I No.il Dlei
Vrrlrrrne
2(D12
ill|iltilItllillilliltlilt
*ii
Ilrniah
Jurrral a
':jrl l.{r.?^d
ar},nr. ,tt
{i!^irpi rnar!rtn\ llr **r !r\a 1trl*4!a {r.r*!( ii
1, t.. r n :i::: a.ar,,
,:;.i-..",.t,..1"!:;.,r'rilir!:;rir.!q..i..*r{.,r}vltr:,a\r;r,31.nr6i,:arni$i:iaAtrr{
?;:. r :..rr | ! !.,: {i,&a !. !L} ;
ii !:!: 11i ! t
:rt !.'i, : i ;a,
!:
xr_trla,.r i
:6tr.r
arr!r:,j l
,1
,
!r !
.rt dtrai:.: ,i:ati,;& ai:ta,J!
'-1::i;i,..'_,:lt"t!a!.1-dl*n!rltr,1
^!'
(3-,*ar1!
r!.i,..1!,.:_rtnl;,.]n&!!n:ir!t,.,r\:ne!na!n6ioratr]'rt'rdr*4i
.-r.,.a.,.r...:r..:.n!.tin!,:r!i.ra.]*r.r*eacclt!,^,rlcr:arttfte^tfnl,f:_rrtrdfr4rr*l-'litr,tltfrr!rr. ;'.]. I
ta:
lt a
.;;(:]iatr ]li.A5ari vo{t!:
ir:.!:r,
"i;41 -ila{*ai !l, a\:j
arr.tlJx itlrt 8r ,r! ta.a lnc! !r
I!
4( f.;i;! kri 1r1!:iri ,rrt t:lerr l*i;l
,.\1d!;!!
. ' ' i1!:*:;..ulr:,r,t$t_t!r! .
,
"
..
ar:aa
rrr{r.lt!(.\ tiarrv r!rrdAlrn:rar!
,.- ,. i:! *L\i:rinlra,! eaut 5{trg}irlarl r:r{! :r}.:!\ : . :: . .n;:i r ttead:li i:t 'i.,'i '^!n.{ i,l.ii4r^i
..
Jurnal Ragam llmu Jurnal menerima tulisan dari berbagai disiplin llmu, Ekonomi, Sosial Politik, Hukum, Pertanian dan Peternakan, Kesehatan, MIPA, Komputer, Teknologi' Pendidikan. Terbit 6 x setahun. Belum pernah dimuat di Jurnal lain.
Penasehat / Penanggung Jawab
Dr. Galumbang Hutagalung, SE.,MM
Pemimpin Redaksi Dewan Redaksi
Syafriadi, SE.,MM Sarkawi Lubis, S.Pd.,MM Bachtiar Hasugian, S.Pd.,MM Hotbin Hasugian, SE.,M.Si Desi Muliani, SE
Manager Sirkulasi
Jhonson BS. Rajagukguk, S.Sos.,MAP
Alamat Redaksi dan Tata Usaha : JIn. Mangkara No. 21 Medan Tetp. (061)4578360 - (061) 771826'Medan - Sumatera Utara www.ilmuragam.blogspat.com E-mail :
[email protected]
Redaksi menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan oleh media cetak lain. Naskah diketik degan spasi 1,5 pada kertas44. Dewan redaksi berhak
mengevaluasi dan melakukan perubahan terhadap naskah yang masuk untuk form-t tanpa mengubah maksud dan isinya. Tulisan yang tidak dimuat akan dikembalikan kepada penulis untuk diadakan penyempurnaan.
tsi Diluar Tanggung Jawah Percetakan
Jurnal Rlg.m
Ilnu
Volumc I, No.3, Mei 2012
PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR MELALUI PENDIDIKAN NON FORMAL 1-8
Oleh : Dempo M. Lingg€, SE'M.Pd......
TINJAUAN ANTROPOLOGI DARI SEGI AGAMA DAN SOSIAL Oleh : Dm. Hadiani Fiki, M.Si
9-17
PENCGT'NAAN BEBERAPA METODE DAKV/AH DATAM MENGHADAPI TANIANGAN DAKWAIT YANC SEMAKIN KOMPLIT
.
Oleh : Abdul Haris, S.Ag.,M.Si
FORMULASI PIDANA SEUMUR HIDUP DALAM SISTEM HUKUM NASIONAL Oleh : Asin Biki, SH .
