DATABASE GOOD PRACTICE Initiatives for Governance Innovation merupakan wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya mewujudkan tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP UNAIR, DAN FISIP UNHAS.
Mengembangkan Perpustakaan Dengan Konsep Edutainment: Belajar dari Terobosan Perpustakaan Daerah Kabupaten Pontianak Sektor Sub-sektor Provinsi
Sekretariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur Yogyakarta 55281 email:
[email protected]
igi.fisipol.ugm.ac.id
Pendidikan
Kota/Kabupaten Institusi Pelaksana Kategori Institusi
Kalimantan Barat Pontianak UPT Perpustakaan Daerah Pemerintah Kabupaten
Penghargaan
Juara Terbaik 1 Lomba Perpustakaan Umum Tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2005 Juara Terbaik 1 Lomba Perpustakaan Keliling Tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2007 7 besar terbaik Lomba Perpustakaan Keliling Tingkat Nasional Tahun 2007
Kontak
Kepala Kantor: Johana Sari Margiani Jalan G.M. Taufik Mempawah (belakang Tugu Pak Tani), Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat
Mitra
Peneliti dan Penulis
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Bank Rakyat Indonesia Bill & Melinda Gates Foundation Nanang Indra Kurniawan, Hendra Try Ardianto, Erdi Abidin, Viza Juliansyah
Mengapa program/kebijakan tersebut muncul? Kebutuhan masyarakat akan pengetahuan tidak terfasilitasi, mulai kondisi bangunan perpustakaan yang tidak memadai hingga pada kurangnya pemanfaatan perpustakaan oleh masyarakat. Apa tujuan program/kebijakan tersebut? Menyediakan akses perpustakaan yang menarik dan menyenangkan pada masyarakat Kabupaten Pontianak, khususnya untuk para siswa sekolah. Bagaimana gagasan tersebut bekerja?
Meningkatkan layanan perpustakaan, baik yang berorientasi ke dalam maupun ke luar. Ke dalam artinya layanan yang disediakan dan langsung bisa diakses diperpustakaan sendiri, sedangkan keluar seperti layanan perpustakaan keliling atau rumah baca. Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat? Bupati Pontianak, Drs. Agus Salim, MM Apa perubahan utama yang dihasilkan? Angka kunjungan yang biasa mereka capai sebelum tahun 2001 saat usaha pengembangan dilakukan hanya sekitar 20 kunjungan per hari. Angka tersebut kini meningkat hingga 10 kali lipatnya yaitu 150-200 kunjungan per hari Siapa yang paling memperoleh manfaat? Masyarakat Kabupaten Pontianak
Ringkasan Kabupaten Pontianak, atau secara umum Kalimantan Barat, memiliki problem tersendiri dalam pelaksanaan pelayanan publik. Umumnya, problem infrastruktur dan ketersediaan sumber daya masih menjadi momok paling serius disana. Apalagi, dalam konteks Kabupaten Pontianak, daerah ini ibarat telah kehabisan energi pasca pemekaran. Banyak daerah strategis yang masuk ke kabupaten baru, yakni Kabupaten Landak dan Kabupaten Kubu Raya. Hal itulah yang menyebabkan beberapa pelayanan publik tidak berjalan maksimal. Salah satu layanan yang masih buruk saat itu adalah layanan Perpustakaan Daerah. Kondisi bangunan yang masih buruk dan tua membuat banyak orang malas pergi ke perpustakaan. Apalagi koleksinya pun sangat terbatas, hanya sekitas 500 judul saja. Berbagai hal tersebut kemudian menginspirasi Bupati Pontianak untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas layanan di perpustakaan. Perbaikan itu dilakukan melalui dua jalur, yakni memperbaikai layanan yang berorientasi ke dalam, dan layanan yang berorientasi keluar. Layanan yang berorientasi kedalam lebih menekankan pada berbagai layanan yang disediakan langsung di perpustakaan tersebut. Sedangkan layanan berorientasi keluar lebih berfokus pada layanan perpustakaan keliling dan rumah baca. Konsep besar perbaikan itu sebenarnya dikerangkai untuk menjadikan perpustakaan tidak hanya tempat
membaca, namun juga bermain untuk mendapatkan pengetahuan. Dari sinilah perpustakaan memainkan perannya sebagai edutainment para pengunjung. Bagi anak-anak, mereka telah disediakan wahana bermain yang mengandung unsur pendidikan. Bagi orang dewasa, mereka juga bisa menggunakan fasilitas wifi untuk mengakses internet. Sedangkan untuk warga yang lokasinya tidak di dekat perpustakaan akan bisa mengakses buku bacaan dari perpustakaan keliling. Dengan adanya perbaikan layanan perpustakaan ini, maka banyak sekali dampak positif yang diperoleh. Salah satunya adalah jumlah kunjungan ke perpustakaan relatif banyak dibanding sebelum pindah. Perpustakaan juga menjadi ruang rekreasional yang mendidik bagi anaknya atau para siswa TK dan PAUD. Dengan adanya dua unit mobil itu, maka layanan perpustakaan daerah juga menjangkau wilayah yang jauh dari kota melalui perpustakaan keliling. Dalam melakukan perbaikan ini yang menjadi determinan kuat keberhasilannya adalah leadership, baik dari kepala daerah atau kepala kantor. Selain itu, kemampuan berjejaring merupakan poin kunci, selain untuk melengkapi fasilitas juga untuk mendorong jenis layanan baru. Sebagai contoh kerjasama dengan BRI mengahsilkan layanan Rumah Baca di Kecamatan Sungai Piyuh dan Sungai Kunyit.
