IMPLEMENTASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH PADA KANTOR KECAMATAN PACITAN
NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh Edwin Hendra Nuari 12.11.6524
kepada JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2016
IMPLEMENTASI LOAD BALANCING DUA ISP UNTUK MANAJEMEN BANDWIDTH PADA KANTOR KECAMATAN PACITAN Edwin Hendra Nuari1), Kusnawi2), 1) 2)
Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta
Teknik InformatikaSTMIK AMIKOM Yogyakarta
Jl Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55283 Email :
[email protected]),
[email protected])
Needs internet access is currently very high, both to find information, articles and the latest knowledge. Many agencies have jarngan integrate the internet into their daily activities in an environment where kerja.manfaat acquired company can facilitate the activities with ease. Pacitan district office is a government agency that is engaged in service to the community. So that performance can be optimized utilization of computer networks, it is necessary to design a network that is capable of handling problems and slow connections are solid, and are used proxy for load balancing, load balancing with the solid lines would be balanced. Sousi who will use them using two ISP and make the proxy as a balancer. The mechanism that the proxy will mark the package that access the Internet, choose the path where the ISP will be passed and equalizes the load ISP. Selection Method of PCC (Peer Connection Classifier) load balancing because this method meets the criteria because it can increase the speed of the connection and divide the load on both the gateway to avoid overload. Then the author Applying too failover techniques, ie where if one gateway connection was lost, the other gateway will automatically be backup and sustains all network traffic. Keywords: Load Balancing, PCC, Peer Connection Classifier, ISP, overload, fail over 1.
berapa PC tetap yang digunakan serta berapa pengguna umum yang menggunakan. Untuk itu disini penulis dalam tugas akhir ini mengambil judul “Implementasi 2 ISP untuk Manajemen Bandwidth Pada Kantor Kecamatan Pacitan . 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana memanagement bandwidth dengan memanfaatkan dua ISPuntuk dapat meningkatkan kecepatan koneksi dan membagi beban pada kedua gateway agar tidak terjadi overload 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Meningkatkan kinerja internet pada Kantor Kecamatan Pacitan.. 2. Untuk menyeimbangkan koneksi internet jaringan lokal Kantor Kecamatan pacitan 1.4 Landasan Teori. Widhi dan Sumarianta” melakukan penelitian tentang load balance yang berjudul “Implementasi Load Balance pada Jaringan Multitohming menggunakan router dengan metode Round Robin”. Pada perancangan sistem ini menggunakan dua buah modem GSM sebagai koneksi internet. Untuk mem-backup jaringan load balancing tersebut menggunakan teknik fail over. Rahman” dalam jurnalnya yang berjudul “IP Policy Based Routing Simple Load Balancing Method With Failover Queue Tree Model PCQ di Mikrotik Pada Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)” pada perancangan implementasi ini digunakan dua ISP Speedy dan Bizznet. Metode pengembangan sistem untuk tahap penelitian yang di gunakan adalah Waterfall yaitu menganalisis kelemahan sistem lama dan membuat sistem baru seperti perencanaan topologi baru dan manajemen bandwidth. Berdasarkan Implementasi yang telah dilakukanMenyimpulkan bahwa metode load balancing dapat mengurangi resiko putusnya jaringan internet pada Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika Semarang. Load balancedalam jaringan komputer adalah teknik untuk membagi beban (load) kedalam beberapa jalur link. Ini dilakukan jika menuju suatu network terdapat beberapa