23:32
IFAYA MENINCKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAIAM MENYAMPAIKAN PEMBERITAHUAN TAHTJNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAIAK Oleh : Dra. Nurhayati, M.Si.,Ak...............
t8-22
SURAT
................................... 3343
PERJANJIAN KONTRAK DAGANG ANTARA PERUSAHAAN FARMASI DENGAN DISTRIBUTOR
OBAT.OBATAN 44-5t
Oleh : Yusniar Harahap, SH.,MH
PERBANDINGAN KXMAMPUAN APRESIASI CERITA ANAK YANG MENC'GTJNAKAN MEDIA BF.RBASIS CF,TAKAN DENGAN MEDIA BERBASIS MANUSIA PADA SISWA KELAS VIT SMP Oleh : Dra. Rosmeri Saragi[ M.Pd
52-59
PERBANDINGAN BIDANG STUDI EKONOMI KOPERASI DI KELAS X Olch : Osoo Parmonangan Sijabag S.Pd.,M.Pd
A
OF DIRECT AND INDIRECT
COMPARATIVE STUDY
SPEECH
IN
ENGLISH AND
INDONESIAN Oleh : Mardin Silalahi, S.Pd
.. ........ 67:74
THE CORREI,ATION BETWEFN THE MASTERY OF ENGLISH VOCABULARY AND ABILITY IN READING COMPREHENSION Oleh : Dra- Benarita Purba M.Hum
HUBTINGAN PENGAWASAN ORANG PRESTASI BELAJAR ANAK DI SEKOLAH
TUA DALAM PERGAULAN SOSIAI
75:79
TERHADAP 80-89
Oleh : Dra. Corry, M.St.................. ANALIS1S PROSPEK INVES1ASI DI PA"SAR Ol€h : Prof Dr. Poltak Sinaga -.-.............,,.
MODAI
A STIJDY ON THE ERROR ANAIYSIS MADE BY THE Ole| : Elina Lulu Bimasati Rumape. S.Pd.-M.Pd
. 2OO8
90-96
/ 2OO9 SECOND YEAR STUDENTS
97-t07
THE ABII-ITY OF SECOND YEAR STUDENTS lN USING QUESTION TAGS TN SENTENCES OIeh : Tiodora S. Silalahi, S.Pd.,M.Pd ........................ PENERAPAN INFORMAST AKUNTANSI MANAJEMEN DALAM PENGAMBILAN K.EPUTUSAN PADA PT. MT'TIFA MEDAN I r0-117
ERC.ONOMI KONKUREN
:
SUATU PENDEKATAN BAGI PERBAIKAN KUAIITAS DAN
PRODUKTIVITAS SEBAGAI STRATEGI BERSAING UNTUK PASAR GLOBAL Oleh : Ir. Bungaran Tambun, M.Si
...
PENGATURAN PROSES DALAM SISTEM TERDISTRIBUSI Olch : Ir. Omry Pangaribuan- MM ...............
PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRD YANG ISLAMI PADA Pi]MBEI,AJARAN VOI-I]ME KUBUS DAN BAIOK DJ SEKOLAH DASAR Oleh : Crt Mori'la Zrrba'nur,
S Pd,
M.Pd
.
tl8-129 130-140
PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) YANG ISLAMI Pf)A PEMBELAJARAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI SEKOLAHDASAR Cut Morina Zubainur, S.Pd., M.Pd Pendidikan Matematika FKIP Univenitas Syiah Kuala) @osen
Abstrak Rendahnya prestasi matematika siswa' disebabkan siswa mengalami masalah secara komprehensif dalam belajar matematika. Belajar matematika tidak bermakna bagi siswa, sehrngga pengertian siswa tentang konsep matrmatika sangat lemah. Dalam belajar matematika siswa hanya berhitung menghafr| dan menget'akan soal. Sehingga siswa hanya sebagai penerima pasif Dalam mengajarkan matematika, guru tidak mengaitkan konsep matema{ik yang diajarkan dengan pengetahuan awal dan pengalaman siswa. Guru dalam pembelajaran di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika- I{al lain menyebabkan siswa merasa asing dengan konsep matematika. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ideide matematika dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna. Dengan demikian siswa lebih tertarik unark belajar matematika. Untuk mengatasi masalah pembelajaran matematika di sekolah khususnya SD, berbagai pakar pendidikan matematika menyarankan agar siswa diarahkan mempelajari matematika dalam konteks dimana mereka dapat melihat penerapan matematika dalam situasi nyata. Dengan harapan, cara ini membuat siswa SD lebih mengenal arti pentingnya matematika dalam kehidupan mereka. Kata Kunci : Pendidikan Matematika, Pembelajaran Volume Kubus dan Balok di Sekolah Dasar
PENDAHULUAN
dipelajarinya dalam
Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar yang menjadi pendukung bagi kemajuan teknologi, perlu diajarkan sejak dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Sehubungan dengan itu pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika. I{al ini disebabkan mutu pembelajann matemal ika mempunyai peftrn yang sangat dominan bagi kemajuan
matematika kurang bermakna. Suyatno (dalam Asmin, 2006:2) mengemukakan bahwa "Dalam pengajaran matematika penyampaian guru cenderung benifat monoton, hampir tanpa variasi keati{ kalau saja siswa ditanya ada saja alasan yang dikemukakan, seperti matematika sulit, tidak mampu menjawab, takut
bangsa.