Mengembangakan Perpustakaan Dengan Konsep Edutainment Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat
2
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Profil Good Practice I. Latar Belakang: Perpustakaan
Stagnasi
Layanan
Kabupaten Pontianak secara geografis adalah daerah yang besar sebelum terjadinya pemekaran, yakni Kabupaten Landak dan Kubu Raya. Proses pemekaran daerah tersebut memberikan implikasi cukup serius bagi Kabupaten Pontianak karena banyak sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi yang terserap ke daerah baru sehingga dalam banyak hal mempengaruhi proses pengembangan layanan publik di Kabupaten Pontianak dalam beberapa tahun terakhir. Meski begitu, berbagai inisiasi-inisiasi penting yang dilakukan oleh beberapa unit pelayanan publik telah mulai membuka optimisme bahwa upaya pengembangan kualitas layanan sangat dimungkinkan di tengah berbagai limitasi sumber daya. Ini misalnya ditunjukkan dengan perkembangan perpustakaan daerah serta terobosan-terobosan yang dilakukan individuindividu di street level bureaucracy yang berhadapan langsung dengan masyarakat.
baru−, menempati bangunan tua dengan berbagai keterbatasan, seperti; ruang yang terbatas, dan penampilan bangunan yang secara fisik sudah tua dan kurang terawat. Jumlah koleksi buku yang dimiliki oleh perpustakaan juga jauh dari memadai, yaitu hanya sekitar 500 buku. Hal ini berdampak secara langsung pada minat masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan. Rata-rata jumlah pengunjung perpustakaan umum daerah kabupaten Pontianak sebelum proses pengembangan dilakukan hanya sekitar 20 kunjungan sehari. Sebelum proses pengembangan, perpustakaan sama sekali tidak memiliki tenaga ahli (pustakawan), juga tidak memiliki ahli kearsipan, dan pegawai yang berlatar belakang teknologi
Gambar 2: Bangunan Baru Gedung Perpustakaan
Gambar 1: Bangunan Lama Gedung Perpustakaan
Di masa-masa sebelumnya, kebutuhan masyarakat akan pengetahuan belum mampu difasilitasi secara maksimal oleh pemerintah daerah yang ditunjukkan dengan buruknya kondisi perpustakaan daerah. Sebelum proses pengembangan layanan perpustakaan Kabupaten Pontianak dilaksanakan, kondisi perpustakaan daerah tersebut sangat memprihatinkan. Kondisi tersebut meliputi berbagai sisi mulai dari kondisi bangunan yang tidak memadai hingga pada kurangnya pemanfaatan perpustakaan oleh masyarakat. Perpustakaan daerah, −sebelum pindah dan menempati gedung
informasi. Berbagai kekurangan ini menyebabkan tidak berfungsinya perpustakaan secara baik dalam melayani kebutuhan masyarakat. Perpustakaan juga belum membangun jaringan dengan sekolahsekolah di Kabupaten Pontianak sehingga tidak maksimal dalam menangkap kebutuhan nyata dari masyarakat, utamanya pelajar yang notabennya merupakan target penting dari pengembangan perpustakaan. Ini berdampak langsung tingkat pemanfaatan perpustakaan daerah oleh siswa yang saat itu sangat rendah. Pada titik tertentu, layanan di perpustakaan ini mengalami stagnasi. Satu pihak, fasilitas yang kurang memadai cenderung membuat orang malas
Mengembangakan Perpustakaan Dengan Konsep Edutainment Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat
3
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
