Implementasi Metode Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Perkembangan Individu Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Arum Uslistiyawati (07140004) Mahasiswa Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang masalah penelitian ini berdasarkan asumsi dasar bahwa hasil proses pembelajaran mata pelajaran IPS untuk peserta didik MA Darul Amanah Sukorejo Kabupaten Kendal masih rendah, dimungkinkan dipengaruhi oleh metode pengembangan pola pembelajarannya. Penggunaan model pembelajaran diasumsikan berpengaruh dominan terhadap hasil pembelajaran mata pelajaran Sejarah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana proses belajar-mengajar mata pelajaran sejarah dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching di kelas XI MA Darul Amanah Sukorejo Kendal?. 1) Apakah pembelajaran sejarah dengan Model Pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan perkembangan dalam belajar individu siswa Kelas XI Semeter Gasal MA Darul Amanah Sukorejo Kendal ?. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas XI IPA1 pada MA Darul Amanah Sukorejo Kabupaten Kendal dengan jumlah 36 peserta didik. Penelitian tidakan kelas ini dilakukan dua kali tindakan dalam dua siklus, di mana setiap siklus memuat kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, tes, dokumentasi dan wawancara. Teknik observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas anak dalam proses pembelajaran dan aktivitas guru selama mengajar. Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar anak didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dan teknik dokumentasi digunakan sebagai pencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa tulisan yang berhubungan dengan obyek penelitian. Sedangkan teknik wawancara digunakan sebagai pengumpulan data dengan cara metode tanya jawab sepihak secara sistematis berlandaskan pada tujuan penelitian. Indikator pencapaian dalam penelitian ini adalah sebanyak 80% peserta didik mampu memperoleh nilai 70 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal dan 80% peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Semua data hasil penelitian dianalisis menggunakan deskriptif prosentase. Dimana hasil penelitian dianalisis dua kali, yaitu analisis ketuntasan belajar secara individu dan ketuntasan belajar secara klasikal. Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar secara individual adalah sebagai berikut: Skor yang dicapai Nilai = X 100 Skor maksimal sedangkan rumus ketuntasan belajar secara klasikal sebagai berikut P
n x100% . Hasil dari n 1
penelitian ini menunjukkan peningkatan dari sebelum dilakukan tindakan (sebelum siklus), dari 36 siswa baru 4 peserta didik yang mendapat nilai 50-59, sejumlah 17 peserta didik yang mendapat nilai 60-69, sejumlah 15 peserta didik yang mendapat nilai 70-79, sehingga terdapat 21 peserta didik belum tuntas belajar dan 15 peserta didik yang tuntas belajar. Pada siklus 1, peserta didik yang mendapat nilai 50-59 berjumlah 3 peserta didik, peserta didik yang mendapat nilai 60-69 berjumlah 10, peserta didik yang mendapat nilai 70-79 berjumlah 19, peserta didik yang mendapat nilai 80-89 berjumlah 4. Sehinnga dapat diperoleh data menunjukkan bahwa ada 13 peserta didik yang belum tuntas dan 23 peserta didik yang sudah tuntas. Pada siklus II terdapat 4 peserta didik yang mendapat nilai 60-69,26 peserta didik yang mendapat nilai 70-79, 6 peserta didik yang mendapat nilai 80-89, sehingga menunjukkan keberhasilan bahwa indikator keberhasilan peserta didik telah tercapai yaitu 89%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui implementasi metode pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan perkembangan minat belajar tiap individu siswa kelas XI IPA1 MA Darul Amanah Sukorejo Kendal semerter gasal tahun pelajaran 2011/2012. Penulis menyarankan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, kepada guru hendaknya menggunakan penerapan metode quantum teaching dalam penyampaian materi yang berupa proses atau bahan ajar yang berupa kemampuan psikomotorik. Kepada kepala sekolah dan pengurus yayasan hendaknya Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
19
