5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Instrumen Penugasan sebagai Komponen Penilaian Hasil Belajar 1. Penilaian Hasil Belajar Penilaian hasil belajar merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Menurut Nitko dan Brookhart (2007: 4) penilaian atau assessment merupakan suatu proses mengumpulkan informasi untuk dijadikan dasar dalam membuat suatu keputusan tentang siswa, kurikulum, program dan sekolah. Definisi yang lebih spesifik tentang penilaian dalam proses pembelajaran menurut Popham (1995: 7) adalah educational assessment is a formal attempt to determine
.
Pada definisi ini tercakup tiga komponen utama dalam proses penilaian, yaitu: formal attempt, studen
dan educational variables of interest. Formal
attempt adalah suatu upaya formal yang disengaja (a deliberate effort) dan dilakukan secara sistematis. Adapun yang dimaksud dengan adalah status siswa berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Sedangkan educational variables of interest adalah berbagai macam kepentingan yang berkaitan dengan pembelajaran.
6
Sedangkan menurut Edward dan Richard (2007: 217) penilaian hasil belajar memiliki perbedaan dengan evaluasi hasil belajar, Penilaian hasil belajar (assessment) merupakan proses pengumpulan & penggunaan informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan tentang pencapaian hasil belajar/kompetensi siswa. Sedangkan evaluasi hasil belajar (evaluation) adalah proses pemberian nilai (angka) pada lembar kerja siswa, biasanya dilakukan pada akhir semester. Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 245), proses penilaian yang dilakukan oleh seorang pendidik pada dasarnya karena dua alasan, yaitu pertama, untuk memantau perkembangan belajar anak dan untuk membuat penyesuaian-penyesuaian dalam pengajaran, baik untuk individu maupun semua siswa. Kedua, untuk menentukan peringkat pencapaian belajar siswa dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian dua fungsi utama penilaian adalah pendiagnosisan dan pemeringkatan. Berdasarkan pada perbedaan kedua tujuan di atas, penilaian dibedakan atas penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pembelajaran, misanya guru membutuhkan informasi tentang sejauh mana efektifitas pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas, guru kemudian melakukan penilaian formatif, salah satu caranya bisa dengan memberikan pertanyaan atau melakukan pengamatan terhadap siswa, dalam penilaian ini, guru tidak memberikan nilai berupa angka. Hasil penilaian ini kemudian dijadikan umpan balik (feedback) sebagai rekomendasi perbaikan dalam pembelajaran. Penilaian sumatif atau yang sering dianggap sebagai evaluasi, secara spesifik bertujuan untuk memberikan nilai (angka). Penilaian ini dirancang untuk
7
mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru dan ketercapaian indikator pelajaran oleh siswa. Penilaian sumatif dibedakan menjadi dua macam, yaitu penilaian tes dan penilaian nontes. Hasil penilaian ini selama satu semester secara kolektif merupakan komponen evaluasi. Kedua jenis penilaian yang telah disebutkan di atas sangat penting dalam proses pembelajaran walaupun memiliki tujuan yang berbeda. Penilaian yang pertama digunakan untuk memperbaiki atau merencanakan pembelajaran, sedangkan penilaian selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian akademik yang telah dicapai siswa. Bloom, Hasting, & Madaus dalam Edward & Richard (2007: 219) menyatakan: keduanya merupakan bagian yang sangat vital dalam menguasai proses belajar dan mengajar (Both are the vital part of mastery teaching and learning) . Dengan demikian rangkuman pengertian dari penilaian hasil belajar dalam pembelajaran adalah segala kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan secara disengaja dan sistematis dalam mengumpulkan informasi yang akan digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan tentang pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa untuk berbagai macam kepentingan/tujuan pembelajaran.
