman limfotoksin kelinci. Dengan metode tersebut, epitel kulit normal kanalis auditorius eksternus terpulas
2
ringan, tetapi pemulasannya lebih lemah
untuk mendeteksi adanya sel Langerhans
daripada jaringan kolesteatoma timpani.
sehubungan
Pada pemeriksaan in vitro, limfotoksin
(human leucocyte antigen-DR) dan antigen
rekombinan manusia menstimulasi proses
anti-Leu-6.
sintesis protein, diferensiasi akhir dan
menunjukkan tidak terdapat perbedaan
proliferasi lapisan basal sel epitel keratin.
bermakna antara jumlah sel Langerhans
Temuan
bahwa
yang terdapat dalam epitel kolesteatoma
limfotoksin mungkin merupakan perantara
timpani dibandingkan epitel kulit kanalis
yang
auditorius eksternus yang sehat. Sebagai
ini
menggambarkan
terlibat
kolesteatoma tersebut
dalam
timpani.
pertumbuhan
Hasil
ekspresi
HLA-DR
penelitian
tersebut
peneliti
pembanding digunakan ekspresi antigen
progresivitas
HLA-DR pada sel epitel keratin dalam
Kedua
berpendapat
dengan
pertumbuhan epidermis merupakan faktor
epidermis
penting dalam patogenesis kolesteatoma
flavus. Hasil ini menunjukkan peningkatan
timpani.
immunosurveillance
Mekanisme
pertumbuhan
ini
yang
terinfeksi
Aspergillus
jaringan
tersebut,
sampai sekarang masih belum diketahui
tetapi tidak seperti ekspresi antigen HLA-
secara pasti.3
DR yang terdeteksi dalam kolesteatoma
Tinjauan pustaka ini disajikan karena
timpani. et al5 melaporkan hasil
banyaknya penelitian kolesteatoma timpani
Marcato
dengan yang sangat bervariasi, maka perlu
penelitiannya
untuk
diketahui
etiopatogenesis
dan
berbagai
patogenesis
menjelaskan sifat
klinik
kolesteatoma timpani untuk menentukan
kolesteatoma timpani dengan pemeriksaan
secara pasti peran spesifik tiap jenis sel
imunohistopatologik,
yang terlibat dalam penyakit tersebut
imunohistokimia antibodi
Pada penelitian Alberg4 dilaporkan peran
sel
Langerhans
dalam
hubungannya
dengan
etiopatogenesis
kolesteatoma
timpani.
Hasil
biopsi
kolesteatoma
timpani
diteliti
dengan
menggunakan imunohistokimia
yang
monoklonal.
menggunakan Sampel
matriks
kolesteatoma timpani diperoleh pada saat
TINJAUAN PUSTAKA
evaluasi
teknik
pemeriksaan antibodi
monoklonal
melakukan operasi mastoidektomi radikal atau
timpanoplasti.
Hasil
penelitian
menggunakan antibodi monoklonal selektif dengan
adanya
Langerhan
yang
sel
limfosit
berhubungan
ekspresi klinik penyakit tiap kasus.
T
dan
dengan
3
Mayot penelitian kantong
et
al6
melaporkan
terhadap retraksi,
hasil
Pemeriksaan dilakukan pada seluruh serum
imunohistologik
dan kemungkinan adanya autoantibodi (IgG
matriks
kolesteatoma
dan IgM) terhadap SK yang berperan
timpani dan jaringan granuloma pada 14
sebagai substrat antigen, dalam jaringan
percontoh
beku
kolesteatoma
timpani
anak,
kulit
dan
kolesteatoma
dengan
didapatkan proses inflamasi yang luas
menggunakan
antara
kavum
imunofluoresensi direk maupun indirek.
timpani dan mirip dengan respons imun
Hasil pemeriksaan imunofluoresensi indirek
hipersensitivitas tipe lambat. Sel CD1
menunjukkan adanya pemulasan positif SK
(cluster of differentiation 1) dan Langerhans
pada kelompok kolesteatoma dan kulit
terdapat pada seluruh daerah epidermis
tersebut.
tersebut, akan tetapi ekspresi molekul kelas
menunjukkan pula bahwa pemulasan positif
II hanya didapatkan pada daerah sekitar
autoantibodi IgG anti-SK yang tertinggi
infiltrat polimorfonuklear. Sejumlah sel
terdapat pada lapisan suprabasal epitel
mast dan sel inflamasi yang memproduksi
kolesteatoma. IgM anti-SK autoantibodi
IgA (imunoglobulin A) juga terlihat pada
selalu lebih sedikit kadarnya daripada
daerah tersebut.6
autoantibodi IgG.