dilengkapi sarana dan prasarana yang sekiranya menunjang keberhasilan metode yang digunakan, dalam perpustakan hendaknya buku-buku yang bersifak kebangsaan lebih dilengkapi dan kepada siswa hendaknya dibiasakan untuk membaca buku-buku yang berwawasan kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari serta kepada orang tua hendaknya mendukung dan membantu program belajar yang didesain sekolah dan memantau kegiatan anak dirumah. Kata Kunci : Implementasi metode, pembelajaran quantum teaching, sejarah PENDAHULUAN Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk lain. Hal ini terbukti dengan dianugerahkannya akal pada manusia untuk berpikir. Seiring dengan tingkat berfikirnya manusia, maka pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Terlebih untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks dan menantang ini, warga Indonesia perlu memiliki kepribadian, keterampilan dan kompetensi tertentu, agar mereka dapat menghadapi dan dapat mengatasi kecenderungan yang tidak diinginkan serta dapat mendorong kecenderungan-kecenderungan yang diinginkan yang tumbuh dari tata kehidupan yang semakin mengglobal. Dalam proses pendidikan sendiri mempunyai beberapa tujuan pendidikan diantaranya menggali dan mengembangkan potensi iman atau fitrah manusia dan membentuk manusia yang berakhlak mulia. Kesejahteraan bangsa Indonesia bukan lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, modal sosial dan kredibilitas sehingga tuntutan untuk terus-menerus memutakhirkan pengetahuan menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja, sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu bangsa. Agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai dengan standar mutu nasional dan internasional, maka kurikulum perlu dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Hal ini dilakukan agar sistem pendidikan nasional dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan cara seperti itu, lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program pembelajarannya terhadap kepentingan daerah dan karakteristik peserta didik serta tetap memiliki fleksibilitas dalam melaksanakan kurikulum yang berdiversifikasi. Basis kompetensi harus menjamin pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan keterampilan hidup dan pengembangan kepribadian indonesia yang kuat dan berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI bagian kesembilan pasal 30 yang merumuskan bahwa pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama Islam dan atau menjadi ahli ilmu agama (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan).
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
20
Dengan adanya landasan ini, pendidikan agama harus terus diupayakan, dilaksanakan melalui proses pembelajaran, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Sedangkan untuk mengembangkan fikiran dan perasaan peserta didik dalam proses kependidikan agama perlu didesain model pembelajaran (M.Arifin:1955) Sehingga apa yang menjadi tujuan dari proses pembelajaran itu sendiri dapat dicapai. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan (E. Mulyasa; 2004). Harus kita sadari bahwa pelaksanaan pendidikan di Indonesia pada umumnya masih menempatkan guru sebagai sumber ilmu pengetahuan. Metode cerita dan ceramah dianggap sebagai pilihan strategi pembelajaran yang bisa mengatasi masalah. Terutama untuk mata pelajaran Ilmu Sosial atau Pendidikan Agama. Kebanyakan guru merasa kesulitan mencari cara pembelajaran yang efektif. Dari sini guru harus bisa memiliki strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Selain itu guru harus bisa mengembangkan tugas yang paling utama, yaitu mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik (E. Mulyasa; 2004). Salah satu dari rumpun mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah sejarah, dimana materinya berkisar tentang pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi dimasa lampau. Jadi, pendidikan sejarah harus mencakup tiga ranah, yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sehingga apa yang didapatkan pada materi yang diajarkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan Quantun Teaching bersandar pada konsep ini; “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Artinya bahwa pentingnya bagi seorang guru memasuki dunia murid sebagai langkah pertama. Alasannya adalah karena tindakan ini akan memberikan ijin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan siswa menuju kesabaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya, dengan mengaitkan apa yang guru ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, social, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan ini terbentuk, guru dapat membawa mereka kedalam dunianya serta memberi pemahaman akan isi dunia itu. Sehingga siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunianya dan merapkannya pada situasi baru (Mulyani, M. Noor: 2003). Mata pelajaran sejarah yang mencakup materi tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia sangat cocok menggunakan strategi pendekatan Quantum Teaching ( QT ). Karena peserta didik tidak hanya menerima dan memahami penjelasan dari guru, tetapi dengan pendekatan kontekstual ini peserta didik dituntut untuk mengalami sendiri.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