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Kantor kecamatan pacitan merupakan instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang pelayanan kepada masyarakat. Pada Kantor Kecamatan menggunakan dua ISPuntuk layanan Internetnya, tetapi penggunaan dan pengelolaan internet pada kantor tersebut masih belum mengetahui dalam mengelola koneksi intenet dengan baik. Seperti menggabungkan 2 ISP menjadi 1 koneksi yang disebut load balancing. Koneksi iniakan di distribusikan keseluruh jaringan lokal kantor. Implementasi load balancing ini, terlebih dahulu penulis akan melakukan analisi terhadap kondisi jaringan yang diterapkan di Kantor Kecamatan Pacitan. Pemilihan Metode loadbalancing ini tergantung pada kebutuhan yang akan digunakan nanti. Kriteria yang dibutuhkan untuk pemilihan load balancing ini sesuai dengan kondisi kantor berapa ISP yang digunakan, berapa bandwidth kecepatan dan
1
jalur (link). Tujuan dari load balance ini agar tidak ada link yang mendapatkan beban yang lebih besar dari link yang lain. Diharapkan dengan membagi beban ke dalam beberapa linktersebut, maka akan tercapai keseimbangan (balance) penggunaan link tersebut.. Peer Connection Classifier merupakan metode yang menspesifikasikan suatu paket menuju gateway suatu koneksi tertentu. PCC mengelompokkan trafik koneksi yang keluar masuk router menjadi beberapa kelompok. Pengelompokan ini bisa dibedakan berdasarkan src-`address, dst-address, src-port dan dst-port. Mikrotikakan mengingatingat jalur gateway yang telah dilewati di awal trafik koneksi. Sehingga pada paket-paket data selanjutnya yang masih berkaitan akan dilewatkan pada jalur gateway yang sama dengan paket data sebelumnya yang sudah dikirim. Tiphon dalam Jurnal “Yanto” QoS (Quality of Service) : “the collective effect of service performance which determines the degree of satisfaction of a user of the service”. International Telecommunication Union (ITU 1998, X.641). Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan QoS (Quality of Service) adalah kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan layanan yang baik dengan menyediakan bandwith, mengatasi jitter dan delay. Parameter QoS adalah latency, jitter, packet loss, throughput, Bandwidth. 1. Delay Adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses yang lama. Menurut versi TIPHON (Joesman 2008), besarnya delay dapat diklasifikasikan sebagai berikut
yang hilang, dapat terjadi karena collision dan congestion pada jaringan. Nilai packet loss sesuai dengan versi TIPHON (Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks) (Joesman 2008) sebagai berikut Tabel 3 Kategori Packet Lost Packet Lost Kategori 0% Sangat Bagus 3% Bagus 15% Sedang 25% Buruk
4.
2. 2.1
Throughput Bandwidth Throughput yaitu kecepatan (rute) transfer data efektif, yang diukur dalam jumlah total kedatangan paket yang sukses yang diamati pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut Pembahasan Analisis Sistem Berjalan
Menganalisa system yang berjalan untuk mendapatkan hasil yang akurat, tahapan selanjutnya dengan melakukan observasi lapangan. Saat ini teknologi yang digunakan di Kantor Kecamatan Pacitan masih sederhana koneksi langsung di distribusikan dari Speedy berkecapatan 10Mbps.Tetapi terdapat juga speedy modem yang berkecapatan 512kbps koneksi ini adalah koneksi lama yang jarang dipakai oleh orang kantor cuma terkadang dipakai jika koneksi 10 Mbps sedang penuh. Itupun koneksi hanya dipakai untuk ruang Kasi Pemerintahan.
Tabel 1Kategori Delay Delay Kategori < 150 ms Sangat Bagus 150 s/d 300 ms Bagus 300 s/d 450 Sedang > 450 Jelek
2.
Sumber: TIPHON Jitter Hal ini diakibatkan oleh variasi-variasi dalam panjang antrian, dalam waktu pengolahan data, dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan jitter. Jitter lazimnya disebut variasi delay ,berhubungan erat dengan latency, yang menunjukkan banyaknya variasi delay pada transmisi data di jaringan.
Gambar 1. Denah Topologi Lama Tabel 4 Ip Address Sistem Lama Perangkat Wireless Modem Speedy (10 Mbps) TP-Link Modem Speedy (512 Kbps) Komputer 1 Komputer 2 Komputer 3 Komputer 4 Komputer 1 Komputer 2 Komputer 1 Komputer 2 Komputer 1
Tabel 2 Kategori Jitter Jitter Kategori Degradasi 0 ms Sangat Bagus 0 s/d 75 ms Bagus 75 s/d 125 Sedang 125 s/d 255 Buruk
3.
