DATABASE GOOD PRACTICE Initiatives for Governance Innovation merupakan wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya mewujudkan tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat ini terdapat lima institusi yang tergabung yakni FISIPOL UGM, FISIP UNSYIAH, FISIP UNTAN, FISIP UNAIR, DAN FISIP UNHAS. Sekretriat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio-Justisia Bulaksumur Yogyakarta 55281 email:
[email protected]
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga Sektor Sub-sektor Provinsi Kota/Kabupaten Institusi Pelaksana Kategori Institusi Penghargaan Kontak
igi.fisipol.ugm.ac.id Mitra
Peneliti
Ekonomi Penyederhanaan Perizinan Jawa Tengah Purbalingga Kantor Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Pemerintah Kabupaten Kantor Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Jalan Mayjend Sungkono KM 2 Purbalingga Telepon: (0281) 891235 Badan Penanaman Modal Jawa Tengah dan Central for Micro and Small Scale Enterprise Dynamic (CEMSED) Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Yoga Putra Prameswari (
[email protected])
Mengapa program/kebijakan tersebut muncul? Kebijakan OSS ini muncul dikarenakan adanya birokrasi yang cenderung berbelit-belit di dalam pelayanan pengurusan dokumen perijinan. Selain itu waktu yang diperlukan untuk memproses dokumen, sangat lama. Pun jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurus dokumen tersebut, tidak ada tranparansinya. Apa tujuan program/kebijakan tersebut? Keberadaan OSS di Purbalingga, mempunyai beberapa tujuan, yakni meningkatkan jumlah dan nilai investasi di Purbalingga, serta menciptakan iklim investasi yang kondusif. Bagaimana gagasan tersebut bekerja? Adanya regulasi dan kemudian diformulasikan ke dalam konsep Pelayanan Terpadu Satu Pintu/One Stop Service (OSS). Dengan adanya OSS, diharapkan dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, khususnya di bidang perijinan.
Siapa inisiatornya? Siapa saja pihak-pihak utama yang terlibat? Di dalam inisiasi awal, Triyono BS mengikutsertakan beberapa pihak untuk mengkonsepkan kebijakan OSS. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses tersebut, antara lain : Dr. Dahyar, Dr Kharisun, Dr Margi Raharjo, Bambang DS, Ir Purnawan Setiadi, dan Prof. Hendrawan Supratikno, Ph. D. Apa perubahan utama yang dihasilkan? Untuk mengurus dokumen perijinan di Purbalingga menjadi lebih mudah, dibandingkan sebelum adanya OSS. Selain itu, dalam mengurus dokumen perijinan tidak lagi membutuhkan waktu yang relatif lama, pun biaya pengurusannya sangat transparan dan dapat diestimasi. Siapa yang paling memperoleh manfaat? Masyarakat dan Para Pelaku Usaha, baik dari dalam maupun luar Purbalingga.
Deskripsi Ringkas Sebelum adanya kebijakan Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu, pelayanan perijinan di Purbalingga sangat lama. Selain waktu yang lama, jumlah biaya dan lamanya waktu tidak dapat diestimasi secara tepat. Tentu hal ini berimplikasi pada keengganan investor untuk berinvestasi di Purbalingga. Guna menumbuhkan minat investor untuk berinvestasi, Pemkab Purbalingga mengeluarkan kebijakan Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu, atau yang lebih dikenal dengan One Stop Service (OSS). Kebijakan OSS di Purbalingga mempunyai beberapa tujuan. Pertama, keberadaan OSS diharapkan mampu meningkatkan jumlah dan nilai investasi di Purbalingga. Meskipun Purbalingga tidak mempunyai infrastruktur yang menunjang kegiatan investasi, seperti; pelabuhan ataupun bandara, namun daerah ini mempunyai pelbagai potensi yang menunjang kegiatan investasi, seperti; potensi tenaga kerja. Kedua, keberadaan OSS diharapkan mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif. Ini berarti Purbalingga menjadi daerah tujuan investasi. Maka untuk merealisasikannya, perlu dibarengi dengan pelayanan prima di bidang perijinan. Dengan adanya pelayanan prima tersebut, harapannya para investor semakin bersemangat untuk berinvestasi di Purbalingga. Keberadaan OSS di Purbalingga merupakan andil dari sosok Bupati Purbalingga saat itu, yakni Triyono Budi Sasongko. Berbagai inisiasi pun dilakukan oleh Triyono BS guna mewujudkan “Purbalingga Pro
Investasi” dengan kebijakan OSS-nya. Langkahlangkah yang dilakukan, yakni Triyono BS beserta aparaturnya melakukan identifikasi potensi daerah yang mendukung kegiatan investasi di Purbalingga. Hasil dari identifikasi kemudian dituangkan ke dalam peta investasi dan profil proyeksi investasi daerah. Identifikasi merupakan tahap yang cukup penting karena setidaknya mampu menggambarkan kondisi di lapangan, apakah daerah mempunyai potensi yang dapat menarik investor atau tidak. Jikalau mempunyai potensi, apakah yang dapat dikembangkan, dan bagaimana proyeksi investasinya. Langkah kedua, menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan investasi. Selain itu, SDM di daerah perlu dikembangkan guna menunjang kegiatan investasi, seperti aparatur pemerintah maupun tenaga kerja. Tanpa adanya kesiapan infrastruktur dan SDM yang memadai, sebesar apapun potensi yang bisa dikembangkan untuk kegiatan investasi akan cenderung sia-sia. Ketiga, memberikan kemudahan di bidang perijinan usaha melalui pelayanan terpadu satu pintu, seperti konsep dan institusionalisasi OSS. Konsep dan institusionalisasi OSS harus diperkuat dengan regulasi yang jelas. Selain itu, Pemkab Purbalingga menghapus adanya pungutan liar (pungli) dan memberikan insentif bagi para investor. Bukan rahasia lagi, kalau pungli menjadi salah satu faktor yang menyebabkan keengganan para investor untuk berinvestasi di daerah. Dengan adanya berbagai kemudahan ini, diharapkan para investor bersedia berinvestasi di Purbalingga.
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
2
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Terakhir, melaksanakan promosi investasi melalui keanekaragaman jenis, mutu layanan informasi, dan kerjasama promosi. Misalnya; melakukan jejaring di bidang promosi investasi dengan meluncurkan Barlingmascakep (Banjarnegara-PurbalinggaBanyumas-Cilacap-Kebumen). Sampai saat ini, keberadaan OSS di Purbalingga telah memberikan perubahan dan dampak positif,
khususnya di bidang perijinan. Pasca OSS diimplementasikan, pengurusan dokumen perijinan menjadi mudah, tidak lagi membutuhkan waktu yang lama, dan biayanya sangat transparan. Dengan adanya praktik baik ini, masyarakat dan para pelaku bisnis mendapatkan manfaat yang cukup besar, yakni pengurusan perijinan menjadi sangat mudah.
Rincian Inovasi I.
melakukan percepatan pembangunan di daerah
LATAR BELAKANG Pasca 1998, pola relasi hubungan
pusat dan daerah mengalami perubahan cukup signifikan. Pola relasinya tak lagi sentralistik, tetapi desentralistik dengan otonomi daerah sebagai salah satu instrumennya. Implikasinya beberapa kewenangan pusat didelegasikan ke
serta menjadi aktor di tingkat lokal yang mampu menciptakan sistem perijinan yang mendukung aktifitas
Dengan adanya pendelegasian kewenangan dari pusat, pemerintah daerah dituntut untuk mampu
mengelola
pelbagai
sumber
daya
daerah secara maksimal demi kepentingan masyarakat. Tentu bukan hal yang mudah mengelola
potensi
terobosan
dan
pemerintah
daerah.
kerja
daerah
keras untuk
Perlu
sebuah
dari
aparatur
memaksimalkan
semua potensi yang dimiliki oleh Purbalingga. Perijinan komponen
merupakan
terpenting
di
salah
dalam
satu
pelayanan
publik.i Pun demikian halnya dengan perijinan di bidang usaha. Beberapa daerah di Indonesia mengimplementasikan
inovasi
di
bidang
perijinan untuk menarik investor, baik investasi dari dalam maupun luar negeri, sekaligus pemaksimalan
potensi
retribusi
untuk
menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD). Faktanya, beberapa pemerintah daerah berhasil
dimulai
dengan
pelayanan perijinan pro investasi yang mudah dan murah. Namun tak sedikit pula pemerintah daerah yang mengalami kegagalan. Secara
daerah, dan daerah secara otonom berhak mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki.
bisnis/usaha,
administratif,
Kabupaten
Purbalingga merupakan wilayah Propinsi Jawa Tengah,
tepatnya
di
bagian
barat
daya.