Masalah klasik dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah rendahnya
prestasi siswa, kurangnya keinginan belajar matematika
di
sekolah.
Hal ini
disebabkan karena siswa merasa apa yang 141
pembelajaran
disuruh guru ke depan, dan sebagainya." Masalah yang juga selalu muncul adalah keluhan masyamkat bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan pendekatan konvensional,
yakni seorang guru secara aktif mengajarkan matematika, kemudian memberikan contoh dan latihan.
Di
sisi
lain siswa berfingsi seperti mesin, mereka mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan yang diberikan guru. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika yang selama ini dilaftsanakan
di
jenjang sekolah belum
sepenuhnya
efektif sehingga ketuntasan belajar belum tercapai.
Guru merupakan salah satu faktor
yang terpenting dalam
pelaksanaan
pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Seorang guru matematika diharapkan dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang hidup dan menggairahkan siswa di dalam kelas maupun di luar kelas, sehingga dapit menimbulkan motivasi untuk meningkatkan prestasi siswa. Rendahnya prestasi matematik siswa Indonesia dapat dilihat dari laporan Human Development Relnrt (IIDR) pada tahun 2000 yang mendapati Indonesia berada pada kedudukan 105 daripada 108 buah negara. Indonesia berada jauh di bav"ah Filipina Q7), Thailand (76), Malaysia (6 I ), Brunai Darussalam (32), Korea Selatan (30) dan Singapura (24) (Sutarto Hadi, 2007). Sedangkan pada
tahun 2003 Indonesia berada kedudukan 112, berada jauh
di
pada
bawah
Filipina (85), Thailand (74), Malaysia (58), Brunai Darussalam (31) dan Singapura (28) (Nurhadi, 2003). TIMSS mendapatt Indonesia berada di peringkat 34 dari 38 negara peserta (TMSS & PIRLS, 2007). Prestasi siswa Indonesia pada kompetisi internasional seperti Intemational Mathenwtics Olympiad (MO) juga masih rendah (Sutarto flad i, 2OO5). Rendahnya prestasi matematika
siswa disebabkan siswa
mengalami
masalah secaftr komprehensil dalam belajar matematika. Belajar matematika tidak bermakna bagi siswa, sehingga
pengertian siswa tentang
konsep
matrmatika sangat lemah. Dalam belajar matematika siswa hanya berhitung,
menghafrl,
dan
menge{akan
soal.
Sehingga siswa hanya sebagai penerima pasif. Dalam mengajarkan matematika, guru tidak mengaitkan konsep matematik yang diajarkan dengan pengetahuaa awal dan pengalaman siswa. Guru dalam pembelajaran di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kruang diberikan kesempatan untuk menemukan kembaii dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika. IIal lain menyebabkan siswa merasa asing dengan konsep matematika. Mengaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran bermakna. Dengan demikian siswa lebih tertarik untuk belajar matematika.
Salah
satu
pendekatan
pembelajaran matematika
yang mengaitkan pengalaman kehidupan nyata siswa dengan p embelaj aran matematika adalah pendekatan realistik, diistilahkan dengan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI). PMRI sangat potensial untuk diterapkan di sekolah. Alasannya, PMRI menganut prinsip realitas, yaitu pembelajaran dimulai dengan masalah-masalah yang nyata bagi siswa, yaitu dapat dibayangkan oleh siswa. I\4asalah yang realistik lebih menarik bagi siswa daripada masalah-masalah yang matematis formal tanpa makna. Metode asal Belanda ini, juga merangsang siswa
untuk banyak berdiskusi,
menghargai perbedaan, dan menerima pendapat orang lain (Zubainur, 2008). Sebagai sebuah pendekatan pembelajaran, PMRI telah dilaksanakan di Indonesia mulai tahun 2001 dan di Aceh mulai tahun 2006 (Sembiring, Hoogland, Dolk, 2010; Johar, 2010). PMRI mencoba membuat siswa tak sekedar seperti robot yang pikirannya terkooptasi oleh berhitung dan hafrlan rumus. Siswa harus lebih aktif
1.42
Menurut Kuiver dan Knuver (dalam
Penguatan yang optimal terjadi
Jumiah, 20063)
paala waktu siswa mengetahui bahwa "ia menemukan jawab"nya.
