DATABASE GOOD PRACTICE University Network for Governance Innovation merupakan jaringan beberapa universitas di Indonesia sebagai wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya pengembangan inovasi tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP UNAIR, DAN FISIP UNHAS. Sekretriat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur Yogyakarta 55281 email:
[email protected]
igi.fisipol.ugm.ac.id
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kabupaten Bantul Sektor Sub-sektor Provinsi Kota/Kabupaten Institusi Pelaksana Kategori Institusi Kontak
Mitra Peneliti dan Penulis
Kesehatan Asi Eksklusif Daeerah Istimewa Yogyakarta Bantul Dinas Kesehatan Pemerintahan Kabupaten Drg. Maya Sintowati Panji, MM. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Kompleks II Kantor Pemerintah Kabupaten Bantul Jl. Lingkar Timur, Manding, Trirenggo, Bantul 55714 Telepon/fax: 0274-368828, 367531 Email:
[email protected] Mercy Corps Indonesia Yustinus Ardian Krisyunianto [
[email protected]]
Mengapa program/kebijakan tersebut muncul? Pada tahun 2004 gempa dan tsunami menyapu bumi Aceh dan meluluhlantahkan tidak hanya fisik tetapi mental bagi korban selamat. Bencana alam ini telah menyeret perhatian dunia internasional untuk berbondong-bondong mengirimkan bantuanya baik berupa logistik maupun tenaga sukarela, tidak terkecuali bantuan berupa susu formula yang dianggap krusial bagi korban terutama balita yang sangat rentan dalam situasi darurat. Gambaran situasi ini juga muncul ketika terjadi gempa besar yang mengguncang Yogyakarta pada 2006. Pusat gempa yang tidak jauh dari Kabupaten Bantul mengakibatkan wilayah ini mengalami dampak kerusakan yang paling parah dari daerah lain di Yogyakarta. Korban selamat menanggung derita yang tidak jauh berbeda dengan kondisi tsunami di Aceh. Ibu dan balita mendapat sorotan khusus untuk mendapatkan prioritas dalam penanggulangan bencana dan dari sini masuk banyak bantuan baik dari dalam maupun luar negeri untuk kepentingan darurat ibu dan balita (bayi). Berbagai perlengkapan bayi dan ibu membanjiri Bantul terutama susu formula. Dari hal inilah membanjirlah produk susu formula secara Cuma-Cuma di berbagai pos pengungsian, Puskesmas, dan Rumah Sakit lokal Bantul. Dari kejadian tersebut Yogyakarta dari hasil survei yang dilakukan oleh UNICEF, satu bulan setelah gempa Yogyakarta tahun 2006 menunjukkan bahwa tiga dari
empat keluarga dengan anak-anak di bawah usia enam bulan menerima bantuan susu formula. Survei ini juga menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan pemberian susu formula dari 32 persen pada saat sebelum bencana menjadi 43 persen setelah bencana. Akibatnya kasus diare di kalangan bayi di bawah usia enam bulan yang mendapatkan susu formula menjadi dua kali lipat (25.4 persen) dibandingkan dengan bayi-bayi yang tidak mendapat susu formula (11.5 persen). Walaupun hal tersebut adalah salah satu alasan bergesernya pemberian ASI dengan susu formula, akan tetapi secara garis besar dampak pemberian susu formula akan berakibat buruk bagi balita untuk jangka pendek dan panjangnya. Oleh karena itu berbagai pihak yang peduli akan ASI berupaya keras untuk mengembalikan ASI eksklusif sehingga direspon oleh Pemkab dan lahirlah program Kelompok Pendukung Ibu disamping angka cakupan ASI ekslusif di Bantul masih sangat rendah. Apa tujuan program/kebijakan tersebut? Tujuan adanya program ini untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif, serta meningkatkan pelaksanaan IMD di Kabupaten Bantul. Bagaimana gagasan tersebut bekerja? Program KP Ibu di Kabupaten Bantul Oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul atas dukungan Mercy Corp dimulai dari Kecamatan Banguntapan sebagai daerah percontohan dengan melibatkan Pemerintah Desa, Puskesmas dan Posyandu setempat. KP ibu sendiri sebagai perpanjangan program DB4MK Plus (Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan) yang sudah di canangkan sebelumnya menjadi lebih mudah dalam pelaksanaanya dengan model intervensi berbasis masyarakat yang selebihnya tidak hanya Kecamatan akantetapi di seluruh kecamatan di Kabupaten Bantul. Untuk selebihnya sebagai upaya dukungan terhadap KP Ibu Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul mengeluarkan surat edaran melalui Setda Bantul untuk setiap Desa mengalokasikan Dana ADD dan SK PKK untuk mendukung dan memfasilitasi program Posyandu dan KP Ibu di masing-masing desa. Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat? LSM peduli ASI, Pemkab Bantul dan Mercy Corp Indonesia. Pihak-pihak utama yang terlibat adalah: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, puskesmas, PKK, Pemerintah Desa, Posdaya, dan Masyarakat. Apa perubahan utama yang dihasilkan? Perubahan utama yang dihasilkan adalah bahwa hak anak untuk memperoleh ASI bisa dilakukan, selain itu para orangtua khususnya para ibu maupun calon ibu merasa beruntung memperoleh teman bisa berbagi serta memperoleh banyak informasi mengenai ASI dan bagaimana menyusui yang baik dan benar. Tujuan untuk meningkatkan capaian ASI Eksklusif dan praktek IMD dapat dicapai. Peningkatan cakupan ASI Eksklusif juga secara signifikan meningkat di Kab Bantul yaitu dari kisaran 30% pada 2009 menjadi 50% pada akhir tahun 2010 (presentase dihitung dari tahun sebelumnya) (bantulkab.go.id). Capaian lain yang diraih adalah meningkatnya kepedulian dan partisipasi masyarakat untuk pemberian ASI. Dampak positif selanjutnya adalah adanya penguatan terhadap institusi yang ada di kabupaten Bantul, yaitu Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kabupaten Bantul
2
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
meningkatnya tantangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Adanya tantangan yang dihadapi, membuat Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul diharuskan semakin inovatif dalam mengembangkan strategi. Program KP Ibu juga menyentuh pada beberapa lembaga pemerintahan dan organisasi masyarakat seperti Puskesmas, PKK tingkat kelurahan, pemerintah kelurahan, Posdaya, dan Posyandu. Siapa yang paling memperoleh manfaat? Para ibu hamil, menyusui dan balita.
