I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan yang terbatas dan tingginya harga tanah khususnya di perkotaan sudah pasti menjadi kendala yang dialami oleh pemukim saat ini. Apalagi jika mereka menginginkan lahan untuk menanam tanaman di rumah. Sementara jumlah penduduk setiap tahunnya semakin bertambah. Sehingga lahan yang biasanya digunakan untuk pertanian dijadikan sebagai tempat pemukiman penduduk dan bangunan lainnya. Dilain pihak untuk memicu pertumbuhan dan produksi tanaman yang diusahakan terkendala dengan ketersediaan pupuk dan harganya yang terus naik, meskipun ada kebijakan pemerintah dalam hal subsidi pupuk. Terkadang disaat petani membutuhkan pupuk, pupuk tidak tersedia di lapangan. Dan juga sering kita jumpai akan sulitnya air pada musim kemarau yang dibutuhkan oleh tanaman. Salah satu metode alternatif yang berdaya guna, hal tersebut dapat diatasi dengan aplikasi teknologi hidroponik dengan sistem vertical gardening atau sering juga disebut dengan taman vertikal. Dimana kita dapat memanfaatkan media tanam yang tidak memakan tempat atau lahan yang cukup luas seperti memanfaatkan dinding rumah,
sehingga
hasil
produksi
tanaman yang
dibudidayakan sistem vertikal ini lebih banyak dibanding dengan luasan lahan secara horizontal.
Selain itu pupuk dapat diberikan langsung pada air yang
bersirkulasi secara terus menerus sehingga dapat menghemat pemakaian air dan pupuk. Untuk menguji kinerja alat dalam pengaruhnya pertumbuhan tanaman maka dipilihlah tanaman Pakchoy Hijau (Brassica rapa L ). Dalam pengujian ini 1
media tanam yang dimanfaatkan yaitu rocwool, karena dapat menyerap dan menyimpan air dengan cepat dan tahan lama dalam pemakaiannya. 1.2. Tujuan Adapun tujuan dari PKPM ini : 1. Memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang inovasi – inovasi terbaru terkait tentang pemanfaatan lahan sempit sebagai sarana pertanian. 2. Mampu dalam pembuatan rancangan hidroponik secara vertikal dan mengaplikasikannya dengan berbudidaya tanaman Pakchoy Hijau. 3. Mengevaluasi dan menguji kinerja dari hiroponik sistem vertikal yang telah dibuat. 1.2. Manfaat Adapun manfaat dari pelaksanaan PKPM ini adalah : 1. Untuk meningkatkan produktivitas pertanian. 2. Bermanfaat sebagai mata pencaharian penduduk yang mempunyai lahan yang sempit dan sebagai sarana produksi rancangan taman secara vertikal 3. Memberikan pengalaman kerja pada kondisi yang sesungguhnya sebagai bekal memasuki dunia kerja. 4. Mahasiswa mampu melakukan perbandingan antara teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dengan penerapannya di lapangan atau dunia kerja. 5. Dengan
pengalaman
yang
diperoleh,
mahasiswa
diharapkan
dapat
meningkatkan keterampilan dan mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hidroponik Hidroponik berasal dari bahasa Latin yang berarti “Working Water atau Pemberdayaan Air”. Kenyataannya hidroponik adalah menanam tanaman tanpa tanah, atau sering disebut “Dirtless Gardening/ Berkebun Tanpa Kotoran”. Dalam prakteknya, hidroponik berarti menanam tumbuhan dalam air dan larutan nutrisi, tanpa tanah (kidsgardening dalam buku Koleksi Sudibyo, 2007 ) Lingga dalam Dermawati (2006) menyatakan “salah satu alrternatif pemecahan masalah penanaman Pakchoy adalah secara hidroponik di rumah kaca (green house ), yaitu bercocok tanam tanpa menggunakan tanah namun menggunakan air atau media porous lainnya seperti kerikil, pecahan genteng , pasir kali, styroform , atau bahan tambahan jenis hara yang mengandung unsur esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman”. Lebih lanjut dikemukakan Wibowo (1993) “bahwa dengan teknik ini kondisi lingkungan dapat diatur dan tidak bergantung musim sehingga tanaman terhindar dari pengaruh buruk cuaca dan serangan hama penyakit”. Dalam bahasa asal (Yunani ), hidroponik berasal dari kata hydro ( air )dan ponos ( kerja ) yang berarti pengerjaan ( budidaya tanaman ) dengan air ( P dan Indriani,1995 ) dalam Dermawati (2006).
Jadi hidroponik adalah budidaya
tanaman dengan air. Banyak tafsiran mengenai hidroponik seperti budidaya tanpa tanah, dilakukan di green house, harus pakai pupuk organik, tanpa pestisida. Namun apapun istilahnya, penanaman hidroponik harus ada pengaturan baik
3
terhadap pH larutan, komposisi hara, konsentrasi unsur hara, sirkulasi oksigen, suhu dan sebagainya. Definisi hidroponik modern dikemukak an Harris ( 1994 ) bahwa “hidroponik adalah seni bertanam tumbuhan didalam medium padat selain lahan, diaringi sengan bahan gizi unsur tumbuhan yang penting dilarutkan dalam air”. Karsono et al. ( 2002 ) menyatakan bahwa “tanaman sayuran yang cocok dengan hidroponik, antara lain Sawi, Pakchoy, Selada, Caisim, dan Bayam”. Sistem bercocok tanam ala hidroponik kini semakin banyak dipilih karena merupakan budidaya tanaman tanpa media tanah. Sistem bercocok tanam yang lebih banyak menggunakan air sebagai sumber nutrisi utama ini biasanya dilakukan di dalam greenhouse. Pasalnya, faktor-faktor ekosistem bisa lebih mudah dikendalikan sehingga risiko terhadap pengaruh cuaca pun bisa diperkecil. Ide awal kebun hidroponik muncul dalam menyiasati keterbatasan lahan, waktu, dan cara pemeliharaan. Dengan hidroponik, tanaman tumbuh di dalam media tanam, tetapi tanaman tidak mendapatkan apa-apa dari media tanam tersebut. Tanaman hanya menerima apa yang kita berikan, tidak lebih tidak kurang. Kita memiliki kontrol total atas pH, nutrisi dan kepekatan dari nutrisi tersebut. (Karsono S, 2007 ) Menurut Douglas ( 1985 ) faktor yang penting dalam sistem budidaya hidroponik yaitu : 1. Unsur hara Pemberian larutan hara yang teratur sangatlah penting pada budidaya hidroponik, karena media hanya berfungsi sebagai penumpu tanaman dan sarana meneruskan larutan atau air yang berlebihan.
4
2. Media tanam Bagian yang digunakan sebagai media tanam akan mempengaruhi sifat lingkungan media, tingkat suhu, aerasi dan kelembaban.
Karena setiap
matriks tumbuh yang satu dengan matriks tumbuh yang lainnya memberikan pengaruh yang berbeda. 3. Oksigen Keberadaan oksigen dalam sistem hidroponik sangatlah penting. Rendahnya kadar O2 menyebabkan permeabilitas dinding sel menurun, sehingga dinding sel sukar untuk ditembus. 4. Air Kualitas air yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman secara hidroponik memiliki tingkat Sanilitas yang tidak melebihi 2500 ppm dan tidak mengandung logam – logam berat dalam jumlah yang besar, karena dapat meracuni tanaman. Keuntungan hidroponik antara lain banyak variasi tanaman, pengendalian lebih baik, tanpa media tanah, hasil lebih besar, hasil seragam, lebih sedikit tenaga kerja, hampir tidak ada tanaman liar dan sebagai suatu pengmbangan hobi. Menurut Resh ( 1981 ) ”keuntungan dari sistem hidroponik antara lain kemudahan sterialisasi media, penanganan nutrisi tanaman, menghemat luasan lahan, mudah penanganan gulma dan penyakit, kemudahan dalam hal penyiraman, kualitas produk bagus, menghemat pupuk dan panen lebih besar”.
5
2.2. Taman Vertikal 2.2.1 Definisi Taman Vertikal Taman vertikal atau Vertical garden adalah penanam modular indoor / outdoor dengan berbagai tingkat pot vertikal. Taman vertikal secara umum dapat dipahami sebagai berkebun atau bertanam pada bidang vertikal, seperti pada facade bangunan, dinding pagar atau dinding pembatas ruang. Taman vertikal merupakan salah satu alternatif bagi yang ingin menikmati tanaman sebagai bentuk dari Green Lifestyle yang terkendala dengan terbatasnya ruang atau lahan untuk menanam. Vertical garden atau taman vertikal sudah mulai banyak dikenal di Indonesia. Konsep taman yang ditemukan tahun 1994 oleh ahli botani Perancis saat ini dikembangkan dengan berbagai inovasi untuk mempermudah siapapun yang ingin memiliki taman vertikal, baik untuk perkantoran ataupun individu di rumah (Asbindo, 2011 ). 2.2.2 Prinsip Kerja Taman Vertikal Prinsip kerja taman vertikal dalam budidaya tanaman ini adalah dengan menyuplai air nutrisi melalui saluran pemasukan kemudian dialirkan ke atas bagian batang vertikal yang dipompakan agar keluar berupa aliran air pada pipa yang diberi lobang. Air nutrisi kembali ke bagian bawah secara tetes. Pengaturan jangka waktu aliran air dikendalikan oleh unit timer yang bekerja tanpa kenal lelah sepanjang hari selama berlangsungnya masa penanaman ( Blogspot.com, 2012 ). Desain vertikal dapat menghemat ruang dan air. Dengan aliran melalui sistem irigasi, air dari tanaman atas dapat mengaliri ke semua pot yang lebih
6
rendah. Oleh karena itu umumnya diupayakan media tanam yang ringan agar tidak membebani dinding secara berlebihan dan tanaman dengan perakaran dangkal dan berumur panjang ( Khedanta, 2011 ). Untuk memperkokoh tanaman, dapat digunakan arang sekam yang berfungsi sebagai media tumbuh tanaman selain itu arang sekam juga berfungsi untuk menetralisir racun. Namun karena arang sekam bersifat mudah terbawa oleh air, maka bisa digunakan kasa parabola / rockwool untuk menahan arang sekam tersebut. Tanaman
menyerap makanan pada umumnya melalui akar karena itu
nutrisi atau bahan gizi disediakan melalui air yang kemudian akan diserap oleh akar. Berbeda dengan pemupukan di dalam tanah, dimana tanah merupakan media tanam yang juga menjadi mediator reaksi kimia, sedangkan dalam sistim ini pupuk diformulasikan sebagai bahan jadi yang langsung terurai menjadi makanan akar ( Khedanta, 2011 ). 2.3 . Tanaman Pakchoy 2.3.1
Sejarah Tanaman Pakchoy
Gambar 1. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L) Pakchoy (Brassica rapa L) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan Pakchoy berasal dari China dan telah 7
dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China Selatan dan China pusat serta Taiwan.
Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih
sefamili dengan Chinese vegetable (Siemonsma & Piluek, 1994). Saat ini pakchoy dikembangkan secara luas di Philipina dan Malaysia, terbatas di Indonesia dan Thailand. Pakchoy (Brassica rapa L.) kaya vitamin, mineral dan protein (Elsivier, 1981).Kandungan gizi Pakchoy berperan penting bagi kesehatan manusia (Tyndall, 1983). Pakchoy masuk ke wilayah Indonesia diduga pada Abad XIX dan budidaya umumnya dilakukan di ataran tinggi (lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut) (Rukmana , 1994). Rubatzky dan Yamaguchi (1998) menyatakan “tanaman Pakchoy merupakan salah satu sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun Pakchoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15–30 cm. Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada berbagai varietas dalam kelompok ini. Terdapat bentuk daun berwarna hijau pudar dan ungu yang berbeda”. Lebih lanjut dinyatakan Pakchoy kurang peka terhadap suhu dibanding Sawi Putih,sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi lebih luas. Vernalisasi minimum diperlukan untuk bolting. Bunga berwarna kuning pucat. Jenis ini ditanam dengan benih langsung atau dipindah tanam dengan kerapatan tinggi; yaitu sekitar 20– 25 tanaman/m2 dan bagi kultivar kerdil ditanam dua kali lebih rapat.
8
Kultivar genjah dipanen umur 40 hari, dan kultivar lain memerlukan waktu hingga 80 hari setelah tanam. Daun lembut berkembang penuh dan tangkai daun biasa dimasak, ditumis adalah penyajian yang paling disukai. Pakchoy memiliki umur pascapanen singkat, tetapikualitas produk dapat dipertahankan selama 10 hari, pada suhu 00C dan RH 95% (Rubatzky danYamaguchi, 1998). 2.3.2
Klasifikasi
Divisi
:
Spermatophyta
Subdivisi
:
Angiospermae
Kelas
:
Dicotyledonae
Ordo
:
Rhoeadales (Brassicales)
Famili
:
Cruciferae (Brassicaceae)
Genus
:
Brassica
Spesies
:
Brassica rapa L.
2.3.2
Syarat Tumbuh
1. I kl i m Pakchoy bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesiaini. Tanaman Pakchoy dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Tanaman Pakchoy tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun.
Pada musim
kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. 9
2. Media tanam Media tanaman yang diperlukan dalam sistem pertanaman hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1.
Bebas racun, hama penyakit, bakteri dan virus
2.
Memiliki pH netral yaitu sekitar 5-7
3.
Tidak menimbulkan reaksi kimia yang mengganggu
4.
Porus, dapat melakukan udara (aerasi) dengan baik
5.
Tidak mudah lapuk
6.
Memiliki daya simpan air dan sekaligus dapat melakukan drainase dengan baik. Media tanam yang digunakan biasanya berupa arang sekam, pasir, kerikil, cocopeat, batu apung, zeolit, rockwool, perliet dan sebagainya.
3. Ketinggian tempat Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1200 meter di atas permukaan laut.
Namun biasanya
dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Berhubungan dengan pertumbuhannya, tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. Lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan. 2.4. Nutrisi Hidroponik Larutan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam budidaya secara hidroponik, karena tanaman yang dibudidayakan dengan sistem tersebut hanya mendapat asupan nutrisi dari larutan nutrisi yang disediakan. Menurut Resh dalam Hasanah ( 2013 ), “formulasi larutan nutrisi berbeda-beda dan sangat 10
bergantung dari beberapa variabel berikut ini : spesies dan varietas tanaman, tahap pertumbuhan tanaman, bagian tanaman yang ingin dipanen atau dikonsumsi, musim (panjang hari), dan cuaca (suhu, intensitas cahaya, dan lama penyinaran). Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan larutan nutrisi untuk budidaya hidroponik harus memiliki sifat larut sempurna di dalam air. Terdapat 12 jenis bahan kimia yang mengandung unsur-unsur yang berguna bagi tanaman. Unsur-unsur tersebut dibagi ke dalam dua kelompok unsur, yaitu unusr makro dan unsur mikro. Unsur makro terdiri atas Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg), sadangkan unsur mikro terdidri dari Boron (B), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn) dan Molibdenum (Mo) “(Untung dalam Hasanah, 2013 ). “Larutan nutrisi dibuat dari larutan stok. Larutan stok adalah konsentrat dari larutan nutrisi. Larutan stok biasanya terdiri atas larutan stok A, larutan stok B dan larutan asam (Tabel 1). Masing-masing jenis larutan stok harus dipersiapkan dan disimpan pada tangki tersendiri (tidak dicampur). Pemisahan tersebut harus dilakukan untuk menghindari terjadinya pengendapan antara sulfat dan nitrat apabila dicampur bersama dalam konsentrasi tinggi dari beberapa komposisi kimiawi masing-masing larutan stok. Misalnya saja larutan stok akan mengendap apabila sulfat dari senyawa magnesium sulfat dicampur dengan kalsium dari senyawa kalsium nitrat” (Resh dalam Hasanah 2013).
11
Tabel 1. Larutan Stok A, B dan Larutan Asam Stok A
Stok B
Solubilitas Komposisi KNO3 Ca(NO3) NH4NO3 HNO3 Chelate Besi
(g/100 ml air)
Komposisi
Solubilitas (g/100 ml air)
Asam Komposisi
13.3
KNO3
13.3
HNO3
42%
121.2
K2SO4
12.0
H2SO4
66%
118.3
KH2PO4
33.0
H3PO4
75%
H3PO4
548
HCL
-
Mg
71.0
Tidak
terbatas
sangat
mudah
larut
SO4.7H2O
Sumber: Resh dalam Hasanah (2013) Menurut Untung dalam Hasanah (2013) “cocok atau tidaknya larutan nutrisi untuk tanaman dapat diketahui melalui pengukuran aliran listrik dalam air. Aliran listrik dalam air di dalam bak tanam tersalurkan sesuai dengan kandungan ion-ion dari beragam bahan kimia terlarut. Ukuran aliran listrik disebut electric conductivity (EC), satuan yang digunakan adalah millimhos (mmhos), tetapi dalam praktik budidaya, satuan EC biasa menggunakan satuan millisiemens / centimeter (mS/cm)”. Nilai EC sangat penting di dalam budidaya hidroponik. Berdasarkan angka EC inilah produktivitas tanaman bisa dipacu. Larutan nutrisi yang digunakan untuk tanaman muda berkisar antara 1-1.5 mS/cm, sedangkan larutan nutrisi untuk tanaman dewasa memiliki nilai EC berkisar antara 2-4 mS/cm. Nilai EC berbeda - beda untuk setiap tanaman, bergantung pada varietas tanaman, umur tanaman dan iklim setempat (Untung dalam Hasanah, 2013). Akan lebih baik diadakan pengukuran pH. Kemudian pH disesuaikan dengan menggunakan asam kuat (asam nitrat, asam sulfat, asam fosfat) untuk menurunkan pH. Sedangkan untuk menaikkan pH gunakan alkali kuat (KOH). Dianjurkan untuk menggunakan kisaran pH 5,5 hingga 6,5, dengan optimal pH adalah 6,0. 12
III. METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat Kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini berlangsung selama 3 bulan yang dimulai dari tanggal 25 Maret 2013 sampai dengan tanggal 18 Juni 2013 yang bertempat di PT. Kebun Sayur Segar Hidroponik dan Anggrek Parung Farm, yang berlokasi di Jl. Raya Parung No. 546 Kampung Jati, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam pelaksanaan PKPM ini adalah : Tabel 3. Alat yang digunakan No
Alat
Kebutuhan Satuan
Fungsi
1
1
Unit
Memompakan air ketanaman
2 3 4 5 6 7 8 9
Pompa Aquarium head 1.8 m Gergaji Besi Obeng Jarum jahit Meteran Solder Listrik pH meter EC meter Mistar
1 1 I 1 I 1 I 1
Buah Buah Buah Buah Unit Unit Unit Buah
10
Timbangan
1
Unit
Memotong pipa Memasang baut Menjahit karper Mengukur panjang pipa Melobangi pipa Mengukur asam/ basa larutan Mengukur pekatan nutrisi Alat menukur parameter tanaman Alat ukur berat
13
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaa PKPM ini adalah : Tabel 4. Bahan yang digunakan No.
