DATABASE GOOD PRACTICE Initiatives for Governance Innovation merupakan wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya mewujudkan tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP UNAIR, DAN FISIP UNHAS.
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kota Surakarta Sektor
Kesehatan
Sub-sektor
ASI Eksklusif
Provinsi
Jawa Tengah
Kota/Kabupaten
Surakarta
Sekretriat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur Yogyakarta 55281 email:
[email protected]
Institusi Pelaksana
Dinas Kesehatan
Kategori Institusi
Pemerintah Kota
igi.fisipol.ugm.ac.id
Kontak
Penghargaan
Agus Subagyo Kepala Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Surakarta telp: 08112630054, email:
[email protected]; Purwanti Kepala Bidang Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Surakarta telp: 08122987450 email:
[email protected]
Mitra
Yayasan KAKAK, Jl. Flamboyan Dalam No. 1, Purwosari, Surakarta Mercy Corps Indonesia, Graha STK F Floor Suite F01, Jln. Taman Margasatwa No. 3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12550
Peneliti
Nining Sholikhah Institusi: Griya Menyusui KAKAK dan Pusat Studi Anak (PSA) BocahPintar email:
[email protected]
Mengapa program/kebijakan tersebut muncul? Pada tahun 2007 hingga tahun 2009 cakupan ASI Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kota Surakarta masih rendah, meskipun berbagai upaya telah dilakukan. Data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta tahun 2009 menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif adalah 30,6%. Angka ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan target nasional, yaitu 80%. Pada tahun 2009 data tentang praktek IMD di Kota Surakarta belum terpantau. Pemerintah Kabupaten Bantul, telah melaksanakan Program Kelompok Pendukung (KP) Ibu atas dukungan dari Mercy Corps. Hasil penelitian di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul, yang merupakan percontohan pertama kali diterapkan KP-Ibu, mampu mendorong peningkatan cakupan ASI Eksklusif sebanyak 8% dalam 1 tahun. Peningkatan cakupan ASI Eksklusif juga secara signifikan meningkat di Kabupaten Bantul yaitu dari kisaran 30% pada 2009 menjadi 50% pada akhir tahun 2010. Karena telah terbukti efektif bisa meningkatkan cakupan ASI Eksklusif, maka Pemerintah Kota Surakarta melalui Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta memutuskan untuk melakukan replikasi program Kelompok Pendukung (KP) Ibu Menyusui di Kota Surakarta Apa tujuan program/kebijakan tersebut? Tujuan dari replikasi program ini adalah untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif, serta meningkatkan pelaksanaan IMD di Kota Surakarta. Bagaimana gagasan tersebut bekerja? Replikasi program KP Ibu di Kota Surakarta oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta, dimulai pada tahun 2010. Pada tahun 2010, pemerintah mengagendakan merintis 34 KP Ibu menyusui di 17 kelurahan dari 17 wilayah puskesmas. Tahap awal replikasi ini (tahun 2010), DKK Kota Surakarta memperoleh dukungan dari Mercy Corps dan Yayasan KAKAK. Dukungan dari Mercy Corps berbentuk fasilitas dalam Pelatihan Pembina KP Ibu dan pelatihan motivator. Sedangkan dukungan dari Yayasan KAKAK berbentuk dukungan tim, dimana staf Yayasan KAKAK yang juga Pembina KP Ibu berpartisipasi aktif dalam pengembangan KP Ibu di Surakarta. Selebihnya, adalah upaya mandiri dari DKK Kota Surakarta. Pada tahun 2010, DKK menggunakan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk melaksanakan kegiatan : (1) Sosialisasi KP-Ibu tk Kelurahan, (2) Seleksi motivator, (3) Pelatihan motivator, (4) Operasional KP-Ibu dan (5) Mentoring motivator. Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat? Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta, Yayasan KAKAK dan Mercy Corps Indonesia. Pihak-pihak utama yang terlibat adalah: Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta, Puskesmas, PKK, Pemerintah Kelurahan, Masyarakat.
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kota Surakarta
2
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Apa perubahan utama yang dihasilkan? Perubahan utama yang dihasilkan adalah bahwa hak anak untuk memperoleh ASI bisa dilakukan, selain itu para orangtua khususny para ibu merasa beruntung memperoleh teman bisa berbagi serta memperoleh banyak informasi mengenai ASI dan bagaimana menyusui yang baik dan benar. Tujuan untuk meningkatkan capaian ASI Eksklusif dan praktek IMD dapat dicapai. Pada tahun 2011, cakupan ASI Eksklusif Kota Surakarta adalah 40%. Data ini mengalami peningkatan 9,4% dari tahun 2009. Selain itu, dampak yang lain yang dirasakan adalah meningkatnya jumlah KP Ibu Menyusui di Kota Surakarta. Saat ini sudah ada 67 KP Ibu, dan ada sekitar 60 KP Ibu yang aktif berjalan. Jumlah KP Ibu ini juga mengalami peningkatan, dari 4 KP Ibu di tahun 2009, menjadi 34 KP Ibu di tahun 2010 dan pada tahun 2011 hingga sekarang jumlah total KP Ibu di Surakarta adalah 67 KP Ibu. Capaian lain yang diraih adalah meningkatnya kepedulian dan partisipasi masyarakat untuk pemberian ASI. Dampak positif selanjutnya adalah adanya penguatan terhadap institusi yang ada di Kota Surakarta, yaitu meningkatnya kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Adanya tantangan yang dihadapi, membuat Dinas Kesehatan Kota Surakarta diharuskan semakin inovatif dalam mengembangkan strategi. Program KP Ibu tidak saja meningkatkan kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta, namun terjadi pada beberapa lembaga pemerintahan dan organisasi masyarakat seperti puskesmas, PKK tingkat kelurahan dan pemerintah kelurahan. Siapa yang paling memperoleh manfaat? Para ibu dan anak-anak baru lahir
Deskripsi Ringkas Program Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) merupakan program yang efektif untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kota Surakarta. Pada tahun 2007 hingga tahun 2009 cakupan ASI Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kota Surakarta masih rendah, meskipun berbagai upaya telah dilakukan. Upaya yang telah dilakukan antaralain penyuluhan, penyebaran leaflet, poster dan mendorong Rumah Sakit untuk menerapkan 10 langkah sukses menyusui. Namun demikian, cakupan ASI Eksklusif masih rendah. Data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta tahun 2009 menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif adalah 30,6%. Angka ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan target nasional, yaitu 80%. Pada tahun 2009 data tentang praktek IMD di Kota Surakarta belum terpantau. Karena keprihatinan akan situasi diatas, Pemerintah Kota Surakarta melakukan replikasi dari program yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul. Program yang direplikasi adalah Program