2. Instrumen Penugasan dan Rubrik Penilaian Berdasarkan tujuan pembelajaran, aktivitas penilaian di kelas dapat dikelompokkan ke dalam tiga ranah: pertama pada ranah kognitif, yaitu
8
penilaian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan berpikir. Kedua, pada ranah afektif adalah penilaian yang dilakukan untuk mengembangkan sikap, rasa dan watak/kepribadian. Ketiga, pada ranah psikomotor, yaitu penilaian untuk meningkatkan keterampilan secara fisik. Salah satu tuntutan dari suatu proses penilaian adalah menghasilkan penilaian yang valid. Menurut Nitko dan Brookhart (2007: 127) , karena format alat penilaian (instrumen) yang berbeda tidak memberikan hasil penilaian yang valid untuk semua tujuan (different assessment options are not equally valid for all purposes), maka diperlukan format instrumen yang berbeda untuk tujuan penilaian yang berbeda. Salah satu contohnya adalah penilaian dengan tugas. Dalam Permendiknas tahun 2006 disebutkan : Penilaian hasil belajar oleh guru menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek. Ada banyak jenis format tugas dalam proses penilaian hasil belajar siswa, Nitko dan Brookhart (2007: 127) menggolongkan ke dalam empat kategori, yaitu: 1) format paper and pencil, meliputi: bentuk pilihan, jawaban singkat, menjodohkan, essay dan lain-lain, 2) format unjuk kerja, meliputi: checklist, rating scales dan sign and category systems, 3) format aktivitas jangka panjang, meliputi: projects, extended written assginments, laboratory exercises dan portofolio, 4) format komunikasi personal, meliputi: wawancara dan pertanyaan verbal.
9
Tidak jauh berbeda dengan pernyataan sebelumnya, Roestiyah (1988: 133) menyatakan bahwa: Tugas diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata pelajaran tertentu atau satu perintah yang harus dibahas dengan diskusi atau perlu di cari uraiannya pada buku pelajaran. Dapat juga berupa tugas tertulis atau tugas lisan yang lain, dapat ditugaskan mengumpulkan sesuatu, mengadakan observasi terhadap sesuatu dan bisa juga melakukan eksperimen. Tugas itu juga dapat berupa perintah, kemudian siswa mempelajari bersama teman atau dikerjakan sendiri dan menyusun laporan /resume. Berdasarkan penjabaran di atas maka dapat ditarik suatu definisi dari instrumen penugasan, yaitu salah satu instrumen penilaian hasil belajar dengan menggunakan berbagai teknik baik tes maupun nontes yang berfungsi tidak hanya untuk mengukur kemampuan kognitif siswa, tapi juga untuk mengukur kemampuan afektif dan psikomotor siswa. Instrumen penugasan membutuhkan rubric sebagai acuan penilaian. Heidi Goodrich Andrade dalam Zainul (2001: 5) mendefinisikan rubric sebagai suatu alat penskoran yang terdiri dari daftar seperangkat kriteria atau apa yang harus dihitung. Definisi yang dikemukakan oleh Goodrich ini sangat singkat dan jelas, sehingga hanya dengan sekali membacanya, kita sudah tahu dan mengerti apakah hakikat rubric sebenarnya. Tidak jauh berbeda dengan Goodrich, Arends (2008: 244) mendefinisikan scoring rubrics sebagai deskripsi terperinci tentang tipe kinerja tertentu dan kriteria yang akan digunakan untuk menilainya. Untuk memudahkan dalam membuat rubrics, Mertler (2001) dalam Arends (2008: 245, 247) membuatkan templatenya sebagai berikut: Tabel 2.1 Rubrik Holistik oleh Mertler (2001)
10
Skor 5 4 3 2 1
Deskripsi Memperlihatkan pemahaman yang lengkap tentang permasalahannya. Seluruh persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons. Memperlihatkan pemahaman yang cukup tentang permasalahannya. Seluruh persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons. Memperlihatkan pemahaman parsial tentang permasalahannya. Kebanyakan persyaratan tugas dimasukkan ke dalam respons. Memperlihatkan pemahaman terbatas tentang permasalahannya. Banyak persyaratan tugas yang tidak tampak dalam respons. Memperlihatkan sama sekali tidak memahami permasalahannya.
