DATABASE GOOD PRACTICE University Network for Governance Innovation merupakan jaringan beberapa universitas di Indonesia sebagai wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya pengembangan inovasi tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP UNAIR, DAN FISIP UNHAS. Sekretriat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur Yogyakarta 55281 email:
[email protected]
igi.fisipol.ugm.ac.id
Manajemen Berbasis Sekolah SD Kanisuis Eksperimen Sektor Sub-sektor Provinsi Kota/Kabupaten Institusi Pelaksana Kategori Institusi Kontak
Mitra Peneliti
Pendidikan Manajemen Berbasis Sekolah Daerah Istimewa Yogyakarta Sleman SD Kanisius Eksperimen Mangunan Sekolah SDKE Mangunan Jl Solo Km.12 Mangunan, Kalitirto, Brebah, Sleman Telp. (0274) 55573 Yayasan Dinamika Edukasi Dasar dan masyarakat Furqon Rochmad Widodo [
[email protected]] Dody Sholihin
Mengapa program/kebijakan tersebut muncul? Program inovasi metode pembelajaran inklusi di SD Kanisius Eksperimen (SDKE) Mangunan muncul untuk menopang kurikulum nasional yang sangat menghegemoni dan dirasa kurang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak-anak Indonesia yang beragam ditinjau dari kondisi individu maupun sosialnya, karena kurikulum nasional penuh dengan keseragaman, indoktrinasi, gaya militer-komando dan mengedepankan hafalan sehingga mengeliminir interaksi dialogis antara guru dan murid. Apa tujuan program/kebijakan tersebut? Tujuan dari program ini sebagai implementasi dari visi SDKE untuk membentuk kepribadian anak yang komunikatif, eksploratif, kreatif, dan integral. Bagaimana gagasan tersebut bekerja? 1. Gagasan ini dimulai pendekatan sosial dengan menampung peserta didik tidak mampu dengan program subsidi silang. 2. Penerpan kurikulum inovatif, model pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Joyful Learning, dan Child-Centered Learning. 3. Pembentukan Paguyuban Peduli Mangunan. 4. dukungan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai dan berkualitas.
Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat? Inisiator inovasi di SDKE Mangunan adalah Y.B. Mangunwijaya bersama . Sejumlah jaringan diantanya Kelompok Kompas Gramedia (KKG) Jakarta, Keuskupan Agung Semarang dan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar (DED) yang dibentuknya. Serta dukungan masyarakat sekitar. Apa perubahan utama yang dihasilkan? Pertama, sekolah menampung semua anak dengan multidimensi perbedaan mulai dari sisi ekonomi, budaya, kemampuan (anak difabel dan non-difabel), agama dan lain sebagainya. Kedua, perlakuan guru terhadap murid tidak adanya pemberlakuan metode rangking sehingga tidak ada suasana kompetisi, melainkan kekeluargaan dan toleransi yang nondiskriminatif. Siapa yang paling memperoleh manfaat? Masyarakat tidak mampu di sekitar SDKE Mangunan mendapatkan manfaat yang luar biasa dari adanya inovasi ini.
Deskripsi Ringkas Inovasi ini implementasi visi SDKE Mangunan, wujud ide Romo Mangunwijaya untuk membentuk kepribadian anak yang komunikatif, eksploratif, kreatif, dan integral. Romo Mangun, berusaha membentuk generasi anak Indonesia dengan konsep Pasca-Indonesia dan Pasca-Einstein. Inovasi yang berhasil diterapkan di SDKE Mangunan, yaitu kurikulum inovatif penunjang dan pelengkap kurikulum nasional. Permasalahan kesenjangan biaya pendidikan, diatasi program subsidi silang. SDKE Mangunan menerapkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Joyful Learning dan Child-Centered Learning dalam proses belajarmengajarnya sehingga guru sebagai pendamping atau fasilitator dan siswa sebagai subyek pembelajar yang aktif. SDKE Mangunan juga mendirikan paguyuban Peduli Mangunan yang didesain sekolah sebagai fungsi kontrol. Tujuan didirikannya SDKE Mangunan untuk merancang sistem kurikulum yang membebaskan dimana memilih materi pembelajaran sesuai minat, kebutuhan, dan lingkungan yang disusun
sederhana, murah, dan menempatkan anak sebagai subyek yang fleksibel dan kooperatif. Gagasan berawal dari pendekatan sosial dengan menampung peserta didik dari masyarakat miskin. Penerapkan inovasi proses pendidikan yaitu kurikulum inovatif, program subsidi silang, model pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Joyful Learning, dan Child-Centered Learning, dan Paguyuban Peduli Mangunan yang ditopang sumberdaya manusia yang berkualitas, sarana dan prasarana. Perubahan yang dihasilkan adalah: Pertama, sekolah ini menampung semua anak multidimensi perbedaaan, dari sisi ekonomi, sosial, perbedaan budaya, kemampuan, sampai agama. Kedua, perlakuan guru tidak adanya pemberlakuan metode rangking atau predikat juara, sebab mereka meyakini bahwa setiap murid memiliki kemampuan yang berbeda sehingga tidak ada suasana kompetisi di sekolah, melainkan suasana kekeluargaan dan toleransi yang non-diskriminatif.