Kelompok Pendukung (KP) Ibu Menyusui . Pemerintah Kabupaten Bantul telah melaksanakan Program Kelompok Pendukung (KP) Ibu atas dukungan dari Mercy Corps. Hasil penelitian di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul, yang merupakan percontohan pertama kali diterapkan KP-Ibu, mampu mendorong peningkatan cakupan ASI Eksklusif sebanyak 8% dalam 1 tahun. Peningkatan cakupan ASI Eksklusif juga secara signifikan meningkat di Kabupaten Bantul yaitu dari kisaran 30% pada 2009 menjadi 50% pada akhir tahun 2010. Karena telah terbukti efektif bisa meningkatkan cakupan ASI Eksklusif, serta karena Pemerintah Kota Surakarta sedang mencari cara yang efektif untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif, maka Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta menyambut baik dan sangat terbuka menerima masukan untuk replikasi program. Selanjutnya dilakukan pertemuan untuk membahas tindak lanjut pengembangan dan merumuskan bagaimana
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kota Surakarta
3
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
strateginya. Di tahap awal, (tahun 2010) Dinas Kesehatan Kota Surakarta mengembangkan 34 KP Ibu di 17 kelurahan. Dari hasil evaluasi, cukup banyak pembelajaran dan tantangan. Untuk itulah Dinas Kesehatan mencari terobosan dan inovasi strategi, antaralain: (1) Memasukkan bahwa program KP Ibu ini menjadi agenda unggulan Kota Surakarta, (2) Mengintegrasikan Program KP Ibu dengan program lain yang saling mendukung, (3) Mengembangkan forum multistakeholders untuk keberlanjutan program (4) Membangun kemandirian dana. Terobosan dan inovasi tersebut membuahkan hasil. Saat ini, beberapa progres yang diraih antaralain : (1) Meningkatnya jumlah KP Ibu di Kota Surakarta, dari 4 KP Ibu (dikembangkan Yayasan KAKAK dan Mercy Corps) menjadi 34 KP Ibu (tahun 2010 oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta) dan saat ini (2011 – 2012) ada 67 KP Ibu, (2) Meningkatnya cakupan ASI Eksklusif di Kota Surakarta. Pada tahun 2011, cakupan ASI Eksklusif Kota Surakarta adalah 40%. Data ini mengalami peningkatan 9,4% dari tahun 2009. Peningkatan cakupan ASI Eksklusif yang signifikan, bisa dilihat dalam laporan KP Ibu. (3) Meningkatnya pihak yang berperan dalam KP Ibu. Pihak yang kini berperan dalam KP Ibu
adalah Baparmas, PKK, Puskesmas, Bapeda, Pemerintah Kelurahan dan individu. Sedangkan pada awal program, pengembangan KP Ibu hanya didukung oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta, Yayasan KAKAK dan Mercy Corps. (4) Adanya kemandirian dana. Kemandirian dana ini adalah, upaya agar kegiatan KP Ibu bisa memperoleh alokasi dana/dukungan dari berbagai sumber. Kini program KP Ibu menjadi salahsatu program unggulan dibidang Kesehatan Ibu dan Anak. Pihak yang paling memperoleh manfaat dari program ini adalah penerima manfaat langsung, yaitu anak-anak baru lahir dan para ibu. Sedangkan penerima manfaat tidak langsung, yaitu keluarga, masyarakat umum dan pemerintah Kota Surakarta. Keberhasilan Kota Surakarta dalam meningkatkan cakupan ASI Eksklusif dan praktek IMD, telah membawa Kota Surakarta menjadi kota tujuan untuk belajar. Ada cukup banyak pemerintah daerah daerah lain, yang melakukan kunjungan belajar ke Surakarta. Selain itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta sering memperoleh undangan menjadi narasumber untuk bercerita tentang cerita sukses di Kota Surakarta.
Rincian Inovasi I. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta, menjadi salahsatu kota yang diprioritas dan menjadi pilot project dalam pengembangan Kota Layak Anak. Dengan demikian, berbagai upaya dan daya harus dilakukan agar anak-anak di Kota Surakarta bisa terlindungi dan terjamin hak-haknya. Salahsatu hak dasar anak adalah hak untuk memperoleh makanan dasar, termasuk hak memperoleh makanan yang terbaik. Bagi bayi, khususnya anak usia 0 – 6 bulan, hanya ASI sajalah makanan yang dibutuhkan bayi. Untuk itulah dikenal istilah pemberian ASI Eksklusif, yaitu pemberian hanya ASI saja, tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya pada bayi lahir hingga usia 6 bulan. Dengan demikian, memberi ASI pada bayi merupakan bagian penting dalam pemenuhan hak-hak mereka. Pemberian ASI Eksklusif di negara-negara berkembang ternyata mampu menurunkan secara tajam angka kematian bayi dengan menurunkan penyakit diare dan infeksi lainnya. Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) dan ASI Eksklusif berturut-turut dapat mengurangi 22% dan 13% kematian neonatus (Utami, 2009). Di Surakarta, pada tahun 2008 dan 2009, cakupan pemberian ASI Eksklusif masih rendah. Data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) menunjukkan cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2008 dan tahun 2009 adalah 30,6%. Cakupan ini sangat rendah jika dibandingkan dengan target nasional, yaitu 80%. Ditahun yang sama, angka kematian bayi cukup tinggi. Dinas kesehatan Kota Surakarta mencatat jumlah kematian bayi sebanyak 60 jiwa ditahun 2009. Pada tahun 2010 telah terjadi penurunan angka kematian bayi menjadi 57 jiwa atau 5,9/1000 kelahiran hidup (Harian Joglosemar, 2011). Di satu sisi, pemerintah Kota Surakarta sudah berupaya keras agar anak-anak di Kota Surakarta memperoleh ASI Eksklusif. Kegiatan penyuluhan ASI eksklusif sudah digalakkan di semua wilayah puskesmas bahkan tidak jarang pemerintah melakukan kegiatan melalui kegiatan lain seperti
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kota Surakarta
4
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
penyebaran brosur, stiker dan poster. Namun dari yang sudah diupayakan, hasil yang dicapai belum sesuai yang diharapkan. Cakupan ASI Eksklusif di Kota Surakarta masih rendah. Untuk itulah, maka pemerintah Kota Surakarta selalu berupaya mencari strategi yang efektif dan efisien untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif dan IMD. Pemerintah menerapkan prinsip terbuka atas masukan dan siap bekerjasama dengan pihakpihak yang terkait yang mendukung. Yayasan KAKAK dan Mercy Corps, adalah Lembaga Swadaya Mesayarakat yang memiliki konsentrasi pada isu Air Susu Ibu. Mereka telah bekerjasama dalam mengembangkan KP Ibu Menyusui di Kota Surakarta. Yayasan KAKAK dan Mercy Corps melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Surakarta. Koordinasi dilakukan untuk mengenalkan konsep program serta mendorong agar Pemerintah Kota Surakarta mengembangkannya. Gayung tersambut, Pemerintah Kota Surakarta dalam hal ini diwakili oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta menyambut baik pelaksanaan program KP Ibu di Kota Surakarta. Dari program awal yang hanya dilakukan di 4 KP Ibu di 2 kelurahan (pada tahun 2009), Pemerintah Kota Surakarta mengembangkannya dengan membentuk kelompok pendukung ibu menjadi 34 KP Ibu di 17 Kelurahan rintisan (pada tahun 2010). Mulai saat itulah, Pemerintah Kota Surakarta melakukan Replikasi Program Kelompok Pendukung Ibu Menyusui.