untuk pergi ke perpustakaan. Dipihak lain, tidak ada daya tarik khas yang membuat orang untuk mengunjungi perpustakaan. Untuk itu, diperlukan usaha untuk memperbaiki layanan perpustakaan agar menarik minat baca warga terhadap buku, minimal untuk mengunjungi perpustakaan. II. Inisiasi: Desain Peningkatan Layanan Kondisi perpustakaan yang kian terpuruk itulah yang mendorong inisiasi pengembangan dan peningkatan layanan perpustakaan umum daerah. Pengembangan itu dilakukan dibawah kepemimpinan Bupati Agus Salim. Gagasan dasar untuk melakukan perbaikan itu adalah menjadikan perpustakaan tidak hanya sebagai tempat membaca saja, namun juga sebagai wahana edutaiment khususnya bagi anak-anak. Konsep edutainment ini memadukan fungsi perpustakaan sebagai ruang baca, sekaligus sebagai wahana “bermain” untuk mendukung proses pendidikan anak. Selain anak, masyarakat
diluar. Dua wilayah itu yang akan menjadi sasaran utama perbaikan. Secara lebih sederhana bisa dilihat di Desain Peningkatan Layanan Perpustakaan (Lihat Bagan 1). Layanan di dalam perpustakaan menyangkut dua hal, yakni kelengkapan sarana dan prasarana, serta peningkatan mutu layanan. Kelengkapan sarana dan prasaran ini diantaranya koleksi buku, gedung yang memadai, serta sarana-sarana penunjang lainnya. Sedangkan peningkatan mutu layanan, berkaitan dengan layanan pinjam meminjam, dan layanan edutainment yang dilaksanakan langsung di perpustakaan daerah. Sedangkan layanan diluar perpustakaan berkaitan langsung dengan pelaksanaan perpustakaan keliling dan rumah baca. Dua layanan ini bertujuan untuk memberikan ruang baca bagi masyarakat dan siswa yang sekolahnya jauh dari perpustakaan umum daerah. Dengan cara ini, maka layanan perpustakaan bisa menjangkau masyarakat di daerah pinggiran Kabupaten Pontianak.
Bagan I: Desain Peningkatan Layanan Perpustakaan Desain Peningkatan Layanan Perpustakaan
Berorientasi Kedalam
Sarana & Prasarana
Berorientasi Keluar
Mutu Layanan
umum juga bisa mengakses layanan selain buku saja. Mereka bisa membawa lapton dan menggunkan fasilitas wifi perpustakaan untuk browsing informasi di internet. Untuk melaksanakan gagasan itu, maka perlu diturunkan kebutuhan apa saja yang diangap penting untuk dilakukan. Kebutuhan itu bisa dipilah dalam dua wilayah, yakni layanan di dalam perpustakaan sendiri, dan layanan perpustakaan
Perpus Keliling
Rumah Baca
Proses konsolidasi pengembangan yang dimulai oleh inisiatif Bupati saat itu tidak menemui kesulitan berarti pada tingkat gagasan, namun tantangan sesungguhnya berada di tahapan implementasi dimana pengelola harus menghadapi persoalan nyata untuk memperbaiki keadaan mulai dari kondisi bangunan, jumlah koleksi buku, hingga yang paling menyulitkan lemahnya kompetensi sumber daya manusia untuk membangun perpustakaan
Mengembangakan Perpustakaan Dengan Konsep Edutainment Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat
4
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
yang memadai. III. Implementasi: Memahami Orientasi Layanan Dalam brosur kecil mengenai profil Perpustakaan Daerah Kabupaten Pontianak sebenarnya menunjukkan ada 10 layanan yang disediakan oleh perpustakaan. Namun, peneliti memilih untuk menggunakan pendekatan lain dalam pelaksanaan layanan perpustakaan, yang dibagi dalam dua bagian, yakni layanan yang berorientasi ke dalam dan layanan yang berorientasi ke luar. Adapun penjelasan dua layanan ini adalah sebagai berikut. a. Layanan Berorientasi Ke Dalam Langkah awal perbaikan layanan beroorientasi ke dalam dimulai dengan memindahkan perpustakaan daerah ke bangunan baru yang lebih baik keadaannya serta berada di lokasi yang strategis yaitu di jantung kota Mempawah. Itu artinya, wajah baru perpustakaan −dari bangunan lama (tua) ke bangunan baru yang terletak di tengah kota− menjadi penanda awal perubahan yang akan dilakukan.
