DATABASE GOOD PRACTICE Initiatives for Governance Innovation merupakan wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya mewujudkan tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP UNAIR, DAN FISIP UNHAS. Sekretriat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur Yogyakarta 55281 email:
[email protected]
igi.fisipol.ugm.ac.id
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA Sektor
Kesehatan
Sub-sektor Provinsi Kota/Kabupaten Institusi Pelaksana Kategori Institusi Kontak
Mitra Peneliti
Jawa Timur Jombang Puskesmas Pemerintah Kabupaten dr. Heri Wibowo, M.Kes (Kadinkes Jombang) email:
[email protected] Aan Anshori (
[email protected]) Institusi: Linkar Indonesia untuk Keadilan
Mengapa program/kebijakan tersebut muncul? Belum membaiknya derajat kesehatan di kabupaten Jombang dan buruknya persepsi masyarakat terhadap kualitas layanan kesehatan puskesmas Apa tujuan program/kebijakan tersebut? Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu di Puskesmas, yang sesuai atau melebihi harapan pelanggan baik pelanggan eksternal maupun internal. Bagaimana gagasan tersebut bekerja? Meningkatkan mutu layanan kesehatan sesuai dengan standart ISO 9001:2000 Melakukan sertifikasi ISO 9001:2000 Menyediakan layanan dokter spesialis dan rawat inap Mengoptimalkan pelaksanaan survey indek kepuasan masyarakat (IKM) Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat? dr. Heri Wibowo, drg. Subandriyah, dr. Gigih (inisiator awal), dan Dinas kesehatan dan seluruh kepala puskesmas.
Apa perubahan utama yang dihasilkan? 1. Situasi derajat kesehatan kabupaten Jombang mengalami perbaikan dari tahun ke tahun. Misalnya Angka harapan hidup pada tahun 2010 sebesar 71,18 naik menjadi 71,29 pada tahun 2011. Angka kematian bayi menunjukkan trend penurunan dari angka 12,87 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 10,4 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2009 atau turun sebesar 23,75%. Angka kematian ibu maternal pada tahun 2007 yakni sebesar 89 per 100.000 kelahiran hidup, menurun secara signifikan pada tahun 2009 yakni hanya sebesar 69 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah balita gizi buruk pada tahun 2010 tercatat 38 balita. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2009 yang terdapat 70 balita gizi buruk. 2. Lebih tertatanya layanan kesehatan di puskesmas berdasarkan tata laksana yang akurat dan terukur 3. Meningkatnya jumlah pemanfaat layanan kesehatan di puskesmas. Sebagai perbandingan, jumlah pengguna puskesmas tahun 2005 sebanyak 750.016, pada tahun 2007 meningkat menjadi 829.275. Sedangkan pada tahun 2010 meningkat lagi menjadi 1.026.312. Siapa yang paling memperoleh manfaat? Masyarakat umum
Deskripsi Ringkas Jombang merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk sekitar 1,3 juta jiwa. Mereka tersebar di 302 desa dan 4 kelurahan yang terbagi dalam 21 kecamatan. Jumlah puskesmas yang tersedia sejak tahun 2001 sebanyak 34 puskesmas. Secara konseptual, idealnya 1 puskesmas melayani 30.000 masyarakat namun 1 puskesmas di kabupaten Jombang harus melayani sekitar 35.000 orang tiap puskesmas. Sedangkan puskesmas sendiri sudah terlanjur dicap sebagai layanan kesehatan yang kurang bermutu dengan layanan asal-asalan. Animo masyarakat menggunakan puskesmas sebagai bagian dari upaya kuratif maupun preventif juga terbilang rendah. Dari data yang dikumpulkan, pada tahun 2004 jumlah pengguna puskesmas selama setahun hanya sekitar 498.584 orang. Birokrasi Dinkes Jombang juga mengakui bahwa layanan kesehatan di puskesmas masih jauh dari yang diidealkan. Situasi seperti ini barangkali menyebabkan masih munculnya trend tingginya angka kematian bayi, angka kematian ibu maternal, balita gizi buruk maupun masih rendahnya angka harapan hidup. Berangkat dari keprihatinan di atas, adalah dr. Heri Wibowo, drg. Subandriyah, dan dr. Gigih, ketiganya merupakan kepala puskesmas waktu itu, memandang penting adanya reformasi layanan
kesehatan di puskesmas. Ketiganya berpandangan bahwa puskesmas bisa melakukan layanan prima sehingga mampu menarik minat masyarakat. Setelah berdiskusi dengan pejabat Dinkes waktu itu, maka diciptakanlah konsep Puskesmas Idaman, yakni sebuah puskesmas dengan pelayanan kesehatan bermutu yang memenuhi yang atau melebihi harapan pelanggan serta memberi pelayanan yang sesuai dengan standart operating procedure (SOP) pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Jombang juga meluncurkan konsep Puskesmas IDOLA, yakni puskesmas yang juga dilengkapi dengan fasilitas dokter spesialis dan rawat inap. Untuk merealisasikan kedua program puskesmas yang dilakukan sejak tahun 2005 hingga sekarang ini dinas kesehatan memfokuskan pada penataan layanan dan penyiapan kondisi kerja yang berorientasi pada pelanggan (user). Untuk memastikan terselenggarnya sistem layanan puskesmas yang baik, dinas kesehatan berupaya meningkatkan mutu layanan kesehatan sesuai dengan standart ISO 9001:2000 dan menggabungkannya dengan survey kepuasan masyarakat tiap tahunnya. Sampai saat ini telah ada 9 puskesmas yang meraih sertifikasi ISO 9001:2000 dan semua puskesmas juga menerapkan prosedur
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
2
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
ISO tersebut sebagai bagian dari upaya menuju persiapan sertifikasi Upaya reformasi layanan melalui program Puskesmas IDAMAN dan IDOLA sedikit demi sedikit membuahkan hasil. Kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan puskesmas semakin tinggi. Pada tahun 2010 jumlah warga Jombang yang memanfaatkan layanan puskesmas mencapai 1.026.312 orang. Keberhasilan ini juga berdampak terhadap beberapa capaian, misalnya naiknya capaian angka harapan hidup dari 71,18 pada tahun
2010 menjadi 71,29 pada tahun 2011. Angka kematian bayi menunjukkan trend penurunan dari angka 12,87 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 10,4 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2009 atau turun sebesar 23,75%. Angka kematian ibu maternal pada tahun 2007 yakni sebesar 89 per 100.000 kelahiran hidup, menurun secara signifikan pada tahun 2009 yakni hanya sebesar 69 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah balita gizi buruk pada tahun 2010 tercatat 38 balita. Jumlah ini menurun dibandingkan pada tahun 2009 dimana ditemukan 70 balita gizi buruk.
Rincian Inovasi I.
LATAR BELAKANG MASALAH
Secara umum Jombang merupakan wilayah agraris yang cukup subur kecuali wilayah utara yang bertopografi perbukitan berkapur. Di wilayah tengah mengalir sungai brantas yang berfungsi sebagai penopang utama ratusan irigasi untuk ribuan hektar sawah. Sedangkan di wilayah selatan merupakan daerah pegunungan yang cocok untuk perkebunan. Pada akhir tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten berjumlah 1.165.720 jiwa, terjadi kenaikan 4.652 jiwa atau 0,40 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 1.161.068 jiwa1. Lebih kurang 25% diantaranya termasuk kategori miskin2. Tahun 2004 merupakan perjalanan awal Suyanto menjadi Bupati setelah sebelumnya dia menjabat sebagai wakil bupati periode 1998 – 2003. Meski angka harapan hidup saat itu tidak termasuk rendah – yakni 70,453 - namun pada tahun tersebut duet Suyanto – Ali Fikri dihadapkan berbagai persoalan yang menghimpit warganya. Salah satunya di sektor kesehatan, keduanya dituntut untut segera mencari solusi atas tingginya angka balita yang berada di bawah garis merah (BGM).
1
Analisis Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Terhadap Realisasi Tata Kelola Anggaran Pembangunan Di Sektor Pendidikan Pemerintah Kabupaten Jombang, Nova Andriana, Thesis, Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, (tanpa tahun), http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/123456789/33078/1/AnalisisAnggaran-Pendapatan-Belanja-Daerah-terhadap-RealisasiTata-Kelola-Anggaran-Pembangunan-di-Sektor-PendidikanPemerintah-Kabupaten-Jombang.doc
2
Ini merupakan angka estimasi dengan melihat jumlah penduduk miskin pada tahun 2005 sebesar 26,80%. Lihat Laporan Akhir Indek Pembangunan Manusia Kabupaten Jombang 2010, Bappeda Jombang, 2010.