pembelajaran menggunakan pendekatan realistilq sekurang-kurangnya dapat: 1) Menjadikan matematika lebih menarik, relevan dan bermakna,
Hingga saat ini di Aceh terdapat 36 tidak terlalu formal dan tidak sekolah mitra PMRI salah satunya SD Negeri 3 Banda Aceh. SD Negeri 3 Banda terlalu abstrak. 2) Mempertimbangkan tingkat Aoeh mulai bergabung dengan P4MRI Unsyiah pada Juni 2008 (P4MRI Unsyiah, kemampuan siswa. belajar 2010). Namun hingga saat ini belum 3) Menekankan matematika pada "I*aming bY semua guru melaksanakan PMRI dalam pembelajaran matematika di kelas. doing". I{asil belajar matematika siswa 4) Memfasilitasi penyelesaian Kelas V SD Negeri 3 Banda Aceh pada masalah tanpa menggunakan penyelesaian (algoriuna) yang materi Volume Kubus dan Balok masih rendah. Kubus dan Balok mulai diajarkan baku. 5) Menggunakam konteks sebagai kepada siswa di semester dua kelas IV dan titik awal pembelajaran merupakan salah satri materi bangun ruang yang menuntut siswa mampu matematika. membayangkan bentuk dan kekhasan dari Hal tersebut di atas sesuai dengan masing-masing bangun. Kesulitan siswa teori belajar yang disebutkan oleh J. disebabkan belum semua siswa sudah Bruner (dalam Slameto, 2OO3:12), dalam memiliki kemampuan keruangan dengan belajar guru perlu memperhatikan empat baik. Karena belum semua guru menggunakan PMRI dalam mengajarkan hal berikut ini. l) Mengusahakan agar setiap materi Kubus dan Balok di kelas W dan siswa berpartisipasi aktif, kelas V menyebabkan pada saat ini siswa minatnya perlu ditingkatkan, kelas V SD Negeri 3 Banda Aoeh masih kemudian perlu dibimbing mengalami kesulian dalam materi Kubus dan Balok. Hal ini berdasarkan dari untuk mencapai tujuan tertentu; 2) Menganalisis struktur materi rcndahnya hasll belaju siswa pada materi yang akan diajarkaa, dan juga Volume Kubus dan Balok. Guru terbiasa perlu disajikan secar.l mengajarkan materi Volume Kubus dan sederhana sehingga mudah Balok dalam bentuk jadi, kemudian siswa diminta menghafal rumus Volume Kubus dimengerti oleh siswa; 3) Menganalisis sequence. Guru dan Batok. Guru tidak memotivasi siswa mengajar berad membimbing unfuk menemukan sendiri rumus Volume siswa melalui urutan Kubus dan Balok melalui penyelesaian pemyataan-pemyataan dari masalah/soal yang berkaitan dengan suatu masalah, sehimgga siswa Volume Kubus dan Balok. Padahal sesuatu memperoleh pengertian dan hal akan lebih bermakna dan mudah dapat men-transfer aPa Yang diingat siswa jika siswa itu sendiri yang menemukan hal tersebut. sedang dipelajari; Pembelajaran matematika lebih reinforcement dan 4) Memberi berpusat berpusat kepada guu, sangat umpan balik (Pe d-back). 143
mekanistik
dan tradisional. Proses
pembelajaran hanya fokus kepada tujuan pembelajaran dan hasil pembelajaran, sedangkan proses pembelajaran sering diabaikan. Sebahagian besar tujuan pembelajarzn hanya fokus pada menghafal fakta dan konsep serta aspek-aspek komputasi (iaitu menerapkan formula) (Ahmad Fauzan, 2002} Siswa tidak memahami mengapa mesti menggunakan suatu algoritrna dan siswa berlatih berulangkali untuk mengingat suatu formula. Hal ini menyebabkan siswa kehilangan minat dan akhimya menyer4h belajar makmalika (Tsai & Chang,2008). Guru menyampaikan materi matematika dengan menggunakan metode oeramah dan guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola pembelajaran matematik sedemikian rupa sehingga siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan guru (Suryanto, 1996; Somerset, 1997; Marsigit, 2000; Sutarto Iladi, 2AOr. Proses pembelajaran matematika seperti itu sangat memungkinkan siswa hanya menghafal tanpa mengerti (Booth, 1986; Furg, 2OO2; Kieran, 1992, Tai, 1999), padahal semestinya siswa boleh menghafal hanya setelah mengerti (Soedjadi, 2007).
