I. PENDAHULUAN
1. I . Latar Belakang Kabupaten Siak salah satu wilayah kabupaten baru di Provinsi Riau, dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999, rnerupakan pemekaran dari kabupaten Bengkalis. Wilayahnya merniliki karakteriitik sebagai daerah pedalarnan, pesisir sungai dan pantai dengan luas wilayah 8.556,09 km2. Posisi geografis kabupaten Siak sangat strategis, karena sebagai hinterland dari pusat segitiga perturnbuhan kerjasama ekonorni regional IMS-GI yang berpusat di Batam dan rnerupakan salah satu pintu gerbang pelabuhan penting bag! Provinsi Riau. Kabupaten Siak mulai dikernbangkan setelah diberlakukannya otonomi daerah, dirnana pemerintah daerah diberi kewenangan dan ruang gerak yang lebih luas untuk mengelola surnberdaya yang dirniliki dalarn rangka rnengernbangkar~
perekonornian
dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakatnya. Potensi kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki dan lokasi yang I
strategis, adalah potensi besar untuk pernbangunan ekonorni kabupaten Siak saat ini maupun di lnasa rnendatang. Untuk membiayai pembangunan surnber dana yang berasal dari pemerintah tidak dapat diandalkan. Dengan kata lain usaha swasta harus digerakkan dan diberi motivasi agar
ikut serta dalarn
pernbangunan. Untuk mengikutsertakan sektor swasta rnengisi pernbangunan diperlukan kebijaksanaan pemerintah yang cukup cerrnat. Usaha menggerakkan dan rnenggiring swasta sesuai dengan tujuan pembangunan yang diinginkan oleh masyarakat, rnernerlukan peratcrsn dan perangsang yang meliputi seluruh asp& sgsc Aspa: mendorang swssts untuk berparfisipasi(Kunarjo, 1992).
Hampir semua pemerintah daerah sekarang ini mengalami keterbatasan keuangan, yang membawa akibat terbatasnya kemampuan pemerintah daerah membiayai proyek-proyek pembangunan yang telah direncanakan. Hal ini akhirnya mengakibatkan terbatasnya lowongan kerja karena tidak cukup menampung angkatan kerja baru yang senantiasa semakin besar. Jalan yang masih terbuka untuk memelihara dan menjamin laju pembangunan adalah pemerintah bekerjasama dalam pengembangan investasi dengan pihak swasta maupun yang dilaksanakan sendiri oleh pihak swasta. Untuk menindaklanjuti ha1 ini Pemerintah Daerah harus melakukan analisis terhadap kondisi perekonomian di daerah agar dapat memanfaatkan peluang yang ada (Syaukat, 2004). Dalam
pembangunan perekonomian daerah,
kegiatan
investasi
mempunyai peran yang strategis dan krusial. Strategis karena merupakan tahapan mutlak berupa pembelanjaan sumberdaya untuk pembangunan yang harus dilewati bagi pengembangan setiap sektor. Sedangkan krusial karena apabila tepat sasaran akan dihasilkan ekonomi daerah yang tangguh, namun apabila tidak tepat dalam penentuan sasaran maka akan terjadi pemborosan sumberdaya daerah dan akan menghasilkan keadaan sebaliknya. Mengingat ha1 tersebut permasalahan pembangunan investasi tidak dapat dibiarkan begitu saja, harus diantisipasi kemungkinan dampak negatif dan ditingkatkan dampak positif, antara lain diperlukan penampilan birokrasi yang lebih adaptif, kondusif dan responsif, karena pada saat yang sama terjadi persaingan berbagai sektor pelayanan publik, pemberdayaan ekonomi dan penyebaran teknologi. Menurut Nisjar (1997), kemajuan suatu daerah salah satunya ditentukan oleh kegiatan investasi yang berlangsung di wilayah tersebut dan perkembangan in~estasiyang pesat di suatu wilayah dapat menimbulkan multiplier effect. Tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan arus investasi di kabupaten Siak semzkin berat. Oleh karena itu upaya harus diiaku~anagzr target pembangunan