3
-------, Nova Andriana, hal 22
Bukan itu saja duet ini juga menghadapi situasi kematian ibu dan bayi yang jumlahnya tidak bisa dikatakan rendah. Data morbiditas juga menunjukkan masih rentannya masyarakat jombang terkena beberapa penyakit menular seperti malaria4, hepatitis5, TB paru-paru6, HIV/AIDS7 dan infeksi saluran pernafasan. Penyakit lain yang sering menyebabkan kejadian luar biasa adalah campak, diare dan demam berdarah. Pada tahun 2005 jumlah warga yang terserang penyakit campak mencapai 365 kasus dengan 1 kematian padahal jumlah kasus pada tahun sebelumnya “hanya” 27 kasus. Sedangkan jumlah kasus diare -penyebab kematian utama bayi dan balita- mencapai 21.215 kasus dengan 7.370 kasus dilaporkan. Demam berdarah juga merupakan penyakit yang perlu diperhintungkan. Pada tahun 2005 jumlahnya mencapai 616 kasus dengan 18 kematian. Angka ini 4
Ditemukan 66 kasus pada tahun 2005. Lihat Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2005
5
Terdapat 16 kasus pada tahun 2005. Lihat Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2005
6
Dari data yang berhasil dikumpulkan menunjukkan kasus BTA(+) pada tahun 2005 sebanyak 634 orang, diobati 1.112 orang dan yang sembuh sebanyak 409 orang (36,78%). Lihat Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2005
7
Di Kabupaten Jombang sendiri ditemukan 8 kasus HIV AIDS. Keberadaan penderita HIV AIDS bagaikan fenomena gunung es, dimana jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih sedikit dari penderita yang sebenarnya ada. Sehingga tidak menutup kemungkinan jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupeten Jombang jauh lebih besar lagi. Untuk itu diperlukan upaya bersama dalam pemberantasan penyakit HIV/AIDS,yang tidak saja ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan yang dilakukan melalui skinning HIV/AIDS terhadap darah donor dan pengobatan penderita penyakit menular seksual. Lihat Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2005. Sebagai perbandingan lihat “65 Warga Jombang Terjangkit AIDS” http://nasional.inilah.com/read/detail/1783244/65-wargajombang-terjangkit-aids akses tanggal 5 Juni 2012.
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
3
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
meningkat hampir 5 kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Pemerintah kabupaten sebelumnya telah melakukan berbagai upaya promotif, pre-emptive maupun preventif dalam menanggulangi persoalan di atas. Kaitannya dengan penguatan dan pengembangan institusi layanan kesehatan pemkab telah berupaya menaikkan alokasi anggaran kesehatan maupun meningkatkan skill dan mengasah pemahaman tenaga kesehatan, Usaha tersebut tidaklah gagal namun tuntutan agar jaminan kesehatan yang layak, murah dan mudah dijangkau masyarakat terus disuarakan oleh berbagai kalangan. Tarif puskesmas memang murah namun hal tersebut sering berbanding terbalik dengan layanannya. Begitu juga dengan kualitas rumah sakit umum daerah. Dalam persepsi warga seringkali murah adalah murahan. Di sisi lain layanan kesehatan berkualitas hanya bisa dinikmati di RS/klinik swasta maupun rumah praktek dokter yang tarifnya tidak diatur secara transparan apalagi bisa dinegoisasikan dengan pengguna8. Meski telah mempunyai 34 puskesmas dan ratusan puskesmas pembantu dan posyandu yang tersebar di 306 desa/kelurahan di 21 kecamatan namun pemerintah kabupaten Jombang tetap menghadapi 3 kendala besar. Pertama mindset sebagian besar birokrasi yang belum tuntas terkait konsep pelayanan9. Kedua, belum optimalnya penyediaan berbagai fasilitas atau faktor aksesbilitas dan 8
Wawancara Moh.Hasyim (Direktur Lakpesdam NU Jombang), 1 Juni 2012 jam 9.30.
9
Wawancara dengan Agus Riadi (Kepala Bappeda), 25 Juni 2012 jam 13.00.
pelayanan kesehatan dengan tenaga medis yang terampil, dan ketiga, kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan10. II. INISIASI Bupati Suyanto tampaknya ingin membuat perubahan mendasar dalam layanan publik kesehatan di awal masa kepemimpinan. Kritikan demi kritikan dijawabnya dengan segera melakukan kordinasi dengan dinas terkait. Adalah dr.Supariyanto (Kabid Bina Kesehatan) dan drg. Gaguk H. Siswanto (Kasi Yankes Dinkes),yang mempunyai inisiatif awal tentang reformasi layanan di puskesmas. Sebelumnya 3 dokter yang juga menjabat sebagai kepala puskesmas di tempat yang berbeda juga memandang perlu segera dilakukan reformasi layanan puskesmas. Mereka adalah dr. Gigih (Kepala Puskesmas Bareng), dr. Heri Wibowo (kepala puskesmas Mojoagung) dan drg. Subandriyah (Kepala Puskesmas Cukir). Ketiganya memang dikenal sebagai pimpinan yang dianggap punya komitmen dan inovasi saat memimpin puskemasnya. Menurut mereka gagasan ini sejalan dengan visi labupaten Jombang tahun 2005 yakni pemberdayan dan pelayanan prima menuju masyarakat Jombang sejahtera dan beriman. Gagasan itu tidak langsung mendapat respon mengingat upaya perbaikan puskesmas bukanlah hal baru. Namun Dinkes Jombang dan 3 kepala puskesmas berargumen tidak ada ruginya mencoba 10
Profil Kesehatan Kabupaten Jombang 2005
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
4
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
gagasan tersebut. Good will dan komitmen merupakan hal pokok yang harus ada sebagai prasyarat. Mendengar argumentasi dengan kepercayaan tinggi seperti itu Suyanto langsung menyambutnya dengan antusias. Dirinya berjanji mendukung penuh gagasan tersebut. Dari aspek back up politik di legislatif, Suyanto - yang juga merupakan Ketua DPC PDIP Jombang- cukup diuntungkan mengingat konfigurasi kursi wakil rakyat masih menempatkan PDIP sebagai partai dengan jumlah kursi terbesar, sama dengan yang dimiliki PKB. Pun dalam konteks dinamika sosialpolitik lokal, Suyanto tidak perlu kuatir. Dia terlihat cukup confident menghadapi kelompok santri meski dirinya sering dianggap representasi kelompok abangan. Suyanto memimpin Jombang sejak 2003, dia terpilih lagi untuk masa jabatan kedua pada Juli 2008. Seperti diketahui kabupaten Jombang sendiri merupakan wilayah yang sarat kaum santri. Ada empat pesantren besar: Tebuireng, Denanyar, Rejoso, dan Tambakberas. Sejumlah tarekat, antara lain Wahidiyah, juga berpusat di sana. Untuk memikat hati rakyatnya, Suyanto bersikap "tahu diri" dan terbuka. "Kalau memang tidak mampu, bilang terus terang. Para kiai itu sangat fair, kalau bagus pasti ditepuki, kalau jelek ya diomeli," katanya11 Dengan modal dukungan politik dan sosial yang melimpah seperti inilah konsep Puskesmas IdamanIdola dilahirkan. Satu-satunya kendala besar yang harus dihadapi adalah mindset kebanyakan PNS yang terkenal lambat, prosedural, kurang kreatif dan beretos kerja rendah.