Pada materi Volume Kubus dan Balok seharusnya guru membimbing siswa menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan Volume Kubus dan Balok dan dekat dengan keseharian siswa.
Siswa
diminta
menyelesaikan permasalahan dengan strateginya sendiri, kemudian siswa dimotivasi menemukan rumus Volume Kubus dan Balok. Setelah siswa memahami makna permasalahan tentang Volume Kubus dan Balok yang diberikan dan mampu membuat merumuskan sendiri rumus Volume Kubus dan Balok sendiri, baru siswa diminta menghafal rumus Volume Kubus dan Balok tersebut.
Penerapan PMRI dalam pembelajaran Volume Kubus dan Balok di sekolah dasar diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan penguasaan siswa terhadap materi tersebut Pembelajamn dengan PMRI dirancang berawal dari masalah yang berada di
sekitar siswa dan berbasis pengetahuan yang telah
Selain
itu PMRI
pada
dimiliki siswa
memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan sendiri
pengetahuan seperti pengertian, dan aturan-aturan atau algoritma. Selain itu, PMRI juga memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapafirya
dalam
menyelesaikan masalah dan
menghargai pendapat temannya.
PEMBAHASAN
Salah satu karakteristik dari matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Hal ini menyebabkan
banyak siswa usia sekolah dasar mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Sifat abstrak dari objek matematika menyebabkan banyak siswa mengalami banyak kesulitan dalam belajar
matematika. Suryanto
(2007
)a)
mengatakan, "Persoalan pokok dalam dunia pendidikan matematika di Indonesia adalab matei pembelajann dirasakan sulit." Banyak siswa sekolah dasar (SD) sampai dengan siswa sekolah menengah tidak berhasil mencapai target minimal dalam evaluasi.
Untuk mengatasi di
pembelajaran matematika
masalah sekolah
khususnya SD, berbagai pakar pendidikan matematika menyarankan agar siswa diarahkan mempelajari matematika dalam konteks dimana mereka dapat melihat penerapan malematika dalam situasi nyata. Dengan harapan, cara ini membuat siswa SD lebjh mengenal arti penlingnya matematika dalam kehidupan mereka.
144
Salah satu pendekatan belajar yang
sesuai dengan tujuan di atas adalah Realistik Mathemathics Mucation (RME). RME diperkenalkan oleh Freudenthal pada tahun 1971. Awalnya konsep RME dikembangkan di Belanda. RME dikenal di
Indonesia dengan narna Pendidikan Matematika Realistik Indonesia @MRI) mulai tahun 2001. Pendekatan ini didasarkan pada konsep Freudenthal ydng mengatakan bahwa matematika merupakan aktifitas manusia (human actiities). Ide utamanya adalah siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan atau tanpa bimbingan orang dewasa melalui upaya penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan "realistik'" yrkni yang berkaian dengan realitas atau situasi yang dapat dibayangkan. Menurut Soedjadi dalam Mukhlis (2005:18), "Pembelajaran matematika realistik pada dasamya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlanoar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika." Dalam hal ini yang dimaksud dengan realitas adalah hal-hal yang nyata dan kongkrit yang dapat diamati dan dapat dipahami lewat membayangkan. Sedangkan lingkungan yang dimaksudkan yakni lingkungan tempat anak atau peserta didik itu berada. Mungkin lingkungan sekolah, lingkrmgan keluarga, maupun lingkungan masyarakat yang dapat dipahami siswa. Matematika realistik merupakan matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan lingkungan siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah yang nyata atau yang telah dikuasai atau dapat dibayangkan dengan baik oleh siswa digunakan sebagai sumber munoulnya konsep atau pengertian-pengenian
matematika yang semakin abstak. Jadi pembelajaran tidak dimulai dari definisi, teorema atau sifat-sifat dan selanjutnya diikuti dengan contoh. Namun siht, definisi, teorema itu diharapkan seolaholah ditemukan sendiri oleh siswa. Siswa diharapkan mampu melakukan penemuan kembali dari konsep matematika yang telah ditemukan oleh penemunya- Dengan pembelajaran matematika realistik, siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstrulsi atau membangun sendiri pengetahuan 5rang akan diperolehnya.