ruang kepala seksi, ruang pengolahan, mushola dan toilet. Sedangkan di lantai dua mereka memiliki ruang referensi untuk majalah dan koran, ruang koleksi remaja dan dewasa, ruang audio visual, aula serbaguna, serta ruang database. Ketersediaan ruangan ini juga diiringi oleh penambahan secara signifikan jumlah koleksi buku dan terbitan lainnya. Jumlah koleksi buku mereka bertambah signifikan dari hanya sekitar 500 judul menjadi 117.495 judul dan ditambah lagi dengan 28.829 terbitan lainnya. Jumlah koleksi buku yang bertambah baik dari sisi jumlah dan variasi membuat mereka kini mampu memenuhi kebutuhan berbagai kalangan berbeda mulai dari anak-anak usia pra sekolah, anak sekolah, remaja, dan dewasa serta kebutuhan para ibu yang mengantar putra-putri mereka ke perpustakaan. Perpustakaan ini bahkan menyediakan wahana untuk pendidikan anak bagi orang tua yang berkenan membawa anaknya ke perpustakaan. Disana telah disediakan edutainment tools seperti susun huruf, susun angka, dan alat peraga untuk bercerita (dongeng) bagi anak. Karenanya banyak TK dan PAUD sering mengadakan kegiatan belajar mengajar di perpustakaan. Perpustakaan ini juga menyediakan layanan koleksi audio visual, dimana terdapat banyak koleksi film yang mendukung pendidikan, pengetahuan umum hingga hiburan. Untuk film-film pendidikan mereka menyediakan film berisi materi pelajaran sesuai kurikulum sekolah sehingga bisa dimanfaatkan untuk mendukung proses belajar siswa sekolah. Pelayanan yang semakin luas ini dilengkapi oleh mereka dengan sosialisasi Standard Operational Procedure (SOP) pelayanan yang divisualisasikan ke dalam bentuk berbagai poster yang dipampang di ruangan-ruangan perpustakaan.
Gambar 3: Sistem informasi Perpustakaan
Bangunan ini sangat memadai untuk sebuah perpustakaan, dimana terdapat dua lantai yang cukup untuk penempatan berbagai ruangan yang dibutuhkan untuk pengembangan pelayanan perpustakaan. Seiring dengan perpindahan ini mereka mampu menyediakan ruang-ruang baru seperti, ruang lobi yang melayani pendaftaran, sirkulasi buku, serta locker penyimpanan barang untuk pengunjung. Di lantai satu terdapat pula ruang kepala perpustakaan, ruang baca, ruang tata usaha,
Tidak hanya buku dan ruang audio visual, perpustakaan juga menyediakan fasilitas internet gratis dengan memasang modem internet wifi di lokasi perpustakaan sehingga masyarakat bisa bebas mempergunakannya. Bagi mereka yang akan mengakses internet, mereka tinggal membawa laptop ke perpustakaan dan kemudian meminta password untuk wifi. Dengan cara itu, perpustakaan akan selalu mendapat kunjungan dari masyarakat, baik untuk membaca maupun menggunakan fasilitas internet. Sedangkan dari segi layanan, untuk meningkatkan jumlah pengunjung perpustakaan, maka pengelola perpustakaan memutuskan untuk menggratiskan biaya pendaftaran bagi anggota baru. Namun,
Mengembangakan Perpustakaan Dengan Konsep Edutainment Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat
5
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
konsekuensi dari keputusan tersebut tentunya menjadikan perpustakaan tidak mendapat pemasukan dari anggota yang sebenarnya memang relatif kecil. Tidak hanya itu, setiap pegawai perpustakaan juga diwajibkan untuk menerapkan 3S (Senyum, Salam, dan Sapa) kepada setiap orang yang datang ke perpustakaan. b. Layanan Berorientasi Keluar Layanan diluar perpustakaan merujuk pada layanan perpustakaan keliling dan rumah baca. Perpustakaan keliling ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan buku pada sekolah-sekolah yang masih kesulitan buku, baik yang disebabkan oleh letak geografis yang sulit maupun karena kemiskinan masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan akan pengadaan buku. Perpustakaan keliling dilaksanakan dengan menggunakan Mobil Perpustakaan Keliling (MPK). Dua unit mobil ini merupakan hibah dari Perpustakaan Nasional RI pada Tahun 2006. MPK ini mengunjungi daerah terpencil khususnya untuk sekolah sekolah yang berada jauh dari lokasi perpustakaan umum. Kunjungan perpustakaan keliling ini telah terjadwal setiap minggunya ke wilayah-wilayah target sehingga setiap kali berkunjung mereka bisa mengambil kembali buku yang dipinjam sebelumnya sesuai jadwal sekaligus membawa buku baru yang disirkulasikan antar daerah target. Sedangkan untuk rumah baca, ini dibangun di kecamatan Sungai Pinyuh dan Sungai Kunyit yang berlokasi cukup jauh dari perpustakaan induk agar bisa memenuhi kebutuhan bacaan masayarakat dan siswa disana. Koleksi