Sumber: TIPHON Packet Lost Merupakan suatu parameter yang menggambarkan suatu kondisi yang menunjukkan jumlah total paket
2
Ruang Aula Kantor
IP Address 192.168.1.1
R.Kepemerintahan
192.168.1.1
R.Kasi Pemerintahan R.Kasi Pemerintahan R.Kasi Pemerintahan R.Kasi pemerintahan R. Pelayanan Akta Tanah R. Pelayanan Akta Tanah R.Pemberdayaan R. Pemberdayaan R. Sekertariat
IP Dynamic IP Dynamic IP Dynamic IP Dynamic 192.168.1.31 192.168.1.32 192.168.1.11 192.168.1.12 192.168.1.21
Komputer 2 Laptop Laptop Komputer 1 Komputer 2 Pengguna lain
2.2
R. Sekertariat R.Camat R.PKK R.Sosial R.Sosial
192.168.1.32 IP Dynamic IP Dynamic 192.168.1.41 192.168.1.42 IP Dynamic
Pada Denah Topologi gambar 2 terdapat Mikotik sebagai gateway untuk mendistribusikan ke seluruh jaringan pada kantor tersebut.
Tabel 5 Ip Address Metode PCC
Analisis Kelemahan Sistem
Perangkat RB951UI-2HND
Dalam mempelajari system yang sedang berjalan pendistribusian koneksi jaringan sudah baik untuk digunakan di Kantor Kecamatan Pacitan, tetapi koneksi tersebut walaupun mempunyai kecepatan 10 Mbps tetap masih kurang stabil jika pengguna menggunakan koneksi tersebut dengan leluasa, dan akan berebut koneksi karena tidak ada prioritas limitasi bandwidth setiap pengguna. Pada system yang sedang berjalan tersebut juga terdapat koneksi dari modem lama yang berkecepatan 512 kbps. Modem ini terdapat pada ruangan Pemerintahan yang dimana koneksi ini jarang dipakai. Koneksi ini dipakai jika modem baru yang menggunakan fiber optik koneksi tidak stabil. 2.3
Sekertariat PC 1 Sekertariat PC 2 Pemberdayaan PC 1 Pemberdayaan PC 2 Akta Tanah PC 1 Akta Tanah PC 2 Sosial PC 1 Sosial PC 2 Pemerintah 4 PC Camat Laptop PKK Laptop Pengguna Lain
Solusi Terhadap Masalah
Solusi terhadap masalah pada sistem yang sedang berjalan yaitu diperlukan suatu cara untuk memecahkan masalah dari keadaan jaringan lokal tersebut dengan menggunakan metode untuk mengembangkan system, dengan penggabungan 2 ISP dan memberikan prioritas limitasi bandwidth simple queue yang dimana limitasi ini mengatur bandwidth secara sederhana berdasarkan IP address client dengan menentukan kecepatan upload dan download maksimum yang bisa dicapai oleh client. 2.4
2.5
Interface ISP 1 (10 Mbps) ISP 2 (512 Kbps) Local (keHub 5 port) Br-hs (hotspot) Ethernet Ethernet Ethernet
IP Address 192.168.1.2/24
Gateway 192.168.1.1
192.168.2.2/24
192.168.2.1
10.10.10.5/24 10.10.10.55/24 10.10.10.35/24
10.10.10.1 10.10.10.1 10.10.10.1
Ethernet
10.10.10.45/24
10.10.10.1
Ethernet Ethernet Ethernet Ethernet Hotspot Hotspot Hotspot Hotspot
10.10.10.15/24 10.10.10.25/24 10.10.10.65/24 10.10.10.60/24 Bypassed Bypassed Bypassed Regular
10.10.10.1 10.10.10.1 10.10.10.1 10.10.10.1 5.5.5.1 5.5.5.1 5.5.5.1 5.5.5.1
10.10.10.1/24
-
5.5.5.1/24
-
Flowchart Konfigurasi Load Balance
Padaflowchart konfigurasi ini menjelaskan proses system yang akan dibangun, maka akan dibuat flowchart untuk simulasi prototype untuk acuan pengerjaan metode load balancing PCC yaitu sebagai berikut: 1. System terdiri 3 kelompok jaringan atau subnet yaitu kelompok jaringan antara lokal dan router, kelompok jaringan antara router dan ISP-1 dan kelompok jaringan antara router dan ISP-2 2. System akan memproses semua data dari client yang menuju ke akses internet pada sisi router dimana akan terjadinya proses mangle berdasarkan urutan, lalu proses routing paket yang akan diarahkan melalui ISP-1 atau ISP-2 3. Paket data client yang masuk ke router akan ditandai dengan connection mark pada tahapan mangle berdasarkan urutan yang dibuat. Lalu setiap tanda di paket tersebut akan diberikan routing mark yang akan menentukan jalur mana yang harus dilaluinya. 4. Pada tahapan masquerade, IP address dari Interface ISP yang digunakan menjadi gateway.