MBS SD Kanisius Eksperimen Kabupaten Sleman
2
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Rincian Inovasi Latar Belakang Masalah Artikel ini mengkaji inovasi metode pembelajaran yang dilakukan oleh SD Kanisius Eksperimen (SDKE) Mangunan. Adanya inovasi ini adalah sebagai strategi solutif terhadap masalah yang dihadapi oleh SDKE Mangunan. Masalah utama yang dihadapi SD ini adalah kuatnya pengaruh pemerintah pusat yang dominan melalui kebijakan kurikulum pendidikan nasional terhadap sekolah. Persoalan muncul karena dalam kurikulum nasional dinilai terdapat kelemahan seperti adanya sistem militer, komando, sistem taat, serta sistem hafalan kepada yang memberi instruksi (guru). Kondisi ini menyebabkan tidak ditemukan adanya suasana dialogis antara guru dan murid dalam kegiatan kelas sehingga murid hanya dijadikan obyek dalam kegiatan belajar-mengajar di SDKE Mangunan (Mangunwijaya dalam Indratno: 2005). Adanya masalah pada kurikulum pendidikan nasional dari pusat berdampak pada SDKE Mangunan yang merasa dirugikan karena tidak mendapat keluasaan berimprovisasi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya (Pradipto: 2007). Sebab SDKE Mangunan memiliki visi yang penting untuk dicapai yaitu membentuk siswa yang berkepribadian pembelajar yang komunikatif, kreatif, eksploratif dan integral. Pembelajar yang komunikatif-eksploratif dimaksudkan agar lulusan SDKE Mangunan nantinya memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik (baik dari segi kebahasaan, metode komunikasi, dan lain sebagainya) serta menciptakan kecenderungan untuk selalu bereksplorasi (bertanya, menyelidiki, meneliti, dan menempatkan sikap skeptis sebagai sikap dasar seorang pembelajar). Jiwa kreatif siswa lulusan SDKE Mangunan diharapkan tumbuh seiring dengan meningkatnya kecintaan mereka pada kegiatan eksplorasi. Kreativitas akan mencegah siswa dari sifat putus asa dan akan meningkatkan gairah untuk menemukan cara-cara baru dalam mengatasi beragam persoalan yang muncul. Sikap dan keberanian ini amat diperlukan oleh siswa yang tergolong tidak mampu atau miskin untuk persiapan mereka di masa yang akan datang. Istilah integral dipakai untuk menunjukkan sikap dan sifat siswa untuk selalu berani dan mahir mencari jalan dan sarana alternatif ketika mengalami kebuntuan tanpa harus kehilangan rasa percaya diri. Mereka harus dibiasakan untuk berpikir lateral, keluar dari jalur konvensional, menemukan terobosan baru, dan memiliki wawasan multidimensional dalam
kehidupan yang utuh dan seimbang (Sholihin, 2012). Untuk itu, SDKE Mangunan memiliki kepentingan untuk melakukan terobosan dalam metode pembelajarannya agar visi sekolah dan mutu lulusan dapat tercapai. SD Kanisius Eksperimen (SDKE) Mangunan berada di Desa Mangunan, Berbah, Sleman. SD ini merupakan salah satu SD tertua di bawah Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta yang berdiri sejak tahun 1964. SD ini hampir saja ditutup oleh Yayasan Kanisius karena minimnya murid yang ada. Tahun 1994, Romo Mangunwijaya bersama Yayasan Dinamika Edukasi Dasar (DED) kembali menyelenggarakan pendidikan di SD tersebut. Sejak awal, sekolah ini meminjam beberapa rumah penduduk untuk dijadikan ruang kelas yang di dalamnya disusun beberapa kursi kecil warna-warni sebagai tempat duduk siswa yang memiliki keunikan tersendiri. Hal unik lainnya adalah tidak adanya pemberlakuan pemakaian seragam khusus harian bagi siswa di SDKE Mangunan. SDKE Mangunan telah melewati proses yang panjang dalam usaha untuk mencapai visinya dan dihadapkan dengan persoalan yaitu kuatnya pengaruh pemerintah pusat yang begitu mendominasi sistem pendidikan melalui kebijakan kurikulum nasional. SDKE Mangunan tidak mendapat keleluasaan berimprovisasi dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya (Pradipto, Y. Dedy, 2007). Mangunwijaya dalam Indratno (2005) menilai bahwa kurikulum nasional penuh dengan keseragaman, indoktrinasi, gaya militer-komando seperti adanya sistem taat pada guru dan sistem hafalan. Kondisi ini mengeliminir adanya nuansa dialogis antara guru dan murid dalam kegiatan di sekolah sehingga murid hanya dijadikan sebagai obyek, bukan subyek dalam kegiatan belajar-mengajar. Saat ini sudah ada upaya yang dilakukan Laboratorium DED bersama SDKE Mangunan untuk mengatasi persoalan tersebut yakni dalam Laporan Tahunan SDKE Mangunan disebutkan bahwa upaya yang ditempuh sekolah selama ini lebih mengarah pada pembenahan internal seperti persiapan sumber daya pendidik, tenaga kependidikan, penyusunan modul lima pelajaran regular yang sesuai dengan kurikulum nasional (Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan Pendidikan Kewarganegaraan) dan pemenuhan sarana dan prasarana yang memadai.
MBS SD Kanisius Eksperimen Kabupaten Sleman
3
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Kendala yang dihadapi dalam mengatasi persoalan tersebut selama ini adalah kurangnya kepercayaan pemerintah kepada pihak sekolah. Pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman dinilai masih terlihat kaku dan formalistik dalam memandang sistem penyelenggaraan pendidikan di SDKE Mangunan yang dinilai telah menyimpang dari kebijakan pendidikan yang ada.
Inisiasi Inisiasi metode pembelajaran di SDKE Mangunan muncul karena adanya keprihatinan Romo Mangun terhadap sistem pendidikan dasar nasional yang dinilai sangat kental dengan hegemoni negara dalam kurikulum nasional. Kurikulum nasional dinilai sebagai sistem pendidikan yang cenderung mengarah kepada sistem militer-komando, sistem taat, serta sistem hafalan kepada yang memberi instruksi (guru). Akibatnya terjadi kekakuan pada metode pengajaran dan ditengarai akan menghasilkan dampak yang buruk bagi perkembangan belajar siswa. Kebutuhan inovasi ini juga disesuaikan dengan keinginan Romo Mangun untuk membentuk generasi anak Indonesia dengan konsep Pasca-Indonesia dan Pasca-Einstein. Menurut Ferry T. Indratno (2005), selaku Direktur Yayasan Dinamika Edukasi Dasar menyatakan bahwa konsep Pasca-Indonesia mengarah kepada sebuah konsep yang mencita-citakan bahwa sosok manusia Indonesia haruslah terbuka kepada nilainilai kemanusiaan universal tapi juga tetap berpegangan kepada nilai-nilai ke-Indonesiaan. Sedangkan konsep Pasca-Einstein lebih mengarah pada konsep yang mencita-citakan bahwa sosok manusia harus multidimensionalis dalam menanggapi suatu masalah dan tidak mudah memutlak-mutlakkan sesuatu hal. Dalam konteks lain, tujuan inisiasi berupa eksperimentasi pendidikan di SDKE Mangunan adalah untuk mengimplementasikan gagasan Romo Mangun tentang manusia Pasca-Indonesia dan PascaEinstein sehingga inovasi metode pembelajaran di SDKE Mangunan penting dilakukan. Inisiator utama inovasi di SDKE Mangunan adalah Y.B. Mangunwijaya atau lebih dikenal dengan Romo Mangun dan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar. Latar belakang Romo Mangun adalah sebagai seorang budayawan nasional dan pastur di Keuskupan Agung Semarang. Romo Mangun merupakan salah satu tokoh ternama yang memiliki legitimasi sosial yang cukup besar. Beliau berhasil menjalin hubungan kerjasama dengan sejumlah jaringannya dalam mewujudkan inisiatif untuk pembangunan SDKE Mangunan. Sejumlah jaringan tersebut di antaranya adalah Kelompok Kompas