Bahan
Kebutuhan
Satuan
Fungsi
1 2 3
Karpet Rockwool Bibit Pakchoy Hijau
2 15 27
Meter gram Batang
4 5 6 7 8
Pipa PVC 2 ½ inci Pipa PVC 1 ¼ inci Pipa PVC 1 inci Pipa PVC ½ inci Sambungan T 1 ¼ inci Sambungan T 1 inci
1.24 5.24 11.59 5.93 8
Meter Meter Meter Meter Buah
10
Buah
1
Buah
11
Sambungan T ½ inci Elbow 1 inci
2
Buah
12
Elbow ½ inci
6
Buah
13
4
Buah
2
Buah
2
Buah
16 17
Block Sord 1 ¼ ke 1 inci Block Sord 1 ke ½ inci Soket drat luar ½ inci Endplug 2 ½ inci Endplug 1 ¼ inci
Tempat media tanam Media tanam Tanaman yang diproduksi Pipa penampung air Kerangka kaki Saluran inlet/outlet Kerangka atap atap Membuat sambungan menjadi tiga Membuat sambungan menjadi tiga Membuat sambungan menjadi tiga Sambungan untuk membentuk siku Sambungan untuk membentuk siku Sambungan lurus permanen Sambungan lurus
4 2
Buah Buah
18 19
Kanopi Benang / tali
1.65 x 0.85 Seperlunya
Meter
20 21 22
Baut 8 inci Ember Pupuk A-B Mix
12 1 615
Buah Buah ml
9 10
14 15
Sambungan untuk media tanama Penutup kaki pipa Penutup pipa tampungan air Atap bangunan Membatasi lobang kantong dan penggantung media tanaman Penahan atap kanopi Bak penampung air Nutrisi tanaman
3.3. Metode Kegiatan 3.3.1
Pengumpulan data Adapun metode yang dilakukan untuk pengumpulan data yaitu : 14
1. Melakukan kegiatan praktek, yaitu mahasiswa melaksanakan langsung kegiatan di lapangan dibawah bimbingan pembimbing lapang. 2. Bekerja bersama karyawan, yaitu mahasiswa melaksanakan kegiatan dengan bantuan staf/karyawan yang ada di PT.Parung Farm. 3. Diskusi/wawancara, yaitu melakukan diskusi materi praktek dengan pembimbing lapang atau dengan karyawan. 4. Studi literatur, yaitu melakukan studi perpustakaan dan internet terkait dengan PKPM. 3.3.2
Pengolahan Data Data diolah setelah pengamatan dilakukan secara keseluruhan dengan
menggunakan tabel dan grafik. 3.3.3
Analisis Data Analisis data menggunakan rumus, yaitu :
1. Debit Dalam pengukuran debit terdapat beberapa metode diantaranya dengan menggunakan metode volumetrik. Dilakukan dengan cara menentukan kecepatan rembesan air dari kantong tertinggi sampai kantong terendah dan menuju ke bak penampung air. Kemudian menghitung volume air yang tertampung. Dalam menggunakan metode Volumetrik digunakan rumus : Q=
𝑽 𝒕
.......................................................................................................... (1)
Dimana : Q = debit (𝑙/𝑑𝑡) V = volume tertampung ( liter ) t = waktu ( detik ). (Maryono, 2001)
15
2. Kebutuhan air tanaman ( KAT ) Pengamatan evapotranpirasi air pada bak nutrisi dilakukan setiap hari dipagi hari. Setiap air yang berkurang pada bak air diberi tanda dan kemudian ditambahkan air kembali hingga sampai tanda. Hal ini dilakukan setiap hari selama pengamatan. 3. Kadar Air karpet Rumus : KA = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ x 100 % 3.4. Pelaksanaan Adapun langkah – langkah dalam pelaksanaan kegiatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 3.4.1. Persiapan komponen instalasi hidroponik vertikal Sebelum membuat hidroponik secara vertikal bahan – bahan terlebih dahulu dihitung jumlah yang dibutuhkan. Dalam rancangan ini akan dibagi dalam beberapa rangkaian. Rangkaian tersebut antara lain: a.
Rangkaian kaki
b.
Rangkaian tempat media
c.
Rangkaian pipa penggantung karpet
d.
Pipa penampung air dari karpet menuju bak air
e.
Rangkaian atap
f.
Penggabungan seluruh komponen rangkaian Rangkaian ini terpisah satu dengan yang lainnya, hal tersebut bertujuan
untuk bisa bongkar pasang yang nantinya dapat mempermudahkan dalam pemindahan posisi tempat berdirinya.
16
3.4.2. Menginstalasi hidroponik vertikal dan irigasi Adapun langkah-langkah dalam menginstalasi taman vertikal yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut : 3.4.2.1. Pembuatan rangkaian kaki Langkah – langkahnya yaitu : a. Potong pipa PVC 1 ¼ inci dengan ukuran 15 cm ( 4 buah ), 20 cm ( 4 buah ), 7 cm ( 4 buah ), 122 cm ( 2 buah ), 56 cm ( 2 buah ). b. Potong pipa PVC 1 inci 25 cm ( 4 buah ) dan 7 cm ( 2 buah ) c. Potong pipa PVC ½ inci dengan ikuran 5 dan 7 cm ( 2 buah ) d. Kemudian rangkai pipa- pipa yang telah dipotong tersebut sehingga menjadi
rangkaian kaki seperti pada Gambar 2. e. Sambungan yang digunakan untuk rangkaian kaki ini adalah sambungan T 1
¼ sebanyak 8 buah dan block sord 1 ¼ ke 1 inci sebanyak 4 buah.
Gambar 2. Bentuk rangakaian kaki 3.4.2.2. Pembuatan rangkaian tempat media tanam Langkah – langkahnya yaitu : a.
Potong karpet dengan ukuran 0.85 x 1.15 m ( 2 lembar ) 17
b.
Potong pipa PVC ½ inci dengan ukuran 110 ( 1 buah ), 53 cm ( 2 buah ), dan 80 cm ( 2 buah )
c.
Kemudian lobangi pipa PVC ukuran 110 cm tersebut dengan jarak 6.5 cm menggunakan solder sebagai saluran inlet
d.
Gabungkan potongan pipa ukuran 53 cm menggunakan sambunga T ½ inci sebagai saluran irigasi
e.
Lalu gabungkan pipa – pipa tersebut hingga membentuk bingkai dengan menggunakan elbow ½ inci
f.
Lapisi bingkai tersebut dengan potongan karpet dan kemudian jahit menggunakan benang
g.
Lobangi karpet dengan diameter 8 cm dan jarak antar lobang samping 5 cm serta jarak antar lobang bawahnya yaitu 12 cm. Lalu jahit menggunakan dengan benang sehingga membentuk kantong seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Bentuk kantong media tanam
18
3.4.2.3. Pembuatan rangkaian pipa penggantung karpet Langkah – langkahnya yaitu : a. Potong pipa PVC 1 inci 75 cm ( 2 buah ) sebagai tonggak taman vertikal dan 120 cm 1 buah sebagai gantungan karpet b. Sambungkan pipa – pipa tersebut dengan menggunakan elbow 1 inci sebanyak 2 buah seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Pipa penggantung karpet 3.4.2.4. Pembuatan rangkaian pipa penampung air Langkah – langkahnya yaitu : a. Potong pipa ½ inci ukuran 30 cm dan 2 buah pipa ¾ inci ukuran 11 cm ( sesuai keinginan ) b. Potong pipa PVC 2 ½ inci dengan ukuran 124 cm kemudian tutup dengan end plug 2 ½ inci, c. Lalu lobangi belah pipa tersebut dan beri lobang untuk melekatkan pipa saluran air menuju ember seperti pada Gambar 5.
19
Gambar 5. Pipa tempat penampung air dari karpet
3.4.2.5. Pembuatan kerangka atap Langkah – langkahnya sebagai berikut : a. Potong pipa PVC 1 inci dengan ukuran 100 cm ( 4 buah ), 120 cm ( 2 buah ), 25 cm ( 4 buah ), 7 cm ( 4 buah ) dan pipa PVC ½ inci dengan ukuran 145 cm serta ukuran 7 cm ( 2 buah ) b. Potong kanopi dengan ukuran 1.65 m x 0.85 m c. Kemudian rangkai hingga membentuk seperti pada Gambar 6
Gambar 6. Rangkaian atap
20
3.4.2.6. Penggabungan setiap rangkaian Setelah tiap – tiap komponen dirangkai, kemudian gabungkan sehingga menjadi sebuah komponen yang utuh seperti pada Gambar 7.
Gambar 7. Bentuk taman vertikal 3.4.3. Pembuatan Nutrisi Nutrisi Hidroponik terdiri dari dua bagian yaitu pekatan A dan Pekatan B B. Adapun pada pekatan A terdiri dari bahan kimia seperti Calsinit, Kristaka dan Mikro Fe dan pada pekatan B terdiri dari bahan kimia seperti Krista MKP, Z.A, Soluptasse dan Magnesium sulfat. Cara meramu nutrisi A – B mix yaitu : a.
Pekatan A
1.
Timbang Calsinit sebanyak 333.3 gram
2.
Kristaka sebanyak 150.4 gram.
3.
Mikro Fe ditimbang sebanyak 16.3 gram
4.
Kemudian campurkan bahan tersebut menjadi satu.
5.
Campuran bahan – bahan tersebut dilarutkan kedalam 5 liter air.
21
b.
Pekatan B
1.
Timbang Kristaka MKP sebanyak 127 gram.
2.
Z.A sebanyak 35.7 gram.
3.
Soluptasse sebanyak 79.3 gram.
4.
Magnesium sulfat ditimbang sebanyak 258 gram.
5.
Bahan – bahan kimia tersebut dicamurkan dan ditimbang dengan total beratnya sebanyak 500 gram.
6.
Setelah tercampur bahan – bahan tersebut dilarutkan kedalam 5 liter air.
3.4.4. Budidaya 1. Penyiapan media tanam Media tanam yang digunakan adalah rockwool. Karena medianya ringan dan mampu menyerap dan menahan air sebagaimana seperti biasanya digunakan pada media hidroponik NFT.
Sebelum digunakan rockwool terlebih dahulu
direndam dalam air supaya strukturnya lunak dan mudah dibaluti ke akar tanaman. 2. Penyiapan bibit dan pembibitan Bibit yang digunakan adalah bibit jenis tanaman yang memiliki perakaran yang dangkal dan memiliki berat yang relatif ringan yang telah cukup umur setelah semai dengan ukuran dan tinggi yang seragam.
Pada pelaksanaan
pembibitan ini media yang digunakan adalah kerikil, dimana kerikil terlebih dahulu dicuci dan diratakan pada tempat persemaian dan kemudian taburi bibit Pakchoy, bibit yang digunakan adalah bibit Panah Merah.
22
3. Penanaman Setelah bibit Pakchoy tumbuh maka dilanjutkan pada tahap penanaman, dimana akar Pakchoy dibalut dengan rockwool dan dimasukkan pada masingmasing kantong yang sudah dibentuk. Pakchoy dipindahkan ketempat penanaman pada saat berdaun 3-5 helai (2-3 MST) . 4.
Pemupukan Pada pelaksanaan ini, bak air yang telah di isi dengan 50 liter air
ditambahkan pupuk cair A-B mix sebanyak 250 ml.