III. IMPLEMENTASI Setelah mendapat lampu hijau keduanya bergerak dengan cepat. Langkah pertama yang dilakukan adalah „menguji kadar” komitmen dan harapan 34 kepala puskesmas terkait gagasan tersebut melalui sebuah survey. Tanggal 6 April 2005 hasil survey diperoleh. Sebanyak 91,2% Kepala Puskesmas menghendaki adanya perubahan untuk maju di Puskesmas. Bukan hanya itu, ada 94,1% kepala puskesmas setuju melaksanakan pelayanan prima di Puskesmas yang 67,6% diantara mereka sepakat pelayanan prima di Puskesmas dilaksanakan secepatnya. Sebulan kemudian, bupati membentuk tim di internal Dinas Kesehatan untuk memastikan terjadi perubahan terhadap puskesmas seperti harapan yang tercermin dalam survey. Tim terdiri dari pejabat 11
Lihat Ada Tenggat di Alun-ALun, Majalah Mingguan Tempo, 22 Desember 2008.
di lingkar Dinkes Jombang dan 3 kepala puskesmas yang sejak awal jadi inisiator. Ketiganya adalah dr. Heri Wibowo (PKM Mojoagung), drg. Subandriyah (PKM Cukir), dan dr. Gigih (PKM Bareng). Tim bekerja dengan sekuat tenaga mempersiapkan berbagai hal, diantaranya adalah konsep dan desain puskesmas, mekanisme kelembagaan serta instrument monitoring dan evaluasi untuk mendukung percepatan implementasi di 3 puskesmas di atas. Ini merupakan pertaruhan bagi masa depan layanan puskesmas.
a. Desain dan Konsep Pada prinsip Puskesmas IDAMAN adalah pusat kesehatan masyarakat dengan pelayanan kesehatan yang bermutu yang sesuai dengan standard operational procedure untuk memenuhi atau melebihi ekspektasi pelanggan baik internal maupun eksternal. Pemerintah kabupaten Jombang mengimplemntasikan layanan prima ini ke seluruh 34 puskesmas yang dimiliki dimulai sejak tanggal 1 Juni 2005 sampai 31 Desember 2006. Sebagai langkah awal, program ini akan diujicobakan pada 4 puskesmas yang berada di kecamatan Bareng, Mojoagung, Cukir dan Puskesmas Jelakombo. Pelaksanaan ke seluruh puskesmas dimulai pada Januari 2006. Sedangkan program Puskesmas IDOLA (khusus menangani rawat inap) akan diimplementasikan ke puskesmas yang secara fisik mendukung dengan mempertimbangkan akseptabilitas (jarak jangkau) kewilayahan warga. Yang masuk dalam program Idola antara lain Puskesmas Cukir, Mojoagung, Bareng, Bandar Kedungmulyo, Wonosalam, Tembelang, Ploso, Sumobito, dan Tapen. a.1. Puskesmas IDAMAN IDAMAN merupakan kepanjangan dari kata-kata indah, damai, aman dan nyaman. Puskesmas ini fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal. Puskesmas Idaman adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan bermutu yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan serta memberi pelayanan yang sesuai dengan standart operating procedure (SOP) pelayanan kesehatan. “Puskesmas Idaman” sebagai pelayan masyarakat, akan berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan pelanggan, oleh karena itu Puskesmas Idaman juga merubah paradigma dari “ Puskesmas yang mengatur Masyarakat” menjadi “Puskesmas yang memenuhi harapan masyarakat”. Secara khusus puskesmas ini bertujuan, pertama meningkatkan mutu tenaga kesehatan yang
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
5
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
professional di bidangnya melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Kedua, meningkatkan motivasi tenaga kesehatan melalui peningkatan kesejahteraan tenaga kesehatan. Ketiga, menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu di Puskesmas yang sesuai dengan prosedur tetap (PROTAP) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Keempat, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas secara terus menerus dengan Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management). Dengan visi ”Puskesmas IDAMAN Bermutu”, layanan kesehatan dasar ini mempunya mandat (misi) sebagai berikut : 1. Memastikan pelanggan puskesmas. Pelanggan Puskesmas perlu diketahui, untuk mengetahui seberapa besar potensi pasar yang akan kita layani. 2. Memahami psikografi pelanggan puskesmas. Psikografi pelanggan perlu diketahui untuk mengetahui budaya, perilaku dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, sehingga kita dapat mengantisipasi bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan. 3. Menata mindset tim puskesmas idaman.
pelayaan
prima
di
Pola pikir semua pegawai perlu ditata dan disamakan, dengan tujuan agar semua pegawai mempunyai polapikir yang sama untuk menyelenggarakan pelayanan prima di Puskesmas Idaman. 4. Memberi kesempatan pada “front liner” untuk ikut mengambil keputusan dan memberikan saran dalam pelaksanaan pelayanan prima di Puskesmas. Pegawai di garis depan “front liner” seperti petugas parkir dan loket, merupakan orang pertama yang kontak dengan pelanggan, oleh karena itu mereka banyak mengetahui informasi yang kita butuhkan dalam pengambilan keputusan pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Idaman. 5. Mengembangkan pelayanan kesehatan yang tak terlupakan pada Pelanggan. Dengan memberi pelayanan kesehatan yang memberi kesan ”WOO”, maka hal tersebut akan membanggakan dan memuaskan pada pelanggan yang juga dapat berfungsi sebagai promosi antar pelanggan.
Pelanggan untuk ”Customer Market Relationship”.
menciptakan
Komunikasi dengan pelanggan yang terjalin baik, akan menimbulkan ikatan batin antar mereka sehingga hal tersebut akan membuat pelanggan menjadi loyal. 7. Melakukan penyesuaian organisasi menerus untuk peningkatan pelayanan kesehatan.
terus mutu
Perubahan organisasi akan terjadi terus menerus, baik karena pengaruh lingkungan internal maupun eksternal serta tuntutan pelanggan yang terus berubah, untuk itu Puskesmas Idaman harus selalu dapat menyesuaikan perubahan tersebut, sehingga dapat terus mempertahankan pelayanan kesehatan yang memuaskan pelanggan.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Idaman upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut dikelompokan menjadi dua yakni: 1. Upaya kesehatan wajib Upaya Kesehatan wajib adalah upaya kesehatan yang wajib dillaksanakan oleh Puskesmas Idaman, upaya kesehatan wajib tersebut adalah: a. Upaya Promosi Kesehatan b. Upaya Kesehatan Lingkugan c. Upaya Kesehatan Ibu dan anak serta Keluarga Berencana d. Upaya Kesehatan Gizi Masyarakat e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular f. Upaya Pengobatan 2. Upaya Kesehatan Pengembangan Upaya kesehatan Pengembangan adalah upaya kesehatan inovatif berdasarkan permasalahan kesehatan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. a. b. c. d. e. f. g. h.
Upaya Kesehatan Sekolah Upaya Kesehatan Olah Raga Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat Upaya Kesehatan Kerja Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut Upaya Kesehatan Jiwa Upaya Kesehatan Mata Upaya Kesehatan Usia Lanjut
6. Menjalin komunikasi terus menerus dengan Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
6
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
i.