epidermis
Bujia
dan
7
mukosa
Selanjutnya
hasil
tersebut
hasil
Adanya sejumlah fibronektin yang
penelitian mereka tentang respons imun
besar merupakan petanda terdapat aktivitas
humoral penderita kolesteatoma timpani.
penyembuhan
Terdapat antibodi stratum korneum (SK)
menghasilkan matriks hiperproliferasi serta
berkadar tinggi pada serum penderita yang
migrasi sel epidermis, maka distribusi
mengalami kerusakan sel keratin yang
fibronektin dalam kolesteatoma timpani
bagian tengahnya mengandung filamen.
perlu diteliti. Schilling et al8 melaporkan
Kolesteatoma timpani menyerupai penyakit
hasil penelitian mereka untuk membuktikan
kulit daerah temporal yang memproduksi
hal tersebut dengan menggunakan antibodi
dan mengakumulasi sel epitel keratinisasi
monoklonal terhadap sebagian besar daerah
berlebihan. Perlu dikemukakan bahwa pada
ikatan fibronektin pada manusia. Untuk
penelitian
memulas
et
ini,
al
melaporkan
pemeriksaan
serum
diperoleh
dari
penderita kolesteatoma timpani (n=10) dan
digunakan
dari
fosfatase
kelompok
normal
(n=8)
dengan
distribusi usia serta jenis kelamin sama.
4µ
luka
pada
krioseksi
metode antialkalin.
kulit
yang
kolesteatoma
alkalin
fosfatase-
Pada
kelompok
kontrol digunakan potongan kulit epitel
4
skuamus normal dari daerah retroaurikuler. Hasil
penelitian
tersebut
menunjukkan
Heat shock proteins (HSPs) dilaporkan berperan dalam beberapa aspek patogenesis
bahwa pemulasan fibronektin terbukti lebih
kolesteatoma
kuat dalam stroma kolesteatoma dibanding
(aquirred). Terdapatnya HSP60 dan HSP70
kulit normal.8
dalam
Albino et al9 juga melaporkan hasil penelitian
evaluatif
berdasarkan
timpani
kolesteatoma
jenis
didapat
timpani
ditunjukkan
dengan
immunoblotting
menggunakan
dapat
pemeriksaan antibodi
pemeriksaan imunohistokimia terhadap 36
anti-HSP60 dan HSP70, setelah tahapan
kolesteatoma timpani yang terdiri atas
ekstraksi protein. Distribusi HSP60 dan
berbagai jenis kolesteatoma timpani (jenis
HSP70 dalam kolesteatoma timpani juga
primer dan sekunder, jenis kambuhan, serta
dapat
kongenital) dan 23 spesimen jaringan
imunohistokimia terhadap preparat blok
normal (membran timpani, kulit kanalis
parafin. HSP60 dan HSP70 terlokalisir
auditorius
kulit
dalam sitoplasma sel keratin dalam seluruh
retroaurikuler) yang menunjukkan ekspresi
lapisan epitel kolesteatoma timpani. HSP70
triptase dari sel mast spesifik. Hasil
juga didapatkan dalam nukleus sel keratin.
penelitian
pula
HSP60 dan HSP70 tidak dijumpai pada
terdapat peningkatan jumlah sel mast
epidermis kulit normal kanalis auditorius
sekitar 3-7 kali dibandingkan dengan
eksternus dan wajah, kecuali dalam sel
jaringan normal, yaitu sekitar 19-34% sel
keratin folikel rambut pada kulit wajah.
mast
Dalam
eksternus
tersebut
dalam
lapisan
dan
menunjukkan
suprabasal
epitel
dideteksi
nukleus
dengan
sel
pemeriksaan
keratin,
HSP70
skuamus. Peningkatan jumlah sel mast juga
berfungsi menstabilkan protein p53, yang
ditemukan pada spesimen membran timpani
berfungsi negatif dalam proses proliferasi
yang mengalami inflamasi sedang dan
seluler yang selanjutnya berperan penting
berat, tetapi tidak terdapat dalam jaringan
dalam
membran
mengalami
pemeriksaan imunohistokimia pemulasan
inflamasi ringan sebagai percontoh kontrol.