Kemudian melakukan
pengujian EC dan pH pada nutrisi tersebut. Nutrisi yang terlebih dahulu dicampurkan yaitu larutan A kemudian diaduk dan setelah itu disusul dengan larutan B. pemberian nutrisi tidak boleh secara bersamaan antara larutan A dan B karena akan terjadi pengumpalan.
Jika terjadi pengurangan air oleh
evapotranspirasi, maka lakukan penambahan air dan pupuk. 5. Panen Pada kegiatan ini, Pakchoy sudah bisa dipanen pada umur 25 HST, tergantung pada ketinggian tempat penanaman. Semakin tinggi tempat penanaman, umur panen akan bertambah. Cabut tanaman dengan baik kemudian kumpulkan dan timbang berat masing – masing tanaman tersebut. 3.4.5. Pengamatan Pada kegiatan ini terdapat 4 bagian yang diamati, yaitu sebagai berikut : 1. Pengamatan pada instalasi taman vertikal, berupa struktur bangunan dan kadar air yang terdapat pada karpet saat dibasahi.
23
2. Pengamatan debit aliran yang dihasilkan oleh pompa untuk irigasi yang dipompakan keatas secara vertikal dan kembali pada saliran output bagian bawahnya . 3. Pengamatan pada nutrisi, berupa : a.
EC (Electrical Conductivity) Pengukuran EC dilakukan menggunakan alat EC probe dengan cara
meletakkan alat ini pada larutan nutrisi yang telah dicampur air. EC yang digunakan untuk nutrisi ini ditetapkan nilainya yaitu 2 mS/cm. Pengukuran dilakukan setelah penambahan nutrisi A – B mix pada air yang terdapat di bak setiap hari. b.
pH Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter dengan cara
meletakkan alat pada larutan nutrisi yang telah tercampur air. pH diamati setelah penambahan air pada bak penampung. pH yang tinggi diturunkan dengan H2SO4 atau dengan air accu dan pH yang rendah dinaikkan dengan air sumur yang mempunyai pH diatas 7. Nilai pH yang ditetapkan dalam pelaksaan ini yaitu 5,5 – 6,5. 4. Pengamatan pada tanaman, yaitu terbagi dalam bagian : a.
Pengamatan kebutuhan air tanaman, yaitu berupa pengamatan ETc secara langsung selama 25 hari.
b. Pengamatan tinggi tanaman, lebar dan jumlah daun mulai dari pemindahan tanaman hingga panen dalam frekuensi I kali 3 hari. c.
Pengamatan pada hasil produksi Pakchoy berupa berat tanaman .
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Lokasi PKPM A. Lokasi Parung Farm berlokasi di Jalan Raya Parung-Bogor No. 546, Kampung Jati, Desa Parung, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kebun hidroponik ini berbatasan dengan Desa Jabon di sebelah Utara, Desa Gunung Sindur di sebelah Selatan, Desa Waru Jaya di sebelah Barat dan Depok di sebelah Timur. Lokasi kebun Parung berada pada 6° 26’ LS dan 106° 44’ BT dan terletak pada ketinggian 100 m diatas permukaan laut (dpl). Kebun Parung memiliki iklim tropis yang sesuai untuk jenis sayuran yang diproduksi sehingga sayuran dapat tumbuh dengan baik. Daerah ini memiliki musim hujan pada bulan Oktober-Maret dan musim kemarau pada bulan AprilSeptember. Lokasi ini memiliki suhu 26°C – 35°C, kelembaban udara 70%, serta curah hujan rata-rata 2774 mm/tahun. B. Sejarah Perusahaan Parung Farm didirikan pada akhir tahun 1998 oleh Bapak Soebagyo Karsono dan Bapak Soedibiyo Karsono. Kebun Hidroponik yang baru didirikan itu kemudian dipercayakan kepada Ir. Haryadi sebagai ketua dan Agung Wahyudi sebagai wakilnya.
Awalnya Parung Farm didirikan dengan nama Kebun
Hidroponik Sayur Segar yang hanya bergerak di bidang hidroponik sayuran, baik sayuran daun maupun sayuran buah.
Pada Tahun 2000 kebun hidroponik
mengembangkan usahanya untuk mengusahakan tanaman hias yaitu Anggrek,
25
sehingga pada awal tahun 2001 perusahaan tersebut berubah nama menjadi Parung Farm. Parung Farm memiliki tiga kebun yaitu kebun Parung, Bintang Delapan, dan Cugenang. Parung Farm memiliki kebun seluas 9,8 yang terdiri dari tiga kebun, yaitu di Parung seluas 3,8 Ha, di Sukabumi seluas 4 Ha dan di Cianjur seluas 2 Ha. Parung Farm terdiri atas dua perusahaan yaitu PT. Kebun Sayur Segar dan CV. Kebun Anggrek. Pada awalnya perusahaan ini bergerak di bidang pelatihan dan produksi tanaman sayuran, hidroponik buah, hidroponik hortikultura, aeroponik dan kultur jaringan untuk budidaya Anggrek. Usaha ini dimulai dari penelitian dan uji coba penanaman tanaman secara hidroponik yang cocok dikembangkan di daerah Parung. Penanamannya dilakukan di dalam green house seluas 400m2 yang ditanami 750 tanaman meliputi 150 tanaman Mentimun Jepang varietas spring swallow, 150 tanaman Melon varietas eagle, 150 tanaman Paprika varietas Spartacus dan 300 tanaman Tomat varietas recent. Dikarenakan suhu yang kurang mendukung produksi tanaman tersebut dilakukan di daerah Sukabumi, sedangkan tanaman yang diproduksi di Parung meliputi tanaman Bayam, Kangkung, Petsai dan Caisim. Parung Farm merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang agribisnis sayuran. Parung Farm mengawali usaha dengan melakukan pelatihan budidaya hidroponik, budidaya Anggrek dan kultur jaringan Anggrek. Namun tidak hanya mengkhususkan usaha pada pendidikan dan pelatihan tetapi mulai mencoba bidang komersial, yaitu produksi dan penjualan sayuran yang ditanam secara hidroponik.
Parung Farm sebagai lembaga pelatihan menyediakan
program pelatihan mengenai hidroponik bagi masyarakat. Sistem hidroponik yang
26
digunakan sebagai sarana penunjang pelatihan yaitu aeroponik, Nutrient Film Technique(NFT), Deep Flow Technique(DFT), Top Feeding, dan Ebb and Flow. Pelatihan budidaya tanaman hidroponik dilakukan setiap Sabtu dan Minggu. Pelatihan ini ditujukan bagi karyawan swasta, pegawai negeri dan pelajar dengan tema yang berbeda ditiap minggunya.
Selain itu, Parung Farm juga
membuka konsultasi di bidang pertanian. Namun seiring waktu dapat diketahui yang banyak diminati oleh masyarakat adalah budidaya hidroponik sayuran dan budidaya Anggrek. Maka dari itu hidroponik sayuran dan budidaya Anggrek lebih dikembangkan.
Budidaya Anggrek dimulai pada bulan Januari 2000
sehingga saat ini jenis Anggrek yang dibudidayakan di Parung Farm antara lain adalah Dendrobium sp, Phaleonopsis sp, Oncidium sp, Vanda sp dan Anggrek silangan lainnya. C. Tujuan Parung Farm ini didirikan dengan tujuan memperkenalkan teknik budidaya hidroponik. Oleh karena itu, perusahaan ini mengadakan penelitian sederhana terhadap teknologi yang tepat guna dan pelatihan praktek kerja di lapangan. Teknologi yang digunakan di Parung Farm yaitu NFT (Nutrient Film Technic), Aeroponik, Deep pond floating raft (Sistem Rakit Apung), Sifon Top Feeding (Pengucuran Dari Atas), DFT (Deep and Flow Technic), Ebb and Flow (Pasang surut) dan Hidroponik Sifon. D. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Parung Farm merupakan perusahaan milik pribadi sehingga dipimpin oleh pemiliknya, yang juga berstatus sebagai direktur perusahaan.
Direktur
bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan. Struktur organisasi Parung Farm
27
terdiri atas direktur utama Kebun Sayur Segar (KSS), direktur utama Kebun Anggrek Parung (KAP), serta direktur utama Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan (BANGDIKLAT). Kebun Sayur Segar (KSS) dipimpin oleh direktur utama yang membawahi manajer produksi, manajer pemasaran, bagian administrasi dan keuangan. Manajer produksi bertugas untuk mengawasi dan menangani produksi sayuran, manajer pamasaran bertugas menangani pendistribusian sayuran ke supermarketsupermarket.
Bagian administrasi dan keungan bertugas untuk menangani
keuangan perusahaan dan pemberian gaji karyawan. Untuk divisi Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan memiliki tugas untuk memberikan pengetahuan tentang hidroponik dan sekaligus mengadakan pelatihan hidroponik untuk pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum. PIMPINAN
Unit Kebun Anggrek Parung (KAP)
BagianAdministrasi
dan Keuangan
Kebun Parung
Unit Kebun Sayur Segar (KSS)
BagianProduksi
Kebun Cugenang
BANGDIKLAT
Bagian Pemasaran
Kebun Bintang Delapan
Gambar 8. Struktur Organisasi Parung Farm. Tenaga kerja Parung Farm terdiri atas karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap terbagi menjadi dua, yaitu karyawan tetap harian dan bulanan.
Karyawan tetap harian menerima gaji setiap minggu berdasarkan
28
kehadiran setiap harinya, sedangkan karyawan tetap bulanan menerima gaji setiap akhir bulan tanpa memperhitungkan kehadiran. Karyawan tetap harian bekerja di bagian penanaman, dan karyawan tetap bulanan bekerja di bagian administrasi, produksi, pemasaran, sopir, dan keamanan. Karyawan tidak tetap adalah karyawan yang bekerja di bagian pasca panen.
Tenaga kerja tidak tetap digaji setiap hari dengan memperhitungkan
kehadiran. Selain itu terdapat pula karyawan borongan, yaitu karyawan yang bekerja secara borongan dengan waktu kerja jika ada panggilan pekerjaan. Jam kerja karyawan pada bagian produksi yaitu jam 07.00-15.00 WIB dengan waktu istirahat pada pukul 11.00-13.00 WIB, sedangkan jam kerja karyawan bagian administrasi yaitu dari pukul 08.00-16.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB. Seluruh karyawan memiliki enam hari kerja dalam satu minggu.