Tabel 2.2 Rubrik Analitik oleh Mertler (2001) Mulai Mengembangkan Menguasai *Exemplary Skor Kriteria Deskripsi Deskripsi yang Deskripsi Deskripsi #1 yang merefleksikan yang yang merefleksik pergeseran ke arah merefleksik merefleksik an kinerja kinerja tingkat an kinerja an kinerja tingkat menguasai. tingkat paling pemula. menguasai. tinggi. Kriteria Deskripsi Deskripsi yang Deskripsi Deskripsi #2 yang merefleksikan yang yang merefleksik pergeseran ke arah merefleksik merefleksik an kinerja kinerja tingkat an kinerja an kinerja tingkat menguasai. tingkat paling pemula. menguasai. tinggi. Kriteria Deskripsi Deskripsi yang Deskripsi Deskripsi #3 yang merefleksikan yang yang merefleksik pergeseran ke arah merefleksik merefleksik an kinerja kinerja tingkat an kinerja an kinerja tingkat menguasai. tingkat paling pemula. menguasai. tinggi. Kriteria Deskripsi Deskripsi yang Deskripsi Deskripsi #4 yang merefleksikan yang yang merefleksik pergeseran ke arah merefleksik merefleksik an kinerja kinerja tingkat an kinerja an kinerja tingkat menguasai. tingkat paling pemula. menguasai. tinggi. Menurut Bernie Dodge dan Nancy Pickett (2007), rubric adalah alat skoring untuk asesmen yang bersifat subjektif, yang didalamnya terdapat satu set kriteria dan standar yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang akan diases ke anak didik.
11
Berbeda dengan dua pendapat sebelumnya, Bernie dan Nancy merincikan kembali rubric sebagai berikut: fokus untuk mengukur suatu sasaran (kinerja, perilaku, atau mutu), menggunakan peringkat, dan berisi karakteristik spesifik yang diatur dalam skala yang menggambarkan standar kinerja yang akan diukur tersebut. Lebih sederhana dari itu Nitko (1996: 241) menyatakan dalam bukunya, Scoring rubrics adalah suatu alat yang berisi seperangkat aturan yang digunakan untuk mengases kualitas dari performansi/kinerja siswa. Sama halnya dengan Goodrich, Nitko juga mendefinisikan scoring rubric secara sederhana, singkat, dan jelas. Sedikit berbeda dengan empat definisi sebelumnya, Popham (1995: 148) lebih menggunakan kata criteria dalam mendefinisikan rubrics. Menurutnya criteria adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi respon siswa dalam rangka mempertimbangkan sejauh mana kecukupan unjuk kerja yang mereka tampilkan. Menurut Zainul (2001) sebagai kriteria dan alat penskoran, rubrik terdiri dari Senarai dan gradasi mutu. Senarai adalah daftar yang diwujudkan dengan dimensi-dimensi kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai. Gradasi mutu mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai dengan tingkat yang paling buruk. Menurut istilah yang digunakan dalam Chicago Public Schools (dalam Zainul, 2001), secara singkat scoring rubric terdiri atas beberapa elemen, yaitu (1) dimensi yang akan dijadikan dasar menilai kinerja siswa, (2) definisi dan contoh yang merupakan penjelasan dari setiap dimensi, (3) skala yang akan digunakan menilai dimensi, dan (4) standar untuk setiap kategori kinerja.
12
Secara umum ada dua tipe rubrics, yaitu holistik dan analitik. Rubric holistik memungkinkan pemberi skor untuk membuat penilaian tentang kinerja (produk atau proses) secara keseluruhan, terlepas dari bagian-bagian komponennya. Sedangkan rubric analitik menuntut pemberi skor untuk menilai komponenkomponen yang terpisah atau tugas-tugas individual yang berhubungan dengan kinerja yang dimaksud. Menurut Martin (2000: 34-35) rubric holistik adalah rubric yang menggunakan skor tunggal dalam menilai produk, proses, dan penampilan. Rubric holistik terdiri dari beberapa kriteria namun tetap merujuk dalam satu klausa atau paragraf. Sedangkan rubric analitik menilai produk, proses, dan penampilan dalam atribut atau dimensi yang terpisah dan mempunyai deskriptor untuk tiap dimensinya. Namun pada buku Educational Assessment of Students, Nitko (1996: 266) mengemukakan bahwa rubric ada 3 jenis, yaitu : 1) rubric holistik, yaitu rubric yang menilai proses secara keseluruhan tanpa adanya pembagian komponen secara terpisah, 2) rubric analitik, yaitu rubric yang menilai proses secara terpisah dan hasil akhirnya adalah dengan menggabungkan penilaian dari tiap komponen, dan 3) Holistik dengan catatan, yaitu rubric untuk mendukung penilaian holistik karena didalamnya disertai dengan catatan mengenai kekuatan dan keterbatasan dari proses yang sedang dinilai. Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa rubrik yaitu alat yang berisi seperangkat kriteria yang digunakan untuk mengukur kinerja siswa.