Gramedia (KKG) Jakarta dan Keuskupan Agung Semarang. Dari jaringan inilah, Romo Mangun mendapat sumber finansial yang besar dalam membangun proses pendidikan serta pemenuhan sarana dan prasarana yang memadai bagi SDKE Mangunan. Secara historis, inisiatif muncul pada tahun pertengahan 1993 disaat Yayasan Dinamika Edukasi Dasar (DED) telah mendapat izin dari Yayasan Kanisius untuk mengelola SDKE Mangunan. Dalam proses perumusan inovasi tersebut, Yayasan DED segera mengembangkan kerjasama dengan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) Jakarta dan Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta sebagai pemilik SD Kanisius Mangunan. KKG yang diwakili oleh salah satu anak cabangnya yaitu Perseroan terbatas (PT) Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo) Yogyakarta menyatakan ketertarikannya untuk ikut melaksanakan eksprimen tersebut karena sesuai dengan visi penerbitan mereka yakni untuk mengembangkan pembelajaran aktif (Cara Belajar Siswa Aktif / CSBA) di sekolah-sekolah. Kerjasama itu diberi nama Pendidikan Dasar Eksperimental Mangunan (PDEM) 1994-2003. SD Kanisius Mangunan akhirnya diberi nama SD Kanisius Eksperimental Mangunan atau disebut SD Eksperimental Mangunan. PDEM ini mendapat izin operasional dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Fase inisiasi ini tidak menunjukkan adanya kendala yang dihadapi oleh pihak Romo Mangun sebab semua pihak yang terlibat sangat mendukung karena percaya dan yakin terhadap inisiasi Romo Mangun. Dipilihnya SD Kanisius Eksperimen Mangunan sebagai tempat eksperimentasi karena Yayasan Kanisius sebagai pemilik dan pengelola SD tersebut, memiliki visi preferential option for the poor. Visi tersebut sejalan dengan visi yayasan DED yang ingin mengangkat kaum miskin agar bisa mandiri dan produktif.
Implementasi Dalam proses pelembagaan inovasi kurikulum, Romo Mangun dan Yayasan DED mendesain beberapa subsistem dalam proses pelembagaan implementasi inovasinya. Beberapa aktor dalam proses implementasi di antaranya meliputi 1) Laboratorium Dinamika Edukasi Dasar (DED) berperan sebagai pembuat kurikulum inovatif dan memberikan beragam pelatihan mengenai penerapan model Cara Belajar Siswa Aktif (CSBA), Joyful Learning dan Child-Centered Learning untuk meningkatkan kapasitas guru; 2) para guru berperan sebagai pendidik. Untuk peningkatan kapasitas guru agar sesuai dengan apa yang
MBS SD Kanisius Eksperimen Kabupaten Sleman
4
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
diinginkan, Laboratorium DED dan SDKE Mangunan rutin mengadakan pertemuan dan traning berkala setiap jumat bagi guru dalam forum sanggar guru atau di waktu-waktu tertentu dengan mendatangkan para pakar. Materi training disesuaikan dengan mempelajari model-model pembelajaran yang sesuai dengan visi dari SDKE Mangunan, seperti training kurikulum, pembelajaran aktif, dan lain sebagainya. 3) orang tua murid berperan dalam program subsidi silang dan evaluator dari kinerja guru serta masyarakat sekitar berperan menjaga keamanan sekolah dan guru dalam kegiatan belajar-mengajar di luar kelas; serta 4) SDKE Mangunan pada sistem rekruitmen memprioritaskan menerima siswa dari kalangan lemah,miskin, dan tersingkir, serta khusus difabel sejumlah dua siswa setiap tahun ajaran. Dalam dinamika proses pembelajarannya, Yayasan DED melakukan inovasi kurikulum disamping masih menggunakan kurikulum nasional. Kurikulum inovatif yang dibuat Yayasan DED ini merupakan penjabaran materi yang disesuaikan dengan kondisi lokal, sosio-kultural dan kebutuhan anak dengan perbandingan 30%:70%. Para guru juga menyusun modul lima pelajaran regular sesuai dengan kurikulum nasional yaitu bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PKn untuk membantu anak belajar di rumah. Setidaknya terdapat ada enam pelajaran baru dalam kurikulum inovatif diantaranya: Majalah Meja yang didesain agar anak gemar membaca dan kreatif; Musik Pendidikan yang didesain untuk mengasah kreatifitas