II. Inisiasi Inisiatif Kerjasama Pada awalnya, sekitar pada bulan Juni 2009, Yayasan KAKAK melakukan koordinasi dengan Mercy Corps, berkaitan dengan ajakan untuk membangun kerjasama untuk program menyusui di Surakarta. Yayasan KAKAK adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang berkantor di Surakarta, yang fokus isunya adalah untuk pemenuhan hak-hak anak dalam memperoleh makanan dasar, salahsatunya adalah ASI. Melalui surat yang dikirimkan kepada Mercy Corps, kemudian disambung dengan kedatangan salahsatu tim Mercy Corps ke Yayasan KAKAK, mulailah terbangun diskusi untuk melakukan kerjasama dalam mendukung pemerintah Kota Surakarta, dalam meningkatkan cakupan ASI Eksklusif dan IMD. Kegiatan bersama Mercy dan Yayasan KAKAK diawali dengan saling berdiskusi pengalaman.
Yayasan KAKAK sudah memiliki pengalaman dalam program-program peningkatan ASI Eksklusif khususnya di Surakarta dan memiliki area atau wilayah program berbasis masyarakat, untuk program perlindungan anak. Sedangkan Mercy pada waktu itu sedang menjalankan program di Bantul, yaitu program Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Menyusui. Sehingga dalam kesempatan tersebut, tim Yayasan KAKAK berkesempatan melakukan kunjungan ke Bantul untuk melihat proses kegiatan KP Ibu Menyusui di sana. Setelah itu, terbangunlah kesepakatan antara Yayasan KAKAK dengan Mercy Corps, untuk kerjasama pengembangan program KP Ibu di 2 kelurahan di Surakarta. Dua kelurahan ini merupakan kelurahan dimana Yayasan KAKAK melakukan program pendampingan masyarakat, yaitu kelurahan Semanggi dan Kelurahan Jebres. Pengembangan KP Ibu di 2 kelurahan ini, hanyalah sebagai salahsatu tujuan jangka pendek dari kerjasama Yayasan KAKAK dengan Mercy Corps. Namun tujuan jangka panjangnya adalah bagaimana dari replikasi awal ini bisa mendorong pemerintah Kota Surakarta untuk melakukan replikasi di seluruh kelurahan di Kota Surakarta, sehingga cakupan ASI Eksklusif bisa meningkat dan IMD bisa dipraktekkan. Untuk itulah, menjadi agenda bersama Yayasan KAKAK dan Mercy Corps untuk melakukan kegiatan advokasi bersama kepada pemerintah. Langkah pertama adalah melakukan audiensi dengan Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Dinas Kesehatan Kota Surakarta adalah leading sector dari program peningkatan ASI. Audiensi dilakukan bertujuan untuk mengenalkan konsep program sekaligus menyampaikan bahwa rintisan program sudah mulai dikembangka di 2 kelurahan. Dari audiensi ini, dukungan dari Dinas Kesehatan untuk program yang sedang dikembangkan dapat diperoleh. Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta menyambut baik dan menunjuk staf dinas untuk mengikuti proses pengembangan KP Ibu di Kelurahan Jebres dan Semanggi. Selanjutnya, diskusi untuk kelanjutan di Kota Surakarta terus dilakukan. Secara intensif, penggagasan ide pengembangan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta, Yayasan KAKAK dan Mercy Corps. Tujuan dari diskusi ini adalah mencari strategi dan bagaimana kemungkinan pengembangan kedepan di Surakarta. Pemerintah Kota Surakarta tidak hanya melakukan replikasi sesuai dengan konsep Mercy Corps, namun melakukan penambahan beberapa strategi inovasi agar program tersebut bisa berjalan dengan baik, sustainable dan membawa manfaat yang lebih besar.
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kota Surakarta
5
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Dalam proses pengembangan ini, ada beberapa kendala yang ditemui, antaralain : (1) bahwa masyarakat sebagian besar belum merasa bahwa dukungan bagi ibu menyusui itu penting. Hal ini terlihat dari minimnya antusiasme warga ketika sosialisasi dilakukan. Untuk itu, dalam pengembangan KP Ibu ini, Dinas Kesehatan Kota Surakarta akan memberi prioritas pada kelurahankelurahan yang antusiasme masyarakatnya tinggi, untuk dibentuk KP Ibu. Harapannya, jika pembentukan awal berhasil, akan memotivasi keluraha lain untuk pengembnagan. (2). Budaya yang bejalan di kota solo, bahwa setiapkali ada kegiatan, selalu ada “ubo rampe” (misalnya : makanan dan minuman), sedangkan konsep KP Ibu ini tidak yang mengharuskan disediakan. Pada awalnya, hal ini kurang begitu memotivasi warga, namun akhirnya masalah ini bisa dipecahkan dengan partisipasi warga. Dinas Kesehatan Kota dan Tim Pembina Motivator secara konsisten memotivasi warga, bahwa KP Ibu adalah kebutuhan mereka dalam rangka meningkatkan kulaitas sumberdaya manusia, sehingga bagaimana secara bersama-sama saling mendukung. (3) Persepsi bahwa persoalan menyusui itu adalah tugas Dinas Kesehatan. Hal ini menjadi kendala, untuk menggalang lebih banyak partisipasi dari instansi atau lembaga lain. Atas kendala ini, Dinas Kesehatan Kota Surakarta bersama dengan Yayasa KAKAK dan Mercy Corps melakukan audiensi ke beberapa pihak, antaralain ke Bapeda, Bapermas dan PKK. Dari audieni ini, digagas pertemuan bersama tingkat kota dengan mengundang berbagai pihak yang berkompeten. Bermula dari pertemuan itulah, kini ada pembagian peran dari para pihak (stakeholders) kaitannya untuk menjalankan dan mengefektifkan KP Ibu di Kota Surakarta.