yang telah direncanakan dapat tercapai, antara lain investasi y'ang berasal dari dalam negeri tetap mendapat perhatian utama untuk dikembangkan, sedangkan investasi dari luar negeri dimanfaatkan karena masih diperlukan mengingat sumber-sumber yang ada masih terbatas. Sejalan dengan maksud untuk meningkatkan kegiatan perekonomian, kabupaten Siak perlu meningkatkan kemampuan memanfaatkan potensi yang ada. Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya, baik oleh Pemerintah kabupaten Siak sendiri maupun hasil kajian pembangunan daerah, menyatakan bahwa potensi di sektor pertanian khususnya pada subsektor perkebunan menghasilkan beberapa komoditas unggulan yang layak untuk dikembangkan oleh masyarakat kabupaten Siak maupun untuk ditawarkan kepada para investor, guna meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus untuk dapat mendongkrak peningkatan pertumbuhan ekonomi kabupaten Siak. Pengembangan investasi pada subsektor perkebunan ini juga didukung oleh kontribusi sektor pertanian sebesar
30,13 % dari PDRB Kabupaten Siak pada
tahun 2003 (BPS, 2003). Sektor ini merupakan penyumbang terbesar kedua setelah industri pengolahan. Dengan kenyataan itu sangat wajar bila sektor ini harus dikembangkan secara baik. Untuk kelornpok tanaman perkebunan, komoditi-komoditi perkebunan yang dikembangkan di Kabupaten Siak adalah kelapa, kelapa sawit, kopi, dan karet. Di antara tanaman tersebut kelapa sawit mempunyai produktivitas tertinggi 17,98 tonlha, yang kemudian diikuti kelapa sebesar 0,99 tonlha, karet sebesar 0,88 tonlha, dan kopi sebesar 0,80 tonlha. Dari Tabel 1 terlihat bahwa untuk kelapa sawit dan kelapa mempunyai tingkat produktivitas yang lebih besar dari rata-rata produktivitas Riau, semetara untuk tanaman karet mempiinyai prodiiktivitas yang lebih rendah dibandingkan Riau.
Tabel 1. Perbandingan Produktivitas Tanaman Perkebunan ~abupatenSiak terhadap Propinsi Riau Produktivitas Produktivitas Kab. Siak Prop. Riau (Tonlha) (Tonlha) 1,91 17,98 Kelapa sawit 0,27 0,56 Karet 0,91 0,99 Kelapa 0,48 0,80 Kopi Sumber : Deptan Kanwil Riau, 2000 (diolah) Komoditi
Rasio 9,41 0,48 1,09 1,48
Kesesuaian tanaman perkebunan di Kabupaten Siak relatif lebih baik dibandingkan dengan rata-rata di Propinsi Riau, yang ditunjukkan dengan produktivitas semua tanaman perkebunan yang lebih besar dibandingkan dengan Propinsi Riau kecuali untuk karet. Dengan demikian berdasarkan kriteria potensi produksi tersebut komoditi perkebunan yang diprioritaskan untuk dikembangkan adalah berturut-turut kelapa sawit, kelapa, dan kopi. Pemerintah kabupaten Siak
pada saat
ini telah dan
sedang
mengembangkan perkebunan kelapa sawit dan nenas guna meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerahnya. Pola pengembangan yang akan dilaksanakan adalah kerjasama dengan pihak swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun dengan pihak perbankan. Kehadiran pihak swasta ataupun BUMN ini karena dalam pengembangan sektor ini disamping memerlukan investasi yang sangat besar, juga diperlukan adanya pengelolaan yang profesional. Dewasa ini peranan dunia usahalswasta sebagai partner dalam pembangunan harus mendapat porsi yang semakin besar dengan dibukanya peluang usaha yang seluas-luasnya oleh pemerintah. Tujuannya agar kalangan swasta ini dapat memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada di daerah menjadi potensi ekonomi yang nyata dan produktif.