Desain Topologi Jaringan
Dari data-data yang di dapat sebelumnya, tahap desain ini akan membuat gambar desain denah dan topologi jaringan interkoneksi yang akan dibangun.
Gambar 2 Desain Topologi Baru
3
Tabel 6 Delay Sistem Lama Uji
Padat
Kategori
1 2 3 4 5 6 Ratarata
255 ms 538 ms 2579 ms 53 ms 163 ms 53 ms 606,83 ms
Bagus Buruk buruk Sangat baik Bagus Sangat Baik Buruk
Uji
Padat
Kategori
1 2 3 4 5 6 Ratarata
39 ms 54 ms 60 ms 66 ms 54 ms 78 ms 58,5 ms
Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus
Tidak Padat 45 ms 46 ms 41 ms 39 ms 60 ms 104 ms 55,83 ms
Kategori Sangat bagus Sangat bagus Sangat bagus Sangat bagus Sangat bagus Bagus Sangat Bagus
Gambar 3 Flowchart Konfigurasi Tabel 7 Delay Metode PCC
Pada metode load balancing ini tahapan yang paling menonjol adalah tahapan konfigurasi mangle. Konfigurasi mangle ini merupakan salah satu fitur pada firewall router mikrotik yang digunakan untuk memberikan tanda mark pada paket data.Konfigurasi mangle ini lebih difokuskan ke konfigurasi Peer Connection Classifier. 2.6
Konfigurasi Hotspot Lokal
Pada hotspot lokal ini menggunakan konfigurasi hotspot binding yang dimana fungsi tersebut untuk koneksi yang di istimewakan.Sehingga untuk terkoneksi tidak melewati proses autentikasi dari hotspot logi., hal ini dilakukan dengan menggunakan fitur IP bindings. Untuk menggunakannya kita harus tahu MAC address dari perangkat yang akan terkoneksi. Perangkat tersebut mendapatkan IP dan MAC automatis saat terkoneksi di awal. Kemudian kita bisa menambahkan rule ip binding tersebut.
Tidak Padat 54 ms 54 ms 54 ms 54 ms 53 ms 53 ms 53,6 ms
Kategori Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus
2. Packet Lost Tabel 8 Packet Lost Sistem Lama Uji
Padat
1 2 3 4 5 6
0% 0% 0% 0% 0% 0%
Kategori Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus
Tidak Padat 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Kategori Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus
Tabel 9 Packet lost Metode PCC Uji
Padat
1 2 3 4 5 6
0% 0% 0% 0% 0% 0%
Kategori Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus
Tidak Padat 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Kategori Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus Sangat Bagus
3. Jitter Tabel 10 Jitter Sistem Lama Uji 1 2 3 4 5 6
Gambar 4 Konfigurasi Hotspot
2.7
Monitoring Jaringan
Pada tahapan monitoring ini dilakukan pada saat jam kerja kemudian pada saat koneksi sedang free. Terdapat perbedaan hasil pengujian antara sebelum menggunakan metode dengan sesudah menerapkan metode load balancing. Pada monitoring ini menguji Quality Of Service atau bisa disingkat dengan QOS.