III. Implementasi Program KP Ibu adalah sebuah program untuk menciptakan kondisi lingkungan sosial yang mendukung ibu untuk praktek IMD dan dapat menyusui secara eksklusif. Dengan adanya lingkungan sosial yang mendukung, IMD dan pemberian ASI Eksklusif akan bisa dilakukan dengan baik. Pengkondisian lingkungan sosial ini, dilakukan dengan membangun kelompok-kelompok yang disebut Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu). KP Ibu ini adalah suatu kegiatan berbasis masyarakat, yang terdiri dari 8 – 10 orang ibu hamil dan ibu yang memilki bayi 0-6 bulan. Mereka berkumpul secara rutin 2 minggu sekali untuk berbagi pengalaman, ide, dan informasi berkaitan dengan kehamilan, melahirkan dan menyusui. Suasana yang diciptakan adalah suasana saling mendukung
dan saling percaya yang dipandu oleh motivator. Pada awalnya, replikasi program Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu), dilakukan oleh Yayasan KAKAK (LSM Lokal di Surakarta) dan mercy Corps. Replikasi dilakukan di dua kelurahan, Semanggi dan Jebres. Dalam prosesnya, Yayasan KAKAK dan Mercy Corps melakukan advokasi agar pemeritah melakukan replikasi di tingkat kota. Replikasi program ini dilakukan karena Pemerintah Kota Surakarta, memiliki target meningkatkan cakupan ASI Eksklusif dan menerapkan IMD di lingkungan Surakarta. Sebelumnya, berbagai upaya telah dilakukan, namun hasilnya belum memuaskan. Sehingga, ketika Pemerintah Kota Surakarta memperoleh masukan agar melakukan replikasi program, pemerintah menyambutnya dengan baik. Tujuan dari replikasi program ini adalah untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif, serta meningkatkan pelaksanaan IMD di Kota Surakarta. Situasi yang melatarbelakangi replikasi program ini adalah, bahwa data Solo untuk cakupan ASI Eksklusif masih rendah (tahun 2009 : 30,6%), begitu juga untuk data kematian ibu melahirkan. Pada tahun 2009 ada peningkatan kematian ibu melahirkan, dari 5 ibu (tahun 2008) menjadi 15 ibu (tahun 2009). Replikasi program KP Ibu di Kota Surakarta oleh Dinas Kesehatan, dimulai pada tahun 2010. Pada tahun 2010, pemerintah mengagendakan merintis 34 KP Ibu menyusui di 17 kelurahan dari 17 wilayah puskesmas. Tahap awal replikasi ini (tahun 2010), DKK Kota Surakarta memperoleh dukungan dari Mercy Corps dan Yayasan KAKAK. Dukungan dari Mercy Corps berbentuk fasilitas dalam Pelatihan Pembina KP Ibu dan pelatihan motivator. Sedangkan dukungan dari Yayasan KAKAK berbentuk dukungan tim, dimana staf Yayasan KAKAK yang juga Pembina KP Ibu berpartisipasi aktif dalam pengembangan KP Ibu di Surakarta. Selebihnya, adalah upaya mandiri dari DKK Kota Surakarta. Pada tahun 2010, DKK menggunakan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) untuk melaksanakan kegiatan : (1) Sosialisasi KP-Ibu tk Kelurahan, (2) Seleksi motivator, (3) Pelatihan motivator, (4) Operasional KP-Ibu dan (5) Mentoring motivator. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahun 2010 adalah pelatihan Pembina Pembina KP Ibu tingkat Kota di Yogyakarta, yang diikuti oleh 6 orang dari Kota Solo. Selanjutnya dilakukan Pelatihan Pembina KP Ibu di tingkat Puskesmas (Binwil), yang diikuti oleh 17 orang. Setelah memiliki cukup banyak Pembina KP Ibu, dilakukan sosialisasi KP-Ibu di 17 Kelurahan. Sosialisasi ini dilaksanakan atas
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kota Surakarta
6
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
kerjasama tim kota degan pemerintah kelurahan. Dari kegiatan sosialisasi ini, dilakukan seleksi motivator. Seleksi dilakukan di 34 calon KP-Ibu di 17 kelurahan. Setelah KP Ibu di 17 Kelurahan terbentuk, dilakukan Pelatihan Motivator. Pasca pelatihan motivator, para motivator mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan KP-Ibu bersama dengan anggota. Berdasarkan evaluasi,ditemukan bahwa ada peningkatan cakupan ASI Eksklusif di Kota Surakarta. Untuk itu, maka Replikasi Program KP Ibu dilanjutkan. Dinas Kesehatan Kota Surakarta membuat beberapa terobosan dan inovasi, agar KP Ibu ini terus berjalan,yaitu : 1. Memasukkan bahwa program KP Ibu ini menjadi agenda unggulan Kota Surakarta. Hal ini tertuang dalam Dokuman Perencanaan Strategis Dinas Kesehatan Surakarta. 2. Mengintegrasikan Program KP Ibu dengan program lain yang saling mendukung. Strategi ini diterapkan dalam program kelas hamil. Dinas Kesehatan Kota Surakarta memiliki program kelas hamil, untuk menekan tingginya angka kematian ibu. Program kelas hamil ini dilaksanakan di setiap puskesmas, yang diikuti oleh ibu-ibu hamil wilayah puskesmas. Untuk itu, pemerintah mencoba mengintegrasikan program KP Ibu ini dengan kelas hamil. Pengintegrasian dilakukan dengan memasukkan materi materi KP Ibu menyusui dalam kelas hamil. 