Upaya Pembinaan Pengobatan tradisional
Dalam kerangka makro terkait kebijakan yang harus dilakukan oleh Puskesmas Idaman, maka tim Dinkes Jombang menetapkan policy sebagai berikut: 1. Tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan: profesioanal sesuai dengan pendidikannya, unggul dalam prestasi serta sopan dan santun dalam memberikan pelayanan. 2. Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi memakai jas dokter pada saat melayani pasien. 3. Obat yang diberikan kepada pasien adalah obat generik berblister 4. Pelanggan diperlakukan secara ramah dan sopan serta dengan penuh simpati dibantu sepenuhnya keperluaanya datang ke Puskesmas. 5. Tenaga kesehatan cepat dan tanggap dalam merespon keluhan dan keinginan pelanggan 6. Semua pegawai puskesmas mempunyai komitmen, etika dan semangat/motivasi yang tinggi untuk melaksanakan pelayanan prima di Puskesmas 7. Tempat pelayanan kesehatan ditata rapi dan bersih, dan ber-AC, sehingga memberi kenyamanan pada pasien dan tenaga kesehatan yang melayaninya 8. Ruang tunggu pasien ditata rapi dan bersih serta dilengkapi sarana hiburan yang sesuai dengan harapan pasien 9. Kamar mandi dan WC bersih, tidak bau dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari 10. Lingkungan Puskesmas dibuat taman yang membuat suasana asri dan segar lingkungan Puskesmas 11. Supervisi dilaksanakan setiap tiga bulan sekali dan ditindaklanjuti dengan pertemuan pemecahan masalah di Dinas Kesehatan 12. Survey kepuasan pelanggan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali serta ditindaklanjuti dengan perbaikan pelayanan kesehatan 13. Manajemen Puskesmas Idaman berpedoman pada SK Menkes RI No: 128/MENKES/SK/II/2004 tentang: Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
a.2. Puskesmas Perawatan IDOLA Seakan tidak ingin kehilangan momentum, saat program Puskesmas Idaman direplikasi di puskesmas lain Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang juga secara bertahap mencoba memfinalisasi program Puskesmas Idola, yakni puskesmas rawat inap yang bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Dari dokumen yang ada terdapat 9 puskesmas yang akan diujicobakan program ini. Mereka adalah Puskesmas Mojoagung, Cukir, Bareng, Bandar Kedungmulyo, Wonosalam, Tembelang, Ploso, Sumobito, dan Puskesmas Tapen. Tim program Puskesmas Idola yang dikomandani langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan mengidentifikasi berbagai persoalan sekaligus solusinya. Terdapat 3 persoalan kunci. Pertama belum mencukupinya sarana fisik/gedung ruang perawatan. Kedua peralatan medis dan non medis Puskesmas dengan rawat inap masih belum lengkap, ketiga sumber daya manusia untuk operasional Puskesmas rawat inap masih kurang. Dinkes bergerak cepat dengan menyusun anggaran. Dibutuhkan lebih dari Rp. 3 milyar untuk memenuhi peralatan dan pengadaan gedung. Kebutuhan dana tersebut dialokasi pada APBD tahun 2006, DAK dan PAK APBD 2006/ Problem keterbatasan sumber daya manusia yang masih membelit program ini dipecahkan dengan cara memasukkan kebutuhan tenaga medis berkualitas dalam formasi rekrutmen CPNS 2006. Proses replikasi puskesmas perawatan (IDOLA) diteruskan secara bertahap hingga sampai saat ini terdapat 17 puskesmas dengan fasilitas layanan rawat inap di kabupaten Jombang. Dalam dokumen yang diperoleh, latar belakang dibuatnya puskesmas perawatan Idola adalah untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat Jombang. Model puskesmas perawatan yng ingin dikembangkan oleh pemerintah kabupaten ini bisa dipahami melalui singkatan yang disematkan dalam kata akhir puskesmas perawatan ini yakni IDOLA. Sebuah kata yang merujuk pada kepanjangan dari indah, damai, obyektif, lancar dan aman. Sedangkan strategi pelayanan yang ingin dikembangkan oleh tim Dinkes Jombang dirangkum dalam kata SENYUM. Adapun rincian strategi tersebut adalah sebagai berikut: “S” : Sambut pasien dengan senyum dan salam yang hangat ”E” : Eksplorasi dan bantu menemukan masalah kesehatan pasien ”N” : Niat yang tulus untuk menyelesaikan masalah
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
7
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
kesehatan pasien dengan kemampuan terbaik ”Y” : Yakinkan pada pasien bahwa kita akan menangani pasien secara: ”U”: Umum, artinya memperlakukan semua pasien secara adil tanpa membedakan status sosial, suku, agama, maupun politik.
5.
6.
”M”: Mutu, artinya pelayanan kesehatan yang kita berikan adalah sesuai standar profesi dan memuaskan pelanggan. Seringnya Dinkes Jombang membuat akronim didalam program puskesmas ini bukannya tanpa alasan. Menurut dr. Heri Wibowo, Kepala Dinkes Jombang yang duu ikut terlibat dalam membidani program puskesmas Idaman/Idola, akronim dibutuhkan untuk menjadi jembatan bagi siapapun agar mudah mengetahui apa yang ingin disampaikan dalam program ini. Dalam desainnya, Puskesmas Idola mempunyai tujuan khusus yakni : 1. Menyelenggarakan pelayanan rawat inap dengan tenaga kesehatan yang profesional dibidangnya dengan jenis pelayanan yang sesuai dengan harapan pelanggan 2. Menyelenggarakan pelayanan rawat inap dengan pelayanan plus yang dilengkapi dengan dokter spesialis empat besar yaitu bedah, kandungan dan kebidanan, anak dan penyakit dalam. 3. Menyelenggarakan pelayanan rawat inap di sembilan Puskesmas Rawat Inap dengan kapasitas tiga puluh tempat tidur 4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan operatif dengan kemampuan yang setara dengan Rumah Sakit tipe D 5. Melengkapi sistem penunjang pelayanan kesehatan di Puskesmas rawat inap yang setara dengan Rumah Sakit tipe D Puskesmas perawatan dengan visi ”Pasien sembuh dan puas” ini mempunya desain kebijakan sebagai berikut : 1. Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan harus profesional sesuai dengan pendidikannya, unggul dalam prestasi serta sopan dan santun dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. 2. Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi memakai jas dokter pada saat melayani pasien. 3. Obat yang diberikan kepada pasien adalah obat generik berblister 4. Pelanggan diperlakukan secara ramah dan
7.
8.
9. 10.
11.
sopan serta dengan penuh simpati dengan strategi ”SENYUM” dibantu sepenuhnya menyelesaikan masalah kesehatannya Tenaga kesehatan harus cepat dan tanggap dalam merespon keluhan dan keinginan pelanggan Pegawai Puskesmas Rawat Inap mempunyai komitmen, etika dan semangat/motivasi yang tinggi untuk melaksanakan pelayanan prima di Puskesmas Rawai Inap Ruang pelayanan rawat inap ditata rapi dan bersih, dan ber-AC, sehingga memberi kenyamanan pada pasien serta tenaga kesehatan yang melayaninya Kamar mandi dan WC dibuat bersih, tidak berbau dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari Lingkungan Puskesmas dibuat taman untuk mewujudkan suasana asri dan segar Supervisi dilaksanakan setiap tiga bulan sekali dan ditindaklanjuti dengan pertemuan pemecahan masalah di Dinas Kesehatan Survey kepuasan pelanggan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali serta ditindaklanjuti dengan perbaikan pelayanan rawat inap
Penyelenggaraan Puskesmas Idaman dan Idola ini tunduk pada azas-azas penyelenggaraan yang meliputi : 1. Azas pertanggungawaban wilayah, artinya Puskesmas Idaman bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. 2. Azas pemberdayaan masyararakat, artinya Puskesmas Idaman wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya Puskesmas. 3. Azas keterpaduan, artinya penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu baik keterpaduan lintas program aupun lintas sektor. 4. Azas rujukan, artinya untuk menyelesaikan berbagai masalah kesehatan di Puskesmas yang mempunyai kemampuan terbatas, perlu ditopang oleh azas rujukan, baik rujukan upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat. Dua model puskesmas ini dirancang agar bisa optimal memberikan manfaat pada masyarakat dalam aspek (a) layanan kesehatan bermutu dan terjangkau (b) layanan kesehatan sesuai keinginan,
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
8
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
dan (c) warga miskin bisa menikmati pelayanan kesehatan standart. Di samping itu Pemkab Jombang berharap puskesmas ini bisa memberikan peningkatan motivasi, pengetahuan, ketrampilan dan kesejahteraan tenaga kesehatan. Menurut Dinkes Jombang, secara khusus pemerintah kabupaten berkepentingan dengan program ini baik untuk meningkatkan citra dan daya saing puskesmas maupun dalam rangka efektifitas dan
efisiensi pemberian subsidi bagi masyarakat miskin. Pelaksanaan di Lapangan Untuk mempermudah monitoring dan evaluasi, tim Puskesmas IDAMAN telah menetapkan perencanaan implementasi bagi model puskesmas ini. Tim dan seluruh jajaran yang ada di bawah mereka bekerja berdasarkan rencana yang telah ditetapkan
BULAN
KEGIATAN
Juni 2005
Sosialisasi Puskesmas Idaman ke Puskesmas, Lintas Sektor terkait dan Masyarakat
Juli 2005
Pelatihan Pelayanan Prima bagi semua pegawai Puskesmas uji coba pelaksanaan Puskesmas Idaman
Agustus 2005
Survey Harapan Pelanggan Puskesmas ujicoba
September 2005 Oktober 2005
Pengadaan sarana dan prasarana Puskesmas Idaman di Puskesmas ujicoba
Nopember 2005
Supervisi persiapan Puskesmas Idaman di Puskesmas ujicoba oleh Tim Pembina Puskesmas Idaman
Desember 2005
Perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas Idaman di Puskesmas ujicoba berdasar hasil supervisi
Januari 2006
Pelaksanaan Puskesmas Idaman di empat Puskasmas ujicoba, Puskesmas Mojoagung, Bareng, Cukir dan Jelakombo.