HSP70 didapatkan ekspresi pada nukleus
Berdasarkan
dan sitoplasma.1
timpani
bukti,
yang
persentase
jumlah
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
apoptosis
sel
keratin.
Hasil
Kojima et al10 melaporkan hasil
sel inflamasi induk terlibat dalam proses
penelitiannya
patogenesis kolesteatoma timpani yang
kolesteatoma timpani didapat saat operasi
sebelumnya tidak diketahui.
terhadap 12 penderita. Sebagai percontoh
terhadap
spesimen
5
kontrol, digunakan sembilan spesimen kulit
terhadap antigen inti sel proliferasi. Pada
normal
penelitian tersebut menunjukkan adanya
kanalis
auditorius
eksternus
penderita. Hasil penelitian menunjukkan
proliferasi
bahwa tanda spesifik faktor pertumbuhan
suprabasal pada kelompok kulit normal.
sel keratin mRNA tidak terekspresi pada
Pada
kelompok kulit normal kanalis auditorius
sejumlah besar positif antigen inti sel
eksternus, tetapi terekspresi dalam fibroblas
proliferasi, yang didapatkan di lapisan sel
subepitelial
spinosum dan granuler.
jaringan
ikat
spesimen
kolesteatoma. Tanda-tanda tersebut terlihat
sel
di
kelompok
lapisan
basal
kolesteatoma,
dan
terlihat
Albino et al12 melaporkan hasil
hanya dalam spesimen yang didapat dari
penelitian
penderita dengan jaringan ikat subepitel
pertimbangan mengenai faktor terjadinya
tebal dan mengalami proliferasi serta proses
kolesteatoma timpani yang bersifat invasif,
inflamasi yang kuat.
migrasi,
Kojima et al11 selanjutnya melaporkan
mereka,
agresif,
berdasarkan
hiperproliferatif
dan
kambuhan, terdapat tiga model patogenesis
hasil penelitian mengenai perbandingan
kolesteatoma
pola proliferasi dan apoptosis (program
timpani dapat terjadi sebagai akibat: a)
kematian sel) antara massa kolesteatoma
induksi
timpani dengan kulit normal. Sampel
transformasi/perubahan bentuk neoplastik;
kolesteatoma timpani diperoleh dari 10
b) cacat proses penyembuhan luka; dan atau
penderita pada saat operasi. Spesimen kulit
c) pertentangan patologik respons inflamasi,
normal sebanyak 6 sampel didapat di antara
epitel kavitas timpani normal dan infeksi
10 penderita tersebut, digunakan sebagai
bakteri
pada
induk.
Untuk
kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan
membuktikannya,
digunakan
beberapa
bahwa dalam seluruh sampel kolesteatoma
pemeriksaan
tidak terlihat sel apoptosis dalam lapisan sel
sitometri
basal,
kolesteatoma timpani) terhadap sejumlah
tetapi
terdapat
dalam
lapisan
timpani.
preneoplastik
Kolesteatoma
atau
kejadian
(imunohistokimia, dan
analisis
gambaran
suprabasal, stratum spinosum, dan lapisan
kolesteatoma
sel granuler. Pada spesimen kulit normal
(didapat primer dan sekunder, kambuhan,
kanalis
terdapat
serta kongenital) dan jaringan normal
lapisan
(membran timpani, kulit kanalis auditorius
suprabasal. Hasil analisis imunohistokimia
eksternus dan kulit retroaurikuler) dalam
menggunakan
mengekspresi
kematian
auditorius sel
eksternus
apoptosis
antibodi
pada
monoklonal
timpani
uraian
berbagai
berbagai
protein
jenis
(p53,
6
ektopeptidase, triptase) serta adanya DNA
superfisial. Pemeriksaan dengan pelabelan
(deoxyribo nucleotid acid) aneuploid.12
in situ menunjukkan adanya sel apoptotik
Kojima et al13 melakukan penelitian
dalam lapisan spinosum dan granuler
yang membandingkan antara mekanisme
jaringan kolesteatoma timpani. Hal ini
proliferasi, diferensiasi dan apoptosis dalam
mirip dengan hasil yang didapatkan pada
sel epitel kolesteatoma timpani dengan
spesimen
epitel kulit kanalis auditorius eksternus.
pemeriksaan
Dalam penelitian ini, lokasi ekspresi protein
mengkonfirmasikan
Bcl (B cell lymphoma) -xL dan involukrin,
involukrin yang sama seperti sel SCC-25
serta adanya sel apoptotik diperiksa pada
tipe wild dan transfektan SCC-25/Bcl-xL.
sampel
potongan
jaringan
epitel
kulit
Rianto14
normal.
