Bab I I.1
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Topik stoikiometri terdiri dari konsep-konsep, prinsip, aturan, dan hukum dasar kimia yang cukup penting dan mendasar untuk mendukung pemahaman konsepkonsep lain dalam ilmu kimia seperti konsep-konsep dalam kinetika kimia, reaksi kesetimbangan, kimia larutan, termokimia, dan lain-lain. Kesulitan memahami konsep dalam stoikiometri dapat menghambat pemahaman siswa atas konsepkonsep lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian tentang pentingnya pemahaman tentang perbandingan stoikiometri dalam konsep persamaan kesetimbangan1 dan pentingnya perbandingan mol dalam konsep pereaksi pembatas2.
Kesulitan tersebut salah satunya ditandai dengan banyaknya penelitian dalam pengembangan ilmu kimia yang merujuk pada terjadinya miskonsepsi dalam pemahaman stoikiometri.
Misalnya penelitian yang dilakukan terhadap 1096
siswa SMA kelas XI dan kelas XII di kota Palangkaraya, Banjarmasin, dan Samarinda, menunjukkan bahwa dari 30 jenis miskonsepsi stoikiometri yang dilakukan siswa, 13 di antaranya adalah miskonsepsi tentang persamaan reaksi, 1 miskonsepsi tentang massa atom relatif atau massa molekul relatif, dan 16 miskonsepsi tentang konsep mol.3 Penelitian lain yang dilakukan pada siswa kelas X menunjukkan terjadinya miskonsepsi tentang pereaksi pembatas4
Beberapa hasil penelitian menawarkan solusi alternatif untuk mengatasi miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa pada konsep stoikiometri. Satu hasil penelitian menawarkan metode pengajaran yang menggunakan analogi kota mol untuk menanamkan konsep mol5. Jalan utama di kota mol adalah jalan mol yang memiliki jembatan mol sebagai penghubung antara rumah-rumah yang dihuni oleh zat pereaksi dan hasil reaksi, juga menghubungkan jalan-jalan kecil bernama jalan gram, jalan volume, dan lain-lain. Alternatif lain yang ditawarkan adalah melalui pengembangan Stepped Supporting Tools (SST)6 dalam
penyelesaian masalah stoikiometri. SST tersebut meliputi (1) pemberian instruksi umum tentang bagaimana menyelesaikan masalah, (2) menunjukkan tahap-tahap proses penyelesaian masalah, (3) menyarankan bagaimana pengerjaan tahap-tahap tersebut, dan akhirnya (4) melengkapi dengan kamus tentang istilah-istilah penting yang digunakan. Berbagai alternatif yang ditawarkan untuk memahami konsep-konsep dalam stoikiometri membuktikan betapa pentingnya konsep stoikiometri dalam ilmu kimia.
Ketika suatu konsep yang penting dan mendasar tidak dapat dikuasai dengan baik dan bahkan menunjukkan terjadinya banyak miskonsepsi, maka hal ini mengindikasikan bahwa konsep tersebut merupakan konsep yang sulit dipahami. Hasil penelitian membuktikan bahwa konsep-konsep dalam stoikiometri (konsep mol, persamaan reaksi, koefisien reaksi, dan pereaksi pembatas) memang merupakan konsep yang sangat sulit dipahami oleh siswa.7,8
Konsep yang dianggap sulit dan bisa menimbulkan miskonsepsi umumnya merupakan konsep-konsep yang rumit atau kompleks.
Dalam stoikiometri,
kerumitan tersebut ditandai oleh banyaknya hukum-hukum dan variabel yang harus dipadukan untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang unik dalam stoikiometri. Keunikan ini menutup kemungkinan pemakaian hukum-hukum atau variabel-variabel tertentu secara langsung, melainkan memerlukan penyesuaian terhadap masalah yang dihadapi.9
Di sisi lain, kegagalan dalam memahami ilmu-ilmu berkategori rumit membutuhkan suatu perspektif rancangan instruksional yang memadai dalam merepresentasikannya. Satu solusi alternatif yang ditawarkan yaitu penggunaan teknologi
hiperteks
melalui
pengkajian
fleksibilitas
kognitif
(Cognitive
Flexibility). Menurut teori fleksibilitas kognitif, konsep rumit perlu dibangun terlebih dahulu dan terapannya disesuaikan dengan kasus yang dihadapi.10
Hiperteks adalah sarana yang memberi kesempatan kepada pembaca untuk membangun (reconstruction)
pengetahuannya sendiri dengan memilih jalur
2
(path) belajar menurut navigasi yang dipilihnya. Selama berinteraksi dengan hiperteks pembaca terus berlatih menghubung-hubungkan konsep yang sesuai, mempergunakan
kognisinya
untuk
mengorganisasikan
informasi-informasi
menurut kebutuhannya sebelum digunakan atau diterapkan pada permasalahan yang dihadapi sesuai dengan konteksnya.
Hal seperti ini hampir tidak bisa
ditemukan pada teks sekuensial seperti pada buku-buku teks.11
Di samping itu karena dalam hiperteks pembaca sendiri yang menentukan navigasi terhadap konten sesuai dengan pemahamannya, maka sebenarnya dalam melaksanakan tugasnya pembaca sekaligus menjadi penyusun dokumen yang akan dibaca saat membacanya. Dengan kata lain, pembaca menjadi penyusun (co-author) atas bacaannya.11 Hal ini merupakan kelebihan lain dari hiperteks yaitu kemampuannya dalam memberdayakan pembaca sebagai penyusun, bukan sekedar pembaca yang pasif.