13
B. Teknik Peta Pikiran 1. Pengertian Teknik Peta Pikiran Teknik peta pikiran dikembangkan oleh Buzan (2004), yang didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak sebenarnya. Peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta pikiran ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dalam otak dan memicu ingatan agar lebih mudah. Ini jauh lebih mudah daripada metode pencatatan tradisional, karena teknik ini mengaktifkan kedua belah otak (otak kanan dan otak kiri). Buzan (2004: 68) memberikan pengertian dari teknik peta pikiran sebagai berikut : Peta pikiran adalah ekspresi dari pemikiran radian karena peta pikiran adalah fungsi alami dari pikiran manusia. Ini adalah teknik grafik yang berdaya guna yang menyediakan kunci universal untuk membuka potensi otak. Peta pikiran dapat diterapkan pada setiap aspek kehidupan dimana perbaikan pengetahuan dan pemikiran yang lebih jelas akan meningkatkan prestasi manusia. Peta pikiran mempunyai empat karakteristik penting: a) Subjek yang menjadi perhatian mengalami kristalisasi dalam citra sentral. b) Tema utama dari subjek memancar dari citra sentral sebagai cabangcabang. c) Cabang-cabang ini terdiri dari citra kunci atau kata kunci yang dituliskan di garis yang berasosiasi. Topik-topik dengan tingkat kepentingan yang lebih kecil juga digambarkan sebagai cabangcabang yang melekat pada cabang dari tingkat yang lebih tinggi. d) Cabang-cabang ini membentuk nodus yang saling berhubungan. Penjelasan di atas memberikan kesimpulan pengertian dari teknik peta pikiran, yaitu teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan grafis. Peta pikiran dapat
14
dianalogikan sebagai sebatang pohon yang yang terdiri atas cabang-cabang pohon yang saling berhubungan satu sama lain. Seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Ilustrasi bagian-bagian peta pikiran oleh Buzan (2004) 2. Manfaat Teknik Peta Pikiran Teknik peta pikiran akan membantu dalam merencanakan, mengatur, memunculkan ide-ide baru yang kreatif mengagumkan, dan menyerap fakta serta informasi dengan mudah. Menurut Michalko dalam Buzan (2004: 6) mengemukakan bahwa manfaat dari penggunaan teknik peta pikiran diantaranya: a. Teknik peta pikiran akan membantu mengaktifkan seluruh otak. b. Teknik peta pikiran akan membantu dalam membereskan akal dari kekusutan mental. c. Teknik peta pikiran memungkinkan kita untuk fokus dalam pokok bahasan. d. Teknik peta pikiran akan membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah. e. Teknik peta pikiran memberikan gambaran yang jelas pada keseluruhan dari informasi yang diperoleh. f. Teknik peta pikiran mengisyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentang sesuatu dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.
15
Gambaran secara umum tentang manfaat teknik peta pikiran dapat dilihat pada contoh Gambar 2.2. Gambar 2.2 adalah gambar peta pikiran gelombang elektromagnetik yang peneliti buat sebagai contoh dalam instrumen penugasan yang akan peneliti kembangkan.
Gambar 2.2 Peta Pikiran Gelombang Elektromagnetik.