3. Mengembangkan forum multistakeholders untuk keberlanjutan program. Forum ini terdiri dari instansi pemerintah, LSM, organisasi masyarakat. Dengan forum mulitistakeholders ini, diharapkan akan ada pemahaman bahwa program ASI Eksklusif dan Inisiasi Menyusu dini tidak semata-mata kewenangan dan tugas Dinas Kesehatan Kota namun merupakan tanggungjawab bersama dari banyak sektor dalam upaya perlindunga anak. Forum ini sudah terbentuk di Surakarta. Dari forum multistakeholders ini, dicapai beberapa kesepakatan dan juga pembagian tugas, sesuai denga peran masing-masing. Khususnya untuk Program Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) ini, PKK Kota Surakarta disepakati sebagai leading sector. Hal ini untuk menjamin berjalannya kegiatan KP Ibu di masayrakat, karena kelembagaan PKK sudah melembaga di tingkat masyarakat. Sedangkan untuk memperbanyak dan menjamin kualitas dari para motivator, adalah menjadi tugas dari DKK Kota Surakarta. 4. Membangun kemandirian dana. Kemandirian dana yang dimaksud adalah, sebuah upaya
dimana kegiatan KP Ibu bisa memperoleh alokasi dana, sehingga bisa dijalankan. Saat ini, kemandirian dana untuk pelaksanaan KP Ibu diperoleh dari : (a) Stimulasi dana kegiatan dari PKK. Dana ini diperoleh dari APBD yang diajukan oleh Bapermas Kota Surakarta, (b) Dana penyelenggaraan pelatihan motivator. Pendanaan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta dari APBD, (c) Partisipasi masyarakat, berbentuk dukungan tempat dan konsumsi disetiap pertemuan KP Ibu, (d) dan dari pemerintah kelurahan, sebagai dana pendukung kegiatan KP Ibu. Untuk menjaga kualitas dan untuk mengetahui perkembangan serta hambatan dari Program KP Ibu ini, maka dibangun mekanisme monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan oleh Pembina KP Ibu, baik Pembina KP Ibu yang berasal dari unsur Dinas Kesehatan Kota atau Pembina KP Ibu dari unsur puskesmas maupun Pembina KP Ibu dari unsur LSM. Monitoring dalam kegiatan KP Ibu ini menjadi satu bagian dalam kegiatan mentoring. Kegiatan mentoring adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh Pembina KP Ibu untuk memberikan input terhadap proses yang sedang berjalan, termasuk menggali kendala-kendala apa yang dihadapi sekaligus memfasilitasi pemecahannya. Pembina KP Ibu adalah konselor laktasi/petugas kesehatan setempat yang sudah terlatih untuk membina KP – Ibu. Di Kota Surakarta, Pembina KP Ibu terdiri dari staf Dinas Kesehatan Kota, bidan puskesmas dan konselor menyusui dari LSM. Dalam melakukan mentoring ini, para Pembina KP Ibu, melakukan kunjungan pada saat pertemuan KP Ibu berlangsung dan dilakukan pula secara berkala (biasanya 2 bulan sekali). Sedangkan kegiatan evaluasi dilakukan setiap 1 tahun 1 kali. Dinas Kesehatan Kota Surakarta adalah pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan evaluasi ini. Dinas Kesehatan Kota Surakarta akan membentuk tim evaluator yang terdiri dari gabungan antara Tim dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, PKK dan LSM untuk melakukan evaluasi KP Ibu. Pihak yang paling memperoleh manfaat dari program ini adalah penerima manfaat langsung, yaitu anak-anak baru lahir dan para ibu. Sedangkan penerima manfaat tidak langsung, yaitu keluarga, masyarakat umum dan pemerintah Kota Surakarta. Keberhasilan Kota Surakarta dalam menjalankan program KP Ibu sehingga bisa meningkatkan cakupan ASI Eksklusif dan praktek IMD, telah membawa Kota Surakarta menjadi kota tujuan untuk belajar. Ada banyak daerah, baik dari kabupaten lain di jawa maupuan luar jawa, yang melakukan kunjungan belajar ke Surakarta. Selain itu, Kepala
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kota Surakarta
7
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Dinas Kesehatan Kota sering memperoleh undangan menjadi narasumber untuk bercerita tentang cerita sukses di Kota Surakarta. Beberapa wilayah yang pernah melakukan kunjungan belajar di Kota Surakarta adalah : (1) Pemerintah Kota Depok, (2) Pemerintah Kota Ambon, (3) Pemerintah Kota Sulawesi Utara, (4) Pemerintah Kota Brebes, (5) Dari negara Australia.
IV. Dampak Substantif Pelaksanaan Program KP Ibu di Surakarta membawa cukup banyak dampak positif, Dampak yang bisa dirasakan langsung oleh penerima manfaat antara lain, bahwa hak anak untuk memperoleh ASI bisa dilakukan, selain itu para orangtua khususny para ibu merasa beruntung memperoleh teman bisa berbagi serta memperoleh banyak informasi mengenai ASI dan bagaimana menyusui yang baik dan benar. Tujuan untuk meningkatkan capaian ASI Eksklusif dan praktek IMD dapat dicapai. Pada tahun 2011, cakupan ASI Eksklusif Kota Surakarta adalah 40%. Data ini mengalami peningkatan 9,4% dari tahun 2009. Peningkatan cakupan ASI Eksklusif yang signifikan, bisa dilihat dalam laporan KP Ibu. Disana digambarkan data sebelum dan sesudah KP Ibu dilakukan. Hampir semua wilayah KP Ibu mengalami peningkatan cakupan ASI Eksklusif dan praktek IMD. Dari wawancara yang dilakukan dengan salahsatu anggota KP Ibu, beliau mengungkapkan “Saya merasa beruntung masuk dalam KP Ibu. Anak saya yang pertama tidak ASI Eksklusif, karena ASI kurang. Waktu itu saya tidak