Sebelum tahun 2000, Kabupaten Purbalingga seringkali disebut daerah pinggiran. Jangankan dibandingkan dengan kabupaten lain yang ada di sekitar ibukota propinsi, dibandingkan dengan beberapa kabupaten di sekitar Eks Karesidenan Banyumas saja, Purbalingga masih tampak kecil. Maka tak heran bila masyarakat di Eks Karesidenan Banyumas menyebut Purbalingga sebagai daerah hinterland-nya Purwokerto.ii Sebagai daerah pinggiran, Purbalingga tidak menjadi prioritas utama para investor. Ini dikarenakan persoalan klise dalam sistem birokrasi,
khususnya
perijinan.
Proses
di
bidang
pelayanan
pengurusan
dokumen
perijinan di Purbalingga saat itu, cenderung berbelit-beli danketidaan transparansi waktu serta biaya (lihat Tabel 1). Bahkan, pengurusan satu perijinan saja bisa memakan waktu ber
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
3
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
bulan-bulan.iii Hal tersebut dapat kita temukan di
adanya pungli dari oknum birokrat. Jika ditinjau
hampir semua pemerintah daerah saat itu, tak
dari infrastruktur kota, Purbalingga tidaklah
terkecuali Purbalingga. Apalagi pengurusan
mempunyai
dokumen yang melibatkan lebih dari satu
pendorong terjadinya investasi, seperti stasiun
instansi, prosesnya jauh lebih lama dan disertai
kereta, bandara, maupun pelabuhan laut.
beberapa
infrastruktur
vital
TABEL 1 JENIS PERIJINAN DAN WAKTU PENGURUSAN DOKUMEN PERIJINAN SEBELUM OSS No.
Jenis Ijin
Waktu Proses
1.
Ijin Lokasi
30
2.
Ijin Pengeringan
30
3.
Ijin Gangguan
32
4.
Ijin Mendirikan Bangunan/IMB
7
5.
Ijin Usaha Perdagangan
4
6.
Ijin Usaha Industri/IUI
4
7.
Tanda Daftar Perusahaan
15
8.
Ijin Reklame
2
9.
Ijin Pertambangan Daerah
15
10
Ijin Usaha Jasa Konstruksi
30
11.
Ijin Usaha Angkutan
5
Sumber : KPPI Kabupaten Purbalingga
Meskipun prioritas
investasi,
tidak
menjadi
Purbalingga
daerah
mempunyai
akan
segera
diimplementasikan
yang
berimplikasi pada “keharusan” daerah untuk
beberapa potensi daerah yang cukup menarik,
mengelola
diantaranya: pertanian, industri kerajinan dan
pertumbuhan
manufaktur (knalpot), pariwisata (wisata alam),
daerah secara mandiri.Pemerintah daerah perlu
dan ketersediaan tenaga kerja. Namun pelbagai
menggali dan mengembangkan secara optimal
potensi
dengan
potensi ekonomi yang dimiliki (act locally and
pelaku
think globally).iv Salah satu caranya dengan
maksimal
tersebut oleh
belum
pemerintah
dikelola maupun
bisnis. Apalagi konsep otonomi daerah saat itu
menciptakan
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
potensi
daerah,
ekonomi,
iklim
4
dan
investasi
meningkatkan pembangunan
yang
kondusif
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
melalui
kebijakan
pro
investasi,
sekaligus
kembali
di
periode
berikutnya.
mengembangkan dunia bisnis di daerah.Untuk
kepemimpinan,
mewujudkan Purbalingga yang ramah investasi,
Pengalaman menjabat pelbagai jabatan di
beberapa kendala teknis seringkali menghadang,
lingkup
antara
lain
infrastruktur
dan
perijinan.
v
beliau
Secara
Depdagri
cukup
menjadi
mapan.
bukti
sahih
kepemimpinan beliau sangat bisa diandalkan.
Diperlukan revitalisasi proses perijinan di daerah
Dari perspektif aparatur pemerintah
yang mendukung adanya iklim investasi yang
saat itu, inisiasi dan pembentukan pelayanan
kondusif.
perijinan terpadu satu pintu menimbulkan sedikit
II.
kegelisahan
di
kalangan
birokrat,
meskipun tidak terjadi secara frontal. Ini
INISIASI Seperti yang telah dipaparkan diatas,
kebijakan Purbalingga Pro Investasidengan
berhubungan dengan akan hilangnya “lahan basah”
beberapa
instansi
yang
dulunya
program pelayanan terpadu satu pintu/”one
diberikan kewenangan mengurus perijinan.
stop service”(OSS), merupakan inisiatif dari
Perlu diketahui, pengurusan perijinan sebelum
Triyono Budi Sasongko. Beliau merupakan bupati Purbalingga periode 2000 – 2005 dan 2005
–
2010.
Sebelum
menjadi
bupati
Purbalingga, Triyono pernah menjabat sebagai Kepala Sub Direktorat Bina Pengendalian Dampak Lingkungan di Departemen Dalam Negeri (Depdagri). Jejaring beliau dengan pemerintah
pusat
sangat
kuat.
Mengurus
birokrasi bukan hal yang baru bagi beliau. Pengalaman beliau sebagai pegawai negeri sipil di lingkup Depdagri selama bertahuntahun, telah memberikan kecakapan dalam mengurus
birokrasi
serta
berkomunikasi
dengan masyarakat. Apalagi semenjak kuliah, disiplin
ilmu
yang
beliau
pelajari
adalah
administrasi negara. Disiplin ilmu tersebut tentu mengasah
kecakapan
beliau
di
bidang
Ditinjau dari legitimasi politik, posisi sangatlah
kuat.Buktinya,
Bambang DS, munculnya OSS sedikit banyak memberikan “tekanan psikologis” bagi para kepala
dinas vi
Purbalingga.
di
lingkungan
Adanya
KPPI
Pemkab seolah
mengeringkan “lahan basah” para oknum birokrat. Inisiatif OSS ini muncul sekitar tahun 2001. Proses awal mobilisasi gagasan tentang OSS ini dilakukan secara informal.vii Sebagai pejabat bupati yang baru dan orang baru di lingkup Pemkab Purbalingga, tentu sangat lumrah jika Triyono BS ingin mengetahui pelbagai potensi ekonomi Purbalingga yang potensial Triyono
untuk BS
dikembangkan.
mengajak
asisten
Seringkali dan
staf
perekonomiannya untuk bersafari ke berbagai daerah di Purbalingga secara spontan. Hal ini
pelayanan publik dan birokrasi.