3. Kelebihan Teknik Peta Pikiran Kelebihan teknik peta pikiran menurut Porter (2005: 17), yaitu: a. Fleksibel Jika seseorang tiba-tiba teringat untuk menjelaskan suatu hal, dengan menggunakan teknik peta pikiran, dapat dengan mudah menambahkan di tempat yang sesuai dalam peta pikiran. b. Dapat memusatkan perhatian Tidak perlu berpikir untuk menangkap setiap kata, tetapi seseorang dapat berkonsentrasi pada gagasannya. c. Meningkatkan pemahaman Ketika membaca suatu tulisan atau laporan teknik peta pikiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti. d. Menyenangkan
16
e. Imajinasi dan kreatifitas tidak terbatas, dan hal ini menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan menjadi lebih menyenangkan. 4. Langkah-langkah Membuat Peta Pikiran Membuat peta pikiran menggunakan pena atau pensil berwarna dan kertas kosong tak bergaris. Mulailah dari bagian tengah kertas, gunakan kertas secara melebar untuk mendapatkan lebih banyak tempat dalam menuangkan pikiran. Buzan (2004: 15-16) mengemukakan langkah-langkah untuk membuat catatan dengan menggunakan teknik peta pikiran, yaitu sebagai berikut. a. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Mengapa? Karena, memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dengan lebih bebas dan alami. b. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena, gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Gambar sentral akan lebih menarik, membuat tetap fokus, membantu berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak. c. Menggunakan warna. Mengapa? Karena, bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan. d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga dan seterusnya. Mengapa? Karena, otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua atau tiga hal sekaligus. Bila menghubungkan cabang-cabang informasi akan lebih mudah diingat dan dipahami. e. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena, garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang pohon, jauh lebih menarik bagi mata. f. Gunakan kata kunci untuk setiap garis, kembangkan untuk menambahkan detailnya. Mengapa? Karena, kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas pada peta pikiran. Tulislah gagasan tersebut dengan huruf kapital. g. Gunakan gambar. Mengapa? Karena, setiap gambar bermakna seribu kata, sehingga lebih mudah diingat. Peta pikiran akan semakin menarik jika semua komponen-komponen seperti gambar, simbol, warna, garis lengkung berpadu dalam satu tatanan harmonis
17
dan menghasilkan suatu interpretasi konsep yang benar, seperti contoh yang ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Gambar 2.3 Peta pikiran energi oleh learningfundamentals.com C. Instrumen Penugasan Berbasis Peta Pikiran Teknik peta pikiran diharapkan dapat mengarahkan siswa untuk mengelaborasikan kemampuan kognitifnya dalam menyerap, menganalisis, mengorganisasikan, dan menyajikan kembali informasi secara holistik dan menarik. Hal ini yang kemudian menjadi dasar acuan peneliti dalam mengembangkan instrumen penugasan. Bentuk penugasan yang cocok dengan teknik peta pikiran ini adalah lembar kerja atau worksheet yang dilengkapi dengan materi bacaan ilmiah. Menurut Abela, lembar kerja (worksheet) yang dilengkapi dengan materi bacaan, memiliki komponen sebagai berikut:
18
1) Dimulai dengan pertanyaan yang mengundang rasa ingin tahu. 2) Menyertakan pertanyaan teknik skimming dan scanning untuk mendorong siswa mendapatkan gambaran teks secara luas. 3) Menyediakan pertanyaan secara komprehensif. 4) Menyediakan pertanyaan diskusi untuk memperkenalkan siswa umpan balik pembelajaran. Berdasarkan analisa di atas, maka peneliti menyusun spesifikasi produk yang berisi beberapa komponen pokok sebagai berikut: 1. Lembar materi bacaan fisika Materi dasar fisika dalam lembar kerja ini diturunkan dari kompetensi dasar dalam silabus, materi-materi tersebut kemudian peneliti bagi lagi menjadi subsub materi dengan mengacu pada indikator pembelajaran. Sub-sub materi tersebut yang kemudian peneliti sajikan dalam bentuk materi bacaan fisika yang berisi lembar artikel berita online dan ringkasan materi. Materi bacaan fisika yang disediakan menuntut siswa untuk melakukan teknik skimming dan scanning. Teknik Skimming adalah teknik membaca untuk mendapatkan ide pokok atau intisari terhadap suatu bacaan, sedangkan scanning adalah teknik membaca dengan melompat untuk lansung ke sasaran yang dicari. Menurut Rahmat langkah-langkah skimming dan scanning: Langkah-langkah skimming adalah : 1. Baca judul, sub judul dan subheading untuk mencari tahu apa yang dibicarakan teks tersebut. 2. Perhatikan ilustrasi (gambar atau foto) agar Anda mendapatkan informasi lebih jauh tentang topik tersebut. 3. Baca awal dan akhir kalimat setiap paragrap. 4. Jangan membaca kata per kata. Biarkan mata Anda melakukan skimming kulit luar sebuah teks. Carilah kata kunci atau keywordnya