Februari 2006
Survey Kepuasan Pelanggan di Puskesmas Idaman
Maret 2006
Lokakarya pemecahan masalah dan peningkatan mutu Puskesmas Idaman berdasar hasil survey kepuasan pelanggan.
April 2006
Supervisi oleh Tim Pembina Puskesmas Idaman
Mei 2006
Survey Kepuasan Pelanggan di Puskesmas Idaman
Juni 2006
Lokakarya pemecahan masalah dan peningkatan mutu Puskesmas Idaman berdasar hasil survey kepuasan pelanggan.
Juli 2006
Supervisi oleh Tim Pembina Puskesmas Idaman
Agustus 2006
Survey Kepuasan Pelanggan di Puskesmas Idaman
September 2006
Lokakarya pemecahan masalah dan peningkatan mutu Puskesmas Idaman berdasar hasil survey kepuasan pelanggan.
Oktober 2006
Supervisi oleh Tim Pembina Puskesmas Idaman
Nopember 2006
Survey Kepuasan Pelanggan di Puskesmas Idaman
Desember 2006
Evaluasi keberhasilan ujicoba pelaksanaan Puskesmas Idaman
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
tentang
9
Puskesmas
di
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Pertengahan tahun 2006 Dinkes melakukan evaluasi dan survey indek kepuasan masyarakat terhadap 3 puskesmas uji coba. Hasil evaluasi menunjukkan terjadi perubahan positif dalam aspek sumber daya manusia maupun lingkungan. Misalnya komitmen untuk melakukan perubahan layanan yang lebih baik sudah terlihat di 3 puskesmas, penambahan tenaga spesialis semakin menumbuhkan konfidensi dan profesionalitas puskesmas, dan layanan terhadap masyarakat menjadi lebih asih dan santun. Perubahan aspek lingkungan ditandai dengan beberapa indikator, misalnya lingkungan puskesmas menjadi lebih tertata dan asri, alur pemeriksaan lebih praktis dan tertata, serta pasien merasa lebih aman karena seluruh pemeriksaan selalu berpedoman SOP.12 Dampaknya, jumlah pasien yang memanfaatkan layanan di 3 puskesmas tersebut menunjukkan peningkatan, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap. Meskipun demikian hasil evaluasi internal ini belum cukup dirasakan oleh pengguna (masyarakat). Ini dibuktikan dengan hasil survey yang melibatkan sekiar 100 pengguna puskesmas. Hasil survey menunjukkan masih banyak aspek yang belum memenuhi standar. Pencapaian hasil pengukuran IKM secara agregat adalah 79,72 %. Hal ini berarti secara umum pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Idaman di Kabupaten Jombang tahun 2006 belum memenuhi harapan pelanggan sebab masih ada 9 indikator yang belum memenuhi harapan yaitu: kesesuaian persyaratan dengan jenis pelayanan (79,73%), kejelasan dan kepastian petugas yang melayani (79,87%), kedisiplinan petugas (75,93%), tanggung jawab petugas (78,33%), kemampuan petugas (79,27%), kecepatan pelayanan (73,53%), ketepatan waktu pelayanan (79,2%), kenyamanan lingkungan (79,13%), dan kebersihan lingkungan (79,73%). Sedang indikator yang sudah sesuai dengan harapan pelanggan ada 6 yaitu: kemudahan prosedur pelayanan (83,07%), keadilan untuk mendapatkan pelayanan (80,47%), kesopanan dan keramahan petugas (81,93%), kewajaran biaya (82,33%), kesesuaian biaya dengan perda (82,53%), serta keamanan lingkungan (81,73%).13 Meskipun uji coba belum menunjukkan hasil yang cukup signifikan namun dinkes tidak patah semangat. Proses perbaikan layanan terus dipacu. 12
Laporan hasil pelaksanaan Kegiatan Puskesmas Idaman Pada Puskesmas Uji Coba, Dinkes Jombang, 2006, tidak dipublikasikan.
13
Laporan Hasil Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Idaman di Kabupaten Jombang Tahun 2006
Di saat bersamaan dinkes menginstruksikan puskesmas lain di kabupaten Jombang segera memulai program Puskesmas Idaman. Puskesmas tersebut yaitu Puskesmas Plumbon Gambang, Japanan, Blimbing Kesamben, Jarak kulon, , Megaluh, Jabon, Jelakombo, Mojowarno, Bandar Kedung Mulyo, Jatiwates, Blimbing Gudo, Wonosalam, dan Puskesmas Plandaan. Sedangkan puskesmas lainnya meliputi puskesmas Tapen, Mayangan, Kesamben, Sumobito, Kesamben Ngoro, Tembelang, Peterongan, Keboan, Perak, Gambiran, Kabuh, Tambakrejo, Dukuhklopo, Ploso dan Puskesmas Pulolor. Ini berarti seluruh puskesmas di kabupaten Jombang telah masuk dalam program Idaman pada tahun 2006. Upaya implementasi ini tidaklah berjalan dengan mulus. Salah satu hambatan yang ditemui adalah terkait kedisiplinan dalam melayani. Misalnya, meski prosedurnya menyatakan kantor layanan publik termasuk puskesmas harus buka pada jam 7 namun hal tersebut belum bisa segera dilaksanakan terutama bagi dokter puskesmas. Problem ini disebabkan dokter-dokter tersebut masih membuka praktek di rumahnya masing-masing sehingga baru bisa datang ke puskesmas pada pukul 8.30 bahkan ada yang datang lebih dari jam itu. Prilaku seperti ini disamping merugikan warga juga berdampak pada staf lainnya. Dokter merupakan jangkar puskesmas dan sosok yang menjadi panutan. Sehingga jika dokter tidak bisa disiplin maka bisa dipastikan prilaku staf di bawahnya akan terpengaruhi. Negoisasi antara pengambil kebijakan di level Dinas Kesehatan dengan dokter dilakukan hingga memunculkan kesepakatan; loket layanan tetap buka pada jam 7 sedangkan dokter paling lambat harus mulai melakukan pelayanan pada pukul 08.00. Harus diakui meski sudah ada konsensus seperti ini namun implementasinya masih saja tersendat. “ Kultur birokrasi sudah mengerak seperti itu,mas. Kami harus sabar”14. Menarik mengetahui apa yang dilakukan oleh dr. Heri Wibowo dan beberapa kepala puskesmas yang punya komitmen tinggi terhadap program dalam menyikapi kultur seperti ini. Bagi dr. Heri memberikan contoh baik (teladan) merupakan resep jitu untuk melawan kultur lamban seperti ini. “ Tidak jarang saya menjaga loket layanan jika petugas telat datang. Ini memang saya sengaja. Besoknya mereka tidak berani lagi telat datang”, Tantangan lain yang muncul di awal program ini adalah sangat minimnya respon dokter spesialis 14
Wawancara dengan dr. Heri Wibowo 14 Juni 2012, 14.00, via telpon.
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
10
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Perkembangan Jumlah Kunjungan ke Puskesmas 1.000.000 800.000
758.775
600.000
750.016
816.761
829.275
2006
2007
498.584
400.000 200.000 2003
2004
2005
Sumber : Dinas Kabupaten Jombang
yang mau ditempatkan di puskesmas. Bahkan bupati sendiri yang sampai harus melakukan negoisasi dengan para dokter spesialis agar mau mendukung program ini sebagaimana yang disampaikan dalam wawancara dengan Majalah Berita Mingguan Tempo
IV. DAMPAK SUBSTANTIF Kesehatan merupakan faktor penting pembangunan manusia dan menjadi dasar bagi pembangunan bidang lainnya. Manusia yang sehat merupakan prasyarat untuk mewujudkan people centered development. Penanganan masalah kesehatan tidak dapat dilakukan secara sekaligus mengingat keterbatasan yang ada; baik menyangkut pendanaan maupun aspek sumberdaya lain yang tersedia. Dengan kondisi seperti itu, maka prioritas program dan kegiatan perlu dilakukan. Selain itu, penanganan masalah kesehatan bukan hanya tanggung jawab dari instansti sektor kesehatan saja namun merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Apalagi upaya peningkatan kesehatan bukan semata membangun fasilitas kesehatan, namun perlu diiringi dengan kualitas pelayanan kesehatan yang baik. Secara umum pelaksanaan seluruh kebijakan kesehatan di kabupaten Jombang bertumpu pada keberadaan puskesmas. Keberadaan 34 puskesmas dan puluhan puskesmas pembantu yang ada menjadi ujung tombak meningkatkan status derajat kesehatan kabupaten tiap tahun. Ke 34 puskesmas tersebut semuanya merupakan puskesmas IDAMAN dan 17 diantaranya merupakan puskesmas perawatan (IDOLA).