Deskripsi Ringkas Program Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) merupakan program yang efektif dalam meningkatkan cakupan ASI Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di Kabupaten Bantul. Tahun 2006-2008 cakupan ASI Eklusif dan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di Kabupaten Bantul masih renadah, meskipun berbagai upaya telah dilaksanakan guna mendongkrak capaian ASI Eksklusif dan IMD akan tetapi belum menuai hasil yang maksimal. Langkah yang sudah di tempuh adalah pembetukan Posyandu, mengampanyekan Gerakan Sayang Ibu (GSI), kelas ibu, Penyuluhan langsung, hingga penyebaran leaflet. Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul cakupan asi eksklusif tahun 2006-2008 berkisar di angka 20%, angka ini masih sangat rendah di banding target nasional yaitu 80%. Karena melihat situasi lapangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Bantul menerima tawaran kerjasama di Bidang peningkatan ASI Eksklusif bersama Mercy Corp untuk membuat program Kelompok Pendukung Ibu (KP IBU). Berawal dari sebuah penelitian oleh Mercy Corp di Kecamatan Banguntapan, Puskesmas setempat berinisiatif untuk menyempurnakan dan menggandeng LSM peduli ASI ini untuk membuat program
pemberdayaan kesehatan Ibu dan Anak berbasis masyarakat bernama Kelompok Pendukung Ibu. Data menujukan, KP IBU di Kabupaten Bantul mampu meningkatkan cakupan ASI Eksklusif ke angka 25,21% di tahun 2009 dan tembus 63% di tahun 2012. Dengan hasil yang memuaskan ini KP Ibu di tetapkan sebagi program unggulan di bidang kesehatan Kabupaten Bantul. Sebelum KP Ibu di tetapkan sebagai salah satu program unggulan Pemerintah Kabupaten Bantul dalam mengentaskan masalah kesetahan, Kabupaten Bantul telah meluncurkan Program Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan (DB4MK) di tahun 2006. Program ini vakum dan terhenti manakala Gempa Bumi mengguncang Bantul, oleh sebab itu Kabupaten Bantul fokus dalam penanganan rehabilitasi Pasca Gempa. Setelah terhenti beberapa saat DB4MK kembali di galakan dan KP Ibu secara resmi di angkat sebagai program unggulan di tahun 2009 sebagai solusi dalam mengatasi DB4MK. KP Ibu di Kabupaten ini tidak hanya fokus terhadap ASI Eklusif dan IMD akan tetapi menjadi kelas sebaya yang mana penyampaian informasi berbagai masalah kesehatan masuk dalam KP Ibu.
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kabupaten Bantul
3
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Rincian Inovasi I. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bantul yang bervisi menjadi kabupaten Sehat dan berupaya menjadi kabupaten Mandiri (Perda Kab. Bantul No.12 Th.2010) memiliki konsekuensi harus mampu mandiri dalam berbagai bidang termasuk ekonomi, pendidikan dan pelayanan kesehatan. Berbagai langkah inovasi harus selalu ada di setiap arah kebijakan guna mencapai Bantul yang mandiri dan Sehat. Bidang kemandiriaan kabupaten Bantul tidak lepas juga mencakup bidang Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak. Pengetahuaan atas hak-hak anak dan langkah-langkah antisipasi dalam kaitanya menjaga kesehatan bayi dan ibu penting di ketahui dan di beri fasilitas khusus guna setiap masyarakat dapat mengetahui dan berperan aktif di dalamnya. Pengetahuan akan ASI eksklusif dan kesedaran akan kesehatan ibu dan anak di kalangan masyarakat Bantul selama ini dirasa masih kurang. Di lihat dari angka kematian bayi sebesar 12/1000 kelahiran hidup 2005 dan 9,8/1000 kelahiran hidup di tahun 2006 dan capaian ASI eksklusif belum tembus angka 30% (Profil Kesehatan Kab.Bantul 2012). Oleh sebab itu kesadaran atas pemenuhan atas hak anak dan pengetahuan akan kesehatan ibu dan anak perlu ada perhatian khusus agar visi Kabupaten Bantul menjadi Kabupaten sehat dapat terwujud. Pemberian ASI eksklusif sejak dari lahir hingga khususnya 6 bulan pertama terbukti mampu mengurangi dampak resiko kematian bayi. Karena ASI merupakan makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan bayi (Indonesia Sehat 2010). Pemberian ASI Eksklusif di negara-negara berkembang ternyata mampu menurunkan secara tajam angka kematian bayi dengan menurunkan penyakit diare dan infeksi lainnya. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif berturut-turut dapat mengurangi 22% dan 13% kematian neonatus (Utami, 2009). Di sisi lain masuknya susu formula dengan bantuan kemanusiaan ketika Kabupaten Bantul tahun 2006 di guncang gempa menambah parah kondisi balita di pengungsian. Hasil survei yang dilakukan oleh UNICEF, satu bulan setelah gempa Yogyakarta tahun 2006 menunjukkan bahwa tiga dari empat keluarga dengan anak-anak di bawah usia enam bulan menerima bantuan susu formula. Survei ini juga menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan pemberian susu formula dari 32 persen pada saat