Penerimaan gaji karyawan antara satu dan yang lain tidak sama,
tergantung dari jenis pekerjaan, ketrampilan, prestasi dan lamanya pekerjaan. Gaji karyawan di bagian produksi yaitu Rp 500 000 – Rp 800 000 per bulan. C. Sarana dan PraSarana Kebun hidroponik Parung Farm memiliki lahan seluas 3,8 Ha. Adapun sarana dan pra sarana yang dimiliki yaitu: 1. Green house Tanaman Parung Farm memiliki 7 green house terdiri dari 6 green house pertanaman dan 1 green house percobaan. Tiap green house terdiri atas bed (bedengan) yang terbuat dari beton dan bambu untuk penanaman dengan jarak antar bed 50 cm. Ukuran bed adalah 2 m x 8 m, dengan jumlah bed pada masingmasing green house tidak sama. Dimana ukuran green house pertanaman terdiri
29
dari 2 green house bagian depan dengan ukuran yang sama yaitu 18 m x 40 m dan 1 green house dengan ukuran 6 x 10 m untuk pembibitan, ukuran 3 green house bagian belakang masing – masingnya adalah 9 m x 21 m, 36 m x 58 m, dan 25 x 36 m. Sementara ukuran green house untuk percobaan adalah 6 m x 6 m. Adapun tanaman sayur yang dibudidayakan yaitu Selada merah (Lolorosa), Selada hijau, Romaine, Petsay, Bayam hijau, Bayam merah, Caisim, Siomak, White Pakchoy, dan Kangkung.
Gambar 9. Green House 2. Pendopo Pendopo merupakan tempat untuk mengajar dan mengadakan pelatihan hidroponik. Pendopo berada di tengah-tengah kebun Parung. Luas bangunan ini sekitar 150 m². Sarana pendukung yang terdapat di pendopo adalah whiteboard, megaphone, dan alat peraga hidroponik.
30
Gambar 10. Pendopo 3. Kantor Kantor terdiri atas dua bagian, yaitu kantor administrasi dan kantor diklat. Letak kedua kantor ini bersebelahan dengan luas total sekitar 150 m². Kantor administrasi digunakan untuk menangani produksi dan pemasaran, sedangkan kantor diklat digunakan untuk pelatihan. Selain itu juga terdapat ruang meeting yang berdekatan dengan tempat parkir motor dan cold storage.
Gambar 11. Kantor 4. Tempat Pengemasan ( Packing ) Tempat pengemasan terletak di bagian depan, hal ini ditujukan agar produk sayuran yang telah dikemas mudah diangkut ke mobil pengangkut. Luas tempatpengemasan sekitar 50 m². Yang terdiri dari tempat penyortiran sayur, pencucian, penimbangan dan pengemasan. 31
Gambar 12. Tempat Pengemasan ( Packing ) 5. Kebun Anggrek Luas kebun Anggrek sekitar 400 m². Lokasi ini digunakan untuk budidaya Anggrek dan tanaman hias lain. Jenis Anggrek yang dibudidayakan yaitu Dendrobium, Vanda, Oncidium, dan Phalaenopsis. Selain Anggrek, Parung Farm pun menyediakan aneka tanaman buah seperti Jambu batu, Jambu air, Jeruk, Sawo, Nangka, Durian dan sebagainya.
Gambar 13. Kebun Anggrek
32
6. Asrama Asrama terletak di bagian belakang kebun. Luas asrama sekitar 160 m². Asrama diperuntukkan bagi karyawan, terutama karyawan tetap yang sudah lama bekerja di Parung Farm.
Gambar 14. Asrama 7. Bengkel Bengkel merupakan tempat untuk merakit rangkaian hidroponik dan memperbaiki jika ada peralatan hidroponik yang rusak. Luas bengkel sekitar 50 m² dan letaknya berhadapan dengan kolam ikan.
Gambar 15. Bengkel
33
8. Kolam Ikan Luas kolam ikan sekitar 300 m². Kolam tersebut digunakan untuk memelihara berbagai jenis ikan, seperti ikan Bawal, Mas, dan Mujaer. Kolam ikan ini juga berfungsi sebagai daerah resapan.
Gambar 16. Kolam Ikan 9. Tempat Pembenihan dan Persemaian Tempat pembenihan berfungsi untuk memasukkan benih ke dalam rockwool dan pembungkusan bibit tanaman dengan rockwool. Selain itu di tempat ini juga terdapat kolam yang digunakan untuk pencucian Kangkung hasil panen. Tempat penyemaian terdiri dari dua tempat yaitu tempat penyemaian dengan media rockwool dan media kerikil. Tempat penyemaian dengan media rockwool hanya terdiri dari beberapa sayuran saja seperti Caisim, Pakchoy dan Petsay. Sedangkan untuk media kerikil hampir semua sayuran seperti Selada merah, Selada hijau, Romaine, Bayam hijau, Bayam merah, Caisim, Siomak, dan Pakchoy.
34
Gambar 17. Tempat Pembenihan dan Persemaian 10. Transportasi Untuk menunjang kegiatan transportasi lapangan, ada dua alat angkutan yang digunakan yaitu dua buah gerobak untuk kegiatan produksi dan mobil box berpendingin yang digunakan untuk mengangkut sayuran ke tempat - tempat pemasaran ( supermarket ).
Gambar 18. Transportasi 11. Tempat Pendingin (Cold Storage) Tempat ini digunakan untuk menyimpan sayuran yang telah dikemas sebelum proses pengiriman. Hal ini dilakukan agar kualitas sayuran tetap terjaga.
35
Gambar 19. Tempat Pendingin (Cold Storage)
12. Gudang Gudang digunakan untuk menyimpan rockwool, nutrisi dan Styrofoam yang terletak di sebelah ruang pengemasan.
Gambar 20. Gudang 13. Ruang Distributor Ruangan ini digunakan sebagai tempat yang mengatur pemasukan dan pengeluaran produk yang dihasilkan Parung Farm.
Gambar 21. Ruang Distributor 36
14. Ruang Genset Di dalam ruangan ini terdapat genset yang digunakan untuk mengatur kebutuhan arus listrik digunakan di Parung Farm. 15. Mes Mes terletak di sebalah utara pendopo.Dimana disini terdapat 2 buah mes dengan ukuran masing-masingnya 5 x 10 meter. Mes berfungsi untuk penginapan para tamu atau peserta pelatihan dari luar daerah.
Gambar 22. Mes
16. Musholla Terletak bersebalahan dengan Mes. Berfungsi sebagai tempat sholat para tamu dan karyawan PT. Parung Farm.
Gambar 23. Musholla
37
4.1.2. Hasil Pengamatan Adapun hasil dari pengamatan pada pelaksanaan PKPM ini terdapat pada Gambar, Tabel dan Grafik di bawah ini : 4.1.2.1. Rancangan Hidroponik Vertikal Diketahui berat karpet yang digunakan dengan ukuran 5 cm x 5 cm yaitu : Berat basah = 20,30 gr Berat kering = 5,82 gr
Gambar 24. Rancangan hidroponik taman vertikal Keterangan gambar : 1 2 3 4 5 6 7 8
Atap Kanopi Saluran outlet Kaki atap Sambungan pipa Kaki taman vertical End plug Ember/bak penampung air Saluran inlet
9 10 11 12 13 14 15
Skor kaki Pompa ( Head 1.8 m ) Saluran outlet Lobang tanam Karpet Pipa penggantung karpet Tali pengikat/penggantung
38
4.1.2.2. Nutrisi Hasil pengamatan penambahan nutrisi setiap harinya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penambahan Nutrisi Tanggal 16 Mei 2013 17 Mei 2013 18 Mei 2013 19 Mei 2013 20 Mei 2013 21 Mei 2013 22 Mei 2013 23 Mei 2013 24 Mei 2013 25 Mei 2013 26 Mei 2013 27 Mei 2013 28 Mei 2013 29 Mei 2013 30 Mei 2013 31 Mei 2013 01 Juni 2013 02 Juni 2013 03 Juni 2013 04 Juni 2013 05 Juni 2013 06 Juni 2013 07 Juni 2013 08 Juni 2013 09 Juni 2013
Volume Total
Volume Saat Pengamatan
Penambahan Air
(Liter)
( Liter )
( Liter )
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
46.7 46.7 46.6 46.5 46.4 46.5 46.6 46.2 46.1 46 45.9 45.4 45.1 44.8 44.3 44.5 44.6 44.2 44.4 44.2 43.9 43.9 43.9 43.9 43.9
3.3 3.3 3.4 3.5 3.6 3.5 3.4 3.8 3.9 4 4.1 4.6 4.9 5.2 5.7 5.5 5.4 5.8 5.6 5.8 6.1 6.1 6.1 6.1 6.1
Penambahan Nutrisi (ml) Pekatan Pekatan A B 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 20 20 20 20 21 21 21 21 25 25 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
39
4.1.2.3. Debit Hasil pengamatan debit pada sistem irigasi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Debit Aliran Taman Vertikal Ulangan 1 2 3 4 5 Rata-rata
V (Liter) 1 1 1 1 1 1
t ( detik ) 6.86 6.15 6.07 6 6.57 6.33
Q ( L/dt ) 0.15 0.16 0.16 0.17 0.15 0.16
4.1.2.4. Hasil Pengamatan Pada Tanaman 1. Kebutuhan Air Tanaman (KAT) Untuk melihat perkembangan kebutuhan air tanaman setiap hari dapat dilihat pada Gambar 25. Kebutuhan Air Tanaman Pakcoy Hijau liter/hari
7 6 5 4
3 2 1 0 0
5
10
15
20
25
30
HST Gambar 25. Grafik Perkembangan Kebutuhan Air Tanaman Pakchoy
40
Hasil pengamatan Evapotranpirasi atau dapat juga disebut dengan kebutuhan air tanaman dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kebutuhan Air Tanaman Pakchoy Hari setelah tanam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Total Rata – rata
KAT(liter/hari) 3.3 3.3 3.4 3.5 3.6 3.5 3.4 3.8 3.9 4 4.1 4.6 4.9 5.2 5.7 5.5 5.4 5.8 5.6 5.8 6.1 6.1 6.1 6.1 6.1 118.8 4.8
KAT (liter/hari/tanaman) 0.12 0.12 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.14 0.14 0.15 0.15 0.17 0.18 0.19 0.21 0.20 0.20 0.21 0.21 0.21 0.23 0.23 0.23 0.23 0.23 4.4 0.18
41
2. Pertumbuhan Tanaman Pakchoy Hijau a. Tinggi Tanaman Hasil pengamatan rata – rata tinggi tanaman Pakchoy hijau dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rata – rata Tinggi Tanaman Pakchoy Umur Tanaman ( HST ) 1 4 7 10 13 16 19 22 25
Tinggi Tanaman ( cm ) Leretan Leretan Leretan Leretan Leretan Leretan 1 2 3 4 5 6 9.3 9.2 9 9.1 9.5 9.3 12 11 11.2 11.4 11.3 11.4 14.8 12.9 13.4 13 13.5 14.2 16 13.5 13.5 13.4 14.7 15.5 17.1 14.7 15 14.9 15.6 16.6 19.5 15.8 17.7 16.4 18.5 19 22.5 18.2 20.1 18.2 20.5 20.2 25.1 20.1 21.6 19.7 22.3 21.5 25.7 21.2 22.4 20.1 23.5 22.1
Untuk melihat perkembangan tinggi tanaman setiap pengamatan dapat dilihat pada Gambar 26.