beliau
ada OSS, langsung ke instansi terkait. Menurut
di
dalam
pemilihan bupati dan wakil bupati beliau terpilih sebagai bupati dengan mendapatkan suara lebih dari 50% (24 dari 45 suara) dari seluruh anggota DPRD Purbalingga dan menjadi bupati
dilakukan dalam rangka menggali informasi tentang potensi-potensi masing-masing daerah tersebut, semisal mengunjungi sentra usaha knalpot dan beberapa industri lainnya. Beliau berdialog secara langsung dengan warga dan pelaku bisnis di Purbalingga. Tujuannya agar
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
5
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
beliau
mendapatkan
lapangan,
terkait
gambaran potensi
faktual
daerah
di dan
pelayanan publik pemerintah. Umumnya, para
Sumber daya manusia di Purbalingga rata-rata hanya lulusan setingkat SMP dan SMA.
pelaku bisnis di Purbalingga mengeluhkan
Menindaklanjuti hasil diskusi tersebut,
kesulitan dalam hal perijinan usaha. Safari
Pemkab
kerja yang dibarengi dengan dialog interaktif ini
proyek daerah yang bernama PIKB (Pusat
dilakukan Triyono BS selama kurang lebih
Informasi dan Konsultasi Bisnis). Proyek PIKB
enam bulan.
ini diketuai oleh Ir. Purnawan Setiadi. Tujuan
Masih Purbalingga pelbagai
di
pun
tahun
2001,
dan
membentuk
dibentuknya PIKB ini, yakni memberikan input
survei
terkait
bagi proses revitalisasi perijinan dan pelayanan
kendala
yang
investasi. Beberapa pihak yang diikutsertakan
dihadapi oleh calon investor/investor. Dari survey
dalam PIKB ini, antara lain :
tersebut diketahui bahwa yang menjadi kendala
1. Bambang
investor selama ini adalah masalah infrastruktur, permodalan,
pemasaran
dan
pengurusan
perijinan. Setelah memperoleh informasi di lapangan hasil dialog, survei, dan safari kerja; langkah Pemkab
selanjutnya
yang
Purbalingga
dilakukan
adalah
sebuah
Pemkab
melakukan
permasalahan
Purbalingga
oleh
menentukan
desain/model perekonomian mana yang tepat
DS
(Kabag
Perekonomian
Purbalingga 2000-2005) 2. DR.
Dahyar
(Utusan
Kementrian
Perindustrian Pusat) 3. DR. Kharisun (Dosen Universitas Jendral Soedirman) 4. DR. Margi Raharjo(Alumni ITB) 5. Staf Perekonomian Pemkab Purbalingga.
untuk Purbalingga. Lalu Triyono BS mengadakan diskusi informal yang melibatkan beberapa pakar
Posisi PIKB disini bukanlah sebagai cikal bakal
di bidangnya, antara lain : Dr Kharisun, Dr
Kantor Pelayanan Perijinan dan Investasi
Dahyar,
dan
(KPPI), namun sekedar think-thank atau wadah
tersebut
secara
Ir
Purnawan garis
Setiadi. Diskusi
besar
menyimpulkan
pemikiran
awal
guna
menggali ix
informasi
bahwa Purbalingga membutuhkan inovasi di
potensi di Purbalingga.
bidang
dilakukan PIKB saat itu, meliputi: penggalian
perekonomian
untuk
menumbuhkan
perekonomian masyarakatnya. Adapun poin-poin
informasi
lain yang dihasilkan dari diskusi tersebut, antara
sinergi/jejaring
viii
lain
:
Aktifitas PIKB yang
potensi
membuat
daerah,
dengan
konsep
peluang
instansi
OSS.
lain,
Konsep
dan
OSS
di
Wilayah Purbalingga kurang strategis
Purbalingga mengacu pada Keputusan Menteri
sebagai
Pendayagunaan Aparatur Negara/Kepmenpan
daerah
perdagangan.
Ini
dikarenakan wilayahnya tidak dilewati
Nomor
81
Tahun
jalur perdagangan Pantura maupun jalur
Kepmenpan
Nomor
81
kereta api.
menggariskan
pola
pelayanan
Sumber daya alam Purbalingga tidaklah
adalah
menonjol.
pelayanan umum diselenggarakan oleh sebuah
satu pintu,
instansi
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
secara
6
1993.
Secara Tahun
dimana
tunggal
implisit, 1993
yang
ideal
perijinan
dengan
dan
prinsip
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
sederhana, jelas, aman, transparan, efisien, x
ekonomis, adil, dan
tepat waktu.
memangku kepentingan penanaman modal
Untuk
disebut dengan Kantor Penanaman Modal
memperkuat konsep OSS di level praksis dan
(KPM). Di tahun 2010, kedua instansi ini
kelembagaan, Ir Purnawan Setiadi bersama
disatukan
ditugaskan untuk study banding ke Pemkab
Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu
Gianyar Bali tepatnya Kantor Perijinan OSS.
xi
dengan
nama
Kantor
Pembentukan
dan
pengelolaan
Penanaman
perijinan terpadu bukanlah hal yang mudah
Modal (BPM) Jawa Tengah merencanakan
untuk diimplementasikan dikarenakan belum
konsep KPPI. Dalam hal ini BPM Jateng
adanya acuan kepastian hukum (perundangan-
memberikan
dan
undangan) di tingkat pusat terutama soal
pendampingan kepada Pemkab Purbalingga
kelembagaan, seperti adanya undang-undang
dengan mengutus tim CEMSED (Central for
maupun peraturan pemerintah yang mengatur
Micro and Small Scale Enterprise Dynamic)
pembentukan instansi tersebut. Belum adanya
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Standar Operasional Prosedur (SOP) serta
yang diwakili oleh Prof Hendrawan Supratikno,
minimnya SDM di lingkup pemerintah, juga
Ph.D.
menjadi kendala tersendiri.
Segala
Badan
dengan
(KPMPT)
Pada tahun 2002,Pemkab Purbalingga bekerjasama
kembali
pelayanan
fasilitasi
konsultasi
konsultasi
dan
pendampingan tersebut dibiayai oleh BPM III.
Jateng. Beberapa kegiatan bersama dengan
IMPLEMENTASI Pada
pertengahan
tahun
2003,
pihak CEMSED antara lain; dialog interaktif
pengelolaan perijinan dan investasi secara
antara bupati dengan berbagai pihak terkait
resmi
dan pendampingan terkait dengan strategi
Pelayanan Perijinan dan Investasi (KPPI).
pengembangan
Purbalingga.
Penyatuan institusi pengelolaan perijinan dan
Setelah semua rancangan konsep sudah final,
investasi didasarkan pada Peraturan Daerah
maka dibentuklah Kantor Pelayanan Perizinan
(Perda) Kabupaten Purbalingga Nomor 21
dan Investasi (KPPI) di tahun 2003.Hal ini
Tahun 2003 Tentang Pembentukan Organisasi
sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda)
dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perijinan dan
Nomor 21 Tahun 2003. Pasca munculnya
Investasi, diperkuat dengan Surat Keputusan
perda ini persiapan dan penataan kantor
(SK) Bupati Purbalingga Nomor 44 Tahun 2003
sesegera
Tentang Pengalihan Pengelolaan Pelayanan
investasi
mungkin
di
dilaksanakan
sehingga
pada tahun 2004 sudah bisa difungsikan.
xii
Di
disatukan
dengan
nama
Kantor
Perijinan dan Investasi Kepada KPPI Kab.
tahun 2008, Pemkab Purbalingga menerapkan
Purbalingga,
perubahan SOT yang memisahkan bidang
Perda Nomor 30 Tahun 2005 Tentang Susunan
perijinan dengan bidang penanaman modal.
Organisasi dan Tata Kerja KPPI.
Institusi yang memiliki kewenangan mengelola
dan
Tidaklah
disempurnakan
berlebihan
jika
dengan
banyak
perijinan, yakni Kantor Pelayanan Perijinan
kalangan
Terpadu (KPPT), sedangkan institusi yang
sebagai pelopor lahirnya perijinan terpadu satu
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
menganggap
7
Kab.