19
5. Lanjutkan dengan berpikir mengenai arti teks tersebut Sedangkan langkah-langkah scanning adalah: 1. Perhatikan penggunaan 2. Carilah kata yang dicetak tebal, miring atau yang dicetak berbeda dengan teks lainnya. 3. Terkadang penulis menempatkan kata kunci di batas paragraf 2. Lembar aktivitas curah gagasan (Brainstorming) Lembar kerja peta pikiran (mindmap worksheet) menggunakan metode curah gagasan (brainstorming) sebagai dasar pengembangannya. Seperti yang dijabarkan dalam Wikipedia tentang teknik peta pikiran: Pemetaan pikiran menggunakan teknik curah gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan melukiskannya secara kesatuan di sekitar tema utama seperti pohon dengan akar, ranting, dan daun-daunnya. Tahap pertama setelah tema ditentukan dan kata kunci hasil curah gagasan dituliskan, dilukis, dan ditandai dengan warna atau simbol tertentu adalah menyusun ulang kata kunci tersebut. Kemudian proses curah gagasan diteruskan kembali secara bebas. Kata kunci yang digunakan disarankan hanya satu kata tunggal. Sementara Roestiyah (2001: 73) memberikan definisi curah gagasan sebagai berikut: Metode Brainstorming adalah suatu teknik mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, yaitu dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua siswa yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama. Metode ini digunakan untuk menguras habis apa yang dipikirkan para siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru di kelas tersebut. Sedangkan menurut Kristanto dalam http://www.purnawankristanto.com/:
20
Metode curah gagasan merupakan pengembangan dari metode kode kata. Cara yang dipakai oleh metode kode kata ini adalah dengan memilih kata kunci dari tema suatu bahan bacaan yang sudah ditentukan. Kata ini dipakai sebagai pijakan awal yang akan menuntun siswa untuk menemukan satu tema dari bahan bacaan yang spesifik. Setiap kata akan memicu siswa untuk memikirkan beberapa pengalaman yang siswa miliki. Ketika siswa mengingat kembali satu pengalaman belajar, hal itu akan mendorong siswa untuk menghubungkannya dengan pengalaman belajar lain yang mungkin terlupakan. Berawal dari sebuah kata, siswa menuliskan semua ide yang berkaitan dengan kata tersebut. Hal ini dapat diibaratkan seperti mencurahkan air di dalam gelas ke dalam baskom. Seluruh isi gelas dituangkan semuanya. Tidak ada yang dipilih-pilih. Demikian juga dalam menuliskan ide, menuliskan apa saja yang terlintas di otak tanpa menyeleksinya, tidak perlu memusingkan urut-urutannya, alur logika atau ejaan tulisan.
Empat langkah dalam melakukan curah gagasan menurut Smith, yaitu: 1. Siapkan kertas kosong tak bergaris dan minimal dua spidol dengan warna yang berbeda. 2. Tentukan suatu tema yang akan menjadi objek curah gagasan, buatlah daftar pertanyaan yang mungkin dari tema tersebut sebagai umpan balik untuk mengeluarkan pendapat/ide tentang tema tersebut. 3. Tentukan batas waktu untuk melakukan curah gagasan. 4. Evaluasi kembali hasil curah gagasan tersebut dengan melibatkan orang lain. Dalam lembar kerja peta pikiran yang peneliti kembangkan, aktivitas brainstorming termanifestasikan dalam lembar aktivitas yang kemudian akan mengarahkan siswa untuk membuat peta pikiran. Lembar kerja siswa berbasis peta pikiran ini merupakan salah satu komponen penilaian hasil belajar yang berfungsi sebagai media pembelajaran. Menurut Suyanto (2006), media pembelajaran dikatakan baik atau efektif jika telah dilakukan tiga uji penting (pada kondisi tertentu) yaitu uji isi materi, uji desain media, dan uji efektivitas
21
media. Rentang nilai yang digunakan dari penilaian setiap uji adalah sebagai berikut: Tabel 2.3. Konversi skor kualitas ke pernyataan kualitas Skor kualitas
Pernyataan kualitas
3,26 - 4,00
Sangat Baik
2,51 - 3,25
Baik
1,76 - 2,50
Cukup Baik
1,01 - 1,75
Kurang Baik
D. Gelombang Elektromagnetik 1. Gelombang Elektromagnetik a. Gelombang elektromagnetik Teori gelombang elektromagnetik kali pertama dikemukakan oleh James Clerk Maxwell (1831 1879). Maxwell menurunkan beberapa persamaan yang berujung pada hipotesisnya mengenai gelombang elektromagnetik. Menurut Maxwell, ketika terdapat perubahan medan listrik (E), akan terjadi perubahan medan magnetik (B). Perubahan medan magnetik ini akan menimbulkan kembali perubahan medan listrik dan seterusnya. Maxwell menemukan bahwa perubahan medan listrik dan perubahan medan magnetik ini menghasilkan gelombang medan listrik dan gelombang medan magnetik yang dapat merambat di ruang hampa. Gelombang medan listrik (E) dan
22
medan magnetik (B) inilah yang kemudian dikenal dengan nama gelombang elektromagnetik.