21
Kontekstual hanya sebagai strategi pembelajaran, seperti halnya sebuah strategi pembelajaran yang lain. Kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna (Elaine B. Johnson2007). Disinilah perlunya memahami secara benar tentang cara menerapkan pendekatan kontekstual, sehingga dapat diterapkan untuk mata pelajaran apapun. Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran sejarah dibutuhkan strategi pembelajaran yang relevan, sehingga peserta didik dapat memahami materi pembelajaran yang telah disampaikan serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Dari latar belakang pemikiran di atas, peneliti bermaksud mengangkat permasalahan tersebut menjadi skripsi dengan judul : “Implementasi Metode Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Perkembangan Individu Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI Semester Gasal MA Darul Amanah Sukorejo Kendal Tahun Pelajaran 2011-2012 ”.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perkembangan Jadi kematangan sebenarnya merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Meskipun demikian, kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan, karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu. Ada beberapa perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan lebih banyak berkenaan dengan aspek-aspek jasmaniah atau fisik, sedang perkembangan berkenaan dengan aspek-aspek psikis atau rohaniah. Pertumbuhan menunjukkan perubahan secara kuantitas, yaitu penambahan ukuran besar, tinggi ataupun berat, sedang perkembangan berkenaan dengan peningkatan kualitas, yaitu peningkatan dan penyempurnaan fungsi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan struktur, sedang perkembangan dengan penyempurnaan fungsi. Perkembangan merupakan suatu perubahan dan perubahan ini bersifat kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional. Dari uraian ini, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari pada fungsi-fungsi. Baik pada pertumbuhan maupun perkembangan berhubungan pula dengan kematangan, yang merupakan masa yang terbaik bagi berfungsinya atau berkembangnya aspek-aspek kepribadian tertentu. Misalnya usia satu tahun merupakan masa kematangan bagi bayi untuk berjalan, usia enam tahun bagi kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Perubahan suatu fungsi adalah disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi itu, disamping itu disebabkan pula perubahan tingkah laku hasil belajar. Dengan demikian bisa dirumuskan pengertian perkembangan adalah “perubahan kualitatif dari pada setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar”. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Muhibbin Syah yang mendefinisikan perkembangan sebagai proses perubahan Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
22
kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organorgan fisik. Perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sementara itu, pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik (maturation). (Muhibinsyah; 1999) Artinya orang tak akan bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkat kematangan. Pengertian Model Quantum Teaching Quantum Teaching adalah konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan ( Bobby De Porter; 2003) Quantum Teaching menjadikan segala sesuatu berarti dalam proses belajar mengajar, setiap kata, pikiran, tindakan asosiasi dan sampai sejauhmana mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran. Sebagaimana ungkapan di atas, Colin Rose juga berpendapat bahwa Quantum Teaching adalah panduan praktis dalam mengajar yang berusaha mengakomodir setiap bakat siswa atau dapat menjangkau setiap siswa. Metode ini sarat dengan penemuan-penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa. ( Colin Rose, dalam Dave Maier; 2001) Quantum Teaching menjadikan ruangruang kelas ibarat sebuah konser musik yang memadukan berbagai instrumen sehingga tercipta komposisi yang menggerakkan dari keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan mempengaruhi kehidupan murid, anda seolah-olah memimpin konser saat berada di ruang kelas. Ada beberapa model dalam pembelajaran. Salah satu model yang digunakan adalah model Quantum Teaching. Model Quantum Teaching adalah metode mengajar yang sangat efektif, karena dapat membantu peserta didik untuk melihat secara langsung proses terjadinya sesuatu. Dari beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa model quantum teaching adalah Pembelajaran Quantum Learning lebih mengutamakan keaktifan peran serta siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca inderanya baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan, sehingga hasil penelitian Quantum Learning terletak pada modus berbuat yaitu Katakan dan Lakukan, dimana proses pembelajaran Quantum Learning mengutamakan keaktifan siswa, siswa mencoba mempraktekkan media melalui kelima inderanya dan kemudian melaporkannya dalam laporan praktikum dan dapat mencapai daya ingat 90%. Semakin banyak indera yang terlibat dalam interaksi belajar, maka materi pelajaran akan semakin bermakna. Selain itu dalam proses pembelajaran perlu diperdengarkan musik untuk mencegah kebosanan dalam belajarnya. Pemilihan jenis musik pun harus diperhatikan, agar jangan musik yang diperdengarkan malah mengganggu konsentrasi belajar siswa.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
23
METODE PENELITIAN Bentuk Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas yang dimaksud adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Rochiarti Wiriatmadja (2006:).Ruswadi, dkk (2007) megemukakan tahapan tersebut sebagai berikut: “perencanaan, tindakan, obsevasi, dan refleksi”.PTK ini dilaksanakan alam bentuk proses berdaur (siklus). Setiap siklus terdiri dari tahapan: a) Tahap perencanaan b) Tahap tindakan c) Tahap pengamatan d) Tahap refleksi Penetapan Lokasi Penelitian Lokasi yang akan digunakan untuk penelitian ditetapkan di MA Darul Amanah Sukorejo Kendal, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan : a) Adanya permasalahan yang perlu diteliti b) Adanya dukungan dari kepala sekolah dan guru c) Penghematan waktu dan beaya d) Sarana transportasi yang mudah dan lancar Subyek Penelitian. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa – siswi kelas XI (sebelas) IPA1 MA Darul Amanah Sukorejo Kendal, dengan jumlah 36 peserta didik. Pengumpulan Data a) Sumber Data Sumber data penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yakni siswa, guru , dan kolaborator. 1) Siswa Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. 2) Guru Untuk melihat keberhasilan implementasi pembelajaran melalui metode sosiodrama dan hasil belajar serta aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. 3) Kolaborator Teman sejawat dan kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komprehensip, baik dari siswa atau dari guru.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
24
b) Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain: 1) Observasi Metode observasi yaitu mengamat-amati, jadi observasi adalah mencari dan mengumpulkan data-data fakta mengenai gejala tertentu secara langsung dengan menggunakan alat-alat pengamatan indera, dan mencatat fakta-fakta itu menurut teknik tertentu, di sepanjang waktu tertentu. Metode ini digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang dilakukan pada proses pembelajaran Sejarah materi shalat dengan model Quantum Teaching di Kelas XI MA Darul Amanah Sukorejo Kendal. Berupa proses pembelajaran atau tindakan yang dilakukan guru pada proses pembelajaran sejarah dengan model Quantum Teaching di Kelas XI MA Darul Amanah Sukorejo Kendal. 2) Tes Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi dan kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Metode ini digunakan untuk mendapatkan nilai dari hasil belajar siswa kelas XI MA Darul Amanah Ngadiwarno Sukorejo Kendal, dengan diadakan tes pada tiap akhir siklus. 3) Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Metode dokumentasi ini digunakan untuk mencari data-data berupa tulisan-tulisan yang berhubungan dengan obyek penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini, diantaranya untuk mengetahui data berupa nama siswa, jumlah siswa dan dokumen yang berkaitan dengan proses pembelajaran sejarah materi hubungan perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan dengan model Quantum Teaching di Kelas XI MA Darul Amanah Sukorejo Kendal 4) Wawancara Metode wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan cara metode tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis berlandaskan pada tujuan penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh gambaran umum tentang data yang tidak diperoleh metode lain sekaligus melengkapi sebagai kontrol interview.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
25