Interval (detik) 00.00 – 10.00 00.00 – 10.00 00.00 – 10.00 00.00 – 10.00 00.00 – 10.00 00.00 – 10.00 Rata-Rata Jitter
Tidak Padat 34.326 ms 32.146 ms 34.539 ms 31.719 ms 34.544 ms 35.546 ms 33,80 ms
Padat 124.041 ms 124.254 ms 124.376 ms 123.721 ms 123.871 ms 329.268 ms 157,833 ms
Tabel 11 Jitter Metode PCC Uji 1 2 3 4
1. Delay
4
Interval 00.00 – 10.00 00.00 – 10.00 00.00 – 10.00 00.00 – 10.00
Tidak Padat 31,766 ms 30,869 ms 31.653 ms 29.404 ms
Jitter Padat 174.388 ms 189.520 ms 182.730 ms 191.282 ms
5 6
00.00 – 10.00 00.00 – 10.00 Rata-Rata Jitter
32,899 ms 31.999 ms 30,666 ms
191.533 ms 346,478 ms 212.655 ms
tetapi yang membedakan kedua sistem ini yaitu angka pada delay, pada metode PCC lebih unggul karena kesetabilannya. 3. Jitter Hasil dari pengujian tabel 4.5 dan 4.6 pada system lama diperoleh hasil rata-rata nilai jitter 33,80 ms sehingga dalam kategori degradasi termasuk dalam kategori bagus, tetapi pada saat koneksi sedang penuh nilai jitter tidak stabil.yaitu di angka 157,833 ms. Sedangkan pada metode PCC diperoleh hasil nilai rata-rata jitter 30,80ms sehingga dalam kategori degradasi termasuk dalam kategoriBagus, pada saat koneksi sedang penuh masuk di angka yang tinggi yaitu 212,655 Semakin kecil nilai jitter maka QoS yang dihasil semakin bagus, semakin besar nilainya maka semakin buruk QoS jaringan internet tersebut. Dari hasil rata-rata nilai jitter tersebut dapat disimpulkan bahwa pada system lama dan PCC diperoleh hasil degradasi yang jaraknya hampir sama.
Throughput Bandwidth Tabel 12 Throughput Sistem Lama Uji 1 2 3 4 5 6
Padat 336 Kbps 578 kbps 887 Kbps 1,9 Mbps 243 Kbps 321 Kbps
Tidak padat 1.9 Mbps 2.6 Mbps 5.3 Mbps 9.7 Mbps 5.5 Mbps 8.9 Mbps
Tabel 13 Throughput Metode PCC Uji 1 2 3 4 5 6
2.8
Padat 1.0 Mbps 1.0 Mbps 1.0 Mbps 1.0 Mbps 1.0 Mbps 1.0 Mbps
Tidak Padat 1.0 Mbps 1.0 Mbps 1.0 Mbps 1.0 Mbps 1.0 Mbps 1.0 Mbps
4. Throughput Bandwidth Hasil dari pengujian pada table 4.8 dan 4.9 rata- rata throughput yang didapat pada system lama kecepatan throughput mencapai 8.9 Mbps untuk prosesi men-download file berukuran 1,5 GB pada saat koneksi sedang tidak padat. Pada saat padat koneksi menjadi lemot yaitu hanya mencapai 887 Kbps. Sedangkan pada saat menggunakan metode PCC kecepatan download maksimal mencapai 1.0 Mbps walaupun koneksi ramai digunakan. Pada pengujian ini membuktikan bahwa system lama lebih unggul untuk kecapatan internet sedangkan metode PCC lebih rendah dengan maksimal 1 Mbps. Tetapi pada metode PCC lebih stabil untuk pembagian bandwidth untuk setiap client dengan maksimal 1 Mbps, sehingga pada saat mendownload atau streaming, client yang lain tidak akan terganggu. sedangkan untuk metode lama terkadang kurang stabil jika pengguna sedang mendownload atau streaming yang berlebihan karena bandwidth akan termakan oleh si client yang menggunakan internet lebih awal.