a. Dampak langsung terhadap kelompok sasaran. Untuk menilai tingkat akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten bisa dilihat dari animo masyarakat berobat ke Puskesmas yang ada. Pada tahun 2009 total kunjungan rawat jalan dan rawat inap di 34 puskesmas di Kabupaten Jombang adalah 953.849 dengan rincian rawat jalan sebesar 922.175 dan rawat inap sebesar 31.674. Jumlah kunjungan ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2008 yang sebesar 864.535. Sedangkan angka kunjungan pada tahun 2007 sebesar 829. 275. Angka terakhir ini menunjukkan peningkatan sebesar 9,29% jika dibandingkan dengan angka pada tahun 2003 dimana total kunjungan masyarakat ke puskesmas dalam setahun sebanyak 758.775. Pada tahun 2010, terdapat 1.026.312 pengguna puskesmas, dengan rincian rawat jalan sebesar 994.031 dan rawat inap sebesar 32.281. Jumlah kunjungan ini meningkat dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 953.849. Kenaikan ini menggambarkan bahwa reformasi layanan puskesmas ikut memberikan dampak terhadap pilihan masyarakat dalam menggunakan institusi layanan kesehatan dasar.15 b. Dampak bagi penguatan kelembagaan/institusi. 1. Pola dan mekanisme kelembagaan di level puskesmas menjadi lebih tertata. Puskesmas dengan status IDAMAN telah menjadi BLU (badan layanan umum). Perubahan status ini
15
Laporan Akhir Indek Pembangunan Manusia Kab. Jombang 2010
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
11
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
semakin memotivasi puskesmas – puskesmas tersebut dalam melakukan perbaikan layanan. 2. Penataan kelembagaan puskesmas yang berorientasi pada layanan masyarakat terus dipertajam, salah satunya dengan melakukan sertifikasi ISO. Puskesmas Mojoagung merupakan PK pertama yang mempelopori 9001 penerapan standar layanan ini. Hingga saat puskesmas di Kecamatan Mojoagung, Cukir, Pulorejo, Peterongan, Tapen, dan kecamatan Bandar Kedungmulyo telah resmi tersertifikasi ISO. Sedangkan Puskesmas Perak masih dalam proses.
3. Semakin banyaknya tenaga medis yang ditempatkan di puskesmas. Pada tahun 2008 total tenaga kesehatan yang meliputi medis, perawat dan bidan, farmasi, gizi, teknisi medis, sanitasi, kesehatan masyarakat di kabupaten Jombang berjumlah 743 orang, Angka ini naik menjadi 1.033 orang pada tahun 2009, Sedangkan untuk tenaga medis yang meliputi dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi mencapai 94 orang naik menjadi 99 orang pada tahun 2009.
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
12
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
13
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
14
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
c.
Dampak terhadap lingkungan sosial masyarakat secara umum.
4. Meningkatnya jumlah puskesmas perawatan (IDOLA) dari tahun ke tahun.
Jika angka harapan hidup digunakan sebagai salah satu indikator untuk menilai situasi kesehatan di suatu tempat maka gambaran yang terjadi di kabupaten Jombang menunjukkan hal sebagai berikut.
Sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 komitmen pemerintah kabupaten Jombang dalam meningkatkan kualitas layanan puskesmas terus dilakukan. Salah satunya dalam bentuk menciptakan akses terhadap layanan perawatan (rawat inap) melalui puskesmas. Perkembangan puskesmas perawatan di Kabupaten Jombang dapat dilihat sebagaimana berikut.
Tabel 5.3. Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Jombang Angka Harapan Hidup No.
Kecamatan 2010
2011
1
Jombang
72,38
72,42
2
Gudo
72,28
72,32
3
Peterongan
71,47
71,53
4
Jogoroto
70,88
70,92
5
Sumobito
67,87
67,94
6
Perak
68,01
68,05
7
Kesamben
70,10
70,17
8
Mojowarno
69,03
69,10
9
Diwek
67,62
67,66
10
Ngoro
70,46
70,49
11
Plandaan
70,43
70,47
12
Bandar
70,47
70,57
13
Mojoagung
71,31
71,35
V. Institusionalisasi dan Tantangan
14
Tembelang
66,94
66,97
15
Bareng
66,08
66,13
16
Kudu
66,60
69,67
17
Ngusikan
67,07
67,08
18
Ploso
69,39
69,42
19
Megaluh
65,70
65,78
20
Wonosalam
62,19
62,21
21
Kabuh
65,27
65,35
KABUPATEN
71,18
71,29
Program Puskesmas IDAMAN dan IDOLA merupakan perwujudan dari komitmen pemerintah Kabupaten Jombang dalam rangka menyediakan layanan kesehatan berkualitas dan terjangkau. Komitmen ini sesungguhnya merupakan wujud dari implementasi dari rencana program jangka menengah daerah (RPJMD) Jombang sebagaimana termaktub dalam Peraturan Bupati Nomor 19 Tahun 2008. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa keberhasilan program ini tidak lepas dari kuatnya komitmen pelaksana program, baik di Dinkes Jombang maupun di puskesmas. Komitmen ini seringkali dihadapkan dengan berbagai tantangan di lapangan. Contoh yang paling konkrit adalah bagaimana merubah kultur lamban dalam melayani masyarakat menjadi sebuah etos kerja baru sesuai dengan prinsip-prinsip pelayanan dan harapan yang telah ditetapkan dan terbakukan menjadi sebuah sistem (terinstitusionalisasi).
Sumber: Indek Pembangunan Jombang tahun 2011
Manusia
Kabupaten
Angka di atas menunjukkan angka harapan hidup di tiap kecamatan yang ada. Hampir setiap kecamatan mengalami peningkatan indek angka harapan hidup. Kecamatan Jombang meraih angka harapan hidup tertinggi sedangkan kecamatan Wonosalam mendapat angka terendah dengan nilai 62,21. Perolehan dua kecamatan ini juga sekaligus menunjukkan disparitas yang cukup lebar antara Jombang dan Wonosalam.
Pada tahun 2006 jumlah puskesmas perawatan berjumlah 10. Angka ini mengalami kenaikan jika dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 jumlah puskesmas perawatan menjadi 17 setelah pada tahun sebelumnya berjumlah 13 puskesmas.