Tinggi ( cm )
30
Tinggi Tanaman Leretan 1
25
Tinggi Tanaman Leretan 2
20 15
Tinggi Tanaman Leretan 3
10
Tinggi Tanaman Leretan 4
5
Tinggi Tanaman Leretan 5
0
Tinggi Tanaman Leretan 6
0
10
20
30
HST Gambar 26. Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Pakhcoy
42
b. Lebar Daun Hasil pengamatan rata – rata lebar daun tanaman Pakchoy hijau dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rata - rata Lebar Daun Tanaman Pakchoy Umur Tanaman ( HST )
Leretan 1 2.9 3.6 4.7 5.2 5.5 6 6.6 6.8 7.3
1 4 7 10 13 16 19 22 25
Leretan 2 3.1 3.9 5 5.3 5.5 6 6.2 6.7 7
Lebar Daun Leretan Leretan 3 4 2.8 3.1 3.7 3.8 5.4 4.7 5.8 4.8 6.2 5.1 6.5 5.6 6.6 6 6.7 6.3 6.8 6.4
Untuk melihat perkembangan lebar daun
Leretan 5 3.2 4 4.4 4.9 5.3 5.5 5.8 5.9 6.2
tanaman
Leretan 6 3 3.5 4.5 5 5.3 5.5 5.8 6 6.2
Pakchoy setiap
pengamatan dapat dilihat pada Gambar 27. 8 Lebar Daun Leretan 1
Lebari ( cm )
7 6
Lebar Daun Leretan 2
5
Lebar Daun Leretan 3
4 3
Lebar Daun Leretan 4
2 Lebar Daun Leretan 5
1 0 0
5
10
15
20
25
30
Lebar Daun Leretan 6
HST Gambar 27. Grafik Rata-rata Lebar Daun Tanaman Pakcoy
43
d. Jumlah Daun Hasil pengamatan rata – rata jumlah daun tanaman Pakchoy hijau dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata – rata Jumlah Daun Tanaman Pakchoy Umur Tanaman ( HST )
Leretan 1 6 7 8 9 10 12 13 15 17
1 4 7 10 13 16 19 22 26
Leretan 2 4 5 6 6 7 8 10 12 12
Jumlah Daun Leretan Leretan 3 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 9 11 10 12 11 14 12
Leretan 5 5 6 7 8 8 9 11 12 13
Leretan 6 6 7 8 8 9 10 12 13 15
Untuk melihat perkembangan jumlah daun setiap pengamatan dapat dilihat pada Gambar 28.
Jumlah Daun
18
Jumlah Daun Leretan 1
16 14
Jumlah Daun Leretan 2
12
Jumlah Daun Leretan 3
10 8
Jumlah Daun Leretan 4
6
Jumlah Daun Leretan 5
4 2
Jumlah Daun Leretan 6
0 0
5
10
15
20
25
30
HST Gambar 28. Grafik Rata – rata Jumlah Daun Tanaman Pakchoy
44
3. Produksi Tanaman Adapun hasil dari berat tanaman Pakchoy hijau dan analisis finansial dari sestem hidroponik vertikal ini yaitu : b. Berat Tanaman Hasil pengamatan rata – rata berat tanaman Pakchoy hijau dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rata – rata Berat Tanaman Pakchoy Leretan 1 95
Leretan 2 63.8
Berat ( gr ) Leretan 3 Leretan 4 54.6 44.5
Leretan 5 72.4
Leretan 6 71.25
Untuk melihat berat tanaman setiap leretan dapat dilihat pada Gambar 29. Gafik Berat Tanaman Pakchoy Hijau 100
gram
80 60 40 20 0 Leretan 1 Leretan 2 Leretan 3 Leretan 4 Leretan 5 Leretan 6
Gambar 29. Grafik Berat Tanaman Pakchoy
45
4.2. Pembahasan 4.2.1. Rancangan dan Instalasi Hidroponik Vertikal Dari Gambar 24 di atas dapat dilihat hasil rancangan sederhana dari hidropoinik taman vertikal. Dimana air di pompakan ke atas melalui dua pipa vertikal menuju pipa bagian atas yang telah dilobangi bagian tengahnya. Kemudian air akan keluar menyirami tanaman yang ada dan bersirkulasi secara terus-menerus secara vertikal. Adapun kadar air yang terkandung di dalam karpet yaitu : KA = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ x 100 % = 24,98 𝑔𝑟 30, 80 𝑔𝑟 x 100 % KA = 81 % Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa karpet sangat baik digunakan untuk sistem hidroponik ini. Sebab dapat menyerap dan menyimpan air sebesar 81 %. Rancangan tersebut merupakan desain yang sederhana dan sedikit memerlukan biaya yang mahal. Dengan demikian rancangan ini hanya dapat diaplikasikan untuk skala pertanian rumah tangga yang memiliki pendapatan yang tinggi. Namun jika menggunakan bahan rancangan yang seperti ini dapat melebihkan keuntungan dari segi estetika. 4.2.2. Debit Dari data Tabel 6 di atas dapat dijelaskan bahwa rata – rata debit aliran pada pompa adalah 0,16 l/dt dengan tekanan ( head ) 1,8 m. Dengan demikian jika pompa dihidupkan setiap hari selama 24 jam maka kapasitas pompa per harinya adalah 13824 liter/hari . Sementara kebutuhan air tanaman per harinya adalah 5
46
liter/hari untuk 27 tanaman. Jadi kapasitas pompa melebihi dari kebutuhan air tanaman, maka disarankan untuk menambah jumlah tanaman menjadi 2765 tanaman agar penggunaan pompa menjadi ideal. Selain penambahan tanaman, pengurangan kapasitas pompa dapat juga diperkecil, hal ini dapat dilakukan apabila penambahan tanaman tidak dapat dilakukan. 4.2.3. Nutrisi Pada Tabel 5 dapat diketahui jumlah penambahan nutrisi A-B mix setiap dilakukan penambahan air yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan nilai EC pada nutrisi.
Adapun nilai EC yang ditetapkan pada larutan untuk tanaman
Pakchoy di Parung Farm yaitu 2 mS/cm. Kondisi ini telah memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jika nilai EC yang diberikan terhadap tanaman jauh melebihi dari 2 mS/cm, maka tanaman memperlihatkan gejala mongering seperti terbakar. Hal ini telah memperlihatkan gejala keracunan pada tanaman. Nilai EC yang melebihi dari 2 mS/cm dapat dikurangi dengan menambahkan air kembali. Sedangkan nilai EC yang kurang ditambahkan dengan nutrisi A – B mix yang penambahannya setiap 1 L air sebanyak 5 ml nutrisi A – B mix. Persyaratan tumbuh tanaman Pakchoy hijau mempunyai pH larutan nutrisi 5,5 – 6,5. Namun hasil di lapangan didapatkan nilai pH adalah 5,0 dan terkadang mencapai 7,5. Sehingga disarankan apabila nilai pH melebihi dari persyaratan tumbuh, maka sebaiknya diturunkan dengan penurunan dengan penambahn asam sulfat (H2SO4). Jika nilai pH jauh dibawah nilai yang disyaratkan maka akan terjadi terikatnya unsur – unsur tertentu.
47
4.2.4. Pengamatan Pada Tanaman 4.2.4.1. Kebutuhan Air Tanaman (KAT) Dari Gambar 25 dapat dilihat perubahan kebutuhan air tanaman setiap harinya dan Tabel 7 diatas dapat di ketahui rata-rata kebutuhan air tanaman (KAT) untuk tanaman pakchoy setiap harinya yaitu 4,8 lt/ hari ( untuk 27 tanaman dalam luas lahan vertikal 1 m2) . Menurut literature yang dibaca, kebutuhan air tanaman pakchoy untuk satu tanaman selama 1 musim tanam adalah 1-2 liter. Dengan demikian kebutuhan air tanaman ini sangat jauh berbeda dari hasil pengamatan. Diasumsikan penyebab tingginya kebutuhan air tanaman ini adalah karena pada bagian belakang karpet yang di tanami terkena pancaran sinar matahari yang tinggi, dimana air pada karpet diserap seperti halnya menjemur pakaian. Untuk itu sebaiknya bagian belakang karpet yang ditanami dilapisi dengan plastik agar penyerapan air khusus hanya oleh tanaman sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan air sebagai pertumbuhan tanaman hidroponik. Kebutuhan air setiap jenis tanaman berbeda, baik total maupun untuk setiap fase pertumbuhannya. Oleh karena itu fase-fase pertumbuhan tanaman, lamanya setiap fase pertumbuhan dan fase kritis pertumbuhan perlu diketahui agar perencanaan pemberian air, baik jumlah maupun waktu pemberiannya lebih tepat, sehingga program penghematan pemakaian air dalam proses budidaya akan dapat dicapai. 4.2.4.2 Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Pakchoy Hijau Adapun tujuan dari pengamatan pada tanaman adalah untuk mengetahui akumulasi biomass tanaman sebagai parameter hasil tanaman tersebut.