sebelum bencana menjadi 43 persen setelah bencana. Akibatnya kasus diare di kalangan bayi di bawah usia enam bulan yang mendapatkan susu formula menjadi dua kali lipat (25.4 persen) dibandingkan dengan bayi-bayi yang tidak mendapat susu formula (11.5 persen). Kasus diare di kalangan anak usia antara enam bulan sampai 23 bulan juga meningkat sebanyak lima kali lipat dibandingkan dengan sebelum bencana. Susu formula dan susu bubuk merupakan sumbangan yang banyak diberikan dalam keadaan darurat. Sayangnya pembagian produk ini seringkali tidak terkontrol dan dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak yang masih perlu mendapat ASI. Pola budaya pemberian ASI banyak bergeser ke susu formula yang notabenenya bermasksud baik dalam lingkup penanggulangan bencana, akan tetapi berdampak buruk untuk kedepannya. Strategi lama seperti penyebaran brosur, stiker dan poster dalam mengampayekan pentingnya ASI bagi bayi terkesan tidak efektif mengingat cakupan ASI di kabupaten Bantul masih rendah. Untuk itulah, maka pemerintah Kabupaten Bantul selalu berupaya mencari strategi yang efektif dan efisien untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif dan IMD begitu pula perbaikan gizi balita. Pemerintah menerapkan prinsip terbuka atas masukan dan siap bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait yang mendukung. Sejak Posyandu di adakan tahun 1989 dalam upaya perbaikan gizi terutama balita yang dilakukan dengan intervensi melalui pendidikan gizi; pemberian vitamin A; fortifikasi garam yodium; makanan tambahan balita gizi buruk dan gizi kurang; makanan pendampingan ASI; pemantauan dan penanganan gizi buruk namun dari kesemua intervensi tersebut belum menunjukan hasil yang menggembirakan (Dinkes DIY 2009). Diawali dari keprihatinan Pemkab Bantul merespon kebutuhan akan pendampingan dan dukungan bagi Ibu hamil dan menyusui, melalui dinas kesehatan Kabupaten Bantul meluncurkan program DB4MK tahun 2006 dan dengan dukungan masyarakat yang peduli akan ASI, Puskesmas dan dibantu NGO seperti Live Saving, CCHP bekerjasama dengan Mercy Corp Indonesia untuk menginisiasi Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) di tahun 2009. Mercy Corp adalah Lembaga Swadaya Masyarakat nirlaba internasional yang peduli terhadap isu peningkatan kesehatan gizi ibu dan anak di negara berkembang dengan mendidik dan mempromosikan ASI eksklusif.
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kabupaten Bantul
4
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Tabel 1. Angka Kematian Bayi per 1000 KH Bantul
Sumber: Istitarini, 2012
Dengan kerjasama ini Pemkab Bantul yang diwakili oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul menyambut baik pelaksanaan program KP Ibu di Kabupaten Bantul. Dengan berawal di Kecamatan Banguntapan sebagai kecamatan percontohan, KP Ibu terbukti mampu meningkatkan cakupan ASI eksklusif sebanyak 8% dalam satu tahun. Mulai dari saat itulah, Pemerintah Kabupaten Bantul melakukan Program Kelompok Pendukung Ibu (KP IBU).
II. Inisiasi Dimulai dari masih kurangnya kesadaran masyarakat Bantul akan kesehatan ibu dan anak dan minimnya informasi karena tingkat pendidikan yang berbeda maupun sosialiasasi yang tidak maksimal menjadikan kabupaten ini masih memiliki angka kematian ibu dan bayi yang tinggi sebagai akibat kesehatan dan gizi yang buruk. Dari kondisi ini, Pemda Bantul melakukan inovasi dengan Program Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan plus, atau di singkat DB4MK plus. DB4MK yang di mulai tahun 2006 mengalami kendala akibat bencana alam yang terjadi pada pertengahaan tahun ini. Gempa bumi tidak hanya memporak porandakan fisik bangunan warga Bantul tetapi juga program unggulan DB4MK pun harus berhenti sesaat. Diperparah kondisi pasca gempa, angka konsumsi ASI ekslusif menurun sebagai akibat masuknya susu formula. Dan secara tidak langsung donasi berupa susu formula ditakutkan menjadi ajang promosi terselubung dari berbagai perusahaan susu formula yang akhirnya berpengaruh negatif terhadap pemberian ASI kepada bayi. Melihat kenyataan ini masyarakat dan beberapa LSM bersama Dinas Kesehatan dan masyarakat peduli ASI berupaya keras memberi pertolongan
kepada ibu-ibu menyusui di Bantul. Dengan menggunakan modul WHO/UNICEF 40 jam pelatihan konseling menyusui, telah dilatih kaderkader posyandu dan bidan di desa sebagai motivator ASI di balai desa dan di tenda-tenda pengungsian di 2 kecamatan. Sebagai hasil diperoleh sebanyak 8520 kelompok pendukung ibu dan 6390 orang sadar tentang ASI (Roesli dalam Pardede, 2009). Dengan program DB4MK yang sudah dimulai sejak 2006 (pra gempa) Pemda merespon betapa pentingnya pemberian ASI ekslusif yang sudah terbukti mengurangi angka gizi buruk dan kematian bayi. Pada akhrinya lahirlah turunan program DB4MK yang secara spesifik menangani kesehatan ibu dan anak dengan Gerakan Sayang Ibu dan Kelas Ibu. Disini melalui puskesmas kegiatan di barengkan dengan kegiatan posyandu dengan tidak hanya menekankan gerakan asi ekslusif, dan IMD akan tetapi mengampanyekan pentingnya kesehatan bagi ibu dan bayi, konsultasi dua arah mengenai segala masalah kesehatan, karena ASI ekslusif maupun IMD tidak akan berjalan tanpa bayi, ibu dan lingkungan yang sehat. Tahun 2009 Mercy Corp dan CCHP melalui Bappeda masuk ke kecamatan Banguntapan dengan kepentingan penelitian di desa-desa Banguntapan dengan metode Kelompok Pendukung Ibu (KP IBU) yang hanya secara sepesifik meneliti peningkatan ASI ekslusif. Beberapa gesekanpun terjadi antara Puskesmas Banguntapan I yang telah melakukan Kelas Ibu Komprehensif dengan Mercy yang melakukan hanya memandang aspek kuantitas ASI ekslusif saja. Dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing pada akhirnya kedua belah pihak melakukan kerjasama dengan menggabungkan kedua sistem tersebut dengan nama baru yaitu Kelompok Pendukung Ibu yang menjadi salah satu program peningkatan kesehatan.