Analisis
Western
blot
ekspresi
protein
berdasarkan
kolesteatoma timpani, sedangkan sebagai
penelitian
sampel kontrol adalah epitel kulit kanalis
kolesteatoma timpani pada penderita otitis
auditorius
media
(squamus
eksternus.
Adanya
SCC
mengenai
laporan
kronik
imunologi
dengan
kolesteatoma
-25/Bcl-xL
menggunakan rancang penelitian kasus
menunjukkan ekspresi berlebihan protein
kontrol. Sebagai kontrol adalah mukosa
Bcl-xL yang digunakan untuk menentukan
kavum timpani penderita otitis media
efek
ekspresi
kronik tanpa kolesteatoma. Hasil penelitian
involukrin, sebagai petanda diferensiasi sel
tersebut menunjukkan peningkatan secara
epitel. Pada penelitian tersebut, material
bermakna ekspresi IL-1α (interleukin 1α)
jaringan kolesteatoma timpani dieksisi saat
dan IFN-γ (interferon γ) pada jaringan
operasi
kolesteatoma timpani (kelompok kasus)
cell
protein
dari
carcinoma)
ini
10
terhadap
penderita.
Sebagai
kelompok kontrol digunakan spesimen kulit
dibanding mukosa kelompok kontrol.14
normal kanalis auditorius eksternus pada 10 penderita.
Hasil
penelitian
tersebut
menunjukkan adanya ekspresi protein BclxL yang terdeteksi pada daerah lapisan sel basal epitel kolesteatoma timpani maupun sel epitel kulit kanalis auditorius eksternus normal. Sebaliknya ekspresi involukrin (merupakan suatu petanda diferensiasi sel epitel)
meningkat
pada
lapisan
lebih
DISKUSI Kolesteatoma suatu
pertumbuhan
timpani sel
merupakan
epitel
secara
hiperproliferatif. Pada beberapa penelitian imunobiomolekuler menunjukkan sitokin yang terekspresi lebih tinggi dibandingkan jaringan normal.
7
Alberg4
menunjukkan bahwa pertahanan sistem
menunjukkan tidak terdapat perbedaan
imun mukosa terkumpul dan berperan pada
bermakna antara jumlah sel Langerhans
patogenesis kolesteatoma timpani.
Pada
hasil
penelitian
yang terdapat dalam epitel kolesteatoma
Faktor respons imun humoral pada
timpani dibandingkan epitel kulit kanalis
penderita kolesteatoma timpani telah diteliti
auditorius eksternus yang sehat. Hasil ini
oleh Bujia et al7 yang menunjukkan tidak
tidak
sel
terjadi peningkatan titer autoantibodi anti-
dalam
SK. Respons humoral terhadap SK tidak
menunjang
Langerhans
hipotesis
berperan
bahwa
penting
pembentukan kolesteatoma timpani.
bermakna
dalam
patogenesis
penyakit
peran
kolesteatoma timpani. Keterlibatan faktor
respons sistem imun tubuh ini, maka
imun juga dilaporkan pada penelitian
diperlukan penelitian lebih lanjut yang
Albino et al.9 Proses imun yang terjadi pada
menitikberatkan pada distribusi sel limfosit
kolesteatoma timpani jenis kongenital tidak
T
matriks
berbeda dengan jenis kolesteatoma timpani
kolesteatoma timpani berdasarkan sifat-sifat
yang didapat, sehingga sangat mungkin
ultrastruktur secara lebih terperinci.
penyebab tercetusnya respons imun juga
Dalam
dan
melakukan
Langerhan
evaluasi
dalam
Penelitian yang dilakukan Marcato et
tidak berbeda.
al untuk menjelaskan etiopatogenesis dan
Distribusi
5
fibronektin
dalam
sifat klinik kolesteatoma timpani tersebut,
kolesteatoma perlu diteliti, karena jumlah
tidak dapat membuktikan hubungan antara
fibronektin yang besar sebagai petanda
gambaran
klinik
imunohistopatologik,
dan
temuan
aktivitas penyembuhan luka pada kulit yang
karena
terdapat
menghasilkan matriks hiperproliferasi serta
kemiripan ekspresi pada seluruh kasus.
migrasi
sel
epidermis.