48
a. Tinggi Tanaman Pada data Tabel 8 dan Gambar 26 pertumbuhan Pakchoy di atas dapat dilihat bahwa setiap tanaman yang diamati mengalami pertumbuhan setiap 3 harinya. Dimana rata- rata pertumbuhan tanaman tersebut setiap pengamatan yaitu 2 - 3 cm . Rata – rata pertumbuhan tanaman yang tertinggi terdapat pada leretan 1, hal ini dikarenakan tanaman berada pada bagian atas dekat dengan saluran nutrisi dan terdapat sinar matahari yang baik. b. Lebar Daun Pada data Tabel 9 dan Gambar 27 pertambahan lebar daun pakchoy di atas dapat dilihat bahwa setiap tanaman yang diamati mengalami pertumbuhan setiap 3 harinya. Dimana rata- rata pertumbuhan tanaman tersebut setiap pengamatan yaitu 0, 4 cm . Dan dapat diketahui rata – rata lebar daun tertinggi terdapat pada leretan 1 yaitu 6,9 cm. Hal ini dikarenakan tanaman berada pada bagian atas dekat dengan saluran nutrisi dan terdapat sinar matahari yang baik. Menurut Sumarni dan Rosliani dalam Dermawati (2006) dalam penelitiannya
menyatakan
bahwa
untuk
melanjutkan
pertumbuhan
dan
perkembangannya tanaman harus melakukan fotosintesis. Diasumsikan semakin besar luasan daun, maka semakin tinggi fotosintat yang dihasilkan. Fotosintat itu digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan lebar dan tinggi daun pada tanaman. c. Jumlah Daun Menurut Salisbury dan Ross dalam Dermawati ( 2006 ) tumbuhan yang terlalu banyak mendapat nitrogen biasanya mempunyai daun bewarna hijau tua dan lebat. Pada pengamaatan lebar daun yang terdapat pada Tabel 10 dan Gambar
49
28 rata – rata jumlah daun terbanyak yaitu 17 buah yang terdapat pada leretan 1. Hal ini dikarenakan tanaman berada pada bagian atas dekat dengan saluran nutrisi dan terdapat sinar matahari yang baik. Pada Tabel pengamatan harian (lampiran 4)
jumlah daun Pakchoy terbanyak hanya mencapai 19 helai.
4.2.4.3 Pengamatan Produksi Tanaman a. Berat tanaman Pakchoy hijau Adapun tujuan dari penentuan berat tanaman ini adalah mengetahui akumulasi tanaman sebagai parameter hasil tanaman tersebut. Dan menentukan hasil panen secara keseluruhan dalam luasan lahan tertentu khusus pada sistem taman vertikal. Pada Tabel 11 terdapat rata – rata berat tanaman keseluruhan adalah 1821 gr, dimana rata – rata berat tanaman yang tertinggi adalah pada leretan 1 atau leretan teratas pada taman vertikal yaitu 95 gr dan rata – rata berat terendah yaitu terdapat pada leretan ke 44,5 gr. Pada Gambar 29 berat tanaman tertinggi ke dua terdapat pada leretan 5 dan 6, hal ini diasumsikan karena diameter batang tanamannya yang besar. Selain itu tanaman pada leretan 1 terkena cahaya matahari yang baik sedangkan pada letertan ke 2,3, dan 4 tertutupi oleh tanamana bagian atas sehingga kurang terkena cahaya matahari. Dan pada leretan pertama terdapat kumpulan nutrisi yang terkumpul di karpet sehingga nutrisi untuk tanaman di bawahnya menjadi berkurang. Intensitas
cahaya
matahari
menunjukkan
pengaruh
primer
pada
fotosintesis, dan pengaruh sekundernya pada morfogenetik. Pengaruh terhadap morofogenetik hanya terjadi pada intensitas rendah (Fitter dan Hay, 1991). Pengaruh tanaman dalam kaitannya dengan intensitas cahaya salah satunya adalah penempatan daun dalam posisi di mana akan diterima intersepsi cahaya 50
maksimum. Daun yang menerima intensitas maksimal adalah daun yang berada pada tajuk utama yang terkena sinar matahari (Fitter dan Hay, 1991). b. Analisis Finansial Dari data hasil produksi tanaman Pakchoy hijau dapat dihitung biaya produksi dengan sistem taman vertikal dalam luasan 1 m 2 lahan vertikal yaitu sebagai berikut : 1 m2 x 1,8 kg = 1,8 kg/m2 Penyusutan pasca panen sebesar 25 %, = 25 100 x 1,8 kg = 0,4 kg Total produksi bersih = Produksi awal – penyusutan = 1,8 kg – 0,4 kg = 1,35 kg Harga pakchoy/kg = Rp 40.000,Hasil produksi/m2 = Rp 54.000,Biaya alat dan bahan = 834.000,Penyusutan alat dan bahan ( 60 bulan ) = 13.900,Gaji perhari = 17.000,-/ hari Gaji/jam = 2.125 Gaji total ( 6,5 jam ) = 13.813,Biaya pupuk untuk 27 tanaman = 13.553,Biaya bibit untuk 1 m2 = 76,-
51
Jadi biaya untuk 1 musim tanam adalah 14.326,Sehingga keuntungan yang diperoleh = Pendapatan – biaya produksi = 54.000 – 41.342,= 12.658,Dengan demikian jika kita melakukan penanaman tanaman sistim vertikal pada luasan 1 m2 lahan horizontal akan dapat menanam 2 – 3 lahan vertikal sehingga diasumsikan dapat memperoleh keuntungan yang lebih dari yang diatas dan juga dapat mengidealkan pemakaian pompa.
52
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang diperoleh dari PKPM dan tugas akhir ini adalah: 1. Sistem hidoponik pada taman vertikal telah berhasil dirancang dan secara struktural dan fungsional telah bekerja dengan baik. Dimana aliran air dapat bersirkulasi secara terus – menerus dan sampai membasahi akar tanaman. Selain itu tanaman dapat tumbuh baik dengan adanya media karpet dan rocwool yang mampu menahan dan menyerap air dikala listrik mati. 2. Kebutuhan air tanaman Pakchoy selama satu musim tanam dalam luasan 1 m 2 lahan vertikal adalah 119 liter/ 27 populasi. 3. Kinerja sistim hidroponik secara vertikal ini tersebut adalah debit 0.16 L/detik, nilai EC 2 mS/cm, nilai pH 6.8, dan total kebutuhan air tanaman 119 L selama 25 hari. Rata – rata tinggi tanaman tertinggi 25.7 cm, lebar daun tertinggi 7.3 cm, jumlah daun tertinggi 19 helai dan berat tanaman yaitu 1.8 kg 5.2. Saran 1. Disarankan untuk menambah populasi tanaman atau luas areal tanam agar pompa yang digunakan menjadi ideal. 2. Sebaiknya karpet yang digunakan adalah karpet yang dapat menyimpan lebih banyak air dan tidak mudah terserap oleh panas yang tinggi sehingga tidak terjadi banyaknya kehilangan air. 3. Sebaiknya di PT.Parung Farm ini dilakukan pengamatan data iklim agar membantu dalam perhitungan parameter kebutuhan air tanaman ( Etc ) yang akan diberikan .
53
DAFTAR PUSTAKA Agzik. 2012. Evaporasi dan Evapotranspirasi ( Online http://agzik.blogspot.com/2012/01/evaporasi-dan-evapotranspirasi.html ( Diunduh 01 Juni 2013 )
)
Asbindo. 2011 . Membuat Tanaman Vertikal di Rumah ( Online ) http://www.asbindo.org/tren/membuat-taman-vertikal-di-rumah. Diunduh 28 Mei 2012 Blogspot. 2012. Konsep inovasi vertical garden ( Online http://hepsarchie.blogspot.com/2012/01/konsep-inovasi-vertikal-gardenyang.html?showComment=1335605661486#c8706647115156472011. (Diunduh 25 Mei 2012)
)