HASIL PENELITIAN Siklus I Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang dirancang oleh peneliti di dalam RPP dan LOS. Kegiatan yang dilakukan antara lain peneliti memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan pada pokok bahasan hubungan perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan. Siswa diminta untuk mengamati secara cermat dan teliti pada saat guru mendemonstrasikan di depan kelas. Guru membimbing siswa pada saat proses demonstrasi berlangsung. Di akhir kegiatan pembelajaran siswa diminta untuk menarik kesimpulan kemudian siswa memberikan tes soal di akhir siklus untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah dibahas di dalam kelas. Selama pelaksanaan siklus I, diperoleh data bahwa masih banyak siswa yang kurang aktif, banyak yang tidak memperhatikan guru. Hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus I dengan ketuntasan 61,1% belum dapat mencapai nilai ketuntasan yang peneliti tetapkan. Pada siklus I ada 14 siswa yang belum tuntas belajar. Hal ini diakibatkan karena: a) Banyak siswa yang belum aktif mengajukan pertanyaan saat mengalami kesulitan b) Banyak siswa yang kurang sepenuhnya memperhatikan pada saat guru mengajar c) Banyak siswa yang belum terbiasa mendemonstrasikan metode quantum teaching dengan benar Untuk itu guru bersama peneliti menyusun kembali upaya perbaikan pada siklus II. Siklus II Untuk pelaksanaan siklus II, guru mempersiapkan RPP dan LOS. Guru memperbaiki cara mengajarnya supaya siswa termotifasi untuk memperhatikan, bertanya dan serius pada pokok bahasan hubungan perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan. Guru memacu siswa untuk memperhatikan dan mengamati dengan lebih seksama lalu mendemonstrasikan hasil pengamatannya dengan benar. Guru memberi sanksi bagi siswa yang tidak memperhatikan guru. Guru membimbing siswa saat demonstrasi berlangsung. Guru mengajari siswa yang kesulitan pada pokok bahasan hubungan perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan. Tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki siklus I adalah sebagai berikut: a) Guru menjelaskan secara terperinci pada pokok bahasan hubungan perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan. b) Memberikan motivasi pada siswa untuk lebih aktif lagi dalam proses pembelajaran c) Siswa diminta untuk lebih serius dalam mendemonstrasikan pada pokok bahasan hubungan perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan. Langkah-langkah perbaikan tindakan yang dilakukan pada pembelajaran siklus II memberi dampak positif pada peningkatan hasil belajar siswa. Hasil tes akhir siklus II menunjukkan 89% siswa telah tuntas belajar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
26
Peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus, siklus I dan siklus II membuktikan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Teaching memberikan hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian dari hasil pengamatan dan tes yang telah dikemukakan di atas, pada pelaksanaan tindakan siklus I dan Siklus II dapat diketahui perubahan-perubahan baik dari cara belajar siswa dan hasil belajarnya dengan diadakannya pembelajaran menggunakan metode Quantum Teaching. Interaksi dalam kegiatan belajar dengan metode Quantum Teaching pada permulaan siklus I siswa masih belum bisa sepenuhnya aktif dan masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru. Siswa dalam mendemonstrasikan masih sepenuhnya mendapat bimbingan guru. Dengan diadakan perbaikan pada tindakan siklus II siswa dapat melakukan kerja metode Quantum Teaching dengan mandiri tanpa bantuan guru dan guru membimbing seperlunya saja. Tabel 1. Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II SIKLUS I Kriteria
Ketuntasan
SIKLUS II
(%)
Peserta
Ratarata
(%)
Peserta
Ratarata
<70
Tidak Tuntas
36,1
13
59
11,1
4
65
70
Tuntas
52,8
19
72
72,2
26
75
>70
Tuntas
11,1
4
75
16,7
6
77
Dari tabel diatas membuktikan dengan beberapa tindakan yang dilakukan peneliti dan guru terutama dalam membimbing siswa dan memotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran sejarah telah meningkatkan tingkat ketuntasan siswa dalam proses pembelajaran sejarah pada pokok bahasan hubungan perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan. di kelas XI MA Darul Amanah Sukorejo Kendal. Siswa yang semula pada siklus I ada 13 siswa yang tidak tuntas belajar, nilai ketuntasan secara klasikal hanya mencapai 63,8 %. Setelah diadakan perbaikan pada siklus II, hasil belajar menjadi meningkat, siswa yang tuntas belajar mencapai 88,9% atau 32 siswa tuntas belajar dengan rata-rata nilai sebesar 72,1. Berarti bahwa metode Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran pada pokok bahasan hubungan perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan. Untuk itu karena proses secara keseluruhan maka siklus dihentikan.