Tetapi
pada
8
Adanya sel Langerhan mencerminkan peran
penelitian Schilling et al, mengenai hal
reaksi
tersebut
inflamasi
dan
reabsorpsi
pada
al6
pemulasan
hasil
jaringan tidak menunjukkan hasil, sehingga
imunohistologik
dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
kolesteatoma timpani pada anak dan terlihat
epitel skuamus lebih mencerminkan sebagai
sejumlah sel mast dan sel inflamasi yang
proses regeneratif.
penelitian
et
terhadap
melaporkan
dilakukan
fibronektin pada epitel skuamosa kedua
kolesteatoma dalam kavitas timpani. Mayot
setelah
A)
Albino et al12 berpendapat bahwa
terlihat pada daerah epidermis, hal ini
berdasarkan bukti fenomena biologik, yaitu
memproduksi
IgA
(imunoglobulin
8
sel mast terlihat dan terlibat dalam patologi
gangguan
genetik
kolesteatoma
timpani
gambaran
penting
diperkirakan
ada
pada
manusia,
hubungan
antara
yang pada
merupakan seluruh
lesi
neoplasma; b) induksi sel hiperproliferatif
peningkatan sel mast dengan kolesteatoma.
dalam
Penelitian ini memperjelas bahwa sampai
kolesteatoma timpani melibatkan respons
saat ini abnormalitas seluler dan molekuler
idiopatik terhadap stimuli internal dan
sebagai penyebab histopatologik
seluruh
lapisan
epidermis
terjadinya
gambaran
eksternal dalam bentuk pelepasan sitokin
kolesteatoma
timpani
oleh infiltrasi sel radang; c) adanya bakteri
kongenital dan didapat belum diketahui
dapat
secara pasti. Gambaran yang biasa terdapat
kolesteatoma dan induk; d) tidak ada data
dalam kolesteatoma timpani adalah adanya
yang
bakteri dan ekspresi sejumlah sitokin oleh
perbedaan molekuler dan seluler yang nyata
sel inflamasi induk. Interaksi antara sel
antara jenis kolesteatoma timpani didapat
inflamasi dan epitel kolesteatoma timpani
primer dan sekunder, kambuhan, serta
dapat
kongenital.12
menginduksi
kelainan
biologik
tambahan dalam kolesteatoma timpani.
menyebabkan
hubungan
menunjukkan
Peranan
HSPs
bahwa
antara
terdapat
dilaporkan
dalam
Berdasarkan hal tersebut di atas,
beberapa aspek patogenesis kolesteatoma
sangat penting mengetahui patogenesis
timpani jenis didapat. Adanya ekspresi
kolesteatoma timpani untuk menentukan
HSP60 dan HSP70 dipacu oleh reaksi
secara pasti peran spesifik tiap jenis sel
inflamasi dan respons imun dalam kavitas
yang terlibat dalam penyakit tersebut. Sel
timpani selama pembentukan kolesteatoma
mast pada jaringan ikat mempunyai fungsi
timpani. Induksi HSP60 dan HSP70 juga
sebagai perantara yang kompleks. Beberapa
berhubungan dengan proses hiperproliferasi
fenomena biologik lainnya yang melibatkan
dan diferensiasi aktif sel basal keratin, yang
sel
menghasilkan akumulasi debris keratin
mast
tersebut
kolesteatoma
dalam
timpani.
patogenesis
Hasil
penelitian
sebagai
gambaran
karakteristik
Albino et al12 tersebut juga menunjukkan:
kolesteatoma
a) kolesteatoma timpani bersifat lebih
produksi HSP70 yang berhubungan dengan
condong ke arah proses penyembuhan
aktivitas proliferasi seluler.1
timpani.
Terdapat
pula
(resolusi) luka daripada neoplasma. Bukti
Proliferasi epitel kolesteatoma diteliti
yang didapat tidak menunjukkan bahwa
oleh Kojima et al10 disimpulkan sebagai
kolesteatoma
mekanisme regulasi parakrin melibatkan
timpani
bersifat
sebagai
9
faktor pertumbuhan sel keratin untuk
kejadian
kolesteatoma
timpani
yang
proliferasi tersebut. Jaringan ikat subepitel
berhubungan dengan respons imun tubuh.
kolesteatoma mungkin berperan penting dalam
proliferasi
kolesteatoma
dan
timpani,
pertumbuhan terutama
pada
kondisi inflamasi. Hasil penelitian tersebut dibuktikan pula oleh Kojima et al,
12
bahwa
DAFTAR PUSTAKA 1. Shinode H, Huang CC. Heat shock protein in middle ear cholesteatoma. Otolaryngol Head Neck Surg 1996; 114(1):77-83.
pada kolesteatoma sel epidermis terjadi
2. Sasaki H, Huang CC. Expression of
hiperproliferasi. Pada penelitian tersebut
cytokeratins 13 and 16 in middle ear
juga menunjukkan apoptosis sel dalam
cholesteatoma. Otolaryngol Head Neck
lapisan epidermis kolesteatoma timpani.