buku di rumah baca inipun selalu diperbaharui dengan mensirkulasikannya dengan koleksi yang terdapat di perpustakaan induk. Tersedianya layanan perpustakaan keliling dan rumah baca tidak terlepas dari bentuk usaha lain yang dilakukan oleh pengelola perpustakaan dimana mereka melakukan koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak terkait. Kerjasama pertama yang mereka lakukan adalah dengan pemerintah dalam usaha mereka untuk mendapatkan peningkatan fasilitas dan dukungan dana untuk biaya operasional mereka. MPK juga merupakan bantuan pemerintah pusat sebagai bentuk penghargaan atas usaha-usaha pengembangan yang mereka lakukan hingga saat ini menjadi perpustakaan daerah terbaik untuk wilayah Kalimantan Barat. Perpustakaan daerah kabupaten Pontianak juga bekerjasama dengan lembaga non pemerintah seperti Bill & Melinda Gates Foundation yang memiliki perhatian khusus pada bidang pendidikan. Dari kerjasama perpustakaan saat ini sedang menanti datangnya bantuan sejumlah komputer untuk mendukung
layanan yang akan mereka kembangkan, terutama untuk digitalisasi bahan koleksi. Rumah baca yang dimiliki perpustakaan daerah saat ini juga merupakan bantuan dari pihak lain, yaitu Bank Rakyat Indonesia. Koordinasi yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk menerima bantuan dari pihak luar, namun juga untuk meningkatkan layanan perpustakaan pada masyarakat. Saat ini perpustakaan berkoordinasi secarra aktif dengan sekolah-sekolah sekitar dalam rangka menyediakan buku penunjang pelajaran yang tidak tersedia di perpustakaan sekolah-sekolah. Sebab, dalam beberapa hal, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diperoleh sekolah dari pemerintah tidak boleh dipergunakan untuk membeli buku selain buku paket utama yang telah ditentukan sebelumnya. Mereka juga meminta guru-guru di sekolah tersebut untuk membuat skema tugas atau pelajaran bagi para siswa yang bisa mendorong mereka mengunjungi perpustakaan, baik secara bersama-sama ataupun perorangan. Contohnya adalah dengan memberikan tugas membuat sinopsis atau ringkasan buku-buku yang tersedia di perpustakaan. Selain itu, Perpustakaan Daerah juga menjadi motor untuk menggerak perpustakaan-perpustakaan lain, baik berupa perpustakaan sekolah atau masyarakat. Untuk melakukan fungsi tersebut, perpustakaan membuaka layanan magang dan kursus perpustaaan, serta layanan konsultasi pengembangan perpustakaan. Dengan adanya dua layanan terakhir ini, diharapkan muncul beberapa perpustaaan masyarakat atau sekolah di beberapa daerah. IV. Evaluasi: Internal dan Eskternal Secara internal, ada beberapa evaluasi yang dilakukan oleh perpustakaan. Salah satunya adalah forum bulanan. Para pegawai perpustakaan akan membahas tentang kemajuan kegiatan perpustakaan per bulannya. Forum ini akan menjadi evaluasi bulanan sekaligus menentukan langkahlangkah perbaikan bulan berikutnya. Sedangkan untuk evaluasi tahunan, perpustakaan akan mengadakan Survey dan Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Menurut hasil IKM 2011, tingkat kepuasan pemakai terhadap layanan perpustakaan mendapat nilai 75, 921 yang bisa dimasukkan dalam “katagori baik”. Hasil IKM ini akan dijadikan pijakan untuk melakukan langkah strategis lain guna meningkatkan mutu layanan. Secara eksternal, perpustakaan tentu akan mendapat evaluasi dari Inspektorat jika kemudian ditemukan layanan yang buruk. Bentuk evaluasi
Mengembangakan Perpustakaan Dengan Konsep Edutainment Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat
6
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
semacam ini tidak terlalu banyak efeknya, kecuali ada pelayanan yang benar-benar dianggap buruk sekali. Evaluasi lain bisa diberikan oleh masyarakat. Sebab, perpustakaan juga telah menyediakan kotak saran di perpustakaan sendiri. Namun, kontrol evaluasi semacam ini sangat tergantung pada kepedulian pihak perpustakaan sendiri.
V. Dampak Substantif: Meluaskan Jangkauan Layanan
datang kesana. Berbagai perlombaan ini berhasil mendorong para orang tua untuk membawa putraputri mereka untuk ke perpustakaan. Penyediaan ruang audio-visual pun menarik perhatian masyarakat untuk datang karena pilihan sumber pengetahuan menjadi lebih beragam. Selain itu fasilitas internet gratis dengan penyediaan hotspot yang bisa diakses oleh siapa saya membuat penduduk sekitar yang sebagian besar diantaranya adalah remaja bersemangat untuk memanfaatkannya. Dalam konteks ini, perpustakaan telah menjadi ruang publik baru bagi warga.