Purbalingga
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
pintu (one stop service). Ini bisa dibuktikan
6. Melaksanakan
dengan lahirnya Peraturan Menteri Dalam
pengembangan
pola
kemitraan dalam dunia usaha di daerah
Negeri (Permendagri) Nomor 24 Tahun 2006
7. Memfasilitasi
pembinaan
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Terpadu
pengembangan
Satu Pintu yang baru dikeluarkan pada tahun
rangka
2006. Melalui peraturan tersebut, Mendagri
pengembangan
menginstruksikan
pengembangan lembaga keuangan non
kepada
Kabupaten/Kota
di
seluruh
Indonesia
untuk
perkreditan
penanaman dunia
dalam modal,
usaha,
serta
bank.
menyelenggarakan pelayanan satu pintu di
8. Melaksanakan administrasi dan tata
bidang perijinan.
usaha kantor.
Adapun
KPPI
9. Melaksanaan tugas lain yang diberikan
sebagaimana tertuang dalam Perda Nomor 21
oleh bupati sesuai dengan bidang
Tahun 2003, yakni membantu bupati di dalam
tugasnya.
penyelenggaraan
tugas
pokok
pemerintahan
daerah
di
bidang pelayanan perijinan dan investasi. Adapun fungsi dari KPPI sendiri yaitu :
Merujuk pada Kepmenpan Nomor 81 Tahun 1993, sistem pelayanan yang dibuat
1. Merumuskan kebijakan teknis di bidang perijinan dan investasi.
berbasiskan komputer (Computer Base Service System) dengan tujuan : (1) Mempercepat
2. Melaksanaan pelayanan perijinan dan
proses layanan (2) Mengintegrasikan input dan
investasi sesuai dengan kewenangan
output layanan yang saling terkait secara
yang dimiliki.
otomatis (3) Membangun database yang akurat
3. Mengelola informasi dan data di bidang perijinan peluang usaha dan investasi. 4. Memfasilitasi
pengembangan
(4) Menyediakan bahan analisis data untuk menyajikan informasi publik maupun informasi pendukung keputusan pada instansi terkait,
kerjasama dengan pihak perbankan
dan
dan perusahaan daerah dalam rangka
diselenggarakan pelayanan elektronis
peningkatan penanaman modal.
pemerintah.xiii Dalam pelayanan OSS, ada 13
5. Memfasilitasi
pembinaan
pengembangan dunia usaha.
dan
ijin
(5)
yang
meletakkan
dikelola
KPPI
pondasi
dengan
bagi oleh
waktu
pengurusan dokumen yang lebih singkat (lihat Tabel
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
2).
8
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
TABEL 2 JENIS PERIJINAN DAN WAKTU PENGURUSAN DOKUMEN PERIJINAN DALAM KPPI/KPPT/KPMPT No.
Jenis Ijin
Waktu Proses*
1.
Ijin Lokasi
12
2.
Ijin Pengeringan
12
3.
Ijin Gangguan
10
4.
Ijin Mendirikan Bangunan/IMB
5
5.
Ijin Usaha Perdagangan
3
6.
Ijin Usaha Industri/IUI
3
7.
Tanda Daftar Perusahaan
7
8.
Ijin Reklame
2
9.
Ijin Pertambangan Daerah
7
10
Ijin Usaha Jasa Konstruksi
5
11.
Ijin Usaha Angkutan
5
Sumber : KPPI Kabupaten Purbalingga * Jangka waktu penyelesaian semenjak dokumen dinyatakan lengkap dan benar.
Meskipun jumlah perijinan yang dikelola oleh
dibandingkan pengurusan dokumen perijinan
KPPI semakin banyak, namun jumlah tenaga
sebelum implementasi OSS (lihat Tabel 3).
kerja
yang
dibutuhkan
relatif
sedikit
TABEL 3 JUMLAH PEGAWAI YANG MELAYANI PENGURUSAN DOKUMEN PERIJINAN DALAM KPPI/KPPT/KPMPT No.
Jenis Ijin
Jumlah Pegawai Lama
KPPT
1.
Ijin Lokasi
3
1
2.
Ijin Pengeringan
3
1
3.
Ijin Gangguan
2
1
4.
Ijin Mendirikan Bangunan/IMB
5
1
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
9
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
5.
Ijin Usaha Perdagangan
3
1
6.
Ijin Usaha Industri/IUI
3
1
7.
Tanda Daftar Perusahaan
2
1
8.
Ijin Reklame
6
2
9.
Ijin Pertambangan Daerah
4
1
10
Ijin Usaha Jasa Konstruksi
2
1
11.
Ijin Usaha Angkutan
2
1
Sumber : KPPI Kabupaten Purbalingga
Dalam implementasi program OSS,
yang harus dilalui berkas perijinan sebelum
pelayanan perijinan dimulai dari penerimaan
disahkan
berkas permohonan, berkas diproses, berkas
prosedur perijinan yang sederhana diharapkan
ditolak/disetujui,
masyarakat
dan
dilanjutkan
dengan
oleh
KPPI.
maupun
Selain
investor
itu,
dengan
memperoleh
penandatanganan dokumen ijin oleh KPPI
pelayanan yang prima di bidang perijinan
(sekarang
usaha.Adapun alur proses dokumen perijinan
perijinan
KPMPT). dibuat
Prosedur
sangat
pelayanan
sederhana
agar
di KPPI seperti berikut ini (lihat di Bagan 2).
masyarakat/investor mudah memahami alur
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
10
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
BAGAN 2 PROSEDUR PENGURUSAN PERIJINAN TERSTRUKTUR DI KPPI
INFORMASI LOKET
PEMOHON
FRONT OFFICE
ADMINITRASI
Tim Teknis : Perimbangan,
1. Syarat Adm
Profesional&Hasil,
2. Database
Pemeriksaan Lapangan
Forum Rapat, meliputi
Ka Kantor
Ka. Kantor, Ketua Tim
Pengesahan/Penolakan
Ahli, Pimpinan Instansi
(Tanda Tangan)
Terkait, dan Staf
Sumber : KPPI Kabupaten Purbalingga
Untuk mengoptimalkan tugas pokok
diantaranya
gedung/kantor
dan
5
buah
dan fungsi dari KPPI, Pemkab Purbalingga
komputer yang mendukung penerapan sistem
memberikan
yang
SPIPISE.
diambilkan dari APBD Kab. Purbalingga. Selain
diberikan
oleh
anggaran untuk operasionalisasi pelayanan
menjadikan
kinerja
perijinan dan investasi, KPPI diberikan sarana
optimal. Untuk lebih detailnya terkait anggaran
prasarana
dana di KPPI/KPPT/KPMPT, lihat Grafik 1 :
dukungan
yang
anggaran
mendukung
tupoksi,
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
Dukungan
11
serta Pemkab KPPI
fasilitas
yang
Purbalingga dapat
berjalan
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
GRAFIK 1 ANGGARAN DANA DI KPPI/KPPT/KPMPT
JUMLAH ANGGARAN KPPI/KPPT/KPMPT DARI TAHUN 2007 - 2012 1.800.000.000,00 1.600.000.000,00 Belanja Tidak Langsung (Gaji & Tunjangan Pegawai)
1.400.000.000,00 1.200.000.000,00 1.000.000.000,00 600.000.000,00
Belanja Langsung (Operasionalisasi Program dan Instansi)
400.000.000,00
Jumlah Total
800.000.000,00
200.000.000,00 0,00 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber : LAKIP KPPT/KPMPT Kabupaten Purbalingga Tahun Anggaran 2007 - 2011
Dari data anggaran KPPI/KPPT/KPMPT 5
menarik investor dari dalam dan luar negeri
tahun terakhir, nominal anggaran dari tahun
untuk berinvestasi di Purbalingga. Hal ini tak
2007 sampai 2010 mengalami penurunan,
terlepas
sedangkan
pendukung, diantaranya :
di
tahun
2011
mengalami
peningkatan yang signifikan sekitar 30%. Dari nominal anggaran tersebut, sebagian besar dihabiskan
untuk
belanja
pegawai
dan
dari
2) Adanya
tahun
memadai.