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kabupaten Bantul
5
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Melihat efektivitas gabungan kedua sistem yang di bangun di Kecamatan Banguntapan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Pemda Bantul secara resmi menggandeng Mercy corp pada tahun 2009 sebagi mitra dalam mengembangkan model intervensi berbasis masyarakat yakni Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu). Mercy Corp adalah lembaga swadaya masyarakat nirlaba yang bergerak untuk membantu negara-negara yang dilanda ketidakstabilan, bencana, konflik dan kesulitan dan ketertinggalan dengan salah satu konsentrasinya adalah bidang kesehatan ibu dan anak. Dalam kaitannya kesehatan ibu dan anak Mercy Corp menginisiasi mengampanyekan pemberian ASI ekslusif kepada bayi umur 0-6 tahun. Mercy Corp juga ada di balik pembuatan Peraturan pemerintah republik Indonesia No 33 Thaun 2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif. Dalam perdananya KP Ibu di canangkan pada bulan Mei 2009 di kecamatan Banguntapan untuk menjadi kecamatan percontohan. Disini satu kelompok terdiri dari 10-12 ibu hamil dan ibu menyusui 0-6 bulan. Dengan dibantu oleh Motivator setiap 2 minggu atau setidaknya paling lama 1 bulan sekali berkumpul dan tidak jarang kunjungan dari rumah ke rumah untuk saling bertukar pengalaman, berdiskusi dan saling memberi dukungan terkait kesehatan ibu dan anak khususnya seputar kehamilan, menyusui dan perbaikan gizi. Motivator dalam KP Ibu di fasilitasi Puskesmas yang terdiri dari Ibu sebaya di dampingi bidan desa, petugas kesehatan Puskesmas yang sudah dibekali pelatihan KP Ibu. Hasil KP ibu di kecamatan Banguntapan menuai hasil yang baik. dan hasil yang memuaskan ini didukung puskesmas, posyandu, pemerintah desa dan masyarakat. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat berkoordinasi baik dengan posyandu dan pemerintah desa setempat untuk melakukan pembinaan langsung terhadap masyarakat yang antusias dalam menyambut program. Masyarakat ikut andil dalam menggerakan kesadaran akan kesehatan ibu dan anak. Dengan keberhasilan yang telah di capai, Pemda Bantul ekspansi tidak hanya di Kecamatan Banguntapan tetapi mencanangkan KP Ibu di seluruh kecamatan di kabupaten Bantul sebagai perpanjangan program DB4MK.