tau dan bingung kemana akan bertanya. Sekarang setelah menjadi anggota KP Ibu, saya merasa tenang dan lebih semangat karena punya banyak teman yang mendukung. Kami semua punya masalah yang hampir sama, tidak sungkan kalau mau bertanya. Alhamdulillah anak kedua saya sampai sekarang (4 bulan) ASI Eksklusif, saya berniat sampai 6 bulan. Saya dulu melahirkan di RS Banjarsari dan IMD. Terimakasih KP Ibu.” (Ibu Sulistyorini Sulistyorini, Jagalan) Dampak yang lain yang dirasakan adalah dampak terhadap lingkungan masyarakat. Saat ini di Kota Surakarta sudah ada 67 KP Ibu. Dari pantauan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta, dari 67 KP Ibu ada sekitar 60 KP Ibu yang aktif berjalan. Jumlah KP Ibu ini juga mengalami peningkatan, dari 4 KP Ibu di tahun 2009, menjadi 34 KP Ibu di tahun 2010 dan pada tahun 2011 hingga sekarang jumlah total KP Ibu di Surakarta adalah 67 KP Ibu. Dengan demikian, para orangtua khususny bagi ibu hamil dan ibu menyusui memiliki kesempatan lebih luas untuk bisa memperoleh informasi dan dukungan dalam memberikan ASI. Secara grafik, perkembangan jumlah Kelompok Pendukung (KP) Ibu di Kota Surakarta bisa digambarkan dalam Grafik Perkembangan Kelompok Pendukung (KP) Ibu di Kota Surakarta. Selain itu, capaian yang di raih adalah meningkatnya kepedulian dan partisipasi masyarakat untuk pemberian ASI. Hal ini bisa diketahui dari banyaknya dukungan yang sifatnya individu untuk mendukung kegiatan KP Ibu. Dukungan berbentuk apasaja, antaralain : konsumsi
Grafik Perkembangan Kelompok Pendukung (KP) Ibu di Kota Surakarta
67
70 60 50
34
40 30 20 10
KP Ibu
4
0 2009
2010
2011
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kota Surakarta
8
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
untuk pertemuan, tempat untuk pertemuan KP Ibu atau bahkan adanya sharing pengalaman dari ibuibu yang sukses dalam memberikan ASI Eksklusif. Ibu Asri, salahsatu motivator di Kalurahan Jagalan mengatakan bahwa “Memang dalam KP Ibu ini tidak ada dana dari pemerintah. Apalagi bagi KP Ibu di RW kami, yang bukan tunjukan di bentuknya. Tapi bagi kami tidak masalah, karena kami merasa KP Ibu manfaatnya tinggi, maka kami senang melaksanakannya. Hingga saat ini di RW kami sudah ada 7 kali pertemuan KP Ibu (1 bulan 1 kali). Dari 4 anggota KP Ibu yang hamil sekarang sudah melahirkan semua, 3 anak hingga kini ASI Eksklusif dan bisa IMD, yang 1 ibu melahirkan operasi dan di rumah sakit jadi malah tidak IMD dan ASI Eksklusif.“ Dampak positif selanjutnya adalah adanya penguatan terhadap institusi yang ada di Kota Surakarta, yaitu meningkatnya kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Adanya tantangan yang dihadapi, membuat Dinas Kesehatan Kota Surakarta diharuskan semakin inovatif dalam mengembangkan strategi. Hal ini berbuah pada keberhasilan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam menggandeng peran serta berbagai pihak untuk mendukung KP Ibu. Pada awalnya, KP Ibu hanya didukung oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta, Yayasan KAKAK dan Mercy Corps. Saat ini, ada cukup banyak pihak yang mendukung, melalui forum multistakeholders dalam KP Ibu, yaitu : Baparmas, PKK, Puskesmas, Bapeda, Pemerintah Kelurahan dan individu. Dari banyaknya peranserta berbagai pihak, memcahkan persoalan pendanaan bagi KP Ibu. Dampak positif dari sisi dana, saat ini KP Ibu bisa memperoleh alokasi dana dari berbagai sumber, sehingga bisa dijalankan. Telah terbangun kesepakatan bagi peran dalam pelaksanaan KP Ibu di Surakarta, yaitu leading sector pelaksanaan KP Ibu adalah PKK Kota Surakarta. Sedangkan untuk menjaga kualitas KP Ibu menjadi tugas dari Dinas Kesehatan. Untuk itu Dinas Kesehatan banyak mengalokasikan anggaran untuk memfasilitasi training motivator maupun mentoring. Program KP Ibu tidak saja meningkatkan kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta, namun terjadi pada beberapa lembaga pemerintahan dan organisasi masyarakat seperti puskesmas, PKK tingkat kelurahan dan pemerintah kelurahan. Dengan kapasitas masing-masing mereka miningkatkan peran mereka. Puskesmas misalnya, ada beberapa puskesmas di Kota Solo, yang berinisiatif mengembangkan KP Ibu di wilayah binaan mereka meskipun tidak masuk area pengembangan dari Dinas Kesehatan Kota. Pemerintah Kelurahan juga mengembangkan
strategi guna mendukung KP Ibu dengan memasukkan isu ASI Eksklusif dan KP Ibu dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan (Musrenbangkel), sehingga kegiatan KP Ibu mendapatkan anggaran dan perhatian dari pemerintah kelurahan.