Dalam hal ini institusionalisasi bisa merujuk pada dua aras. Pertama, di internal program puskesmas Idaman dan Idola itu sendiri. Setiap pelaksana layanan tidak bisa dan tidak boleh lagi melayani warga dengan berdasar pada spontanitas, keinginan, eksperimental maupun kondisi kerja yang asal-asalan. Semua layanan kepada masyarakat
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
15
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
harus dibakukan, dipolakan dan dapat diramalkan. Untuk menjamin hal ini puskesmas dan dinas kesehatan telah menyusun berbagai macam prosedur tetap (protap) seperti prosedur penerimaan pasien rawat jalan/rawat inap, pencatatan rekam medis, pengaduan layananan, dan lain-lain. Protap terkait monitoring, pengendalian dan evaluasi juga disusun untuk melihat sejauh mana realisasi rencana dan harapan. Secara garis besar terdapat 2 SOP (standart operational procedure) yakni SOP terkait upaya kesehatan perorangan (UKP) dan SOP upaya kesehatan masyarakat (UKM). Kedua SOP ini sudah tertuang dalam ISO dengan keputusan Kepala Dins Kesehatan. Sebagai catatan, 9 puskesmas sudah mengantongi sertifikasi ISO 9001:2000 dan 17 puskesmas telah mengimplementasikan ISO tersebut untuk menyongsong sertifikasi pada tahun 2013. Disamping SOP tersebut, puskesmas juga telah berpedoman kepada standar pelayan publik (SPP) yang dikeluarkan oleh DInas Kesehatan Jombang. Kedua, institusionalisasi dalam hal pembuatan regulasi lokal untuk menjamin keberlangsungan program puskesmas Idaman dan Idola. Sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Jombang belum memandang perlu membuat regulasi khusus dalam bentuk perda maupun peraturan bupati terkait program ini. Yang terpenting bagi Pemkab Jombang program ini bisa berjalan terlebih dahulu. Ketiadaan proteksi regulasi ini sekaligus menjadi tantangan ke depan untuk segera dipikirkan oleh pemerintah kabupaten. Tantangan ke depan 1. Meski pemkab Jombang memandang belum perlu membuat proteksi melalui regulasi lokal setingkat peraturan daerah maupun peraturan bupati namun ketiadaan ini tetap memunculkan celah resiko dihentikannya program ini. Belum adanya payung hukum juga sekaligus menimbulkan kerentanan pengalokasian dana publik (APBD) tiap tahunnya. Hingga saat ini belum pernah terpublikasi tarik ulur maupun polemik terkait program puskesmas utamanya dalam hal politik pengaanggarannya. Hal ini mungkin bisa dipahami oleh karena kuatnya pengaruh Bupati Jombang dalam menjaga kondusifitas tensi politik lokal antara DPRD dan Pemkab Jombang. Nasib program puskesmas bisa berubah jika faktor tersebut hilang dan payung hukum perlindungan belum dibuat. 2. Dengan total APBD yang terus meningkat mencapai lebih dari Rp. 1 trilyun sebaiknya pemerintah kabupaten perlu membuat desain
dan skema besar untuk bisa membebaskan biaya kesehatan di tingkat pelayanan dasar (puskesmas) bagi seluruh warga. Sebagai catatan, retribusi puskesmas sebelum tahun 2010 masih Rp. 4.000. setelah keluarnya Peraturan Daerah Kab. Jombang Nomor 22 Tahun 2010 tentang Retribusi Layanan Puskesmas tarif naik menjadi Rp. 5.000. 3. Dengan telah disahkannya Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UndangUndang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, puskesmas yang telah akan menghadapi tantangan utamanya pada aspek kriteria kelayakan puskesmas yang nantinya bisa memberikan layanan dasar tingkat I. Aspek lain yang juga membutuhkan penyesuaian antara lain terkait produk jasa layanan, keuangan/anggaran, proses produk jasa layanan, sarana dan prasarana termasuk SDM. 4. Perlunya peningkatan kinerja dan penataan ulang di internal dinas kesehatan dan puskesmas jika dikaitkan dengan indek kepuasan masyarakat dan pencapaian standart pelayanan minimal yang harus dicapai. Peningkatan dan penataan ulang ini penting tidak hanya untuk menghadapi perubahan eksternal terkait BPJS tetapi juga masalah lain yang mempunyai pengaruh terhadap kesehatan seperti pengaturan institusi layanan kesehatan swasta, banyaknya lulusan SDM kesehatan yang belum tertampung serta akses pembiayaan masyarakat miskin yang belum optimal. VI. Lesson Learned dan Catatan Kritis Dari pengamatan penulis, terdapat beberapa pembelajaran yang bisa diambil dalam inisiasi yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Jombang terkait program kesehatan ini.
1. Gagasan awal yang terkelola dengan baik Dr. Heri (salah satu penggagas Puskesmas IDOLA/IDAMAN) tidak pernah menyangka keresahannya atas kondisi kumuh dan tanggapan miring warga terhadap fungsi puskesmas ditanggapi serius oleh pemerintah kabupaten. Sambutan ini tidak lepas dari adanya beberapa dokter/kepala puskesmas yang juga mengalami keresahan yang sama dan punya komitmen kuat mendorong puskesmas agar mampu berfungsi lebih baik. “Kami merasa gagasan yang kami bicarakan di mobil perlu untuk ditindaklanjuti dengan langkah konkrit”.
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
16
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
2. Diperlukan kebijakan
good
will
dari
pengambil
4. Alotnya negoisasi dan keteladan pimpinan puskesmas
Gagasan dan aspirasi dari bawah (staff) seringkali melimpah ruah. Tidak semua gagasan mendapat sambutan maupun respon positif baik dari pimpinan maupun koleganya. Hal ini terkadang juga berdampak terhadap antusiasme staff dalam menyuarakan dan mengelaborasi gagasannya. Dalam dunia birokrasi aturan dan regulasi adalah hal tersendiri, begitu juga dengan niat baik. Dalam konteks perbaikan kualitas layanan publik kesehatan di Jombang, tidak ada perintah (dengan disertai sanksi) yang mewajibkan pemerintah kabupaten untuk melaksanakan reformasi birokrasi pelayanan. Pemkab Jombang telah menunjukkan adanya good will (niat baik) sebagai penyelenggara pemerintahan dan pelayan masyarakat. Komitmen tersebut diwujudkan melalui dukungan terhadap gagasan puskesmas Idola/Idaman.
Siapapun bisa membuat regulasi maupun SOP namun apakah aturan tersebut dipatuhi dan dilaksanakan merupakan hal lain. Memastikan tiap orang/staff di puskesmas agar tunduk terhadap aturan baru puskesmas Idaman/Idola adalah pekerjaan berat tersendiri dan oleh karena membutuhkan kesabaran serta kecerdikan seorang pimpinan. Pemahaman atas kultur birokrasi di lingkungan penyedia kesehatan mutlak harus dipahami. Menetapkan dokter di puskesmas agar bisa melakukan layanan tepat pada pukul 7 pagi sesuai SOP bukanlah pekerjaan mudah. Telah menjadi rahasia umum bahwa di pagi hari hingga pukul 9 merupakan “jam praktek” dokter yang berstatus PNS baik di lingkungan puskesmas maupun RSUD. Negoisasi pun dilakukan. Tidak cukup dengan negoisasi, faktor krusial lain yang sangat berpengaruh terhadap percepatan perbaikan kultur birokrasi di puskesmas adalah keteladanan seorang pemimpin (leadership). Beberapa kepala puskesmas yang datang lebih awal dan tanpa canggung menjaga loket layanan tempat pasien mendaftar karena penjaga loketnya belum datang memberikan dampak negative bagi staf lainnya. Memimpin dengan hati dan empati adalah motto dari beberapa kepala puskesmas seperti dr. Heri (Puskesmas Mojoagung) dan dr. Gigih (Puskesmas Bareng),
3. Dukungan parlemen dan anggaran publik menjadi keharusan Seperti diketahui berbagai kebijakan akan menerpa ruang hampa jika tidak direalisasikan. Dalam dialetika proses pengambilan keputusan di wilayah lokal, “restu” parlemen menjadi kunci utama. Mereka ibarat pemegang kunci brankas tempat dimana dana publik tersimpan. Parlemen cukup antusias atas upaya serius pemkab dalam memperbaiki ujung tombak layanan kesehatan bagi warga pedesaan. Meningkatnya sarana layanan kesehatan akan berdampak terhadap kualitas kesehatan warga. Itu artinya setiap anggota DPRD bisa mengklaim keberhasilan tersebut dalam kampanye di pemilu mendatang. Dalam periode penganggaran tahun 2006, program Puskesmas Idaman/Idola (awal) mendapatkan suntikan dana lebih dari Rp.4 milyar untuk perbaikan bangunan dan dukungan peralatan medis. Pada tahun 2010, APBD Jombang telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 500.000.000 untuk pembangunan ruang rawat inap Puskesmas Keboan. Pada APBD tahun 2011 juga dialokasikan dana sebesar Rp. 575.000.000 untuk rehabilitasi Puskesmas Peterongan dan Gambiran, serta untuk pembangunan poliklinik Puskesmas Plumbon Gambang sebesar Rp. 130.000.000. Pada tahun yang sama, APBD kabupaten juga memberikan dukungan dana untuk kalibrasi alat laboratorium senilai Rp. 9.500.000. Sebagian perbaikan dan pemenuhan kelengkapan puskesmas menggunakan dana operasional masing-masing puskesmas.