pegawai,
komponen
KPPI/KPPT/KPMPT penurunan.
belanja
justru
Anehnya,
dengan
belanja langsung
mengalami
pada
tahun
tren 2011
anggaran instansi ini mengalami kenaikan sekitar 30%, namun jumlah perijinan yang dikeluarkan mengalami penurunan sekitar 36% dibandingkan tahun 2010.
faktor
pemerintah.
prasarana
Berbeda
beberapa
1) Dukungan serta fasilitas yang baik dari
mengalami tren kenaikan dalam kurun waktu 5 terakhir.
adanya
infrastruktur, pelayanan
sarana,
dan
umum
yang
3) Kondisi keamanan serta lingkungan yang mendukung. 4) Ketersediaan SDM yang terampil yang siap pakai. 5) Upah tenaga kerja di Purbalingga yang relatif terjangkau. 6) Kerja Keras KPPI dalam memberikan
Di dalam proses implementasi KPPI
pelayanan prima kepada investor.
sampai berubah nama menjadi KPMPT, tidak pernah
terjadi xiv
masyarakat. membawa
di
Selain karena beberapa faktor pendukung
KPPI dipandang lebih banyak
diatas, para investor bersedia melakukan
sisi
adanya
pro
kemanfaatan
kontra
dan
mampu
investasi di Purbalingga dikarenakan adanya
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
12
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
insentif bagi investor dengan kerjasama dari beberapa
pihak,
seperti
:
BPD
6. PPTK
BKK
diwajibkan
kegiatannya
melaporkan
secara
rutin
(per
memberikan keringanan buka pinjaman modal
bulan) kepada Kepala KPPI dan
yang ditanggung oleh Pemkab Purbalingga,
instansi terkait.
tentu dengan prosedur yang sudah ditentukan oleh KPPI.
Sebagaimana
layaknya
sebuah
Meskipun kinerja KPPI sejauh ini sudah
kebijakan, program OSS yang dilakukan KPPI
berjalan optimal, tetap saja muncul beberapa
tentu memerlukan adanya evaluasi. Evaluasi
persoalan
seperti
ini dilakukan untuk melihat sejauhmana tingkat
Teknis
keberhasilan program OSS di Purbalingga.
mempunyai
Adapun yang melakukan evaluasi tersebut,
keterampilan di bidang administrasi maupun
yakni Bupati beserta Tim Teknis dari Pemkab
komputer, serta adanya mutasi pegawai yang
Purbalingga.
di
terbatasnya
level
implementasi,
Pejabat
Kegiatan
Pelaksana
(PPTK)
yang
terjadi di KPPI. Hal ini tentu mempengaruhi
Sebelum
melakukan
evaluasi,
tim
kualitas pelayanan prima dari KPPI itu sendiri.
mempersiapkan beberapa indikator kinerja dari
Meskipun sudah bekerja keras memberikan
komponen yang akan dievaluasi. Evaluasi yang
pelayanan
dilakukan
prima
kepada
masyarakat,
umumnya
menyangkut
tingkat
seringkali pegawainya bekerja kurang efektif
kualitas pelayanan KPPI, jumlah perijinan yang
(terutama di dalam mengejar target yang sudah
dikeluarkan, sejauhmana tingkat efektifitas dari
ditentukan),
perijinan yang telah dikeluarkan, dan kinerja
serta
inefisiensi
di
dalam
menggunakan anggaran yang ada.
masing-masing pegawai di instansi KPPI.
Untuk mengatasi berbagai persoalan
Pasca
evaluasi
didapatkan
beberapa
tersebut, KPPI melakukan beberapa tindakan,
permasalahan dan wanprestasi tertentu. Untuk
diantaranya :
mengatasinya, dilakukan langkah-langkah yang
1. Meningkatkan keterampilan para
bisa
membenahi
permasalahan
tersebut,
pegawai di KPPI dengan berbagai
contohnya : kualitas pelayanan perijinan yang
pelatihan.
kurang maksimal, dibenahi dengan melakukan
2. Meningkatkan
mutu
pelayanan
KPPI dari waktu ke waktu.
(melakukan pelatihan dan pemberian insentif
3. Melakukan upaya promosi ke pihak investor. 4. Selalu
kepada pegawai) serta menerapkan reward and punishment bagi pegawai di KPPI.
menekankan
prinsip
efektifitas dan efisiensi kepada seluruh pegawai KPPI di dalam memberikan pelayanan prima. 5. Melakukan
penguatan kapasitas terhadap pegawai KPPI
tertib
administrasi
seluruh kegiatan di KPPI.
IV.
DAMPAK SUBSTANTIF Adanya
inovasi
OSS
yang
terwujudkan dalam KPPI, memberikan banyak perubahan
bagi
Kab.
Purbalingga.
Perekonomian yang sempat terhantam krisis, kini berdenyut kembali. Menurut Drs. Yusro
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
13
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
(Anggota
DPRD
II
Purbalingga),
inovasi
banyaknya perusahaan besar yang mendirikan
kebijakan perijinan satu pintu di Purbalingga
pabriknya
sudah tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan
International
awalnya yaitu mempermudah proses perijinan
palsu/Korea), PT Sung Shim International
usaha dan merangsang pertumbuhan usaha-
(produsen
kuku
usaha perindustrian masuk ke Purbalingga.
Indokores
Sahabat
a. Dampak
Langsung;
Meningkatnya
Investasi
di
Purbalingga
di
Purbalingga, Eyelash
seperti
(produsen
palsu/Korea) (produsen
hingga
PT mata
PT
wig/Korea).
Terlebih Pemkab Purbalingga mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 56 Tahun 2005 yang mengatur pengurangan keringanan
Suka atau tidak suka, inovasi OSS
dan penghapusan retribusi perijinan di bidang
yang dilakukan oleh KPPI mempunyai dampak
penanaman modal. Tentu hal ini menjadi poin
positif, yakni meningkatnya jumlah investasi di
plus bagi para investor untuk berinvestasi di
Purbalingga. Para investor tak ragu lagi untuk
Purbalingga.
berinvestasi, terlebih Purbalingga mempunyai
Dari tahun 2004 sampai 2011, KPPI
banyak keunggulan dibandingkan daerah lain
sudah mengeluarkan ribuan dokumen perijinan
di Jawa Tengah. Apalagi iklim investasi di
dengan 14 jenis perijinan tersedia (lihat Grafik
Purbalingga sangat kondusif. Ini terlihat dari
2 dan 3).
GRAFIK 2 JUMLAH PERIJINAN YANG TELAH DIKELUARKANKPPI/KPPT/KPMPT DARI TAHUN 2004-2011
PERIJINAN YANG DIKELUARKAN KPPI/KPPT/KPMPT DARI TAHUN 2004 - 2011 5000
4565
4000
3751 3755
3809 4058 4201 4290
3000
2728
2000 1000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
2011
Sumber : KPPI Kabupaten Purbalingga Bisa dilihat pada Grafik 2, jumlah perijinan
dinamis.
yang
dikeluarkan
dikeluarkan
mengalami
grafik
yang
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
Jumlah
dokumen
oleh
14
perijinanyang
KPPI/KPPT/KPMPT
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
mengalami tren kenaikan, yakni dari tahun
oleh KPPI/KPPT/KPMPT terjadi pada tahun
2004 sampai 2006, dan 2007 sampai 2010.
2006 ke 2007, yakni 4565 menjadi 3809
Pada 2004 jumlah perijinan yang dikeluarkan
dokumen; dan di tahun 2010 ke 2011, yakni
sebesar 3751 dokumen, sedangkan di tahun
dari 4290 menjadi 2728 dokumen perijinan.