V. Institusionalisasi dan Tantangan Untuk menjamin keberlanjutan KP Ibu di Kota Surakarta, pelembagaan KP Ibu yang dilakukan dengan (i) Menjadikan KP Ibu sebagai program unggulan kesehatan ibu dan anak. Hal ini tertuang dalam hasil perencanaan strategis Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Dengan dimasukkannya dalam program unggulan, program ini memperoleh prioritas dalam penyediaan anggaran dari APBD, selain itu akan memperkuat motivasi bagi staf pelaksana dalam mengemban tugas pengembangan KP Ibu. (ii) Membangun Nota Kesepakatan Kerjasama dalam Peningkatan Penggunaan ASI di Kota Surakarta. Upaya ini dilakukan dengan mengoptimalkan Forum Multistakehoders. Kesepakatan kerjasama telah terbangun, praktek di lapangan sudah berjalan, namun belum dituangkan dalam dokumentasi Nota Kesepakatan. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Agus Subagyo, proses ini nantinya akan segera ditindaklanjuti, dengan membuat dokumentasi Nota Kesepakatan sehingga akan mendukung dalam keberlanjutan pengembangan KP Ibu di Surakarta (Wawancara, Surakarta, 26 Juni 2012). (iii) Mendorong agar upaya peningkatan penggunaan ASI masuk dalam salahsatu pasal Peraturan Daerah tentang Perlindungan Anak di Surakarta. Meskipun prosesnya cukup panjang, karena banyak pihak merasa isu ini tidak perlu dimasukkan dalam bagian pasal PERDA PA, namun kini isu ASI bisa masuk dalam salahsatu pasal dalam PERDA Perlindungan Anak yang akan di sahkan. Dalam hal penyediaan anggaran dan kebijakan, saat ini situasi di Kota Surakarta sudah cukup mendapatkan dukungan, meskipun masih sangat diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas dukungan tersebut, misalnya memastikan kepastian anggaran disetiap tahunnya serta bagaimana mengaplikasikan PERDA Perlindungan Anak khususnya yang terkait dengan pasal yang mengatur tentang Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu. Dalam pengembangan Kelompok Pendukung (KP) Ibu, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh pemerintah Kota Surakarta. Dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) misalnya, dirasakan sulit untuk meningkatkan jumlah atau mempertahankan jumlah Pembina KP Ibu di Surakarta, khususnya yang
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kota Surakarta
9
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
berasal dari instansi/lembaga diluar Dinas Pemerintahan. Saat ini sebagian besar Pembina KP Ibu berasal dari staf Dinas Kesehatan Kota Surakarta atau dari puskesmas,namun peningkatan jumlah Pembina KP Ibu dari LSM dan PKK cukup sulit ditingkatkan dan dipertahankan jumlahnya. Hal ini disebabkan karena staf dari LSM seringkali melakukan pindah kerja, sehingga staf yang dahulu pernah dilatih menjadi Pembina KP Ibu, karena pindah kerja akhirnya tidak bisa melanjutkan tugasnya sebagai Pembina KP Ibu. Dan untuk melatih kembali para Pembina KP Ibu seringkali terhalang kendala anggaran serta sedikitnya pihak yang bersedia serta memenuhi syarat menjadi Pembina KP Ibu (karena harus sudah menguasi isu ASI atau sudah konselor ASI). Tantangan selanjutnya adalah yang berkaitan dengan dukungan dari masyarakat. Masih cukup banyak masyarakat yang merasa bahwa pemberian ASI atau menyusui ini bukan sesuatu yang perlu dipersiapkan. Sehingga, upaya membangun kelompok ditingkat masyarakat, terkadang menjadi terhambat. Hal senada disampaikan oleh Ibu Asri : “Ini lho mbak, ada banyak juga masyarakat kami yang menganggap pertemuan seperti ini tidak penting. Makanya kalau diundang tidak hadir, tapi setelah ibu itu melahirkan dan ternyata ASInya tidak keluar, akhirnya dia bertanya dan mau bergabung. Jadi, sadarnya itu kalau sudah menemui masalah.” (Wawancara, Jagalan, 28 Juli 2012). Tantangan yang lain adalah bahwa ditingkat kelurahan, seringkali program Kelompok Pendukung (KP) Ibu ini belum dipahami oleh komponen staf pemerintahan kelurahan. Hal ini dirasakan, misalnya berdampak pada dukungan pemerintah kelurahan dalam pendanaan atau dukungan teknis dalam pelaksanaan KP Ibu masih minim. Meskipun, saat ini sudah ada beberapa kelurahan yang memberikan dukungan dengan baik, misalnya mengalokasikan anggaran khusus untuk KP Ibu dalam Anggaran Kelurahan.
VI. Lesson Learned dan Catatan Kritis Dari proses replikasi program yang sudah dilakukan ini, Pemerintah Kota Surakarta menemukan banyak pembelajaran bagus (lesson learned) yang bisa dipetik. Pembelajaran bagus ini bisa digunakan sebagai acuan atau pengingat bagi pelaku pembangunan diwilayah lain, baik pagi pemerintah, LSM maupun pihak terkait, yang akan melakukan upaya-upaya peningkatan cakupan ASI Eksklusif maupun peningkatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Pembelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman ini adalah :
Bahwa mengedepankan prinsip terbuka dan kooperatif, adalah hal yang penting dilakukakan oleh instansi pemerintah. Terbuka dalam menerima masukan dari siapa saja, demi untuk mencapai kebaikan masyarakat. Pengalaman Kota Surakarta hingga sukses dalam meningkatkan cakupan ASI Eksklusif dan IMD, salah satunya adalah karena prinsip terbuka dan cooperatif yang dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Aktif dan kritis dalam menjalankan program replikasi. Meskipun program KP Ibu adalah program replikasi dari daerah lain, yang secara konsep sudah ada,namun Pemerintah Kota Surakarta tidak begitu saja puas dengan konsep yang ada. Pemerntah Kota surakarta menggali kebutuhan dan potensi lokal yang ada, yang bisa digunakan untuk mendukung program tersebut. Beberapa terobosan atau inovasi dalam replikasi ini dilakukan. Menggunakan resource yang ada untuk mendukung program. Resource yang ada, maksudnya adalah resource atau sumberdaya yang sudah dimiliki oleh pemerintah setempat, misalnya : kegiatan-kegiatan yang sudah dimiliki oleh pemerintah sebelumnya atau tenaga-tenaga ahli yang sudah tersedia atau kekuatan jaringan yang ada, atau yang lainnya. Memulai dengan yang sudah ada, akan terasa lebih mudah daripada memulai semua dari nol. Sebagai contoh, di Kota Surakarta, ada program kelas hamil, yang sudah berjalan sejak Program KP Ibu belum ada. Sebelumnya program ini tidak cukup banyak mengupas tentang persiapan pemberian ASI. Sejak adanya program KP Ibu, kuantitas informasi yang diberikan ditingkatkan dan anggota kelas hamil dimotivasi untuk meneruskan mereka, menjadi Kelompok Pendukung (KP) Ibu. Menguatkan beberapa kesepakatan dalam berbagai kebijakan, misalnya : menuangkannya dalam dokuman perencanaan strategis Dinas Kesehatan Kota Surakarta, memasukkan kegiatan KP Ibu dalam kelembagaan posyandu, memasukkan kegiatan KP Ibu dalam musyawarah kelurahan sehingga memperoleh alokasi anggaran. Partisipasi masyarakat bisa dibangun. Diawal pengembangan KP Ibu di Surakarta, dirasakan sulit untuk melakukan KP Ibu karena kesedaran masyarakat masih rendah. Namun kini, setelah manfaat KP Ibu dirasakan dan setelah pendekatan selalu dilakukan, partisipasi masyarakat bisa terbangun cukup baik.
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kota Surakarta
10
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Pemenuhan hak-hak anak dan mensejahterakan anak, tidak bisa hanya dilakukan 1 atau 2 pihak saja, namun kekompakan dan perenserta dari berbagai pihak dan instansi sangat dibutuhkan, agar menjadi satu kekuatan.