5. Konsistensi terhadap kebijakan yang telah ditetapkan dan dianggap baik meski belum menunjukkan hasil maksimal Upaya implementasi program Puskesmas Idaman giat terjadi pada tahun 2006. Tahun tersebut merupakan periode krusial masa depan program ini karena akan menunjukkan seberapa jauh komitmen perbaikan itu tetap terjaga. Seringkali ekspektasi tinggi atas keberhasilan sebuah program dalam waktu dekat tidak disandarkan oleh kegigihan dan semangat pantang menyerah jika realitas menunjukkan sebaliknya. Survey indek kepuasan masyarakat terhadap layanan puskesmas menghasilkan data yang kurang lebih tidak begitu menggembirakan. Masih banyak sekali aspek layanan yang belum melampaui standar yang telah ditentukan. Pelaksana program puskesmas tidak patah semangat. Mereka membaca hasil survey secara positif. Mereka meyakini perbaikan harus terus dilakukan. Tidak ada ruang untuk menjadikan hasil survey tersebut sebagai alasan untuk menghentikan program ini. Semua puskesmas pelaksana program ini terus dipacu untuk memperbaiki kualitas layanannya. Dinkes dan para kepala puskesmas berharap konsistensi terhadap
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
17
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
kebijakan yang telah ditetapkan akan menghasilkan dampak yang optimal. 6. Memelihara momentum Semangat yang menggelora di internal pelaksana program dari atas hingga bawah memunculkan konfidensi tersendiri bagi tim. Semangat reformasi pelayanan kesehatan ini sekaligus dimanfaatkan untuk mengaplikasikan konsep puskesmas Idola (perawatan) di 9 puskesmas. “ Energi kami berlebih, mas. Momentumnya juga tepat karena kami mengerjakan sesuatu di wilayah yang sama. Kenapa tidak sekalian saja mengimplemeatasikan program Idola?”.16
Dari perjalanan program ini sampai tahun 2012 terdapat beberapa catatan kritis antara lain: 1. Program Puskesmas Idaman – Idola sesungguhnya merupakan “proyek tidak sengaja”, berawal dari obrolan beberapa kepala puskesmas dan pejabat Dinas Kesehatan saat berada dalam sebuah mobil. Inisiatif ini bermula dari komitmen individual yang ingin menempatkan puskesmas sebagai jangkar layanan masyarakat dengan kualitas yang prima dan mumpuni. Gagasan ini kemudian disambut positif kepala daerah. 2. Dari berbagai upaya mendekatkan pelayanan kesehatan ke warga, faktor rendahnya etos kerja birokrasi menjadi salah satu faktor pelik yang menggoda untuk terus dicarikan terobosannya. 3. Minimnya pengawasan dari warga dan pengguna layanan akan semakin menjadikan program ini menjadi tidak terkontrol dan berujung pada keroposnya substansi layanan ini. Meski survey indek kepuasan masyarakat terus dilakukan tiap tahun namun hasil survey ini masih kurang dipublikasikan. Minimnya publikasi dan transparansi hasil survey maupun pengaduan disertai ketidakcukupan informasi warga terkait follow up-nya akan semakin memperberat langkah Dinas Kesehatan didalam memperbaiki kualitas layanan puskesmas. 4. Perlunya segera melakukan formalisasi gagasan ini melalui produk hukum di tingkat daerah (perda) sebagai komitmen menjaga kepositifan program ini. Upaya formalisasi hal ini sesungguhnya bisa dinaikkan ruang lingkupnya, misalnya dengan membuat perda yang menjamin tersedianya layanan publik kesehatan yang murah dan berkualitas bagi semua warga –terutama masyarakat miskin. 16
Wawancara dengan dr. Heri Wibowo, ibid.
VII. Peluang Replikasi Setiap kepala daerah yang terpilih dalam pemilukada selalu dituntut untuk menepati janji politiknya semasa kampanye. Keseluruhan janji tersebut tercermin dan dimanifestasikan kedalam rencana stretegis daerah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah maupun program pembangunan tahunan. Pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan dan kesehatan yang layak dan murah bagi rakyat merupakan kewajiban dasar untuk dipenuhi. Begitu juga dengan berbagai kebutuhan dasar lainnya seperti yang termaktub dalam konstitusi dan berbagai undangundang. Penyediaan layanan kesehatan yang murah dan berkualitas dengan inovasi dan terobosan unik seperti yang dilakukan oleh Pemkab Jombang, disamping akan sangat bermanfaat bagi peningkatan derajat kesehatan warga, juga akan mengatrol citra kabupaten dan kepala daerahnya. Dalam perspektif penguatan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih, kebijakan seperti ini juga akan memperkuat posis kabupaten sebagai basis rujukan replikasi oleh wilayah lain. Hal ini juga sekaligus akan mempengaruhi persepsi pusat dan daerah terkait implementasi otonomi daerah. Jika diambil secara positif, beberapa alasan diatas setidaknya bisa dimaknai sebagai upaya memotivasi daerah lain untuk membuat terobosan dalam rangka mengemban amanat penyejahteraan warga. Contoh baik yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Jombang di sektor layanan kesehatan yang murah dan berkualitas dengan memanfaatkan keberadaan puskesmas sangat berpeluang direplikasi di kabupaten/kota lainnya. Peluang ini setidaknya bergantung pada prasyarat sebagai berikut. Pertama komitmen (good will) pemerintah kabupaten terutama dalam mengakomodasi gagasan dari staf di bawahnya. Kedua, penyediaan atmosfir politik lokal kaitannya dengan dukungan politik dari DPRD. Ketiga legitimasi bupati/walikota terhadap kendali penuh atas birokrasi di bawahnya. Keempat kontrol publik (masyarakat sipil) terhadap mendesaknya ketersediaan layanan kesehatan murah dan layak bagi warga melalui monitoring dan evaluasi kebijakan. Kelima, tersedianya perangkat (tools) yang transparan dan memenuhi akuntabilitas publik. Secara umum Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang sebagai leading sector program ini telah membuat berbagai instrument terkait program Puskesmas IDAMAN dan IDOLA, misalnya konsep
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
18
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Puskesmas IDAMAN dan IDOLA, rekam jejak profil puskesmas sebelum dan saat konsep tersebut dijalankan, dukungan produk hukum, instrument dan hasil penilaian indek kepuasaan masyarakan per tahun, tenaga trainer, company profile maupun standart operational procedure (SOP).
Referensi 1. Produk Domestik Bruto Kabupaten Jombang 2000 – 2010, Badan Pusat Statistik Jombang, 2011. 2. Produk Domestik Bruto Kabupaten Jombang 2009, Badan Pusat Statistik Jombang, 2010. 3. Laporan Akhir Penyusuna Indek Pembangunan Manusia Kabupaten Jombang Tahun 2011, BAPPEDA Jombang, 2011. 4. Laporan Akhir Penyusuna Indek Pembangunan Manusia Kabupaten Jombang Tahun 2010, BAPPEDA Jombang, 2010. 5. Kabupaten Jombang Dalam Angka 2010, Badan Pusat Statistik Jombang, 2010. 6. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Jombang 2005 – 2025 7. Profil Kabupaten Jombang 2009, Pemerintah Kabupaten Jombang, 2009. 8. Sejarah Singkat Kabupaten Jombang, http://jombangkab.go.id 9. Peraturan Bupati Jombang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Jombang Tahun 2009 - 20013 10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standart Pelayanan Minimal 11. Kecamatan Dalam Angka 2010, Badan Pusat Statistik Jombang, 2010. 12. Laporan hasil survey indek kepuasan masyarakat Jombang 2006, Dinas Kesehatan Jombang. 13. Laporan hasil survey indek kepuasan
14.
15.
16.
17.
18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
masyarakat Jombang 2007, Dinas Kesehatan Jombang. Laporan hasil survey indek kepuasan masyarakat Jombang 2008, Dinas Kesehatan Jombang. Laporan hasil survey indek kepuasan masyarakat Jombang 2009, Dinas Kesehatan Jombang. Laporan hasil survey indek kepuasan masyarakat Jombang 2010, Dinas Kesehatan Jombang. Laporan hasil survey indek kepuasan masyarakat Jombang 2011, Dinas Kesehatan Jombang. Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2005 Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2006 Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2007 Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2008 Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2009 Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2010 Profil Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun 2011
Narasumber 1. Mohammad Hasyim, Direktur Lakpesdam NU Jombang (wawancara jam 9.30 tanggal 1 Juni 2012) 2. Agus Riadi, kepala Bappeda Jombang .(Wawancara 25 Juni 2012 jam 13.00) 3. Dr. Mas Imam Ali Affandi, Kasi Yankes Dinkes Jombang ( Wawancara 26 Juni, 10.00) 4. Dr. Heri Wibowo (Kepala Dinas Kesehatan) dan dr. Iskandar Dzulkarnain ( wawancara 27 Juni 2012, jam 11.00)
Program Puskesmas IDAMAN dan Puskesmas IDOLA
19
http://igi.fisipol.ugm.ac.id