2006 sebesar 4565 dokumen. Lalu, di tahun
Terlepas dari tren penurunan jumlah perijinan
2007
yang
jumlah
perijinan
yang
dikeluarkan
dikeluarkan,
ini
keberadaan
sebesar
meningkatkan jumlah investasi di Purbalingga.
dokumen.
Tren
penurunan
berperan
menunjukkan,
sebesar 3809 dokumen, dan di tahun 2010 4290
OSS
data
besar
dalam
jumlah dokumen perijinan yang dikeluarkan
GRAFIK 3 JUMLAH PERIJINAN MENURUT JENIS PERIJINANNYA DARI TAHUN 2004-2011
JUMLAH PERIJINAN MENURUT JENIS PERIJINANNYA DARI TAHUN 2004 - 2011 1400 1200
Izin Gangguan
1000
Izin Usaha Perdagangan
800
Izin Reklame
600
Izin Mendirikan Bangunan/IMB
400
Tanda Daftar Perusahaan
200
Perijinan Lain-Lain
0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber : KPPI Kabupaten Purbalingga
Dari 14 layanan perijinan usaha di KPPI/KPPT/KPMPT,
hanya
ada
5
jenis
mempunyai
grafik
yang
dinamis,
namun
memiliki kecenderungan penurunan di tahun
perijinan usaha yang mengeluarkan dokumen
2011.
perijinan tertinggi, yakni ijin gangguan (HO), ijin
penurunan jumlah dokumen perijinan yang
usaha
dikeluarkan di tahun 2011.
perdagangan,
mendirikan
bangunan,
perusahaan.
Kelima
ijin
reklame,
dan
tanda
jenis
ijin
Banyak
faktor
yang
menimbulkan
daftar
perijinan
ini
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
15
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
b. Dampak
Sistemik; Terbukanya
Semisal di tahun 2009, dibebankan potensi PAD
Lapangan Kerja dan Peningkatan
dari retribusi sebesar Rp. 2.021.247.000,00;
Retribusi Daerah
namun yang mampu direalisasikan “hanya” Rp. 1.724.067.370,00. Namun kurang tercapainya
Peningkatan
jumlah
investasi
berdampak positif terhadap kondisi masyarakat. Dengan semakin banyaknya perusahaan dan pabrik yang berdiri di Purbalingga, semakin terbuka
pula
masyarakat.
lapangan Angka
pekerjaan
pengangguran
bagi akan
menurun, sedangkan pendapatan masyarakat Purbalingga mulai meningkat. Ini terlihat dari pendapatan per kapita masyarakat Purbalingga yang mengalami peningkatan, dari 1,89 juta pada 2001 menjadi 2,52 di tahun 2005.xv Dalam tiga tahun terakhir, KPPI (hampir) mampu
target PAD tersebut (lebih) dikarenakan adanya penambahan target 500 juta untuk sektor IMB dengan waktu yang relatif sempit. Selain itu, untuk ijin gangguan (HO) yang sebelumnya per 5 tahun wajib registrasi, sekarang tidak lagi. Pada tahun 2010, PAD yang dikumpulkan KPPI berhasil
melampaui
ditentukan,
target
yakni
yang
sudah
sebesar
Rp.
1.491.247.000,00. Di tahun 2011, KPPI berhasil melampaui
target
yang
dibebankan
sebelumnya, yakni Rp. 1.379.906.000,00. (lihat Tabel 4)
memaksimalkan jumlah PAD yang dibebankan. TABEL 4 REALISASI JUMLAH PAD DARI RETRIBUSI OLEH KPPI/KPPT/KPMPT DARI TAHUN 2009 - 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Komponen Anggaran KPPI/KPPT/KPMPT Pajak Reklame IMB Izin Gangguan/Keramaian (HO) Izin Usaha Perdagangan Izin Usaha Jasa Konstruksi Izin Pengeringan Izin Lokasi Izin Mendirikan Usaha Jasa Pengangkutan Tanda Daftar Industri Izin Pertambangan Galian Gol. C Pend. Hibah Kel. Masy/Perorg/SP3 Total
Realisasi 2009 (Rp)
Realisasi 2010 (Rp)
Realisasi 2011 (Rp)
365.628.920,00 781.912.390,00
406.742.653,00 494.746.280,00
5.407.275,00 844.121.835,00
264.157.210,00 110.057.500,00
306.257.220,00 132.682.500,00
293.516.194,00 101.475.000,00
39.075.000,00 1.546.300,00 93.700.050,00
59.500.000,00 8.053.150,00 71.688.600,00
28.075.000,00 346.601.250,00
5.715.000,00 7.375.000,00
12.090.000,00 7.025.000,00
4.080.000,00 3.250.000,00
4.900.000,00
3.950.000,00
6.750.000,00
1.502.735.403,00
1.633.276.554,00
50.000.000,00 1.724.067.370,00
Sumber : LAKIP KPPT/KPMPT Kabupaten Purbalingga Tahun Anggaran 2009, 2010, dan 2011 c.
Dampak Kelembagaan; Menjadi Contoh Birokrasi Efisien dan Efektif Dalam Memberikan Pelayanan Prima
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
16
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Secara
kelembagaan,
KPPI
dapat
menjadi contoh adanya birokrasi yang efektif,
V.
efisien, dan mampu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Tentu hal ini bisa ditiru dan diterapkan oleh SKPD lain di Purbalingga maupun di daerah lain sehingga stigma birokrasi yang lambat, tidak efektif, dan tidak efisien mampu dihilangkan. Sebelum adanya KPPI, sangat minim ditemukan inovasi maupun terobosan di bidang investasi dan penanaman munculnya dilakukan
modal. KPPI,
Akan
tetapi
banyak
untuk
setelah
inovasi
menarik
yang
investasi
di
Purbalingga. Bahkan, beberapa inovasi tersebut diaplikasikan oleh penyelenggara pemerintahan di
tingkat
pusat.
Adapun
inovasi-inovasi
tersebut, yakni:xvi
Seperti
paparan
yang
sudah
disampaikan diatas, program OSS dengan KPPI
sebagai
instansinya
dilembagakan
secara
perlu
kuat.
untuk Secara
kelembagaan KPPI bisa diperkuat dengan dukungan anggaran, peraturan, aparatur PPTK yang mumpuni, dan kewenangan lain. Terlebih keberadaan KPPI di era desentralisasi seperti sekarang ini serta tuntutan ekonomi global, menjadi urgen. Pemerintah daerah diharuskan mampu mengelola kekayaan daerahnya dan tidak lagi bergantung pada pusat. KPPI mampu memberikan efek domino dari adanya setiap investasi yang masuk, semisal terbukanya
1. Pengurangan,
keringanan,
dan
penghapusan retribusi perijinan di bidang penanaman modal. 2. Pembebasan
lapangan
bagi
ijin
usaha
kecil/mikro.
Perda
Pelayanan
Publik. 5. Standar
daerah,
dan
mampu
retribusi rumah sakit. Untuk memperkuat institusionalisasidan keberlanjutan inovasi di Purbalingga, Pemkab Purbalingga mengeluarkan beberapa kebijakan
3. Standar Pelayanan Publik KPPI. 4. Penetapan
mempercepat
menggenjot jumlah PAD di luar pajak dan
retribusi
Perusahaan
pekerjaan,
pembangunan
gangguan, TDI, SIUP dan Wajib Daftar
INSTITUSIONALISASI DAN TANTANGAN
terkait
pelayanan
perijinan
usaha.
Pertama,kebijakan pengurangan, keringanan, dan penghapusan retribusi perijinan di bidang
Operasional
Publik
dan
Pelayanan Manajemen
Pengaduan.