Surg 1994; 110(3):310-7.
Berdasarkan bukti hasil penelitian Rianto,14
dapat
disimpulkan
terjadinya
hiperproliferasi epitel dalam kolesteatoma timpani
sangat
mungkin
berhubungan
dengan terganggunya apoptosis (program kematian sel). Ekspresi HSP berefek negatif
3. Yan SD, Huang CC. Lymphotoxin in human
middle
ear
cholesteatoma.
Laryngoscope 1991; 101(Pt 1):411-5. 4. Alberg B, Jontel M, Edstrom S. Analysis of class
II
antigen
expressing
cells
in
cholesteatoma epithelium. Acta Otolaryngol Stock 1998; 106(3-4):186-91.
terhadap fungsi p53, sehingga peran p53
5. Marcato P, Giuritti P, Pozzo T, Vitiello R,
dalam apoptosis menjadi tidak optimal.
Valente G, Giordano C, et al. Chronic
Ekspresi
cholesteatomatous
HSP60
dan
HSP70
tersebut
otitis
media:
the
menunjukkan terjadinya reaksi inflamasi
histopathological and clinical aspects. Acta
sebagai stress terhadap sel epitel yang
Otorhinolaryngol Ital 1991; 11(5):465-70.
meningkat pada kejadian kolesteatoma
6. Mayot D, Bene MC, Faure GC, Wayof M, Perrin C. Immuno-histologic analysis of the
timpani. Dapat
disimpulkan
bahwa
pada
berbagai penelitian kolesteatoma timpani tersebut, ditemukan variasi ekspresi sitokin,
cholesteatoma matrix in children. Int J Otorhinolaryngol 1991; 22(2):115-24. 7. Bujia
J,
Stamberger
M,
Holly
A,
Kastenbauer E. Profile of antistratum
sel imun, serta protein spesifik dan sangat
corneum autoantibodies in patients with
mungkin ekspresi tersebut adalah respons
aural cholesteatoma. Am J Otol 1994;
imun tubuh terhadap kausa tertentu yang
15(4):532-5.
dilakukan
8. Schilling V, Holly A, Bujia J, Schulz P,
penelitian lebih lanjut terhadap faktor kausa
Kastenbauer E. High levels of fibronectin in
bersifat
multifaktor.
Perlu
10
the stroma of aural cholesteatoma. Am J Otolaryngol 1995; 16(4):232-5. 9. Albino AP, Reed JA, Bogdany JK, Sassoon J, Parisier SC. Increased numbers of mast cells in human middle ear cholesteatoma: implications for treatment. Am J Otol 1998; 19(3):266-72. 10. Kojima H, Matsuhisa A, Shiwa M, Kamide Y, Nakamura M, Ohno T, et al. Expression of
messengers
RNA
for
keratinocyte
growth factor in human cholesteatoma. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 1996; 122(2):252-9 11. Kojima H, Tanaka Y, Tanaka T, Miyazaki H, Shiwa M, Kamide Y, et al. Cell proliferation middle
and
ear
Otolaryngol
apoptosis in
human
cholesteatoma.
Arch
Head
Neck
Surg
1998;
124:261-4. 12. Albino AP, Kimmelman CP, Parisier SC. Cholesteatoma: a molecular and cellular puzzle. Am J Otol 1998; 19(1):7-19. 13. Kojima H, Miyazaki H, Tanaka Y, Shiwa M, Koga T, Moriyama H. Role of Bcl-xL protein in differentiation and apoptosis of human
middle
ear
cholesteatoma
epithelium. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 1999; 125:738-42.
14. Rianto BUD. Kolesteatoma timpani pada otitis media supuratif kronik maligna (OMSKM). Identifikasi dan peran human papillomavirus
(HPV)
terhadap
etiopatogenesis. Tesis S-3. Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Gadjah Mada; 2005.