Pembelajaran natenratika dengarr pendekatan realistik memberi peluang kepada siswa unhrk aktif mengkontrulsi pengetahuan
matematikanya.
Penyelesaikan suatu masalah dimulai dari hal-hal yang dapat dibayangkan oleh siswa. Siswa diberi kebebasan menemukan strategi sendiri dan seoara perlahan-lahan guru membimbing siswa secara matematis formal. Untuk itu sihrasi pembelajaran sedapat mungkin dibuat menyenangkan. Seperti yang diungkapkaa Marpaung (2006:2) bahwa Adalah penting guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa menggunakan pendekatan SANI (santun, terbuka, dan komunikatif). Dalam pembelajaran matematika guru mempraktekkan kecerdasan emosional dan sekaligus mengembangkan kecerdasan emosional siswa. Guru perlu menyadari bahwa siswa memiliki kecerdasan ganda dan yang dominan berbeda antara siswa yang satu dan siswa yang lain. Guru melalui pembelaj aran matematika dengan pendekatan matematika realistik menggunakan strategi yang bervariasi agar siswa dapat
145
mengembangkan
b) Fenomena benifrt
mendidik (Didac fim I Phe nome no logt) Situasi-situasi yang diberikan dalam suatu topik matematika disajikan atas dua pertimbangan, yaitu melihat kemungkinan aplikasi dalam pengajaran dan sebagai titik tolak dalam proses pematematikaan Tujuan penyelidikan
kecerdasan
gandanya secara optimal.
Berdasarkan pendapat di atas jelas bahwa Pemb elaj aran matematika dengan pendekatan realistik akan memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa unflrk membangunrikan. sendiri pengertiannya. Siswa dihargai sebagai dirinya sendiri dengan diberikan kesempatafl menemukan sfiategi berpikimya dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
1. Prinsip Pembelajaran
fenomena tersebut adalah urfirk menemukan situasi-situasi masalah khusus yang dapat digeneralisasikan dan dapat digunakan sebagai dasar pematematikaan vertikal. c) Mengembangkan model sendiri (Jely' Developed Models)
Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) Menurut Gravemeijer dalam Johar (2OO1,2), ada tiga prinsip kunci dalam
Kegiatan
mendesain pembelajaran matematika realistik, yaitu: (a) Guided Reivention and Progresive Mafuematizing $) Didactical Phenomenologt dan (c) Sefi-Developed Models,
Ketiga prinsip tersebut
daPat
berperan
menjadi suatu model sesuai
dijelaskan sebagai berikut.
a)
ini
sebagai
jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Model dibuat siswa sendiri dalam memecahkan masalah. Model pada awalnya adalah suatu model dari situasi yang dikenal (akrab) oleh siswa. Melalui suatu proses generalisasi dan formalisasi, model tersebut akhimya dengan
penalaran matematika-
Selain memenuhi prinsip yang
Penemuan kembali secara terbimbing
dan proses matematika secara disebutkan di atas, progresif (Guided Reivention and P rogre s ive Math
e
matematika dengan PMRI harus sesuai
matizing)
dengan budaya Indonesia (Samani, 2009
Peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama sebagaimana konsep-konsep matematika ditemukan. Pembelajaran dimulai dengan suatu masalah kontekstual atau realistik yang selanjutnya melalui aktifitas siswa diharapkan menemukan kembali sifat, definisi, teorema atau prosedur-prosedur Masalah kontekstual dipilih yang mempunyai berbagai kemungkinan solusi. Perbedaan penyelesaian atau prosedur siswa dalam memecahkan masalah dapat
digunakan sebagai langkah
pembelajaran
proses
menggiring siswa dari dunia nyata ke dunia lambang (pematematikaan) baik
&
Suryanto, 2007). Meskipun PMRI
didasarkan kepada RME yang berazaskan persepsi Freudenthal, tetapi harus menyelaraska.n konteks yang digunakan dengan keadaan siswa di Indonesia (Muklas Samani, 2009; Suryanto, 2007; Sutarto Hadi 2002). Konteks yang digunakan dalam PMRI perlu realistik untuk siswa Indonesia. Jadi konteks kedaerahan akan memberi siswa situasi masalah yang dapat mereka bayangkan atau mempunyai hubungan dengan dunia nyata yang dekat dengan kehidupan seharihari siswa.
horizontal maupun vertikal.