Perbup Nomor 56 Tahun 2005 dan mempunyai dampak
6. Penerapan Manajemen
Sistem
Informasi
Dalam
Pelayanan
Perijinan. 7. Penerapan
penanaman modal. Kebijakan ini diatur dalam
yang
cukup
signifikan
terhadap
investasi. Dengan semakin rendahnya retribusi perijinan, tentu semakin menarik minat para investor untuk berinvestasi. Terlebih proses
Sistem
Manajemen
Mutu ISO 9001-2000. 8. Pendelegasian
Kedua, Wewenang
Pelayanan Perijinan IMB dan HO tertentu kepada camat.
pengurusan dokumen perijinan cukup cepat.
gangguan,
Pembebasan
TDI,
SIUP
dan
retribusi Wajib
ijin
Daftar
Perusahaan bagi Usaha Mikro. Kebijakan ini tertuang dalam Perbup Nomor 53 Tahun 2007.
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
17
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Usaha ekonomi mikro masyarakat kecil perlu
pengembangan
dilindungi, karena jika tak dilindungi dengan
daerah
kebijakan usaha mikro akan tergilas oleh
mengetahui akar permasalahan yang harus
industri
diprioritaskan, dan mampu mengaktulisasikan
besar.
Dengan
adanya
kebijakan
sebuah
haruslah
daerah.
seorang
yang
gagasannya
calon investor kecil untuk berinvestasi. Toh,
Belajar dari Purbalingga, tentu kita dapat
keberadaan usaha mikro sangat membantu
melihat bagaimana faktor kepemimpinan yang
penyerapan pengurangan
dan
kerja.
membangun
visioner,
seperti ini, tentu menumbuhkan keberanian
tenaga
dalam
Pemimpin
daerah.
Di
samping
visioner mampu meningkatkan pertumbuhan
pembebasan
retribusi,
ekonomi
di
Purbalingga.
Pun
menjadikan
institusionalisasi OSS didukung pula dengan
birokrasi yang lambat, kurang efektif, dan
kebijakan standar pelayanan publik KPPI,
kurang efisien menjadi efektif, tanggap, serta
penetapan perda elayanan publik, dan standar
mampu memberikan pelayanan prima bagi
operasional pelayanan publik dan manajemen
masyarakat, khususnya pelaku ekonomi, baik
pengaduan. Tujuan kebijakan ini agar KPPI
dari dalam maupun luar negeri.
mampu melayani pelaku bisnis di Purbalingga
Di
samping
faktor
kepemimpinan,
dengan pelayanan prima. Dengan pelayanan
kemampuan berkomunikasi dan berjejaring
prima, tentu akan menarik calon investor untuk
juga
berinvestasi di Purbalingga.
Purbalingga, sebelum melakukan inovasi OSS,
Munculnya
kalah
penting.
Dalam
kasus
tersebut
Triyono BS mengundang beberapa pakar untuk
dimaksudkan agar posisi dan kewenangan
duduk bersama, merumuskan permasalahan,
KPPI
serta memprioritaskan permasalahan mana
secara
kebijakan
tak
kelembagaan
menjadi
kuat
sehingga kinerjanya dapat optimal. Tantangan
yang
harus
dicarikan
solusinya.
Dapat
bagi KPPI sendiri, yakni keberlanjutan program
dikatakan, keberhasilan OSS di Purbalingga
ketika terjadi suksesi kepemimpinan. Sudah
dikarenakan adanya demokrasi deliberatif. Ini
menjadi rahasia umum di Indonesia, ketika
terlihat dari adanya dialog interaktif dan safari
pemimpin berganti seringkali kebijakan dari
kerja ke para pelaku usaha di Purbalingga
pemimpin yang lama akan ikut berganti.
sehingga permasalahan substansialnya dapat
Inovasi ini ada ketika kepemimpinan Bupati
ditemukan.
Triyono BS,lagipula program ini menuai banyak
Selain itu, sebelum melakukan inovasi
pujian serta penghargaan. Tentu sangat arif
OSS, Triyono BS mengundang beberapa pakar
jika suksesor Triyono BS mempunyai komitmen
untuk
untuk mengembangkan inovasi ini.
permasalahan,
duduk
bersama, serta
merumuskan memprioritaskan
permasalahan mana yang harus dicarikan VI.
LESSON LEARNED DAN CATATAN KRITIS
solusinya. Dari diskusi dengan pakar ini, serta
Banyak hal yang mampu kita petik dari
kebijakan
program
OSS-nya
Purbalingga,
yakni
kepemimpinan menjadi kunci utama di dalam
dilanjutkan dengan perencanaan dan formulasi yang
matang
dengan
pelbagai
stakeholder terkait membuat kebijakan OSS ini tepat
sasaran.
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
18
Langkah-langkah
yang
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
dilakukan oleh Triyono BS sewaktu menjabat
menjadikan Purbalingga sebagai pemerintah
sebagai
Bupati
dikenal
daerah yang berhasil melakukan inovasi di
dengan
OSS-nya
oleh
bidang perijinan dan menjadikannya sebagai
pemimpin daerah lain di Indonesia. Bahkan di
salah satu obyek studi banding dari daerah lain,
beberapa daerah lain di Indonesia, muncul pula
seperti BPMPT Kab. Cilacap, BPMD Prop. Jawa
pemimpin daerah yang visioner di dalam
Tengah, dan BP2T Kota Magelang. KPPI pun
membangun daerah seperti Walikota Solo,
tidak
Yogyakarta, dan Surabaya.
banding ini. Untuk melakukan studi banding
Purbalingga dapat
dan dicontoh
berkeberatan
dengan
adanya
studi
Secara sekilas, program OSS terlihat
OSS di Purbalingga, cukup dengan mengirim
efektif dan efisien. Perijinan usaha yang
surat ke KPPI. Jika studi banding disetujui,
dulunya
disederhanakan.
pihak KPPI menyediakan tempat pertemuan
Mungkin pemerintah lupa dan abai pada
dan pembicara untuk mendiskusikan seputar
adanya
kemudahan
OSS. Setelah selesai, peserta studi banding
Beberapa
dipersilahkan mengamati sembari tanya jawab
waktu yang lalu, sebuah pabrik di Purbalingga
dengan pegawai KPPI. Ini dilakukan supaya
mencemari sungai dan lingkungan sekitar.
terjadi transfer pengetahuan, baik di level materi
Peristiwa ini tentu menjadi peringatan bagi
maupun praksis.
sangat
rumit,
dampak
mengeluarkan
negatif
perijinan
usaha.
pemerintah, khususnya KPPI untuk selalu memverifikasi secara
setiap
cermat
berkas
sebelum
permohonan mengeluarkan
Ketika keinginan politik sudah ada, langkah
yang
membentuk
kemudian
institusi
dilakukan
dengan
yakni
menerbitkan
perijinan. Penyederhanaan perijinan usaha
peraturan perundang-undangan yang mengatur
satu pintu pun, harus diimbangi dengan
kewenangan,
pengawasan yang baik, terutama sisi ekologi
(tupoksi) institusi. Pemkab Purbalingga sendiri
dan lingkungan.
sudah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda)
tugas
pokok,
serta
fungsi
Kabupaten Purbalingga Nomor 21 Tahun 2003 VII.
PELUANG REPLIKASI
Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Program OSS yang dilakukan oleh
Kerja Kantor Pelayanan Perijinan dan Investasi
mempunyai
dan diperkuat dengan Surat Keputusan (SK)
dampak positif, yakni meningkatnya angka PAD
Bupati Purbalingga Nomor 44 Tahun 2003
dan
ekonomi
Tentang Pengalihan Pengelolaan Pelayanan
masyarakat. Tentu ini menjadi contoh yang baik
Perijinan dan Investasi Kepada KPPI Kab.
untuk direplikasi oleh daerah lain. Kunci utama
Purbalingga.
proses replikasi inovasi/good practice seperti ini
mengatur tentang penguatan institusi.