pemberian ASI Eksklusif akan bisa dilakukan dengan baik. Pengkondisian lingkungan sosial ini, dilakukan dengan membangun kelompok-kelompok yang disebut Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu). KP Ibu ini adalah suatu kegiatan berbasis masyarakat, yang terdiri dari 10–12 orang ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi berusia 0-6 bulan. Mereka berkumpul secara rutin 2 minggu sekali atau sekurangkurangnya sekali dalam satu bulan untuk berbagi pengalaman, ide, dan informasi berkaitan dengan kehamilan, melahirkan dan menyusui. Suasana yang diciptakan adalah suasana saling mendukung dan saling percaya yang di pandu oleh motivator. Motivator disini adalah ibu balita dari wilayah setempat yang telah mendapatkan pelatihan khusus sebagai motivator, dan motivator bersifat sukarela tanpa ada imbalan. Mengapa di pilih ibu balita dari daerah setempat? Karena hal ini berpengaruh secara sosiologis dan psikologis peserta kelompok, ketika sang motivator adalah orang yang mereka kenal dan sebaya dengannya dengan pengalaman yang sama mengurus anak amak secara tidak langsung penyampaian informasi akan lebih mudah tercapai. Dalam mengefektifkan KP Ibu penyelenggara atau pemilik KP Ibu langsung di serahkan kepada PKK setempat. Dalam PKK KP Ibu dimasukan dalam Program Posyandu dengan pendampingan Pembina KP Ibu. Pembina KP Ibu adalah petugas kesehatan Puskesmas setempat yang telah mendapatkan pelatihan dan konseling laktasi dan atau ToT sebagai pembina KP Ibu. Pada umumnya pembina KP Ibu ini adalah Bidan desa yang sudah di beri pelatihan di tingkat kabupaten selama 1 minggu. Di dukung keakraban diantara peserta dan bertambahnya ketrampilan pengalaman Motivator Menyusui sebagai pemandu, pertemuan KP Ibu biasanya menjadi lebih santai dan akrab, karena pertemuan KP Ibu dimaksudkan dan di rancang sebagai pertemuan yang santai dan tidak kaku (Mercy Corp, 2009). Pada dasarnya terdapat 5 bagian dalam setiap pertemuan KP Ibu: 1. Pembukaan 2. Membangun keakraban 3. Pengumunan dan perayaan
III.Implementasi Program KP Ibu adalah sebuah program untuk menciptakan kondisi lingkungan sosial yang mendukung ibu untuk praktek IMD dan dapat menyusui secara eksklusif. Dengan adanya lingkungan sosial yang mendukung, IMD dan
4. Diskusi 5. Kesimpulan dan penutup Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan sekitar 1 jam. Dengan adanya pembatasan waktu sekitar
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kabupaten Bantul
6
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Gambar 1. Proses Rangkaian Program KP IBU Kab.Bantul
Sumber: Istitarini, 2012
satu jam diharapkan kegiatan ini tidak mengganggu tugas para anggota sebagai istri dan ibu di keluarganya, tidak menimbulkan kelelahan dan kebosanan peserta. Dalam perjalanannya KP Ibu di Kabupaten Bantul tidak menemui kendala yang berarti. Posyandu dari awal sudah berjalan baik dan masyarakat sebagai ujung tombak program ini juga memiliki tanggapan yang baik. Pelaksanakan kegiatan : (1) Sosialisasi KP-Ibu tk Kelurahan, (2) Seleksi motivator, (3) Pelatihan motivator, (4) Operasional KP-Ibu dan (5) Mentoring motivator dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan evaluasi, ditemukan bahwa ada peningkatan cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Bantul.1 Untuk itu, maka Program KP Ibu dilanjutkan. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul membuat beberapa terobosan dan inovasi, agar KP Ibu ini terus berjalan, yaitu: 1. Memasukan bahwa Program KP Ibu ini menjadi agenda unggulan Kabupaten Bantul sebagai turunan program DB4MK Plus yang sudah berjalan lebih dulu. DB4MK Plus adalah Program Pemda Bantul dibawah Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul untuk mewujudkan Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan (menurunkan AKI, AKB, DBD, Penderita gizi
1
Dengan Kecamatan Banguntapan sebagai acuan. Tahun 2009 cakupan ASI eksklusif meningkat 8% dalam satu tahun.
buruk dan Penemuan TBC). Dengan tujuan umum meningkatkan derajat kesehatan melalui penggalian potensi dan peran serta masyarakat. Langkah yang di ambil dengan mengubah pola pikir, sikap, tindakan pejabat maupun masyarakat terhadap masalah kesehatan. 2. Membangun kemandirian dana, kemandirian ini adalah upaya untuk dimana kegiatan KP Ibu bisa memperoleh alokasi dana, sehingga bisa dijalankan. Mempertimbangkan besarnya manfaat kegiatan KP–Ibu bagi masyarakat, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul telah mencanangkan pembentukan KP – Ibu di seluruh dusun / Posyandu di Kabupaten bantul yang dibakukan dalam Surat Edaran Setda Bantul pada bulan Februari 2010 kepada seluruh Kepala Desa se-Kabupaten Bantul agar memfasilitasi pembentukan, regenerasi dan pendampingan berkelanjutan KP – Ibu di wilayahnya melalui Dana ADD ( Alokasi Dana Desa ) dan SK PKK Nomor : 01/Pokja IV/PKK.Kab/I/2010 tentang Penggunaan Bantuan Operasional Posyandu Balita tahun 2010. Guna menjaga kualitas dan untuk mengetahui perkembangan serta hambatan dari Program KP Ibu ini, maka dibangun mekanisme monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan oleh Pembina KP Ibu, baik Pembina KP Ibu yang berasal dari unsur Dinas Kesehatan Kabupaten atau Pembina KP Ibu dari unsur Puskesmas maupun
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kabupaten Bantul
7
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Pembina KP Ibu dari unsur LSM. Monitoring dalam kegiatan KP Ibu ini menjadi satu bagian dalam kegiatan mentoring. Kegiatan mentoring adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh Pembina KP Ibu untuk memberikan input terhadap proses yang sedang berjalan, termasuk menggali kendalakendala apa yang dihadapi sekaligus memfasilitasi pemecahannya. Pembina KP Ibu, melakukan kunjungan pada saat pertemuan KP Ibu berlangsung dan dilakukan pula secara berkala (biasanya 2 bulan sekali). Sedangkan kegiatan evaluasi dilakukan setiap 1 tahun 1 kali. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul adalah pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan evaluasi ini. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul akan membentuk tim evaluator yang terdiri dari gabungan antara Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, PKK dan LSM untuk melakukan evaluasi KP Ibu.