Pembahasan Pengujian Tabel 14 Tabel Pembahasan
Uji
Delay Packet Lost Jitter
Sistem lama Tidak Padat 606,83 ms 55,83 ms 0% 0% 33,80 ms 157,833
Throughput
877 kbps
Padat
8,9 Mbps
Metode PCC Padat Tidak Padat 58,5 ms 53,6 ms 0% 0% 30,666 212,655 ms 1.0 Mbps 1.0 Mbps
1. Delay Hasil dari pengujian tabel 4.1 dan 4.2 untuk sistem lama diperoleh hasil rata-rata delay 606,83 ms dengan kategori Buruk pada saat koneksi padat kemudian pada saat tidak sedang penuh rata-rata delay 55,83 ms dengan kategori Sangat bagus, sedangkan pada metode PCC diperoleh nilai rata-rata delay 58,5 ms dengan kategori Sangat Baguspada saat koneksi padat, kemudian pada saat koneksi tidak sedang padat rata-rata delay 53,6 dengan kategori Sangat Bagus. Situs yang diakses memiliki waktu delay (ms) rata-rata (average) berada pada kisaran 53 ms (mili second) pada system lama, kecuali terkadang memiliki lonjakan delay yang cukup tinggi yaitu 2579 ms, hal ini dikarenakan pengaruh distorsi dan redaman atau terkadang juga saat koneksi sedang penuh maka lonjakan tersebut telihat di angka yang besar. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan pada pengujian delay, metode PCC lebih unggul dari system lama dimana nilai rata-rata delay yang diperoleh lebih stabil walaupun koneksi ramai digunakan oleh banyak client.
3.
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan tahapantahapan pada penelitian adalah sebagai berikut: 1. Penerapan Load Balancing PCC telah membagi beban trafik secara seimbang dan bisa mengoptimalkan kinerja koneksi internet pada Kantor Kecamatan Pacitan. 2. Konfigurasi routing pada Mikrotik dapat dijalankan dengan metode load balancing dalam mengatur jalur paket data yang memiliki lebih dari satu koneksi. 3. Pada pengujian tahapan monitoring sudah terbukti bahwa semua koneksi sudah terbagi per PC mendapatkan download 1 Mbps. Terlihat pada pengujian throughput. 4. Implementasi Load balancing dan uji monitoring ke objek jaringan pada Kantor Kecamatan Pacitan
2. Packet Lost Hasil dari pengujian pada table 4.3 dan 4.4 Sistem lama dan metode load balancing PCC mendapatan hasil yang sama yaitu pada saat pengiriman paket PING ke google packet lost 0%. Pada pengujian packet lost ini kategori baik,
5
dengan cara mengkontrol trafik dan bandwidth menghasilkan throughput yang terkontrol dan bisa mengetahui besar data yang didapatkan dan sejauh ini koneksi pada objek tidak saling mempengaruhi satu sama lain.
Kusnawi,memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), jurusan Teknik InformatikaSTMIK AMIKOM Yogyakarta, Lulus tahun 2004.Memperoleh gelar Master of Engineering (M.Eng) Program Pasca Sarjana Magister Teknologi Informasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Lulus tahun 2009. Saat ini menjadi Dosen di STMIK AMIKOM Yogyakarta.
Saran Dalam Implementasi dan perancangan ini disadari masih banyak kekurangan atau pun dari segi pembuatan laporan untuk sebagai penutup, harapannya semoga hasil skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua orang khususnya yang sedang mempelajari atau mendalami ilmu jaringan komputer khususnya load balancing Daftar Pustaka v
[1] Sutedjo Michael.2013. mengenal 4 metode load balancing untuk internet anda. http://mebiso.com/mengenal-4-metode-load-balancinguntuk-jaringan-internet-anda/ diakses 10 november 2015 pukul 21.16 WIB [2] I Made widhi, wirawan, Komang Tri Sumarianta. 2011. Implementasi Load Balancing pada Jaringan Multitohming menggunakan Router dengan Metode Round Robin. Jurnal Ilmu Komputer Vol. 4 No.1 April 2014. [3] Rahman R. Shofiyan. IP Policy Based Routing Simple Load Balancing Method With Failover Queue Tree Model PCQ di Mikrotik Pada Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Program Studi Teknik informatika. Fakultas ilmu komputer. Universitas Dian Nuswantoro. [4] Jasakom. 2013. Mikrotik Kung Fu : Kitab 2. Jasakom. Jakarta [5] Yanto. 2013. Analisis QOS (Quality Of Services) pada Jaringan Internet (Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura). Naskah Publikasi. Pontianak [6] Joesman 2008, Simulasi Jaringan berbasis paket dengan mempergunakansimulator OPNET.http://joesman.wordpress.com/-page/2/. diakses tanggal 13 Februari 2016 [7] TR 101 329 V2.1.1. 1999. Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks (TIPHON); General aspects of Quality of Service (QoS)..
Biodata Penulis Edwin hendra Nuari,memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom), Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2016.
6