KESIMPULAN Dari uraian yang telah dibahas di Bab sebelumnya maka tentang skripsi yang berjudul Implementasi Metode Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Perkembangan Individu Siswa Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
27
Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI Semester Gasal MA Darul Amanah Sukorejo Kendal Tahun Pelajarn 2011-2012, dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan metode demontrasi pada mata pelajaran sejarah kelas XI MA Darul Amanah Sukorejo Kendal, yaitu guru menyiapkan bahan pelajaran sebelum proses pembelajaran berlangsung. Guru menyiapkan RPP dan skenario pembelajaran. Guru menQuantum Teachingkan pada pokok bahasan hubungan perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan dengan jelas di depan kelas, guru meminta peserta didik untuk memperhatikan. Setelah selesai guru meminta peserta didik untuk mempraktekkan di hadapan teman-temannya. Guru menyuruh peserta didik untuk mengamati segala kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan teman yang berQuantum Teaching. Selama awal proses Quantum Teaching guru mengalami kesulitan, karena peserta didik belum terbiasa menggunakan metode Quantum Teaching, peserta didik masih terbiasa dengan metode lama, peserta didik belum aktif saat proses pembelajaran berlangsung, mereka masih malu saat diminta menQuantum Teachingkan di depan kelas. Namun selelah diadakannya siklus II, peserta didik mulai terbiasa menggunakan metode Quantum Teaching, mereka memperhatikan penjelasan guru dengan seksama, peserta didik dapat menQuantum Teachingkan dengan baik dan benar. Guru membimbing dan memantau proses Quantum Teaching, guru membuka tanya jawab bagi peserta didik ynag belum paham. Guru sering berkeliling mendekati peserta didik, mencatat kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama kegiatan Quantum Teaching berlangsung dan mengisi Lembar Observasi Siswa. Metode Quantum Teaching efektif karena dengan metode Quantum Teaching peserta didik mengamati saat proses berlangsung, maka kemungkinan melakukan kesalahan sangat kecil, apabila ia sering menirukan apa yang di demostrasikankan oleh guru. 2. Hasil belajar peserta didik sebelum menggunakan metode Quantum Teaching pada pokok bahasan hubungan perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), namun setelah diterapkan metode Quantum Teaching pada mata pelajaran pada pokok bahasan hubungan perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan, hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan. Terjadinya peningkatan karena tindakan kelas yang dilakukan oleh guru pada pembelajaran pada pokok bahasan hubungan perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan dengan menggunakan metode Quantum Teaching. Terlihat bahwa pada siklus kedua telah mengalami peningkatan yaitu
telah mencapai tingkat sempurna,
pada siklus I yaitu
mencapai 61,1 % atau sebanyak 22 peserta didik yang tuntas belajar dan meningkat pada siklus II ada 88,9% atau 32 peserta didik yang tuntas belajarnya. Ini artinya metode Quantum Teaching yang digunakan dalam pembelajaran sejarah efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
28
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Ibnu Rusd. 1988. Pemikiran Al Ghozali Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suharsimi Arikunto. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta E.Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Rosda Karya Bobby, De Poster. 2003. Quantum Teaching, alih bahasa oleh Ary Nilandari Cet.XI. Bandung: Kaifa Colin, Rose. 2001. Accelerated Learning. Bandung : Kaifa. Departemen Agama RI. 2001. Kendali Mutu PAI. Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Kunaryo Hadikusumo. 1995. Pengantar Pendidikan. Semarang : IKIP Semarang Press. Purwanto. 1993. Prinsip Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Nana Soyadih. 1999. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya UU Republik Indonesia No 20 Tahun 2003.2005. Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas). Jakarta. Pustaka Pelajar Kunto Wijoyo. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta. Departeman Pendidikan Nasional Roestiyah, N.K. 1988. Strategi Belajar Mengajar (Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar : Teknik Penyajian). Jakarta : Bina Aksara. Monsks, APM Knoers. 1998. The Power of Appreciation, alih bahasa oleh Tulianto Rahmat. Jakarta. Buana Ilmu Populer. C.P. Chaplin. 2002. Seni Meraih Sukses Sederhana, Alih bahasa oleh Arman prayitno. Batam: Interaksara. Wiriatmadja Rochiarti.2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2003. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta. Wasti Sumanto. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang |
29