Gambar 2.4 Gelombang elektromagnetik Gelombang elektromagnetik adalah gelombang medan dan bukan gelombang partikel, seperti pada air atau pada tali. Oleh karena gelombang medan inilah, gelombang elektromagnetik dapat merambat di ruang hampa. Kecepatan perambatan gelombang elektromagnetik bergantung pada permitivitas listrik dan permeabilitas magnetik medium. Maxwell menyatakan bahwa kecepatan gelombang elektromagnetik memenuhi Persamaan: = Dengan:
1
√
= permitivitas listrik medium, = permeabilitas magnetik medium di ruang hampa, 0=
=
0
8,85 × 10-12 C2 /Nm2, dan 7
Ns2/C2.
Gelombang elektromagnetik kali pertama dibangkitkan dan dideteksi melalui eksperimen yang dilakukan oleh Heinrich Hertz (1857 1894) pada
23
tahun 1887. Berdasarkan eksperimen tersebut, Hertz menyimpulkan sifatsifat gelombang elektromagnetik adalah sebagai berikut: 1) Merupakan perambatan getaran medan listrik dan medan magnet yang saling tegak lurus terhadap arah rambatnya dan termasuk gelombang transversal. 2) Tidak bermuatan listrik sehingga tidak dipengaruhi atau tidak dibelokkan oleh medan listrik atau medan magnet. 3) Tidak bermassa dan tidak dipengaruhi medan gravitasi. 4) Merambat dalam lintasan garis lurus. 5) Dapat merambat di ruang hampa. 6) Dapat mengalami pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, serta polarisasi. 7) Kecepatannya di ruang hampa sebesar 3 × 108 m/s. b. Spektrum gelombang elektromagnetik Sebuah gelombang elektromagnetik, mempunyai frekuensi f dan panjang v melalui persamaan v = f melalui ruang hampa udara, kecepatanya v = c, sehingga c = f Seperti yang ditunjukkan pada gambar, gelombang elektromagnetik memiliki jangkauan frekuensi yang cukup besar, yaitu 104 sampai dengan 1024 Hertz. Karena semua gelombang elektromagnetik merambat melalui ruang hampa udara dengan kecepatan c = 3 x 108 m/s, sehingga panjang gelombang dari tiap-tiap gelombang elektromagnetik juga dapat ditentukan melalui persamaan c = f
. Deret gelombang elektromagnetik beserta
24
frekuensi atau panjang gelombangnya disebut inilah yang disebut dengan spektrum gelombang elektromagnetik.
Gambar 2.5 Spektrum gelombang elektromagnetik. 2. Aplikasi Gelombang Elektromagnetik a. Sinar Gamma Sinar gamma termasuk gelombang elektromagnetik yang mempunyai frekuensi antara 1010 Hz-1025 Hz. Sinar gamma merupakan hasil reaksi yang terjadi dalam inti atom yang tidak stabil. Sinar gamma mempunyai daya tembus yang paling kuat dibanding gelombang-gelombang yang masuk dalam kelompok gelombang elektromagnetik. Sinar gamma dapat menembus pelat besi yang tebalnya beberapa cm. Penyerap yang baik untuk sinar gamma adalah timbal. Aplikasi sinar gamma dalam bidang kesehatan adalah untuk mengobati
25
pasien yang menderita penyakit kanker atau tumor. Sumber radiasi yang sering digunakan pada pengobatan penyakit-penyakit ini adalah Cobalt-60 atau sering ditulis Co-60. Salah satu alat untuk mendeteksi sinar gamma adalah detektor Geiger - Muller. Ada jenis detektor sinar gamma yang lain yaitu detektor sintilasi NaI-TI. b. Sinar-X (Rontgen) Sinar-X ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen pada tahun 1895 sehingga sering disebut sebagai sinar Rontgen. Sinar-X termasuk gelombang elektromagnetik yang mempunyai frekuensi antara 1016 Hz 1020 Hz. Sinar-X merupakan hasil transisi electron-elektron di kulit bagian dalam, transisi terjadi dalam atom. Sinar-X mempunyai daya tembus terbesar kedua sesudah sinar gamma. Sinar-X dapat menembus daging manusia. Sinar sering digunakan dalam bidang kesehatan untuk