Pengembangan perpustakaan umum kabupaten Pontianak telah mendorong meningkatnya minat baca masyarakat. Indikator paling umum yang biasa Hal lain yan berubah adalah saat ini siswa sekolah mereka gunakan untuk mengukur ini adalah data berbondong-bondong datang memanfaatkan koleksi jumlah kunjungan masyarakat ke perpustakaan. buku di perpustakaan sebagai buah dari koordinasi Jika dilihat dari parameter ini, usaha-usaha yang perpustakaan dengan sekolah yang kemudian dilakukan oleh pengelola perpustakaan secara memberikan banyak tugas sekolah berorientasi signifikan telah berhasil meningkatkan kembali perpustakaan. Perpustakaan mulai menjadi tempat minat masyarakat untuk berkunjung ke pembelajaran bagi siswa untuk menyelesaikan perpustakaan. Angka kunjungan yang biasa mereka tugas maupun belajar bersama. Mekanisme “jemput capai sebelum tahun 2010 saat usaha bola” yang dilakukan perpustakaan akhirnya pengembangan dilakukan hanya Tabel 1: Jumlah Pengunjuang Perpustakaan Darah Kabupaten Pontianak sekitar 20 kunjungan Tahun 2009-September 2011* per hari.1 Sedangkan saat ini bisa Rata-Rata Tahun Pelajar Mahasiswa PNS Umum Jumlah mencapai ratusan (per bulan) orang per hari. 2009 17.630 1.758 11.458 24.468 55.614 4.635 Menurut dokumen 2010 30.132 2.637 17.187 36.702 86.702 7.226 IKM, peningkatan Jan-Sept 7.469 527 837 997 9.830 1.092 paling tinggi terjadi 2011 tahun 2010, namun menurun drastis *diolah dari dokumen IKM 2011 (tujuh kali lipat lebih) tahun 2011 (lihat Tabel 1). Hasil yang Tabel 2: Jumlah Peminjaman Buku di Perpustakaan Darah relatif sama dalam Kabupaten Pontianak Tahun 2009-September 2011* jumlah peminjaman buku, dimana tahun Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun Sept 2011 2011 mengalami 19.610 31.917 6.087 Jumlah penurunan yang 1.635 2.660 507 Rata-rata (per sangat drastis (lihat bulan) Tabel 2). *diolah dari dokumen IKM 2011 Selain itu, kemudian mendapatkan pasarnya sendiri, dimana masyarakat juga tidak hanya memanfaatkan para siswa, dalam hal ini sekolah, akhirnya perpustakaan sebagai tempat membaca, tetapi berkenan untuk mengunjungi perpustakaan secara untuk melakukan kegiatan yang bersifat sukarela. rekreasional. Perpustakaan kini sering mengadakan lomba-lomba yang berhubungan dengan Pengembangan perpustakaan daerah juga telah mengenalkan kembali kebiasaan membaca mampu meningkatkan jangkauan pelayanan. sehingga masyarakat tidak merasa terpaksa untuk Perpustakaan daerah kini tidak hanya kota Mempawah, tetapi telah mencapai wilayah-wilayah 1 Wawancara dengan kepala perpustakaan umum yang cukup jauh seperti Sungai Pinyuh dan daerah Kabupaten Pontianak (2 Februari 2012). Mengembangakan Perpustakaan Dengan Konsep Edutainment Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat
7
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
sekolah-sekolah di kecamatan lainnya. Ini merupakan dampak nyata pengadaan perpustakaan keliling dan rumah baca yang mereka wujudkan di daerah-daerah tersebut. Dalam perpustakaan keliling misalkan, telah mencapai seluruh kecamatan (9 kecamatan) dengan 20 titik lokasi layanan. Prestasi-prestasi yang dicapai perpustakaan daerah Kabupaten Pontianak pada gilirannya juga mendatangkan penghargaan dari pihak luar. Kini perpustakaan daerah Kabupaten Pontianak sebagai perpustakaan daerah terbaik se-Kalimantan Barat, yang membuat mereka berhak untuk mendapatkan hadiah berupa Mobil Perpustakaan Keliling (MPK). MPK inilah yang saat ini mereka manfaatkan untuk menjangkau wilayah-wilayah terpencil. Prestasi perpustakaan tersebut juga membuat mereka mendapatkan bantuan untuk membangun Rumah Baca dari Bank Rakyat Indonesia dan juga menarik perhatian Bill & Melinda Gates Foundation untuk memberikan bantuan peralatan untuk mendukung kegiata operasional perpustakaan.
pelayanan yang dinilai telah cukup baik adalah memetakan tantangan yang berpotensi muncul. Khusus untuk di perpustakaan, kegiatan mereka sejauh ini umumnya masih bersifat pembangunan fisik yang belum memaksimalkan sisi kreativitas pengelola. Sebagai contoh, pengelola berfokus pada pemindahan ke bangunan baru, penambahan jumlah buku, penyediaan ruangan baru, perpustakaan keliling dan juga pembangunan rumah baca. Perpustakaan belum banyak menyentuh isu digitalisasi referensi atau peningkatan jumlah buku dan referensi yang berbentuk digital yang mana akan bisa meningkatkan secara signifikan jumlah koleksi bacaan yang tersedia di perpustakaan ini. Belum lagi fakta bahwa dengan pengembangan sisi layanan digital akan bisa menghemat dana yang begitu besar mengingat banyaknya ketersediaan buku digital secara gratis di internet yang bisa mereka koleksi lalu di sediakan bagi konsumen mereka. Layanan digital yang mapan juga akan mempermudah akses para konsumen yang terhambat untuk datang secara fisik ke perpustakaan.