siswa dalam hal seni dengan penggunaan barang bekas; Komunikasi Iman yang didesain sebagai pengganti pelajaran agama; Pluspunt yang didesain sebagai metode belajar Matematika yang telah diperbaharui; Kotak Pertanyaan yang didesain untuk merangsang siswa lebih kritis atau peka terhadap kondisi sekitar. Anak bebas bertanya apa saja dan difasilitasi untuk belajar mencari jawaban dari pertanyaannya. Pertanyaan tidak selalu cukup dijawab secara verbal saja, tetapi juga dengan aksi di lapangan, sedangkan Membaca Buku Bagus oleh guru didesain agar murid dapat mengambil hikmah, nilainilai kebaikan atau inspirasi dari suatu cerita. Cerita yang dipilih biasanya tentang tokoh-tokoh penemu dan pemimpin besar dunia. Semua materi pelajaran dibuat saling berkaitan (tematis) sehingga tidak kehilangan konteks dan kelebihan beban materi pelajaran. Hal lain yang unik dari penerapan kurikulum inovatif di SDKE Mangunan adalah masyarakat sekitar bisa berperan sebagai guru. Ketika ada pelajaran di luar kelas/outdoor yang diinginkan murid seperti belajar membatik, bahasa jawa dan lain sebagainya, murid belajar langsung kepada masyarakat yang ditemuinya. Disamping itu,
di SDKE Mangunan tidak ada batasan waktu dalam ujian sehingga anak tidak merasa terburu-buru dalam mengerjakan ujian (Mangunwijaya, Y.B, 2004). Dalam dinamikanya, untuk mendukung inovasinya SDKE Mangunan juga menerima anggaran dari beberapa sumber. Diantaranya meliputi: BOSNAS dan BOSDA, donasi Yayasan DED (sumbangan terbesar), donasi lembaga lain, donasi perseorangan, donasi siswa baru, partisipasi modul, dan bunga bank. SDKE Mangunan juga bekerjasama dengan lembaga maupun perorangan sebagai donatur beasiswa diantaranya: FMF (Fund Mind Foundations), Bhumisakda; dan donatur perorangan. Disamping itu, SDKE Mangunan menerapkan program subsidi silang dari keluarga siswa yang kaya kepada siswa dari keluarga kurang mampu. Mekanisme ini sangat membantu agar anak dari keluarga kurang mampu tetap bisa mengenyam pendidikan di SDKE Mangunan. Sedangkan bagi pihak sekolah, adanya mekanisme subsidi dinilai turut membantu dalam meringankan beban sekolah terkait biaya operasional sehingga sekolah tidak mengalami masalah keuangan yang berat. Subsidi silang diterapkan tidak hanya mewujud sebagai subsidi langsung, tetapi juga perhatian, contohnya: program “1 anak traktir 3 anak” ketika peringatan Hari Pangan Sedunia dan lain sebagainya. Program subsidi silang ini bertujuan untuk memupuk rasa kebersamaan agar tidak terjadi kesenjangan atau praktek diskriminatif. Program beasiswa dari lembaga donor bagi siswa yang berprestasi juga tersedia di sekolah ini. Aspek fasilitas di SDKE Mangunan sudah lengkap dan memadai. Diantaranya: enam gedung dengan 14 ruang dan satu perpustakaan. Didalam perpustakaan terdapat koleksi sekitar 3.500 buku, terdiri dari buku cerita, pelajaran, kamus, ensiklopedia maupun referensi pengajaran. Database layanan perpustakaan dijalankan dengan Program Komputer “Senayan” sehingga memudahkan sirkulasi dan pencarian. Perpustakaan ini melayani peminjaman buku bagi keluarga besar SDKE Mangunan. Perkembangan yang terjadi dalam implementasi inovasi ini memunculkan pro dan kontra. Di antaranya program subsidi silang ternyata mempengaruhi perilaku anak dari keluarga tidak mampu. Anak tersebut menjadi minder, terkadang menentang orang tua dan sisi lain, menginginkan seperti temannya yang bisa mentraktir teman lainnya. Kasus ini dinilai tidak memberi dampak serius sebab orang tua siswa tersebut tidak memprotes dalam menyikapi program tersebut. Mereka percaya kepada pihak sekolah yang telah
MBS SD Kanisius Eksperimen Kabupaten Sleman
5
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Tabel 1. Data SPP Siswa SDKE Mangunan NO