746
2.
menyelesaikan suafir masalah (menggunakan modul)
Karakteristik
Pernbelajaran Matematika Realistik Indonesia Penerapan PMRI harus dimulai
9. Guru. bertindak
realistik
kesalahan dalam menyelesaikan
masala[ jangan dimarahi tetapi
Oleh karena itu perlu dimasukkan unsurunsur yang mendukung terlaksananya pembelajaran dengan PMRI. Seperti pendekatan SANI, yaitu santun, terbuka, dan komunikatif Sehingga dapat merubah persepsi siswa tentang matematika dari hal yang menakutkan menjadi hal Yang
dibantu melalui
Pertanyaandan menghargai pendapat siswa).
pertanyaan (SANI
3. Pembelajaran Materi Volume Kubus dan Balok dengan PMRI Pembelajaran materi Volume Kubus dan Balok dengan PMRI sesuai
menyenalgkan. Karakteristik
pembelajaran matematika realistik seperti yang dikemukakan Marpaung (2006:3) berikut.
1.
Murid aktif, guru
dengan langkah-langkah pembelajaran matematika dengan PMRI yaitu
Langkah 1: Memahami
aktif
(matematika sebagai aktifitas manusia)
2.
Pembelaj aran sedapat mungkin
dimulai dengan
3.
mengajukan masalah kontekstual / realistik. Guru memberi kesernPatan pada siswa menyelesaikan masalah dengan cafitnya sendiri.
4. Guru menciptakan
pembelajaran
suasana
yang
menyenangkan.
5. Siswa dapat 6.
menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil / besar). Pembelajaran tidak selalu di kelas (bisa di luar kelas, duduk di lantai, pergi ke luar sekolah
untuk mengamati
atau
mengumpulkan data)
7. Guru
mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi baik
8
antara siswa dan siswa mauPun antara siswa dan guru. Siswa bebas memilih modus representasi yang sesuai dengan
struktur
sebagai
fasilitator (tut wuri handayani) 10. Kalau siswa membuat
dengan mengadaptasikan pendekatan sesuai dengan matematika karakeristik dan budaya bangsa Indonesia.
kognitifirya sewaktu
masalah
kontekstual Guru menyampaikan Permasalahan tentang permainan kelereng yang diberikan untuk mengenalkan konseP volume sebagai "isi" yarg telah dikenal siswa. Guru dapat mengintegrasikan nilai-nilai kearifan dalam pembelajaran diantaranya tentang kejujuran. Setelah siswa paham ma.kna volume, guru menyamPaikan permasalahan cara menentukan banyaknya minuman mineral dalam sebuah kotak kemasannya yang berbentuk balok. Pada uhapan ini guru harus memotivasi siswa ag menggunakan bermacam-macam strategi. Guru memotivasi siswa memilih satu strategi diantara strategi yang muncul. Strategi yang dipilih mengarahkan siswa menemukan rumus volume balok secara informal. Guru meminta siswa menenhrkan volume dari model balok berdasarkan rumus volume balok secara informal yang telah dirumuskannya.
Langkah 2z Menyelesaikan
masalah
kontekstual
Siswa menentukan volume dan gambar bangun balok pada LKS secara berkelompok. Melalui kegiatan jni siswa
147
diharapkan mampu merumuskan rumus Volume Balok secara formal. Selanjuhya
diharapkan menemukan kembali sifrt, definisi, teorema atau prosedur-prosedur.
menyelesaikan permasalahan tentang banyaknya air yang dapat digunakan untrk berwudhuk. Selama siswa menyelesaikan masalah, guru mengamati dan mengontrol aktifitas siswa.
yang mempunyai berbagai kemungkinan solusi. Perbedaan penyelesaian atau prosedur siswa dalam memecahkan masalah dapat digunalan sebagai langkah proses menggiring siswa dari dunia nyata ke dunia lambang (pematematikaan) baik horizontal maupun vertikal.
Masalah kontekstual dipilih
siswa dimotivasi
Langkah 3: Membandingkan
dan jawaban mendiskusikan Guru menggali pengetahuan siswa tang syaBt air yang dapat digrmakan te unf.rk berwuduk melalui diskusi kelas. Guru juga memotivasi siswa untuk menyiapkan argumen terhadap strategi yang dipitihnya dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan., dan memberi kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari masalah dengan teman sekelompoknya dan selanjutnya dibandingkan dan didiskusikan paAa diskusi kelas.