VI. Institusionalisasi dan Tantangan Upaya pelembagaan aktifitas pengembangan yang telah dilakukan di perpustakaan dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan pembuatan Standard Operational Procedure yang jelas sehingga bisa dipahami dengan mudah oleh semua orang utamanya pengelola perpustakaan sendiri. SOP ini kemudian di visualisasikan dalam bentuk poster-poster yang diletakkan sesuai proses yang berlangsung di ruangan tersebut. Sebagai contoh, di ruangan lobi ditempelkan poster-poster yang berisi SOP sirkulasi buku, prosedur pendaftaran, jam operasional perpustakaan, dan peraturan umum perpustakaan, ini mengingat kegiatan yang dilakukan di lobi adalah tempat sirkulasi buku dan pelayanan umum lainnya. Sedangkan pada ruang audio-visual diletakkan poster-poster yang berhubungan dengan cara pengoperasionalan berbagai peralatan yang terdapat di ruangan tersebut, misalkan bagaimana merawat fasilitas tersebut serta aturan pemakaian berbagai fasilitasnya. Usaha pelembagaan juga dilakukan perpustakaan daerah dengan pelaksanaan kegiatan secara rutin sehingga menjadi kebiasaan yang tidak bisa dilepaskan dari rutinitas mereka. Misalnya, kegiatan mobil Perpustakaan Keliling telah dijadwalkan dengan baik sehingga semuanya berjalan dengan teratur dan sesuai skema yang telah ditentukan. Isu yang paling krusial dalam melembagakan
Layanan yang saat ini terfokus pada layanan bahan bacaan bagi penggunanya juga kurang berkembang dan mengikuti trend perpustakaan maju yang ada saat ini, dimana perpustakaan tidak lagi hanya berfungsi sebagai pusat penyedia referensi, namun juga berkembang sebagai learning center. Yang dimaksudkan disini adalah perpustakaan Mempawah akan lebih berkembang jika memanfaatkan banyaknya ruangan dan fasilitas mereka sebagai pusat kegiata yang berhubungan dengan pendidikan. Misalnya, perpustakaan bisa saja menyediakan ruangan-ruangan kecil dengan fasilitas untuk diskusi-diskusi akademik, ataupun memberdayakan aula yang mereka miliki untuk seminar-seminar yang edukatif. Selain bisa meningkatkan fungsi perpustakaan, berbagai kegiatan ini juga sangat berpotensi meningkatkan kualitas perpustakaan sebagai learning center. Masalah lain dari pengembangan layanan perpustakaan adalah masih kurang maksimalnya sumber daya manusia untuk merumuskan visi yang lebih jauh serta berfungsi sebagai penggerak inovasi ini. Perpustakaan tersebut hingga saat ini belum memiliki satupun pengelola yang memiliki latar belakang pendidikan teknologi informasi. Dari sekian banyak jumlah pengelolanya mereka hanya memiliki satu karyawan yang berlatar belakang pendidikan manajemen perpustakaan. Institusi ini juga hanya memiliki satu karyawan yang mempelajari kearsipan. Sisanya sama sekali tidak memiliki latar belakang yang berhubungan secara
Mengembangakan Perpustakaan Dengan Konsep Edutainment Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat
8
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
langsung dengan pengelolaan perpustakaan. VII. Lesson Learned Ada beberapa hal bisa yang bisa kita ambil sebagai pelajaran. Pertama, dari seluruh cerita tentang perpustakaan daerah Kabupaten Pontianak kita bisa memahami bahwa faktor leadership dianggap sebagai elemen kunci inovasi ini. Bupati Pontianak, Drs. Agus Salim, MM, sejak masa kampanye telah menekankan bahwa pendidikan merupakan fokus yang akan dibangun olehnya. Hal ini kemudian berusaha ditepatinya dengan memberikan perhatian lebih terhadap perpustakaan umum daerah ataupun kegiatan yang berorientasi pada bidang pendidikan. Meski begitu secara teknis pengembangan perpustakaan hingga mendapatkan penghargaan sebagai Perpustakaan Umum terbaik di Kalimantan Barat juga tidak lepas dari peran kepala perpustakaan periode sebelum ini. Selama kepemimpinannya ia melakukan perombakan terhadap layanan yang selama itu jauh dari memenuhi standar untuk sebuah perpustakaan umum. Hal ini juga didukung oleh staf pengelola lain dari perpustakaan. Itu artinya, leadership kepala daerah atau kepala SKPD merupakan kunci pokok untuk melakukan peningkatan kualitas layanan publik. Kedua, penting adanya kerjasama dengan pihak lain untuk mengembangkan dan meningkatkan pelayanan publik. Cerita kerjasama perpustakaan dengan BRI dan Bill & Melinda Gates Foundation menunjukkan adanya pengaruh untuk memperbaiki kualitas layanan dan cakupan layanan. Apalagi, setiap bantuan yang diberikan tentu akan memaksa perpustakaan untuk tanggung jawab dan menjaga reputasi layanannya yang sudah cukup baik. Terakhir, pentingnya kepastian anggaran yang dialokasikan untuk melaksanakan layanan. Sebab, bagaimana pun juga, semakin kompleks dan serius layanan yang diberikan tentu membutuhkan anggran yang tidak sedikit. Dalam konteks layanan perpustakaan, jika Pemda mengurangi porsi anggaran perpustakaan, bisa jadi akan mengurangi cakupan layanannya, misal MPK, layanan internet, dan lainnya.