menyusui yang baik dan benar. Tujuan untuk meningkatkan capaian ASI Eksklusif dan praktek IMD dapat dicapai. Dalam masa uji coba di Kecamatan Banguntapan yang merupakan percontohan pertama kali diterapkan KP Ibu, mampu mendorong peningkatan cakupan ASI Eksklusif sebanyak 8% dalam 1 tahun. Peningkatan cakupan ASI Eksklusif di Kab Bantul di banding dari tahun sebelumnya secara signifikan meningkat 30% pada 2009 menjadi 50% pada akhir tahun 20102. Tabel 2. Jumlah Cakupan ASI Eksklusif Kab.Bantul Berdasarkan Jumlah Bayi
Pihak yang paling memperoleh manfaat dari program ini adalah penerima manfaat langsung, yaitu anak-anak baru lahir dan para ibu dan calon ibu. Sedangkan penerima manfaat tidak langsung, yaitu keluarga, masyarakat umum dan pemerintah Kabupaten Bantul. Keberhasilan Kabupaten Bantul dalam melaksanakan Kelompok Pendukung Ibu meningkatkan cakupan ASI eksklusif dan Praktek IMD, telah menjadikan beberapa daerah belajar atas keberhasilan ini. Daerah yang sukses mereplikasi program KP Ibu dari Kabupaten Bantul adalah Kota Surakarta. Dengan penerapan KP Ibu Kota ini terjadi peningkatan 9% capaian ASI eksklusif dan IMD di tahun 2011. Di sisi lain segi anggaran dapat di bilang dalam taraf aman karena di dukung dari pos anggaran Alokasi Dana Desa dan pos anggaran Pemberdayaan Masyarakat Desa, untuk teknisnya di bantu Dinas Kesehatan Kabupaten. Dalam mekanisme anggaran KP Ibu dana APBD diturunkan langsung ke Pos APBDes dan anggaran PMD untuk selanjutnya di berikan melalui jalur PKK dan Posyandu setempat dengan mengacu pedoman Perbup Bantul No. 07 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Alokasi dan pelaksanaan Alokasi Dana Desa.
IV. Dampak Substantif Pelaksanaan Program KP Ibu di Kabupaten Bantul membawa cukup banyak dampak positif, Dampak yang bisa dirasakan langsung oleh penerima manfaat antara lain, bahwa hak anak untuk memperoleh ASI bisa dilakukan, selain itu para orangtua khususnya para ibu merasa beruntung memperoleh teman berbagi serta memperoleh banyak informasi mengenai ASI dan bagaimana
Tahun
Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif (%)
2009
25,21
2010
29,20
2011
42,30
2012
63,00
Sumber: (Profil Kesehatan DIY, data diolah)
Peningkatan cakupan ASI Eksklusif yang signifikan, memberikan gambaran bahwa KP Ibu di kabupaten Bantul berjalan dengan baik. Di sisi lain, capaian yang di raih adalah meningkatnya kepedulian dan partisipasi masyarakat untuk pemberian ASI. Hal ini bisa diketahui dari banyaknya dukungan yang sifatnya individu untuk mendukung kegiatan KP Ibu. Dukungan berbentuk apa saja, antara lain: konsumsi untuk pertemuan, tempat untuk pertemuan KP Ibu atau bahkan adanya sharing pengalaman dari ibu-ibu yang sukses dalam memberikan ASI Eksklusif. Dari sini tergambar bahwa program ini mampu menumbuhkan pemberdayaan dalam masyarakat dan tidak selalu tergantung dari asupan sumberdaya dari luar. Dampak positif selanjutnya adalah adanya penguatan terhadap institusi yang ada di Kabupaten Bantul, yaitu menambah tantangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Adanya tantangan yang dihadapi, membuat Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul diharuskan semakin inovatif dalam mengembangkan strategi. Hal ini berbuah pada keberhasilan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dalam menggandeng peran serta berbagai pihak untuk mendukung KP Ibu. Pada awalnya, KP Ibu hanya didukung oleh Dinas Kesehatan 2
Launching Kelompok Pendukung Ibu. Web Pemerintah Kabupaten Bantul. Bantulkab.go.id diakses 1 Jan 2013 21:15 WIB.
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kabupaten Bantul
8
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Grafik 1. Angka Kematian Bayi per 1.000 KH Kab.Bantul Tahun 2006-2011
Sumber: (Profil Kesehatan Kab.Bantul 2012)
Kabupaten Bantul dan Mercy Corp Saat ini, ada cukup banyak pihak yang mendukung, melalui forum multistakeholders dalam KP Ibu, yaitu: PKK, Puskesmas, Bapeda, Pemerintah Kelurahan dan individu dan masyarakat. Dari banyaknya peranserta berbagai pihak, memcahkan pelbagaipersoalan dan juga turut membantu suksesnya program ini. Dari sisi dana dampak positif yang ada saat ini KP Ibu bisa memperoleh alokasi dana dari berbagai sumber, sehingga bisa dijalankan. Salah satunya dari Anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) dengan di terbitkanya SK PKK Nomor: 01/Pokja IV/PKK.Kab/I/2010 tentang Penggunaan Bantuan Operasional Posyandu Balita tahun 2010. Dengan Surat Keputusan tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul telah mencanangkan pembentukan KP – Ibu di seluruh dusun / Posyandu di Kabupaten bantul yang dibakukan dalam Surat Edaran Setda Bantul pada bulan Februari 2010 kepada seluruh Kepala Desa se-Kabupaten Bantul agar memfasilitasi pembentukan, regenerasi dan pendampingan berkelanjutan KP – Ibu di wilayah masing-masing. Di lain pihak telah terbangun kesepakatan bagi peran dalam pelaksanaan KP Ibu di Bantul, yaitu leading sector pelaksanaan KP Ibu adalah PKK Kabupaten Bantul. Sedangkan untuk menjaga kualitas KP Ibu menjadi tugas dari Dinas Kesehatan. Untuk itu Dinas Kesehatan banyak mengalokasikan anggaran untuk memfasilitasi training motivator maupun mentoring. Program KP Ibu tidak saja meningkatkan kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, namun terjadi pada beberapa lembaga pemerintahan dan organisasi
masyarakat seperti puskesmas, PKK tingkat kelurahan dan pemerintah kelurahan. Dengan kapasitas masing-masing mereka miningkatkan peran mereka. Secara tidak langsungpun dampak terhadap perbaikan gizi dan angka kematian bayipun menjadi nyata dengan adanya KP Ibu di Kabupaten Bantul. Grafik 1 menunjukkan kecenderungan penurunan Angka Kematian Bayi secara signifikan pada empat tahun tahun terakhir. Bahkan Kabupaten Bantul sudah bisa melampaui target MDG‟s untuk Angka Kematian Bayi pada tahun 2015 ditargetkan 16 per 1000 kelahiran hidup. Sebuah prestasi yang menggembirakan ketika KP Ibu di jalankan.