DAFTARPUSTAKA Asmin (2006) Implemensi pembelajaran matematika realistik (PMR) dan kendala Wng muncul di lapangan, Jurnal Wacana FMIPA Unimed Medan, Vol. 5, 34-41. Fanzan, Ahmad QOO2) Applying Realistic Mathematics Hucation in
Itudi, Langkah 4: Menyimpulkan mengarahkan
a. Guru
professional devebpment for implementation of Realistic
siswa
untuk mengambil kesimpulan dari hasil diskusi kelas sehingga diperoleh suatu rumusan tentang konsep volume balok berdasarkan prosedur yang dipahami
Mathematics Education
in Indonesia. Enschede: University of Twenty. Iladi, Sutarto (2005) Pendidikan matemotika realistik dan impletnentasinya. Banjarmasin: TuliP. Ifadi, Sutarto (2007, Januari). Keberaksaraan matematilut. Majalah PMRIVoI. 5 (1), 1-2. Johar (2001) Konstruktivisme at{tu realistik? Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Realislic Mathematics Education (RME)
oleh semua siswa.
PENI]TT]P PMRI memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan atau tanpa
bimbingan guru melalui
upaya dan
penjelajahan berbagai situasi
persoalan-persoalan yang berkaitan deragan dapat realitas situasi dibayangkan. Siswa diberi kesempatan
atau
yarg
untuk mengalami proses yang
Teaching GeometV in Indonesian Primary School. Enschede: University of Twente. Sutarto QO02) Effective teacher
Jurusan lvfatematika FMIPA UNESA pada Tanggal 24 Februari 240r.
sama
sebagaimana konsep-konsep matematika ditemukan. Pembelajaran dimulai dengan suatu masalah kontekstual atau realistik yang selanjutnya melalui aktifitas siswa
In k Sembiring, K Hoogland & M.
Johar (2010) PMRI
148
in
Aceh.
Dolk (Eds.), A decade of PMRI in
Indonesia. Bandung, Utrecht: APS International. Jumiah, Syarifah. (2006) Pembelqiaran Matematika Realistik pada Materi Pokok bilangan Bulat di lcelas V SD Negei 82 Banda Aceh, Skripsi. Banda Aceh: FKIP Unyiah. Marpaung Y. QO06). Pendekaan Realistik dan SANI dalam Pembelajaran Matematika. Makalah dalam Seminar Lokakarya Nasional Matematika "Pembelajaran dengan Model PMR[' tanggal 8
November 2006 di Matematika Yogyakarta.
Marsigit
P3c
Yogyakarta.
of PMN in Indonesia. Bandung Utrecht: APS Intemational.
Slameto QO03) Belajar dan fahor-faknr yang me mpengdruhinya Jakafta: Rineka Cipta. Suryarrto (1996) Junior Scondary School Mathematics: Diagnostic Survey. Jakarta: MOEC.
Suryanto (2007) Follow
Up
Workshop
PMRL Sambutan Pengantar Follow Up Wortshop PMRI di UNY tanggal
3 November 2007.
Somerset (1997) Strengthening Quality in Indonesia's Junior Secondary School: An Overview of Issues and Initiatives. Jakarta: MOEC.
Empirical evidence of Soedjadi (2007) Masalah konteksual sebagai batu sendi matematilca Indonesia styles of primary
Qffi)
teachtng. Paper presented at the ICME conferenoe, Hiroshima Iapan, Jvly 23-27 . Mukhlis. (2005). Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Materi Pokok Perbandinagan di
sekolah. Sunbaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Unesa.
Tsai
&
Chang (2008) Tsai, YuJing & Chang, Ching-Kuoh QOOS). Using
combinatoial approach
to
improve students leaming of the distributive krw and mukiplicative
Kelas WI SMP Negeri I Palangga. Tesis PPs Unesa.
identities. National
UNESA: Surabaya. P4MRI Unsyiah (2O10). Educational and Training System Design. Enschede. Univerciry of Twente: Netherlands.
Changhua Educational, Taiwan, Republik of China.
University TMSS
of
&
PIRLS (2007) Intemational Study Center. Lynoh School of
Education Boston College.
Zubainw, Cut Morina
Samani, Muklas QOO9, Julai). Mengekspor
Kijang PMRI.I\[a.jalah PMRI VoL 7 Nombor 3,35-36. Sembiring, R Hoogland, K. & Dol( M. QOl0) Introduction to: A decade
149
(2008)
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bahan Ajar Pendidikan Matematika PGSD
FKIP Unsyiah Banda Aceh.