Untuk menindak lanjuti ha1 tersebut, salah satu strategi yang harus ditempuh oleh pemerintah daerah adalah mengarahkan pembangunan di bidang investasi subsektor perkebunan yang mempunyai prospek baik. Caranya dengan berpegang pada sumber-sumber dan potensi yang dimitiki maupun yang dapat dikembangkan melalui pemanfaatan yang optimal dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan dan kapasitas sumberdaya alam. Dengan demikian, pertanyaan pokok kajian ini adalah bagaimana strategi pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kabupaten Siak. 1.2. Perurnusan Masalah
Perkembangan investasi PMAIPMDN di Kabupaten Siak dalam kurun waktu 5 tahun (2000 - 2004) mengalami penurunan. Untuk PMA selama lima tahun terakhir hanya ada dua proyek investasi (masing-masing pada tahun 2000 dan 2004). Sedangkan untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dalam kurun waktu yang sama juga mengalami penurunan baik jumlah maupun nilai investasinya (BPI Kab. Siak, 2004). Kondisi perkembangan investasi yang belum menggembirakan ini diperkirakan masih akan berlangsung, bila tidak ada kebijakan baru dari Pemerintah yang kondusif. Potensi ekonomi subsektor perkebunan di kabupaten Siak banyak, beragam dan ditunjang oleh ketersediaan lahan yang relatif luas serta kesesuaian lahan, maka peluang untuk berinvestasi pada sektor ini cukup terbuka. Menurut Badan Promosi lnvestasi (BPI) Kabupaten Siak (2004), potensi pengembangan lahan untuk perkebunan yang disediakan pemerintah daerah Kabupaten Siak masih tersedia total 118.349 ha. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Siak pada tahun 2003 mengusulkan target perluasan sekitar 17.000 ha kebun sawit; karet 4.491 ha; s a p 540 ha; dan kopi 2 i 5 ha. Sala~nkomoditas perkebunan Vans Uiusul~anuntuK dikembang~an, BEMDA kabupaien S i a ~
bekerjasama dengan LPKM IPB (2002) juga telah mengkaji kesesuaian lahan di kabupaten Siak dan diketahui cocok untuk
pengembangan subsektor
perkebunan antara lain: kelapa, kelapa sawit, karet dan sagu. Melihat potensi dan peluang besar pada subsektor perkebunan yang dapat ditawarkan kepada para investor, Pemerintah kabupaten Siak telah bertekad menjadikan pengembangan investasi swasta pada sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan sebagai bagian integral dari salah satu misi kabupaten Siak dan menjadikan pengembangan investasi swasta subsektor perkebunan
sebagai
andalan
yang
dapat
diharapkan
menggerakan
oembangunan daerah yang berkesinambungan. Untuk itu diperlukan berbagai upaya yang dapat mendorong minat dan kemauan para investor melakukan investasi ke kabupaten Siak. Hal ini agar tercipta akumulasi modal produktif untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekorlomi daerah. Untuk mengetahui ketersediaan dan pemanfaatan sumberdaya alam daerah dapat dilihat dari kontribusi kegiatan perekonomian sektor primer (pdrkebunan, pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan pertambangan) terhadap
perekonomian
daerah.