V. Institusionalisasi dan Tantangan Untuk menjamin keberlangsungan dan keberadaan program KP ibu, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul memasukkan program KP Ibu ke dalam Program unggulan yang sebelumnya sudah ada yaitu DB4MK Plus yang tertuang dalam perencanaan strategis Dinas Kesehatan. Dimana DB4MK Plus secara langsung memiliki keterkaitan dengan program Kelompok Pendukung Ibu. Dengan menjadikannya program unggulan maka keberlangsungan dan ketersediaan dana guna pelaksanaan program akan aman karena pasti akan mendapat prioritas dalam penyusunan APBD. Di samping itu untuk lebih formal dari setiap Puskesmas tingkat kecamatan dibentuk tim Pendamping kelompok Pendukung Ibu yang dilantik langsung oleh Bupati. Adapun tim terdiri dari Ketua,
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kabupaten Bantul
9
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Sekretaris, Bendahara, Seksi Kegiatan dan Monitoring serta Seksi Pendanaa. Dengan di bentuknya tim ini diharapkan dapat memperjelas peran, fungsi dan tugas masing-masing pihak dan memiliki tanggung jawab penuh atas tugas, fungsi yang di embanya. Tim ini bertanggung jawab langsung kepada Bupati karena KP Ibu merupakan program yang bukan sekedar program pendampingan semata akan tetapi juga menyangkut kesehatan dan masa depan masyarakat Bantul pada umumnya. Untuk tindak lanjut dalam perda, Kabupaten Bantul telah mempelajari lebih lanjut berbagai unsur yang ada di dalamnya dalam kaitanya penggodokan materi tentang ASI eksklusif dan IMD. Bantul saat ini baru mengeluarkan surat edaran Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul Februari 2010 guna memformalisasikan adanya KP Ibu di setiap desa. Penguatan tentang gerakan ASI eksklusif juga di tunangkan kedalam Peraturan Bupati No. 82 Tahun 2012 Tentang ASI Eklusif. Adapun tantangan yang terjadi dalam pengimplementasian KP Ibu di bantul adalah luasnya daerah kabupaten Bantul yang sebagian penduduknya tersebar di sudut-sudut desa mengakibatkan jangkauan atas sosialisasi dan pelaksanaan program mengalami berbagai hambatan (Yasir, 2013). Akan tetapi secara garis besar pengimplementasian program KP Ibu tidak memiliki kendala yang berarti baik dari segi teknis, sistem maupun regulasi. Dalam bidang SDM tenaga kesehatan yang menjadi pendamping dalam Kelompok Pendukung Ibu jumlahnya tersedia. Dan dari kesekian tenaga kesehatan saat ini bidan menjadi prioritas utama untuk menjadi pendamping sebab secara teoritis bidan lebih menguasai dalam bidang ibu dan anak. Hanya saja mekanisme untuk menentukan siapa yang layak menjadi motivator sedikit mengalami kendala mengingat harus di ambil dari ibu balita yang berpengalaman dan kurang lebih sebaya dengan peserta. Disini tidak banyak yang menjadi „panutan‟ di suatu daerah untuk dapat di dengar oleh kalangan sederajat. Sederajat dalam artian sama-sama dari masyarakat umum. Akan tetapi oleh karena sebaya dan sederajat maka informasi yang di berikan jauh lebih mengena.
kondisi kekawatiran masyarakat yang peduli akan kesehatan dan peduli akan ASI menjadikan pemerintah daerah tergerak untuk berinovasi dan mengembangkan pola yang ada menjadi sebuah program yang terbukti mampu menjawab permaslahaan yang selama ini kabupaten ini hadapai. Keterbukaan dan responsif menjadi kunci dalam hal ini dan inovasi tidak hanya berjalan dari atas akan tetapi dapat di mulai dari bawah yang notabene lebih tahu akan permasalahan yang di hadapi.
Terbuka dan koorporatif, ketika ide inovasi muncul pemerintah mampu terbuka dan koorporatif dengan membuka kerjasama dengan pihak yang dinilai kompeten dalam menangani hal ini. Sifat koorporatif dan terbuka penting guna menjalin suasana baik dalam sebuah kerjasama.
Penggunaan sumberdaya yang ada guna melancarkan program. Terlihat dengan keseriusan Pemda dengan mengeluarkan SK PKK untuk alokasi dana ADD dan memasukan KP Ibu sebagai salah satu upaya dalam membentuk DB4MK Plus menjadikan program yang sudah berjalan menjadi lebih efektif dalam pencapain tujuan.
Kekompakan, terlihat kekompakan dalam implementasi KP Ibu terutama pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan program. Seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Posyandu setempat. Dengan KP Ibu setidaknya menambah intensitas komunikasi antar aktor di dalamnya.