Beberapa prasyarat yang dibutuhkan untuk bisa mencapai apa yang telah dilakukan disini antara lain dukungan penuh dari pemerintah daerah untuk menjadikan perpustakaan sebagai pusat layanan yang reliable sebagai sumber informasi masyarakat serta visi untuk mewujudkan perpustakaan sebagai learning center. Dukungan ini paling tidak dilakukan dalam komitmen anggaran yang memadai untuk biaya operasional perpustakaan dan pelaksanaan program-program yang mereka canangkan. Dukungan dalam bentuk lain seperti promosi pada pihak lain termasuk swasta untuk memberikan bantuan pada perpustakaan tersebut tentu satu hal yang akan membantu. Hal penting lainnya untuk bisa memperbaiki keadaan di institusi sejenis adalah adanya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan. Untuk dapat mencapai prestasi layanan yang baik paling tidak sebuah perpustakaan harus memiliki cukup staf yang memiliki pendidikan dan keterampilan yang berbasis manajemen perpustakaan, kearsipan dan teknologi informasi. Para penggerak ini sebaiknya juga memiliki visi yang luas untuk dapat mengembangkan layanan perpustakaan sehingga tidak terbatas sebagai tempat penyimpanan dan peminjaman bahan bacaan, namun lebih sebagai learning center atau pusat pembelajaran. Koordinasi baik dengan pihak swasta dan sekolah-sekolah juga merupakan faktor penting lainnya untuk bisa meningkatkan kapasitas dan kebermanfaatan sebuah perpustakaan. Sedang menilik kesiapan pihak Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Pontianak menjadi motor penggerak replikasi, dalam pandangan peneliti, mereka sudah cukup siap berbagi jika ada daerah atau perpustakaan lain ingin mengikuti jejaknya, minimal untuk menciptakan neighborhood effect. Hal ini dirasakan peneliti saat proses riset. Karena status yang disandang adalah predikat sebagai perpustakaan terbaik se-Kalimantan Barat, maka mereka sadar betul jika ada tamu yang datang, tugas mereka adalah berbagi pengalaman dan kesuksesan. []
VIII. Peluang Replikasi Proyek pengembangan layanan yang dilakukan di perpustakaan daerah Kabupaten Pontianak sangat terbuka untuk bisa di replikasi pada perpustakaanperpustakaan di wilayah lainnya. Bahkan dengan visi yang terbuka, bukan tidak mungkin perpustakaan lainnya bisa mencapai prestasi yang jauh lebih baik dari apa yang di raih institusi ini.
Referensi: Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Pontianak. 2011. “Expose Pelayanan Publik Bidang Perpustakaan”. (Dokumen intenal tidak dipublikasikan).
Mengembangakan Perpustakaan Dengan Konsep Edutainment Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat
9
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
____________. “Inovasi Perpustakaan Daerah Kabupaten Pontianak”. (Dokumen intenal tidak dipublikasikan). ____________. 2011. “Laporan Hasil Survey dan Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di Perpustakaan Daerah Kabupaten Pontianak. (Dokumen intenal tidak dipublikasikan) ____________. “Selayang Pandang Perpustakaan Daerah Kabupaten Pontianak”. (Brosur tanpa tahun).
Narasumber Johana Sari Margiani, S.Sos, Plt. Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah, Kabupaten Pontianak. (2 Februari 2012).
Mengembangakan Perpustakaan Dengan Konsep Edutainment Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat
10
http://igi.fisipol.ugm.ac.id