Ketersediaan sumberdaya
alam
dan
pemanfaatannya menjadi sangat penting sebagai pertimbangan berinvestasi, karena memperlihatkan seberapa besar potensi kekayaan alam yang masih dapat dikembangkan atau diolah dan seberapa besar daya dukungnya terhadap kegiatan usaha baik perdagangan maupun industri. Untuk itu diperlukan pencarian strategi dengan penggalian sumber-sumber potensi peluang investasi. Menurut Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) (2003), dalam konteks pembangunan regional, investasi memegang peran penting u~t.ukmendorong pertumbuhan ekonoml. Secara umum investasi atau penanaman n?odal baik Penanaman h?sdal Dalam Negeri (PMDN) maupun
Penanaman Modal Asing (PMA) membutuhkan adanya iklim yang sehat dart kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. lklim investasi juga dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi suatu negara atau daerah. Kondisi inilah yang mampu menggerakkan sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakkan roda ekonomi. Secara umum investasi akan masuk ke suatu daerah tergantung dari daya tarik daerah tersebut terhadap investasi, dan adanya iklim investasi yang kondusif. Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap investasi, salah satunya tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan dunia usaha serta peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Selain itu yang juga perlu mendapat perhatian dalam rangka menarik investor adalah pengembangan sumberdaya manusia dan infrastruktur dalam arti luas. Hal ini menuntut perubahan orientasi dari pemerintah, yang semula lebih bersifat sebagai regulator, harus diubah menjadi supe~isor, sehingga peran swasta dalam perekonomian dapat berkembang optimal. Liberalisasi perdagangan dunia yang sedang dan akan berkembang merupakan tantangan
sekaligus
peluang
yang
akan
dihadapi
dalam
pembangunan ekonomi di berbagai tempat terrnasuk Kabupaten Siak. Komitmen-komitmen kerjasama intemasioal yang menurunkan berbagai bentuk proteksi, baik tarif maupun non tarif akan mendorong aliran barang dari dan ke berbagai tempat. Kondisi tersebut menuntut adanya peningkatan daya saing dari setiap pelaksana usaha untuk dapat bertahan di pasar. Peningkatan daya saing tersebut dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, kamampuan bersaing di pasar mengandung arti produk yang dijual adalah produk yang sesuai dengan
atribut yang dituntut konsurnen. Sedangkan dari sisi penawaran adalah kemampuan untuk mernproduksi lebih efisien pada kualitas yang sama. Komoditi yang potensial untuk dikernbangkan harus mampu rnenjarnin kontinuitas produksi baik dari segi kualitas rnaupun kuantitas. Dari sisi lain komoditas tersebut harus terjarnin di pasarnya. Dengan demikian kornoditas potensial ini akan berkernbang dengan baik. Kontiuitas produksi dapat didekati dengan rnelihat perkembangan luas panen yang mempresentasikan tingkat produksi dan penerimaan masyarakat dari kornoditas yang bersangkutan. Dalam perkembangannya peranan pertanian di Kabupaten Siak rnasih mernegang peranan karena rnarnpu rnemberikan kontribusi yang terbesar
(32,57%),kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan. Sernentara sektor ekonomi yang paling kecil peranannya terhadap PDRB Kabupaten adalah pertambangan dan
penggalian.
Hal ini rnenunjukkan adanya prospek
pegembangan pertanian yang bagus di Kabupaten Siak, karena didukung oleh kesesuaian dengan agroekologi wilayah dan sarana dan prasarana yang ada. Dengan demikian sektor pertanian akan memegang peranan yang penting dan menjadi leading sector babi pembangunan perekonornian di Kabupaten Siak. Pemerintah Daerah Kabupaten Siak dalarn ha1 ini telah membuat beberapa kebijakan yang bertujuan meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Beberapa bentuk kebijakan mengarah pada konsep pengembangan investasi swasta, antara lain di subsektor perkebunan dengan rnenggali potensi surnberdaya yang dapat dikernbangkan melalui kornoditas unggulan untuk kegiatan investasi. Kegiatan usaha perkebunan di suatu daerah perlu didukung oleh ketersediaan (kuantitas) fasilitas atau infrastruktur fisik seperti jalan raya, re1 kereta dpi, peiabuhan laut dan udars, kuantitas dan kualitas lahan dan sebagainya. Sebagai kabupaten pen?ekaran baru, kabupaten Siak masih dalarn