JUMLAH SPP PER BULAN (RUPIAH)
JUMLAH SISWA
%
1
4.000-15.000
33
21,2
2
17.000-50.000
49
31,4
3
53.000-100.000
24
15,4
4
115.000-150.000
21
13,5
5
>150.000
21
13,5
6
gratis anak karyawan
4
2,6
7
gratis siswa miskin
1
0,6
8
siswa pindah
3
1,9
Total siswa
156
Sumber: Laporan Tahunan SDKE Mangunan periode 2010-2011
berusaha memberikan perhatian lebih kepada anak mereka. Semua dikembalikan kepada orang tua siswa masing-masing untuk mengarahkan anak agar bisa menempatkan dirinya. Proses implementasi inovasi di SDKE Mangunan apabila ditelusuri lebih jauh memiliki beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung tersebut di antaranya adalah: dukungan yang kuat dari orang tua dan masyarakat kepada sekolah, alokasi dana yang cukup dari berbagai sumber, serta adanya transfer pengetahuan sistemik dari Laboratorium DED kepada para guru mengenai visi sekolah, metode pembelajaran, dan lain sebagainya. Faktor penghambatnya adalah kuatnya kepatuhan SDKE Mangunan terhadap Keputusan Komisi Kateketik KWI tanggal 8 September 1992 yang ditandatangani oleh ketuanya, Bapak Uskup Mgr. F.X. Hadisumarto O.Carm., yang menghendaki agar di sekolahsekolah katolik dijalankan “komunikasi atau interaksi iman” dan tidak diajarkan pelajaran agama (Mangunwijaya dkk, 2005). Kondisi ini tentunya kurang sesuai dengan kondisi bahwa seluruh guru di SDKE Mangunan beragama Katolik sedangkan ada sejumlah siswa berbeda agamanya (nonKatolik). Sebab masalah yang muncul adalah tidak adanya pelajaran agama yang sesuai dengan keyakinan masing-masing anak yang ditengarai telah menimbulkan masalah/konflik dengan Dinas Pendidikan Sleman karena tidak mematuhi UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang telah mengatur kebijakan tersebut secara nasional. Masalah tersebut hingga saat ini, hanya diselesaikan sebatas kompromi dengan pemerintah dan belum terselesaikan dengan tuntas. SDKE Mangunan menggunakan sistem evaluasi kinerja integral dan fleksibel yakni dengan melakukan evaluasi kinerja menggunakan banyak
aktor, di antaranya adalah orang tua murid, masyarakat sekitar, Laboratorium DED, dan para guru itu sendiri. Kondisi ini dapat mendorong lahirnya hubungan yang produktif antara masyarakat dan guru dalam lingkungan belajar. Hal ini penting agar kinerja manajemen sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya dapat diawasi dan dievaluasi secara terbuka untuk memastikan kualitas dan adanya dukungan yang berkesinambungan bagi penduduk yang terkena dampak. Terdapat pula paguyuban dari pihak orang tua murid dan masyarakat, seperti paguyuban orang tua murid, kelas, umum, pleno, dan Peduli Mangunan yang didesain sekolah sebagai tempat orang tua mengusulkan dan mengevaluasi kebijakan sekolah. Evaluasi dari masyarakat hakekatnya bersifat fleksibel yakni kondisi bisa dimaklumi karena antara guru, orang tua murid, dan masyarakat terdapat sinergisitas sehingga hasil dari evaluasi dapat langsung ditindaklanjuti oleh guru dalam bentuk perubahan kinerja yang lebih baik dan telah disesuaikan dengan hasil evaluasi tersebut.
Dampak substantif Adanya inovasi metode pembelajaran di SDKE Mangunan telah membawa dampak yang signifikan. Setidaknya terdapat tiga macam dampak yaitu dampak inovasi terhadap kelompok sasaran, penguatan kelembagaan sekolah dan lingkungan sosial. Pertama, proses inovasi memberi dampak terhadap kelompok sasaran, yaitu siswa miskin dapat mengakses pendidikan di sekolah tersebut. Hal ini terlihat dari Tabel 1. (setelah inovasi) diamana pembayaran SPP yang cenderung murah selaku sekolah swasta dalam Berdasarkan tabel, memprioritaskan anak
MBS SD Kanisius Eksperimen Kabupaten Sleman
6
SDKE Mangunan dari keluarga miskin http://igi.fisipol.ugm.ac.id
sejumlah 90 siswa (