VII. Peluang Replikasi Pengalaman Kota Surakarta menunjukkan bahwa dalam melakukan replikasi programpun dibutuhkan inovasi. Inovasi dilakukan agar program bisa dijalankan dan mencapai tujuan. Praktek baik dari Kota Surakarta dalam Inovasi Strategi Pelaksanaan KP Ibu, bisa di replikasi di daerah lain. Pemerintah Daerah dari beberapa wilayah di Indonesia pernah belajar langsung ke Kota Surakarta. Mereka mengamati proses kegiatan KP Ibu, sekaligus belajar tentang bagaimana Pemerintah Kota Surakarta membuat strategi. Guna mendukung wilayah lain dalam melakukan replikasi, pemerintah Kota Surakarta telah membuat beberapa kebijakan, yaitu : terbuka menerima kunjungan belajar dari wilayah lain. Ada tim yang akan memfasilitasi dalam proses belajar tersebut. Pemerintah Kota Surakarta juga terbuka untuk di undang berbagai pengalaman. Selain itu, Dinas Kesehatan KotaSurakarta akan menyampaikan konsep Kelompok Pendukung (KP) Ibu Menyusui berdasarkan panduan dari Mercy Corps. Mercy Corps telah mengembangkan buku panduan yang bisa di gunakan untuk pengembangan, yang terdiri dari 2 bentuk buku. Buku pertama berjudul “Panduan Dasar Pembina Motivator Menyusui”. Buku ini berisi tentang bagaimana peran Pembina Motivator Menyusui dan bagaimana cara membentuk Kelompok Pendukung (KP) Ibu serta bagaimana Kegiatan Kelompok Pendukung (KP) Ibu Menyusui dilakukan. Buku kedua berjudul “10 Topik Umum Diskusi Kelompok Pendukung Ibu”. Buku ini berisi tentang sepuluh tema terkait kegiatan menyusui yang sering meuncul sebagai pertanyaan ibu-ibu menyusui. Kedua buku ini sudah diperbanyak oleh Mercy Corps dan digunakan untuk mengembangkan Kelompok Pendukung (KP) Ibu Menyusui diberbagai wilayah. Mercy Corps terbuka dan memberi kesempatan kepada instansi atau pihak-pihak yang membutuhkan untuk memperbanyak kedua buku tersebut. Untuk memperoleh contoh buku atau untuk memperbanyak kedua buku tersebut, cukup dengan mengirimkan surat yang ditujukan kepada Country Direcor Mercy Corps Indonesia, dan dikirimkan ke Mercy Corps Indonesia, Graha STK F Floor Suite F01, Jln. Taman Margasatwa No. 3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12550.
Kaitannya dengan terobosan dan inovasi yang ada di Surakarta serta informasi KP Ibu di Surakarta, pendokumentasian bisa dilihat di website resmi Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Beberapa dukumen terkait, misalnya laporan perkembangan KP Ibu bisa dipelajari, baik laporan dari tiap-tiap kelompok, laporan di tingkat puskesmas, maupun laporan yang ada ditingkat kota.
Referensi 1. Panduan Dasar Pembina Motivator Menyusui, Mercy Corps, Edisi 1, Oktober 2008 2. Kelompok Pendukung Ibu Surakarta (Slide Presentasi), Dinas Kesehatan Kota Surakarta, 2011 3. Proposal Kerjasama; “Membangun Kelompok Pendukung Ibu sebagai Sebuah Pendekatan dalam Meningkatkan Pemberian Makanan yang Terbaik buat Anak” ; Yayasan KAKAK-Mercy Corps; 2009. 4. Notulensi Kooordinasi Program Yayasan KAKAK, Agustus, 2010
KP
Ibu,
5. Notulensi Koordinasi Program KP Ibu, Yayasan KAKAK, 1 September 2010 6. Laporan Program; “Membangun Kelompok Pendukung Ibu sebagai Sebuah Pendekatan dalam Meningkatkan Pemberian Makanan yang Terbaik buat Anak”; Yayasan KAKAK, 2011 7. Laporan Kegiatan KP Ibu di Surakarta; DKK Kota Surakarta; 2010 8. Laporan Kegiatan KP Ibu Puskesmas Pucangsawit; 2011
di
Surakarta;
9. Laporan Kegiatan KP Ibu di tingkat kelurahan; KP Ibu Jagalan RW VII; 2011 10. Dokumen Perencanaan Strategis Kesehatan Kota Surakarta; 2010
Dinas
11. Sosialisasi KP Ibu, Blog Puskesmas Nusukan, Puskesmasofnusukan,blogspot.com, Oktober 2010 12. Liputan Media Cetak; “Angka Kematian Bayi Di Solo Tinggi”; Harian Joglosemar; 28 Januari 2011
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kota Surakarta
11
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Pelatihan Motivator di Semanggi Surakarta
Pertemuan KP IBU Jebres Surakarta
Daftar narasumber : 1. Purwanti, Kepala Bidang Promosi Kesehatan DKK Kota Surakarta (Wawancara pukul 11.00, pada tanggal 26 Juni 2012) 2. Agus Subagyo, Kepala Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat DKK Kota Surakarta, Pembina KP Ibu (Wawancara pukul 13.00, tanggal 20 Juni 2012, pukul 14.30, tanggal 26 Juni 2012 dan pukul 11.00, tanggal 26 Juli 2012) 3. Nur Hidayah, Staf Yayasan KAKAK, Pembina KP Ibu (wawancara pukul 13.00, Tanggal 22 Juni 2011) 4. Shoim Syahriati, Direktur Yayasan KAKAK (Wawancara pukul 10.00, tanggal 22 Juni 2012)
5. Siti Syamsiyah, Bidan Pembina Wilayah Kelurahan Jagalan (wawancara pukul 19.00, tanggal 26 Juni 2012 dan pukul 15.00, tanggal 26 Juli 2012) 6. Asri, Motivator KP Ibu Jagalan RW VII (Wawancara pukul 12.30, tanggal 27 Juni 2012 dan pukul 11.00, tanggal 28 Juli 2012) 7. Sulityorini, Anggota KP Ibu Jagalan RW VII (Wawancara pukul 11.30, tanggal 27 Juni 2012 8. Karyawati, Motivator KP Ibu Kenteng Semanggi (Wawancara pukul 16.30, tanggal 17 Juni 2012) 9. Hastamik Purbatin Wahyuningsih, MSG National Coordinator Mercy Corps Indonesia (Wawancara pukul 07.30, tanggal 6 September 2012
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kota Surakarta
12
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kota Surakarta
13
http://igi.fisipol.ugm.ac.id