tahap berbenah diri dalam bidang pembangunan dan pemeriniahan. Berbagai kesiapan terutama di bidang infrastruktur sebagai faktor yang menentukan minat investor dalam berinvestasi khususnya perkebunan harus menjadi perhatian, terutama sekali seperti layanan air bersih, listrik, telepon dan jalan yang masih perlu ditingkatkan. Sementara itu dunia usaha juga memandang penting untuk melihat komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan infrastruktur penunjang perekonomian di daerah. Komitmen pemerintah kabupaten Siak untuk membangun infrastruktur terlihat dari rasio pembangunan dibandingkan anggaran
rutin yang
cukup
tinggi,
pada
tahun
2004
perbandingannya 70:30 (Bappeda Kab. Siak, 2004). Semakin besar rasio pembangunan dibandingkan anggaran rutin menunjukkan bahwa dana yang dimiliki daerah lebih banyak dibelanjakan untuk kegiatan pembangunan ekonomi produktif. Minat investor untuk berinvestasi di suatu daerah khususnya pada subsektor perkebunan juga disebabkan adanya keuntungan yang diharapkan dari kapital yang direalisasikan. Keuntungan yang diharapkan dari suatu investasi sangat terkait dengan permintaan pasar mengenai barang produk investasi dan kemudahan inputnya. Selanjutnya Rachman (2004), mengemukakan bahwa dalam konteks pengembangan investasi di daerah ada beberapa ha1 yang dapat menjadi daya tarik daerah terhadap investasi, diantaranya pasar domestik yang memadai, sarana teknologi informasi, ekonomi pasar, perdagangan internasional serta sistem pembayaran. Layaknya kegiatan usaha, suatu daerah akan I
berkembang apabila daerah tersebut sanggup bersaing secara efektif dalam menjual produk dan jasa ke berbagai pasar. Untuk itu pembangunan ekonomi suatu daerah harus bermula dari pemberdayaan potensi ekonomi yang dir~ilai unggul dan memiliki peluang ekspor.
Disamping itu untuk menciptakan opini positif dan ' feasible dalam pengembangan investasi khususnya pada subsektor perkebunan ke Kabupaten Siak, diperlukan langkah-langkah kerjasama berbagai pihak yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan investasi. Langkah-langkah tersebut mencakup berbagai aspek antara lain mengenai potensi dan peluang investasi beserta perangkat pendukung yang tersedia dan dimiliki oleh Kabupaten Siak. Sebagai daerah baru, Kabupaten Siak memiliki potensi pengembangan yang cukup
besar.
Banyak investor telah
melakukan
investasinya di Siak, baik melalui Proyek Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Oleh sebab itu perumusan pertanyaan spesifik yang muncul adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana minat investor terhadap investasi pada subsektor perkebunan
di Kabupaten Siak? 2. Faktor-faktor internal apa (kekuatan dan kelemahan) yang mempengaruhi
pengembangan investasi subsektor perkebunan di Kabupaten Siak? 3. Faktor-faktor ekstemal apa (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi
pengembangan investasi subsektor perlkebunan di Kabupaten Siak? 4. Strategi apa yang digunakan dalam pengembangan investasi subsektor
perkebunan di Kabupaten Siak? 1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian 1.3.1. Tujuan Kajian
Tujuan umum kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan investasi subsektor perkebunan dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Siak. Sedangkan tujuan spesifik yang ingin dicapai adalah untuk :
1. Mengsnalisis minat investor terhadap investasi pad3 subsektor pei~ebunanai ~abupatenS i a ~ .
2. Menganalisis
faktor
internal
(kekuatan
dan
kelemahan)
yang
mempengaruhi pengembangan investasi subsektor perkebunan. 3. Menganalisis
faktor
eksternal
(peluang
dan
ancaman)
yang
mempengaruhi pengembangan investasi subsektor perkebunan. 4. Merumuskan strategi pengembangan investasi subsektor perkebunan di
Kabupaten Siak.
1.3.2. Manfaat Kajian
Manfaat yang diharapkan dalam kajian strategi pengembangan investasi subsektor perkebunan dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Siak adalah: 1. Untuk memberikan masukan kepada pengambil kebijakan dan pihak-
pihak yang berkepentingan dalam penyususunan strategi pengembangan investasi di subsektor perkebunan. 2. Dapat digunakan sebagai panduan bagi investor dalam membuat
keputusan untuk berinvestasi. 3. Dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan di bidang yang sama.