Partisipasi masyarakat bisa dibangun, dengan menembak individu setempat sebagai penggeraknya menjadikan rasa akan memiliki program menjadi lebih tumbuh dan partisipasi tumbuh dengan sendirinya dan menjadi sebuah kesadaran bahwa kesehatan bayi adalah penting dengan pemberian ASI eksklusif. Ini terbukti dengan respon masyarakat yang antusias dengan sukarela menyambut KP Ibu ini dengan berbagai cara seperti menyediakan tempat secara sukarela dan bergilir, menyediakan snack maupun hidangan sukarela dan walau tanpa dengan jadwal yang tetap masyarakat dapat menjalankan KP Ibu, ini menjadi bukti bahwa kesadaran dan partisipasi masyarakat terbangun dengan sebuah program yang memasayarakat.
Dan secara garis besar pemenuhan atas hak anak terpenuhi dengan langkah kecil tetapi berpengaruh jangka panjang terhadap kesehatan anak.
VI. Lesson Learned Poin-poin pembelajaran yang dapat di petik dari adanya Kelompok Pendukung Ibu adalah antara lain:
Daya tanggap Pemerintah Daerah yang mampu menangkap inisiasi dari bawah. Berangkat dari
Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kabupaten Bantul
10
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
VII. Peluang Replikasi Pengalaman Kabupaten Bantul menunjukkan bahwa pembuatan program yang baru sesuai dengan kondisi lingkungan perlu dilakukan agar dapat meningkatkan capaian yang lebih besar. Praktek baik dari Kabupaten Bantul dalam Inovasi Strategi Pelaksanaan KP Ibu bisa di replikasi di daerah lain. Pemerintah Daerah dari beberapa wilayah pernah belajar langsung ke Kabupaten Bantul. Mereka mengamati proses kegiatan KP Ibu, sekaligus belajar tentang bagaimana Pemerintah Kabupaten Bantul membuat strategi. Guna mendukung wilayah lain dalam melakukan replikasi, pemerintah Kabupaten Bantul terbuka menerima kunjungan belajar dari wilayah lain. Pemerintah Kabupaten Bantul juga terbuka untuk di undang berbagai pengalaman. Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul akan menyampaikan konsep Kelompok Pendukung (KP) Ibu Menyusui berdasarkan panduan dari Mercy Corps. Mercy Corps telah mengembangkan buku panduan yang bisa di gunakan untuk pengembangan, yang terdiri dari 2 bentuk buku. Buku pertama berjudul “Panduan Dasar Pembina Motivator Menyusui”. Buku ini berisi tentang bagaimana peran Pembina Motivator Menyusui dan bagaimana cara membentuk Kelompok Pendukung (KP) Ibu serta bagaimana Kegiatan Kelompok Pendukung (KP) Ibu Menyusui dilakukan. Buku kedua berjudul “10 Topik Umum Diskusi Kelompok Pendukung Ibu”. Buku ini berisi tentang sepuluh tema terkait kegiatan menyusui yang sering meuncul sebagai pertanyaan ibu-ibu menyusui. Kedua buku ini sudah diperbanyak oleh Mercy Corps dan digunakan untuk mengembangkan Kelompok Pendukung (KP) Ibu Menyusui diberbagai wilayah. Mercy Corps terbuka dan memberi kesempatan kepada instansi atau pihak-pihak yang ingin mengembangkan KP Ibu.
Lampiran Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2010. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2011. Launching Kelompok Pendukung Ibu. Web Pemerintah Kabupaten Bantul. Bantulkab.go.id diakses 1 Jan 2013 21:15 WIB. Pardede, Lucia. 2009. Menyusui: Sebuah Respon Yang Sangat Penting dalam Situasi Darurat, Sudah Siapkah Anda?. Leaflet. Pekan Asi Sedunia. Penatalaksanaan Menyusui dan ASI Eksklusif. Leaflet. Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten Puskesmas Kebondalem Lor. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul No. 12 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul No.14 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2006-2025. Prestasi dan Penghargaan bidang Kesehatan. Web Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Dinkes.bantulkab.go.id diakses 01 Jan 2013 20:31 WIB. Profil Kesehatan Kabupaten Bantul 2012, Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2011. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2012. Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2009. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2010. Rakor Perencanaan dan Penganggaran Terpadu. Web Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Dinkes.bantulkab.go.id diakses 01 Jan 2013 20:43 WIB. Roesli, Utami. 2009. Mengenal ASI Eksklusif Seri Satu. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Referensi Indonesia Sehat 2010. ASI Thok Kenapa Tidak?. Leaflet. Save the Children.
Tim program Heathy start-Mercy Corps Indonesia, 10 Topik Umum Diskusi Kelompok Pendukung Ibu, Mercy Corps, 2008.
Istitarini, Ninik. 2012. Kebijakan Program KIA Kabupaten Bantul. Slide Presentasi . Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
Wawancara langsung. Yasir Heri Santoso. Staff Seksi Bina Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. 1 April 2013 Pukul 10.30 WIB.
Kelompok Pendukung Ibu Bantul di Desa Trimurti. Blog KP Ibu Kec. Srandakan. kpibusrandakan.blogspot.com diakses 02 Jan 2013 10:55 WIB.
Wawancara Langsung. Kuncara Sakti. Kepala Puskesmas Banguntapan I. 22 April 2013 Pukul 08.00 WIB.
Lampiran Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2009. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2010. Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) Kabupaten Bantul
11
http://igi.fisipol.ugm.ac.id