Darmawati. 2006. Substitusi Hara Mineral Organik Untuk Produksi Tanaman Pakchoy ( Brassica Rapa L. ) Secara Hidroponik. [ skripsi ]. IPB. Bogor Douglas J.S. 1985. Advances Guide to Hidroponics. London.: Felham Books Fitter A.H. dan Hay R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Harris D. 1994. The illusttrated Guide ti Hydroponicc. Tien Wah Press (Pte), Ltd. Songapore Hasanah.2013. Proses Budidaya dan Pasca Panen Tanaman White Pakcoy dengan Metode Hidroponik. [ Laporan KKP ]. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Karsono S, Sudarmodjo, Sutiyoso Y. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Agro Media Pustaka Karsono S.2007. Kingsgardening dan Plant Nutrient. Parung Farm Resh H M. 1993. Hydroponics Food Production. Woodbridge Perss. Santa Barbara, California ( USA ) Rubatzky E V, Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia2. Institut Teknologi Bandung. Bandung Rukmana R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisiun. Yogyakarta Sie Monsma J S and Piluek. 1994. Prosea. Plant Resources of South – East Asia 8. Vegetables. Pp. 130 – 134 54
LAMPIRAN Lampiran 1. Pengamatan Tinggi Tanaman Pakchoy Tanaman
Leretan 1
Leretan 2
Leretan 3
Leretan 4
Leretan 5
Leretan 6
1 2 3 4 5 Ratarata 1 2 3 4 Ratarata 1 2 3 4 5 Ratarata 1 2 3 4 Ratarata 1 2 3 4 5 Ratarata 1 2 3 4 Ratarata
1 8.9 9.6 9.3 9 9.7
4 11.2 11.9 12.7 11.4 12.6
Tinggi Tanaman Pakcoy (HST) 7 10 13 16 19 14 15.9 16.1 17.5 21.2 14.8 16.1 16.2 17.6 21.2 15.8 16.3 17.6 20.1 24.5 14 14.5 16.5 19.8 22.8 15.2 17.1 19.2 22.5 22.9
9.3 9.7 9 9.3 8.9
12.0 10.7 11.3 11.4 10.7
14.8 13 14 13.5 11.2
16.0 12.8 15.3 14.8 11.2
17.1 13.1 17.5 16 12.2
19.5 13.2 18.5 18.1 13.4
22.5 13.5 21.2 21.6 16.6
25.1 15.5 23.1 23.3 18.6
25.7 15.5 25.5 23.9 19.8
9.2 9.9 10.5 8.1 7.1 9.6
11.0 12.7 12.1 8.3 10.4 12.3
12.9 15.5 15 9.4 11.8 15.3
13.5 15.7 15.1 10.5 11.8 14.6
14.7 16 17.7 12.3 12.1 16.7
15.8 18.6 19.5 16 15 19.5
18.2 22.1 20.5 17.6 17.3 23
20.1 23.1 21.9 19 18.6 25.3
21.2 23.5 22.3 21 19 26.1
9.0 8.8 8.7 9.5 9.4
11.2 10.8 10.1 11.8 12.7
13.4 12 12.4 12.1 15.6
13.5 12 14 12.2 15.4
15.0 14.1 14.2 13.3 17.8
17.7 16.1 14.2 15.9 19.2
20.1 19.1 16.2 17.4 20.1
21.6 20.6 17.4 20.1 20.5
22.4 20.7 18.5 20.2 21.1
9.1 8.9 9.9 9.8 9 10.1
11.4 10.2 11.9 12 11.2 12.4
13.0 11.5 12.3 14.1 14.1 15.4
13.4 12 13.6 14.4 16.2 17.5
14.9 13.2 15.2 15.1 16.6 18
16.4 14.5 17.8 20.5 18.4 21.5
18.2 17.2 21.4 22.6 20.6 22.8
19.7 19 22 23.9 20.6 25.9
20.1 21.5 23 26.8 20.6 25.5
9.5 8.8 10.4 9 9.1
11.5 11.1 12.6 10.4 11.4
13.5 14.1 15.1 13.8 13.9
14.7 14.5 17 15.8 14.5
15.6 15.3 17.6 17.1 16.5
18.5 17.2 19.5 21.6 17.5
20.9 19.5 20.1 22.1 19
22.3 21.8 20.6 23.4 20.1
23.5 22.6 22 23.8 20.1
9.3
11.4
14.2
15.5
16.6
19.0
20.2
21.5
22.1
22 22.6 23.1 28.2 26.4 25.4
25 23.9 23.5 28.5 26.6 26
55
Lampiran 2. Pengamatan Lebar Daun Tanaman Pakchoy Tanaman
Leretan 1
Leretan 2
Leretan 3
Leretan 4
Leretan 5
Leretan 6
1 2 3 4 5 Ratarata 1 2 3 4 Ratarata 1 2 3 4 5 Ratarata 1 2 3 4 Ratarata 1 2 3 4 5 Ratarata 1 2 3 4 Ratarata
1 3.4 2.8 3 2.5 2.7
4 3.9 3.4 4.2 3.1 3.2
Lebar Daun Pakcoy (HST) 7 10 13 16 19 5.1 5.5 5.6 5.7 6.6 4.8 5 5.1 5.3 5.5 4.5 5.3 5.6 7.2 7.4 3.3 3.4 3.5 4.1 5.2 5.8 6.7 7.6 7.9 8.3
2.9 3.8 2.7 3.1 2.9
3.6 4.3 4.1 3.8 3.5
4.7 5.3 5 5.8 3.8
5.2 5.4 5.2 6.1 4.3
5.5 5.6 5.4 6.4 4.6
6.0 5.8 5.6 6.8 5.6
6.6 5.9 5.8 7 6
6.8 6.1 5.9 8.3 6.5
7.3 6.1 6.3 8.7 6.7
3.1 2.7 2.9 2.8 2.6 3
3.9 4.4 3.6 3.6 3.4 3.4
5.0 6 5.8 5.3 4.2 5.5
5.3 6.2 5.9 5.6 5 6.1
5.5 6.7 6.2 5.9 5.5 6.7
6.0 6.7 7.1 6 5.6 6.9
6.2 6.9 6.9 6.1 6.2 7.1
6.7 7.1 6.9 6.2 6.2 7.1
7.0 7.1 7.1 6.3 6.2 7.1
2.8 2.9 3.1 3.1 3.4
3.7 3.6 3.8 3.7 3.9
5.4 4.4 4.4 4.9 5.1
5.8 4.4 4.5 5 5.3
6.2 4.5 4.6 5.9 5.5
6.5 4.7 5.1 6.7 5.8
6.6 5.2 5.4 6.7 6.7
6.7 5.6 5.9 6.9 6.8
6.8 5.7 6 7 7
3.1 3.6 2.9 3.3 3.2 3.1
3.8 4 3.6 3.8 3.7 4.9
4.7 3.5 4.2 4.4 4 6
4.8 4.2 4.4 5.4 4.2 6.5
5.1 4.3 5.6 5.5 4.3 6.7
5.6 4.5 5.9 5.6 4.4 6.9
6.0 5.1 6.2 5.9 4.6 7.1
6.3 5.5 6.3 5.9 4.8 7.1
6.4 6.2 6.3 6.1 5.1 7.3
3.2 2.9 3 3.1 3
4.0 3.6 3.6 3.8 3.1
4.4 4.2 5.5 5.1 3.2
4.9 4.3 6.3 6 3.3
5.3 4.4 7.2 6.1 3.5
5.5 4.5 7.5 6.2 3.7
5.8 4.6 7.9 6.3 4.5
5.9 5.1 8 6.3 4.6
6.2 5.1 8.3 6.7 4.6
3.0
3.5
4.5
5.0
5.3
5.5
5.8
6.0
6.2
22 7 5.5 7.5 5.5 8.4
25 7.3 6.2 7.7 6.2 9
56
Lampiran 3. Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Pakchoy Tanaman
Leretan 1
Leretan 2
Leretan 3
Leretan 4
Leretan 5
Leretan 6
1 2 3 4 5 Ratarata 1 2 3 4 Ratarata 1 2 3 4 5 Ratarata 1 2 3 4 Ratarata 1 2 3 4 5 Ratarata 1 2 3 4 Ratarata
Jumlah Daun Pakcoy (HST) 10 13 16 19 9 10 12 13 7 8 9 10 9 11 13 14 12 13 15 17 9 10 12 13
1 5 4 6 8 6
4 6 5 7 10 7
7 8 6 8 11 8
22 15 12 15 19 16
25 19 15 16 19 17
6 5 4 4 4
7 5 5 4 5
8 6 6 5 5
9 6 6 6 6
10 7 7 7 7
12 8 8 7 8
13 9 10 9 11
15 12 11 10 13
17 10 11 12 15
4 6 6 5 5 5
5 7 7 5 6 6
6 9 8 6 7 6
6 10 10 6 8 7
7 11 11 6 9 9
8 13 12 7 10 10
10 14 14 7 10 12
12 15 13 8 11 14
12 16 15 10 14 16
5 4 6 5 6
6 5 7 6 7
7 5 8 6 8
8 6 9 6 9
9 7 10 7 10
10 7 10 7 11
11 8 11 8 12
12 9 12 9 15
14 11 12 10 16
5 6 5 4 5 6
6 6 6 5 6 6
7 7 6 6 8 7
8 8 7 8 8 8
9 8 7 7 8 9
9 9 8 8 9 10
10 11 10 9 11 12
11 12 10 11 13 14
12 13 10 12 13 15
5 6 6 6 4
6 7 7 7 5
7 8 8 7 7
8 9 8 8 6
8 10 9 10 7
9 11 9 12 8
11 13 11 13 9
12 15 13 15 9
13 17 14 17 10
6
7
8
8
9
10
12
13
15
57
Lampiran 4. Berat Masing – Masing Tanaman Pakchoy Tanaman
Leretan 1
Leretan 2
Leretan 3
Leretan 4
Leretan 5
Leretan 6
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Berat Keseluruhan
Berat Tanaman Pakcoy ( gr ) 80 80 105 110 100 95 20 80.1 75 80 63.8 77 30 36 100 30 54.6 33 30 75 40 44.5 40 85 30 105 102 72.4 80 85 87 33 71.25 1821
58
Lampiran 5. Biaya Bahan dan Alat Hidroponik Vertikal Bahan dan Alat Karpet Rockwool Pipa PVC 2 1/2 inci Pipa PVC 1 1/2 inci Pipa PVC 1 inci Pipa PVC 1/2 inci Sambungan T 1 1/4 inci Sambungan T 1 inci Sambungan T 1/2 inci Elbow 1 inci Elbow 1/2 inci Block Sord 1 1/4 ke 1 inci Block Sord 1 ke 1/2 inci Soked drat luar 1/2 inci Endplug 2 1/2 inci Endplug 1 1/4 inci Kanopi Benang/tali Baut Ember Pompa aquarium Jarum Jahit Gergaji pipa Solder listrik Meteran Obeng
Kebutuhan 2 meter 1 lembar 1 batang 2 batang 3 batang 2 batang 8 buah 10 buah 1 buah 2 buah 6 buah 4 buah 2 buah 2 buah 4 buah 2 buah 2 meter 2 meter 12 buah 1 buah 1 unit 1 buah 1 buah 1 unit 1 buah 1 buah Total Keseluruhan Penyusutan 60 bulan
Bahan dan Alat Nutrisi Bibit
Kebutuhan 595 ml 27 batang
Harga@ Rp 30,000 Rp 100,000 Rp 29,000 Rp 24,000 Rp 18,000 Rp 8,000 Rp 6,500 Rp 4,500 Rp 3,500 Rp 3,000 Rp 2,000 Rp 3,000 Rp 2,500 Rp 2,000 Rp 6,000 Rp 3,500 Rp 40,000 Rp 2,000 Rp 500 Rp 30,000 Rp 180,000 Rp 500 Rp 10,000 Rp 15,000 Rp 10,000 Rp 10,000
Total ( Rp ) Rp 60,000 Rp 100,000 Rp 58,000 Rp 48,000 Rp 36,000 Rp 16,000 Rp 52,000 Rp 45,000 Rp 3,500 Rp 6,000 Rp 12,000 Rp 12,000 Rp 5,000 Rp 4,000 Rp 24,000 Rp 7,000 Rp 80,000 Rp 4,000 Rp 6,000 Rp 30,000 Rp 180,000 Rp 500 Rp 10,000 Rp 15,000 Rp 10,000 Rp 10,000 Rp 834,000 Rp 13,900
Harga@ Rp 15,000 Rp 28,000
Total untuk 27 tanaman/m2 Rp 13,533 Rp 67
59