Penguasaan dua macam kriteria pengetahuan tersebut, yaitu membangun dan menyusun pengetahuan, diistilahkan sebagai pengetahuan lanjut (advanced knowledge). Dalam berbagai literatur tentang teori fleksibilitas kognitif, ditemukan kecenderungan penguasaan pengetahuan lanjut melalui tampilan struktur hiperteks karena sifatnya yang adaptif dalam tinjauan kasus.10-12
Selain itu, melalui tampilannya yang interaktif di mana pembaca bisa berlatih soal tanpa lebih dulu membuka jawabannya, hiperteks dipercaya dapat membantu pembaca
mengembangkan
kemampuan
nalarnya
dalam
belajar
dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi, membangun rasa percaya diri, dan membuat konsep-konsep kimia menjadi lebih mudah diterima dengan rentang kemampuan yang lebih tinggi (a greater range of abilities).13
Permasalahan dasar dalam pengembangan hiperteks adalah bagaimana membantu pengguna memahami struktur dalam hiperteks. Untuk tujuan tersebut maka harus ada koherensi hiperteks yang diwujudkan dalam bentuk keterpautan antar simpul menggunakan bentuk penyajian materi subjek.14 Hiperteks harus menyediakan
3
aturan navigasi logis melalui kerangka tertentu yang mendasari wacana ilmiah materi subjek. Teks harus diuraikan ke dalam bagian-bagian tertentu, namun tetap mempertahankan keterpaduan teks dalam hiperteks tersebut. Penerapan bentuk penyajian materi subjek yang dikaitkan dengan aspek struktur ilmu dari hiperteks terletak pada antar hubungan dari pokok-pokok penulisan antar levelnya (mikro – makro – global). Keterpaduan dalam hiperteks didasarkan pada kriteria ketepatan dan kejelasan dari bagian-bagiannya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka perlu dirancang suatu tampilan hiperteks untuk konsep stoikiometri. Hiperteks stoikiometri ini diharapkan menjadi media pembelajaran alternatif yang dapat diakses secara luas dalam sistem pembelajaran berbasis Web.
I.2
Rumusan Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan uraian di atas adalah “Bagaimana merancang hiperteks dengan aturan navigasi logis untuk mengatasi konsepkonsep rumit pada topik stoikiometri?”. Penelitian ini akan dilakukan dengan cara pengalihan teks menjadi hiperteks.
Agar permasalahan tidak meluas maka dibuat batasan permasalahan sebagai berikut : (a) Bagaimana karakteristik kerumitan topik stoikiometri? (b) Bagaimana membuat rancangan hiperteks dengan aturan navigasi yang dapat mengatasi kerumitan konsep stoikiometri? I.3
Batasan Masalah
Agar penelitian lebih terfokus dan tidak meluas, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :
4
(a) Hiperteks yang akan dirancang dan dikembangkan tidak membahas aspek jaringan (network), tapi lebih ke struktur teks dan aturan navigasi yang digunakan dalam tampilannya. (b) Penelitian difokuskan pada pengalihan teks menjadi hiperteks on-line menggunakan kerangka dasar dari literatur terkait. (c) Proses penyusunan atau penulisan hiperteks dilakukan dengan memanfaatkan program eXelearning dan Mozilla Firefox serta dibuat dalam bentuk eXe Package File untuk disimpan dalam format baku SCORM (Sharable Content Object Reference Model) untuk dijadikan materi pembelajaran berbasis web.. I.4
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan utama untuk mengetahui cara mengembangkan rancangan hiperteks yang dapat mengatasi konsep rumit stoikiometri dan menghasilkan model pembelajaran hiperteks topik stoikiometri yang dapat diakses secara langsung. Selain tujuan tersebut, melalui penelitian ini diharapkan juga dapat diketahui tentang : (a) Karakteristik kerumitan konsep stoikiometri. (b) Cara merancang hiperteks stoikiometri dengan aturan navigasi yang dapat mengatasi kerumitan konsep-konsep stoikiometri. I.5
Keluaran
Dari kerja penelitian dan pengembangan yang dilakukan, dihasilkan sistem hiperteks yang diharapkan dapat membangun pemahaman konsep dan prinsip stoikiometri. Sistem hiperteks yang dihasilkan memberi kesempatan luas kepada pengguna untuk memilih lintasan belajarnya sendiri yang biasanya bersifat karakteristik (khas), bisa berbeda dari satu orang pengguna ke pengguna lainnya.
Keluaran tersebut dikemas dalam format baku yang berlaku secara internasional, yaitu format SCORM (Sharable Content Object Reference Model) dan disimpan dalam
sistem
pembelajaran
berbasis
5
web
dengan
alamat
http://courses.fmipa.itb.ac.id/, agar dapat dikembangkan lebih lanjut oleh pengguna atau pendidik lain, untuk menjadi lebih baik dengan berjalannya waktu.
I.6
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : (a) Menghasilkan media pembelajaran alternatif bagi para pengguna untuk memahami konsep-konsep rumit, khususnya pada topik stoikiometri. Cara merancang hiperteks stoikiometri dengan aturan navigasi yang dapat mengatasi kerumitan konsep-konsep stoikiometri. (b) Keluaran dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan untuk membuat model pengajaran yang sejenis pada topik yang berbeda-beda. (c) Sistem hiperteks ini diharapkan dapat memperkaya wawasan tentang model atau program pengajaran berbasis Web.
6