mengecek pasien yang mengalami patah tulang. Pasien yang mengalami patah tulang diambil fotonya dengan sinar-X. Sinar-X juga digunakan di bandara pada pengecekan barang-barang penumpang di pesawat. Di pelabuhan digunakan untuk mengecek barang-barang (peti kemas) yang akan dikirim dengan kapal laut. c. Sinar Ultraviolet (UV) Sinar ultraviolet termasuk gelombang elektromagnetik yang mempunyai frekuensi antara 1015 Hz - 1016Hz. Sinar ultraviolet ini merupakan hasil transisi elektron-elektron pada kulit atom atau molekul. Sinar ultraviolet tidak tampak dilihat oleh mata telanjang tetapi sinar ini dapat dideteksi dengan menggunakan pelat-pelat film tertentu yang peka terhadap
26
gelombang ultraviolet. Matahari merupakan sumber radiasi ultraviolet yang alami. Sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh matahari tidak baik pada kesehatan khususnya kulit jika mengenai manusia. Manusia terlindungi dari sinar ultraviolet dari matahari karena adanya lapisan ozon di atmosfer yang berfungsi menyerap sinar ultraviolet ini. Aplikasi sinar ultraviolet ini banyak dipakai di laboratorium pada penelitian bidang spketroskopi, salah contohnya untuk mengetahui unsur-unsur yang ada dalam bahan-bahan tertentu. d. Sinar Tampak (Cahaya) Sinar tampak sering juga disebut sebagai cahaya. Sinar tampak termasuk gelombang elektromagnetik yang mempunyai frekuensi antara 4,3 x 1014 Hz - 7 x 1014 Hz. Sinar ultraviolet ini merupakan hasil transisi elektron-elektron pada kulit atom atau molekul. Matahari merupakan sumber cahaya tampak yang alami.. Seperti juga sinar ultraviolet, sinar tampak banyak dipakai juga dalam bidang spektroskopi untuk mengetahui unsur-unsur yang ada dalam bahan. e. Sinar Inframerah Sinar inframerah ini merupakan hasil transisi vibrasi atau rotasi pada molekul. Sinar inframerah termasuk gelombang elektromagnetik yang mempunyai frekuensi di bawah 4,3 x 1014 Hz sampai sekitar 3 Ghz. Sinar inframerah tidak tampak dilihat oleh mata telanjang tetapi sinar infra merah dapat dideteksi dengan menggunakan pelat-pelat film tertentu yang peka terhadap gelombang inframerah. Pesawat udara yang terbang tinggi ataupun satelit-satelit dapat membuat potretpotret permukaan bumi, dengan
27
mempergunakan gelombang inframerah. Seperti juga sinar ultraviolet dan sinar tampak, sinar inframerah banyak dipakai juga dalam bidang spektroskopi untuk mengetahui unsur-unsur yang ada dalam bahan. f. Gelombang Radar (gelombang mikro) Gelombang mikro (microwave) mempunyai frekuensi 3 GHz. Gelombang mikro ini dapat digunakan untuk alat komunikasi, memasak, dan radar. Radar adalah singkatan dari Radio Detection and Ranging. Antena radar dapat bertindak sebagai pemancar dan penerima gelombang elektromagnetik. g. Gelombang Televisi Gelombang televisi mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dari gelombang radio. Gelombang televisi ini merambat lurus, tidak dapat dipantulkan oleh lapisan-lapisan atmosfer bumi. Gelombang televisi banyak dipakai dalam bidang komunikasi dan siaran. Pada proses penangkapan siaran televisi sering diperlukan stasiun penghubung (relay) agar penangkapan gambar dan suara lebih baik. h. Gelombang Radio Gelombang radio ini dipancarkan dari antena pemancar dan diterima oleh antena penerima. Luas daerah yang dicakup dan panjang gelombang yang dihasilkan dapat ditentukan dengan tinggi rendahnya antena. Gelombang radio tidak dapat secara langsung didengar, tetapi energi gelombang ini harus diubah menjadi energi bunyi oleh pesawat radio sebagai penerima.