Pemkab
Purbalingga
meningkatnya
ternyata
pertumbuhan
Kedua
peraturan
tersebut
serta
Kaitannya dengan SOP, tugas pokok,
kepemimpinan di daerah. Tanpa adanya political
dan fungsi; Pemkab Purbalingga juga telah
will, upaya replikasi program ini akan sulit
mengaturnya di dalam Perbup Nomor 101
diwujudkan.
Tahun 2007 Tentang Standar Pelayanan Publik
terletak
political
Keberhasilan
willpemerintah
program
OSS
KPPI, Peraturan Kepala KPPI Nomor 1 Tahun
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
19
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
2007 Tentang Standar Operasional Pelayanan
Nomor 503/176.1/IV/Tahun 2011 Tentang
Publik dan Manajemen Pengaduan. Adapun
Standar
peraturan baru yang mengatur tentang SOP,
Pelayanan
tugas pokok, dan fungsi yakni Peraturan Kepala
Investasi.
Kantor
Penanaman
Terpadu
Modal
Kabupaten
503/176.1/IV/Tahun
dan
Perijinan
Purbalingga
2011
Tentang
Nomor Standar
Pelayanan Publik/Standar Pelayanan Minimal
Pelayanan Minimal
Publik/Standar Perijinan
dan
Surat Keputusan (SK) Bupati Purbalingga Nomor 44
Tahun
2003
Pengelolaan
Tentang
Pelayanan
Pengalihan
Perijinan
dan
Investasi Kepada KPPI Kab. Purbalingga.
Perijinan dan Investasi. MAKALAH DAN LAPORAN : REFERENSI
DPA KPMPT Kabupaten Purbalingga Tahun Anggaran 2012
BUKU : Mugiyarto.
2007.
Jejak
Jejak
Kajian Tentang Pelayanan Perijinan Terpadu. Kajian dilakukan ini oleh CEMSED UKSW
Pembangunan Purbalingga. Purbalingga.
Salatiga Tahun 2002 dan ditulis oleh Sri Sulandjari, MSIE dan Petrus Wijayanto,
PERUNDANG-UNDANGAN : Peraturan
Daerah
Kabupaten
Purbalingga
Nomor 30 Tahun 2005 Tentang Susunan
Daerah
Nomor
21
Kabupaten Tahun
Purbalingga
2003
Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perijinan dan Investasi. Peraturan Bupati Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Pengurangan, Penghapusan
Keringanan, Retribusi
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Masa Akhir
Organisasi dan Tata Kerja KPPI. Peraturan
SE
dan
Perijinan
di
Bidang Penanaman Modal. Peraturan Bupati Nomor 53 Tahun 2007 Tentang Pembebasan Retribusi Ijin Gangguan,
Jabatan
(LKPJ
MAJ)
Bupati
Purbalingga Tahun 2005. LAKIP
KPPI/KPPT/KPMPT
Kabupaten
Purbalingga Tahun Anggaran 2005-2011 Mewujudkan Iklim Yang Kondusif Bagi Investor. Makalah ini disusun oleh Drs. H Triyono Budi Sasongko, M.Si dan disampaikan pada
Dialog
Interaktif
Mewujudkan
Perijinan dan Investasi One Stop Service Di
Wilayah
Barlingmascakeb
di
Purwokerto, 13 April 2006.
TDI, SIUP dan Wajib Daftar Perusahaan bagi Usaha Kecil/Mikro. Peraturan Bupati Nomor 101 Tahun 2007 Tentang Standar Pelayanan Publik KPPI Peraturan Kepala KPPI Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Standar Operasional Pelayanan Publik dan Manajemen Pengaduan Peraturan Kepala Kantor Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kabupaten Purbalingga
BOOKLET DAN BROSUR : Sekilas KPPI dari Kantor Pelayanan Perijinan dan Investasi Kabupaten Purbalingga. Panduan
“Excellent
Service”
dari
Kantor
Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kabupaten Purbalingga. Peluang
dan
Potensi
Purbalingga
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
20
dari
Investasi
Kabupaten
Kantor
Penanaman
http://igi.fisipol.ugm.ac.id
Modal dan Perijinan Terpadu Kabupaten Purbalingga. NARASUMBER Wawancara dengan Ir. Purnawan Setiadi selaku Kepala Seksi Penanaman Modal KPMPT
Wawancara dengan Drs Yusro selaku Mantan Anggota DPRD II Purbalingga Tahun 2000-2010 (Tanggal 26 Juni 2012 Pukul 14.30 WIB.) Wawancara dengan Bambang DS selaku Kabag Perekonomian Pemkab Purbalingga 20002005 (Tanggal 16 Agustus 2012 Pukul 14.38 WIB).
(Tanggal 26 Juni 2012 Pukul 10.15 WIB dan 1 Agustus 2012 Pukul 09.25 WIB)
i
Pelayanan publik terbagi ke dalam tiga tipologi, yaitu pelayanan barang, jasa, dan administratif. Adapun wujud dari pelayanan administratif, yakni pelayanan pelbagai perijinan, baik yang bersifatnya perijinan maupun non perijinan. ii
Lihat Mugiyarto. 2007. Hal 160
iii
Mengacu pada data tahun 2010 International Finance Corporation, Indonesia memiliki jumlah hari yang relatif banyak dalam mengurus sebuah perijinan (76 hari). iv
Lihat Makalah “Mewujudkan Iklim Yang Kondusif Bagi Investor”. Makalah ini disusun oleh Drs. H Triyono Budi Sasongko, M.Si yang disampaikan pada Dialog Interaktif Mewujudkan Perijinan dan Investasi One Stop Service Di Wilayah Barlingmascakeb di Purwokerto, 13 April 2006. v
Pada tahun 2002, Komite Pamantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) melakukan sebuah survei. Hasil survei tersebut menampilkan pellbagai permasalahan pokok di dalam investasi, antara lain faktor daya tarik investasi daerah, kondisi sosial politik, infrastruktur fisik, kondisi ekonomi daerah, dan produktifitas tenaga kerja. vi
Wawancara dengan Bambang DS selaku Kabag Perekonomian Pemkab Purbalingga 2000-2005, Tanggal 16 Agustus 2012 Pukul 14.38 WIB. vii
Wawancara dengan Ir. Purnawan Setiadi selaku Kasi Penanaman Modal KPMPT, Tanggal 26 Juni 2012. Pukul 10.15 WIB. viii
Ibid.Tanggal 26 Juni 2012 Pukul 10.15 WIB.
ix
Ibid.Tanggal 26 Juni 2012 Pukul 10.15 WIB.
x
Lihat Kajian Tentang Pelayanan Perijinan Terpadu. Kajian ini ditulis oleh Sri Sulandjari, MSIE dan Petrus Wijayanto, SE yang dipublikasikan oleh CEMSED UKSW Salatiga Tahun 2002. Hal 12 xi
Wawancara dengan Bambang DS selaku Kabag Perekonomian Pemkab Purbalingga 2000-2005, Tanggal 16 Agustus 2012 Pukul 14.38 WIB. xii
Wawancara dengan Ir. Purnawan Setiadi, 1 Agustus 2012 Pukul 09.25 WIB. xiii
Lihat Kajian Tentang Pelayanan Perijinan Terpadu. Kajian ini ditulis oleh Sri Sulandjari, MSIE dan Petrus Wijayanto, SE yang dipublikasikan oleh CEMSED UKSW Salatiga Tahun 2002. Hal 12 xiv
Wawancara dengan Ir. Purnawan Setiadi, 1 Agustus 2012 Pukul 09.25 WIB. xv
Lihat Mugiyarto. 2007. Hal 189.
xvi
Booklet “Excellent Service” dari Kantor Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kabupaten Purbalingga.
Pelayanan Perijinan Satu Pintu Kabupaten Purbalingga
21
http://igi.fisipol.ugm.ac.id